BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Konsep Dasar Sistem Terdapat dua kelompok pendekatan di dalam mendefinisikan sebuah sistem,
yaitu : 1. Pendekatan Prosedural Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan , berkumpul, bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu. Pendekatan sistem ini lebih menekankan pada urut-urutan operasi di dalam sistem. Prosedur didefinisikan adalah suatu urut-urutan operasi klerikal (tuli-menulis). 2. Pendekatan secara elemen atau komponen. Sistem adalah kumpulan dari elemen - elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. (Jogianto, 1992, h : 1).
Sebelum membuat atau merancang suatu sistem ada baiknya kita membahas s dahulu pengertian sistem secara umum . Sistem adalah kumpulan elemen-elemen yang saling berkaitan dan bertanggung jawab memproses masukan (input) sehingga menghasilkan keluaran (output) yang berguna untuk tujuan tertentu. Model umum sebuah sistem terdiri dari masukan, penglahan dan keluaran, model ini tentu sangat sederhana karena sebuah sistem mungkin saja memiliki beberapa masukan atau keluaran.
5
6
MASUKAN (Input)
PENGOLAHAN (Proses)
KELUARAN (Output)
Gambar 2.1 Model Sistem secara umum
2.1.1
Elemen – elemen Sistem Elemen-elemen yang terdapat pada sebuah sistem adalah ;
a. Tujuan, merupakan tujuan dari sistem tersebut. b. Batasan, merupakan batasan yang ada dalam mencapai sebuah tujuan dari Sistem c. Input, merupakan bagian sistem yang bertugas untuk menerima data masukan d. Kontrol, merupakan pengawas dari pelaksanaan pencapaian tujuan sistem. e. Proses, merupakan bagian sistem yang mengolah (memproses) masukan data menjadi informasi (output). f. Output, merupakan keluaran atau tujuan akhir dari sistem. g. Umpan balik, dapat berupa perbaikan, pemeliharaan dan lain-lain.
2.1.2
Tahap-tahap Pembuatan Sistem Untuk membuat sebuah sistem dapat dibuat tahapan-tahapan sebagai berikut ;
a.
Perencanaan, Dalam tahap ini, dikumpulkan dahulu informasi tentang permasalahan serta persyaratannya, kemudian menentukan kriteria dan pembatasan, pemecahan serta memberikan bagaimana jalan keluarnya.
b. Analisis, Pada tahap ini dilakukan pengujian alternatif pemecahan berdasarkan kriteria dan pembatasan. c.
Desain, Tahap ini dapat dikatakan sebagai hasil dari sistem baru dan berguna , dan belum ada sebelumnya.
d. Pelaksanaan, Tahap ini sistem yang telah dibentuk kemudian dioperasikan.
7
e.
Perawatan, Pada tahap ini merupakan tahapan yang melakukan perawatan dan pemeliharaan sistem.
2.1.3
Diagram Alur (Flow Chart) Diagram alur (flow chart) adalah sebuah sistem diagram yang menggunakan
sejumlah bentuk-bentuk simbol untuk menggambarkan bagaimana data mengalir melalui suatu proses yang saling berkaitan. (Jogianto, 1992, h :2). Simbol-simbol yang pada diagram alur (flow chart) diantaranya di tunjukkan seperti dalam tabel berikut ; Tabel 2.1 Simbol-simbol Diagram Alur
Simbol
Nama Start
Fungsi Memulai suatu proses.
Proses
Menyatakan operasi yang dilakukan oleh sebuah sistem.
Input / Output
Menunjukkan data memasuki sistem atau dihasilkan oleh sistem
Keputusan
Menentukan keputusan dan solusi yang di ambil oleh sistem .
Dokumen
Menujukkan masukan atau keluaran berupa dokumen atau laporan tercetak.
Penghubung
Menyatakan titik temu aliran algoritma dalam diagram alur.
End
Menunjukkan proses telah selesai.
8
2.2
Saklar Saklar adalah sebuah alat penyambung atau pemutus aliran listrik. Selain
untuk jaringan listrik arus kuat kuat, saklar yang berbentuk kecil juga dipakai untuk u alat komponen elektronika arus lemah lemah. Secara sederhana, rhana, saklar terdiri dari dua bilah logam yang menempel pada suatu rangkaian, dan bisa terhubung atau terpisah sesuai dengan keadaan sambung (on) atau putus (off) dalam rangkaian itu. Material ko kontak sambungan umumnya dipilih agar supaya tahan terhadap korosi.. Kalau logam yang dipakai terbuat dari bahan oksida biasa, maka saklar akan sering tidak bekerja. Untuk mengurangi efek korosi in ini, i, paling tidak logam kontaknya harus disepuh dengan logam anti korosi dan anti karat. pada dasarnya tombol bisa diaplikasikan untuk sensor mekanik, karena bisa dijadikan sebagai pedoman pada mikrokontroller untuk pengaturan alat dalam pengontrolan. (www.wikipedia/Sirkuit_terpadu%20ic.htm) ikipedia/Sirkuit_terpadu%20ic.htm)
Gambar 2.2 Bentuk fisik Saklar
Gambar 2.3 simbol Saklar
2.3 Seven Segment Seven segment merupakan display visual yang umum digunakan dalam dunia digital. Seven segment sering dijumpai pada jam digital, penujuk antrian, diplay angka digital dan termometer digital. Penggunaan secara umum adalah untuk menampilkan informasi secara visual mengenai data data-data data yang sedang diolah oleh suatu rangkaian digital.
9
Seven segment tidak lain adalah sebuah penampil beri berisi si desimal yang berisi delapan buah LED yang tersusun membentuk angka delapan. Setiap LED yang menyusunnya diberikan lebel dari ‘a’ sampai ‘h’ dengan salah satu terminal LED dihubungkan menjadi satu sebagai kaki common. Gambar 2.4 (a) memperlihatkan tampi tampilan 7-segment; yang terdiri dari tujuh LED segi empat (A sampai G). Setiap Light Emitting Diode (LED) disebut segment karena ia membentuk bagian dari karakter yang sedang di tampilkan. Gambar 2.4 (b) adalah diagram skematik dari tampilan 7-segment ; tahanan seri eksternal telah digunakan untuk membatasi arus yang masuk. Dengan menghubungkan satu atau lebih tahanan dengan bumi, dapat di bentuk semua bilangan dari 0 sampai dengan 9. Misalnya, dengan menghubungkan A, B dan C ke ground,, maka di peroleh angka 7. Dengan menghubungkan A, B, C, D dan G ke ground maka diperoleh angka 3.
Gambar 2.4. (a) Tampilan 7_segment (b) Diagram skematik 7_segment
Seven segment dapat menampilkan angka angka-angka angka desimal dan beberapa karakter tertentu melalui kombinasi aktif atau tidaknya LED penyusunan dalam seven segment. Untuk memudahkan penggunaan seven segment, umumnya digunakan sebuah decoder atau seven segment driv driver er yang akan mengatur aktif tidaknya led-led led dalam seven segment sesuai dengan nilai biner yang diberikan.
10
Common anoda merupakan pin yang terhubung dengan semua kaki anoda LED dalam seven segment. Common anoda diberi tegangan Vcc dan seven segment dengan common anoda akan aktif pada saat diberi logika rendah (0) atau sering disebut aktif low. Kaki katoda dengan label a sampai h sebagai pin aktifasi yang menetukan nyala LED. Sedangkan common katoda merupakan pin yang terhubung dengan semua kaki katoda LED dalam seven segment. Common katoda akan digroundkan sehingga seven segment dengan common katoda akan aktif apabila diberi logika tinggi (1) atau disebut aktif high. Kaki anoda dengan label a sampai h sebgai pin aktifasi yang menentukan nyala LED. Seven segment display memiliki dua type yaitu common anoda dan common katoda. Di bawah ini ditunjukkan skematik internal segment display common anoda dan common katoda. (www.wikipedia/Sirkuit_terpadu.htm). Ground
a b c
d e f
g
Ground
d
(a)
e
c
g
f b
a
(b)
Gambar 2.5. (a) 7_Segment Common Katoda (b) 7_Segment Common Anoda
Andaikan ingin ditampilkan angka satu (1) pada seven segment, maka led dengan label “b” dan “c” diaktifkan. Maka jika digunakan seven segment common katoda, kondisi logika pada terminal a=0, b=1, c=1, d=0, e=0, f=0, g=0 dan h=0, sedangkan terminal common dihubungkan ke ground. Kondisi logika terminal “a”
11
sampai “h” untuk seven segment common anoda adalah komplemen dari common katoda dan terminal common dihubungkan ke Vcc.
2.4 Buzzer Buzzer adalah suatu alat yang dapat mengubah sinyal listrik menjadi sinyal suara. Pada umumnya buzzer digunakan untuk alarm, karena penggunaannya cukup mudah yaitu dengan memberikan tegangan input maka buzzer akan mengeluarkan bunyi. Frekuensi suara yang di keluarkan oleh buzzer yaitu antara 1-5 KHz.( Albert Paul, Prinsip-prinsip Elektronika, 1989 hal: 134).
Gambar 2.6. Simbol Buzzer
2.5
Light Emitting Diode ( LED) Light emitting diode atau dioda pemancar cahaya merupakan sebuah jenis
dioda yang dapat memancarkan cahaya apabila diberikan tegangan 1.8 V dengan arus sebesar 1.5 mA.Dioda pemancar cahaya banyak digunakan sebagai lampu indikator atau lampu pilot serta peraga (Display). Dioda
pemancar cahaya juga dapat
digunakan sebagai pemancar cahaya yang tidak terlihat oleh mata yaitu sinar infra merah. Bahan dasar pembuat dioda adalah Silicon Carbide (SiC),dioda ini dapat berbentuk bulat atau segi empat / Warna dioda pemancar cahaya ini ada berbagai macam, antara lain merah,kuning,hijau, biru dan sebagainya. Pada skema rangkaian LED ditunjukan dengan simbol seperti gambar 2.7 berikut ini :
Gambar 2.7. Simbol Dioda Pemancar Cahaya
12
2.6
Catu Daya (Power Supply) Catu Daya adalah bagian dari setiap perangkat elektronika yang berfungsi
sebagai sumber tenaga. Catudaya sebagai sumber tenaga dapat berasal dari ; baterai , accu , solar cell dan adaptor. Komponen ini akan mencatu tegangan sesuai dengan tegangan yang diperlukan oleh rangkaian elektronika. 2.6.1 Catu Daya Adaptor Catu daya Adaptor adalah perangkat elektronika yang berfungsi menurunkan dan mengubah tegangan AC (Alternating Current) menjadi tegangan DC (Dirrect Current) yang dapat di gunakan sebagai sumber tenaga peralatan elektronika. Sebuah catu daya adaptor yang baik memiliki bagian-bagian seperti pada blok diagram berikut ini :
AC
STEPDOWN
RECTIFIER
FILTER
Penurun Tegangan
Penyearah
Penyaring
Gambar 2.8 Diagram blok Catu Daya Adaptor
Gambar 2.9 Skema Rangkaian Catu daya
STABILIZER/ REGULATOR Penstabil & Pengatur
DC
13
Keterangan : 1. Stepdown (Penurun Tegangan) Bagian ini berfungsi menurunkan tegangan AC 110/220V menjadi tegangan AC yang lebih rendah yang diperlukan( 5V, 9V,12V, dll).Bagian ini terdiri dari sebuah transformer (trafo) 2. Rectifier (Penyearah) Bagian ini merupakan bagian penyearah arus dari arus AC (bolak-balik) menjadi arus DC (searah).Bagian ini terdiri dari sebuah dioda silikon , germanium , selenium atau Cuprox. 3. Filter (Penyaring) Bagian ini berfungsi untuk menyaring arus DC yang masih berdenyut sehingga menjadi rata. Komponen yang digunakan yaitu gabungan dari kapasitor elektrolit dengan resistor atau induktor. 4. Stabilizer(Penstabil) Bagian ini berfungsi menstabilkan tegangan DC agar tidak terpengaruh oleh tegangan beban.Komponen ini berupa Dioda Zener atau IC yang didalamnya berisi rangkaian penstabil. 5. Regulator(Pengatur) Bagian ini mengatur kestabilan arus yang mengalir ke rangkaian elektronika.Komponen yang di gunakan merupakan gabungan dari transistor, resistor dan kapasitor. Ada juga yang di paket berupa sebuah IC seperti regulator LM7805. Pada gambar 2.9 regulator bekerja dengan cara mengendalikan arus basis pada transistor melalui dioda zener 5V tipe 1N4736 dan resistor 680 ohm sehingga penguatan tegangan pada output transistor mengalami penurunan sesuai dengan pengaturan tegangan kemudi pada arus basis yaitu sebesar 5V. Pada gambar ilustrasi transistor NPN berikut ini, junction base-emiter diberi bias positif sedangkan base-colector mendapat bias negatif (reverse bias). (KF.Ibrahim , Prinsip Dasar Elektronika , 1993, hal : 23)
14
Gambar 2.10 Arus
elektron transistor npn
Karena base base-emiter emiter mendapat bias positif maka seperti pada dioda, elektron mengalir dari emiter menuju base. Kolektor pada rangkaian ini lebih positif sebab mendapat tegangan positif. Karena kolektor ini lebih positif, aliran elektron bergerak menuju kutup ini. Misalnya tidak ada kolektor, aliran elektron seluruhnya akan menuju base seperti pada dioda. Tetapi karena lebar base yang sangat tipis, hanya sebagian elektron yang dapat bergabung dengan hole yang ada pada base. Sebagian besar akan menembus lapisan base menuju kolektor. Jika misalnya tegangan base base-emitor dibalik (reverse reverse bias), bias maka tidak akan terjadi aliran elektron dari emitor menuju kolektor. Jika pelan pelan-pelan 'keran' base diberi bias maju ((forward bias), ), elektron mengalir menuju kolektor dan besarnya arnya sebanding dengan besar arus bias base yang diberikan. Dengan kata lain, arus base mengatur banyaknya elektron yang mengalir dari emiter menuju kolektor. Ini yang dinamakan efek penguatan transistor, karena arus base yang kecil menghasilkan arus emi emiter-colector colector yang lebih besar.Istilah amplifier (penguatan) menjadi salah kaprah, karena dengan penjelasan di atas sebenarnya yang terjadi bukan penguatan, melainkan arus yang lebih kecil mengontrol aliran arus yang lebih besar.Juga dapat dijelaskan bahwa base mengatur membuka dan menutup aliran arus emiter emiter-kolektor(switch switch on/off). on/off (“Elektronika : teori dasar dan penerapannya”, jilid 1:198 ,Penerbit ITB, , Bandung:)
15
2.6.2 Regulator LM7805T Regulator LM780 7805T merupakan jenis regulator yang dipaket dalam sebuah IC, regulator ini berguna untuk menghasilkan tegangan yang konstan sebesar 5V 5 dengan arus maksimum 1,5 ampere. Regulator tegangan dapat memiliki perlindungan terhadap sirkuit pendek serta peredam panas yang melindungi IC dari panas yang berlebihan. Pada gambar 2.111 merupakan Diagram Blok Regulator Tegangan LM7805T
Gambar 2.11 2.11. Diagram Blok Regulator Tegangan (IC 7805T)
Gambar 2. 2.12. Bentuk Fisik Regulator (IC 7805T)
16
2.7 Mikrokontroller AT89S51 Mikrokontroler AT89S51 merupakan mikrokontroller 8-bit dengan 4 KB memori In-System Programmable Flash (ISP Flash), konsumsi daya yang rendah dan memiliki performa yang tinggi.. Mikrokontroler berteknologi memori nonvolatile kerapatan tingi dari Atmel ini kompatibel dengan mikrokontroler standar industri MCS-51 baik pin kaki IC maupun set instruksinya serta harganya yang cukup murah. Flash pada chipnya memungkinakan memori program untuk diprogram ulang dalam sistem atau dengan pemrograman memori konvensional. Dengan memadukan 8-bit CPU versatile dengan flash yang dapat deprogram dalam sistem pada suatu chip monolitik dapat dihasilkan sebuah mikrokontroller Atmel AT89S51 yang kuat dan menyediakan fleksibilitas yang tinggi serta solusi biaya yang efektif untuk berbagai macam aplikasi control ambedded. (Rachmad Setiawan, 1999 , h : 26)
2.7.1
Fitur-fitur Pada Mikrokontroller AT89S51 Mikrokontroller AT89S51 ( 40 pin) sudah ada memori flash didalamnya
sehingga sangat praktis digunakan untuk bereksperimen. Beberapa kemampuan (fitur) mikrokontroller AT89S51 adalah sebagai berikut : •
Kompatibel dengan keluarga mikrokontroler MCS51 sebelumnya
•
8 KBytes In system Programmable (ISP) flash memori dengan kemampuan 1000 kali baca/tulis
•
Tegangan kerja 4-5.0V
•
Bekerja dengan rentang 0 – 33MHz
•
256x8 bit RAM internal
•
32 jalur I/0 dapat diprogram
•
3 buah 16 bit Timer/Counter
•
8 sumber interrupt
•
Saluran full dupleks serial UART
•
Watchdog timer
17
•
Dual data pointer
•
Mode pemrograman ISP yang fleksibel (Byte dan Page Mode)
2.7.2 Diagram Blok dan Susunan Pin Mikrokontroler AT89S51
Gambar 2.1 2.13 Diagram Blok Mikrokontroler AT89S51
Gambar 2.1 2.14 Susunan Pin Mikrokontroler AT89S51.
18
2.7.2
Fungsi Pin Pada Mikrokontroler AT89S51 Mikrontroller AT89C51 memiliki pin sebanyak 40 pin. Fungsi pin-pin itu
adalah sebagai berikut : a. Pin 1 – 8
: P1.0 – P1.7, port I/O dua arah 8 bit dgn internal pull-up
b. Pin 9
: Reset
c. Pin 10 – 17
: P3.0 – P3.7, port I/O 8 bit dua arah, selain itu port 3 juga memiliki alternative fungsi sebagai :
RXD (Pin 10) port komunikasi input serial
TXD (Pin 11) port komunikasi output serial
INT 0 ( Pin 12) saluran interupsi external 0
INT 1 (Pin 13) saluran interupsi external 1
T0 (Pin 14) input timer 0
T1 (Pin 15) input timer 1
WR (Pin 16) berfungasi sebagai sinyal kendali tulis, saat prosesor akan menulis data ke memori I/O luar
RD (Pin 17) berfungasi sebagai sinyal kendali baca, saat prosesor akan membaca data dari ke memori I/O luar
d. Pin 18
: X2, input untuk rangkaian osilator internal, koneksi Quartz Crystal atau tidak dikoneksikan apabila digunakan eksternal osilator
e. Pin 19
: X1, input untuk rangkaian osilator internal. Sumber osilator eksternal atau Quartz Crystal dapat digunakan
f. Pin 20
: GND, input catu daya 0 Volt DC
g. Pin 29
: PSEN (Program Store Enable), Sinyal pengontrol yang berfungsi untuk membaca program dari memori eksternal
h. Pin 30
: ALE (Address Latch Enable), berfungsi menahan sementara alamat byte rendah pada proses pengalamatan ke memori eksternal
19
i. Pin 31
: EA, pin untuk pilihan program menggunakan program internal atau eksternal. Bila “0”, maka digunakan program eksternal
j. Pin 32-39
: P0.0 – P0.7, port I/O 8 bit dua arah dan dapat berfungsi sebagai data bus alamat bila mikrokontroller menggunakan memori luar ( eksternal )
k. Pin 40
2.7.4
: Vcc, input catu daya +5 Volt DC
Mode Pemrograman AT89S51 Mode pemrograman pada AT89S51, dimana masing-masing kombinasi
P2.6, P2.7, P3.6 dan P3.7 menentukan masing-masing mode, yaitu: a.
Write Berarti menulis kode yang diinputkan ke P0 ke memori lokasi yang diinputkan pada P1 + P2
b.
Read Berarti membaca kode dari P0 dilokasi memori yang diinputkan pada P1 + P2
c.
Lock bit 1, Lock bit 2 dan Lock bit 3 Berarti memprogram masing-masing lock bit. Fungsi lock bit adalah membuat program tidak dapat dibaca
d.
Erase Menghapus isi flash memori secara keseluruhan. Flash hanya dapat diisi kembali setelah dihapus dan cara penghapusannya secara keseluruhan tidak dapat secara individu per lokasi memori
e.
Read Signature Membaca identifikasi dari IC, masing-masing IC memiliki ID yang berbeda tergantung jenis, proses pabrikasi dan tegangan pemrograman.
20
2.7.5
Inisialisasi Pada Mikrokontroler Pada mikrokontroler terdapat inisialisasi yang berupa interupsi. Inisialisasi
interupsi ini digunakan untuk menentukan masukan (input) yang jumlahnya lebih dari satu. Inisialisasi ini berfungsi agar pemrosesan input di dalam mikrokontroler dapat dikelola dengan baik. Jadi, apabila terdapat dua input yang tingkatannya sama maka inisialisasi interupsi akan memilih input mana yang akan diproses terlebih dahulu. Inisialisasi interupsi ini terdapat di kaki pin 12 dan 13 pada IC mikrokontroler. Bentuk rangkaian interupsi ini dapat dilihat pada gambar 2.29.
Ket: A: input 1 B: input 2
Y: INT0
Gambar 2.15. Rangkaian Interupsi
Seperti namanya, interupsi adalah suatu kejadian yang akan menghentikan sementara program yang sedang berjalan, untuk menjalankan subroutine , dan kemudian melanjutkan aliran program secara normal seperti tidak pernah ada interupsi. Subroutine ini yang disebut dengan Interupt Handler , dan hanya di jalankan jika terjadi suatu kejadian khusu (event). Mikrokontroler AT89S51 bisa di konfigurasi untuk menangani interupsi yang disebabkan oleh salah satu dari kejadian. Dengan interupsi ini , dapat dengan mudah di monitor kejadian-kejadian yang di inginkan. Tanpa interupsi maka proses monitor ini dilakukan dengan manual ini akan membuat program menjadi lebih panjang dan rumit. (Agfianto, 2004 , h : 29)
Pada mikrokontroler keluarga MCS-51 terdapat 2 jenis interupsi yaitu ; 1. Interupsi yang tidak dapat di halangi oleh perangkat lunak (non maskable interupt), misalnya reset.
21
2. Interupsi yang dapat di halangi perangkat lunak (maskable interupt). Contohnya, adalah INT0 dan INT1 (ekternal) serta Timer/Counter 0 , Timer/Counter 1 , dan interupsi dari port serial (internal). Instruksi Return From Interupt Routine (RETI) harus digunakan untuk kembali dari layanan rutin interupsi. Intruksi ini di pakai agar saluran interupsi kembali dapat di pakai. Alamat awal layanan rutin interupsi dari setiap sumber interupsi terdapat pada tabel dibawah ini. Tabel 2.2. Alamat layanan rutin interupsi
Nama
Lokasi
Alat Interupsi
Reset
00H
Power on Reset
INT 0
03H
INT 0
Timer 0
0BH
Timer 0
INT 1
13H
INT 1
Timer 1
1BH
Timer 1
Sint
23H
Port I/O serial
Setiap sumber interupsi dapat di program secara inidividual menjadi satu atau dua tingkat prioritas dengan mengatur bit pada Special Function Regiter (SFR) yang bernama Interupt Priority (IP). Bit-bit pada IP adalah sebagai berikut ;
MSB
-
LSB
-
-
PS
PT1
PX1
Gambar 2.16. Konfigurasi Register SFR IP
Priority bit = 1 menandakan prioritas tinggi Priority bit = 0 menandakan prioritas rendah
PT0
PX0
22
Tabel 2.3. Konfigurasi Bit-bit interupsi SFR IP
Bit
Nama
Alamat
Fungsi
0
PX0
B8H
Prioritas Inteupsi Eksternal 0
1
PT0
B9H
Prioritas Interupsi Timer 0
2
PX1
BAH
Prioritas Inteupsi Eksternal 1
3
PT1
BBH
Prioritas Interupsi Timer 1
4
PS
BCH
Prioritas Interupsi Serial
5
-
-
Tidak terdefinisi
6
-
-
Tidak terdefinisi
7 Tidak terdefinisi Pemakaian prioritas interupsi diatas memiliki beberapa peraturan yang tercantum di bawah ini : 1. Tidak ada interupsi yang menginterupsi interupsi prioritas tingkat tertinggi. 2. Interupsi prioritas tinggi boleh menginterupsi interupsi prioritas rendah. 3. Interupsi prioritas rendah boleh terjadi jika tidak ada interupsi lain yang sedang di jalankan. 4. Jikadua interupsi terjadi secara bersamaan, interupsi yang memiliki prioritas tinggi , akan dikerjakan lebih dahulu.Jika keduanya memiliki prioritas sama, maka interupsi yang berada pada urutan polling akan dikerjakan terlebih dahulu.
Mikrokontroler AT89S51 secara otomatisakan menguji apakah sebuah interupsi bisa terjadi setelah setiap instruksi di kerjakn. Pengecekan ini mengikuti suatu alur yang disebut dengan Polling Sequence dengan urutan ; 1. Interupsi Eksternal 0 2. Interupsi Timer 0 3. Interupsi Eksternal 1 4. Interupsi Timer 1 5. Interupsi Serial
23
Ini berarti jika sebuah interupsi serial terjadi pada waktu bersamaan dengan interupsi eksternal 0 , maka interupsi eksternal 0 akan dikerjakan terlebih dahulu dan interupsi serial baru akan dikerjakan setelah pengerjaan rutin interupsi eksternal 0 selesai dilakukan. Setiap sumber interupsi dapat di aktifkan maupun di lumpuhkan secara individual dengan mengatur sati bit di SFR yang bernama Interupt Enable (IE) .Bitbit dari IE di definisikan sebagai berikut :
MSB
EA
LSB
-
-
ES
ET1
EX1
ET0
EX0
Gambar 2.17. Konfigurasi Register SFR IE
Tabel 2.4. Konfigurasi Bit-bit interupsi SFR IE
Bit
Nama
Alamat
Fungsi
0
EX0
B8H
Prioritas Interupsi Eksternal 0
1
ET0
B9H
Prioritas Interupsi Timer 0
2
EX1
BAH
Prioritas Interupsi Eksternal 1
3
ET1
BBH
Prioritas Interupsi Timer 1
4
ES
BCH
Prioritas Interupsi Serial
5
-
-
Tidak terdefinisi
6
-
-
Tidak terdefinisi
7
EA
-
Enable All
(Interfacing komputer dan Mikrokontroler, Widodo budiharjo 2004 h: 137)
24
2.7.6
TMOD (Timer Mode Register) Timer berfungsi untuk mengatur waktu kerja yang di butuhkan mikrokontroler
AT89S51 . Terdapat dua buah timer, yaitu Timer 0 dan Timer 1 ,masing-masing terdiri dari 16 bit counter. Timer ini tidak diakses secara bit (not bit addrssable), beralamat di 89H.
Gate (1)
C/T (1)
M1 (1)
M0 (1)
Gate (0)
C/T (0)
Timer 1
M1 (0)
M0 (0)
Timer 0 Gambar 2.18. Konfigurasi Register TMOD
Keterangan : a. Gate, Menentukan apakah timer/Counter di kontrol oleh hardware ataukah software. Di definisikan sebagai berikut : 1. Gate = 1 : hardware control ,timer/counter x aktif jika pin INTx dalam kondisi high (INTx = 1) dan TRx pada TCON diaktifkan. 2. Gate = 0 : software control ,timer/counter x aktif jika TRx pada TCON diaktifkan. b. C/T , Jika bernilai 1 maka timer akan bertindak sebagai Counter dan jika bernilai 0 maka timer bertindak sebagai Timer. c. M1 dan M0 , untukmemilih mode operasi timer/counter.
Masing-masing timer (T1 dan T0) memiliki dua buah register , yaitu ; 1. THx , untuk High byte 2. TLx , untuk Low byte TH0 : Timer 0 high byte , terletak pada alamat 8AH TL0 : Timer 0 high byte , terletak pada alamat 8BH TH1 : Timer 1 high byte , terletak pada alamat 8CH TL1 : Timer 1 high byte , terletak pada alamat 8DH
25
2.7.7 TCON (Timer Control Register) Pada register ini , hanya ada empat bit saja yang mempunyai fungsi berhubungan dengan timer , yaitu TCON4, TCON5, TCON6, dan TCON7. TCON.7
TCON.6
TCON.5
TCON.4
TCON.3
TCON.2
TCON.1
TCON.0
TF1
TR1
TF0
TR0
IE
IT1
IE0
IT0
Register Timer Gambar 2.19. Konfigurasi Register TCON
Keterangan : a. TCON.7 atau TF1 : Timer 1 Overflow flag yang akan diset jika timer overflow . Bit ini dapat di clear oleh perangkat lunak atau perangkat keras pada saat program menuju ke alamat yang di tunjuk oleh interupt vektor. b. TCON.6 atau TR1 : Jika bernilai 1 maka timer akan aktif, sedangkan jika bernilai 0 timer akan non aktif. c. TCON.5 atau TF0 : sama dengan TF1 d. TCON.4 atau TR0 : sama dengan TR1
2.7.8
Mode Timer Mode timer pada mikrokontroler di perlihatkan seperti pada tabel berikut ini : Tabel 2.5. Mode Operasi Timer/Counter
M1
M0
Mode Operasi
0
0
0
Timer/Counter , 13 bit
0
1
1
Timer/Counter , 16 bit
1
0
2
Timer/Counter , 8 bit auto reload
1
1
3
Split Timer untuk Timer/Counter 0
1
1
3
Timer/Counter 1 berhenti
26
Dalam bekerja , timer memerlukan sumber detak, karena itu hubungkan pin T0 (P3.4) sebagai input detak . Jika memilih untuk menggunakan sumber detak internel , input detak berasal dari osilator kristal (11,0592 MHz) . Untuk pengaturan timer dengan perangkat lunak (software), bit penentu keaktifan adalah TRx, sedangkan bit Gate harus berlogika 0. Untuk pengaturan timer dengan perangkat keras (hardware), penentu keaktifan adalah INTx serta bit Gate ,dan TRx harus berlogika 0 . ( Budiharjo , 2004, h : 46 )
Gambar 2.20. Rangkaian Osilator