23
BAB II LANDASAN TEORI
B. Musik 1. Definisi Musik Menurut Campbell (2001) Musik merupakan suatu bentuk seni yang menyangkut organisasi atau kombinasi dari suara atau bunyi dan keadaan diam yang dapat menggambarkan keindahan dan ekspresi dari emosi dalam alur waktu dan ruang tertentu. Musik dapat menyebabkan terjadinya kepuasan estetis melalui indera pendengaran dan memiliki hubungan waktu untuk menghasilkan komposisi yang memiliki kesatuan dan kesinambungan. Menurut Eagle (dalam Djohan, 2009) musik didefinisikan sebagai suara dan diam yang terorganisir melalui waktu yang mengalir (dalam ruang), beberapa kesimpulan sementara dan pertanyaan yang muncul adalah musik berasal dari suara, suara berasal dari vibrasi dan vibrasi adalah esensi dari segala sesuatu.
2. Elemen-Elemen Musik Ada beberapa elemen yang terdapat dalam musik (dalam Kamien, 2004), yaitu: a. Pitch Pitch adalah kualitas suara yang secara khusus merupakan fungsi dasar dari frekuensi-jumlah osilasi perdetik dari objek suara atau partikel udara yang dihasilkan (Djohan, 2009). Tanpa adanya perbedaan pitch maka tidak akan
24
ada musik. Pitch ditentukan oleh frekuensi dari vibrasi yang dihasilkan. Vibrasi adalah gerak-gerak suatu benda yang teratur secara periodik seperti getaran senar pada suatu instrumen musik. Semakin cepat vibrasi semakin tinggi pitch dan sebaliknya semakin pelan vibrasi maka semakin rendah pitch yang dimunculkan. b. Dinamik Derajat keras atau lembutnya bunyi dalam sebuah musik disebut dinamik. Kerasnya bunyi mengarah pada amplitudo yang dihasilkan. Ketika beberapa instrumen musik dimainkan dengan keras atau dengan lembut maka akan menghasilkan perubahan dinamik. c. Warna Suara Warna suara atau Timbre merupakan karakter suara yang dibedakan dari pitch nya sehingga kualitas suara dapat dibedakan pada setiap instrumen (Djohan, 2009). Setiap orang memiliki warna suara vokal yang khas dan unik (Purba dan Pasaribu, 2006). Sama halnya dengan perubahan yang terjadi dalam dinamik, perubahan yang terjadi dalam warna suara juga bervariasi dan kontras. Ketika melodi yang sama dimainkan oleh beberapa instrumen maka akan muncul efek yang berbeda yang disebabkan oleh perbedaan warna suara dari masing-masing instrumen. d. Suara Suara memiliki kemampuan yang unik untuk menggabungkan kata-kata dengan nada musik. Inilah yang menjadikan puisi dan nyanyian menjadi hal tidak dapat dipisahkan dibeberapa kebudayaan. Pada umumnya suara pada
25
wanita dapat diklasifikasikan dari yang tertinggi hingga yang terendah yaitu sopran, mezzo sopran, alto atau contralto dan pada laki-laki tenor, bariton, dan bass. e. Instrumen Pada umumnya individu menggunakan instrumen musik dengan susunan dan warna suara yang bervariasi. Instrumen didefinisikan sebagai alat yang dapat menghasilkan bunyi musik. Musisi barat mengklasifikasikan instrumen musik dalam 6 kategori yaitu string meliputi gitar dan violin, woodwind meliputi seruling dan klarinet, brass meliputi trompet dan trombon, percussion meliputi bass drum dan simbal, keyboard meliputi organ dan piano, dan terakhir adalah electronic meliputi synthesizer. f. Irama (Rhythm) Esensi dasar dari irama adalah pola ketegangan dan pelepasan yang berulang. Irama juga dasar dari musik. Irama dihasilkan dari variasi durasi pitch. Irama dapat teratur atau tidak teratur, sederhana atau rumit. Kombinasi durasi atau pola durasi dapat membangkitkan perasaan dan energi (Willoughby, 1996) g. Notasi Musik Notasi adalah suatu sistem penulisan musik sehingga pitch dan irama dapat dikomunikasikan. Notasi musik dapat digunakan untuk mengindikasikan secara pasti pitch melalui peletakan simbol yang menurun atau naik digaris nada atau staff. Akan tetapi notasi musik tidak dapat mengindikasikan durasi dari nada melainkan lamanya nada terakhir yang berhubungan dengan nada lainnya dalam satu lagu.
26
h. Melodi Beberapa individu mengartikan musik sebagai melodi. Melodi lebih mudah untuk disusun daripada didefinisikan. Melodi memiliki arah, bentuk dan kesinambungan. Melodi merupakan rangkaian nada naik dan turun yang berjalan dalam waktu dan memiliki ritme. Memainkan melodi berarti memainkan rangkaian nada naik dan turun melalui media instrumen atau vokal yang berjalan dalam waktu dan memiliki ritme (Purba dan Pasaribu, 2006). i. Harmoni Harmoni merupakan rangkaian dua atau lebih nada yang dimainkan secara bersamaan atau berangkai. Memainkan iringan harmoni berarti memainkan dua atau lebih nada secara bersamaan atau berangkai untuk mengiringi melodi (Purba dan Pasaribu, 2006). j. Kunci Pada prakteknya semua melodi berada disekitar nada pusat. Nada melodi cenderung mengarah pada nada pusat ini. Nada pusat ini adalah nada kunci atau tonic dari melodi. Ketika sebuah lagu dimainkan pada kunci C, C merupakan nada kunci atau tonic. k. Tekstur Musik Pada saat individu mendengarkan sebuah musik, individu tersebut mungkin mendengar satu melodi, beberapa melodi secara bersamaan, atau melodi yang disertai chord. Untuk menggambarkan berbagai kemungkinan ini, maka digunakanlah istilah tekstur musik. Tekstur musik mengarah pada besarnya
27
perbedaan suara yang terdengar ketika musik dimainkan atau hubungan antara melodi dan harmoni. Tekstur musik digambarkan secara transparan, padat, lemah, berat, atau ringan. l. Musical Form Istilah form dihubungkan dengan bentuk, struktur, susunan dan koherensi. Form didalam musik merupakan susunan dari elemen-elemen musik. Dalam komposisi musik, pitch, warna suara, dinamik, irama, melodi dan tekstur musik saling berinteraksi untuk menghasilkan bentuk dan struktur. m. Performansi Tanpa adanya pemain, musik hanya berupa tulisan. Tidak sama halnya dengan buku atau lukisan, musik diperdengarkan kepada individu melalui musisi. n. Gaya Musik Gaya didalam musik mengarah pada karakteristik dari penggunaan melodi, irama, warna suara, dinamik, harmoni, tekstur dan musical form. Elemenelemen ini dikombinasikan sehingga menghasilkan suara yang khusus dan unik.
3. Jenis-Jenis Musik Menurut Kamien (2004) ada beberapa jenis musik, yaitu : a. Musik Klasik Musik klasik merupakan sebuah musik yang dibuat dan ditampilkan oleh orang yang terlatih secara profesional melalui pendidikan musik. Musik klasik juga merupakan suatu tradisi dalam menulis musik, yaitu ditulis dalam bentuk
28
notasi musik dan dimainkan sesuai dengan notasi yang ditulis. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) musik klasik adalah musik yang komposisinya lahir dari budaya Eropa dan digolongkan melalui periodisasi tertentu. Sebuah penampilan musik klasik memiliki atmosfir yang serius. Penonton diharapkan untuk diam dan tidak banyak bergerak agar tiap nada dalam komposisi yang dimainkan dapat terdengar dengan jelas. Penampil musik klasik diharuskan untuk berbusana formal dan terlibat secara langsung dengan penonton. Pada musik klasik, improvisasi dilakukan dalam bentuk interpretasi. Improvisasi sering dilakukan pada periode Baraque, terutama oleh J.S Bach. Pemain dapat mengimprovisasi chord maupun melodi. 1) Jenis-jenis Musik Klasik Merrit (2003) mengemukakan bahwa musik klasik dapat dibagi dalam beberapa zaman, yaitu: (i)
Musik Zaman Barok Musik klasik zaman Barok berlangsung dari tahun 1600 sampai 1750 ditandai oleh strukturnya yang tepat dan akurat. Gerakannya energik dengan ketukan yang teratur sehingga menjauhkan dari perasaan lelah. Pola musik klasik zaman ini sangat khas dan diduga sehingga menimbulkan perasaan aman dan teratur. Musik klasik zaman barok terdengar emosional dan dramatis yang didalamnya ribuan elemen musik dikelola menjadi satu keseluruhan yang monumental dan mengagumkan. Inilah sebabnya musik kalsik zaman barok sangat efektif untuk mengintegrasi seluruh otak. Beberapa komposer
29
ternama zaman Barok adalah Bach, Handel, Vivaldi dan Corelli. Komposer-konposer tersebut terutama Bach memiliki keandalan untuk memadukan perasaan dan ketepatan sehingga komposisi mereka bisa digunakan untuk hampir segala tujuan. Contoh karya musik pada zaman ini adalah Canon in D oleh Pachelbel yang dapat digunakan untuk menenangkan, memberi struktur, menyeimbangkan serta memberi energi. Brandenburg Concertos oleh Bach dapat digunakan untuk menenangkan, menyeimbangkan, menulis dan membuat karya kreatif, memberi energi serta mempertajam kekuatan mental. The Four Seasons oleh Vivaldi bermanfaat untuk memberi energi, menenangkan, memotivasi dan menyemangati. The Water Musik oleh Handel dapat memberi energi, memusatkan dan menstruktur. (ii). Musik Zaman Klasik Zaman klasik terjadi dari tahun 1750 sampai 1820. Pada zaman klasik aspek harmoni dikembangkan dengan banyak perubahan warna nada. Musik zaman ini ditandai oleh kesinambungan yang mengalir, kejernihan, dan keseimbangan. Jika musik zaman Barok ditandai oleh dinamika suara yang tidak terlalu kontras, musik zaman klasik ditandai oleh aksen dan dinamika yang bisa berubah secara tiba-tiba dan mengejutkan sehingga iramanya tidak monoton. Oleh karena itu musik zaman klasik sangat efektif untuk merangsang keterkaitan didalam otak, memicu ingatan, dan kreativitas.beberapa
30
komposer ternama zaman ini adalah Haydn, Mozart, dan Beethoven. Contoh karya pada zaman ini adalah Symphony No 6 (Pastorale) oleh Beethoven yang bermanfaat untuk menggembirakan, memicu kreativitas, merangsang imajinasi, membangun kelembutan, perasaan indah dan alamiah. Contoh lainnya adalah Eine Kleini Nachtmusik oleh Mozart. Karya ini berdampak membangun semangat, memberi energi, membimbing, mengilhami dan memotivasi. (iii). Musik Zaman Romantis Musik zaman Romantis berkisar dari tahun 1820 sampai 1900 ditandai oleh individualisme dan keunikan. Musiknya sangat individual dengan popularitas emosional yang kuat. Musik klasik zaman ini sangat mencerminkan perasaan komposernya sehingga sangat efektif untuk membantu mengungkapkan perasaan. Musik klasik zaman romantis terdengar liris, fantastis, membuat pendengar merinding, dan menyentuh emosi. Beberapa komposer zanam ini adalah Brahms, Mendelssohn, Beethoven dalam karya-karya terakhir, Tchaikovsky, Schumann, Wagner dan Rachmaninoff. (iv). Musik Zaman Impresionis Musik zaman Impresionis dimulai pada akhir abad 19 dan awal abad 20. musik zaman ini sangat baik untuk memicu khayalan karena banyaknya perubahan dalam warna nada dan nuansa perasaan yang lembut. Komposer ternama zaman ini adalah Debussy, Respighi, dan
31
Ravel. Contoh karyanya adalah The Pines of Rome oleh Respighi yang dapat memicu pencitraan dan merangsang fantasi.
b. Musik Jazz Elemen-elemen yang terdapat dalam musik jazz pada mulanya berasal dari beberapa kebudayaan termasuk Afrika Timur, Amerika, dan Eropa. Elemen musik jazz yang dipengaruhi oleh Afrika Timur meliputi improvisasi, suara perkusi dan irama yang komplek. Elemen musik tradisi dari Amerika dan Eropa seperti melodi, harmoni dan form menjadi latarbelakang terbentuknya elemen musik jazz. Musik jazz sebelum tahun 1950 biasanya dimainkan oleh kelompok kecil yang terdiri dari 3 sampai 8 pemain atau kelompok besar yang terdiri dari 10 sampai 15 pemain. Irama dari musik jazz sangat tidak beraturan dan komplek. Sejak tahun 1950 terjadi beberapa inovasi dalam musik jazz. Irama, harmoni, form dan warna suara telah dieksplorasi. Instrumen seperti flute dan cello menjadi bagian dari musik jazz. Sejak tahun 1960 sampai tahun 1980-an synthesizer dan piano elektrik lebih sering digunakan. c. Musik rock Era baru dalam musik rock dimulai pada tahun 1964 oleh kelompok musik Inggris yaitu The Beatles. Lirik yang digunakan dalam musik rock pada tahun 1960an berkaitan dengan topik yang berkembang pada saat itu dan ketidakadilan ras. Pada akhir tahun 1960an terdapat perbedaan musik rock yang direfleksikan dengan berbagai istilah seperti folk rock, jazz rock, fusion, classical rock, raga rock, psychedelic rock, dan acid rock. Pada akhir tahun
32
1960an hingga awal 1970an, musik rock mulai mengembangkan scale dari instrumen musik yang digunakan, struktur dan harmoni dari musik rock. Scale adalah elemen-elemen kunci yang terbentuk dari pitch dasar dari susunan musik yang tersusun dari rendah hingga tinggi atau dari tinggi hingga rendah. Kemajuan teknologi juga memiliki peran penting dalam perkembangan musik. Corak musik pada tahun 1970an memperlihatkan kontinuitas dari tahun 1960an. Pada tahun tersebut mulai muncul musik rock and roll dan berkembangnya musik dansa yang disebut disco. Paduan musik country dan musik rock yang disebut county rock mulai dikenal pada awal tahun 1970an. Corak musik lain yang berkembang pada tahun 1970an adalah reggae, yaitu musik dari Jamaika. Musik punk yang merupakan turunan dari bentuk dasar musik rock. Musik funk yang berkembang dari musik black soul. Musik new wave yang diperhalus secara teknis dan ditiru dalam gaya bahasa dari musik punk. Pada tahun 1980an para remaja mulai tertarik dengan musik heavy metal yang merupakan tipe musik rock dengan karakteristik tabuhan drum, suara bass yang keras, dan permainan gitar yang tidak dikendalikan. Perkembangan musik rock di Indonesia diawali dengan masuknya pengaruh rock and roll. Kegirangan akan hadirnya jenis musik rock membuat Presiden Soekarno mengeluarkan larangan aktivitas memainkan musik. Namun pada tahun 1970 an musik rock kembali digemari oleh pendengarnya (Purba dan Pasaribu, 2006). d. Musik Non Barat
33
Musik dari dunia non barat sangat bervariasi. Musik ini merefleksikan dan mengekspresikan keragaman bahasa, agama, kondisi geografi, sosial, sistem ekonomi, nilai, keyakinan, dan pandangan hidup. Setiap budaya memiliki karakteristik instrumen, performansi, melodi dan pola irama masing-masing. Musik non barat pada umumnya diwariskan dari orang tua kepada anak atau dari guru kepada muridnya. Komposisi dan teknik performasi dipelajari secara hafalan dan tiruan. Beberapa musik kebudayaan tidak memiliki notasi musik. Notasi musik menjadi kurang penting bagi budaya non barat dibandingkan budaya barat. Beberapa contoh musik non barat adalah musik afrika, musik klasik dari India, dan musik Koto dari Jepang. Pada dasarnya musik Afrika berbeda pada masing-masing individu namun ciri umum dari musik ini adalah irama yang komplek dan poliritmik, suara perkusi, dan variasi instrumen ansambel. Musik tradisional India yang meliputi musik rakya dan musik popular telah ada sejak 3000 tahun lalu dan merupakan salah satu musik tertua di dunia. Pada pertengahan abad 12 dan 16 musik klasik india dibedakan menjadi musik Karnatak yang berasal dari India Selatan dan musik Hindustani yang berasal dari India Utara. Instrumen paling populer yang digunakan dalam memainkan musik India adalah sitar dan tambura. Salah satu musik rakyat dan tradisional yang berasal dari Jepang adalah musik koto. Koto adalah adalah salah satu instrumen musik petik yang dimiliki dan sangat penting dalam musik Jepang yang sebanding dengan piano pada musik barat. Koto digunakan untuk musik solo dan duet, iringan vokal atau kombinasi dengan satu atau lebih instrumen musik.
34
e. Musik Pop Sejak 40 tahun lalu istilah musik pop telah mengarah pada salah satu cabang dari musik populer. Meskipun musik pop dipandang sebagai suatu fenomena yang relatif baru berkembang, beberapa elemen musik dari musik pop tetap bertahan dalam sejarahnya yang singkat. 1) Definisi Musik Pop The New Grove Dictionary of Music and Musicians mendefinisikan musik pop sebagai istilah yang telah digunakan sejak tahun 1950-an sebagai jenis musik sentral dan yang paling banyak beredar dari jenis musik populer seperti musik rock and roll, reggae dan lainnya (dalam Dolfsma, 2004). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) musik pop adalah musik dengan irama yang sederhana sehingga mudah dikenal dan disukai oleh orang umum. Shuker (2005) juga mendefinisikan musik pop sebagai musik yang mudah diperoleh, berorientasi pada komersil, menekankan pada chorus atau ulangan lagu yang mengesankan.dan lirik yang menyenangkan dengan tema romantis. Estetika musik pop pada dasarnya konservatif. Menurut Frith (dalam Shuker 2005) musik pop berkaitan dengan nada yang popular dan pengekspresian perasaan seharihari seperti cinta, kehilangan, dan cemburu. 2) Sejarah Musik Pop Sekitar tahun 1954-1957 perubahan besar terjadi dalam industri musik dan masyarakat luas dengan hadirnya musik pop. Data statistik menunjukkan perubahan dalam konsumsi musik dari para pendengar yang mengarah
35
kepada musik pop. Menurut Gammond (dalam Shuker 2005) singkatan kata pop tidak umum digunakan hingga tahun 1950-an. Pada saat itu kata pop digunakan sebagai satu nama perusahaan musik yang memayungi jenis-jenis produk musik spesial yang ditujukan bagi para remaja. Sedangkan menurut Dolfsma, (2004) musik pop pada awalnya mengarah pada musik populer yang ada di masyarakat. Tidak ada hubungan dengan jenis musik yang spesifik. Namun saat ini istilah musik pop telah diasosiasikan dengan jenis musik tertentu. Musik pop mencirikan suara dan kebanyakan bintang pop adalah penyanyi dibandingkan instrumental. Musik pop lebih sering menggunakan teknologi elektronik modern. Pada umumnya musik pop memiliki durasi waktu kurang dari 5 menit. Menurut Frith, Straw, dan Street (dalam Dolfsma, 2004) musik pop didesain sehingga terdengar familiar. Musik pop sering didengar ketika orang bekerja, maupun berekreasi. Efek musik pop bagi masyarakat dimanifestasikan dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya. Indikator berpengaruhnya musik pop terhadap ekonomi terlihat dari musik pop yang diimpor dari luar. Dalam bidang sosial musik pop juga dapat digunakan untuk mempererat masyarakat, dan stimulus dalam bekerja.
4. Manfaat Mendengarkan Musik Musik dapat dimanfaatkan dalam beberapa hal (Satiadarma & Zahra, 2004) antara lain:
36
a. Merangsang Fungsi Otak Musik memberi rangsangan pertumbuhan fungsi-fungsi pada otak seperti fungsi ingatan, belajar, bahasa, mendengar dan berbicara, serta analisis, intelek dan fungsi kesadaran. Musik juga dapat merangsang pertumbuhan gudang ingatan. b. Merangsang Otak Secara Fisik Terapi musik telah berlangsung sejak lama. Dalam sejarah, Nabi Daud sering menggunakan musik untuk tujuan penyembuhan. Hal ini menunjukkan bahwa musik mampu mengaktifkan kembali fungsi fisik otak yang telah mengalami penurunan akibat adanya gangguan penyakit. c. Meningkatkan Fungsi Kognitif Fungsi kognitif merupakan fungsi yang sangat penting dalam aktivitas kerja otak. Fungsi kognitif memungkinkan seseorang untuk berpikir, mengingat, menganalisa, belajar, dan secara umum melakukan aktivitas mental yang lebih tinggi (memecahkan masalah). Secara umum musik mampu membantu seseorang untuk meningkatkan konsentrasi, menenangkan pikiran, musik membantu seseorang dalam melakukan meditasi. d. Merangsang Proses Asosiatif Proses asosiatif adalah salah satu bentuk proses berpikir untuk mengaitkan satu hal dengan hal lainnya. ketika seorang remaja mendengar lagu yang pernah didengarnya bersama kekasihnya maka ia akan teringat kekasihnya. Proses ini berlangsung seolah-olah otomatis, tetapi sesungguhnya memakan waktu tertentu dan menggunakan aktivitas energi pada saraf otak. e. Merangsang Rekognisi Proses rekognisi merupakan salah satu proses penting dalam fungsi berpikir. Banyak orang mungkin tidak begitu menyadari bahwa proses ini berlangsung cukup kompleks dan melibatkan ragam fungsi kerja otak. Jika seseorang mendengar alunan musik, saraf indera pendengaran mengirim sinyal ke otak untuk mengenali alunan musik tersebut. Otak menganalisa sinyal dan mencari padanan pada gudang ingatan. Jika individu pernah mendengar alunan serupa maka individu yang bersangkutan akan melakukan respon.
37
f. Musik Memperluas Gudang Ingatan Musik mampu mengugah individu untuk memanggil kembali data lainnya karena adanya proses asosiatif. Musik yang telah menjadi suatu kesatuan organisasi bukan lagi merupakan gabungan elemen bunyi melainkan merupakan bentuk stimulus tunggal yang mampu menggugah individu mengingat suatu peristiwa. g. Merangsang Perkembangan Bahasa Banyak pakar telah mengembangkan sarana musik untuk program belajar bahasa bagi anak. Dalam program pendidikan di berbagai lembaga pendidikan bahasa, musik, serta lagu sering digunakan untuk membantu para siswa agar lebih mampu belajar bahasa. h. Merangsang Berpikir Ritmis Musik mengandung irama atau ritme. Mendengar, belajar, dan memahami musik merupakan suatu proses memahami irama. Ketika anak-anak di sekolah mulai belajar musik dengan bertepuk tangan, mereka mengawali proses berpikir secara ritmis. Dalam proses ini anak-anak mulai berlatih mengkoordinasikan gerak dengan ritme musikyang menyertai.
C. Kepribadian 1. Definisi Kepribadian Lahey (2007) mendefinisikan kepribadian sebagai totalitas individu dalam hal memikirkan (thinking), melakukan (acting), dan merasakan sesuatu (feeling) yang khas yang membedakan dengan individu yang lain. Eysenck (dalam Pervin, 2005) mendefinisikan kepribadian sebagai berikut: Personality is the sum total of actual or potential behavior patterns of organism as determined by heredity and environment; it originates and develops through the functional interaction of the four main sectors into which these behavior pattern are organized; the cognitive sector (intellegence); the conative
38
sector (character); the affective sector (temperament) and the somatic sector (constitutions)”
Definisi kepribadian Eysenck dapat diartikan bahwa kepribadian merupakan gabungan dari fungsi nyata maupun potensial pada organisme yang ditentukan oleh faktor keturunan dan lingkungan. Kepribadian awal akan tumbuh melalui interaksi empat macam fungsi, yaitu: sektor kognitif (intelegensi), sektor konatif (karakter), sektor afektif (temperamen), dan sektor somatis (konstitusi). Penelitian korelasional dan eksperimen yang dilakukan oleh Eysenck pada akhirnya melahirkan 3 dimensi kepribadian, yaitu: Psikotisme (Psychoticism), Ektroversi (Extroversion), dan Neurotis (Neuroticism). Penerapan dimensi kepribadian Eysenck dapat dilihat dari beberapa penelitian eksperimental yang dilakukannya. Pertama, dimensi kepribadian psikotisme diasosiasikan dengan sikap yang bermusuhan dan kecenderungan menentang norma yang berlaku di masyarakat (Eysenck, 1977). Kedua, studi eksperimental menemukan bahwa individu introvert lebih berpengaruh dampak kebisingan dibandingkan individu ekstrovert ketika dihadapkan pada tugas (Aubel & Britton, dalam Bell 2005). Ketiga dimensi kepribadian neurotis memiliki kontribusi terhadap psikopatologi, misalnya neurosis (Eysenck, 1997).
2. Dimensi Kepribadian Teori kepribadian Eysenck dikenal juga dengan Teori Tiga Faktor (The Three-Factor Theory), yang membagi kepribadian atas 3 dimensi (Pervin, 2005), yaitu :
39
a. Dimensi Introvert-Ekstrovert (Introversion-Ekstroversion) Eysenck (dalam Pervin) mengemukakan karakteristik individu ekstrovert ditandai
oleh
sosiabilitas,
bersahabat,
aktif
berbicara,
impulsif,
menyenangkan, aktif dan spontan. Eysenck menjabarkan komponen ekstroversi adalah kurangnya tanggung jawab, kurangnya refleksi, pernyataan perasaan, penurunan kata hati, pengambilan resiko, kemampuan sosial dan aktivitas. Lebih lanjut lagi, Eysenck & Eysenck (dalam Schultz, 2008) mengemukakan bahwa ciri yang khas dari kepribadian ekstrovert adalah mudah bergaul, suka pesta, mempunyai banyak teman, membutuhkan teman untuk berbicara dan tidak suka membaca atau belajar sendirian. Individu dengan dimensi kepribadian ekstrovert sangat membutuhkan kegembiraan, mengambil tantangan, sering menentang bahaya, berprilaku tanpa berpikir terlebih dahulu, dan biasanya suka menurutkan kata hatinya, gemar akan gurau-gurauan, selalu siap menjawab, dan biasanya suka akan perubahan, riang, tidak banyak pertimbangan, (easy going), optimis, serta suka tertawa dan gembira, lebih suka untuk tetap bergerak dalam melakukan aktivitas, cenderung menjadi agresif dan cepat hilang kemarahannya, semua perasaannya tidak disimpan dibawah kontrol, dan tidak selalu dapat dipercaya (Aiken, 1985, dalam Pervin, 2005). Dimensi kepribadian ini juga berdaya ingat kuat, memiliki ambang rangsang yang tinggi dan menunjukkan daya juang fisik yang tinggi, dapat melaksanakan tugas yang tinggi taraf kesukarannya dengan baik, ramah, impulsif, tidak suka diatur dan dilarang,
40
terlibat
dalam
lingkungannya,
aktivitas mudah
kelompok, gembira,
pandai
memiliki
membawa keterikatan
diri
dalam
sosial,
dapat
memanfaatkan kesempatan yang ada, bertindak cepat, optimis, agresif, cepat/mudah meredakan kemarahan, mudah tertawa, tidaka dapat menahan perasaannya. Menurut Eysenck introvert adalah satu ujung dari dimensi kepribadian introvert-ekstrovert dengan karakteristik watak yang tenang, pendian, suka menyendiri, suka termenung dan menghindari resiko. Dimensi kepribadian ini memiliki sifat yang sabar, serius, sensitif, lebih suka beraktivitas sendiri, mudah tersingung, saraf otonom labil, mudah terluka, rendah diri, suka melamun dan gugup. Lebih lanjut lagi, Aiken (dalam Hall & Lindzey, 2005) mengatakan bahwa individu dengan dimensi kepribadian introvert memiliki toleransi yang tinggi terhadap isolasi/kesendirian, kurang toleransi terhadap keluhan fisik, cenderung melakukan secara baik terhadap tugas yang sederhana/mudah, dan cenderung melaksanakan secara baik tugas yang menuntut kesiapsiagaan. Individu yang introvert juga cenderung menjauhkan diri, tidak mudah bergabung dengan orang lain, dan susah mengartikulasikan ide-idenya. b. Dimensi Neurotisme (Neuroticism) Feist & Feist (2006) menyatakan bahwa dimensi neurotisme memiliki komponen hereditas yang kuat dalam memprediksi gangguan yang dialami oleh individu. Dalam hal ini, individu yang memiliki skor neurotisme yang tinggi memiliki kecenderungan untuk bereaksi berlebihan secara emosional
41
terhadap satu situasi dan mereka kesulitan untuk kembali ke keadaan semula sebelum mereka dihadapkan pada situasi yang demikian. Eysenck (dalam Feist, 2006) mengatakan bahwa individu yang sering gugup dan mengeluh akan simtom-simtom fisik seperti sakit kepala, memiliki gangguan psikologis yang jelas. c. Dimensi Psikotisme (Psychoticism) Eysenck melakukan penelitian pada rumah sakit jiwa yang terletak di Inggris. Data-data yang didapatkan dari pasien rumah sakit jiwa ini kemudian dianalisis dan faktor ketiga yang dinamakan (psychoticism) muncul. Dimensi psikotisme merupakan dimensi yang ditambahkan dari teori asli Eysenck (Feist, 2006). Beberapa gejala yang biasanya ditemukan pada individuindividu
psikotik
diantaranya
adalah
tidak
memiliki
daya
respon
(recklessness), tidak memperdulikan kebiasaan yang lumrah berlaku (inappropriate emotional expression). Pervin (2005) menyatakan bahwa individu yang mendapatkan skor tinggi pada dimensi psikotisme cenderung soliter, cuek (insensitive), tidak peduli dengan orang lain, dan menentang kebiasaan-kebiasaan umum yang berlaku secara sosial.
D. Pemecahan Masalah 1. Definisi Pemecahan Masalah Pemecahan masalah adalah proses penggunaan informasi untuk mencapai suatu tujuan yang dihalangi oleh beberapa rintangan (Lahey, 2007). Menurut Anderson (dalam Robertson, 2001) mendefinisikan pemecahan masalah sebagai
42
beberapa rangkaian tujuan dari operasi kognitif. Definisi ini tidak berbeda antara rangkaian tindakan yang akan dicapai tujuannya oleh individu dan rangkaian tindakan yang diambil oleh individu ketika individu tersebut tidak mengetahui bagaimana meraih tujuan yang diharapkan.
2. Operasi Kognitif dalam Pemecahan Masalah Secara garis besar ada tiga tipe operasi kognitif dalam pemecahan masalah yang ditampilkan secara berurutan (Lahey, 2007), yaitu: a. Memformulasikan Masalah Sebelum memulai untuk memecahkan masalah, individu harus mampu untuk mendefinisikan masalah dalam uraian yang spesifik dan jelas. Masalah terkadang membingungkan. Namun kunci yang efektif dalam memecahkan masalah
adalah
memformulasikan
masalah
tersebut
karena
untuk
memecahkan masalah individu harus mengetahui apa masalahnya. b. Memahami dan Mengorganisasikan Elemen Masalah Setelah memformulasikan masalah, selanjutnya membuat daftar dari elemenelemen masalah meliputi informasi-informasi dan sumber lainnya yang tersedia. Pemecahan masalah yang efektif sering kali membutuhkan interpretasi makna yang fleksibel. Hambatan yang sering dialami dalam mengevaluasi elemen masalah adalah mental set yang mengarah pada suatu kebiasaan atau cara seseorang dalam menerima masalah.
43
c. Menerapkan dan mengevaluasi serangkaian solusi Terkadang masalah tersebut memiliki lebih dari satu solusi, untuk itu tugas selanjutnya adalah menulis daftar solusi yang memungkinkan dan menilainya satu demi satu.
3. Tipe Masalah Menurut Davidson & Sternberg (dalam Sternberg, 2006) masalah dapat dikategorikan berdasarkan jelas tidaknya rangkaian solusi yang ditemukan, yaitu : a. Well-Structured Problems Well-structured problem adalah masalah yang memiliki rangkaian solusi yang jelas. Tipe masalah ini juga dikenal dengan istilah well-defined problem. Menurut Davidson & Sternberg (2003) well-defined problem adalah masalah yang memiliki tujuan, langkah solusi dan rintangan solusi yang jelas berdasarkan informasi yang diberikan. Pada umumnya seorang guru di sekolah sering meminta muridnya untuk menyelesaikan masalah dengan tipe seperti ini dalam area yang spesifik seperti matematika, sejarah atau geografi. Salah satu metode untuk mempelajari bagaimana memecahkan well defined problem adalah dengan mengembangkan simulasi komputer. Tugas peneliti adalah menciptakan program komputer yang dapat memecahkan masalah tipe ini. Dengan mengembangkan instruksi pada komputer, peneliti dapat memahami dengan lebih baik bagaimana manusia memecahkan jenis masalah yang sama. Berdasarkan salah satu model pemecahan masalah, pemecah masalah harus mempertimbangkan langkah awal dan tujuan akhir dalam ruang
44
masalah. Ruang masalah atau Problem Space adalah seluruh kemungkinan tindakan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah, memperlihatkan beberapa batasan yang digunakan dalam solusi masalah. 1) Isomorphic Problems Isomorphic Problems adalah masalah yang memiliki struktur formal yang sama tetapi memiliki isi yang berbeda (Sternberg, 2006). Carroll, Thomas, dan Malhotra (dalam Reed, 2007) memperdalam aturan perwakilan dalam desain dengan menciptakan dua problem isomorph yaitu spatial version dan temporal version. (i). Menurut Djohan (2009) spasial adalah kapasitas kemampuan yang berkaitan dengan penalaran atau manipulasi mental terhadap hubungan keruangan. Kognisi spasial banyak dipergunakan untuk hal-hal yang berhubungan dengan tipe-tipe proses mental seraya melibatkan perbedaan atau pengelompokan tugas. Faktor spasial bukan konsep unidimensional tetapi mencakup persepsi spasial, atensi, memori, operasi (rotasi atau refleksi dari kinerja spasial) dan konstruksi (menyusun bagian-bagian suatu objek untuk mendapatkan sebuah objek yang utuh). Spatial meliputi imajinasi yang aktif, mudah
menemukan
jalan
keluar,
membangun
imej
mental
(visualisasi), merepresentasi secara grafis seperti menggambar, melukis, memahat dan sebagainya, rekognisi hubungan antar objek, manipulasi mental terhadap objek, akurasi persepsi dari sudut yang berbeda, dan memori visual.
45
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah spasial adalah suatu proses penggunaan informasi untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan penalaran atau manipulasi mental terhadap hubungan keruangan. b. Ill-Structured problems Ill-Structured problem adalah masalah yang memiliki rangkaian solusi yang tidak jelas. Tipe masalah ini juga dikenal dengan istilah illl-defined problem. Pemecah masalah kesulitan dalam menyusun representasi mental yang sesuai terhadap masalah dan solusinya. Untuk masalah tertentu, kesulitan banyak ditemukan pada penyusunan rencana dalam rangkaian langkah yang dapat mengarah pada solusi. Peran insight dalam tipe masalah ini penting. Insight adalah pemahaman yang berbeda dan tiba-tiba terhadap masalah atau strategi yang menolong dalam memecahkan masalah.
4. Strategi Pemecahan Masalah Strategi kognitif yang biasanya digunakan dalam operasi Pemecahan masalah dibagi menjadi tiga tipe yaitu trial and error, algoritm, dan heuristic. a. Trial and error Trial and error adalah aplikasi yang dipilih secara random dari satu solusi yang dimungkinkan setelah mencoba solusi yang lain. Pendekatan ini sering digunakan dalam memecahkan masalah dan tidak menjamin solusi ditemukan.
46
b. Algorithms Algoritm adalah suatu pemikiran yang sistematis yang menjamin sebuah solusi dalam memecahkan masalah jika secara tepat diikuti. c. Heuristic Suatu strategi pemecahan masalah yang dapat meningkatkan kemungkinan dalam menemukan solusi yang tepat. Tetapi karena strategi ini tidak mengevaluasi kemungkinan solusi dengan sistematis, heuristic tidak menjamin mendapatkan solusi yang tepat terhadap masalah. Ada tiga jenis strategi pemecahan masalah yang bersifat heuritic yaitu forming subgoals, analogy, dan constructing diagram. 1) Subgoals Subgoal adalah pemecahan masalah dengan membagi masalah kedalam beberapa bagian. Contohnya adalah dalam menyelesaikan tower of hanoi puzzle. Penggunaan subgoal dapat membantu pemecahan masalah lebih mudah karena mengetahui tahapan masalah berada pada jalur solusi yang memungkinkan mencegah pencarian jalur solusi lain yang tidak menjanjikan pemecahan. Strategi ini sering membantu namun tidak dijamin sebagai suatu solusi yang mudah. Ada beberapa kelemahan memakai strategi ini. Pertama tidak selalu jelas bagaimana tahapan masalah yang akan diatasi karena beberapa masalah tidak memiliki subgoal yang jelas, kedua pencapaian subgoal dapat mengakibatkan kebingungan mengenai apa yang harus dilakukan untuk selanjutnya.
47
2) Analogy Analogy adalah strategi pemecahan masalah dengan menggunakan solusi yang sama dari suatu masalah untuk memecahkan masalah yang hampir serupa. Berhasilnya penggunaan analogi tergantung pada pengenalan antara dua masalah yang serupa dan ingatan akan solusi dari masalah yang disamakan. 3) Diagram Strategi terakhir dalam menyelesaikan masalah adalah menyusun diagram. Diagram dapat membantu mewakilkan masalah dalam suatu cara yang secara efisien membantu dalam pencarian solusi. Pentingnya perwakilan digambarkan melalui sebuah fakta bahwa dua buah masalah yang memiliki solusi yang hampir sama tetapi memiliki cerita yang berbeda (problem isomorph) dapat berbeda tingkat kemudahan pemecahannya.
5. Metode Mengukur Pemecahan Masalah Peneliti cenderung menghadirkan subjek untuk menyelesaikan masalah dan peneliti melihat apa yang terjadi pada subjek. Masalah dapat dimanipulasi dalam berbagai cara. Pada umumnya peneliti dapat memanipulasi instruksi yang akan disampaikan. Apakah petunjuk-petunjuk disampaikan atau disembunyikan. Peneliti juga dapat menvariasikan pengukuran seperti jumlah masalah yang diselesaikan dengan benar, waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah, jumlah kesalahan yang dilakukan, jumlah objek yang diingat oleh subjek, variasi kecepatan pemecahan masalah selama tugas pemecahan masalah dilakukan, dan
48
sebagainya. Selain itu juga, sejumlah pemahaman manusia dalam memecahkan masalah dapat diperoleh dengan bertanya kepada subjek saat proses pemecahan masalah berlangsung (Robertson, 2001). Pada penelitian ini, peneliti mencoba untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah spasial sambil diiringi dengan musik. Metode pengukuran pemecahan masalah khususnya pemecahan masalah spasial dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu subtes dari tes IST (Intelligenz Structur Test) yaitu subtes kedelapan WU (Wurfel Aufgaben) yang terdiri dari beberapa gambar kubus yang berjumlah 20 aitem. Hal ini dapat dilakukan karena dari subtes tersebut proses pemecahan masalah dapat diukur dengan melihat waktu pengerjaan dari masing-masing individu dan jumlah aitem benar yang dijawab. Hal ini juga pernah dilakukan oleh Lasser (2006). Lasser meneliti pengaruh musik terhadap performa subjek dalam menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan
spasial. Dalam menyelesaikan tugas tersebut proses
pemecahan masalah mutlak diperlukan. Pada penelitian ini para peserta diberi waktu 8 menit untuk menyelesaikan 22 aitem. Aitem berupa 3 pola kotak yang nantinya peserta harus menentukan pola terakhir dari kotak tersebut dari pilihan jawaban yang telah diberikan. Metode pengukuran pemecahan masalah yang digunakan adalah dengan melihat waktu yang dibutuhkan setiap partisipan untuk menyelesaikan tugas dengan tepat serta jumlah aitem benar yang dijawab oleh masing-masing partisipan.
49
6.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemecahan Masalah Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemecahan masalah (dalam Davidson & Sternbergh, 2003), yaitu : a. Pengetahuan Setiap masalah didasari dengan pengetahuan yang unik. Oleh karena itu, pengetahuan merupakan dugaan yang penting dari bagaimana suatu masalah terjadi. Ketika individu mendefinisikan suatu masalah, masalah tersebut dapat diartikan dengan cara yang berbeda tergantung dari pengetahuan yang dimiliki oleh individu. Sejumlah penelitian telah menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan dan pemecahan masalah. b. Proses Kognitif dan Strategi yang digunakan Mumford, Reiter-Palmon, dan Redmond (dalam Davidson & Sternbergh, 2003) telah mengembangkan model yang menggambarkan proses kognitif yang terjadi pada tahap awal pemecahan masalah. Pertama individu harus sadar terhadap petunjuk, pola dan keanehan yang muncul di lingkungan (atensi dan persepsi), kedua gambaran masalah harus diakses dari ingatan (aktivasi gambaran), ketiga gambaran yang muncul harus dievaluasi (memilih strategi yang akan digunakan), keempat tujuan dan batasan masalah harus didefinisikan (memilih elemen strategi), kelima elemen masalah harus digambarkan (reorganisasi elemen).
c. Fiksasi Fiksasi terjadi ketika individu terhambat dalam melihat masalah. Salah satu tipe fiksasi adalah mental set. Mental set terjadi ketika individu mencoba
50
untuk memecahkan masalah dengan cara yang telah dilakukan sebelumnya (Santrock, 2005). d. Perbedaan Individu dalam Kemampuan dan Disposisi Perbedaan individu memainkan peran dalam tahap mendefinisikan masalah. MacLeod (dalam Davidson & Sternbergh, 2003) menemukan bahwa perbedaan kemampuan dalam individu berpengaruh terhadap representasi masalah. Beberapa literatur telah mengidentifikasi bahwa perbedaan individu dapat berpengaruh terhadap pemecahan masalah kreatif meliputi pemikiran divergen, keterbukaan dan toleransi terhadap ambiguitas. Selain kemampuan, disposisi seperti atribut kepribadian atau gaya kognitif merupakan faktor kunci dalam penemuan masalah. Jay and Perkins (dalam Davidson & Sternbergh, 2003)
menyatakan
bahwa
kemampuan,
pengetahuan,
dan
strategi
memungkinkan individu menemukan masalah, tetapi sebenarnya disposisi lah yang mengembangkan permulaan dari penemuan masalah. e. Motivasi Memecahkan masalah tidak hanya membutuhkan pengetahuan tetapi juga motivasi untuk menghadapi tantangan dan terus bertahan hingga masalah terselesaikan. Secara umum motivasi sering diartikan sebagai kondisi psikologis
(internal
states)
yang
menimbulkan,
mengarahkan,
dan
mempertahankan tingkah laku tertentu (Sukadji & Salim, 2001). Sehingga sangatlah wajar jika individu tidak merumuskan masalah jika individu tersebut tidak termotivasi untuk memecahkan masalah. Individu yang memiliki motivasi ekstrinsik dapat juga memecahkan masalah secara kreatif jika
51
informasi yang dibutuhkan tersedia atau ada seseorang yang membuat masalah tersebut mudah untuk dipecahkan. Motivasi intrinsik ditandai dengan perhatian yang cukup besar terhadap tugas dan kegembiraan dalam memecahkan masalah. f. Konteks Sosial Beberapa diskusi menyatakan bahwa teman sebaya, budaya, iklim, lingkungan sekitar dan bahkan bahasa juga berperan dalam pemecahan masalah. Tinjauan lintas budaya menyatakan bahwa lingkungan sosial cenderung untuk mendorong kreativitas dalam aktivitas tertentu seperti seni. g. Working Memory Working memory merupakan peran yang penting dalam kognisi. Tugas kognitif sehari-hari seperti membaca artikel, menghitung uang, dan mendekor ruangan sering melibatkan berbagai tahap sehingga akhirnya tugas dapat terselesaikan dengan sempurna (Shah & Miyake, dalam Davidson & Sternbergh, 2003). h. Pemahaman (Comprehension) Pemahaman adalah kemampuan untuk memahami makna dari sekumpulan peristiwa atau kata. Kintsch (dalam Davidson & Sternbergh, 2003) menyatakan bahwa pemahaman merupakan hal yang fundamental untuk memahami perbedaan dalam kognisi. Satu argumen penting bahwa kemampuan untuk membuat suatu gambaran yang akurat dan terintegrasi dari sebuah teks adalah hal yang sangat penting dalam memecahkan masalah. i.
Emosi
52
Emosi dan mood telah lama diasumsikan memiliki pengaruh terhadap pemecahan masalah. Baik emosi dan mood yang positif maupun negatif dapat memfasilitasi pemecahan masalah. Emosi dan mood mengarah pada keadaan subjektif yang meliputi komponen pengalaman, kognitif, dan fisiologis.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan juga menemukan bahwa musik dapat mempengaruhi proses pemecahan masalah khususnya pemecahan masalah spasial. Penelitian yang dilakukan oleh Phillips (2004); Ovec dan Gerlic (2006) menemukan bahwa musik yang diperdengarkan dapat meningkatkan performa tugas yang lebih baik dalam proses pemecahan masalah. Penelitian lain yang dilakukan oleh Rauscher dan kawan-kawan (1993, dalam Hardywinoto & Setiabudi, 2002); serta I Vanov dan Geake (2003) juga menemukan bahwa musik dapat meningkatkan IQ penalaran spasial.
C.
Hubungan musik dan kepribadian terhadap kemampuan pemecahan masalah spasial Musik yang didengarkan tidak hanya merupakan materi hiburan yang
memanjakan telinga. Secara umum, musik menimbulkan gelombang vibrasi dan vibrasi tersebut menimbulkan stimulasi pada gendang pendengaran. Stimulasi ditransmisikan susunan saraf pusat di sentral otak, selanjutnya hipotalamus atau kelenjar sentral pada susunan saraf pusat akan mengatur segala sesuatunya untuk mengaitkan musik dengan respon tertentu (Satiadarma & Zahra, 2004).
53
Bagi orang-orang yang cenderung mendengarkan musik ketika melakukan berbagai aktifitas pemecahan masalah, maka akan lebih bermanfaat jika musik yang dipilih adalah musik yang berdampak positif bagi tubuh manusia. Merrit (2003) menyebutkan bahwa ketika individu mendengarkan musik yang selaras dengan ritme tubuh, hal ini menyebabkan individu merasa santai meskipun banyak melakukan pekerjaan mental. Campbell (2001) juga menambahkan bahwa musik yang memiliki ketukan rata-rata 60-an kali per menit bisa digunakan sebagai sarana membawa otak pada kondisi alpha. Musik yang sesuai dengan kondisi seperti ini diantaranya adalah musik klasik dan musik pop. Ketika individu mendengarkan musik yang sesuai dengan ritme alamiah tubuh yaitu musik klasik dan musik pop, maka musik tersebut akan memunculkan efek-efek tertentu pada otak. Ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Irvine terhadap otak (dalam Jensen, 2008) yang mengungkapkan bahwa musik dapat mengisi ulang tenaga otak, jika irama musik menyatu dengan irama pribadi seseorang. Sejumlah penelitian juga mengungkapkan bahwa otak memperoleh lebih banyak energi pada frekuensi tertentu. Menurut Merrit (2003) musik dapat membantu memfasilitasi integrasi kedua belahan otak. Para ilmuwan saraf menemukan bahwa musik mengaktifkan impuls saraf ke corpus callosum, yaitu jaringan serabut yang menghubungkan kedua belahan otak dan secara harmonis menghubungkan kedua bagian otak. Critchley dan Hensen (dalam Merrit, 2003) dalam penelitiannya melaporkan bahwa musik dapat menjangkau sistem limbik yaitu bagian praverbal otak yang primitif yang secara langsung mempengaruhi reaksi emosional dan reaksi fisik
54
manusia seperti detak jantung, tekanan darah, dan temperatur tubuh. Mereka juga mengamati bahwa dengan mengaktifkan aliran ingatan yang tersimpan di wilayah corpus collosum, musik dapat meningkatkan integrasi seluruh otak dan membantu melepaskan pola berpikir yang kaku. Pada saat otak terintegrasi secara menyeluruh antara otak kiri dan otak kanan, kondisi ini akan memfasilitasi seseorang untuk berada dalam gelombang otak alpha. Sentanu (2007) menyebutkan ketika otak memulai proses sinkronisasinya kedua sisi otak akan menampakkan kecenderungannya untuk lebih bekerja sama dan mulai berpindah menuju ke kondisi gelombang otak alpha. Dalam kondisi ini, otak akan memproduksi hormon serotonin dan endorfin yang dapat membuat imunitas tubuh meningkat, pembuluh darah terbuka lebar, detak jantung stabil, dan kapasitas indera meningkat. Selain itu hormon ini juga dapat menyebabkan seseorang merasa nyaman, tenang, bahagia, rileks dan segar sehingga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pembelajaran dan konsentrasi. Individu yang berada dalam kondisi alpha akan dapat mengoptimalkan kemampuan otak yang dimilikinya. Hal ini didukung oleh pernyataan Sentanu (2007) bahwa tingkat optimum untuk otak berpikir adalah 10 Hz yaitu berada dalam gelombang otak alpha yang merupakan frekuensi optimum untuk melatih kecerdasan semua indera manusia. Kecerdasan otak yang dapat dioptimalkan salah satunya adalah kinerja spasial. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa alunan irama dari musik klasik dan musik pop dapat mensinkronisasi otak sehingga akan memunculkan rasa tenang, rileks, santai, bahagia dan segar yang menandakan
55
bahwa individu berada dalam gelombang otak alpha yang selanjutnya dapat memfasilitasi otak untuk bekerja secara optimum sehingga menjadikan individu lebih mudah untuk berkonsentrasi, belajar dan memecahkan masalah. Hal ini didukung oleh beberapa penelitian yang telah dilakukan, dianataranya penelitian yang dilakukan oleh Sigman (2005) yang menguji penggunaan musik latar dalam proses belajar mengajar di kelas. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa musik dapat dijadikan alat yang efektif dalam mengatasi beberapa rintangan ketika proses belajar berlangsung. Ketika musik diperdengarkan sebagai musik latar kemampuan siswa untuk berkonsentrasi semakin meningkat. Musik yang diperdengarkan dapat menenangkan tubuh dan mempersiapkan pikiran untuk distimulasi. Wolf, Cannell, & Waldon (2002) meminta beberapa individu untuk menggambarkan jenis musik yang biasa mereka dengarkan yang dapat membuat mereka rileks. Hasil yang diperoleh menyatakan bahwa musik pop dan musik klasik menjadi jenis musik yang biasa digunakan untuk membuat rileks. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rea, MacDonald, & Carnes (2010). Mereka mendapatkan bahwa musik pop yang diperdengarkan kepada partisipan dapat meningkatkan perasaan tenang dan menurunkan ketegangan serta kecemasan. Penelitian yang hampir serupa juga dilakukan oleh Kalkan, Basagaoglu dan Nill (2004) mengenai efek yang dimunculkan musik Klasik dan Musik Pop. Hasil yang diperoleh bahwa kedua jenis musik ini dapat menghilangkan stres dan membuat subjek yang mendengarkannya merasa tenang dan rileks.
56
Sebuah riset terhadap suatu sekolah menunjukkan bahwa murid yang menduduki peringkat satu sampai lima umumnya memiliki kehidupan musik di rumahnya. Kehidupan musik yang dimaksud adalah ada diantara mereka yang mengikuti les musik, ada yang sering mendengarkan atau menikmati musik klasik (Merrit, 2003). Para ilmuwan menunjukkan bahwa mendengarkan musik mozart membantu mengorganisasi pola tembakan neuron-neuron dalam kortek serebral, terutama memperkuat proses-proses kreatif otak kanan yang berkaitan dengan penalaran ruang dan waktu. Mereka menyimpulkan bahwa mendengarkan musik berfungsi sebagai latihan untuk memperlancar operasi-operasi simetri yang berkaitan dengan fungsi otak yang lebih tinggi. Rumusan sederhananya tindakan tersebut dapat memperbaiki konsentrasi, meningkatkan kemampuan untuk melakukan lompatan-lompatan naluriah (Campbell, 2001). Penelitian yang dilakukan oleh Rauscher dan kawan-kawan kepada 36 mahasiswa S-1 dengan memberikan tes penalaran spasial dari suatu tes intelegensi standar diperoleh bahwa setelah mendengar musik mozart hasil IQ mahasiswa meningkat. Meskipun peningkatan ini dapat hilang sesudah 15 menit tetapi dapat ditingkatkan kembali dengan memberikan rangsangan yang serupa (dalam Hardywinoto & Setiabudi, 2002). Berbagai penelitian yang menganalisa pengaruh musik klasik pada anakanak telah dilakukan. Khususnya setelah hasil penelitian Rauscher, Shaw, dan Ky (dalam Gur, 2009) yang melaporkan bahwa mendengarkan musik Mozart akan meningkatkan penalaran spasial. Hasil penelitian ini sebelumnya diujicobakan pada orang dewasa tetapi peneliti telah menekankan bahwa musik klasik juga
57
dapat membantu anak-anak dalam kemampuan ruang dan kemampuan kognitif lainnya. Gur (2009) melakukan penelitian untuk melihat pengaruh musik klasik terhadap kemampuan kognitif anak dalam hal menggambar pada anak-anak usia 6 tahun yang merupakan salah satu bagian dari spasial. Gur membagi anak-anak dalam tiga kelompok yaitu kelompok anak yang menggambar bebas dengan diiringi musik klasik, kelompok anak yang menggambar bebas tanpa diiringi musik dan terakhir kelompok kontrol. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa musik klasik memiliki pengaruh positif terhadap keterampilan kognitif anak-anak Turki usia 6 tahun yaitu dapat meningkatkan keterampilan kognitif menggambar anak. Beberapa penelitian yang telah disebutkan jelas menunjukkan manfaat yang akan diperoleh individu ketika mendengarkan musik. Namun ternyata respon atau efek yang dimunculkan oleh musik itu sendiri terhadap individu yang mendengarnya tidak semuanya sama. Tidak semua individu yang mendengarkan musik mendapatkan manfaat dan peningkatan performansi ketika melakukan tugas. Kepribadian yang dimiliki oleh individu menjadi salah satu faktor yang mempengaruhinya. Penelitian yang dilakukan oleh Cassidy & Macdonald (2007) mendukung pernyataan ini. Mereka memprediksikan bahwa performansi tugas dari kepribadian introvert dan ekstrovert akan mendapatkan pengaruh yang berbeda jika dihadirkan dengan kondisi lingkungan yang bersuara. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa performansi interovert secara signifikan rendah ketika dihadirkan musik dengan arousal tinggi dan kebisingan dibandingkan dengan ekstrovert.
58
Berdasarkan penjelasan dan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa musik klasik dan musik pop yang merupakan dua jenis musik yang berbeda dapat memunculkan efek yang nyaris sama. Namun, dengan kondisi seperti ini secara praktisnya kedua musik tersebut akan memperlihatkan keefektifan yang berbeda. Peneliti juga menyimpulkan bahwa dimensi kepribadian ekstrovert akan lebih dapat mengoptimalkan kemampuan kognitifnya dalam memecahkan masalah spasial ketika dihadirkan musik daripada kepribadian introvert.
Hipotesa 1. Ada perbedaan pengaruh musik klasik dan musik pop terhadap kemampuan pemecahan masalah spasial. 2. Ada perbedaan pengaruh dimensi kepribadian introvert dan ekstrovert terhadap kemampuan pemecahan masalah spasial. 3. Musik klasik dan pop serta kepribadian introvert dan ekstrovert bersama-sama spasial.
mempengaruhi
kemampuan
pemecahan
masalah