BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Auditing Menurut Alvin A. arens dan james K. Loebbecke (2003,1) pengertian auditing adalah sebagai berikut : Auditing adalah merupakan akumulasi dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen. Menurut Mulyadi dan Kanaka Puradiredja (2001,7), secara umum auditing adalah sebagai berikut : Auditing adalah suatu sistem yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan – peryataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara peryataan – peryataan dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil – hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil – hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.
Dari kedua pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa : Auditing adalah suatu proses yang sistematis dalam memperoleh dan mengevaluasi bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai fungsi entitas ekonomi yang dilakukan oleh seseorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan menetapkan kesesuaian informasi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta menyampaikan hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.2. Jenis - jenis Auditor Menurut Alvin A. Arens (2003,21 – 24) ada beberapa jenis – jenis auditor: a) Auditor Independen (Indpendent Auditors) yang biasanya disebut CPA yang bertindak sebagai praktisi perorangan ataupun anggota Kantor Akuntan Publik (KAP) yang memberikan jasa auditing professional kepada klien. b) Auditor Internal (Internal Auditors) adalah pegawai dari organisasi yang diaudit. Auditor jenis ini melibatkan diri dalam suatu kegiatan penilaian independent, yang dinamakan audit internal, dalam lingkungan organisasi sebagai suatu bentuk jasa bagi organisasi. Tujuan audit internal adalah untuk membantu manajenen organisasi dalam memberikan pertanggung jawaban yang efektif. c) Auditor Pemerintah (Government Auditors)
dipekerjakan oleh
berbagai kantor pemerintah, bertugas pada lingkup kegiatan audit yang luas, termasuk melakukan audit laporan keuangan, audit kepatuhan, dan audit operasional. 2.3. Tanggung Jawab Auditor Tanggung Jawab Auditor memiliki tanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperolah tingkat keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan itu telah terbebas dari kesalahan penyajian yang material, baik disebabkan oleh kekeliruan maupun oleh kecurangan. Karena sifat bukti dan berbagai karateristik kecurangan, auditor dapat memperoleh tingkat keyakinan, walaupun tidak mutlak, bahwa kesalahan penyajian yang material
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dapat dideteksi. Auditor tidak bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan yang memadai bahwa kesalahan penyajian, baik disebabkan oleh kekeliruan maupun oleh kecurangan, yang tidak material terhadap laporan keuangan dapat dideteksi. 2.4. Jenis - jenis Audit Menurut Alvin A. Arens (2003,19 – 21) ada beberapa jenis – jenis audit : a) Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit) berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti tentang laporan laporan entitas dengan maksud agar dapat memberikan pendapat apakah laporan – laporan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan yaitu : prinsip-prinsip yang berlaku umum. b) Audit Kepatuhan (Compliance Audit) berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan memeriksa bukti - bukti untuk menetapkan apakah kegiatan keuangan atau operasi suatu entitas telah sesuai dengan persyaratan, ketentuan atau peraturan tertentu. contohnya : menajemen dapat mengeluarkan kebijakan atau ketentuan yang berkenaan dengan kondisi kerja, partisipasi dalam program pensiun. c) Audit Operasional (Operational Audit)
berkaitan dengan kegiatan
memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan efektivitas
kegiatan
operasi
entitas
dalam
pencapaian tujuan tertentu.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
hubungannya
dengan
2.5. Tujuan Audit Di dalam Standar Professional Akuntan Publik yang diterbitkan pleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI 2001,1), terdapat pernyataan mengenai tujuan audit umum adalah : Tujuan Audit Umum atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, serta arus kas sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa tujuan audit yaitu pemberian pendapat yang dilakukan oleh auditor mengenai kewajaran penyajian terhadap laporan keuangan yang
diauditnya. Pemberian pendapat tersebut dilakukan
dengan pertimbangan yang berdasarkan pada bahan bukti yang dikumpulkan, sedangkan kewajaran terhadap laporan keuangan dinilai berdasarkan asersi yang terkandung dalam setiap unsur yang disajikan dalam laporan keuangan. 2.6. Pengertian Prosedur Audit Prosedur audit menurut Drs. Mulyadi, M.Sc (2002,86-88) adalah instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam audit. Adapun prosedur audit yang biasa dilakukan oleh auditor meliputi: a) Inspeksi Merupakan pemeriksaan secara rinci terhadap dokumen dan kondisi fisik sesuatu.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
b) Pengamatan (observation) Pengamatan atau observasi merupakan prosedur audit untuk melihat dan menyaksikan suatu kegiatan. c) Permintaan Keterangan (enquiry) Merupakan prosedur audit yang dilakukan dengan meminta keterangan secara lisan. d) Konfirmasi Konfirmasi merupakan bentukpenyelidikan yang memungkinkan auditor memperoleh informasi secara langsung dari pihak ketiga yang bebas. e) Penelusuran (tracing) Penelusuran terutama dilakukan pada bahan bukti dokumenter. Dimana dilakukan mulai dari data awal direkamnya dokumen, yang dilanjutkan dengan pelacakan pengolahan data-data tersebut dalam proses akuntansi. f) Pemeriksaan bukti pendukung (vouching) Pemeriksaan bukti pendukung (vouching) merupakan prosedur audit yang meliputi; Inspeksi terhadap dokumen-dokumen yang mendukung suatu transaksi atau data keuangan untuk menetukan kewajaran dan kebenarannya. Pembandingan dokumen tersebut dengan catatan akuntansi yang berkaitan. g) Perhitungan (counting) Prosedur audit ini meliputi perhitungan fisik terhadap sumberdaya berwujud seperti kas atau sediaan tangan, pertangungjawaban semua formulir bernomor urut tercetak.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
h) Scanning Scanning merupakan penelaahan secara cepat terhadap dokumen, cacatan, dan daftar untuk mendeteksi unsur-unsur yang tampak tidak biasa yang memerlukan penyelidikan lebih mendalam. i) Pelaksanaan ulang (reperforming) Prosedur audit ini merupakan pengulangan aktivitas yang dilaksanakan oleh klien. j) Computer-assisted audit techniques Apabila catatan akuntansi dilaksanakan dalam media elektronik maka auditor perlu menggunakan Computer-assisted audit techniques dalam menggunakan berbagai prosedur audit di atas. 2.7. Pengertian Opini Audit Pengertian pendapat/opini audit menurut Dr. Sukrisno Agoes, MM (2004,53) adalah suatu tanggung jawab akuntan publik, dimana akuntan publik memberikan pendapatnya terhadap kewajaran atas laporan keuangan yang disusun oleh manajemen dan merupakan tanggung jawab manajemen. Laporan audit ini merupakan puncak dari proses pengumpulan dan evaluasi bukti yang cukup dan kompeten. a. Pendapat Wajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion) Laporan Wajar dengan pengecualian dapat diterbitkan akibat dari pembatasan lingkup audit atau kegagalan dalam mematuhi prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan wajar dengan pengecualian hanya dapat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
diterbitkan pada saat auditor menyimpulkan bahwa keseluruhan laporan keuangan disajikan secara wajar. b. Pendapat Wajar Tanpa Syarat dengan paragraph penjelesan atau Modifikasi kalimat (Unqualified Report). Pada beberapa situasi, suatu laporan audit wajar tanpa syarat diterbitkan, tetapi dengan kalimat yang sedikit menyimpang dari laporan audit bentuk baku. Berikut ini adalah penyebab-penyebab utama ditambahkannya suatu paragraph penjelasan atau modifikasi kalimat pada laporan audit bentuk baku; 1) Tidak adanya konsistensi dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum. 2) Ketidak pastian atas kelangsungan hidup perusahaan (going concern). 3) Auditor menyetujui terjadinya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum. 4) Penekanan pada suatu masalah. 5) Laporan yang melibatkan auditor lainnya. c. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion) Pendapat tidak wajar digunakan saat auditor percaya bahwa secara material keseluruhan laporan keuangan telah disajikan secara tidak wajar sehingga laporan keuangan tersebut tidak menyajikan posisi keuangan atau hasil usaha dan arus kas yang wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan pendapat tidak wajar hanya dapat diterbitkan jika sang auditor memiliki pengetahuan, yang diperoleh setelah melakukan suatu investigasi mendalam, bahwa terdapat ketidaksesuaian dengan GAAP/PSAK.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
d. Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer Opinion) Laporan audit yang tidak memberikan pendapat diterbitkan pada saat auditor tidak dapat meyakinkan dirinya sendiri bahwa laporan keuangan yang diauditnya telah disajikan secara wajar. Kewajiban untuk menolak memberikan pendapat akan timbul jika terdapat pembatasan lingkup audit atau terdapat hubungan yang yang tidak independen menurut Kode Etik Profesional antara auditor dengan, kliennya. Auditor pun memiliki pilihan untuk menolak memberikan pendapat pada suatu masalah kelangsungan hidup perusahaan. 2.8. Jenis – Jenis Bukti Audit Dalam memutuskan prosedur – prosedur audit manakah yang akan digunakan, auditor dapat memilihnya dari ketujuh kategori umum bukti audit. Kategori – kategori ini, dikenal sebagai jenis – jenis bukti audit dapat didefinisikan sebagai berikut : a) Pengujian fisik (physical examination) b) Konfirmasi (confirmation) c) Dokumentasi (documentation) d) Prosedur analitis (analytical procedures) e) Wawancara kepada klien (inquiries of the client) f) Hitung uji (reperformance) g) Observasi (observation) a. Pengujian Fisik Pengujian fisik adalah inspeksi atau perhitungan yang dilakukan oleh auditor atas aktiva yang berwujud (tangible asset). Jenis bukti audit ini sering
http://digilib.mercubuana.ac.id/
berkaitan dengan persediaan dan kas, tetapi dapat pula diterapkan untuk berbagai verifikasi atas surat berharga, surat piutang, serta aktiva tetap yang berwujud. Perbadaan antara pengujian fisik atas aktiva, seperti surat berharga yang diperdagangkan dan kas, serta pengujian atas berbagai dokumen, seperti cek – cek yang dibatalkan dan berbagai dokumen penjualan, sangatlah penting bagi berbagai tujuan audit. Sebagai contoh, sebelum selembar cek ditandatangani, maka cek tersebut hanyalah selembar dokumen saja, setelah ditandatangani, maka cek tersebut berubah menjadi suatu aktiva dan saat cek tersebut dibatalkan, maka cek itu berubah menjadi selembar dokumen lagi. Secara teknis, pengujian fisik atas cek hanya dapat terlaksana saat cek tersebut merupakan suatu aktiva. b. Konfirmasi Menggambarkan penerimaan tanggapan baik secara tertulis maupun lisan dari pihak ketiga yang independen yang memverifikasikan keakuratan informasi sebagaimana yang diminta oleh auditor. Permintaan ini ditujukan bagi klien, dan klien meminta pihka ketiga yang independen untuk memberikan tanggapannya
secara
langsung
kepada auditor.
Karena
konfirmasi – konfirmasi ini datang dari berbagai sumber yang independen terhadap klien, maka jenis bukti audit ini sangatlah dihargai dan merupakan jenis bukti yang paling sering dipergunakan. Bagaimanapun, konfirmasi relatif tinggi biayanya dan dapat menimbulkan beberapa ketidaknyamanan bagi pihak – pihak yang diminta untuk menyediakan konfirmasi tersebut. Karena itu, konfirmasi tidaklah menjadi bukti audit yang akan selalu digunakan pada setiap kesempatan penggunaan jenis bukti ini. Karena tingginya tingkat kebenaran informasi dalam konfirmasi, dan jika kondisinya memungkinkan, para auditor cenderung untuk meminta konfirmasi secara tertulis daripada konfirmasi lisan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
c. Dokumentasi Dokumentasi adalah pengujian auditor atas berbagai dokumen dan catatan klien untuk mendukung informasi yang tersaji atau seharusnya tersaji dalam laporan keuangan. Berbagai dokumen yang diuji oleh auditor adalah catatan – catatan yang dipergunakan oleh klien untuk menyediakan informasi bagi pelaksana bisnis yang terorganisasi. Sebagai contoh, klien seringkali menyimpan bukti pemesanan pelanggan, dokumen pengapalan, serta salinan faktur penjualan bagi masing – masing transaksi penjualan yang terjadi. Dokumen ini merupakan bukti audit yang berguna untuk verifikasi oleh auditor dalam menilai keakuratan catatan – catatan klien untuk berbagai transaksi penjualan. d. Prosedur Analitis Prosedur analitis menggunakan berbagai perbandingan dan hubungan – hubungan untuk menilai apakah saldo – saldo akun atau data lainnyanampak wajar. Contoh atas hal ini adalah perbandingan persentase antara laba kotor yang diperoleh selama tahun berjalan terhadap laba kotor yang diperoleh pada tahun sebelumnya. Prosedur analitis digunakan secara luas dalam praktek dan penggunaan prosedur tersebut telah meningkat dengan tersedianya komputer untuk melakukan perhitungan. Dewan Standart Audit telah menyimpulkan bahwa prosedur analitis adalah begitu penting sehingga mereka dibutuhkan selama fase perencanaan dan penyelesaian atas semua audit. Prosedur analitis digunakan untuk tujuan berbeda atas semua audit.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
e. Wawancara Wawancara adalah upaya untuk memperoleh informasi baik secara lisan maupun tertulis dari klien sebagai tanggapannya atas berbagai pertanyaan yang diajukan oleh auditor. Walaupun banyak bukti yang diperoleh dari klien berasal dari hasil wanwancara ini, buktitersebut tidak dapat dinyatakan sebagai bukti yang menyakinkan karena tidak diperoleh dari sumber yang independen dan barangkali cenderung mendukung pihak klien. Oleh karena itu, saat auditor memperoleh bukti dari hasil wanwancara ini, maka pada umumnya merupakan suatu keharusan bagi auditor untuk memperoleh bukti audit lainnya yang lebih menyakinkan melalui berbagai prosedur lainnya. Selanjutnya, auditor akan melakukan sejumlah pengujian audit dengan mempergunakan dokumentasi dan observasi untuk memutuskan apakah berbagai transaksi itu telah dicatat (tujuan kelengkapan) dan diotorisasikan (tujuan keberadaan) sesuai dengan pernyataan klien tersebut. f. Hitung Uji Hitung uji melibatkan pengujian kembali berbagai perhitungan dan transfer informasi yang dibuat oleh klien pada suatu periode yang berada dalam periode audit pada sejumlah sampel yang diambil auditor. Pengujian kembali atas berbagai perhitungan ini terdiri dari pengujian atas keakuratan aritmatis klien. Pengujian kembali atas berbagai transfer informasi mencakup penelusuran nilai – nilai untuk memperoleh keyakinan bahwa pada saat informasi tersebut dicantumkan pada lebih dari satu tempat, maka informasi tersebut selalu dicatat dalam nilai yang sama pada setiap saat. Sebagai contoh, auditor biasanya akan membuat sejumlah pengujian terbatas untuk menyakinkan bahwa informasi yang tercatat dalam jurnal penjualan telah dicantumkan dalam kartu pelanggan yang teapat serta pada nilai yang benar
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dalam berbagai buku besar pembantu piutang dagang serta secara akurat telah diikhtisarkan dalam buku besar. g. Observasi Observasi adalah penggunaan indera perasa untuk menilai aktivitas – aktivitas tertentu. Sepanjang proses audit, terdapat banyak kesempatan bagi auditor untuk mempergunakan indera penglihatan, pendengaran, perasa, dan penciumannya dalam mengevaluasi berbagai item yang sangat beraneka ragam. Sebagai contoh, auditor dapat melakukan tur ke ruang pabrik atau kantor untuk memperoleh suatu pandangan umum akan berbagai fasilitas – fasiltas yang dimiliki oleh klien, mengamati apakah peralatan yang ada sudah banyak berkarat, sehingga ia dapat mengevaluasi apakah peralatan tersebut sudah usang atau belum. Kelayakan bukti audit yang diperoleh dari observasi sangatlah jarang dipenuhi karena terdapat suatu resiko bahwa para karyawan klien yang terlibat dalam aktivitas – aktivitas itu telah menyadari kehadiran sang auditor.
http://digilib.mercubuana.ac.id/