BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Ruang Lingkup Bank 2.1.1 Pengertian Bank Komoditi usaha bank adalah uang, karena bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat (nasabah) dan menyalurkannya kembali dalam berbagai alternatif investasi. Dengan karakteristik usahanya tersebut, bank sering disebut dengan istilah lembaga keuangan yang kegiatannya dapat mempengaruhi jumlah uang beredar. Sehingga kegiatannya banyak diatur oleh pemerintah. Oleh karena kegiatannya tersebut, banyak pakar sampai saat ini belum dapat memberikan pengertian atas definisi yang sama dan di terima secara universal mengenai bank.
Namun dalam kesempatan ini dikemukakan
beberapa definisi bank sebagai berikut: Pengertian bank menurut Pemerintah berdasarkan UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No.10 Tahun 1998 adalah : "Bank adalah badan usaha yang telah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak" Sedangkan menurut Drs.Muchdiarsyah Sinungan (2003) yaitu:
5
”Bank adalah suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara keuangan dari dua pihak yakni pihak yang berkelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana”. Definisi melaksanakan
tersebut kegiatan
dapatlah usaha
disimpulkan,
penekanannya
bahwa yang
bank
dalam
terutama
adalah
menghimpun dana. Dalam bentuk simpanan sebagai sumber dana bank dan penyalurannya hendaknya tidak semata mata mencari keuntungan yang sebesar-besarnya bagi pemilik bank tapi harus pula diarahkan bagi peningkatan taraf hidup masyarakat. Definisi tersebut merupakan komitmen bagi setiap bank yang menjalankan usahanya di Indonesia.
2.1.2 Sumber - Sumber Dana Bank Kegiatan penghimpunan dana atau kemampuan menarik dana dari masyarakat merupakan salah satu sifat usaha bank, dengan biaya yang relatif murah sebagai suatu masalah yang cukup sulit dalam pengelolaan bank. Sebagai lembaga keuangan, maka dana merupakan persoalan bank yang paling utama. Tanpa dana, bank tidak dapat berbuat apa-apa, artinya tidak berfungsi sama sekali. Pengertian dana bank menurut Drs. Muchdiarsyah Sinungan (2003) adalah: "Dana Bank adalah uang tunai yang dimiliki Bank ataupun aktiva lancar yang dikuasai bank dan setiap waktu dapat diuangkan" Dana sebagai komoditi utama suatu bank berasal dari masyarakat maupun dari nasabah, institusi dalam bentuk simpanan dan dapat pula berasal
6
dari modal sendiri, serta sumber lainnya. Dana yang di himpun dari masyarakat oleh bank ditempatkan dalam bentuk tabungan, deposito, giro dan sebagainya, kemudian oleh bank disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit. Dana-dana bank yang digunakan sebagai modal operasional, bersumber dari: a. Dana Dari Modal Sendiri (Dana dari Pihak ke 1) Dana dari modal sendiri adalah dana yang berasal dari para pemegang saham bank, yakni pemilik bank. Dalam neraca bank, dana sendiri ini tertera dalam Rekening Modal dan Cadangan yang tercantum pada sisi Pasiva (Liabilities). Dana sendiri ini terdiri dari beberapa bagian (pos) yaitu : 1. Modal yang disetor, yaitu jumlah uang yang disetor secara efektif oleh pemegang saham pada saat bank berdiri. Umumnya modal setoran pertama dari para pemilik bank ini sebagian dipergunakan bank untuk sarana perkantoran, peralatan kantor dan promosi untuk menarik minat masyarakat. 2. Cadangan-cadangan, yaitu sebagian dari laba bank yang disisihkan dalam bentuk cadangan modal dan cadangan lainnya yang digunakan untuk menutup timbulnya resiko dikemudian hari. 3. Laba yang ditahan, atau Retain Earnings yang mestinya milik para pemegang saham, tapi oleh mereka sendiri diputuskan untuk tidak dibagi dan dimasukkan kembali dalam modal kerja. Biasanya Retain
7
Earnings ini digunakan untuk memperkuat posisi Cash reserve atau untuk pertambahan Loanable Funds. b. Dana Pinjaman dari Pihak Luar (Dana dari Pihak ke 2) Dana dari pihak kedua ini, yaitu pihak yang memberikan pinjaman dana (uang) pada bank terdiri dari 4 pihak, yaitu : 1. Pinjaman dari bank-bank lain yang dikenal dengan Call Money, yaitu pinjaman harian antar bank. Pinjaman ini biasanya diminta bila ada kebutuhan mendesak yang diperlukan bank. Jangka waktunya sekitar satu bulan atau bahkan hanya beberapa hari saja. 2. Pinjaman dari Bank atau lembaga keuangan lain di luar negri, yang biasanya berbentuk pinjaman jangka menengah panjang. Realisasi pinjaman ini harus melalui persetujuan Bank Indonesia dimana secara tidak langsung Bank Indonesia selaku bank sentral ikut serta mengawasi pelaksanaan pinjaman tersebut demi menjaga solvabilitas bank bersangkutan. 3. Pinjaman dari Lembaga Keuangan Bukan Bank. Pinjaman dari LKBB ini kadangkata tidak benar-benar berbentuk pinjaman atau kredit, tapi lebih banyak berbentuk surat berharga yang dapat diperjualbelikan sebelum tanggal jatuh tempo. 4. Pinjaman dari Bank Sentral (BI). Untuk membiayai usaha-usaha masyarakat yang tergolong prioritas apalagi yang berprioritas tinggi seperti kredit investasi pada sektorsektor yang harus ditunjang sesuai dengan petunjuk Pelita (pertanian,
8
pangan, perhubungan, ekspor non migas, UKM, koperasi dan sebagainya). c. Dana dari Masyarakat (Dana dari Pihak ke 3). Dana-dana masyarakat yang disimpan dalam bank merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan bank terdiri dari 3 jenis, yaitu: 1. Giro (Demand Deposit) Giro adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan mempergunakan cek, surat perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan. 2. Deposito (Time Deposit) Deposito atau simpanan berjangka adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara pihak ketiga dan bank yang bersangkutan. 3. Tabungan (Saving Deposit) Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dipersamakan dengan itu.
2.1.3 Permodalan Bank Modal merupakan salah satu faktor yang penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung resiko kerugian. Namun
9
disamping itu manajemen bank harus mempertanggungjawabkan rekening modal ini kepada para pemegang saham pada waktu yang telah ditentukan, misalnya setahun sekali pada saat Rapat Umum Para Pemegang Saham. Hal ini terjadi karena modal bank adalah manifestasi dari keinginan para pemegang saham untuk berperan dalam bisnis perbankan. Pengertian modal bank menurut Pakmei 29, 1993 dibedakan antara modal bagi bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia dan modal bagi kantor cabang bank berkedudukan di luar negri. Modal bagi bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia terdiri atas; modal inti dan modal pelengkap. 1. Modal inti. Komponen modal inti dapat berupa: a. Modal disetor Yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya. Umumnya modal setoran pertama dari para pemilik bank ini sebagian dipergunakan bank untuk sarana perkantoran, peralatan kantor dan promosi untuk menarik masyarakat. b. Agio saham Yaitu selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank sebagai akibat harga saham yang melebihi nilai nominalnya. c. Modal sumbangan Yaitu modal yang diperoleh kembali dari sumbangan saham, termasuk selisih antara nilai yang tercatat dengan harga jual apabila saham tersebut dijual.
10
d. Cadangan umum Yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak, dan mendapat persetujuan RUPS dengan ketentuan pendirian. e. Cadangan tujuan Yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan RUPS. f. Laba yang ditahan yaitu saldo laba bersih setelah dikurangin pajak yang oleh RUPS diputuskan untuk tidak dibagikan. g. Laba tahun lalu Yaitu seluruh laba bersih tahun-tahun yang lalu setelah diperhitungkan pajak, dan belum ditetapkan penggunaannya oleh RUPS. Dalam hal bank mempunyai saldo rugi tahun lalu, maka seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti. h. Laba tahun berjalan Yaitu laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi taksiran utang pajak. Jumlah laba tahun buku berjalan tersebut yang diperhitungkan sebagai modal inti sebesar 50 %. Dalam hal pada tahun berjalan bank mengalami kerugian, maka seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti. Jumlah modal inti adalah sebagaimana tersebut pada huruf a s/d h di atas, dikurangi dengan:
11
1) Goodwill yang ada dalam pembukuan bank. 2) Kekurangan jumlah penyisihan penghapusan aktiva produktif dari jumlah yang seharusnya dibentuk sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Pengurangan ini berlaku mulai akhir Desember 1996. 2. Modal Pelengkap. Modal pelengkap bank dapat berupa: a. Cadangan revaluasi aktiva tetap Yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan Direktorat Jendral Pajak. b. Penyisihan Penghapusan aktiva produktif Yaitu cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan, dengan maksud untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva produktif. c. Modal pinjaman Yaitu utang yang didukung oleh instrumen seperti modal yang mempunyai ciri-ciri tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan, tidak dapat dilunasi atau ditarik atas inisiatif pemilik tanpa persetujuan BI, kedudukannya sama dengan modal dalam hal kerugian bank melebihi laba yang ditahan dan cadangan yang termasuk modal inti, pembayaran bunga dapat ditangguhkan apabila bank dalam keadaan rugi atau labanya tidak mendukung untuk membayar bunga tersebut.
12
d. Pinjaman subordinasi Yaitu pinjaman yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: ada perjanjian tertulis antara bank dengan pemberi pinjaman, mendapat persetujuan dari BI, tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan, minimal berjangka waktu 5 tahun, pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan dari BI, dan hak tagihannya bila terjadi likuidasi berlaku paling akhir dari segala pinjaman yang ada.
2.2 Ruang Lingkup Pasar Modal 2.2.1 Pengertian Pasar modal Pasar modal merupakan salah satu wahana yang dapat dimanfaatkan untuk memobilisasi dana (sarana yang mempertemukan penjual dan pembeli dana), baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Dana yang diperjual belikan adalah dana yang akan dipergunakan untuk jangka panjang. Dana yang terkumpul dari jual beli tersebut akan dipergunakan untuk menunjang pengembangan tempat usaha. Tempat penawaran dan penjualan efek ini dilaksanakan berdasarkan suatu bentuk institusi resmi yang disebut Bursa Efek. Definisi Pasar Modal menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Bab I Pasal 1), adalah: "Kegiatan yang bersangkut paut dengan penawaran umum dan perdagangan efek-efek perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek"
13
Sedangkan menurut Marzuki Usman (2000) ada 3 pengertian pasar modal, yaitu sebagai berikut: 1. Definisi Dalam Arti Luas Pasar Modal adalah kebutuhan sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk bank-bank komersial dan semua perantara di bidang keuangan, serta surat-surat kertas berharga jangka panjang dan pendek, primer dan yang tidak langsung. 2. Definisi Dalam Arti Menengah Pasar Modal adalah semua pasar yang terorganisasi dan lembaga-lembaga, yang diperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya yang berjangka waktu lebih dari 1 tahun) termasuk saham, Obligasi pinjaman berjangka, hipotik dan tabungan serta deposito berjangka. 3. Definisi Dalam Arti Sempit Pasar Modal adalah tempat pasar terorganisasi yang memperdagangkan saham-saham dan obligasi-obligasi dengan memakai jasa makelar, komisioner dan para Underwriter. Sedangkan definisi pasar modal menurut Suad Husnan (2005) adalah : "Pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atas sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public autorities, maupun perusahaan swasta" Sementara itu menurut Fabozzy dan Modigliani (2003), yaitu : "One for longer maturity financial asset, called the capital market"
14
Dengan demikian dari beberapa definisi yang telah diuraikan di atas terlihat bahwa pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan yang memiliki jangka waktu lebih dari 1 tahun, baik dalarn bentuk modal sendiri, maupun hutang, dan baik yang diterbitkan oleh pemerintah maupun oleh pihak swasta.
2.2.2 Fungsi Pasar Modal Pasar Modal memiliki beberapa fungsi strategis yang membuat lembaga ini memiliki daya tarik. Tidak saja bagi pihak yang memerlukan dana (Borrowers) dan pihak yang meminjamkan dana (lendeers), tetapi juga bagi pihak pemerintah. Pada dasarnya, menurut Marzuki Usman (2000), terdapat empat peranan strategis dari pasar modal bagi perekonomian suatu negara, yakni: a. Sebagai Sumber Penghimpun Dana Pasar modal berfungsi sebagai sumber penghimpun dana selain sistem perbankan yang selama ini dikenal merupakan media penghimpun dana secara konvensional. b. Sebagai Alternatif Investasi Para Pemodal Jika tidak ada pilihan lain, maka para pemodal hanya menginvestasikan dananya dalam sistem perbankan dan atau pada real assets. Akan tetapi dengan adanya pasar modal, memberikan kesempatan kepada para pemodal untuk membentuk portofolio Investasi (mengkombinasikan dana pada berbagai kemungkinan investasi) dengan mengharapkan keuntungan
15
yang lebih dan sanggup menanggung sejumlah resiko tertentu yang mungkin terjadi. c. Biaya Penghimpunan Dana Melalui Pasar Modal Relatif Rendah Dalam melaksanakan penghimpunan dana, perusahaan membutuhkan biaya yang relatif kecil jika diperoleh melalui penjualan saham daripada meminjam ke bank. d. Bagi Negara, Pasar Modal Akan Mendorong Perkembangan Investasi Jika kondisi suatu perusahaan dalam keadaan sehat, maka dapat diproses untuk listing di bursa efek. Kinerja perusahaan yang baik ditambah dengan rendahnya transaction cost di bursa serta adanya jaminan transparansi, investor akan semakin banyak berminat untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Artinya, tanpa pemerintah mencarikan sumber pendanaan melalui bantuan luar negri sekalipun, pihak swasta sudah dapat memenuhi sendiri kebutuhan dananya dengan mengeluarkan biaya dalam jumlah yang relatif kecil. Dengan demikian, pemerintah terbantu dalam memobilisasi dana masyarakat. Bukan hanya itu, dengan ekspansi usaha berarti ada penambahan penyerapan tenaga kerja, kenaikan jumlah produksi, kenaikan omzet penjualan, kenaikan pendapatan dan tentunya pajak bagi negara.
16
2.3 Keputusan Untuk Go Public 2.3.1 Pengertian Go Public Yang dimaksud dengan go public adalah penjualan sebagian saham perusahaan (yang tadinya merupakan perusahaan perorangan atau perusahaan tertutup) kepada masyarakat melalui bursa efek sehingga perusahaan tersebut menjadi perusahaan milik publik atau dengan kata lain memasyarakatkan pemilikan saham perusahaan. Bagi perusahaan yang ingin melakukan perluasan usahanya pasti membutuhkan tambahan dana yang bersifat relatif permanen dan tidak dibebani biaya bunga. Untuk mengatasi hal tersebut, salah satu caranya adalah perusahaan melakukan penawaran kepada masyarakat umum melalui pasar modal. Ada banyak motivasi perusahaan go public menurut Keown (2008) yaitu: 1. Meningkatkan kondisi yang baik guna pembiayaan di masa yang akan datang, karena setelah memperoleh dana yang dibutuhkan juga ada manfaat-manfaat lain yang tidak langsung seperti emisi saham berikutnya lebih mudah diterima oleh pasar dan kreditur memiliki kecenderungan untuk memberi kemudahan pemberian kredit kepada perusahaan yang sahamnya diterima masyarakat. 2. Adanya go public dapat memberikan insentif bagi para manajer eksekutif yaitu dengan stock option plan yang membayar jasa produktivitas mereka dalam bentuk saham. Dengan kata lain go publik dapat memotivasi dan
17
meningkatkan efisiensi manajemen karena adanya “rasa ikut memiliki perusahaan” yang memperbesar semangat kerja. 3. Saham perusahaan yang tersebar luas kepemilikannya dalam masyarakat merupakan publikasi yang efektif bagi perusahaan, karena pemegang sahamnya adalah masyarakat yang juga konsumen, penyalur dan pemasok dari perusahaan tersebut 4. Go public merupakan alat bagi perusahaan untuk memiliki perusahaan lain dimana hasil emisi dapat diinvestasikan di perusahaan yang dituju atau dengan kata lain melakukan diversifikasi dalam investasi. Sedangkan kerugian dari go public adalah : 1. Biaya pelaporan (Cost of Reporting) seperti laporan keuangan triwulan dan tahunan ke lembaga pengawas pasar modal dan surat-surat kabar yang mahal harganya, khususnya bagi perusahaan kecil. 2. Keterbukaan
(Disclosure)
dimana
perusahaan
tidak
ingin
data
operasionalnya diketahui pesaing dan kekayaan pemegang saham perusahan dapat diperkirakan oleh orang lain. 3. Kepentingan Pribadi (Self Dealing) jika dulu pemilik-pemilik perusahaan dapat menggunakan fasilitas-fasilitas yang berlebihan dari perusahaan, maka setelah go public tidak bisa lagi karena data keuangan perusahaan harus dipertanggungjawabkan kepada pemegang saham yang merupakan orang luar dari perusahaan. 4. Pasar yang lesu dan harga yang rendah (Inactive market/low price) terjadi bila saham perusahaan tidak aktif diperdagangan dan harga pasar saham
18
tidak merupakan cerminan nilai saham sebenarnya. Masalah ini timbul jika target penjualan dan laba perusahaan tidak tercapai.
2.3.2 Pasar Perdana dan Pasar Sekunder Didalam perdagangan efek, menurut Marzuki Usman (2000), dikenal 2 macam pasar, yakni: Pasar perdana adalah pembelian surat berharga oleh investor sebelum surat berharga tersebut dicatatkan di bursa utama. Dalam pasar perdana proses transaksi dilakukan oleh investor dan perusahaan yang menerbitkan surat berharga melalui perantara (pialang). Pasar Sekunder adalah pasar yang terjadi ketika suatu efek dicatatkan dan diperdagangkan di bursa. Disebut sekunder karena pihak yang melakukan perdagangan adalah para pemegang saham dan calon pemegang saham. Uang yang berputar dalam pasar sekunder tidak lagi mengalir kedalam perusahaan yang menerbitkan efek akan tetapi berpindah atau bergerak dari pemegang saham yang satu ke pemegang saham yang lain. Menurut Fabozzy dan Modigliani (2003), yakni: "The market for newly issued financial assets is called The primary Market. After period of time, the financial assets is bought and sold (i,e., exchanged or traded) amongst investors. The market where this activity takes place is refferend to as The Secondary Market"
19
Menurut William F. Sharpe et.al. (2006), Pasar Primer dapat dibagi lagi menjadi: 1. Penerbitan Saham Baru Musiman (Seasoned New Issues), yaitu penawaran tambahan jumlah sekuritas yang telah beredar. 2. Penerbitan Saham Baru Non Musiman (Unesasoned New Issues), yaitu penawaran sekuritas perdana kepada publik atau sering disebut juga Penawaran perdana kepada publik (Initial Public Offering). Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa bagi pasar yang baru menerbitkan surat berharga disebut sebagai pasar primer. Setelah masa waktunya berlalu, surat berharga tersebut dibeli dan dijual kepada investor. Pasar dimana tempat terjadinya aktivitas tersebut dinamakan sebagai pasar sekunder.
2.3.3 Lembaga Penunjang Pasar Perdana dan Sekunder A. Lembaga Penunjang Pasar Perdana a. Penjamin Emisi Efek (Underwriter) Adalah lembaga yang menjamin penjualan efek yang diterbitkan emiten dan merupakan mediator yang mempertemukan emiten dan pemodal. la bertugas untuk meneliti dan mengadakan penilaian menyeluruh atas kemampuan dan prospek emiten. Khusus untuk emisi saham, penjamin juga turut serta dalam menentukan harga saham yang diemisikan.
20
b. Akuntan Publik Adalah salah satu lembaga penunjang yang bertugas untuk memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan perusahaan yang akan go public. c. Konsultan Hukum Tugas konsultan hukum adalah meneliti aspek-aspek hukum emiten dan memberikan pendapat segi hukum (legal opinion) tentang keadaan dan keabsahan usaha emiten. d. Notaris Berperan dalam pembuatan perjanjian dalam rangka emisi efek seperti perjanjian penjamin emisi, perwaliamanatan, perjanjian pertanggungan dan lain-lain yang harus dibuat secara notaris agar adanya kekuatan hukum. Juga berperan dalam mempersiapkan akte perubahan anggaran dasar perusahaan, perubahan besarnya modal, susunan pemilik modal, presentasi pemilikan modal dan lain-lain. e. Agen Penjual Agen penjual umumnya terdiri dari perusahan broker/dealer dan atau perusahaan efek yang bertugas melayani investor yang akan memesan efek, melaksanakan pengembalian uang pesanan kepada investor dan menyerahkan sertifikat efek kepada pemesan. f. Perusahaan Penilai Perusahaan penilai diperlukan apabila perusahaan emiten akan melakukan
penilaian
kembali
21
aktivanya.
Penilaian
tersebut
dimaksudkan untuk mengetahui berapa besarnya nilai wajar aktiva perusahaan sebagai dasar dalam melakukan emisi melalui pasar modal. Dalam hal emisi obligasi, disamping lembaga-lembaga penunjang untuk emisi saham sebagaimana disebutkan di atas juga dikenal lembaga sebagai berikut: g. Wali Amanat (Trustee) Adalah lembaga yang ditunjuk oleh emiten untuk mewakili kepentingan para pemegang obligasi yang jumlahnya banyak dan belum tentu orangnya. Misalnya dalam perjanjian perwaliamanatan, menilai dan mengawasi jaminan yang akan diberikan emiten termasuk memanggil rapat umum pemegang obligasi. h. Penjamin (Guarantor) Adalah Lembaga yang akan menanggung pelunasan kembali pinjaman pokok obligasi dan pembayaran bunganya apabila emiten cidera janji. i. Agen Pembayar (Paying Agent) Agen pembayar bertugas membayar bunga obligasi yang biasanya dilakukan dua kali setahun dan pelunasan pada saat obligasi telah jatuh tempo. B. Lembaga Penunjang Pasar Sekunder a. Pedagang Efek Disamping melakukan jual beli untuk diri sendiri, pedagang efek juga berfungsi untuk menciptakan pasar bagi efek tertentu dan
22
menjaga keseimbangan harga serta memelihara likuiditas efek dengan cara membeli dan menjual efek tertentu di pasar sekunder. b. Perantara Perdagangan Efek (Broker) Broker bertugas menerima order jual dan order beli investor untuk kemudian ditawarkan di bursa efek. Atas jasa keperantaraan tersebut broker mengenakan fee kepada investor. c. Perusahaan Efek Perusahaan efek (Securities company) dapat menjalankan satu atau beberapa kegiatan, baik sebagai penjamin emisi (Underwriter), perantara pedagang efek, manajer investasi atau penasehat investasi. d. Biro Administrasi Efek Yaitu pihak yang berdasarkan kontrak dengan emiten secara teratur menyediakan jasa-jasa melaksanakan pembukuan, transfer dana, pencatatan, pembayaran deviden, pembagian hak opsi, emisi sertifikat atau laporan tahunan untuk emiten. e. Reksa Dana Reksa Dana (Mutual Fund atau Investment Fund) merupakan perusahaan yang kegiatannya mengelola dana-dana dari investor yang pada umumnya diinvestasikan dalam bentuk instrumen pasar modal dan atau pasar uang oleh manajer investasi. Atas dana yang dikelola tersebut diterbitkan unit saham atau sertifikat sebagai bukti keikutsertaan investor pada perusahaan reksa dana tersebut.
23
2.4 Proses Go Public Tidak setiap perusahaan bisa menerbitkan saham atau obligasi di pasar modal. Hanya perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang mungkin menerbitkan sekuritas di pasar modal. Menurut Suad Husnan (2005) persyaratan - persyaratan yang harus dipenuhi agar suatu perusahaan bisa menerbitkan saham dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) diantaranya adalah: 1. Mengajukan surat permohonan listing ke BAPEPAM 2. Laporan keuangan harus wajar tanpa syarat 3. Jumlah saham yang listed minimal 1.000.000 lembar 4. Jumlah pemegang saham minimal 200 5. Company Listing berlaku batasan 49% 6. Perusahaan telah beroperasi lebih dari 3 tahun 7. Menghasilkan laba (operasi & bersih) selama dua tahun terakhir 8. Total kekayaan minimal Rp 20 miliar, Modal sendiri minimal Rp 7,5 miliar, Telah disetor minimal Rp 2 miliar 9. Kapasitas saham yang listed minimal Rp 4 miliar 10. Dewan Komisaris dan Dewan Direksi mempunyai reputasi yang baik. Menurut Marzuki Usman (2000) penawaran umum atau public offering adalah "kegiatan menawarkan atau menjual efek kepada masyarakat" Sesuai dengan ketentuan Surat Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal No. KEP-03/PM/1995 yang dapat melakukan penawaran umum adalah emiten yang telah menyampaikan pernyataan pendaftaran kepada
24
Bapepam untuk menjual atau menawarkan efek kepada masyarakat. Selain itu, pernyataan pendaftaran tersebut telah efektif. Perusahaan yang bermaksud menawarkan efeknya kepada masyarakat melalui pasar modal, terlebih dahulu harus mempersiapkan hal-hal yang diperlukan. Ada tiga tahapan utama bagi perusahaan yang akan going public, yaitu: 1. Proses persiapan Go public Yang harus dipersiapkan emiten dalam rangka go public adalah sebagai berikut : a. Manajemen perusahaan menetapkan rencana penggunaan dana yang diperoleh dari penjualan saham melalui go public. b. Rencana go public tersebut, dimintakan persetujuan kepada para pemegang saham dan perubahan anggaran dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). c. Emiten mencari profesi penunjang dan lembaga penunjang untuk membantu menyiapkan kelengkapan dokumen. d. Mempersiapkan kelengkapan dokumentasi emisi. e. Kontrak pendahuluan dengan bursa efek. f. Khusus penawaran obligasi atau efek lainnya yang bersifat hutang, terlebih dahulu harus memperoleh peringkat yang dikeluarkan oleh Lembaga Pemeringkat Efek. g. Menyampaikan pernyataan pendaftaran beserta dokumen-dokumennya kepada Bapepam sekaligus melakukan ekspose terbatas di Bapepam.
25
2. Registrasi di Bapepam Untuk mendapat ijin registrasi di Bapepam, proses yang harus dilalui antara lain : a. Pernyataan pendaftaran yang disampaikan oleh emiten bersama penjamin emisi diterima Bapepam. b. Emiten melakukan ekspose terbatas di Bapepam. c. Bapepam melakukan penelaahan atas dokumen-dokumen emisi. d. Deklarasi pernyataan registrasi berdasarkan tiga hal utama, yaitu kelengkapan dokumen, kebenaran dan kejelasan informasi dan pengungkapan (disclosure) tentang aspek-aspek legalitas, akuntansi, keuangan dan manajemen. e. Menanggapi dalam 45 hari. f. Pernyataan pendaftaran dinyatakan efektif. 3. Melakukan Penawaran Umum Proses penawaran umum terdiri dari: a. Periode pasar perdana, yaitu ketika efek ditawarkan kepada pemodal oleh penjamin emisi melalui para agen penjual yang ditunjuk. b. Penjatahan saham, yaitu pengalokasian efek pesanan para pemodal sesuai dengan jumlah efek yang tersedia. c. Pencatatan efek di bursa, yaitu saat efek tersebut mulai di perdagangkan di bursa.
26
Berikut ini adalah bagan proses penawaran umum : Gambar 2.1 : Prosedur Penawaran Umum (Public Offering) Sebelum Emisi
Intern Perusahaan 1. Rencana Go Public 2. RUPS 3. Penunjukkan: - Underwritter (Jika ada) - Profesi penunjang - Lembaga penunjang 4. Mempersiapkan dokumen-dokumen 5. Konfirmasi sebagai agen penjualan oleh penjamin emisi 6. Kontrak pendahuluan dengan bursa efek 7. Public expose 8. Penandatanganan perjanjian - perjanjian
Emisi
Intern Perusahaan
Pasar Primer 1. Penawaran oleh sindikasi penjamin emisi dan agen penjualan 2. Penjatahan kepada pemodal oleh Sindikasi Penjamin 3. Distribusi saham secara elektronik kepada pemodal
1. Emiten menyampaikan pernyataan pendaftaran 2. Ekspose terbatas di BAPPEPAM 3. Evaluasi: - Kelengkapan dokumen - Kecukupan dan kejelasan - Keterbukaan aspek hukum dan management 4. Komentar tertulis dalam 30 hari 5. Pernyataan pendaftaran dinyatakan dalam efektif
Sesudah Emisi
Pasar Primer
Pelaporan
1. Emiten mencatatkan efeknya di bursa 2. Perdagangan efek di bursa
1. Laporan berkala misalnya laporan tahunan dan laporan tengah tahunan 2. Laporan kejadian penting dan relevan, misalnya: Akuisisi, pergantian Direksi
27
2.5 Saham 2.5.1 Pengertian Saham Saham adalah satu jenis instrumen pasar modal yang merupakan suratsurat berharga (efek) yang umum diperjualbelikan melalui pasar modal. Efekefek tersebut antara lain surat pengakuan hutang, surat berharga komersil, saham, obligasi, tanda bukti hutang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek serta setiap derivatif dari efek seperti right atau warrant. Saham merupakan instrumen yang paling dominan diperdagangkan. Menurut Siamat (2001) pengertian saham ialah: "Saham atau stock adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal pada suatu perseroan terbatas" Sedangkan menurut Suad Husnan (2005), saham adalah: "Menunjukkan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT)" Menurut Marzuki Usman (2000), terdapat beberapa jenis saham, yang dapat dibedakan menurut cara peralihan dan manfaat yang diperoleh para pemegang saham. a. Cara peralihan hak Ditinjau dari cara peralihannya, saham dibedakan menjadi: 1. Saham atas unjuk (bearer stocks) Saham atas unjuk adalah saham yang tidak ditulis nama pemiliknya agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lain.
28
2. Saham atas nama ( registered stocks ) Saham atas nama adalah saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu. b. Hak tagihan Apabila ditinjau dari segi manfaat saham, maka pada dasarnya saham dapat digolongkan menjadi saham biasa dan saham preferen. 1. Saham biasa (common stocks) Saham biasa adalah saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior terhadap pembagian deviden, dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Saham jenis ini paling banyak dikenal masyarakat. 2. Saham preferen (preffered stocks) Saham preferen adalah saham yang berbentuk gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi) tetapi juga tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor.
2.5.2 Saham Biasa Diantara surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal, saham biasa (common stocks) adalah yang paling dikenal di masyarakat. Di antara emiten (perusahaan yang menerbitkan surat berharga), saham biasanya juga merupakan yang paling banyak digunakan untuk menarik dana dari masyarakat.
29
Menurut Marzuki Usman (2000), definisi saham biasa adalah: "Saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior terhadap pembagian deviden, dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi" Saham biasa ini mempunyai harga nominal yang nilainya ditetapkan oleh emiten (perusahaan yang menerbitkan saham). Harga saham ini sering disebut dengan nilai par (par value). Besarnya harga nominal saham tergantung pada keinginan emiten. Harga nominal yang ditentukan oleh emiten ini umumnya berbeda dengan harga perdana (primary price) dari suatu saham. Harga perdana adalah harga dari suatu saham dicatatkan (listed) di bursa efek. Jika suatu saham terjual dengan harga perdana yang lebih tinggi dari harga nominalnya, maka selisih itu disebut agio saham. Dalam menerbitkan saham biasa, terdapat beberapa keuntungan maupun kerugian, seperti yang disebutkan oleh Weston dan Copeland (2006), yaitu: Pembiayaan dengan saham biasa bagi perusahaan memberikan sejumlah keuntungan bagi perusahaan, yaitu: 1. Saham biasa tidak mengharuskan perusahaan untuk mengadakan pembayaran
tetap
bagi
pemegang
saham.
Apabila
perusahaan
menghasilkan laba dan tidak ada kebutuhan internal yang mendesak, perusahaan dapat membagikan deviden saham biasa. Apabila perusahaan menggunakan utang, ia wajib membayar bunga tanpa memandang kondisi operasi dan arus kasnya.
30
2. Tidak ada tanggal jatuh tempo yang pasti untuk saham biasa, tidak pernah harus “dilunasi” sebagaimana halnya dengan utang. 3. Karena saham biasa memberikan perlindungan terhadap kerugian dan sudut kreditor, maka penjualan saham biasanya meningkatkan kredibilitas perusahaan untuk memperoleh pinjaman. Pada gilirannya, hal ini akan menaikkan peringkat obligasi perusahaan, menurunkan biaya utangnya, dan meningkatkan kemampuannya untuk menggunakan utang di masa mendatang. 4. Jika prospek perusahaan tampaknya cerah, maka saham biasa seringkali dijual dengan syarat-syarat yang lebih baik daripada utang. 5. Manakala perusahaan mengalami masalah operasi, acapkali diperlukan dana tambahan untuk menanggulangi masalah tersebut. Kelemahan bagi perusahaan yang berkaitan dengan penerbitan saham biasa, biasanya adalah sebagai berikut: 1. Penjualan saham biasa memberikan beberapa hak suara kepada pemegang saham baru, bahkan mungkin juga hak untuk mengendalikan perusahaan. 2. Saham biasa memberi pemilik baru hak untuk memperoleh bagian atas laba perusahaan, jika laba membumbung tinggi, maka pemegang saham baru akan ikut menikmati keuntungan tersebut. Sedangkan jika utang yang digunakan investor baru hanya akan menerima pembayaran (bunga) yang tetap, tidak menjadi soal seberapa menguntungkan perusahaan.
31
3. Biaya penjaminan (underwriting cost) dan pendistribusian saham biasa umumnya lebih tinggi daripada biaya untuk penerbitan dan pendistribusian saham preferen atau utang. 4. Apabila perusahaan memiliki lebih banyak ekuitas daripada yang dipersyaratkan oleh struktur modal yang optimal, biaya modal rata-rata akan lebih tinggi daripada yang seharusnya. 5. Deviden atas saham biasa tidak dapat dikurangkan sebagai beban untuk penghitung laba kena pajak, sementara bunga obligasi merupakan faktor pengurang dalam menghitung pajak. Sebagai pemilik perusahaan dan pemberi dana investor atau pemegang saham juga memiliki beberapa keuntungan dan kerugian, dalam bukunya Dahlan Siamat (2001), keuntungan pemegang saham biasa adalah: 1. Pemegang saham memiliki hak untuk memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan. 2. Pemegang saham mempunyai hak untuk mengawasi perusahaan melalui dewan direksi. 3. Bila perusahaan mengalami likuidasi, pemegang saham mempunyai hak terhadap aset perusahaan. 4. Pemegang saham biasa memiliki premptive right, yaitu hak untuk membeli saham lebih dahulu sebelum saham ditawarkan ke pasar bila perusahaan mengeluarkan saham tambahan. 5. Pemegang saham mempunyai hak untuk mengalihkan kepemilikkannya kepada investor lain.
32
Kewajiban dari pemegang saham biasa adalah: 1. Dalam hal memperoleh bagian dari keuntungan hak pemegang saham biasa dapat dipenuhi setelah kewajiban perusahaan terhadap kreditur, pemerintah dan pemegang saham preferen terpenuhi. 2. Adanya keterbatasan dalam pengawasan perusahaan, walaupun secara teori pemegang saham biasa memiliki hak dalam pengawasan. 3. Bila perusahaan dilikuidasi, pemegang saham biasa baru memperoleh bagian dari aset bila klaim kreditur, pemegang saham obligasi dan saham preferen dipenuhi.
2.6 Deviden Bila seseorang/investor memberikan dana melalui pembelian saham dari suatu perusahaan, tentunya investor tersebut mengharapkan keuntungan lain selain hak kepemilikkan saham. Keuntungan ini dapat berupa capital gains atau selisih dari harga saham di pasar perdana dan pasar sekunder, atau deviden yang merupakan pembayaran yang dilakukan oleh pihak perusahaan penerbit saham (emiten) kepada pemegang saham atas keuntungan yang diperoleh perusahaan. Menurut Ross et.al. (2001) pengertian deviden adalah: "Payment made by a firm to its owners, also called the income component of the return on an investment in stocks "
33
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan kepada pemiliknya, juga disebut sebagai komponen pendapatan atas pengembalian dari saham investasi. Menurut Weston and Copeland (2006), ada tiga macam kebijakan deviden, yaitu: a. Kebijakan deviden stabil Artinya jumlah deviden per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya tetap selama jangka waktu tertentu. b. Kebijakan deviden dengan penetapan deviden payout ratio yang konstan Artinya nilai deviden yang dibayarkan setiap tahunnya akan berubah-ubah sesuai dengan laba yang diperoleh perusahaan setiap tahun karena rasio pembayaran devidennya tetap. Misalnya perusahaan menetapkan deviden payout ratio sebesar 20% dari laba bersihnya maka bila laba perusahaan itu meningkat, nilai deviden yang akan dibayarkan meningkat pula, dan demikian sebaliknya. c. Kebijakan deviden dengan penetapan jumlah deviden minimal plus jumlah ekstra Artinya jumlah minimal deviden per lembar saham ditetapkan dahulu setiap tahunnya, dan bila keadaan keuangan lebih baik, perusahaan akan membayarkan deviden ekstra di atas jumlah minimum tersebut. Kebijakan ini merupakan gabungan dari kebijakan deviden stabil dengan deviden payout ratio yang konstan.
34
Keputusan mengenai deviden merupakan salah satu keputusan penting dalam keuangan, karena cara memaksimalkan nilai atau harga saham yang dimilikinya juga dapat dilihat dari besarnya deviden yang diperoleh. Perusahaan harus dapat menentukan berapa besarnya deviden yang dapat maksimalkan nilai perusahaan.
2.7 Pendekatan Penilaian Saham Untuk menganalisis dan memilih saham terdapat dua pendekatan dasar menurut Suad Husnan (2005), yaitu Analisis Fundamental dan Analisis Teknikal. 2.7.1 Analisa Fundamental Analisa Fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan: 1. Mengestimasikan nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa yang akan datang. 2. Menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Model ini sering disebut sebagai share price forecasting model, dan sering dipergunakan dalam berbagai pelatihan analisa sekuritas. Dalam membuat model peramalan harga saham tersebut, langkah yang penting adalah mengidentifikasikan faktor-faktor fundamental (seperti penjualan, pertumbuhan penjualan, biaya kebijakan deviden dan sebagainya) yang diperkirakan akan mempengaruhi harga saham.
35
2.7.2 Analisa Teknikal Analisa Teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga saham tersebut (kondisi pasar) di waktu yang lalu. Berlainan dengan pendekatan fundamental, analisa teknikal tidak memperhatikan faktor-faktor fundamental (seperti kebijaksanaan pemerintah, pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penjualan perusahaan, pertumbuhan laba, perkembangan tingkat bunga dan sebagainya), yang mungkin mempengaruhi harga saham (kondisi pasar). Pemikiran yang mendasari analisis tersebut adalah: 1. Bahwa harga saham mencerminkan informasi yang relevan. 2. Bahwa informasi tersebut ditunjukkan oleh perubahan harga di waktu yang lalu. 3. Karena perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu, dan pola tersebut akan berulang. Analisa teknikal pada dasarnya merupakan upaya untuk menentukan kapan akan membeli (masuk ke pasar) atau menjual saham (keluar pasar), dengan memanfaatkan indikator-indikator.
2.8 Metode Penilaian Saham Analisa saham bertujuan untuk menaksir nilai intrinsik (intrinsic value) atau harga teoritis suatu saham dan kemudian membandingkannya dengan harga pasar saat ini (current market price) saham tersebut. Nilai intrinsik atas
36
harga teorotis suatu saham adalah harga yang wajar atau layak yang seharusnya dijadikan sebagai dasar penilaian suatu sistem. Berikut ini adalah metode atau model untuk menilai harga saham :
2.8.1 Pendekatan Deviden Perhitungan harga saham menurut Keown et. al. (2008), didasarkan kepada perkiraan deviden per saham yang akan diterima pemegang saham di masa mendatang. Pendekatan ini menggunakan teknik kapitalisasi deviden yang berarti mengkapitalisasikan atau mendiskontokan semua arus deviden yang diharapkan di masa yang akan datang dengan tingkat diskonto tertentu kemasa sekarang, maka nilai saham dapat ditulis sebagai berikut: P0
=
Dn Doo D1 D2 + + + ........ + 1 2 n (1 + Ke ) (1 + Ke ) (1 + Ke ) (1 + Ke ) oo
Dimana : P0
= Harga saham wajar saat ini dari arus deviden yang diharapkan di masa yang akan datang.
D
= Deviden yang diharapkan
Ke
= Tingkat hasil pengembalian yang diharapkan investor atau tingkat kapitalisasi (discount rate).
n
= Periode tahun Pendekatan deviden yang dipakai dalam penelitian ini terdiri dari dua
model, yaitu model deviden tanpa pertumbuhan dan model deviden dengan pertumbuhan.
37
a. Model Deviden Tanpa Pertumbuhan Harga saham menurut Keown et. al. (2008), ditentukan berdasarkan arus deviden yang akan diterima pada masa yang akan datang tanpa memperhitungkan tingkat pertumbuhan deviden tersebut. Dengan kata lain, nilai saham yang tidak mempunyai prospek pertumbuhan adalah sama dengan penghasilan deviden. Harga saham untuk model deviden tanpa pertumbuhan adalah sebagai berikut :
P0 = DO Ke
Dimana: P0
= Harga saham wajar saat ini
D0
= Deviden yang diharapkan pada akhir tahun ke-0
Ke
= Tingkat kapitalisasi Yang dimaksud Ke dalam penelitian ini sama dengan E (Rj) yaitu
tingkat penghasilan yang diisyaratkan oleh investor. Besarnya Ke menurut Keown et. al. (2008), didapat dari persamaan berikut : E (Rj) = Rf + βj [E (Rm) – Rf] Dimana: E (Rj) = Tingkat pengembalian yang diisyaratkan investor untuk saham J. Rf
= Tingkat pengembalian investasi bebas resiko.
38
Bj
= Ukuran resiko sistematik saham j.
E (Rm) = Tingkat pengembalian pasar. Dalam penelitian ini tingkat pengembalian investasi bebas resiko dipakai tingkat diskonto Sertifikat Bank Indonesia sebagai bank sentral sehingga tidak ada resiko didalamnya. Sedangkan besarnya β menurut William F. Sharpe et.al. (2006) didapat dari persamaan berikut: β = n (∑ XY) - (∑ X) (∑ Y) n (∑ XX) - (∑X)2
Dimana: n = Jumlah observasi X = Persentase kenaikan indeks harga saham gabungan Y = Persentase kenaikan indeks harga saham individu
b. Model Deviden dengan tingkat pertumbuhan normal atau konstan Jenis berikutnya adalah model yang mengasumsikan deviden akan berkembang dari periode ke periode dengan tingkat pertumbuhan yang sama selamanya, oleh karena itu disebut model pertumbuhan konstan. Jadi, menurut William F. Sharpe et.al. (2006) jika deviden perusahaan pada saat ini adalah D0, maka devidennya sesudah t tahun dapat diperkirakan sebesar dimana: Dt = D0 (1 + g)t
39
Dimana: Dt = Deviden pada tahun ke-t D0 = Deviden pada tahun ke 0 g = Tingkat pertumbuhan diharapkan Tingkat pertumbuhan yang diharapkan (g) dapat dicari dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : g = ROE x plowback ratio
Dimana : g
= Tingkat pertumbuhan
ROE = Return on equity (Tingkat pengembalian atas modal sendiri) Plowback ration = ratio penahanan laba = 1 - deviden payout ratio Dengan menggunakan model yang diajukan dalam buku Keown et. al. (2008 : 280), harga saham saat ini (P0) adalah sebagai berikut: D0 (1 + g)1
D0 (1 + g)2
P0 = -------------- + -------------(1 + Ke)1
D0 (1 + g)n
D0 (1 + g)∞
+ -------------- + …………. + -----------
(1 + Ke)2
(1 + Ke)n
(1 + Ke) ∞
Karena nilai g tetap, persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi : P0 = D0 (1 + g) = D1 (Ke – g) (Ke – g)
Dimana : P0 = Harga saham wajar saat ini
40
Dl = Deviden per lembar saham yang diharapkan pada tahun ke-1 Ke = Tingkat pengembalian saham biasa per tahun g = Tingkat pertumbuhan yang diharapkan Model ini didasarkan pada asumsi-asumsi berikut: 1) Ke (suku bunga diskonto) harus lebih besar dari g (tingkat pertumbuhan deviden). 2) Jika nilai Ke lebih kecil dari g maka nilai intrinsik saham menjadi negatif yang merupakan nilai tidak realistis pada suatu saham. 3) Jika nilai Ke sama dengan g maka akan sama dengan nol dan akibatnya nilai intrinsik saham akan sangat besar sekali bernilai tak terhingga.
2.8.2 Pendekatan Pendapatan Pendekatan model ini dibagi dalam 2 model yaitu : model price earning ratio dan model value earnings ratio. a. Model Price Earning Ratio Price Earning Ratio (PER), biasanya digunakan investor untuk menghubungkan laba perusahaan dengan harga sahamnya. Meskipun model PER nampaknya lebih mudah dipergunakan daripada model berdasarkan
atas
deviden.
Kesederhanaan
model
tersebut
dapat
menyebabkan para analisis melupakan bahwa estimasi masa depan yang tidak dapat pasti diperlukan untuk menggunakan model ini. Dengan kata
41
lain, setiap pendekatan dan model valuasi memerlukan penaksiran terhadap masa depan yang tidak pasti. Menurut Jack Clark Francis (2003), PER didapat dari persamaan sebagai berikut: PER = Price per share Earnings per share Perhitungan nilai intrinsik saham melalui model ini menurut Jack Clark Francis (2003), adalah: Intrinsic Value = EPS x P/E ratio
Dimana: P/E = perkiraan PER EPS = laba bersih per saham Ada suatu model yang dikemukakan oleh Elton dan Gruber dalam buku Suad Husnan (2005), yaitu model yang menghubungkan PER dengan tingkat pertumbuhan laba yang diperoleh pada waktu: •
Kondisi pasar modal yang sedang membaik (bullish), model dengan satu variabel yang dirumuskan adalah: PER = 4 + 2,3 (pertumbuhan laba)
•
Kondisi pasar modal yang sedang lesu (bearish), dengan menggunakan sampel yang sama diperoleh persamaan: PER = 3 + 1,8 (pertumbuhan laba)
42
b. Model Value Earning Ratio Bila seorang investor membeli saham biasa satu-satunya cashflow yang diharapkan akan diterima selama memiliki saham tersebut adalah kas deviden. Dalam model ini diasumsikan bahwa deviden yang akan dibayarkan oleh perusahaan akan terus meningkat, karena itu nilai sekarang dari seluruh deviden yang akan diterima di masa datang menurut Jack Clark Francis (2003) adalah: Present value per share = Cash devidend per share Discount rate - Growth rate Model Value Earning Ratio pada dasarnya hampir sama dengan model price Earning Ratio. Tetapi PER yang digunakan dalam model ini adalah actual PER, yang menurut Jack Clark Francis (2003) besarnya sama dengan value earnings ratio (V/E Ratio) dan dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut: V/E Ratio = Present value per share EPS Dengan menggunakan rumus harga saham di atas, rumus V/E Ratio dapat disederhanakan menjadi : V/E Ratio = Cash devidend : EPS Discount rate - Growth rate
43
2.9 Kerangka Pemikiran Bagi saham perdana, penilaian harga saham hanya dapat dilakukan melalui analisa fundamental, yang menilai nilai intrinsik saham berdasarkan pada kinerja perusahaan di masa lampau dan prospeknya di masa mendatang, kemudian membandingkannya dengan harga pada saat penawaran. Analisa fundamental terdiri dari pendekatan deviden dan pendekatan pendapatan. Pendekatan deviden menentukan perkiraan harga saham pada saat ini dengan mendiskontokan seluruh deviden yang diharapkan pada masa yang akan datang dengan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor. Pendekatan pendapatan menentukan harga saham dengan menentukan rasio dari harga saham terhadap laba perusahaan. Dengan menggunakan kedua model tersebut maka akan didapat nilai intrinsik saham yaitu nilai wajar saham atau nilai saham yang seharusnya, setelah mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya kemudian nilai intrinsik saham dibandingkan dengan harga harga saham perdana untuk mengetahui apakah harga saham tersebut undervalued, overvalued atau fairvalued.
44
KERANGKA PEMIKIRAN
Penilaian Harga Saham
Pendekatan Deviden • Model Tanpa Pertumbuhan • Model Pertumbuhan Konstan
PendekatanPendapatan • Model Price Earning Ratio • Model Value Earning Ratio
Perbandingan Nilai Intrinsik dengan Harga Saham Perdana
Harga saham : • Overvalued • Undervalued • Fairvalued
45