BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Kegiatan Operasional Perminyakan Kegiatan operasional perminyakan di mulai dari eksplorasi, yaitu mencari
dan meneliti kandungan apa yang terdapat di perut bumi, hal dilakukan oleh para geologis, yaitu orang-orang yang menguasai ilmu kebumian.Selain kandungan, jumlah kandungan juga harus diperkirakan agar terhindar dari kerugian akibat biaya pengeboran lebih besar daripada hasil yang didapat. Ada beberapa cara eksplorasi, antara lain: 1. Survei gravitasi: metode ini mengukur variasi medan gravitasi bumi yang disebabkan perbedaan densitas material di struktur geologi kulit bumi. 2. Survei magnetik: metode ini mengukur variasi medan magnetik bumi yang disebabkan perbedaan properti magnetik dari bebatuan di bawah permukaan. Survei magnetik dan gravitasi biasanya dilakukan di wilayah yang luas seperti misalnya suatu cekungan (basin). 3. Survei seismik: menggunakan gelombang kejut (shock-wave) buatan yang diarahkan untuk melalui bebatuan menuju target reservoir dan daerah sekitarnya. Oleh berbagai lapisan material di bawah tanah, gelombang kejut ini akan dipantulkan ke permukaan dan ditangkap oleh alat receivers sebagai pulsa tekanan (oleh hydrophone di daerah perairan) atau sebagai percepatan (oleh geophone di darat). Sinyal pantulan ini lalu diproses secara digital menjadi sebuah peta akustik bawah permukaan untuk kemudian dapat diinterpretasikan.
6
4. Membor sumur uji: teknik yang paling umum dinamakan logging yang dapat dilakukan pada saat sumur masih dibor ataupun sumurnya sudah jadi. Namun seiring berkembangnya teknologi, maka ada cara modern yang digunakan oleh geologis dalam mencari minyak bumi dengan menggunakan pencitraan satelit dan menganalisa permukaan bebatuan. Proses eksplorasi akan di berikan cost recovery bila berhasil, namun bila tidak berhasil, atau sering di sebut dengan istilah sumur kering, maka tidak akan mendapatkan cost recovery. Setelah memastikan kandungan dan jumlah yang terkandung, maka segera dilakukan
eksploitasi.
Eksploitasi
adalah
melakukan
pengeboran
untuk
mengambil kandungan yang terdapat di perut bumi. Pengeboran sumur eksploitasi memerlukan biaya yang jauh lebih murah karena data sumur sudah lengkap, seperti kedalaman dan ketebalan reservoir, jenis, dan sifat batuan yang ditembus mata bor. Pengeboran ini dilakukan dengan menggunakan struktur penyangga (rig). Rig adalah suatu kerangka sebagai platform yang berfungsi sebagai penyangga peralatan pengeboran. Kerangka ini diletakkan di atas titik bor. Fungsi utamanya untuk trip, serta untuk menahan beban yang terjadi akibat peralatan bor itu sendiri maupun beban dari luar. Ciri utama dari rig adalah terdapat menara tinggi yang terbuat dari baja yang berfungsi menaikan dan menurunkan pipa tubular sumur.
Menurut tempat operasinya, rig dibedakan menjadi 2 macam, yakni rig darat (land rig) dan rig laut (offshore rig)yang beroperasi di laut, sungai, rawa, danau, dan delta.
Off-shore rig diklasifikasi menjadi beberapa menurut kedalaman air:
7
1. Swamp barge, rig yang ditempatkan di rawa-rawa, kedalaman air maksimal 7 meter 2. Tender barge, sejenis swamp barge hanya bisa menjangkau daerah yang lebih dalam 3. Jackup rig, merupakan platform yang dapat mengapung dan memiliki 3 atau 4 kaki. Untuk mengoperasikannya kakinya harus diturunkan sampai ke dasar dan badan rig akan diangkat sampai di atas permukaan air. Rig dapat dipindah dengan ditarik beberapa kapal setelah kakinya dinaikan. Daerah operasinya pada kedalaman 5-200m. 4. Drilling jacket, platform struktur baja, umumnya kecil dan dipangkai pada laut tenang dan dangkal. Sering dikombinasikan dengan jack up rig dan tender barge. 5. Semi submersible rig, atau dikenal dengan semis. Sejenis rig mengapung. Rig ini diikat ke dasar laut dengan tali mooring dan jangkar. Rig semis mampu mengatur posisinya secara dinamis karena memiliki thruster, semacam baling-baling dikelilingnya. Karena karakternya sebagai rig yang stabil, rig ini popular digunakan di daerah dengan ombak besar dan cuaca buruk. 6. Drill ship, prinsipnya seperti menaruh di atas kapal. Sangat cocok di laut yang sangat dalam, dan di daerah terpencil karena daya muatnya paling banyak. Proses eksploitasi tentu membutuhkan banyak sekali peralatan-peralatan atau barang-barang yang harus di import. Seperti yang sudah di jelaskan sebelumnya, peralatan pendukung pengeboran yang akan di import nantinya akan dibebaskan dari Bea Masuk (BM) dan Pajak Dalam Rangka Import (PDRI) karena seluruh peralatan yang di import ini akan jadi milik pemerintah Republik Indonesia. 8
Seluruh data barang yang akan di import disusun ke dalam proposal yang disebut Master List. Proposal ini akan di serahkan ke SKK Migas, Ditjen Migas, dan Ditjen Bea dan Cukai untuk mendapatkan persetujuan 2.2
Master List Menurut Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor :
037 Tahun 2006 Tentang Tatacara Pengajuan Rencana Impor Dan Penyelesaian Barang Yang Dipergunakan Untuk Operasi Kegiatan Usaha Hulu Minyak Dan Gas Bumi, Master List adalah dokumen rencana induk kebutuhan barang operasi yang akan di impor dan akan di gunakan, disusun oleh KKKS untuk suatu kegiatan operasi dalam lingkup Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagai dasar pengajuan Barang Operasi Perminyakan (BOP) yang untuk selanjutnya di sebut Rencana Kebutuhan Barang Import (RKBI). Barang-barang yang akan di import bukan merupakan barang yang dilarang untuk diimport, sudah bisa di produksi di dalam negeri yang di sebut APDN (Apresiasi Produk Dalam Negeri) atau sudah bisa di produksi di dalam negeri namun belum memenuhi spesifikasi yang di butuhkan atau jumlahnya belum mencukupi kebutuhan dan hanya di pergunakan untuk kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi, di sebut dengan BOP (Barang Operasi Perminyakan). Seluruh barang import untuk mendukung kegiatan operasional pengeboran ini nantinya akan di bebaskan dari Bea Masuk (BM) dan Pajak Dalam Rangka Impor (PDRI). Hal ini sudah di dasari Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 20 /PMK.010/2005 Tentang Pembebasan Bea Masuk Dan Pajak Dalam Rangka Impor Tidak Dipungut Atas Impor Barang Berdasarkan Kontrak Bagi Hasil (Production Sharing Contract) Minyak Dan Gas Bumi. Seluruh barang import ini nantinya akan jadi milik Negara.
9
Dalam hal ini, persiapan pengajuan proposal Master List diawali oleh Tim Buyer yang mendapatkan data barang dari lapangan, lalu Tim Buyer akan meneritkan Material Requisition (MR) dan Purchase Order (PO), lalu seluruh data yang tertera di MR dan PO tersebut akan diteruskan ke Tim Traffic untuk di susun ke dalam form RKBI, lalu form beserta kelengkapan pengajuan proposal ini akan di teruskan ke Tim Inventory COE untuk dipersiapkan dan diserahkan kepemerintah terkait. 2.3
Pengadaan Barang Pengadaan barang untuk kebutuhan operasi perminyakan merupakan
antisipasi agar operasi perminyakan tidak terhambatan atau bahkan terhenti. Ini dibutuhkan agar ketika dibutuhkan, maka barang sudah siap. Untuk kebutuhan barang-barang operasi ini maka pihak Inventory Management akan melakukan perkiraan perhitungan kebutuhan barang dan perkiraan waktu kebutuhan barang. 2.3.1
Reorder Point (ROP)
Reorder point (ROP) yaitu, batas atau titik kapan jumlah pemesanan kembali. ROP berguna untuk mengetahui kapan suatu perusahaan. Perumusan yang digunakan dalam teknik adalah: ROP = C (P + T) + SS C = Consumption (Monthly Average) P = Period of Review To Run Replenishment Report (Every Month) T = Total Lead Time = Delivery + Processing Time (PR to PO) 10
SS (Safety Stock) = C x T 2.3.2
Reorder Quantity (ROQ) Reorder Quantity (ROQ) adalah jumlah barang yang harus dipesan
kembali. ROQ berguna untuk mengetahui berapa jumlah barang yang harus perusahaan pesan kembali. Perumusan yang digunakan dalam teknik adalah: ROQ = ROP – SS ROP = Reorder Point SS (Safety Stock) = C x T C = Consumption (Monthly Average) T = Total Lead Time = Delivery + Processing Time (PR to PO) 2.4
Penelitian dan Jurnal Terdahulu Penelitian dan jurnal yang sudah dilakukan oleh beberapa peneliti
terdahulu mengenai proses yang berhubungan dengan pengadaan barang dan pengeboran minyak yang digunakan dalam dunia pengeboran minyak diantaranya adalah: 1.
Altria, Kevin D; Dufton, Ann M; Carleysmith, Stephen W, dalam jurnalnya yang berjudul “Learning from Lean Sigma” pada 2009. Tujuan yang ingin dicapai adalah mengurangi waste pada melakukan pengadaan barang
yang
dilakukan
laboratorium penelitian kandungan minyak
di
saat sebuah
di Amerika.
11
Hasil
dari penelitian ini adalah department Research and
Development (R&D) menerapkan Lean Sigma untuk mengurangi waktu dan biaya pengirman
barang-barang
untuk
keperluan
laboratorium. 2.
Hamalainen, Karina, dalam jurnalnya yang berjudul “Drilling for Oil” pada 2010. Hasil dari analisa penelitian ini menjelaskan mengenai
minyak
mentah
yang
tumpah
kebocoran pipa di dasar laut. Dampak dari
akibat
bencana
ini
adanya sangat
besar, terutama untuk ekosistem yang berada di laut bahkan sampai ke darat. Burung-burung yang mecari makan dilaut juga
terkena
dampaknya. Hal ini terjadi akibat buruknya manajemen pada bagian penanganan barang-barang operasi.
12