BAB II LANDASAN TEORI
A.
Telaah Pustaka Pada bab ini akan disajikan model beserta telaah pustaka yang melandasi
pengembangan kerangka pikir dan pengajuan hipotesis. Penulisan dari bab ini akan disajikan sebagai berikut, pertama adalah telaah pustaka untuk memaparkan beberapa konsep-konsep dasar variabel yang diteliti. Selanjutnya adalah mengenai penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yang terangkum dalam sub bab penelitian terdahulu. Kemudian pembahasan lebih lanjut mengenai kerangka pemikiran teoritis yang menjelaskan model serta hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat.
1.
Pasar Modal Pasar modal merupakan alternatif penghimpunan dana selain sistem
perbankan. Menurut Sunariyah (2010:4), pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk di dalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar yang dipersiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi dan jenis surat-surat berharga lainnya dengan memakai jasa perantara pedagang efek. 11
Sedangkan undang‐undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang pasar modal memberikan pengertian pasar modal sebagai suatu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek. Perusahaan Publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek (Bapepam.go.id, 2006). Kepemilikan saham oleh masyarakat melalui pasar modal, dapat menjadikan masyarakat bisa menikmati keberhasilan perusahaan melalui pembagian dividen dan peningkatan harga saham yang diharapkan. Kepemilikan saham oleh masyarakat juga dapat memberikan pengaruh positif terhadap pengelolaan perusahaan melalui pengawasan langsung oleh masyarakat.
2.
Indeks Harga Saham Seiring dengan meningkatnya aktivitas perdagangan, kebutuhan untuk
memberikan informasi yang lebih lengkap kepada masyarakat mengenai perkembangan bursa juga semakin meningkat. Salah satu informasi yang diperlukan tersebut adalah harga saham sebagai cerminan dari pergerakan harga saham. Indeks harga saham merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga saham. Di pasar modal sebuah indeks diharapkan memiliki lima fungsi (BEI, 2011) yaitu: a.
Sebagai indikator tren pasar,
b.
Sebagai indikator tingkat keuntungan,
12
c.
Sebagai tolok ukur (benchmark) kinerja suatu portofolio,
d.
Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif,
e.
Memfasilitasi berkembangnya produk derivatif. Ada beberapa macam pendekatan atau metode perhitungan yang
digunakan untuk menghitung indeks, yaitu: (1) menghitung rata-rata (arithmetic mean) harga saham yang masuk dalam anggota indeks, (2) menghitung (geometric mean) dari indeks individual saham yang masuk anggota indeks, (3) menghitung rata-rata tertimbang nilai pasar. Umumnya semua indeks harga saham gabungan (composite) menggunakan metode rata-rata tertimbang termasuk di Bursa Efek Indonesia (BEI, 2011). Sekarang ini PT. Bursa Efek Indonesia memiliki 11 macam harga saham yang secara terus menerus disebarluaskan melalui media cetak maupun elektronik, sebagai salah satu pedoman bagi investor untuk berinvestasi di pasar modal, sebelas macam indeks tersebut adalah ; a.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan semua emiten yang tercatat sebagai komponen perhitungan indeks.
b.
Indeks Sektoral, menggunakan semua emiten yang termasuk dalam masing-masing sektor.
c.
Indeks LQ45, menggunakan 45 emiten yang dipilih berdasarkan kriteria likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan.
13
d.
Jakarta Islamic Index (JII), menggunakan 30 emiten yang masuk dalam kriteria syariah dan termasuk saham yang memiliki kapitalisasi besar dan likuiditas tinggi.
e.
Indeks Kompas100, menggunakan 100 saham yang dipilih berdasarkan kriteria likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan.
f.
Indeks Papan Utama, menggunakan emiten yang masuk dalam kriteria papan utama.
g.
Indeks Bisnis-27, menggunakan 27 emiten yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dan merupakan kerja sama antara PT Bursa Efek Indonesia dengan Harian Bisnis Indonesia.
h.
Indeks Pefindo25, menggunakan 25 emiten yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dan merupakan kerja sama antara PT Bursa Efek Indonesia dengan lembaga rating PEFINDO.
i.
Indeks SRI-KEHATI, menggunakan 25 emiten yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dan merupakan kerja sama antara PT Bursa Efek Indonesia dengan Yayasan KEHATI.
j.
Indeks Papan Pengembangan, menggunakan emiten yang masuk dalam kriteria papan pengembangan.
k.
Indeks Individual, yaitu harga saham masing-masing emiten. Seluruh indeks yang ada di BEI menggunakan metode perhitungan yang
sama, yaitu metode rata-rata tertimbang berdasarkan jumlah saham tercatat. Perbedaan utama yang terdapat pada masing-masing indeks adalah jumlah emiten
14
dan nilai dasar yang digunakan untuk penghitungan indeks. Misalnya untuk Indeks LQ45 menggunakan 45 saham untuk perhitungan indeks sedangkan Jakarta Islamic Index (JII) menggunakan 30 saham untuk perhitungan indeks. Indeks-indeks tersebut ditampilkan terus menerus melalui display wall di lantai bursa dan disebarkan ke masyarakat luas oleh data vendor melalui data feed. Dewasa ini Indeks Harga Saham dijadikan barometer kesehatan ekonomi disuatu negara dan juga sebagai landasan analisis statistik atas pasar terakhir. Fenomena ekonomi tersebut meliputi mikro dan makro ekonomi. Fenomena makro diantaranya perubahan suku bunga, tingkat inflasi dan nilai tukar. Perubahan harga saham setiap hari perdagangan akan membentuk IHS. Angka indeks dibuat sedemikian rupa hingga dapat digunakan untuk mengukur kinerja saham yang dicatat di bursa efek, dimana return dan risiko pasar tersebut dihitung. Return portofolio diharapkan meningkat jika IHS cenderung meningkat, demikian sebaliknya return tersebut menurun jika IHS cenderung menurun. Bahkan saat ini IHS dapat dijadikan barometer yang menunjukkan kesehatan ekonomi suatu negara dan dapat sebagai dasar dalam menganalisis kondisi pasar (BEI, 2011). Apabila terjadi peningkatan IHS maka kondisi pasar bagus. IHS digunakan oleh investor dalam melihat kondisi bursa yang akan digunakan untuk mengambil suatu keputusan saat melakukan transaksi saham. IHS berlaku untuk saham individu / kelompok sedangkan harga saham gabungan (IHSG) menggunakan data semua saham yang tercatat di suatu bursa efek. Metodologi perhitungan indeks menggunakan rata-rata tertimbang nilai pasar (market value weighted average index) dengan rumus dasar perhitungan :
15
Nilai Pasar Indeks =
X 100 % Nilai Dasar
Nilai pasar adalah kumulatif jumlah saham hari ini di kali harga pasar hari ini (kapitalisasi pasar), sedangkan nilai dasar adalah kumulatif jumlah saham pada hari dasar di kali harga dasar pada hari dasar. Hari dasar di Bursa Efek Indonesia adalah tanggal 10 Agustus 1982 dengan nilai 100. Indeks Harga Saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indeks Harga Saham sektor properti yang nilainya diambil dari Monthly Statistic Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Nilai yang dipakai adalah nilai harga penutupan (closing price) setiap bulan.
3.
Faktor-faktor ekonomi yang diperkirakan mempengaruhi harga saham Para pemodal dalam proses penilaian investasi harus memahami kondisi
ekonomi nasional suatu negara dimana mereka akan berinvestasi. Kondisi ekonomi ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi atau memberi dampak pada pendapatan dan biaya perusahaan, serta mempengaruhi permintaan dan penawaran terhadap produk yang dihasilkan (Harianto,1998). Berikut ini tabel yang menggambarkan secara sederhana hubungan antara profitabilitas perusahaan dengan kondisi tingkat suku bunga, tingkat inflasi dan kurs dolar AS terhadap mata uang rupiah serta kondisi ekonomi lainnya (Harianto, 1998).
16
Tabel 2.1 Matriks Hubungan Profitabilitas Perusahaan dengan kondisi ekonomi
Indikator Ekonomi Inflasi
Dampak
Penjelasan
Meningkatnya inflasi secara relatif adalah sinyal negatif bagi pemodal di pasar modal
Inflasi meningkatkan pendapatan dan biaya perusahaan. Jika peningkatan biaya faktor produksi lebih tinggi dari pening- katan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan, profitabilitas perusahaan akan Menurun Tingkat Tingkat bunga yang tinggi Meningkatnya tingkat bunga akan Bunga adalah sinyal negatif bagi meningkatkan harga capital harga saham sehingga memperbesar biaya perusahaan sehingga terjadi perpindahan investasi dari saham ke deposito atau fixed Kurs Rupiah Menurunnya kurs rupiah Menurunnya kurs dapat terhadap mata uang dollar meningkatkan biaya impor bahan amerika memiliki pengaruh baku dan meningkatkan suku negatif terhadap ekonomi bunga walaupun dapat dan pasar modal meningkatkan ekspor Anggaran Sinyal positif untuk ekonomi Anggaran defisit mendorong Defisit yang sedang resesi tetapi konsumsi dan investasi pemerintah negatif untuk ekonomi yang sehingga dapat meningkatkan sedang inflasi permintaan terhadap produk perusahaan. Tetapi anggaran defisit akan meningkatkan jumlah uang beredar dan akibatnya mendorong inflasi Investasi Meningkatnya investasi Meningkatnya investasi swasta Swasta swasta adalah sinyal positif akan meningkatkan PDB sehingga bagi pemodal. dapat meningkatkan pendapatan konsumen. Neraca Defisit neraca perdagangan Defisit neraca perdagangan dan Perdagangan dan pembayaran adalah pembayaran harus dibiayai dengan dan sinyal negatif bagi pemodal. menarik modal asing, untuk Pembayaran melakukan hal ini, suku bunga harus dinaikan. Sumber : Harianto, 1998, Perangkat dan Teknik Analisis Investasi di Pasar Modal.
17
Banyak faktor atau berbagai variabel ekonomi yang memberikan pengaruh kepada pasar modal, khususnya ekuitas. Variabel ekonomi yang mempengaruhi indeks harga saham adalah besar kecilnya profitabilitas perusahaan, pertumbuhan produksi industri, inflasi, tingkat bunga, kurs mata uang rupiah, pengangguran dan jumlah uang beredar. Tandellin (2000) menyatakan bahwa faktor-faktor ekonomi makro secara empirik telah terbukti mempunyai pengaruh terhadap kondisi pasar modal di beberapa negara. Faktor-faktor tersebut yaitu laju pertumbuhan inflasi, tingkat suku bunga dan nilai tukar mata uang (exchange rate). Pengaruh masingmasing faktor tersebut dapat digambarkan di tabel sebagai berikut :
Tabel 2.2 Pengaruh Faktor-faktor Ekonomi Terhadap investasi Indikator Ekonomi Inflasi
Pengaruh Menurunnya inflasi secara relatif merupakan sinyal positif bagi investor di pasar modal
Tingkat Suku Bunga
Menurunnya tingkat suku bunga merupakan sinyal positif terhadap harga saham
Kurs
Menguatnya kurs rupiah terhadap mata uang asing merupakan sinyal positif bagi ekonomi yang mengalami inflasi
Sumber : Tandellin, Eduardus, 2000. “Analisis Investasi Manajemen Portfolio”, Cetakan Pertama, Yogyakarta: BPFE. Tidak ada teori yang membantah adanya hubungan antara pasar saham dengan keadaan ekonomi makro. Menurut chen, Roll, dan Ross (dalam sitinjak dan Widuri , 2003), perubahan harga saham biasanya merupakan respon dan
18
kekuatan eksternal. Selain itu memang ada kebijakan-kebijakan moneter (berkaitan dengan ekonomi makro) yang mempengaruhi pasar modal dan pasar uang bersama-sama. Beberapa ahli ekonomi lainnya telah melakukan penelitian mengenai hubungan antara kondisi ekonomi makro dengan pasar saham. (Edi, 2011:1) melakukan penelitian yang menganalisa hubungan jangka pendek dan jangka panjang antara variabel-variabel makro ekonomi diantaranya tingkat inflasi, jumlah uang beredar, nilai tukar dan suku bunga deposito Hasil penelitian ini menunjukan bahwa excess return pasar berhubungan secara negatif dengan pertumbuhan ekonomi saat ini dan berhubungan positif untuk masa yang akan datang.
4.
Suku Bunga Suku bunga merupakan harga atas dana yang dipinjam, pada waktu
perusahaan merencanakan pemenuhan kebutuhan modal sangat dipengaruhi oleh tingkat bunga yang berlaku saat itu. Apakah akan menerbitkan sekuritas ekuitas atau hutang. Karena penerbitan obligasi atau penambahan hutang hanya dibenarkan jika tingkat bunganya lebih rendah dari earning power dari penambahan modal tersebut. Suku bunga yang rendah akan menyebabkan biaya peminjaman yang lebih rendah. Suku bunga yang rendah akan merangsang investasi dan aktivitas ekonomi yang akan menyebabkan harga saham meningkat. Dalam dunia properti, suku bunga berperan dalam meningkatkan aktivitas ekonomi sehingga berdampak kuat pada kinerja perusahaan properti yang
19
berakibat langsung pada meningkatnya return saham. Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia sering diidentikan dengan aktiva yang bebas risiko artinya aktiva yang risikonya nol atau paling kecil. Hasil penelitian Haryanto (2007:24) membuktikan bahwa besarnya suku bunga SBI mempengaruhi risiko sistematik perusahaan. Semakin kecil suku bunga Bank Indonesia maka semakin besar risiko sistematik saham. Suku bunga Bank Indonesia merupakan patokan dalam menentukan besarnya bunga kredit dan tabungan. Suku bunga SBI yang tinggi tidak menggairahkan perkembangan usaha-usaha karena mengakibatkan suku bunga bank yang lain juga tinggi. Sehingga rendahnya suku bunga SBI mengandung risiko lesunya ekonomi. Hal ini mengakibatkan tingginya risiko berinvestasi di pasar modal. Dalam penelitian ini suku bunga yang digunakan adalah nilai suku bunga deposito SBI perbulan dari 2009-2011.
5.
Laju Inflasi Inflasi sangat terkait dengan penurunan kemampuan daya beli, baik
individu maupun perusahaan. Salah satu peristiwa yang sangat penting dan dijumpai di hampir semua negara di dunia adalah inflasi. Didalam perekonomian ada kekuatan tertentu yang menyebabkan tingkat harga melonjak sekaligus, tetapi ada kekuatan lain yang menyebabkan kenaikan tingkat harga berlangsung terusmenerus secara perlahan. Secara keseluruhan, laju inflasi yang sedang berlangsung tergantung pada (i) permintaan, seperti yang ditunjukan oleh senjang inflasi atau senjang resesi, (ii) kenaikan biaya yang diharapkan, (iii) serangkaian kekuatan luar yang datang
20
terutama dari sisi penawaran. Laju inflasi dapat dipisahkan menjadi tiga komponen yaitu inflasi inti, inflasi permintaan dan inflasi gejolak. Inflasi inti adalah inflasi yang komponen harganya dipengaruhi oleh faktor fundamental. Inflasi permintaan yaitu inflasi yang dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah seperti kebijakan harga BBM, listrik, air minum dan lainnya, sedangkan inflasi bergejolak adalah inflasi yang dipengaruhi oleh kelancaran produksi dan distribusi barang dan jasa. Kenaikan inflasi dapat diukur dengan menggunakan indeks harga konsumen (Customer Price Index). Inflasi dapat dipilah berdasarkan sifat temporer atau permanen. Inflasi yang bersifat permanen adalah laju inflasi yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan permintaan barang dan jasa. Sedangkan inflasi yang bersifat temporer adalah inflasi yang diakibatkan gangguan sementara (misalnya kenaikan biaya energi, transportasi, dan bencana alam). Adapun cara yang digunakan untuk mengukur inflasi : a.
Dengan menggunakan harga umum
b.
Dengan menggunakan angka deflator
c.
Dengan menggunakan indeks harga konsumen (IHK)
d.
Dengan menggunakan harga pengharapan
e.
Dengan menggunakan indeks dalam dan luar negeri
Adapun data inflasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah laju inflasi indeks harga umum bulanan yang dikeluakan oleh BPS dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011.
21
6.
Nilai Tukar Uang Banyak hal mempengaruhi naik turunnya kinerja saham, diantaranya
faktor makro ekonomi seperti suku bunga, inflasi dan nilai tukar uang. Nilai tukar suatu mata uang adalah harga mata uang suatu negara terhadap negara asing lainnya, misalnya harga dari satu dollar Amerika (USD) saat ini Rp. 9.600,- atau harga satu dollar Australia (AUD) Rp 9.472,- dan seterusnya. Harga pada umumnya terkait dengan sejumlah uang, dan nilai tukar mata uang ini bersifat stabil dan bisa labil atau bergerak naik dan turun. Nilai tukar atau lazim juga disebut kurs valuta dalam berbagai transaksi ataupun jual beli valuta asing, dikenal ada empat jenis yakni : a.
Selling Rate (kurs jual), yakni kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk penjualan valuta asing tertentu pada saat tertentu.
b.
Middle Rate (kurs tengah), adalah kurs tengah antara kurs jual dan kurs beli valuta asing terhadap mata uang nasional, yang ditetapkan oleh Bank Central pada suatu saat tertentu.
c.
Buying Rate (kurs beli), adalah kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk pembelian valuta asing tertentu pada saat tertentu.
d.
Flat Rate (kurs flat), adalah kurs yang berlaku dalam transaksi jual beli bank notes dan traveler cheque, dimana dalam kurs tersebut sudah diperhitungkan promosi dan biaya-biaya lainnya. Kurs merupakan salah satu harga yang terpenting dalam perekonomian
terbuka, mengingat pengaruh yang demikian besar bagi neraca transaksi berjalan maupun variabel-variabel makro ekonomi yang lain. Ada dua pendekatan yang
22
digunakan untuk menentukan nilai tukar mata uang yaitu pendekatan moneter dan pendekatan pasar. Dalam pendekatan moneter, nilai tukar mata uang di definisikan sebagai harga dimana mata uang asing diperjual belikan terhadap mata uang domestik dan harga tersebut berhubungan dengan penawaran dan permintaan uang. Naik turunnya nilai tukar mata uang atau kurs valuta asing bisa terjadi dengan berbagai cara, yakni bisa dengan cara dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu negara yang menganut sistem managed floating exchange rate, atau bisa juga karena tarik menariknya kekuatan-kekuatan penawaran dan permintaan di dalam pasar (market mechanism) dan lazimnya perubahan nilai tukar mata uang tersebut bisa terjadi karena empat hal, yaitu : a.
Depresiasi (depreciation), adalah penurunan harga mata uang nasional berbagai terhadap mata uang asing lainnya, yang terjadi karena tarik menariknya kekuatan-kekuatan supply and demand di dalam pasar (market mechanism).
b.
Appresiasi (appreciation), adalah peningkatan harga mata uang nasional terhadap mata uang asing lainnya, yang terjadi karena tarik menariknya kekuatan-kekuatan supply and demand di dalam pasar (market mechanism).
c.
Devaluasi (devaluation), adalah penurunan harga mata uang nasional terhadap berbagai mata uang asing lainnya yang dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu negara.
23
d.
Revaluasi (revaluation), adalah peningkatan harga mata uang nasional terhadap berbagai mata uang asing lainnya yang dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu negara. Secara teori ada dua sudut pandang tentang keterkaitan antara harga saham
dan nilai tukar. Diantaranya para pendukung model “portfolio-balance” meyakini bahwa harga saham mempengaruhi nilai tukar uang secara negatif (Saini dkk, 2002:311). Ekuitas yang merupakan bagian dari kekayaan (wealth) perusahaan dapat mempengaruhi nilai tukar uang melalui permintaan uang. Sebagai contoh semakin tinggi harga saham akan menyebabkan semakin tinggi permintaan uang dengan tingkat bunga yang semakin tinggi pula, sehingga hal ini akan menarik minat investor asing untuk menanamkan modalnya dan hasilnya terjadi apresiasi terhadap mata uang domestik.
7.
Pengaruh Nilai Tukar dollar terhadap rupiah, Suku Bunga dan Laju Inflasi terhadap Indeks Harga Saham a. Pengaruh suku bunga terhadap indeks harga saham Ketika suku bunga yang ditetapkan oleh Bank Indonesia naik, maka pada dasarnya akan menaikkan suku bunga kredit yang dikeluarkan oleh bank. Dengan meningkatnya suku bunga kredit maka akan mempengaruhi permintaan akan kredit properti (subprime mortgage). Dengan naiknya suku bunga kredit akan mempengaruhi permintaan akan properti yang nantinya akan mempengaruhi kinerja perusahaan properti yang terdaftar pada pasar saham.
24
Pengaruh signifikan dari suku bunga terhadap harga saham membawa pengaruh negatif antara suku bunga dan harga saham. Pengaruh antara suku bunga terhadap harga saham dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya suku bunga. Hal tersebut didukung pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Utami dan Rahayu (2003) yang menemukan secara empiris pengaruh negatif suku bunga terhadap harga saham selama masa krisis di Indonesia.
b. Pengaruh inflasi terhadap indeks harga saham Penelitian tentang hubungan antara inflasi dengan return saham seperti yang dilakukan oleh Widjojo (dalam Almilia, 2004:546) yang menyatakan bahwa makin tinggi inflasi akan semakin menurunkan tingkat profitabiltas perusahaan. Turunnya profit perusahaan adalah informasi yang buruk bagi para trader di bursa saham dan dapat mengakibatkan turunnya harga saham perusahaan tersebut. Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Utami dan Rahayu (2003) membuktikan pengaruh inflasi terhadap harga saham, semakin tinggi tingkat inflasi semakin rendah return saham. Penelitian tersebut juga dilakukan oleh Adams et al (2004) yang menemukan secara signifikan pengaruh negatif inflasi terhadap return saham. Inflasi yang tinggi bagi perusahaan properti akan menurunkan profitabilitas perusahaan sehingga return saham pun dapat terpengaruh.
25
c. Pengaruh nilai tukar dollar terhadap rupiah dan indeks harga saham Harga saham juga mempengaruhi nilai tukar uang melalui permintaan uang (money demand equation) yang membentuk suatu basis model alokasi portofolio dan moneter dari determinasi nilai tukar uang. Pada kondisi tertentu yang mencerminkan aktivitas ekonomi riil, perubahan harga saham menyebabkan peningkatan permintaan uang riil dan nilai mata uang domestik. Disamping itu harga saham dapat mencerminkan variabel makro ekonomi, karena menunjukan ekspektasi pasar terhadap aktivitas ekonomi riil. Semenjak model nilai tukar uang misalnya model moneter mengkorelasikan nilai tukar tersebut terhadap variabel makro ekonomi, maka perubahan dalam harga saham dapat menyebabkan efek dari nilai tukar. Dalam penelitian Achmad (2009:51) yang mengacu pada Mok (1993) menemukan bahwa nilai tukar (FOREX) dan harga saham merupakan dua variabel yang independen, tetapi ada kausalitas dua arah antara FOREX dan harga saham penutupan dan pembukaan saham. Pertumbuhan pasar saham juga mendesak pengaruh positif dari nilai tukar. Indeks SCC (Structural Contagion Coefficient) juga menunjukan bahwa hubungan antara harga saham dan nilai tukar adalah positif, yang berarti ketika dollar amerika terdepresiasi, harga saham juga turun dan begitu pula sebaliknya. Para ekonom lain yakin bahwa apresiasi mata uang dalam sistem nilai tukar
mengambang
(the
floating
26
exchange
rate
regime)
akan
mempengaruhi daya saing produk lokal secara internasional dan posisi neraca perdagangan. Nantinya, aliran kas perusahaan dimasa datang akan terpengaruh karena buruknya output riil dan hal ini menurunkan harga saham. Intinya, model tersebut menyimpulkan bahwa nilai tukar berpengaruh pada harga saham secara positif. Dengan melihat porsi kepemilikan saham di bursa efek indonesia yang didominasi oleh asing maka kecenderungannya adalah semakin tinggi nilai mata uang dollar maka semakin tinggi pula indeks harga saham sektor properti. Artinya, jika nilai dollar naik dari Rp. 8.000,- menjadi Rp 9.000,- maka indeks harga saham properti naik.
B.
Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu tentang pengaruh variabel makro ekonomi
terhadap kinerja indeks harga saham menunjukkan hasil yang berbeda sebagaimana yang ditemukan oleh Tirapat dan Nitayagasetwat (1999) bahwa terdapat sensitivitas perusahaan terhadap variabel makro ekonomi yang disebut resiko sistematik perusahaan yang diperoleh
dari hasil regresi return saham
perusahaan dengan variabel makro ekonomi tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Hardiningsih et al (2001) menunjukan hasil bahwa nilai tukar terhadap US Dollar berpengaruh negatif terhadap saham. Disisi lain, Utami dan Rahayu (2003) serta Suciwati dan Machfoedz (2002) hasilnya menunjukan bahwa nilai tukar rupiah terhadap US Dollar berpengaruh positif terhadap saham. Selanjutnya, beberapa penelitian sebelumnya tentang harga
27
saham dengan nilai tukar uang (domestik terhadap US Dollar) yang dilakukan di berbagai negara menunjukan hasil yang berbeda. Frank dan Young (Saini dkk, 2002) yang meneliti US MNC’s menemukan bahwa tidak ada pola yang pasti dari hubungan harga saham dengan nilai tukar uang. Tetapi Ang dan Ghalap (dalam Saini dkk, 2002) yang meneliti lima belas US MNC’s juga menunjukkan hal lain yaitu bursa saham saat itu adalah efisien dan harga saham menyesuaikan dengan cepat terhadap perubahan nilai tukar uang. Hal senada diungkapkan oleh Granger dkk (2000) bahwa nilai tukar uang berpengaruh (lead) terhadap harga saham di Jepang, Hongkong dalam periode Januari 1995 sampai November 1997 dan Januari 1986 sampai November 1987. Penelitian yang dilakukan Ma dan Kao (dalam Achmad, 2009) menemukan bahwa dengan menggunakan data untuk enam negara, apresiasi (menguatnya) uang domestik berpengaruh negatif pada pergerakan harga saham domestik untuk perekonomian yang didominasi ekspor dan berpengaruh positif pada pergerakan harga saham domestik di suatu perekonomian yang didominasi impor. Selanjutnya Ajayi dan Mougue (dalam Setyorini dkk, 2000) melalui pendekatan Error Correction Model (EMC) menemukan bahwa pasangan indeks saham dan nilai tukar untuk setiap negara saling berkaitan. Selanjutnya hasil estimasi menunjukan bahwa di keenam negara tersebut (kecuali kanada dan belanda), perubahan di pasar uang asing ditransmisikan ke pasar saham dan sebaliknya. Setyorini dkk menyimpulkan bahwa pergerakan kurs rupiah terhadap US dollar di pasar valuta asing berpengaruh secara signifikan terhadap harga
28
saham dan bukan sebaliknya. IHSG berpengaruh negatif dan signifikan pada kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat secara long run dan short run. Sementara itu, hubungan antara suku bunga (interest rate) dengan return saham terdapat perbedaan hasil antara lain temuan Granger (dalam Mok, 1993) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif suku bunga terhadap harga saham. Dalam kesempatan lain, Mok (1993) sendiri dengan menggunakan model analisis Arima tidak menemukan hubungan yang signifikan antara kedua variabel ini. Selanjutnya, penelitian tentang hubungan antara inflasi dengan return saham seperti yang dilakukan oleh Widjojo (dalam Almilia, 2003) menyatakan bahwa makin tinggi inflasi akan semakin menurunkan tingkat profitabilitas perusahaan. Park (2000) juga menyimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif antara return saham dan inflasi dan menyatakan bahwa berita mengenai inflasi mempunyai dampak pada pada return saham.
C.
Kerangka Pemikiran Teoritis Menurunnya kurs dollar terhadap rupiah berpengaruh positif terhadap
ekonomi dan pasar modal, sebaliknya kurs dollar terhadap rupiah berpengaruh negatif. Melemahnya rupiah akan menyebabkan pasar modal dalam negeri kurang menarik karena adanya resiko nilai tukar yang menyebabkan penurunan nilai investasi dan mempunyai hubungan negatif terhadap return saham. Sebaliknya, hubungan antara nilai tukar dollar terhadap rupiah bisa saja berpengaruh positif bila investor berasal dari luar negeri dan menggunakan mata uang asing, sehingga
29
semakin terdepresiasinya mata uang rupiah akan menyebabkan investor luar cenderung melepas mata uang asingnya untuk membeli saham yang harganya turun karena pengaruh kurs mata uang. Suku bunga memiliki hubungan negatif terhadap return saham. Hal ini disebabkan apabila tingkat suku bunga meningkat, orang cenderung untuk menabung daripada menginvestasikan modalnya dengan harapan resiko yang diharapkan lebih kecil dibandingkan bila menginvestasikan modalnya dalam bentuk saham. Jika tingkat bunga turun, investor cenderung lebih suka investasi dengan membeli saham sehingga permintaan saham akan meningkat dan akan mendorong peningkatan harga saham. Tingkat inflasi yang tinggi memiliki hubungan yang negatif terhadap indeks harga saham. Jika peningkatan biaya faktor produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan, profitabilitas perusahaan akan menurun, menyebabkan efek ekuitas menjadi kurang kompetitif, sehingga berdampak pada penurunan harga saham di pasar modal. Berdasarkan telaah pustaka yang telah diuraikan sebelumnya, maka akan diuji apakah variabel kurs rupiah terhadap USD, suku bunga SBI dan laju inflasi berpengaruh terhadap indeks harga saham sektor properti dan dapat digambarkan model seperti berikut ini :
30
1)
Suku bunga SBI
2)
Laju Inflasi
3)
Nilai Tukar dollar terhadap rupiah
(-) (-)
(+)
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
31
Indeks harga saham sektor properti