BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Guided Inquiry a. Pengertian Guided Inquiry Inquiry termasuk dalam bahasa Inggris yang secara harfiah memiliki arti penyelidikan. Inquiry berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan (Yuniyanti, Sunarno & Haryono, 2012). Inquiry merupakan suatu metode yang menggunakan hasil penelitian untuk mempelajari dan menjelaskan suatu fakta yang ada (Colburn, 2000). Siswa dapat menganalisis seluruh data yang mereka kumpulkan dan dapat menarik suatu kesimpulan. Hasil dari penyelidikan atau penelitian yang berupa informasi juga dapat meningkatkan pemahaman konsep dan teori dari siswa (Kitot, Ahmad & Seman, 2010). Menurut Abdul Rahim Abdul Rashid (1999), inquiry memiliki arti bertanya kepada seseorang untuk mendapat jawaban dari apa yang telah dipelajari oleh orang tersebut. Jawaban tersebut didapat siswa melalui upaya memahami, mengoleksi data, menganalisis, membuat kesimpulan dan pada akhirnya dapat mengumpulkan semua hal tersebut untuk memecahkan suatu permasalahan dengan logis. Inquiry adalah suatu proses untuk mencari dan menginvestigasi suatu permasalahan, membuat suatu hipotesis, merancang percobaan, mengumpulkan data dan membuat suatu kesimpulan dari masalah tersebut (Kitot, Ahmad & Seman, 2010). Hal ini juga diperkuat dengan teori yang dikemukakan oleh Omardin bahwa untuk menjawab suatu permasalahan dengan menggunakan proses inquiry, maka siswa harus melewati beberapa tahap, yaitu: observasi masalah, membuat suatu hipotesis, merancang percobaan dan refleksi. Osborne (2010) mengatakan bahwa dengan melakukan proses inquiry, siswa dapat meningkatkan pemahaman konseptual dan keterampilan argumentasi.
6
7
Keterampilan argumentasi yang meningkat dapat membantu siswa dalam membangun pemahaman terhadap konsep-konsep sains (Yore, 2009) Menurut (Bell et al, 2005) mengatakan bahwa ada beberapa tipe dari inquiry, yaitu confirmation inquiry (inkuiri konfirmasi), dimana siswa mengonfirmasi suatu teori atau prinsip berdasarkan hasil penelitian yang sudah pernah dilakukan; structured inquiry (inkuiri terstruktur), dimana guru memberikan permasalahan dan siswa diminta menyelesaikan masalah tersebut secara runtut dan terstruktur; guided inquiry (inkuiri terbimbing), pada tipe ini siswa mendapat bimbingan dari guru berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan pada pokok permasalahan; open inquiry (inkuiri terbuka atau bebas), disini siswa melakukan aktivitas inquiry secara mandiri dimulai dari mengidentifikasi masalah, merumuskan percobaan sampai menarik suatu kesimpulan. Guided inquiry adalah salah satu tipe dari inquiry yang menitikberatkan perencanaan dan bimbingan berawal dari guru untuk meningkatkan keterampilan pada siswa di masa depan (Kuhlthau et al, 2007). Guided inquiry dapat menambah keberanian dalam berkomunikasi karena adanya guidance atau bimbingan yang akan menuntun siswa untuk berinteraksi sosial dengan kelompoknya. Menurut Damayanti dan Ngazizah (2013)
guided inquiry cocok
diterapkan pada siswa jenjang lanjutan pertama dan menengah dikarenakan siswa pada jenjang ini masih sangat membutuhkan bimbingan dan arahan dari seorang guru. Guided inquiry dapat membantu siswa untuk berpikir dan memecahkan masalah yang membutuhkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan membangun pengetahuan mereka secara mandiri dengan berinteraksi dengan lingkungan di dalam kelas (Chang, et al., 2010). Puspita
&
Jatmiko
(2013)
menjelaskan
menjelaskan
beberapa
karakteristik guided inquiry, yaitu adanya keaktifan siswa untuk menyajikan suatu masalah, membuat hipotesis, merancang percobaan, mengumpulkan data dan menyusun suatu kesimpulan atau argumentasi sesuai dengan kejadian dan pengamatan. Karakterisitik lain yang terlihat pada guided inquiry adalah adanya
8
bimbingan dari guru, namun guru tidak terlihat dominan, guru hanya bertindak sebagai organisator dan fasilitator. b. Langkah-langkah Guided Inquiry Menurut Kuhlthau, et al. (2007) proses dalam inquiry mempunyai beberapa tingkatan meliputi initiation, pada tahap ini guru membimbing siswa untuk memulai proses penyelidikan dengan memperhatikan beberapa sumber serta menyiapkan keputusan untuk memilih suatu topik; selection, dimana siswa memilih topik umum mengenai proyek yang mereka angkat di kelas; exploration, pada proses ini siswa mencari atau mengeksplor informasi mengenai topik yang dipilih. proses ini adalah tahap yang sulit untuk sebagian besar siswa karena akan menimbulkan kebingungan dan frustasi yang diakibatkan banyak keraguan dari informasi yang telah meraka dapatkan; formulation, dimana siswa mulai membuat suatu kerangka penelitian berdasarkan informasi yang telah mereka peroleh; collection, proses ini mengikuti setelah proses sebelumnya, yaitu formulation. Siswa mengumpulkan semua informasi yang mendukung terhadap topik yang dipilih; presentation, proses ini merupakan puncak dari proses inquiry karena siswa siap untuk membagi pengetahuan yang mereka dapatkan selama pembelajaran; assessment, proses ini melibatkan guru dan siswa untuk menilai semua yang telah dipelajari mengenai konten, proses dan semua yang dibutuhkan saat pembelajaran. Wening (2007) menguraikan tahap-tahap dalam pembelajaran inquiry, yaitu mengidentifikasi masalah, merumuskan hipotesis, membuat deduksi untuk menggeneralisasikan prediksi dari hipotesis, membuat rancangan penelitian, mengumpulkan dan menganalisis data yang diperoleh dari penelitian, membuat suatu kesimpulan, dan mempresentasikan atau menjelaskan hasil dari penelitian. Menurut Scott, Tomasek & Matthew (2010) inquiry memiliki beberapa tahapan, yaitu observe, formulate inquiry question, develop Hypotesis, design investigation, conduct investigation, analyze data dan communicate.
9
c. Kelebihan dan Kekurangan Guided Inquiry Kelebihan yang dimiliki guided inquiry menurut Opara & Oguzor (2011) adalah siswa ikut aktif dalam pembelajaran melalui penyelidikan. Efek positif yang dihasilkan dari aktifnya siswa dalam pembelajaran adalah meningkatnya keterampilan proses, khususnya pada pelajaran biologi. Menurut Kuhlthau, et al. (2007) guided inquiry memiliki beberapa kelebihan, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, pemahaman dalam membaca, penggunaan bahasa, keterampilan menulis, pembelajaran kooperatif dan kemampuan bersosialisasi. Lee (2011) juga berpendapat bahwa Guided inquiry dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengambil sebuah keputusan dari suatu permasalahan di dalam pembelajaran. Kemampuan ini didapat dari kegiatan siswa yang melakukan aktivitas secara langsung seperti melakukan penelitian, menganalisis data dan menarik kesimpulan. Guided inquiry tidak hanya memiliki kelebihan saja, tetapi juga memilki kelemahan. Menurut Hanafiah & Suhana (2009) guided inquiry memiliki kelemahan, yaitu siswa harus memiliki persiapan baik dari segi mental. Jumlah siswa dalam pembelajaran juga berpengaruh terhadap guided inquiry. Semakin banyak siswa, maka proses inquiry kurang memuaskan. d. Potensi
Guided
Inquiry
dalam
Memberdayakan
Keterampilan
Berargumentasi Siswa Penerapan
inquiry
didalam
pembelajaran
dapat
meningkatkan
pemahaman konsep dari siswa (United States National Research Council (NRC), 1996). Pemahaman konsep yang baik disebabkan oleh salah satu kompetensi yang didapat saat melakukan proses inquiry, yaitu pada saat siswa mengkomunikasikan argumentasi mereka (NRC, 2000). Menurut The United States National Science Teachers Association (2004) menjelaskan bahwa inquiry adalah proses yang tepat untuk memahami konten di dalam pembelajaran sains. Siswa belajar mengeksplor, mengumpulkan fakta dari informasi yang didapatkan, menyusun suatu argumen, membangun penjelasan berdasarkan informasi yang ada dan mengomunikasikan serta mempertahankan pendapat atau kesimpulan yang ditulis (Chang, et al., 2010).
10
Inquiry dapat meningkatkan kemampuan berinteraksi siswa dalam pembelajaran sains. Melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas, siswa mampu membangun sendiri pengetahuan mereka dari argumentasi teman yang lain (NRC, 1996). Hal ini tentu harus didukung oleh kemampuan guru dalam mengondisikan dialog di dalam kelas agar siswa dapat mengkritisi, dan mengonfirmasi pengetahuan yang sedang diperbincangkan (Wood, 1999)
2. Keterampilan Berargumentasi a. Pengertian Argumentasi Toulmin (1958) menjelaskan bahwa argumentasi adalah proses menghubungkan antara data dan informasi untuk menghasilkan suatu ide atau gagasan yang kuat dan tepat. Argumentasi dapat digunakan untuk mempelajari informasi sains yang akan meningkatkan kemampuan siswa dalam menjelaskan sebab akibat dari suatu kejadian (Trend, 2009). Hal ini akan berpengaruh pula pada kemampuan siswa untuk membangun suatu pengetahuan sains yang baru dan membangun mental yang baik. Keterampilan berargumentasi merupakan suatu keterampilan yang dapat membantu siswa untuk membangun sebuah prediksi (Driver, Newton & Osborne, 2000). Keterampilan dalam mengemukakan argumentasi dapat dikatakan sebagai salah satu proses kreatif karena siswa harus menghubungkan pendapat mereka dengan pengetahuan sains yang ada (Saracaloglu, Aktamis & Delioglu, 2011). Keterampilan dalam mengungkapkan ide atau argumentasi sangat dibutuhkan dalam pendidikan sains (Simon, Erduran & Osborne, 2006). Adanya keterampilan berargumentasi dalam sains, siswa dapat lebih menggali konsepkonsep sains dan juga belajar menerapkan metode ilmiah disaat akan membenarkan atau menyangkal sebuah pendapat (Demircioglu, et al., 2012). Proses dari berargumentasi mengharuskan siswa untuk membuat suatu klaim, menggunakan data untuk mendukung klaim dan memakai suatu alasan yang kuat untuk membenarkan suatu klaim. Dewasa ini keterampilan dalam berargumentasi digunakan sebagai bagian dari praktek sains yang menjadi kebutuhan di dalam pendidikan sains
11
(Duschl & Schweingruber, 2007). Kemampuan berargumentasi dapat dianalisis dengan menggunakan beberapa cara, yaitu menganalisis hasil interviu terhadap peserta didi yang terlibat dalam argumentasi, rekaman argumentasi yang dibangun, pendapat-pendapat siswa selama proses pebelajaran dan penulisan essai (Sampson & Clark, 2008). Menurut Duschl & Osborne (2002) menyatakan bahwa dengan menekankan proses berargumentasi dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan literasi sains pada siswa. Kemampuan lain yang dapat ditingkatkan dengan melakukan proses berargumentasi didalam pembelajaran adalah pengetahuan konten materi pembelajaran (Zohar & Nemet, 2002), kemampuan berpikir tingkat tinggi (Eskin & Berkiroglu, 2008), kemampuan berinteraksi atau berkomunikasi (Marttunen, 1994) dan kemampuan dalam memberikan suatu alasan (McNeil & Pimentel, 2010). b. Aspek Argumentasi Menurut Toulmin (1958) keterampilan berargumentasi dibagi menjadi beberapa aspek, yaitu claim, penegasan tentang apa yang sedang dipelajari atau nili-nilai yang dipertahankan; data, pernyataan yang digunakan sebagai bukti untuk mendukung claim tersebut; warrant, pernyataan yang menjelaskan hubungan data dengan claim; backing, pernyataan yang digunakan untuk memperkuat warrant; qualifier, memunculkan perbandingan kekuatan dari data yang ditujukan pada claim oleh warrant; rebuttal, pernyataan sanggahan atau pernyataan yang bertentangan dengan claim, data, warrant, backing maupun qualifier. c. Upaya Mengembangkan Keterampilan Berargumentasi Keterampilan berargumentasi merupakan keterampilan yang digunakan untuk mengkoordinasikan antara fakta dengan pendapat dari sebuah kejadian (Osborne, Erduran & Simon 2004). Hal ini tentu membutuhkan pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa, contohnya adalah inquiry. Hal ini dikuatkan oleh Kuhn (1993) bahwa inquiry dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menarik suatu alasan yang kuat atau dapat mengemukakan argumentasi yang logis.
12
B. Kerangka Berpikir Persaingan masa depan khususnya dunia pekerjaan membutuhkan seseorang yang memiliki berbagai kecakapan. Kecakapan atau keterampilan ini diharapkan muncul dari hasil pembelajaran di sekolah. Salah satu keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja adalah keterampilan berkomunikasi. Komunikasi yang baik akan terbangun ketika seorang individu dapat menerapkan proses berargumentasi yang baik. Keterampilan berargumentasi dapat digunakan seorang siswa untuk mengemukakan gagasan atau ide-ide yang dapat menyelesaikan permasalahan dalam materi pembelajaran dengan menggunakan data dan fakta sebagai pendukungnya. Hasil observasi di kelas X-4 SMA N 3 Boyolali menunjukkan kurangnya siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan guru secara baik dan terpercaya. Banyak siswa yang hanya menjawab seadanya dan malu-malu dalam menjawab. Diskusi yang dilakukan oleh para siswa jarang dan cenderung pasif. Model pembelajaran yang digunakan guru belum dapat melatih siswa dalam berargumentasi dengan baik. Penggunaan model pembelajaran yang efektif dan tepat
merupakan
faktor
yang
perlu
diperhatikan
dalam
meningkatkan
keterampilan berargumentasi. Adanya pembaharuan proses pembelajaran akan berakibat pada meningkatnya keterampilan berargumentasi siswa khususnya argumentasi lisan. Peningkatan keterampilan berargumentasi berhubungan dengan model pembelajaran yang digunakan. Tindakan yang diambil pada penelitian ini adalah dengan
menerapkan
Guided
Inquiry
untuk
meningkatkan
keterampilan
berargumentasi. Model pembelajaran ini dibangun melalui menyajikan masalah, membuat hipotesis, melakukan percobaan, mengumpulkan dan menganalisis data serta membuat kesimpulan. Langkah-langkah yang ada di guided inquiry akan meningkatkan kemampuan mereka dalam berpendapat dan berargumentasi. Berdasarkan uraian diatas, dilakukanlah suatu penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan keterampilan berargumentasi siswa. Tindakan yang dilakukan adalah dengan menerapkan guided inquiry pada tiap siklus. Alur kerangka berpikir dalam melaksanakan penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.1.
13
MASALAH :
PENYEBAB :
Keterampilan berargumentasi
1. Diskusi yang dilakukan oleh siswa lemah atau jarang
kurang
2. Kurangnya rasa percaya diri 3. Kurang sistematis dalam menjawab pertanyaan 4. Model pembelajaran yang masih berpusat pada guru atau teacher center.
AKIBAT : 1. Kemampuan berkomunikasi secara lisan siswa kurang 2. Siswa kurang sistematis dan logis dalam menjawab pertanyaan guru 3. Partisipasi siswa dalam pembelajaran berkurang
SOLUSI : Model pembelajaran yang mampu meningkatkan siswa dalam berargumentasi
PENERAPAN GUIDED INQUIRY Sintaks : 1. Observe
5. Conduct investigation
2. Formulate inquiry question
6. Analyse data
3. Develop hypothesis
7. Communicate
4. Design investigation
MANFAAT : 1. Meningkatkan kemampuan siswa dalam mengajukan suatu pertanyaan 2. Meningkatkan kemampuan siswa untuk aktif dalam mengemukakan pendapatnya 3. Meningkatkan kemampuan analisis siswa dari sebuah fakta 4. Mampu memilih solusi terbaik untuk menyelesaikan suatu masalah
TARGET : Keterampilan berargumentasi lisan siswa meningkat
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
14
C. Hipotesis Tindakan Penerapan guided inquiry dapat meningkatkan keterampilan berargumentasi lisan siswa kelas X-4 SMA N 3 Boyolali tahun pelajaran 2014/2015.