BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Resiliensi 2.1.1
Pengertian Resiliensi Secara etimologis resiliensi diadaptasi dari kata dalam Bahasa Inggris
resilience yang berarti kemampuan untuk kembali dalam bentuk semula (Poerwadarminta, 1982). Menurut Reivich & Shatte (2002) resiliensi merupakan kemampuan seseorang untuk bertahan, bangkit, dan menyesuaikan dengan kondisi yang sulit. Resiliensi adalah kapasitas untuk merespon secara sehat dan produktif ketika berhadapan dengan kesengsaraan atau trauma, yang diperlukan untuk mengelola tekanan hidup sehari-hari. Grotberg (dalam Schoon, 2006) menyatakan bahwa resiliensi adalah kemampuan seseorang untuk menilai, mengatasi, dan meningkatkan diri ataupun mengubah dirinya dari keterpurukan atau kesengsaraan dalam hidup. Connor & Davidson (2003) juga mengatakan bahwa resiliensi merupakan kualitas seseorang dalam hal kemampuan untuk menghadapi penderitaan. Block & Kreman (Xianon&Zhang, 2007) menyatakan bahwa resiliensi
digunakan
untuk
menyatakan
kapabilitas
individual
untuk
bertahan/survive dan mampu beradaptasi dalam keadaan stress dan mengalami penderitaan.
Karena setiap orang itu pasti mengalami kesulitan ataupun sebuah masalah dan tidak ada seseorang yang hidup di dunia tanpa suatu masalah ataupun 5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
kesulitan.Jadi, dapat disimpulkan resiliensi adalah suatu kemampuan untuk bertahan dan bangkit dalam menghadapi berbagai kesulitan hidup.
2.1.2
Aspek- aspek Resiliensi Reivich dan Shatte (2002), memaparkan tujuh kemampuan yang
membentuk resiliensi, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, empati, analisis penyebab masalah, efikasi diri, dan reaching out :
a) Regulasi Emosi Regulasi emosi adalah kemampuan untuk tetap tenang di bawah kondisi yang menekan. b) Pengendalian Impuls Pengendalian impuls adalah kemampuan individu untuk mengendalikan keinginan, dorongan, kesukaan, serta tekanan yang muncul dari dalam diri. c) Optimisme Optimisme adalah ketika kita melihat bahwa masa depan kita cemerlang, individu yang resilien adalah individu yang optimis (Reivich & Shatte, 2002). d) Causal Analysis Casual
Analysis
merujuk
pada
kemampuan
individu
untuk
mengidentifikasikan secara akurat penyebab dari permasalahan yang mereka hadapi e) Empati 6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Secara sederhana empati dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami dan memiliki kepedulian terhadap orang lain (Greef, 2005). Empati sangat erat kaitannya dengan kemampuan individu untuk membaca tanda-tanda kondisi emosional dan psikologis orang lain (Reivich & Shatte, 2005). f) Self-Efficacy Adalah hasil dari pemecahan masalah yang berhasil.Self-Efficacy merepresentasikan sebuah keyakinan bahwa kita mampu memecahkan masalah yang kita alami dan mencapai kesuksesan. g) Reaching Out Reaching out adalah kemampuan individu meraih aspek positif atau mengambil hikmah dari kehidupan setelah kemalangan yang menimpa.
2.1.3
Faktor-faktor yang mempengaruhi Resiliensi Menurut
Holaday
(Southwick,
P.C.
2001),
faktor-faktor
yang
mempengaruhi resiliensi adalah :
Social support, yaitu berupa community support, personal support, familial support serta budaya dan komunitas dimana individu tinggal
Cognitive skill, diantaranya intelegensi, cara pemecahan masalah, kemampuan dalam menghindar dari menyalahkan diri sendiri, kontrol pribadi dan spiritualitas
7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Psychological resources, yaitu locus of control internal, empati dan rasa ingin tahu, cenderung mencari hikmah dari setiap pengalaman serta selalu fleksibel dalam setiap situasi
Dukungan Sosial
Sarafino (1997), mendefiniskan dukungan sosial sebagai perasaan nyaman, penghargaan, perhatian atau bantuan yang diperoleh seseorang dari orang lain atau kelompoknya. Cohen dan Syrne (1985) mendefinisikan dukungan sosial sebagai suatu keadaan yang bermanfaat atau menguntungkan yang diperoleh individu dari orang lain baik berasal dari hubungan sosial struktural yang meliputi keluarga/teman dan lembaga pendidikan maupun berasal dari hubungan sosial yang fungsional yang meliputi dukungan emosi, informasi, penilaian dan instrumental. Gottlieb (Smet, 1994) menjelaskan bahwa dukungan sosial adalah bantuan nyata atau tindakan yang diberikan oleh orang terdekat yang dapat menimbulkan reaksi emosional dan perubahan perilaku pada orang yang menerima bantuan tersebut. Cohen & Syrne (1985) berpendapat bahwa dukungan sosial bersumber dari : tempat kerja, keluarga, pasangan suami istri, teman di lingkungan sekitar. Dukungan sosial secara efektif dapat mengurangi penyebab timbulnya stres psikologis ketika menghadapi masa-masa yang sulit (Cohen & Wills, Kessler & Mc Leod, dan Littlefiled, dkk).
Bentuk-bentuk dukungan sosial (Sarafino, 1997) :
8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dukungan Emosional (Emotional Support) : menyangkut ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orag-orang yang bersangkutan. Dukungan menghadirkan perasaan nyaman, tentram, rasa memiliki, dan merasa dicintai ketika mengalami stres
Dukungan penghargaan (Esteem support) : dukungan dalam bentuk penghargaan
terjadi
lewat
ungkapan
rasa
hormat
(penghargaan)
penerimaan yang positif untuk orang yang bersangkutan.
Dukungan berupa pemberian alat (Tangible or Instrumental Support) : mencakup bantuan langsung seperti memberikan pinjaman uang atau benda
Dukungan Informasi (Informational Support) : dukungan dalam bentuk informasi dapat berupa pemberian nasihat, petunjuk-petunjuk, cara-cara ataupun umpan bali
2.1.4
Fungsi Fundamental Resiliensi Menurut Reivich & Shatte (2002), resiliensi memiliki empat fungsi
fundamental dalam kehidupan manusia yaitu : a) Mengatasi hambatan-hambatan pada masa kecil melewati masa kecil yang sulit memerlukan usaha keras, membutuhkan kemampuan untuk tetap focus dan mampu membedakan mana yang dapat dikontrol dan mana yang tidak. b) Melewati tantangan-tantangan dalam kehidupan sehari-hari setiap orang membutuhkan resiliensi karena dalam kehidupan ini kita
9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
diperhadapkan oleh masalah, tekanan, dan kesibukan-kesibukan. Orang yang resilien dapat melewati tantangan-tantangan tersebut dengan baik. Penelitian menunjukkan hal esensi yang paling penting untuk menghadapi tantangan adalah self-efficacy, yakni suatu kepercayaan bahwa kita dapat
menghadapi
lingkungann
dan
menyelesaikan masalah. c) Bangkit kembali setelah mengalami kejadian traumatik atau kesulitan besar. Beberapa kesulitan tertentu dapat membuat trauma dan membutuhkan resiliensi yang lebih tinggi disbanding tantangan kehidupan sehari-hari. Kejatuhan yang kita alami sangat eksrem, yang membuat kita secara emosional hancur, keadaan yang seperti ini membutuhkan pantulan resiliensi untuk pulih. d) Mencapai prestasi terbaik beberapa orang memiliki kehidupan yang sempit, mempunyai kegiatan yang rutin setiap harinya. Merasa nyaman dan bahagia ketika segala sesuatunya berjalan dengan lancar. Sebaiknya, ada juga orang yang merasa senang ketika bisa menjangkau orang lain dan mencari pengalaman baru. Sebagaimana resiliensi dibutuhkan untuk mengatasi pengalaman negatif, mengatasi stress, pulih dari trauma, resiliensi juga dibutuhkan untuk memperkaya arti kehidupan, hubungan yang dalam, terus belajar dan mencari pengalaman baru.
2.2 Narkoba 10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.2.1 Definisi Narkoba Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 1982) narkoba adalah akronim dari Narkotika dan Obat Berbahaya. Narkoba mempunyai banyak macam, bentuk, warna dan pengaruh terhadap tubuh. Tetapi dari sekian banyak macam, bentuk, dan lain-lain tersebut narkoba mempunyai banyak persamaan, salah satunya adalah sifat ketergantungan terhadap obat tersebut. Sifat ketergantungan tersebut dapat menimbulkan berbagai macam dampak yang merugikan akibat dari adanya pengaruh zat-zat yang terkandung didalam zat narkotik tersebut (Adisti, 2007). Istilah narkoba muncul sekitar tahun 1998 karena pada saat itu banyak terjadi peristiwa pemakaian atau penggunaan barang-barang yang termasuk narkotika dan obat-obatan aditif yang terlarang.Istilah ini digunakan untuk memudahkan orang berkomunikasi tanpa menyebutkan istilah yang tergolong panjang (Supramono, 2004).
2.2.2
Jenis-jenis Narkoba Istilah narkoba sudah banyak dikenal oleh masyarakat, namun belum
semua orang tahu zat-zat apa saja yang termasuk dalam narkoba. Begitu pula tentang barangnya seperti apa wujudnya tidak dikenal karena memang barang ini adalah barang yang terlarang di masyarakat Deputi bidang rehabilitasi BNN pada tahun 2015 menyatakan Secara umum jenis-jenis narkoba dan efek yang timbul dari pemakaian dapat dibagi menjadi 5 bagian, yakni :
Stimultan Depresan 11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Opioid Halusinogen lainnya a) Stimultan Secara umum dapat diartikan sejenis zat yang dapat menimbulkan efek tertentu bagi orang-orang yang menggunakannya, yaitu dengan cara memasukkannya ke dalam butuh. Istilah narkotika yang dipergunakan disini adalah Amfetamin dan metamfetamin atau dalam bahasa umum zat kimi tersebut dikenal dengan nama Shabu dan Kristal yang apabila digunakan akan membawa efek dan pengaruh-pengaruh tertentu pada tubuh sipemakai, yaitu : Ganguan sistem syaraf seperti stroke dan serangan jantung. b) Depresan Adalah bentuk zat yang biasanya terdapat dalam kandungan minuman yaitu Alkohol dan benzodiazepine, dengan istilah umum zat ini dikenal dengan nama Brem, oplosan, boteng, boti dan mumbul. Ada beberapa pula efek yang diakibatkan oleh zat tersebut yaitu : mengantuk, kelelahan penurunan fungsi kognitif dan memory. c) Opioid Obat-obatan yang digolongkan dalam Opioid adalah obat-obatan yang mengandung zat-zat yang merangsang terhadap otak dan syaraf nama zat-zat tersebut adalah Opium, Heroin, Morfin dan Kodein atau dalam bahasa umum zat tersebut dikenal dengan nama putau, siputih atau 12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
eteb. Opioid memiliki efek bagi sipengguna diantaranya adalah : berkeringat, perasaan panas dan dingin, sulit tidur dan sulit konsentrasi. d) halusinogen Halusinogen adalah jenis narkotika yang mengandung zat ekstasi, Bunga kecubung, dan mushroom dengan istilah umum zat ini dikenal dengan nama inex dan magic mushroom . Efek yang ditimbulkan akibat pemakaian jenis halusinogen adalah mengubah fungsi panca indera. e) lainnya yang dimaksud dengan lainnya adalah jenis narkotika yang berasal dari tumbuhan ganja, mira (khat), inhalan (lem, bensin), dan ketamin atau dalam bahasa gaul disebut cimeng, gele dan chat, jenis narkotika ini memiliki efek : mata merah dan mengantuk, cenderung paranoia, halusinasi, kejang-kejang hinnga mengakibatkan kematian.
2.3 Pencandu Narkoba
2.3.1
Definisi Pencandu Narkoba Pada tahun 1970 istilah pecandu narkoba didefinisikan sebagai suatu
keadaan, psikis kadang-kadang juga fisik, yang diakibatkan oleh interaksi antara suatu makhluk hidup dengan suatu obat, yang ditandai oleh kelakuan-kelakuan yang didorong oleh suatu hasrat yang kuat untuk terus menerus atau secara 13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
periodic menggunakan sesuatu dengan tujuan untuk menyelami efek-efeknya dan kadang-kadang untuk menghindarkan gejala-gejala tidak enak (discomfort) yang disebabkan obat tersebut tidak digunakan. Toleransi terhadap obat bisa timbul atau tidak timbul, sedangkan seseorang bisa tergantung pada lebih dari satu obat (Supramono, 2003). Jadi ketergantungan obat secara singkat adalah suatu keadaan yang timbul karena penggunaan jenis-jenis narkoba secara berkala dan terus menerus, yang berakibat merusak diri si pengguna. Pengguna adalah orang yang menggunakan narkoba yang dalam penelitian ini akan disebut pecandu narkoba.
2.3.2 Ciri-ciri Pecandu Narkoba Menurut deputi bidang rehabilitasi BNN pada tahun 2014 terdapat beberapa ciri-ciri khusus pecandu narkoba dari berbagai aspek yang terlihat diantaranya a. Fisik: Jalan sempoyonngan, bicara pelo, apatis, mengantuk, kebersihan dan kesehatan tidak terawat, banyak bekas suntikan dan sayatan, ditemukan alat bantu penggunaan, ( jarum suntik, bong, pipet, alumunium foil, botol minuman dll ) b. Tingkah laku : Tingkah laku berubah, suka berbohong dan mencuri, sering mengurung diri dikamar, menghindar bertemu keluarga, sering berpergian, sering menerima tamu tidak dikenal, membelanjakan uang secara tidak wajar. 14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
c. Emosi: Cenderung emosional, lebih agresif, suka curiga tanpa sebab yang jelas, sulit konsentrasi, dan prestasi disekolah menurun, hilang minat pada hobi dan kegiatan yang disenangi.
2.3.3 Faktor-faktor Pecandu Narkoba Menurut BNN (2014) Faktor-faktor yang menyebabkan pecandu narkoba : a) Faktor DNA Adanya keterkaitan dan ketergantungan genetic yang diturunkan oleh orangtua kepada anaknya ( satu telur ). b) Faktor Lingkungan Keluarga bermasalah atau broken home, Ayah dan Ibu atau keduanya atau saudara menjadi pengguna atau penyalahguna atau bahkan pengedar gelap narkoba, lingkungan pergaulan atau komunitas yang salah satu atau beberapa atau bahkan semua anggotanya menjadi penyalahguna atau pengedar gelap narkoba. Sering berkunjung ke tempat hiburan (café, diskotik, karoeke, dll). Pola asuh yang salah, atau orang tua/keluarga yang super sibuk mencari uang/di luar rumah, dll. c)
Factor kemudahan mendapatkan Pengedaran narkoba yang semakin pesat, akan memudahkan induvidu untuk mendapatkan narkotika tersebut, ditambah dengan lemahnya pengawasan dari pemerintah.
15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.3.4 Dampak Pecandu Narkoba Menurut Sasangka (2002) Penggunaan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan, yakni ketergantungan psikis, fisik dan sosial : a) Dampak psikis Seseorang
menggunakan
narkoba,
biasanya
bertujuan
untuk
menghindari persoalan hidup yang dihadapi dan melepaskan diri dari suatu keadaan atau kesulitan hidup.Setiap kali keadaan atau kesulitan tersebut datang kembali, pengguna harus menggunakan narkoba kembali.Keadaan terus-menerus terjadi atau berulang kembali. Akibatnya pengguna narkoba sudah tergantung dengan narkoba yang dikonsumsinya yang pada akhirnya akan mempengaruhi keadaan psikologis dari sipecandu. Penggunaan narkoba tersebut yang semula dalam waktu-waktu tertentu, akhirnya menjadi kebiasaan yang tidak dapat dilepaskan (drug habitual). b) Dampak fisik Penghentian penggunaan narkoba akan menimbulkan gejala-gejala abstinensi (suatu rangkaian gejala yang hebat). Misalnya pada obat-obatan turunan morfin akan mengakibatkan ketakutan, berkeringat, mata berair, gangguan lambung, dan usus, sakit perut dan lambung, tidak bisa tidur dan sebagainya.
Gejala-gejala
abstinensi
tersebut
dapat
diatasi,
jika
menggunakan narkoba yang sejenis.Keadaan tersebut bisa menimbulkan kematian. Rasa khawatir mendalam akan timbulnya gejala-gejala abstinesi mendorong seorang pengguna narkoba untuk menggunakan narkoba lagi. Jadi, keadaan jasmani pengguna akan terus menerus membutuhkan 16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
narkoba dan jika berhenti akan menimbulkan gejala-gejala abstinensi. Penggunaan narkoba (dalam Sasangka, 2003) memiliki dampak tidak baik bagi individu itu sendiri maupun masyarakat. c) Dampak sosial Salah satu dampak sosial yang akan terjadi, sipecandu akan dikucilkan oleh lingkungan masyarakat, selalu jadi bahan perbincangan negatif oleh masyarakat, orang tua dan keluarga akan merasa repot mengurus salah satu anggota keluarganya yang menjadi korban pecandu narkoba, rutinitas seperti sekolah, pekerjaan, dan karier, akan mengalami kesulitan untuk menjalaninya akibat ketergantungan narkoba.
2.4 Mantan Pecandu Narkoba
2.4.1
Definisi Mantan Pecandu Narkoba Menurut Kamus umum Besar Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 1982)
arti Mantan Pecandu adalah sesuatu yang sudah tidak menjadi kegemaran. Sedangkan menurut istilah narkotika (Adisti, 2003) Mantan Pecandu Narkoba diartikan sebagai perilaku yang sudah tidak addict, yaitu orang yang sudah tidak menjadi “budak dari obat”, dan sudah mampu menguasai dirinya untuk melepaskan diri dari cengkraman obat yang sudah menjadi tuannya. Proses pemulihan pecandu narkoba bukanlah suatu proses yang singkat dan dapat dilakukan dengan mudah. Menurut WHO (World Health Organization) seseorang
17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dapat dikatakan sebagai mantan pecandu narkoba jika telah berhasil bersih dari obat atau abstinesia minimal selama 2 (tahun).(Konsensus, 2002).
18
http://digilib.mercubuana.ac.id/