BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Oprasional 2.1.1 Pengertian Manajemen Oprasional Manajemen Oprasional adalah serangkaian aktivitas untuk menciptakan nilai dalam bentuk barang dan jasa melalui transformasi input menjadi output. Aktivitas merupakan proses atau sekumpulan kegiatan yang memerlukan satu atau lebih dari input,merubah dan menambah nilai pada input tersebut, sehingga dapat memberikan satu atau lebih output bagi pelanggan. Input terdiri atas sumber daya manusia (tenaga kerja), modal(peralatan dan fasilitas), pembelian bahan baku dan jasa, tanah dan energi. Sedangkan outputnya adalah barang dan jasa. Operations Management
merupakan salah satu fungsi utama dalam setiap
perusahaan,Oleh karena itu ada 10 keputusan strategis Operations Management yang terdiri: Service and product design, Quality management ,Process and capacity design, Location, Layout design, Human resources and job design,Supply Chain Management, Inventory, material requirements planning, and JIT, Intermediate, short term, and project scheduling, Maintenance .(Haizer & Render, 2004). 2.1.2 Tanggung Jawab Manajer Operasi - Menghasilkan barang dan jasa. - Mengambil keputusan yang berkaitan dengan fungsi operasi dan sistem transformasi. - Mengkaji pengambilan keputusan dari suatu fungsi operasi.
2.1.3 Fungsi Produksi dan Operasi 6
- Proses produksi dan operasi. - Jasa-jasa penunjang pelayanan produksi. - Perencanaan . - Pengendalian dan pengawasan.
2.2 Import Eksport 2.2.1 Pengertian Import Eksport Import adalah proses memasukan barang dari luar negri kedalam wilayah pabean dalam negri dengan memenuhi ketentuan peraturan perundang – undangan yang berlaku. (Ruddy, 1994:54) Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain yang dilakukan secara legal, yakni dengan melakukan pengeluaran barang yang berasal dari dalam negri untuk dikirim ke negara lain. Proses pemasukan barang Import Ekspor itu sendiri dapat melalui, darat, udara, dan laut yang semuanya harus meyertakan dokumen Import Ekspor
lengkap dan jelas dari
Negara barang tersebut dimasukan. Dokumen – dokumen Import Ekspor yang biasanya disertakan proses pemasukan barang tersebut adalah : 1. Bill of lading atau air way Bill a. Bill Of Lading “ Bill Of lading merupakan suatu tanda terima penyerahan barang yang di keluarkan oleh perusahaan pelayaran sebagai tanda bukti pemilikan atas
7
barang yang telah dimuat diatas kapal laut oleh eksportir atau diserahkan kepada importir. B/L juga merupakan alat bukti penerimaan dan sekaligus penyerahan hak milik atas barang sebagai pelaksanaan suatu transaksi antara eksportir dengan importir. B/L juga merupakan alat bukti adanya kontrak pengangkutan antara shipper dengan perusahaan pelayaran” . (Amir, 1993:218) b. Packing List atau Invoice “Packing List atau daftar pengepakan adalah daftar yang berisi pengekapan lengkap menegenai jenis dan jumlah satuan dari barang yang terdapat dalam tiap peti atau total keseluruhannya sama dengan jenis atau jumlah yang tercantum dalam faktur perdagangan. Packing List sangat penting sekali untuk barang – barang yang tidak sejenis maupun tidak seragam seperti mesin – mesin, tekstil, barang – barang klontong, dan barang lainnya. Dengan adanya packing List setiap peti, maka tidak mudah terjadi kekeliruan dalam melakukan penyerahan barang”. (Amir, 1993:219) c. PIB (Pemberitahuan Import Barang) P.I.B merupakan dokumen utama yang dipakai untuk pencatatan Import barang. 2.2.2 Hak dan kewajiban Importir dan Eksportir Setiap transaksi selalu menimbulkan hak dan kewajiban bagi masing – masing pihak. Pihak Penjualan berkewajiban melakukan penyerahan barang dan berhak menerima pembayaran. Sebaliknya pembeli berkewajiban melunasi harga dan berhak menuntut barang yang dibelinya.
8
Pihak penjual akan berusaha memenuhi kewajibannya untuk mengirimkan dan melakukan penyerahan barang kepada pembeli dan menerima haknya atas pembayaran dari barang yang diserahkan itu. Sebaliknya, pembeli memikirkan pula untuk dapat melakukan kewajiban melunasi pembayaran barang yang akan dibelinya dan menerima barang tersebut dengan sebaik – baiknya . Kedua belah pihak akan mencari jalan mengehindari dan menekan resiko menjadi sekecil – kecilnya. 2.2.3 Syarat – syarat Importir Untuk menjadi Importir, perusahaan harus memenuhi syarat – syarat tertentu yang dikeluarkan oleh BPKM ( Badan Koordinator Penanaman Modal ), maupun departemen perdagangan melalui kantor wiliyah masing – masing atas nama menteri perdagangan. Salah satu syarat tersebut Angka Pengenal Import. Angka pengenal Import ini harus dimiliki oleh nasabah sebelum melakukan import barang. Angka pengenal Import di Indonesia terbagi atas : a. APIS Umum dan API Umum Angka pengenal Import Sementara dan Angka Pengenal Import Umum dibelikan kepada perusahaan yang hanya melakukan perdagangan umum. b. APIS produsen API Produsen Angka Pengenal Import Sementara Produsen atau Angka Pengenal Import Produsen diberikan kepada perusahaan yang selain melakukan kegiatan produksi dan industri juga boleh mengimport bahan baku untuk proses produksi industrinya sendiri. c. APIT
9
Angka pengenal Import Terbatas diberikan Khusus kepada perusahaan – perusahaan PMA dan PMDN yang melakukan import barang bahan baku produksi pada proyek – proyek penanaman yang telah disetujui oleh pemerintah dikeluarkan oleh BKPM ( Badan Koordinator Penanaman Modal ) atas nama Mentri perdagang untuk jangka waktu 2 tahun dan setelah itu dapat diperpanjang lagi.
2.2.4 Prosedur Import Importir harus memenuhi persyaratan –persyaratan yang telah disepakati, seperti : a. API (Angka Pengenal Importir ) b. NPWP ( Nomor Pokok Wajib Pajak ) c. SIUP (Surat Izin Usaha Perseroan ) d. Susunan pengurus perusahaan e. Mempunyai rekening giro di Bank Jika semua persyaratan dan kelengkapan dokumen importir tersebut telah terpenuhi dengan benar, maka Importir sebelum melakukan penebusan barang kepelabuahan maka perlu untuk melakukan pembayaran pajak yang meliputi, Pajak Bea Masuk, PPn, PPh, dan pajak – pajak yang lainnya di bank devisa tempat rekening kita buka. 2.2.5 Pelaksanaan Pembayaran Luar Negeri Cara – cara pembayaran yang dapat ditempuh dalam menyelesaikan pembayaran dalam perdagangan luar negeri antara lain :
10
a. Secara Tunai ( Cash Payment ) b. Secara Rekening (Open Account ) c. Secara penaikan wesel atas suatu letter of credit. Sekiranya Importir memiliki dan menguasai sendiri dan menguasai sendiri sejumlah alat pembayaran luar negri (devisi ), maka importir dapat melakukan pembayaran – pembayaran kepada eksportir sebelum barangnya dikirim. Hal ini disebut pembayaran tunai dimuka oleh importir kepada eksportir. Bagi importir pembayaran terlebih dahulu lebih besar resikonya. Eksportir tidak dapat dilakukan sepenuhnya oleh importir. Oleh karena itu pembayaran tunai jarang sekali dapat dilakuakan. Bila mana Importir telah terkenal baik oleh eksportir atau pensuplai karena Importir adalah agen dari pensuplai luar negeri. Dalam hal ini Eksportir hanya membuka suatu rekening tersendiri untuk Importir. Bilamana barang – barang tersebut telah terjual, barulah pembayaran dilakukan.
11