BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Kualitas
Pengertian atau definisi kualitas mempunyai cakupan yang sangat luas, relatif berbeda-beda dan berubah-ubah, sehingga definisi dari kualitas memiliki banyak kriteria dan sangat bergantung pada konteksnya terutama jika dilihat dari sisi penilaian akhir konsumen dan definisi yang diberikan oleh berbagai ahli serta dari sudut pandang produsen sebagai pihak yang menciptakan kualitas. Konsumen dan produsen itu berbeda dan akan merasakan kualitas secara berbda pula sesuai dengan standar kualitas yang dimiliki masing-masing.Begitu pula para ahli dalam memberikan definisi dari kualitas juga akan berbeda satu sama lain karena mereka membentuknya dalam dimensi yang berbeda. Oleh karen itu definisi kualitas dapat diartikan dari dua perspektif, yaitu dari sisi konsumen dan sisi produsen. Namun pada dasarnya konsep dari kualitas sering dianggap sebagai kesesuaian, keseluruhan ciri-ciri atau karakteristik suatu produk yang diharapkan oleh konsumen.
8
Adapun pengertian kualitas menurut American Society For Quality yang dikutip oleh Heizer & Render ( 2006 : 253 ): “Quality is the totality of feautures and characteristic of a product or service that bears on it’s ability to satisfy stated or implied need.” Artinya kualitas mutu adalah keseluruhan corak dan karakteristik dari produk atau jasa yang berkemampuan untuk memenuhi kebutuhan yang tampak jelas maupun yang tersembunyi. Joseph juran mempunyai suatu pendapat bahwa “quality is fitness for use“ yang bila diterjemahkan secara bebas berarti kualitas ( produk ) berkaitan dengan enaknya barang tersebut digunakan ( suyadi Prawirosentono, 2007:5 ). Ada dua segi umum tentang kualitas yaitu, kualitas rancangan dan kualitas kecocokan. Semua barang dan jasa dihasilkan dalam berbagai tingkat kualitas. Variasi dalam tingkat ini memang disengaja, maka dari itu istilah teknik yang sesuai adalah kualitas rancangan. Ada dua segi umum tentang kualitas yaitu, kualitas rancangan dankualitas kecocokan. Semua barang dan jasa dihasilkan dalam berbagai tingkat kualitas. Variasi dalam tingkat ini memang disengaja, maka dari itu istilah teknik yang sesuai adalah kualitas rancangan. ( Ariani, Wahyu Dorothea. 2003. Manajemen Kualitas Pendekatan Sisi Kualitatif ) Membuat definisi kualitas yang lebih luas cakupannya yaitu kualitas merupakan
suatu
kondisi
dinamis
yang
berhubungan
dengan
produk,
jasa,manusia,proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Pendekatan yang dikemukakan Davis menegaskan bahwa kualitas bukan hanya menekankan pada aspek akhir yaitu produk dan jasa tetapi juga menyangkut
9
kualitas manusia, kualitas proses dan kualitas lingkungan. Sangatlah mustahil menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas tanpa melalui manusia dan produk yang berkualitas (Yamit, Zulian. 2001. “Manajemen Kualitas Produk dan Jasa“ Ekonisia. Yogyakarta ) 2.2
Manajemen Kualitas
Gelombang globalisasi ekonomi akibat AFTA, GATT, APEC, WTO dan lain sebagainya telah menciptakan tantangan bisnis yang semakin besar, yaitu kompetisi yang semakin tinggi, teknologi yang semakin canggih, peraturan yang semakin berpengetahuan. Proteksi yang sebelumnya menjadi benteng bagi produk dalam negeri, akan hilang diterjang arus liberalisasi. Produk dari luar negeri akan bebas masuk ke pasar domestik yang merupakan bagian dari pasar global. Tantangan seperti ini, menghadapkan para pelaku bisnis maupun produsen pada dua pilihan, yaitu masuk dalam arena kompetisi dengan melakukan perubahan dan perbaikan atau keluar arena kompetisi tanpa dibebani perubahan dan perbaikan. Kedua keputusan tersebut memiliki konsekuensi yang sama beratnya. Davis dalam Yamit ( 2004 : 9 ) mengidentifikasikan lima pendekatan perspektif kualitas yang dapat digunakan oleh para praktisi bisnis, yaitu : 1. Transcendental Approach Kualitas dalam pendekatan ini adalah sesuatu yang dapat dirasakan, tetapi sulit didefinisikan dan dioperasikan maupun diukur. 2. Product-based Approach Kualitas dalam pendekatan ini adalah suatu karakteristik atau atribut yang dapat diukur. Perbedaan kualitas mencerminkan adanya perbedaan
10
atribut yang dimiliki produk secara objektif, tetapi pendekatan ini tidak dapat menjelaskan perbedaan dalam selera dan preferensi individual. 3. User-based Approach Kualitas dalam pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada orang yang memandangnya, dan produk yang paling memuasakan preferensi seseorang atau cocok dengan selera merupakan produk yang berkualitas paling tinggi. 4. Manufacturing-based Approach Kualitas dalam pendekatan ini bersifat supply-based atau dari sudut pandang produsen yang mendefinisikan kualitas sebagai sesuatu yang sesuai dengan persyaratannya dan prosedur. Pendekatan ini berfokus pada kesesuaian spesifikasi yang ditetapkan perusahaan secara internal. Oleh karena itu, yang menentukan kualitas adalah standar-standar yang ditetapkan perusahaan, dan bukan konsumen yang menggunakannya. 5. Value-based Approach Kualitas dalam pendekatan ini adalah memandang kualitas dari segi nilai dan harga. Oleh karena itu kualitas dalam pendangan ini bersifat relatif, sehingga produk yang memilki kualitas paling tinggi belum tentu produk yang paling bernilai. Produk yang paling bernilai adalah produk yang tepat beli. Menurut Mullins, Orville, Larreche, dan Boyd ( 2005, p,422 ) apabila perusahaan ingin mempertahankan keunggulan kompetitifnya pasar, perusahaan harus mengerti aspek dimensi apa saja yang digunakan oleh konsumen untuk
11
membedakan produk yang dijual perusahaan tersebut dalam dengan produk pesaing. Dimensi kualitas produk tersebut terdiri dari : 1. Performance (kinerja), yaitu berhubungan dengan karakteristik operasi dasar dari sebuah produk. 2. Features, yaitu karakteristik pelengkap atau tambahan. 3. Reliability
(kehandalan),
yaitu
kemungkinan
tingkat
kegagalan
pemakaian. 4. Conformance (kesesuaian), yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya. 5. Durability (daya tahan), yaitu berarti berapa lama atau umur produk yang bersangkutan bertahan sebelum produk tersebut harus diganti. Semakin besar frekuensi pemakaian konsumen terhadap produk maka semakin besar pula daya tahan produk. 6. Seviceability, yaitu meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, kemudahan dalam pemeliharaan dan penanganan keluhan yang memuaskan. 7. Aesthetics , yaitu menyangkut corak, rasa dan daya tahan produk. 8. Perception, yaitu fanatisme konsumen akan merk suatu produk tertentu karena citra atau reputasi produk itu sendiri. 2.3
Pengendalian Kualitas
2.3.1 Pengertian Pengendalian Kualitas ( Quality Control ) Pengendalian menurut J.M. Juran adalah sebagai keseluruhan cara yang digunakan untuk menentukan dan mencapai standar. Apabila ingin memutuskan untuk melaksanakan sesuatu, dimulai dengan sebuah rencana,
12
kemudian bekerja menurut rencana tersebut, dan meninjau kembali hasilnya. Pengendalian merupakan semua kegiatan atau usaha menjamin agar hasil dari pada pelaksana sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana. Kualitas atau mutu suatu produk adalah gabungan seluruh karakteristik produk dan pelayanan baik dari segi rekayasa, manufaktur, pemasaran, sampai pada perawatan dan purna jualnya. Produk yang berkualitas secara umum mempunyai karakteristik, yaitu : 1. Produk yang memiliki kecocokan dalam penggunaan. 2. Produk yang memiliki spesifikasi produsen. 3. Produk yang memenuhi keinginan konsumen. Maka pengendalian kualitas dapat diartikan sebagai kesesuaian dan kepuasan antara nilai, produsen dan konsumen atas suatu produk. Kesesuaian dan kepuasan tersebut mencakup kualitas produk, biaya-biaya (penyimpanan, produksi, penjualan dan layanan purna jual), tingkat kenyamanan dan keselamatan dan moral (nilai). Untuk pengendalian kualitas pada umumnya ada empat tahapan, yaitu: 1. Penetapan standar kualitas dan biaya. 2. Konfirmasi hasil produksi, yaitu membandingkan hasil produksi dengan standar tersebut. 3. Mengadakan koreksi jika hasil produksi tidak sesuai dengan standar. 4. Melakukan usaha-usaha perbaikan terhadap standar yang telah ada, prosesnya, bahan bakunya, atau lingkungan tempat kerja yang bisa menjadikan produktifitas naik.
13
Berdasarkan waktu pelaksanaan pengendalian, dikenal tiga macam pengendalian : 1. Preventive control, yaitu pengendalian yang dilakukan sebelum proses produksi dilakukan. Pengendalian ini dimaksudkan agar proses produksi berjalan lancar sesuai dengan rencana produksi dan biaya yang telah ditetapkan dan mencegah atau menghindari produksi cacat atau pengulangan proses. Jadi sifatnya adalah pencegahan kesalahan proses dan menghindari produk reject. 2. Monitoring control, yaitu pengendalian yang dilakukan pada waktu proses produksi berlangsung. Tujuannya untuk mengendalikan agar hasil akhir sesuai dengan rencana. Jika terjadi penyimpangan terhadap standar harus segera dilakukan koreksi. Koreksi mungkin dilakukan pada mesin, proses, tenaga kerja, bahan baku dan lain-lain. Jadi sifatnya memonitor atau memantau setiap proses berjalan untuk menghindari penyimpangan proses. 3. Repressive control, yaitu pengendalian yang dilakukan setelah semua proses
selesai.
Repressive
control
tidak
dapat
mencegah
penyimpangan yang terjadi tetapi sebagai evaluasi untuk mencegah terjadinya kesalahan yang sama pada waktu yang akan datang. 2.3.2 Tujuan Pengendalian Kualitas Untuk menjaga konsistensi kualitas produk dan jasa yang dihasilkan dan sesuai tuntutan kebutuhan pasar, perlu dilakukan pengendalian kualitas (quality control) atas aktivitas yang dijalani. Dari pengendalian kualitas yang berdasarkan inspeksi dengan penerimaan produk yang memenuhi syarat dan
14
penolakan yang tidak memenuhi syarat sehinnga banyak bahan, tenaga dan waktu yang terbuang, muncul pemikiran untuk menciptakan sistem yang dapat mencegah timbulnya masalah mengenai kualitas agar kesalahan yang pernah terjadi tidak terulang lagi. Istilah kualitas tak lepas dari manajemen kualitas yang mempelajari setiap area dari manajemen operasi, perencanaan lini produk dan fasilitas, hingga penjadwalan dan memonitor hasil. Kuliatas memerlukan suatu proses perbaikan yang terus-menerus. Berikut dijelaskan sangat pentingnya istilah kualitas bagi suatu organisasi atau perusahaan, karena : Reputasi Perusahaan Perusahaan atau organisasi yang telah menghasilkan suatu produk atau jasa yang berkualitas akan mendapat predikat sebagai perusahaan yang mengutamakan kualitas. Oleh karena itu, perusahaan tersebut dikenal masyarakat luas dan mendapatkan nilai lebih dimata konsumen. Karena nilai lebih itu perusahaan atau produk tersebut dipercaya konsumen. Penurunan Biaya Dalam paradigma lama, untuk menghasilkan produk berkualitas selalu membawa dampak pada peningkatan biaya. Suatu produk yang berkualitas selalu indentik dengan harga mahal. Hal ini jelas terjadi karena penghasil produk atau jasa masih menganut paradigma lama, dan membuat produk atau jasa dengan tidak melihat kebutuhan konsumen. Produk yang dihasilkan tersebut dibuat sesuai kemampuan perusahaan, sehingga standar kualitas yang digunakan juga hanya ditetapkan oleh pihak perusahaan. Kondisi emikian membuat produk atau jasa yang telah
15
dihasilkan
tidak
akan
laku
terjual
karena
konsumen
tidak
menginginkannya. Sementara paradigma baru mengatakan bahwa untuk menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas, perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya tinggi. Hal ini dikarenakan perusahaan berorientasi pada kepuasan konsumen, yaitu berdasarkan jenis, tipe, waktu dan jumlah produk yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Dengan demikian tidak ada pemborosan yang terjadi yang harus dibayar mahal oleh perusahaan. Sehingga pendapat bahwa ’ quality has no cost ’ dapat dicapai dengan tidak menghasilkan produk atau jasa yang tidak dibutuhkan pelanggan. Peningkatan Pasar Pangsa pasar akan meningkat bila minimasi biaya tercapai, sehingga harga bisa ditekan walau kualitas tetap menjadi utama. Hal-hal inilah yang mendorong konsumen untuk membeli lagi produk atau jasa tersebut hingga pasar meningkat. Pertanggung jawaban Produk Dengan semakin meningkatnya kualitas produk atau jasa yang dihasilkan, maka perusahaan akan semakin bertanggung jawab terhadap desain, proses dan pendistribusian produk untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Selain itu pihak perusahaan tidak perlu lagi mengeluarkan biaya begitu besar hanya untuk memberikan jaminan terhadap produk yang ditawarkannya.
16
Dampak Internasional Bila perusahaan mampu memberikan produk yang berkualitas, maka selain dikenal pasar lokal, produk yang ditawarkan juga akan dikenal dan diterima di pasar internasional. Hal ini akan menimbulkan kesan yang baik terhadap perusahaan tersebut. Kualitas yang Dirasakan Persaingan saat ini bukan lagi masalah harga melainkan kualitas produk. Hal inilah yang mendorong konsumen untuk mau membeli dengan harga tinggi dengan kualitas tinggi pula. Tetapi kualitas mempunyai banyak dimensi yang bersifat subyektif. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan kualitas bukan hanya kualitas produk itu sendiri, melainkan kualitas secara menyeluruh (Total Quality). Total Quality merupakan suatu pendekatan untuk melakukan bisnis yang berusaha memaksimumkan persaingan organisasi melalui perbaikan secara menyeluruh dalam kualitas produk, pelayanan, orang, proses, dan lingkungan. Adapun maksud dan tujuan dari pengendalian kualitas adalah agar spesifikasi produk yang telah ditetapkan terdapat dalam setiap proses produksi terutama tercermin dalam produk akhir. Sedikitnya ada empat hal yang menjadi tujuan pengendalian kualitas, antara lain : 1. Mengusahakan agar hasil produksi (produk) mencapai standar kualitas yang telah ditentukan.
17
2. Mengusahakan agar produk-produk yang rusak menjadi sekecil mungkin, karena : • Dapat menekan biaya inspeksi serendah mungkin. • Dapat mengusahakan pemakaian bahan baku seefisien mungkin. • Dapat menekan biaya produksi secara keseluruhan. 3. Menentukan tindakan perbaikan yang perlu dilakukan bila terjadi produk yang dihasilkan tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan. 4. Untuk merencanakan peningkatan mutu dari produk yang dibuat untuk ke depannya.
2.4
Statistical Process Control ( SPC )
SPC adalah suatu metode untuk pengumpulan dan analisa data untuk diselesaikan dengan metode practical quality. Statistical artinya bahwa kepuasan akan berdasar pada analisa numerik. Proses mengacu pada proses produksi tertentu dan mampu memproduksi output dengan kualitas yang konsisten. Perusahaan yang menggunakan pengendalian kualitas statistik (statistical quality control) merupakan perusahaan yang masih mentolerir adanya cacat produk dalam batas-batas tetentu. Pengendalian kualitas statistik ini dapat dibagi ke dalam pengendalian kualitas proses, yaitu pengendalian kualitas produk selama masih dalam proses dan pengendalian produk jadi. Untuk itu pengendalian kualitas proses dapat digunakan alat pengendali yang disebut dengan Peta Pengendali Proses (Process Control Chart) atau sering disebut control chart. Pengendalian proses statistik adalah pengendalian kualitas produk selama masih dalam proses. Dalam mengadakan pengendalian kualitas tersebut dapat
18
digambarkan batas atas (upper control limit) dan batas bawah (lower control limit) beserta garis tengahnya (center limit). Statistik adalah seni pengambilan keputusan tentang suatu proses atau populasi berdasarkan suatu analisis informasi yang terkandung di dalam suatu sampel dari populasi itu. Metode statistik memainkan peranan penting dalam jaminan kualitas. Metode statistik ini memberikan cara-cara pokok dalam pengambilan sampel produk, pengujian serta evaluasinya dan informasi di dalam data itu digunakan untuk mengendalikan dan meningkatkan proses pembuatan. Lagi pula statistik adalah bahasa yang digunakan oleh insinyur pengembangan, pembuatan, pengusahaan, manajemen, dan komponen-komponen fungsional bisnis yang lain untuk berkomunikasi tentang kualitas (Montgomery,2005). Untuk menjamin proses produksi dalam kondisi baik dan stabil atau produk yang dihasilkan selalu dalam daerah standar, perlu dilakukan pemeriksaan terhadap titik orgin dan hal-hal yang berhubungan, dalam rangka menjaga dan memperbaiki kualitas produk sesuai dengan harapan. Hal ini disebut Statistical Process Control (SPC). Bagaiman baiknya suatu output (barang/jasa) itu memenuhi spesifikasi dan toleransi yang ditetapkan oleh bagian desain / mutu dari suatu perusahaan. Dalam pengendalian proses statistik dikenal adanya ”seveen tools”. Seveen tools dari pengendalian proses statistik ini adalah metode grafik paling sederhana untuk menyelesaikan masalah. Seveen tools tersebut adalah : 1. Lembar pengamatan (check sheet). 2. Stratifikasi (run chart). 3. Histogram.
19
4. Grafik kendali (control chart). 5. Diagram pareto. 6. Diagram sebab akibat (cause and effect diagram). 7. Affinity Diagram.
Produksi Barang Y
Mulai
M
di k
j
Dalam Batas ?
Pengmbilan Contoh Produk Tdk Periksa Contoh Produk
Petakan Data pada Peta Kendali
Hentikan Proses
Cari Tahu penyebab
Gambar 2.1 Tahapan Pengendalian Proses Statistik Selain itu teknik yang dilakukan pun ada dua pilihan yaitu, pemeriksaan 100% yang berarti perusahaan menguji semua bahan baku yang datang, seluruh produk selama masih dalam proses atau seluruh produk jadi yang telah dihasilkan, atau dengan menggunakan teknik sampling, yaitu menguji hanya pada sebagian produk yang diambil secara random sebagai sampel pengujian. 2.4.1 Definisi Tentang Data Dalam Konteks SPC Data adalah catatan tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif maupun yang bersifat kuantitatif yang dipergunakan sebagai petunjuk untuk bertindak.
20
Berdasarkan data, kita mempelajari fakta-fakta yang ada dan kemudian mengambil tindakan yang tepat berdasarkan dari fakta itu. Dalam konteks pengendalian proses statistical dikenal dua jenis data, antara lain : • Data Atribut, yaitu data kualitatif yang dapat dihitung untuk pencatatan dan analisis. Contoh dari data atribut karakteristik kualitas adalah : ketiadaan label pada kemasan produk, kesalahan proses administrasi buku tabungan nasabah, banyaknya jenis cacat pada produk, banyaknya produk kayu lapis yang cacat karana corelap, dll. Data
atribut
biasanya
diperoleh
dalam
bentuk
unit-unit
nonkonformans atau ketidaksesuaian dengan spesifikasi atribut yang ditetapkan. • Data Variabel, merupakan data kuantitatif yang diukur untuk keperluan analisis. Contoh dari data variabel kuantitas adalah : diameter pipa, ketebalan produk kayu lapis, berat semen dalam kantong, banyaknya kertas setiap rim, konsentrasi elektrolit dalam persen, dll. Ukuran-ukuran berat, panjang, lebar, tinggi, diameter, volume, biasanya merupakan data variabel.
2.5
Peta Kendali
Peta kendali merupakan grafik yang menggambarkan data dari waktu kewaktu, tetapi tidak menunjukkan penyebab penyimpangan. Grafik pengendali adalah suatu alat yang secara grafis digunakan untuk memonitor apakah suatu aktivitas dapat diterima sebagai proses yang terkendali. Peta kendali ini menyatakan garis tengah atau Control Limit yang merupakan nilai rata-rata
21
karakteristik kualitas yang berkaitan dengan keadaan dimana data-data ini masih bisa dikontrol dan digaris yang lainnya ialah garis Batas Kontrol Atas (BKA) dan garis Batas Kontrol Bawah (BKB), jadi selama data-data yang dikumpulkan terletak dalam batas kontrol tersebut maka dianggap bahwa pengendalian kualitas terkendali. Jika ada data yang berada diluar batas-batas tersebut maka dipastikan proses tidak terkendali. Peta kontrol diperlukan sebagai alat pengendali kualitas yang paling penting dalam mengendalikan proses produksi. Sehingga dengan peta kontrol yang ada, data baru dapat dengan cepat dibandingkan dengan hasil kerja proses yang pernah terjdi. Untuk melihat sejauh mana proses produksi berada dalam pengendalian. Dengan demikian apabila terjadi penyimpangan akan dengan mudah diketahui sehingga dapat segera diambil langkah-langkah perbaikan. Grafik pengendali terkadang disebut dengan Shewhart Control Charts karena grafik ini pertama kali dibuat oleh Walter A. Shewhart. Nilai dari karakteristik kualitas yang dimonitor, digambarkan sepanjang sumbu Y, sedangkan sumbu X menggambarkan sampel atau subgrup dari karakteristik kualitas tersebut. Sebagai contoh karakteristik kualitas adalah panjang rata-rata, diameter rata-rata, dan waktu pelayanan rata-rata. Semua karakteristik tersebut dinamakan variabel dimana nilai numeriknya dapat diketahui. Sedangkan atribut adalah karakteristik kualitas yang ditunjukkan dengan jumlah produk cacat, jumlah ketidaksesuaian dalam satu unit, serta jumlah cacat per unit.
22
2.6
Penggunaan Peta-Peta Kontrol
Alat pengendalian kualitas yang paling sering digunakan dalam menganalisa adalah dengan bagan kendali (control chart). Bagan kendali ini alat yang dipakai untuk mengetahui penyimpangan proses yang berulang. Bagan kendali pada dasarnya adalah penjabaran secara grafis dari suatu data sebagai fungsi dari waktu, sehingga mempunyai batas kontrol yang membatasi jangkauan dari sebaran yang masih diterima dan probabilitas yang diharapkan. Dengan bagan kendali tersebut maka data secara cepat dapat dibandingkan dengan unjuk kerja proses yang pernah terjadi. Berbagai bagan-bagan yang dapat digunakan dalam proses kendali kontrol yang sesuai dengan kebutuhan yaitu tata cara dan teknik yang dapat dilakukan untuk mempermudah dalam menggunakan bagan-bagan kendali dalam diagram alir . Peta-peta control digunakan dengan maksud untuk menghilangkan variasi tidak normal melalui pemisahan variasi yang disebabkan oleh sebab khusus (special-causes variation) dari variasi yang disebabkan oleh penyebab umum (common-causes variation). Pada dasarnya peta-peta kontrol digunakan untuk : 1. Menetukan apakah suatu proses berada dalam pengendalian. Peta-peta kontrol digunakan untuk mencapai suatu keadaan terkendali, dimana semua nilai rata-rata dan range dari sub-sub kelompok (subgrup) contoh berada dalam batas-batas pengendalian (control limits), maka itu variasi penyebab khusus menjadi tidak ada lagi dalam proses.
23
2. Memantau proses terus menerus sepanjang waktu agar proses tetap stabil secara statistikal dan hanya mengandung variasi penyebab umum. 3. Menentukan kemampuan proses (process capability). Setelah proses berada dalam pengendalian, batas-batas dari variasi proses dapat ditentukan. Berdasarkan macam-macam data, bentuk peta kendali dapat dibedakan berdasarkan pengukuran untuk datanya, yaitu : a) Pengukuran unit dalam komponen (dalam mm) atau hasil dari proses kimia (dalam g). Ini dikenal dengan ” Nilai Indiskrit ” atau bersifat variabel. b) Data yang lain berdasarkan pada perhitungan seperti jumlah artikel cacat atau rusak. Mereka dikenal dengan ” Nilai Diskrit ” atau bersifat atribut. Peta kendali yang didasarkan pada dua kategori ini akan berbeda. Berbagai peta-peta kontrol dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan seperti ditunjukkan melalui diagram alir penggunaan peta-peta kontrol dalam gambar berikut :
24
Tentukan Karakteristik Kualitas Sesuai Keinginan Pelanggan
TIDAK Apakah Data Variabel?
Apakah Data Atribut Berbentuk Proporsi atau Persentase?
YA
Apakah Proses Homogen atau Proses Batch Seperti Industri Kimia, DLL?
YA
TIDAK
Apakah Ukuran Contoh Konstan?
Gunakan Peta Kontrol X-Bar, R
Gunakan Peta Kontrol p atau np
Apakah Data Atribut Berbentuk Banyaknya Ketidaksesuaian
YA
TIDAK
YA
YA
Gunakan Peta Kontrol Individual : X-MR
TIDAK
Apakah Ukuran Contoh Konstan?
TIDAK
YA Gunakan Peta Kontrol p
Gunakan Peta Kontrol c atau u
Gunakan Peta Kontrol u
Gambar 2.2 Diagram Alir Penggunaan Bagan-bagan Kendali 2.6.1 Peta Kendali Data Variabel Yang dimaksud dengan data variabel adalah data mengenai ketepatan pengukuran produk yang masih berada dalam proses dengan standar yang telah ditetapkan. Penyimpangan dari pengukuran yang diharapkan tetapi masih ada dibawah batas atas (UCL) atau diatas batas bawah (LCL) masih dianggap sebagai produk yang baik. Bila data berada diluar batas atas dan batas bawah maka perlu diadakan revisi terhadap peta kendali tersebut sehingga data pengukuran akan berada dalam batas pengendalian. Umumnya 85% kesalahan yang terjadi dikarenakan sebab umum misalnya kerusakan mesin, keterlambatan datangnya bahan baku, naik turunnya kondisi kerja dan sebagainya. Sedangkan sebab khusus biasanya hanya 15% yang meliputi kesalahan penggunaan alat, kesalahan operator mesin, kesalahan penggunaan bahan baku dan sebagainya. Bila data diluar
25
batas kendali karena sebab khusus maka perlu diadakan revisi terhadap batas atas, batas bawah dan center line sampai semua data berada dalam batas pengendalian. Data variabel (variables data) merupakan data kuantutatif yang diukur untuk keperluan analisis. Contoh dari data variabel karakteristik kualitas adalah diameter pipa, ketebalan produk kayu lapis, berat semen dalam kantong, banyaknya kertas setiap rim, konsentrasi elektrolit dalam persen, dll. Ukuranukuran berat, panjang, lebar, tinggi, diameter, volume biasanya merupakan data variabel. Pete-peta control yang umum dipergunakan untuk data variabel adalah Peta X-bar, R dan Peta X-MR. 1. Peta Kontrol X-bar dan R Peta kontrol X-bar (rata-rata) dan R (range) digunakan untuk memantau proses yang mempunyai karakteristik berdimensi kontinu, sehingga peta control X-bar dan R sering disebut sebagai peta control untuk data variabel. 2. Peta Kontrol Individual X dan MR Peta pengendali ini digunakan apabila dari hasil observasi data tampak bahwa antara data yang satu dengan yang lain hanya menampakan perbedaan yang sangat sedikit.
2.6.2 Peta Kendali Data Atribut Yang dimaksud dengan data atribut adalah data mengenai ketepatan pengukuran produk yang masih berada dalam proses dengan standar yang telah
26
ditetapkan. Pengukuran ini meliputi pengukuran cacat atau tidak, nyala atau tidak, dan sebagainya. Penyimpangan dari pengukuran yang diharapkan masih ada dibawah batas atas atau diatas batas bawah. Bila data berada di luar batas atas dan batas bawah maka perlu diadakan revisi terhadap peta pengendali tersebut sehingga data pengukuran akan berada dalam batas pengendali. Apabila kondisi perusahaan berada diluar batas pengendalian, maka harus dilihat apakah penyebab kesalahan ini merupakan sebab umum (common cause atau change cause) yang tidak dapat dihindari atau sebab khusus (assignable cause) yang seharusnya dapat dihindari. Bila merupakan sebab umum maka data tersebut dianggap in control sehingga tidak perlu dilakukan revisi, namun bila merupakan sebab khusus maka data dianggap sebagai out of control sehingga harus direvisi Peta pengendali kualitas proses statistik data atribut, meliputi : 1. Peta kendali P (p-chart) dan peta kendali NP (np-chart) Yaitu peta pengendali proses untuk mengetahui proporsi produk cacat dalam suatu sampel, np-chart hanya digunakan unutk banyaknya sampel yang sama dalam setiap kali observasi, sedangkan p-chart dapat digukan untuk banyaknya sampel sama maupun bervariasi untuk setiap observasinya. 2. Peta kendali C (c-chart) atau peta kendali U (u-chart) Yaitu peta pengendali proses untuk mengetahui banyaknya cacat dalam satu unit produk, c-chart hanya digunakan untuk banyaknya sampel yang sama dalam setiap kali observasi, sedangkan u-chart dapat digukan untuk banyaknya sampel sama maupun bervariasi untuk setiap observasinya.
27
Peta kendali atribut u merupakan peta kendali adaptasi yang bermanfaat dalam dunia tulis-menulis dan industri. Bilamana ketidaksesuaian jarang sekali terjadi dan jumlah unit yang diproduksi juga besar sekali, data perlu diskala kembali agar bagan-bagan tersebut memberikan manfaat yang maksimal. Contoh penerapan peta kendali c adalah sebagai berikut : • Banyaknya cacat atau yang diteliti dalam segulungan bahan celana. • Banyaknya cacat dalam segulungan kertas karton. • Banyaknya cacat paku keling pada sayap pesawat terbang. Data atribut (attributes data) merupakan data kualitatif yang dapat dihitung untuk pencatatan dan analisis. Contoh dari data atribut karakteristik kualitas adalah ketiadaan label pada kemasan produk, banyaknya jenis cacat pada produk dan lain-lain.
2.7
Peta Kendali P
Peta kendali P adalah suatu peta yang menunjukkan cacat pecahan (P) atau kendali bagian yang ditolak untuk satu atau lebih karakteristik mutu yang tidak memenuhi spesifikasi. Untuk ukuran sampel yang beragam dapat digunakan peta kandali P : Langkah-langkah pembuatan peta kendali kendali P akan diuraikan sebagai berikut : 1. Mengumpulkan
data,
mengambil
sebanyak
mungkin
yang
menggambarkan jumlah yang diperiksa (n) dengan jumlah produk cacatnya (pn).
28
2. Bagilah data ke dalam sub-grup, biasanya akan dikelompokkan berdasarkan tanggal, bulan atau lot. Ukuran sub-grup harus lebih dari 50 dari nilai rata-rata cacat untuk setiap sub-grup harus berkisar antara 3 sampai 4. 3. Hitung bagian cacat untuk setiap sub-grup dan masukkan ke dalam lembaran data. Untuk mencari bagian cacat gunakan rumus berikut : P=
JumlahCacat pn = UkuranSubGrup n
4. Carilah rata-rata bagian cacat CLP. p=
CacatTotal Σpn = YangdiPeriksaTotal Σn
5. Menentukan batas-batas kendali Besar standar deviasi ditentukan oleh besarnya tingkat keyakinan. Untuk tingkat keyakinan 67% menggunakan standar deviasi 1, sedangkan untuk tingkat keyakinan 95% menggunakan standar deviasi 2 dan untuk tingkat keyakinan 99% menggunakan standar deviasi 3. Garis Pusat : CL = p
(
)
(
)
Garis Kendali Atas : BKA atau UCL
= p +3
p 1− p n
Garis Kendali Bawah : BKB atau LCL
= p-3
p 1− p n
6. Membuat Grafik Kendali Batas kendali yang banyak digunakan ialah batas kendali shewart diagram berbentuk sederhana seperti di bawah ini :
29
UCL LCL CL
Gambar Error! No text of specified style in document.2 Contoh Peta Kendali 2.8
Bentuk-Bentuk Keterkendalian Proses
Setelah peta kendali P diimplementasikan dalam proses akan dapat diperoleh informasi tentang hubungan antara perubahan proses dengan pergeseran titik pada peta kendali, yaitu : 1. Suatu proses dalam keadaan terkendali Apabila suatu proses dalam kadaan terkendali, maka peta kendali P akan memberikan indikasi : • Seluruh titik selalu dalam batas-batas UCL dan LCL • Titik-titik yang mengelompokkan tidak menunjukkan bentuk-bentuk khusus 2. Suatu proses dalam keadaan tak terkendali Apabila suatu proses dalam keadaan tidak terkendali, maka peta kendali P akan memberikan indikasi : • Beberapa titik ke luar dari batas-batas UCL dan LCL. • Titik-titik yang mengelompokkan menunjukkan bentuk-bentk khusus meskipun dalam batas-batas pengawasan.
30
Tabel 2.1 Simbol dan Rumus Peta Kendali Atribut Chart
Statistical term Number of subgroups Subgroup size
Atrubute value
Lower control limit
2.9
Np
U
C
K
K
K
K
n = # of unit in subgroup # of defect
n = # of unit in subgroup # of defects
in subgroup n
c = in subgroup
n = # inspected
n = # inspected
# of defects
# of defect
p=
Process average p =
Upper control limit
P
in subgroup n
n1p1 + n2p2 + ...nkpk
np = in subgroup
np =
n(p1 + p2 + ...pk)
n1 + n2 + ...nk
UCLp = P + 3
P(1 - P)
UCLp = P − 3
n
k
UCLnp = np + 3 np(1 - p)
P(1 - P) n
u=
u=
n1u1 + n2u2 + ...nkuk n1 + n2 + ...nk
c=
n(c1 + c2 + ...ck) k
UCLu = u + 3 u / n
UCLu = c + 3 c
UCLu = u − 3 u / n
UCLu = c − 3 c
Pareto Diagram
Diagram Pareto adalah teknis grafis sederhana yang menggambarkan relativitas dari tingkat-tingkat penting atau tidaknya berbagai permasalahan yang membedakan antara ’vital few’ dan ’trivial many’ yang terfolus pada isu-isu pengembangan dan peningkatan kualitas maksimal beserta relevansinya. Diagram Pareto juga dapat menggambarkan dan menyederhanakan fungsi-fungsi ’order’ (pemesanan) yang terkontribusi relatif oleh berbagai elemen ’sebab-sebab’ ke dalam situasi ’permasalahan’ secara total. Analisis Pareto (Pareto analysis) yang berasal dari nama Vilfredo Pareto (1848-1923), seorang ekonom Italia yang mengamati bahwa 85 persen kekayaan di Milan dimiliki oleh 15 persen dari penduduknya. Analisi Pareto membantu untuk memisahkan ”beberapa faktor yang penting” dengan ”banyak yang tidak penting” dan memberikan arahan untuk pemilihan proyek perbaikan. Diagram
31
Pareto (Pareto diagram) adalah histogram data yang mengurutkan data dari yang frekuensinya terbesar hingga terkecil (James R. Evans dan M. Lindsay William, 2005). Kontribusi relatif dalam diagram Pareto kemungkinan besar terletak pada nilai-nilai frekuensi, biaya relatif, dan lain-lainnya. Kontribusi relatif digambarkan sebagai lintasan tebal dalam diagram, sedangkan garis kumulatif adalah fungsi dari kontribusi komulatif. Diagram pareto sangat tepat digunakan jika kita mengiginkan hal-hal berikut ini: 1. Menentukan prioritas karena keterbatasan sumberdaya 2. Menggunakan kearifan tim secara kolektif 3. Menghasilkan konsensus atas keputusan akhir 4. Menempatkan keputusan pada data kuantitatif Diagram pareto adalah suatu metode untuk mengidentifikasi hal-hal atau kejadian-kejadian penting, maka pada dasarnya diagram pareto terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu: 1. Diagram pareto mengenai fenomena. Diagram ini berkaitan dengan hasilhasil termasuk yang tidak diinginkan dan digunakan untuk mengetahui masalah apa yang paling utama. 2. Diagram pareto mengenai penyebab. Diagram ini berkaitan dengan penyebab dalam proses dan dipergunakan untuk mengetahui apa saja penyebab masalah yang paling utama.
32
Langgkah-langkaah yang diggunakan dallam proses penyusunan p n diagram paareto terdiri dari enam lang gkah, menurrut ( Yamit,, Zulian. 200 01. “Manajjemen Kuallitas Produk daan Jasa“ Ek konisia. Yoogyakarta ). adalah: 1. Menentukan M n metode aatau arti dari d pengkllasifikasian data, missalnya b berdasarkan masalah, peenyebab, jeenis ketidakssesuaian, daan sebagain nya. 2. Menentukan M n satuan yanng digunakaan untuk meembuat uruttan karakterristikk karakteristik k tersebut, m misalnya rup piah, frekuensi, unit, daan sebagainya. 3. Mengumpulk M kan data sessuai dengan n interval waktu yang teelah ditentu ukan. 4. Merangkum M data dan m membuat ran ngking kategori data teersebut dari yang teerbesar hing gga yang terrkecil. 5. Menghitung M frekuensii komulatiif atau peersentase kkomulatif yang d digunakan. 6. Menggamba M ar diagram batang, meenunjukan kepentingan k n relatif maasingm masing massalah. Menngidentifikassi beberapaa hal yangg penting untuk u m mendapat peerhatian. Gam mbar 2.4 meerupakan suuatu contoh h diagram pareto yang memperlih hatkan sebab-sebaab kesalah han dalam menangan ni pesanan n pelanggaan dalam suatu perusahaaan.
Gambar 2.3 Contohh Diagram Pareto P Sumber : http://demonicjoker.worddpress.com/201 11/03/11/ kalau-8020--itu-pareto-kallau-7030-itu-ry yandito/
33
2.10 Cause and Effect Diagram ( Fishbone ) Cause and effect diagram digunakan untuk menganalisis persoalan pada fakto-faktor yang menimbulkan persoalan tersebut. Cause and effect diagram juga disebut diagram ishikawa dan dikembangkan oleh Dr. Kauro Ishikawa. Diagram ini disebut juga diagram fishbone karena berbentuk seperti tulang ikan. Contoh diagram fishbone seperti terlihat pada gambar Alat ini dapat dipergunakan untuk hal-hal sebagai berikut: 1. Untuk mengidentifikasi berbagai penyebab yang mungkin terjadi dari suatu masalah. 2. Khususnya
bilamana
pemikiran
tim cenderung
mengarah
pada
kesimpang-siuran. 3. Mengidentifikasi penyebab-penyebab yang mempengaruhi karakteristik kualitas tertentu. 4. Memberikan petunjuk untuk penerapan perbaikan sistem yang sudah tidak berjalan. Berikut adalah prosedur pembuatan Cause and effect diagram: 1. Tuliskan periode data yang akan dianalisa. 2. Sepakati pernyataan dari masalah (dampak). Tuliskan di kanan tengah kertas. Buat kotak dan gambarkan panah mendatar menuju masalah. 3. Brainstorm kategori umum dari penyebab masalah. Gunakan yang dasar: Metode, Mesin, Manusia, Material, Pengukuran, dan Lingkungan. 4. Tuliskan kategori sebagai cabang dari panah utama. 5. Brainstorm semua penyebab yang mungkin. Tanyakan: “Mengapa ini terjadi?”. Penyebab dapat dituliskan di beberapa tempat bilamana terkait.
34
6. Tanyakan T “M Mengapa ini ni terjadi?” untuk u tiap penyebab. Tuuliskan sub bp penyebab seb bagai cabanng dari peny yebab.
Gambar 22.4 Contoh Diagram D Fishbon
35