BAB II LANDASAN TEORI
2.1.
Pelatihan versus Learni ng Perkembangan informasi y ang san gat cepat adalah kar akteristik bisnis
modern yan g mem buat kemampuan belajar menjadi suatu yan g san gat penting. Pengalaman dan keahlian sangat dibut uhkan dalam berkompetisi dalam dunia kerja. Setiap harus selalu belajar untuk m enyesuaikan ilmu dan keah lianny a sesuai den gan kem ajuan jaman. Pada um umnya dip ahami bah wa lea rning dan pelatihan adalah sama, yaitu untuk mendapatkan ilm u dan keah lian bar u. Tetapi sebenarnya tidak h anya seperti itu, lea rning lebih dari sekedar pelatihan. Pelatihan secara sederhana didefinisik an oleh Rosenber g ( Ro sen ber g, 2001, p4) sebagai sebuah cara peny ampaian pen gajar an yang men duk un g pro ses learning atau belajar. Ada banyak cara unt uk belajar, tranin g adalah salah satu cara untuk belajar yan g sangat efektif. Sedan gk an learn ing menur ut Rosenber g ( Rosen ber g, 2001, p4) adalah sebuah proses dim ana seseor an g mendapatkan keahlian atau ilm u baru den gan tujuan untuk m eningk atkan hasil kerjany a. Per usahaan m engh arapkan k aryawan salesny a untuk belajar teknik selling bar u sehin gga m ereka dapat m eningkatkan hasil penjualan. Sebuah hotel m engh arapkan pr am uniaga hotelnya belajar lebih mengenai custom er service seh ingga m ereka dapat lebih baik dalam m elayani tam u hotel. Sebagai hasil akhir, hotel dapat m eningkatkan pendapatan dan menjaga loyalitas custom er terhadap hotel. Di dalam setiap kasus, learnin g 7
8
memungkinkan seseor an g untuk dapat bekerja lebih cepat, lebih baik dan lebih pandai, seh in gga dia dan or ganisasiny a m en dapatkan keunt ungan bisn is yan g lebih besar.
2.2.
Metode Pembelajaran E-Learning
2.2. 1. Defini si dan Perkemba ngan Defin isi e-learn in g menurut Ruth Colvin Clark dan Richar d E. Mayer (Clark, Mayer, 2008, p10) adalah sebuah pen gajaran yang disampaikan p ada sebuah kom puter melalui CD- ROM, Internet, atau Intranet den gan beberapa f itur sebagai ber ikut: 1.
Melip uti m ateri-m ateri yang relevan den gan tujuan pem belajar an.
2.
Penggunaan m etode pengajar an sep erti contoh dan latihan untuk membant u pembelajar an.
3.
Penggunaan m edia seperti tulisan dan gam bar untuk menyam paikan isi dan metode pembelajaran.
4.
Dengan bantuan pen gajar (synchrono us e-learning) atau belajar sendiri secar a individual (asynchronous e-learning).
5.
Membangun pen getahuan
dan
keah lian
baru terkait
den gan
tujuan
pembelajar an secar a in div idu maupun untuk m enin gkatkan kem ampuan organ isasi. Sedan gk an Rosen ber g (Ro senberg, 2001, p28) m endefin ikan e-learnin g sebagai sebuah pen ggunaan teknolo gi Internet untuk m enyampaikan banyak cara untuk m eningkatkan pengetah uan dan kemampuan. Beberap a kriteria um um yang ada pada e-learnin g:
9
1.
E-learn in g dapat disebar luask an, dan dapat diper bahar ui den gan cepat, disimpan, didistribusikan, dan m emberik an pen gajaran atau inform asi.
2.
Dapat disampaikan kepada pen ggun a akhir via komputer melalui teknologi internet.
3.
Solusi pem belajaran yang jauh melebihi par adigma pelatihan secar a tradisional.
2.2. 2. Manfaat dari e-Learning Menur ut Rosenberg ( Rosen ber g, 2001, pp 30-31), beberapa k euntungan dar i e-learning adalah sebagai berikut: 1.
E-learn in g memerluk an biay a yan g lebih murah E-learn in g adalah sebuah cara penyampaian pengajaran dan informasi yan g paling mur ah. E- learnin g dapat menghem at biaya perjalanan, men gurangi waktu yan g dibutuhkan untuk sam pai ke tem pat pelatihan, mengh ilan gkan kebut uhan tem pat atau pengajar.
2.
E-learn in g menin gkatkan reak si terhadap per ubahan bisnis. E-learn in g dapat menjan gkau banyak oran g secar a virtual dalam waktu y an g ber sam aan. E- learnin g m em egan g per anan pentin g pada saat praktek bisnis harus ber ubah den gan san gat cepat.
3.
Inform asi atau pesan y an g disam paik an sejenis atau dapat disesuaikan den gan kebut uhan. Setiap orang men dapatkan m ateri yang sama dan disampaikan den gan car a yang sam a. Aplikasi e-learnin g h ar us dapat disesuaikan untuk kebutuhan
10
pembelajar an yan g berbeda atau disesuaik an den gna oran g atau gr up y an g ber beda. 4.
Materi lebih baru dan terupdate Karen a ber up a web, e-learning dap at diper bah ar ui dengan cepat, m em buat inform asi lebih ak urat dan ber gun a untuk waktu yan g lebih lama. Kemampuan memperbahar ui m ateri dengan mudah dan cepat, kemudian dap at den gan mudah didistribusikan kepada bany ak karyawan, mitra, dan pelanggan.
5.
Pembelajaran selama 24/7 Orang dapat mengakses e-learnin g dim anap un dan kap anp un. Den gan pendekatan seperti ini mem buat pem belajaran secara organisasi menjadi ben ar- benar m encakup sk ala glo bal.
6.
Tanpa “ramp up time” dari user Dengan berjuta-juta oran g yang dapat m enggunakan web dan nyaman den gan teknologi bro wser, pem belajaran
unt uk m engakses e-learnin g melalui
bro wser tidak menjadi masalah lagi. 7.
Universality E-learn in g ber basiskan web dan men dapatkan keuntun gan dar i sif at protokol dan bro wser internet yan g un iver sal. Persoalan yan g timbul kar ena per bedaan platform dan sistem operasi kom puter dapat dihilangkan. Setiap oran g dapat memperoleh m ateri secar a virtual den gan car a yang sam a.
11
8.
Membangun kom unitas Dengan web memun gk inkan oran g-or an g untuk m emban gun komunitas den gan m elak uk an pelatihan ber sam a, bertukar pengetah uan, dan m em ilik i pandan gan jauh setelah sebuah progr am e-learn ing selesai.
9.
Scalability Solusi e-learning ber sif at mudah diperbahar ui sesuai den gan kebutuh an. Program dapat disesuaikan dari 10 pen ggun a m enjadi 100 pen gguna, bahkan menjadi 100,000 penggun a dengan sedikit penam bahan biay a (selama infrastr uktur m asih m emadai).
10. Pemanfaatan investasi per usahaan dalam web Pimpinan perusah aan mencar i cara untuk m enin gk atkan penggunaan investasi mereka pada infrastruktur intranet. Salah sat u nya dapat dilakuk an den gan menyediakan e-learn ing. 11. Menyediakan sebuah peningk atan customer service Meskip un tidak terlalu diperhatikan, usah a bisn is e-comm erce dapat meningkat m elalui pen ggun aan e-learnin g secara ef ektif yang membant u pelanggan memperoleh k euntun gan.
2.3.
Strategi Dasar untuk Membangun E-Learni ng E-Learnin g m enjadi cuk up kom pleks jika kita hendak m em ban gun dan
menyampaikan pembelajaran den gan kualitas yang tin ggi melalui web. Men urut Ro senberg (Rosen ber g, 2001, pp 32-35), untuk m emban gun sebuah strategi ELearnin g agar bisa berkembang dan mencapai kesuksesan har us memperhatikan beberapa h al berik ut ini:
12
1.
New approach es to e-learning Termasuk pelatihan on line ( strategi in struk sional) yang m enyediakan pembelajar an,
simulasi
bisnis,
dan
kno wledge
m anagem ent
yang
menyediakan database inform asi dan alat untuk men guk ur kem am puan. 2.
Lea rning a rchitectures Koor dinasi E-Learnin g dengan usaha pem belajar an or ganisasi sebelum nya.
3.
Infrastructure Penggunaan
dari k em ampuan
teknolo gi
informasi
or ganisasi
untuk
menyampaikan dan m engelola E-Learning. Penyampaian melalui web biasa disebut “Learn ing Managem ent System ”, dan kelemahan infr astr uktur dapat menghentikan jalanny a E-Learnin g. 4.
Lea rning cultu re, management ownership, dan change management Pembentukan lin gkun gan or gan isasi yan g dapat m enin gkatkan pem belajaran sebagai sebuah aktivitas yan g bernilai dalam suat u bisn is, dan diduk ung oleh manajer senior y ang ben er- benar berperan serta dalam proses. Walaupun kualitas p embelajaran yang diberik an san gat baik tetapi jika ada k ebiasaan pembelajar an yan g n egatif, tetap saja E-Learning tidak bisa ber jalan den gan baik. Penerap an change m anagement yang efektif dapat membant u mengubah kebiasaan pem belajaran yan g negatif tersebut.
5.
Sound business ca se Pengem bangan sebuah kasus bisnis yang menarik dap at menduk un g penerapan E-Learnin g yan g baik.
13
6.
Reinventing the train ing organiza tion Sebuah penem uan bisnis m odel baru yan g m enduk ung perkem ban gan ELearnin g. Dan pen dekatan bar u terhadap proses belajar menjadi untuk mengerjakan, ber sikap profesional, dan men guk ur hasil pembelajaran.
Gambar 2.1 Strat egi Dasar untuk Membangun E-Learning (R osenberg, 2001, p34)
2.4.
Best Practices E-Learning Pengem bangan industri E-Learnin g masih dalam prosesnya, den gan
bany ak variasi best practice E- Learn ing yan g dip erkenalkan. Saat ini setiap konten pem belajar an yan g ber upa web disebut sebagai e-Learnin g, tetapi pada kenyataannya hany a sebagian kecil yang menawark an sebuah p embelajaran online yang sesun gguhnya bagi peserta pem belajar an. Menur ut Pope (Pope, 2001, p4), lin gkun gan pembelajaran on line yan g ef ektif sehar usnya meliputi beber apa hal
14
yaitu instructiona l in teg rity, learn er focu s, tracking, m anagem ent, reporting option, live interaction and collabora tion, dan in teg rated conten t. 1.
Instructional Integrity Instruk si pem belajar an harus dapat berkolaborasi antara suara dan gam bar.
2.
Learner Focu s Kurik ulum pem belajaran penting unt uk direncanakan dan disampaikan sehin gga setiap peserta dapat m engidentifikasik an den gan pembelajaran apakah yang dapat m eningkatkan kemampuan sek aran g m enjadi kem ampuan yang akan diin ginkan unt uk didapatkan.
3.
Tra cking, Manag ement, and Reporting Option s Sistem harus dap at memenuhi kebut uhan peserta untuk dapat memonitor progress pelatihan dan m endapatkan laporan pem belajaran.
4.
Live Interaction and Collaboration Interaksi secara online dimana peserta bisa saling ber interaksi dan ber diskusi m elalui internet.
5.
Integra ted Content Materi pembelajaran ter diri dar i ber bagai bentuk dan jenis konten yan g dapat m enyampaikan pembelajaran secara efektif, sehin gga p eserta dapat belajar sen dir i dengan mudah dan tanpa adanya mentor yang melatih secara lan gsung.
15
2.5.
Hubungan
Knowledge
Management
dengan
E-
Learning 2.5. 1. Knowl edge Management Informasi yang san gat banyak dap at kita temukan di dalam internet. Beberapa informasi tersusun den gan baik dan ter struktur, dan beber apa san gat ber antakan. Ini menim bulk an masalah bagi oran g yang hen dak membutuhkan dan ber gantung kep ada inform asi tersebut. Menur ut Ro senberg (Rosen ber g, 2001, p66), jika k ita m em pergunakan apa yan g k ita ketah ui tentang bagaim ana untuk menciptakan inform asi yan g dapat digunakan dan ber guna bagi or an g lain, kita sedan g beker ja di dalam aera yan g dap at disebut sebagai kno wledge management. Knowledge management m enduk ung penciptaan, pembun gkusan, dan pertukaran inform asi, keah lian, dan pan dan gan di dalam dan antar komunitas dan organisasi den gan minat dan kebut uhan yan g ser upa. Banyak sistem knowledge management difasilitasi den gan teknologi internet. Disamping keterkaitannya den gan teknolo gi, sebenarnya kno wledge managem ent lebih m engenai komun itas, membangun r elasi, dan komunik asi. Knowledge m anagement dapat dibagi menjadi tiga tingkatan menur ut Ro senberg ( Ro sen ber g, 2001, pp 70-72), seperti yan g diperlih atkan pada gam bar ber ikut ini:
16
Gambar 2.2 Tiga Tingkatan Pi rami da K nowledge Management (Rosenberg, 2001, p70)
Beberapa tin gkatan tersebut dap at dijelask an secar a lebih rinci: 1.
Docum ent Management (level 1). Penggunaan teknologi untuk mengakses dokum entasi yan g berisi salah sat u hasil dar i up aya knowledg e management. Saat ini banyak per usahaan menyimpan dok umen, report dan form ulir secara onlin e. Akses dokumen melalui web san gat mengh emat waktu dan biaya den gan m embuat sebuah pusat tem pat penyim panan dari informasi yang dibutuhkan oleh oran g-or ang. Level in i m erup akan per spektif kno wledg e m anagem ent yang palin g sederh ana, k arena pada level ini h anya m en duk ung p enyebar an dar i inform asi, tetapi belum sampai p embuatan, pen gelolaan, atau m anajem en dar i konten. Dan, kar ena informasi dapat di download, ketepatan selan jutnya tidak dap at dijamin.
17
2.
Inform ation creation, sha ring, and m anagement (level 2). Pada lev el kno wledge management ini orang ben ar- benar m em berikan inform asi kep ada sistem, membuat konten bar u dan m enum buhkan database knowledge. Selain
dok um en yang dicetak, oran g juga perlu untuk
membacanya secara online. Disamping men-download form ulir, men gisinya, dan k emudian m em faxnya ke tujuan tertentu, m ereka melak ukan secar a online. Keuntungan dar i pen dek atan ini dalah bah wa informasi dapat selalui dip er barui, dan dibutuhkan kontrol versi yang baik. Level kno wledg e managem ent
ini
mem ungkink an
or ganisasi
untuk
menan gkap
dan
mendistribusik an pen galaman dan presentasi knowledg e lainnya. Bayan gkan manfaat untuk dunia pen go batan di seluruh dunia dim ana dapat mengak ses sebuah presentasi dar i seseoran g yang menem ukan sebuah p enemuan o bat bar u y ang dapat m enyelamatkan jiwa manusia. 3.
Enterprise intelligence (level 3). Pada level kno wledg e managem ent ini adalah sebuah knowledge m anagement yang sangat m antab dan interaktif dan benar- benar menam pilkan “know-how” dar i organisasi. Pada lev el ini, operasi bisnis tergantung dari keahlian yan g disisipk an
ke
dalam
sistem . Oran g-oran g
mengan dalk annya
dalam
pelaksanaan pekerjaan mereka, dan hasil pen galaman ditan gkap dan dim asukkan ke dalam sistem dengan tujuan m en gem ban gkan p engumpulan kecer dasan
dari per usahaan,
dan
sebagian
sudah melakuk an secar a
terorganisasi. Sat u pendekatan penting pada kno wledge management pada level ini adalah melalui duk un gan pelaksanaan/perfo rmance suppo rt, yait u dim ana sistem yang digunakan
benar- benar dapat membantu untuk
18
mengerjakan pekerjaan den gan lebih baik, dan jika kita belum pernah melakukan suatu pekerjaan seperti it u sebelumnya, dapat diselesaikan den gan mudah melalui sebuah sistem yang m elatih tentang pekerjaan tersebut.
2.5. 2. Implika si
K nowl edge M anagement
terha dap
E-
Learning Im plikasi dari knowledg e m anagem ent terhadap E-Learnin g sangat besar. Dibandingkan den gan m engandalkan pada in struk si, kita dapat m enggun akan informasi yan g ter susun
den gan
baik
sebagai alat
untuk menin gkatkan
produktivitas untuk m em bant u orang belajar dan mengem bangkan prestasinya. Kita dapat membedakan antara keahlian yan g hanya didapatkan secara langsun g dar i inform asi yan g dapat diakses atau didapatkan dari referensi. Sebagai contoh, kita tidak har us m en gajarkan lan gkah-langkah dalam sebuah pro ses sales, kita cuk up men gajarkan bagaimana m enemuk an lan gkah-lan gk ah tersebut. Kita dapat den gan mudah m eref eren sikan informasi bar u dan den gan keyakin an bah wa orang-oran g dapat mempelajariny a jika mereka tah u bagaimana cara belajar dan jika kita menyediakan informasi yan g m udah dim en gerti oleh m ereka. Manfaat dari im plik asi kno wledge management ini, yang palin g utama, den gan m engakses sistem knowledge m anagem ent lebih efisien darip ada mengan dalkan sep en uhnya p ada p elatihan. Kita dap at m enyim panan database knowledge dengan tepat, dan m enjaga orang-or ang penting tetap pada pekerjaannya dibandin gk an har us m en ghentikan p ekerjaannya setiap pelatihan dibutuhkan. Yang kedua, kita dapat menyediak an informasi yang lebih luas dan alat pen duk un g p elak saan/performance support tools, dan melepaskan p engguna
19
untuk m em ilih sen dir i apa yan g diin ginkan atau dibutuhkan. Oleh karena itu satu sistem knowledg e management dapat melayani ber bagai kebutuh an dari kom unitas praktisi yan g luas. Yang ketiga, kita dapat menggun akan kolaborasi fitur dari kno wledge management untuk m engajak orang berperan serta dalam proses pem belajaran. Melalui perancan gan yan g baik, pro gram pelatihan online yang interaktif dan sim ulasi untuk m elak uk an pek erjaan yang dilakuk an peserta, kem am puan dari sistem knowledge m anagem ent yang baik untuk m em buat sebuah expectation bah wa “setiap orang adalah kontributor” adalha sebuah motivasi yang kuat untuk belajar. Yang keempat, melalui komunitas, kita dapat memberikan sebuah pro ses pem belajaran yan g terus m ener us setelah selesai sebuah kursus dan m em bawa lan gsun g p ada dunia kerja. Akhirnya den gan knowledge management yang ditambahkan dalam pelatihan online, kita m endapat alat baru dalam m enciptakan efektifitas dan efisien si lingkun gan
untuk
pem belajar an.
2.6.
Infra struktur E-Learni ng Untuk dapat m ewujudkan e-Learnin g, diper lukan teknolo gi informasi
dan infrastruktur jarin gan. Strategi e- Learn in g tidak akan dapat ter wujud jika orang tidak bisa m em buk a web melalui browser. Untuk dapat m en gak ses web tidak h anya m elalui jarin gan internet, bisa juga dilakukan ak ses den gan jar in gan intranet. Jika tingk atan kecepatan konek si ber beda- beda untuk kelom pok oran g yang berbeda (bro adban d, dialup, cable, fiber optic, dll), m ateri h ar us dapat disesuaikan untuk tingkatan kecepatan koneksi yang ter sedia untuk p engguna
20
tertentu (atau pengguna dapat meningkatkan kecepatan koneksi jarin gannya). Untuk mengatasi hal tersebut, materi dalam e-Learning har us diper siapkan dalam dua ver si m ateri, sat u den gan m edia yan g interaktif dan fitur yan g banyak, dan satu lagi y ang lebih simpel dan lebih bany ak teks tulisan. Dengan menggunakan web sebagai media penyam paian e-Learning, sem ua oran g dapat m engak ses den gan mudah yait u cuk up menggunakan web bro wser di kantor, di r um ah, maupun di warnet. Disam pin g itu dengan ber basis web, per bedaan platfom pada pen gguna tidak menjadi sebuah m asalah lagi.
2.6. 1. Learni ng Management System Untuk m enyampaik an materi, pengajar an dan inform asi dip erlukan sebuah Lea rning Management System (LMS). Learning Managem ent System menggunakan teknolo gi internet unt uk mengatur interaksi antara pen gguna dan materi pem belajaran. Karena segala bentuk pem belajaran mem erlukan biaya dan waktu yan g besar, m anagem ent per usahaan in gin men dap atkan informasi tidak hanya pada hasil dari peserta e-Learn ing tetapi juga apa yan g dipelajar i dan sejauh mana peserta dapat menguasai pembelajaran yan g diberikan. Defin isi Learning Management System yang ada pada
W ikipedia
(Anonim1), adalah sebagai berik ut: “A learning mana gem ent system (LMS) is software for delivering, tracking and managing training/education. LMSs rang e from system s for m anaging training/educational record s to software fo r distributing courses over the Internet and offering features for online collabo ration.”
21
Menur ut Rosenberg ( Ro sen ber g, 2001, p162), ada banyak tipe interaksi dan fun gsionalitas yang dap at dikoor dinasikan oleh sistem ini, yaitu sebelas kem am puan berik ut ini: 1.
Katalo g k ursus on line Katalo g ini
dap at
m enampilkan
selur uh
jenis
pembelajaran,
dapat
digolon gkan ber dasarkan tipe bisnis, kur ikulum, produk, kom unitas, dsb. Pengguna dap at mencari dari berbagai dim en si dan m endapatkan informasi tentang kur sus, format yang akan disajik an (classroom, online), dur asi, m ateri yang diber ikan, target pengguna, hal yan g har us dip ersiapkan, biay a y an g harus dibayar, lok asi pem belajaran, dsb. Keunt un gan dari sebuah katalo g online yan g global disam pin g untuk menyediakan akses p ada segala sesuat u di satu tempat, permintaan dikelola den gan baik, dan penggunaan dapat dim onitor den gan mudah. 2.
Sistem registrasi onlin e Registrasi untuk classroom dan pelatihan online, dan term asuk pemilihan waktu atau lokasi, pem bayar an biay a pelatihan (jika ada), m elihat daftar nama peserta, p emindahan jadwal, pem batalan, atau p er ubahan registrasi, dan menghasilk an dok um entasi pelatihan yan g sudah diambil.
3.
Alat pengukur kemam puan seseoran g Sistem dap at term asuk alat diagnosa, termasuk test awal y ang mem un gkinkan calon peserta unt uk menguk ur kesiap an m ereka untuk mengik uti aktivitas pembelajar an. Mereka dapat juga mengukur kebutuh an yan g diperlukan untuk suatu kom petensi tertentu, dan bahkan m em un gkink an menghasilk an rencan a pembelajar an secara per sonal unt uk setiap karyawan /peserta.
22
4.
Menam pilkan dan memantau pro ses e-Learning Sistem dapat mengak ses pro gram e-learnin g dan m enampilkan untuk peserta (pastikan bah wa kom puter sudah diper siapk an hard wa re, software, plug-ins). Sistem dapat juga memantau kemajuan peserta melalui peran serta dalam elearnin g.
5.
Penilaian hasil pembelajaran Sistem dapat m enyediakan komponen evaluasi yang dapat m engukur tingkatan kem am puan atau pen getah uan h asil pem belajaran yan g dilak ukan peserta ber dasarkan partisipasi dalam proses e-learnin g. Sistem ini dapat juga menyediakan fitur feedback, bahkan pen ggantian r encan a pem belajaran ber dasarkan feedback ter sebut.
6.
Mengat ur materi pem belajaran Disam pin g dari materi cetak untuk pada setiap kur sus yan g ditawark an, sistem dap at juga m enyediakan materi-materi tersebut yang dap at diun duh sebelum proses pem belajaran berlan gsung. Dengan pengawasan yan g baik, dap at dipastikan materi-materi dapat selalu ter bar u dan dap at diak ses oleh peserta.
7.
Integrasi dengan kno wledge management Selain unt uk cla ssroom dan online kur sus, sistem dapat ditujukan sebagai sumber knowledge management khusus ber dasarkan k ebutuhan tertentu. Dengan kata lain, sistem dap at menyediakan informasi sebaik penyampaian secara lan gsung. Untuk produk yan g bukan elektronik, sistem dapat menyediakan
fasilitas
untuk
melak ukan
p em esan an
pengiriman baran g ter sebut ke lokasi yan g diin ginkan.
dan
pen gaturan
23
8.
Menyediakan informasi untuk per usahaan Sistem dap at bertindak sebagai dash bo ard informasi pada kompetensi untuk komunitas atau per seor an gan tertentu. Ketika senior manajer in gin mengetah ui, sebagai contoh, berapa jumlah oran g yang ikut pelatihan ada suatu pem belajaran unt uk bah asa pemrograman tertentu, m ereka bisa mendapatkannya melalui sistem. Hal ini akan membantu pengam bilan keput usan perusahaan. Sistem ini juga dapat mem peringatkan atas kekur angan atau k elebihan p asok an untuk k eahlian tertentu dan dimana or an g den gan keah lian tertentu itu berada, dan juga membantu mereka untuk memutuskan tam bahan pelatihan atau kebut uhan untuk merekrut yan g dip erlukan untuk memastikan bahwa suatu posisi sudah bisa terisi oleh oran g yang tepat. Keunt un gan yan g sama dapat diberik an kep ada manajer untuk membantu m ereka m em berikan um pan balik yan g lebih baik dan melatih bawah annya.
9.
Laporan dengan form at yang dap at disesuaikan Kemampuan untuk m enghasilkan laporan y ang ber basiskan web tentang hasil pembelajar an e-learnin g, yan g sangat penting jik a pihak manajemen membutuhkan data m engenai keuntungan y ang didapatkan.
10. Mendukun g kolaborasi dengan komunitas dan pengetahuan untuk kom un itas Kemampuan sistem untuk m emban gun, memelihara, dan men gkoordinasikan knowledge k epada kom un itas-kom un itas adalah suatu hal yang wajib. (inform asi m ember, program pem belajaran yang direkomen dasikan untuk komunitas tsb, fasilitas disk usi dan chat, saluran untuk p embim bing dan pelatih).
24
11. Integrasi dengan sistem lain Learnin g Man agement System harus dapat bekerjasama den gan sistem human resource dan sistem lain yang dibutuhkan perusahaan untuk m enjalankan bisnis. Untuk tingkatan yang lebih tinggi, sistem ini har us dapat berh ubun gan den gan sistem ERP per usahaan. Integrasi den gan sistem em ail per usahaan, aplikasi p enjadwalan, dan aplikasi produksi lainnya juga wajib dilakuk an.
2.6. 2. Shareabl e Content Obj ect Reference Model (SCORM) Kutipan dari ( Anomim2) , definisi dar i SCORM adalah sebagai berik ut: “S CORM is a set of technical standa rds fo r e-learning software products. SCORM tells prog ramm ers how to write their code so that it can “play well” with other e-learning softwa re. Specifically, S CORM govern s how online lea rning content and Learn ing Manag em ent System s (LMSs) com municate with ea ch other. SCORM does not speak to instructional design or any other pedagogical concern, it is purely a technical standa rd.”
Menur ut (Ehler s, 2006, pp 215-216), Shareable Con tent Object Referen ce Mod el ( SCORM) diran can g untuk membuat lea rning object yan g dapat dip indahkan antara beberapa Lea rning Managem ent System (LMS) dan agar dapat dip ergunakan kem bali. T ujuan ini dapat dicapai den gan m em buat SCORMpackages dan dengan m en spesifik asikan sebuah runtim e-environment untuk packages tersebut. SCORM digun akan dan menjadi stan dards bagi banyak organisasi. SCORM menduk un g proses pem belajar an dengan mem un gkinkan LM S untuk dap at m enyam paikan materi-materi kepada p eserta dan untuk
25
melakuk an test setelah m elak uk an pem belajaran. SCORM dikem ban gkan o leh Advanced Distribu ted Lea rning Initiative (ADL). Sebuah SCORM package adalah sebuah archive dalam format umum (misalnya, zip) diban gun den gan struktur tertentu pada setiap isiny a. Bagian yan g paling p enting dari isi tersebut adalah file XML yang disebut manifest-file yan g mengan dun g sem ua informasi tentang apa y an g ada di dalam package. Package juga ter diri dari resou rce- files. Berisi informasi m etadata tentang segala hal di dalamnya, resource-file in i sangat direkomen dasikan oleh SCORM. Agar bisa diper gunakan kem bali, content dari sebuah package yan g len gkap dibagi m enjadi beberapa bagian kecil yan g disebut Sharable Content Objects (SCO). SCO adalah unit terkecil yang bisa diper gunak an kem bali dalam konteks dar i SCORM, termasuk sem ua file yan g dibut uhkan untuk menggun akan content dan peran gkat lun ak pelen gkap unt uk berkom unikasi dengan sebuah LMS yang m enduk ung format SCORM. Perangkat lun ak ini adalah SCORM APIadapter client component. Setiap LMS yan g menduk un g SCORM harus memasukkan SCORM API-adapter server component. SCO dapat ter diri dari konten web atau konten lainnya. Setiap SCO akan berkom unikasi dengn a LMS menggunakan
SCORM API-adapter. API-adapter direkomen dasikan untuk
diim plementasikan ber upa sebuah JAVA-applet untuk m enangani data fields yan g telah ditentukan. API-adapter ini menyediak an data unt uk m elacak perkem ban gan peserta dan inform asi lain yan g dibutuhk an oleh LM S.
26
2.7.
Tahapa n Pengerjaan Pengembangan Berik ut ini adalah penjelasan secara teori men genai analisa-analisa yan g
akan dilak ukan pada tahapan-tahapan pen gerjaan tesis.
2.7. 1. Porter’ s Fi ve Competiti ve Forces Analysis Sebuah per usah aan
berada pada suatu industri, dan jika in gin
mendapatkan kesuk sesan p er usahaan har us dapat ber ur usan den gan efektif den gan tekanan kom petisi/competitive forces yang ada dalam in dustri tersebut. Perusahaan ber interaksi den gan pelanggan, supplier, dan kompetitor, selain itu ada juga pesaing bar u y ang potensial akan m asuk ke dalam persaingan pasar perusah aan, dan juga ter dapat pro duk subtitusi y an g potensial. Untuk dapat bertahan dan berkem ban g dalam lin gk ungan ini, san gat vital bagi per usah aan untuk m em ahami interaksi dan implikasi antara kelima tekanan tersebut, den gan tujuan untuk m en ghin dar i ker ugian dan bagaim ana mendapatkan peluan g untuk mendapatkan keun ggulan ber sain g. (Ward, Pepp ard, 2002, pp 95-96) Untuk m elih at posisi per usahaan dalam situasi kompetisi dalam industrinya, terkait den gan tekanan dan keunt un gan yan g ada terhadap per usah aan akan dilak ukan dengan analisa Porter’s Five Competitive Forces. Hasil dari analisa ini akan menjadi pola dasar strategi y ang akan diterapkan dalam merancang dan m engim plem entasik an teknologi inform asi yan g tepat untuk diterapk an pada perusahaan untuk m en ghadapi tekanan kompetisi dan sekaligus mendapatkan keuntun gan bersaing di dalam industrinya melalui teknologi informasi yan g tepat guna.
27
Berik ut ini adalah gam baran beber apa pihak dari setiap komponen dalam tekanan kompetisi yan g dihadapi o leh suatu p er usahaan.
Gambar 2.3 Analisis Porter’s Fi ve C ompetiti ve Forces (Port er, 2008, p4)
Begitu per usahaan telah
menganalisis elemen-elemen keunggulan
kom petitif baik dari p er usahaan itu sen diri dan kompetitornya, relatif terhadap masing-masin g segmen p asar, per usahaan dapat memilih segment tersebut dim ana kekuatannya
dapat
m emberikan
k euntungan
dan
kelemahannya
tidak
menim bulkan ham batan yang signif ikan ( Rao V.. R dan Steckel H. J, 1998, p271). Untuk m en ganalisis keun ggulan ber sain g
dap at dilakuk an den gan
mengacu kepada elem en-elem en keunggulan bersaing yan g dapat dik etahui dari identifikasi sumber keun ggulan bersaing/Sou rce of Advan tages, keun ggulan
28
posisi/Positional Advantages, dan p eningkatan yang dihasilkan /Perfo rm ance Outcom es.
2.7. 2. Strengths,
Weaknesses,
Opportuniti es,
Threats
(SWOT) Analysi s Menur ut Anthony Henry ( Henry, 2008, p61), SW OT analysis m engarah kepada kek uatan, kelemahan, peluan g, dan an cam an. Kek uatan dan kelemahan adalah kon disi internal perusahaan yan g sepen uhnya dipegan g oleh or ganisasi. Streng ths adalah ar ea dim ana or ganisasi lebih baik dibandingk an kom petitornya, sedangk an Weaknesses adalah area dimana or ganisasi m en galami kek uran gan dalam persain gan. Oppo rtunities dan Th reats adalah lin gkun gan eksternal organisasi yan g tidak dikontrol lan gsung oleh or gan isasi. Untuk m en getah ui situasi internal dan ek sternal per usahaan guna mendapatkan form ulasi strategi yang tepat, akan dilak ukan analisa SW OT (Streng ths, Weaknesses, Oppo rtunities, Threats). Berik ut ini adalah m atriks yan g digunakan untuk m elak ukan analisa SW OT.
29
Gambar 2.4 Analisis SW OT (Anoni m2)
2.7. 3. Value C hain Anal ysi s Seperti y ang dit ulis o leh John W ar d dan Jo e Peppard (J.W ar d, J.Peppar d, 2002, p244), konsep dari value chain analysis dideskrip sik an oleh Michael Porter yang m enyebutkan bahwa: “Setiap perusah aan adalah sek umpulan dari aktivitas yang berjalan untuk m enrancang, m emproduksi, m emasarkan, mengirimkan dan melakuk an support terhadap pro duk atau jasanya. Sem ua aktivitas ini dapat dir epresentasikan men ggunakan sebuah value chain. Value chain h anya dapat dim engerti dalam lingk up dar i bisnis unit.”
30
Analisa pro ses bisnis m en ggunakan Valu e Chain Analysis digunakan untuk mengidentifikasikan seran gkaian pro ses internal or gan isasi dalam ran gka memberikan suatu nilai kepada pelan ggan.
Gambar 2.5 Analisis Value Chai n ( Katsiolo udes, 2002, p113)
Dengan pen ggunaan teknolo gi informasi yan g efektif dan efisien dih arapkan dapat mempengaruh i proses-proses y ang sudah ada dengan cara meningkatkan efektifitas, m elak ukan per ubah an secara f un dam ental terhadap aktivitas yang ada, maupun m en gubah h ubun gan antar aktivitas.
2.7. 4. W ork Centered Anal ysi s Work Centered Analysis adalah analisis proses bisnis yang sedan g ber jalan, dilak ukan untuk mengetah ui bagaimana proses dari un it bisnis dalam mendapatkan dan men ghasilkan informasi.
31
Analisis proses bisnis m en ggunakan Wo rk-Centered Analysis ini digunakan untuk men gidentifikasi proses bisn is dalam internal or gan isasi, yan g dap at ditingk atkan dalam rangk a meningkatkan kep uasan p elanggan sebagai peningkatan keun ggulan ber saing dar i ogan isasi tersebut. Hasil analisis ini adalah proses-proses yan g berk aitan den gan penin gkatan kep uasaan pelanggan den gan menggunakan teknolo gi inform asi sebagai sarana peningk atan keun ggulan strategis dar i PT. Intellisy s Tripratam a. Secara umum W CA dilakukan den gan m enggunakan 4 lan gkah dalam proses melakukan analisis proses bisnis yan g ada dalam or ganisasi dan bagaim ana melakuk an optimasi dengan m en ggunakan teknolo gi inform asi. Langkah-lan gkah tersebut adalah sebagai berik ut (Alter, 1996, p68): 1.
Menentukan r uan g lin gk up dan tujuan analisis. Dengan tujuan m em berikan pembatasan terhadap permasalahan yan g akan dianalisis dan dipecahkan.
2.
Mendeskripsik an situasi saat ini. Lan gkah kedua mer upakan gambaran kondisi y ang telah berjalan dalam organisasi dari sudut pandan g 6 elemen WCA.
3.
Merancan g p enin gkatan pro ses yan g potensial. Lan gkah ketiga dilak ukan den gan m engidentifikasi dar i proses bisnis pada langkah kedua yan g dapat ditingkatkan dengan menggun akan teknolo gi inform asi.
4.
Melak ukan p emilihan terhadap alternatif solusi yang ada. Lan gk ah keem pat dilakukan apabila pada langk ah ketiga terdapat lebih dari 1 solusi.
32
Gambar 2.6 Work C ent ered Anal ysis (Anoni m3)
2.7. 5. Object Oriented A nalysi s and Design Menur ut Wikipedia (Anon im4), definisi dar i Object-o rien ted analysis and design adalah sebagai berikut: “Object-oriented analysis and design ( OOAD) is a softwa re eng ineering approach that m odels a system as a g roup o f interacting ob jects. Each object rep resents som e entity of interest in the system being m odeled, and is characterised by its class, its state (data elements), and its behavior. Va riou s models can be created to show the static stru ctu re, dynamic behavior, and run-time deploym ent of these collabora ting objects. There are a number of differen t nota tion s fo r rep resen ting these m odels, such as the Unified Modeling Language ( UM L).
33
Object-o rien ted analysis (OOA) applies object-m odeling techn iques to analyze the functional requirem ents fo r a system. Object-o riented design (OOD) elabo rates the analysis models to produce implem entation specification s. OOA focuses on what th e system does, OOD on how the system does it.”
Menur ut Grady Boo ch (Booch, 2007, p42), Object-oriented analysis (OOA) adalah sebuah metode analisa yang mem bahas kebutuh an dari pan dan gan dar i classes atau o bjects yan g ditem ukan pada daftar kata-kata y an g ada p ada permasalahan setiap bagian/bidang. Sedan gkan Object-o rien ted design (OOD) adalah sebuah metode perancangan yang meliputi proses dekom posisi berorientasi objek dan sebuah notasi untuk m elukiskan secar a logical dan physica l baik m odel statis dan juga dinamis dari sistem m elalui hasil rancan gan. Hasil dari object-o rien ted ana lysis ber upa mo del-mo del yan g dapat digunakan unt uk memulai proses object-oriented design, kemudian h asil dari object-o riented design dappat digun akan kemudian sebagai bagan per encan aan atau b luep rint unt uk im plementasi selanjutnya m enggun akan metode objectoriented p rogramm ing. Untuk
men gan alisa
dan
m erancan g
sistem
berorientasi
o bjek
menggunakan Object-oriented analysis and design digunakan suatu bahasa modeling yang stan dar yaitu Unified Mod eling Languag e ( UML). Men ur ut Booch (Booch, 2007, p148), UML adalah bahasa m odelin g utama yan g digun akan untuk menganalisa, m enspesifikasi, dan merancang sebuah sistem perangkat lunak.
34
2.7. 6. Unifi ed Modelling Language (UML) Menur ut Grady Booch (Booch, 2007, pp 148-153), Unified Modeling Language (UML) adalah bah asa modeling utama yang digunakan untuk menganalisa, m enspesifikasi, dan merancang sebuah sistem perangkat lunak. Kompleksitas sistem disebabkan karena jumlah dan organisasi elem enelem en dalam sistem (stru ctu re) dan
bagaimana elemen-elemen tersebut
berkolaborasi untuk m elak ukan f ungsi-f ungsinya (behavior). UML diagram dapat dik lasifikasikan m enjadi dua bagian: 1.
Structure Diagram s Diagr am-diagram ini digunakan unt uk menunjukk an strukt ur dari elem enelemen di dalam sistem. Diagr am-diagram ini dapat m enggam barkan ber bagai m acam hal seperti ar sitektur sistem, elem en fisik pada sistem dan konfigurasinya, dan elem en-elem en spesifik pada setiap area proses bisnis.
2.
Behavior Diag ram s Diagr am-diagram ini digunakan untuk menunjukk an perilak u/f ungsi setiap objek dalam sistem.
35
Gambar 2.7 Klasi fikasi UML Di agram (B ooch, 2007, p150)
2.7. 7. Summated Scal e Summ ated Scales (atau skala Likert-type) dikembangk an den gan menggunakan pen dek atan analisis item dim ana sebuah item tertentu dievaluasi ber dasarkan seber apa baik m embedakan antara oran g-oran g y ang total skor yan g tinggi dan mereka yang skor r endah. Item -item atau p ernyataan y an g palin g memenuhi test sem acam ini dimasukk an dalam instrumen akhir. Dengan demikian, skala sum mated terdiri dar i sejumlah perny ataan yang mengun gkapkan baik yan g men guntun gkan atau tidak men guntun gkan o bjek tertentu di mana respon den dim inta untuk bereaksi. Respon den m enun jukkan
36
perset ujuan atau ketidak setujuannya dengan setiap p ernyataan pada in strumen tersebut. Setiap respon s diberi n ilai num erik, yang menunjukk an favourablen ess atau unfavou rableness, dan skor yan g berjum lah untuk m engukur sikap respon den. Den gan kata lain, nilai keselur uhan respon den mewakili posisi pada kontinum yang favou rableness-unfavourableness terhadap suatu m asalah. Yang paling sering digunak an skala summ ated dalam studi sikap sosial dir ancan g men gik uti pola oleh Likert. Untuk alasan ini mereka ser ing disebut sebagai skala tipe Lik ert. Dalam skala Likert, responden dim inta untuk menanggap i perny ataan m asin g-m asin g dalam hal beberapa derajat, biasanya lima der ajat (tetapi pada kali 3 atau 7 juga bisa digunakan) p ersetujuan atau ketidak set ujuan. Sebagai contoh, ketika dim inta untuk men gun gkapkan pendapat apakah seseorang mengan ggap pekerjaanny a cuk up m enyenangk an, respon den dap at m enjawab dalam salah satu dari cara berikut: ( i) san gat set uju, (ii) set uju, (iii) ragu, ( iv) tidak setuju, (v) san gat setuju. Setiap titik pada sk ala m embawa skor. Respon yan g m enunjukkan tingkat palin g m en guntun gkan p ekerjaan kep uasan diberi skor minimal (katakanlah 1) dan yan g palin g m en guntun gkan diber i nilai tertinggi (katakan lah 5). Nilai-nilai ini biasanya tidak dicetak pada in strum en tetapi yan g ditampilkan di sini hanya unt uk m en unjukkan pola p enilaian. Teknik scalin g yang Lik ert, den gan dem ikian, mem berikan nilai skala unt uk masing-masin g dari lima tanggapan. Hal yang sama dilak ukan dalam setiap pernyataan dalam in strumen. Cara ini menghasilk an in strum en total skor unt uk m asing-masing respon den, yan g kem udian akan m engukur respon den fa vourab leness m enuju titik pandan g. Jika
37
instrum en terdiri dari, katakanlah 30 pernyataan, yan g nilai skor berik ut akan mengun gkapkan. 30 × 5 = 150 Paling men guntun gkan m ungkin tan ggap an 30 × 3 = 90 Sebuah sikap n etral 30 × 1 = 30 Kebanyakan sikap tidak mengunt un gkan.
Skor untuk setiap individu akan jatuh antara 30 dan 150. Jika skor kebetulan berada di atas 90, hal itu men unjukkan p endapat yan g mengunt un gkan pada titik pandang, suatu skor di bawah 90 berarti kur an g baik pen dapat dan skor tepat akan 90 sugestif dari sikap n etral. Prosedur untuk m en gem ban gkan skala tipe Lik ert adalah sebagai berikut: 1. Sebagai langk ah pertam a, para peneliti mengumpulkan sejumlah besar pernyataan yang relevan den gan sikap yan g sedan g dipelajari dan masingmasing mengun gkapkan perny ataan, sudut pandang atau sik ap favourablen ess atau un favourableness dan bah wa jum lah pernyataan m engunt ungkan dan tidak m enguntungkan k ira-kir a sama. 2. Setelah pernyataan telah berk um pul, tes uji harus diber ikan pada sejum lah subyek. Dengan kata lain, sekelom pok kecil oran g, dar i orang-oran g yan g akan dipelajari akhirnya, akan diminta untuk men unjukkan respons mereka terhadap setiap perny ataan dengan m em eriksa salah sat u kategori per setujuan atau k etidaksetujuan den gan m enggunakan sk ala lim a poin seperti yan g diny atakan di atas. 3. Tanggapan terhadap ber bagai pernyataan yan g dicetak sedem ikian r upa sehingga respon indikasi sikap yang paling menguntun gkan diber i skor
38
tertinggi 5 dan bah wa den gan y ang paling tidak m enguntungk an diberi nilai terendah, k atakanlah 1. 4. Kem udian total skor dari masin g-m asin g responden dipero leh den gan menam bahkan nilai y ang didapatkan dari pertanyaan yan g ber beda. 5. Lan gkah berik utnya adalah array nilai total ini dan mencari tahu p ernyataanpernyataan yan g m em ilik i tinggi diskriminatif kek uasaan. Untuk tujuan ini, peneliti dap at mem ilih beber apa bagian dari tertinggi dan total skor teren dah, katakanlah bagian atas 25 persen dan bawah 25 per sen. Kedua kelom pok ekstrem ditaf sirkan untuk mewakili paling men guntun gkan dan yan g palin g menguntun gkan sikap dan
digunakan sebagai kelompok kriteria yan g
digunakan untuk m en gev aluasi p ernyataan in dividu.