BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Sistem Informasi dan Teknologi Informasi Dewasa ini, sulit rasanya membayangkan sebuah organisasi atau perusahaan
yang belum terpengaruh oleh perkembangan sistem informasi berbasis komputer dan aplikasi-aplikasi komputer. Banyak organisasi dan perusahaan yang sudah menyadari manajemen sumber daya informasi mereka telah menjadi sama pentingnya dengan sumber daya utama lainnya seperti properti, prasarana-prasarana, peralatan, karyawan dan modal. Sistem informasi memiliki definisi dan pengertian yang berbeda dengan teknologi informasi (Whitten, 2001), di mana: !
Sistem Informasi (SI) adalah sebuah tatanan dari orang, data, antar-muka (interface) yang saling berinteraksi untuk mendukung dan meningkatkan operasional sehari-hari (day-to-day operation) dalam sebuah proses bisnis termasuk dalam mendukung pemecahan masalah (problem-solving) dan pemenuhan kebutuhan pengambilan keputusan (decision-making) bagi pihak manajemen maupun pemakai lainnya. Secara mudah dapat dikatakan SI mengumpulkan, mengolah lalu mentransformasikan data-data yang diperoleh dalam kegiatan sehari-hari perusahaan menjadi informasi yang berguna.
!
Teknologi informasi (TI) didefinisikan sebagai kombinasi dari teknologi komputer (perangkat keras dan lunak) dengan teknologi telekomunikasi (jaringan
6
data, gambar, dan suara) yang berfungsi memperluas kemampuan dan potensi pengembangan dari sistem informasi. Banyak organisai mempertimbangkan pentingnya SI dan TI dalam meningkatkan kemampuan mereka untuk bersaing ataupun memperoleh keuntungan kompetitif. Dan kebanyakan dari mereka menyadari semua karyawan berkepentingan untuk berpartisipasi dalam pengembangan SI dan bukan hanya kepentingan spesialis TI saja. Seiring dengan kemajuan perekonomian dunia yang demikian pesatnya menuju ke arah globalisasi, telah menyebabkan perkembangan yang cepat pula pada teknologi informasi dan sistem informasi. Untuk bidang TI, kemajuan ini tidak hanya mencakup perangkat keras saja tetapi juga meliputi perkembangan perangkat lunak komputer yang semakin beragam dan spesifik mengikuti kebutuhan komputasi dunia bisnis. Sedangkan untuk bidang SI, sebagian besar perkembangan masih meliputi usaha untuk membuat suatu sistem informasi yang dapat mengintegrasikan secara menyeluruh, lengkap, cepat, efisien, dan efektif dari semua proses transaksi yang terjadi selama berlangsungnya kegiatan operasi. Perancangan sistem informasi yang handal dan terintegrasi penuh ini tentu saja amat dibutuhkan oleh perusahaan terutama dalam menyongsong era globalisasi yang ditandai dengan peningkatan volume dan kecepatan proses transaksi dalam persaingan bisnis yang semakin meluas.
7
2.2
Sistem POS Salah satu wujud dari pemanfaatan sistem informasi berbasis komputer adalah
penerapan sistem POS dalam perusahaan. Sistem POS merupakan sistem komputerisasi untuk mencatat dan mengolah transaksi-transaksi penjualan serta manajemen persediaan. Umumnya sistem POS ini dipakai di pusat-pusat perbelanjaan. Sistem POS yang diterapkan di setiap perusahaan bisa berbeda-beda walaupun fungsi dari sistem POS itu sama yaitu untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam penyediaan informasi mengenai penjualan dan persediaan. Hal ini tergantung dari informasi yang ingin ditangkap oleh perusahaan dan jenis transaksi yang ada. Dengan demikian input, proses dan output dari sistem POS bisa berbeda untuk setiap perusahaan. Sistem POS Optik Melawai (sistem POS) dibuat oleh bagian TI perusahaan untuk mendukung kegiatan operasional di sentra-sentra penjualannya. Tentunya sistem ini berbeda dengan sistem POS yang diterapkan di perusahaan lain. Dilihat dari sisi perangkat keras, sistem POS ini terdiri dari sebuah perangkat komputer, printer, scanner untuk mempermudah pemasukan data, dan sebuah modem untuk keperluan pengiriman data. Dari sisi perangkat lunaknya, sistem POS ini terdiri dari modul-modul untuk melayani penjualan secara langsung (cash and carry), penjualan secara tidak langsung (melalui proses produksi sehingga membutuhkan waktu beberapa hari), perbaikan, pembayaran, serta transaksi untuk penerimaan barang. Data yang ditangkap oleh sistem POS ini adalah data barang yang dijual, data identitas pelanggan dan data mengenai ukuran mata pelanggan (resep). Sedangkan
8
output dari sistem POS ini adalah struk penjualan yang diberikan kepada pelanggan serta laporan-laporan untuk kepentingan internal seperti laporan penjualan, laporan persediaan barang, dan laporan penerimaan kas. Di samping fungsinya untuk kepentingan operasional di sentra-sentra penjualan, sistem POS ini berfungsi untuk efisiensi dan efektivitas pengiriman data ke kantor pusat untuk selanjutnya diolah untuk berbagai keperluan seperti analisis data dan penyiapan laporan bagi pihak manajemen. Dengan penerapan sistem POS ini waktu pengiriman data menjadi lebih efisien dan data semakin akurat.
2.3
Peranan Sistem Informasi bagi Perusahaan Dalam dunia industri modern, keberadaan sistem informasi sebagai salah satu
komponen perusahaan tidak dapat dipisahkan dari aktivitas bisnis itu sendiri, Kedua domain ini memiliki tingkat ketergantungan yang cukup tinggi dalam pembentukan karakteristik sebuah perusahaan. Bisnis melakukan drive terhadap sistem informasi, sedangkan sistem informasi merupakan enabler terhadap kinerja bisnis yang diharapkan. Secara prinsip, peranan sebuah sistem informasi berbeda dari satu perusahaan ke perusahaan lain. Menurut McFarlan (1983), ada dua hal yang menyebabkannya. Pertama, seberapa besar ketergantungan sebuah perusahaan atau organisasi terhadap keberadaan sistem informasi dan teknologi informasi dalam penciptaan produk dan jasa sehari-hari, dan yang kedua, seberapa besar potensi sistem informasi dan teknologi informasi dapat memberikan keuntungan kompetitif bagi perusahaan.
9
McFarlan (1983) mengelompokkan peranan sistem informasi di perusahaan atau organisasi menjadi empat kelompok. Kelompok pertama adalah support, yaitu sistem informasi atau teknologi informasi yang hanya berfungsi sebagai pendukung kinerja perusahaan dan tidak memiliki potensi yang besar dalam memberikan keunggulan kompetitif perusahaan. Kelompok kedua adalah factory, yaitu sistem informasi atau teknologi informasi yang tidak secara langsung memberikan keunggulan kompetitif kepada perusahaan, namun keberadaannya mutlak diperlukan. Kelompok ketiga memperlihatkan suatu fenomena yang cukup aneh, karena yang termasuk dalam jenis sistem ini adalah yang secara langsung dapat memberikan keunggulan kompetitif kepada perusahaan yang memilikinya. Namun secara prinsip, eksistensi perusahaan tersebut tidak bergantung kepada sistem informasi yang bersangkutan. Kelompok ini dinamakan turnaround. Kelompok yang terakhir adalah yang paling utama, yaitu sistem informasi yang secara signifikan memiliki nilai strategis bagi perusahaan. Tanpa sistem ini, perusahaan yang bersangkutan dapat gulung tikar di era globalisasi informasi ini. Kelompok ini disebut strategic. Adalah penting bagi seorang manajemen puncak untuk mengerti betul dan mendefinisikan secara jelas peranan masing-masing sistem informasi atau teknologi informasi yang dimiliki oleh perusahaan. Semuanya untuk mencegah terjadinnya kelebihan investasi yang dapat membengkakkan biaya overhead perusahaan atau kekurangan investasi yang dapat mengakibatkan opportunity loss.
10
2.4
Analisa Manfaat Terhadap Manajemen Teknologi Informasi Terdapat banyak alasan mengapa manajemen teknologi informasi (TI) telah
menjadi topik penting dalam kehidupan organisasi dan bisnis belakangan ini. Jawaban yang paling jelas adalah karena adanya peningkatan yang sangat cepat dalam hal pengeluaran untuk TI ini. Pengeluaran ini telah menghabiskan banyak sekali sumber daya organisasi tersebut terutama dalam hal dana investasi dan pengeluaran rutin yang turut meningkat akibat pengoperasian sistem komputer yang dimiliki. Selain itu, mereka telah mempekerjakan staf TI dalam jumlah besar, termasuk staf data entry, programmer, sistem analis, operator komputer, manajer komputer, direktur sistem informasi dan sebagainya. Walaupun perkembangan yang terjadi di bidang TI ini begitu pesat dan mempunya prospek bagus di masa mendatang, tetapi banyak juga yang meragukan akan keuntungan dan nilai tambah nyata yang diberikannya bagi organisasi. Banyak pula tumbuh pemikiran di kalangan manajemen tingkat atas mengenai tingkat efektivitas dari apa yang digambarkan sebagai investasi dan pengeluaran rutin yang terlalu besar ini bagi kegiatan operasional perusahaan. Banyak pemimpin perusahaan yang mulai merasa tidak nyaman dengan biaya pengeluaran TI dan meningkatkan kecemasan mereka karena ketidakmampuan mereka menemukan alat ukur yang tepat untuk menilai kinerja akibat nilai tambah yang dihasilkan TI ini. Seperti juga disebutkan banyak analis TI yang menyebutkan bahwa semakin sulitnya untuk memperkirakan nilai tambah TI dan usaha pencarian metodologi pengukuran yang tepat.
11
Pengaruh dari teknologi informasi termasuk di dalamnya pengembangan aplikasi-aplikasi sistem informasi (SI) dan nilai tambah yang dimilikinya telah memberikan kontribusi perubahan dalam banyak kegiatan perusahaan selama 40 tahun belakangan ini, yang dapat dibedakan menjadi tiga fase yaitu automate, informate, dan transformate. Untuk urutan waktu kejadian bersama-sama dengan dampak besar yang ditimbulkan kepada organisasi menurut Remenyi (1992) dapat didefinisikan sebagai berikut: !
Fase automate, penekanan utama dilakukan dengan mengurangi tenaga kerja manusia yang dibutuhkan untuk aspek-aspek manual dalam pekerjaan administrasi dan pembukuan. Hasil yang dapat dilihat langsung dalam fase ini adalah adanya pengurangan pekerjaan rutin dan membosankan, peningkatan dari penanganan surat-surat, faktur dan laporan, meningkatnya akurasi dari hasil pelayanan terhadap pelanggan, serta juga dalam beberapa hal dapat menurunkan beban biaya pengeluaran. Cara kerja sistem pada fase ini secara umum dapat dikategorikan sebagai Transaction Processing System (TPS). Namun nilai tambah yang disebutkan di atas menjadi bahan kontroversi karena ada yang berpendapat bahwa memang telah terjadi pengurangan tenaga kerja di bidang administrasi rutin tetapi malah dibutuhkan jenis-jenis tenaga kerja di bidang programmer dan sistem analis. Justru nilai tambah yang terjadi lebih digambarkan sebagai adanya peningkatan (efisiensi) dari proses administrasi tersebut, terutama berkenaan dengan menurunnya tingkat kesalahan, meningkatnya tingkat kepercayaan (reliability) proses, prestise perusahaan dan lain sebagainya.
12
!
Fase informate, komputer dipergunakan lebih untuk menghasilkan laporan manajemen yang bersifat lebih luas yang digunakan untuk memfasilitasi pelaksanaan manajemen yang lebih efektif sekaligus sebagai fungsi control terhadap perusahaan yang beroperasi. Usaha pertama yang dilakukan adalah dengan menciptakan paradigma baru mengenai Management Information System (MIS) yang dengan cepat diikuti oleh pertumbuhan fenomena Integrated Management Information System (IMIS) dan akhirnya oleh Totally Integrated Management Information System (TIMIS). Manfaat yang dapat dicapai pada fase komputerisasi ini melalui aplikasi-aplikasinya antara lain: kontrol persediaan barang dan manajemen produksi yang lebih baik, ramalan penjualan yang lebih mendekati kebenaran, manajemen kredit yang lebih tepat, dan sebagainya. Secara garis besar fase ini dikhususkan untuk meningkatkan efektivitas dari kegiatan proses bisnis, selain juga tetap melanjutkan usaha menaikkan efisiensi operasional perusahaan.
!
Fase transformate, sejak tahun 1970-an telah tumbuh kesadaran bahwa penerapan TI ini dalam beberapa hal dapat menimbulkan perubahan pada perilaku perusahaan melakukan bisnisnya termasuk juga di dalamnya adalah perubahan pola kebiasaan operasi alami perusahaan. Secara garis besar fase ini mengusahakan untuk melakukan transformasi secara menyeluruh dari fungsi bisnis tradisional ke arah penggunaan aplikasi bisnis berbasis Wide Area Networks (WAN) dan teknologi komunikasi data yang selanjutnya menuju peluang untuk terjadinya perdagangan secara elektronis.
13
Salah satu cara dalam proses manajemen dan evaluasi dari manfaat TI adalah dengan bagaimana organisasi memenuhi fungsi manajemen informasi yang unik dan biasanya tidak pernah diatur dengan baik sebelumnya. Hal ini terjadi karena banyak organisasi yang menyerahkan tanggung jawab mengukur dan mengatur manfaat SI ini kepada departemen TI. Memang benar bahwa departemen TI memainkan peranan penting dalam manajemen SI sehingga amatlah tepat bila departemen ini dianjurkan untuk terlibat dalam mengatur keberhasilan dari implementasi sistem. Beberapa hal penting yang perlu dicatat dalam usaha menerapkan SI di perusahaan, yaitu: !
Tidak semua aplikasi SI akan memberikan manfaat positif, malah sebaliknya beberapa aplikasi akan menghasilkan manfaat negatif. Dan keuntungan atau kerugian ini biasanya akan dicantumkan dalam laporan laba rugi atau di sisi capital pada neraca (balance sheet).
!
Walaupun manfaat nyata tidak langsung terlihat tetapi perusahaan harus tetap menjalankan proses operasi sistem dalam bisnisnya. Seperti perkiraan biasanya bahwa setelah 3 bulan rata-rata sistem telah terintegrasi dalam proses operasi bisnis dan perusahaan akan sangat bergantung padanya. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa seberapa besar biaya (cost) yang dapat ditanggung perusahaan sebagai akibat dari pemilikan sistem informasi tersebut. Pengukuran manfaat TI dan proses manajemennya merupakan pusat
konsentrasi pihak manajemen suatu bisnis. Seperti telah disebutkan di atas bahwa langkah pertama dalam mengukur manfaat TI dan manajemen dibutuhkan pengklarifikasian fungsi sistem TI menjadi Automate, Informate, dan Transformate.
14
Banyak sistem informasi yang memiliki beberapa fungsi sekaligus seperti misalnya aspek automate dan informate, atau aspek informate dan transformate. Langkah selanjutnya adalah menentukan satuan pengukuran yang tepat untuk masing-masing kategori fungsi ini. Bila sistem informasi memiliki fungsi lebih dari satu maka diperlukan pemisahan dari fungsi-fungsi yang berbeda itu, dan lalu menerapkan satuan pengukuran lainnya yang berbeda untuk setiap fungsi-fungsi tersebut. Akhirnya, langkah berikutnya dapat dilanjutkan dengan melakukan pengumpulan data dan kalkulasi mengenai keuntungan dan kerugian (costs and benefits analysis) dari teknologi dan sistem yang akan dikembangkan.
2.5
Efektivitas Sistem Informasi Penilaian kinerja yang dihasilkan oleh sistem informasi secara umum sama
dengan kriteria dan spesifikasi yang diharapkan dari proses penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi secara umum. Menurut Remenyi (1995), penilaian kinerja yang dihasilkan oleh sistem informasi dapat ditinjau dari dua segi, yaitu efisiensi dan efektivitas. Dalam melakukan penilaian terhadap tingkat efektivitas penggunaan TI dalam perusahaan dapat dilihat dari berbagai perspektif (Remenyi, 1995), yaitu : !
Bila dilihat dari pengamatan seorang akuntan, maka jawaban yang paling mungkin diberikan adalah berdasarkan pehitungan nilai Return On Investment (ROI). Hasil perhitungan ROI ini akan lebih baik bila dipergunakan juga untuk perbandingan dengan nilai biaya modal (cost of capital) atau dengan nilai ROI
15
dari total keseluruhan asset milik perusahaan. Mungkin akan lebih baik lagi bila nilai ROI ini diperbandingkan dengan standar nilai ROI rata-rata yang merupakan hasil pengolahan data dari perusahaan-perusahaan lain yang sejenis. !
Bila dilihat dari pengamatan pihak Manajemen Operasi, maka lebih menyangkut terhadap masalah manfaat yang telah diperoleh, kinerja dari sistem dan kemudian dibandingkan terhadap kinerja dari departemen lain dalam satu perusahaan atau terhadap perusahaan lainnya. Sekaligus juga meperhatikan hasil pengukuran nilai ROI dan pengaruhnya bagi kinerja operasi perusahaan.
!
Bila dilihat dari penilaian Direksi, maka fokus pengamatan akan diarahkan kepada isu seputar bagaimana penggunaan TI dapat meningkatkan kinerja kegiatan bisnis secara umum dan menyeluruh. Termasuk apakah sistem tersebut dapat turut andil dalam upaya menjalankan strategi perusahaan dan meningkatkan efektivitas pengeluaran biaya-biaya yang akhirnya dapat mecapai tujuan utama perusahaan.
Secara garis besar, efektivitas penggunaan TI maupun SI dapat didefinisikan sebagai perubahan dalam efektivitas operasi suatu organisasi sebagai hasil dari implementasi dan penggunaan Ti dan SI. Yang dimaksud efektivitas kegiatan operasi ini dapat berupa peningkatan produktivitas, peningkatan pelayanan pada pelanggan, peningkatan kualitas cara kerja, dan lain sebagainya.
16
Dilihat dari sudut pandang perusahaan, Northcraft & Neale (1994) berpendapat bahwa efektivitas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan dan misi perusahaan. Efektivitas suatu sistem informasi tidak ditentukan dari pengamatan (observasi) yang dilakukan oleh peneliti, namun dari opini rata-rata yang diberikan oleh user, developer, dan manajer.
2.5.1 Dimensi Efektivitas Sistem Informasi Menurut Munshi (1996), Ada tiga dimensi efektivitas sistem informasi, yaitu dimensi ruang lingkup, dimensi ukuran, dan dimensi paradigma sosial. Dimensi ruang lingkup menggambarkan seberapa luas konsep efektivitas akan diterapkan. Pada tingkat aplikasi, pengukuran efektivitas dapat diinterpretasikan sebagai design, usability, dan manfaat aplikasi. Pada tingkat perusahaan, pengukuran efektivitas dihubungkan dengan kebijakan, budget, sikap, dan opini tentang manajemen sistem informasi. Dimensi ukuran menyangkut tipe data yang dikumpulkan, metode pengumpulan data, dan cara interpretasi data. Dimensi ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu pengamatan pada variabel bisnis dan pengukuran variabel sikap dan perilaku. Pengukuran variabel sikap dan perilaku umumnya dilakukan melalui kuesioner untuk mengetahui pendapat user, developer, dan manajer dalam hal information satisfaction (tingkat kepuasan terhadap informasi yang dihasilkan), ulitilization (tingkat penggunaan sistem informasi oleh penggunanya untuk tujuan
17
yang seharusnya), dan performance (peningkatan kinerja fungsi bisnis yang ditunjang sistem informasi). Dimensi paradigma sosial memberikan kemungkinan bahwa tidak semua aktivitas bisnis hanya diinterpretasikan sebagai usaha untuk memaksimalkan keuntungan pemilik saja, melainkan ada pelaku lain yang ikut berperan antara lain manajer, karyawan, dan stakeholders. Efektivitas sistem informasi dinilai dari sisi perusahaan melalui ukuran kinerja bisnis, sedangkan dari sisi individual diukur melalui variabel perilaku, minat, dan pendapat (opini).
2.5.2 Ukuran Efektivitas Sistem Informasi Menurut Hussain (1992), sistem yang efektif adalah sistem yang dapat memenuhi harapan user. Dalam survei tentang efektivitas sistem informasi, umumnya faktor-faktor yang teliti adalah kesesuaian sistem dengan user needs, kesesuaian output yang dihasilkan program aplikasi dengan user requirements, kemudahan penggunaan sistem (user friendly), kepuasan user terhadap sistem informasi yang digunakan. Faktor-faktor tersebut mendasari pengukuran user satisfaction. Jika user puas dengan sistem yang digunakan maka sistem tersebut dapat dikatakan efektif. Remenyi (1995) mengemukakan bahwa penerapan sistem informasi yang efektif membutuhkan kerjasama yang harmonis antara top management, user, dan staf sistem informasi. Dalam pengukuran kepuasan user terhadap sistem informasi yang digunakan, Remenyi (1995) menekankan bahwa perlu diketahui persepsi user terhadap beberapa
18
variabel antara lain: prosedur input dan output, kemampuan sistem pemrosesan data, kecepatan respon, kualitas pelayanan, kualitas staf TI, pelatihan yang diberikan, kualitas dokumentasi. Selain itu perlu juga diketahui persepsi terhadap faktor-faktor organisasi misalnya: top management involvement, dan user participation.
2.6
Kinerja Sistem Sistem informasi dianggap efektif bila kinerja atau performance sistem
informasi tersebut dapat memenuhi harapan user. Hussain (1992) berpendapat bahwa kinerja sistem informasi diukur dari system availability, kualitas, ketepatan waktu, akurasi dan keterandalan sistem. # Availability digambarkan sebagai ketersediaan sistem untuk dapat digunakan tanpa gangguan. Jika down time semakin rendah berarti efektivitas sistem semakin tinggi. # Kualitas secara umum diukur dari kepuasan user, faktor yang mempengaruhi kepuasan user antara lain : !
Kemudahan pemakaian
!
Keamanan dan kerahasiaan data
!
Dukungan teknis terhadap user
!
Kelengkapan, kemudahan dibaca, dan dokumentasi
!
Kepercayaan / keyakinan user terhadap sistem
!
Kemudahan pemeliharaan dan up-grade sistem
!
Portability dan reusability
19
!
Kemudahan audit dan pengujian sistem
# Ketepatan waktu ada 3 pengukuran yaitu : turnaround time, response time, dan schedule adherence. # Akurasi dapat diartikan dengan tidak adanya error. # Keterandalan hampir sama dengan ketersediaan namun lebih spesifik karena selain sistem siap digunakan tanpa gangguan juga harus menghasilkan output yang akurat.
Dari sudut pandang user, Wu (2001) berpendapat bahwa ketidakstabilan sistem atau lamanya waktu yang dihabiskan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dapat sangat menjengkelkan. Jika hal ini terjadi berulang kali maka dapat mengakibatkan rasa frustasi yang berkelanjutan tanpa adanya perbaikan kinerja sistem akan mengakibatkan user meninggalkan sistem tersebut dan menolak untuk menggunakannya lagi. Oleh sebab itu sistem yang akan diterapkan harus diuji secara mendalam terlebih dahulu sebelum diserahkan kepada user untuk menghindarkan penolakan yang tidak diinginkan sehingga penerapan sistem komputerisasi dapat lebih efektif.
2.7
Motivasi Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2000), motivasi adalah suatu
emosi atau keinginan yang mendasari seseorang untuk melakukan aktivitas. Menurut Robbins (2001), motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang
20
tinggi untuk tujuan-tujuan organisasai, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi sesuatu kebutuhan individual. Dilihat dari perspektif manajer, motivasi adalah keinginan dari karyawan untuk memberikan kontribusi dalam mencapai objektif organisasi. Kunci dari motivasi adalah membuat karyawan mengerjakan pekerjaannya. Terdapat beberapa teori motivasi, beberapa di antaranya akan diuraikan di bawah ini. a. Teori X dan Teori Y Teori X dan Teori Y diperkenalkan oleh Douglas McGregor (Robbins, 2001) yang mengemukakan dua pandangan yang jelas berbeda mengenai manusia. Teori X adalah pandangan negatif dan Teori Y adalah pandangan positif. Menurut Teori X, ada empat pengandaian yang dipegang oleh manajer yaitu: 1. Karyawan secara inheren (tertanam dalam dirinya) tidak menyukai kerja dan bilamana dimungkinkan, akan mencoba menghindarinya. 2. Karena karyawan tidak menyukai kerja, mereka harus dipaksa, diawasi, atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan. 3. Karyawan akan menghindari tanggung jawab dan mencari pengarahan formal bilamana dimungkinkan. 4. Kebanyakan karyawan menaruh keamanan di atas semua faktor lain yang dikaitkan dengan kerja dan akan menunjukkan sedikit saja ambisi. Sedangkan Teori Y adalah sebagai berikut: 1. Karyawan dapat memandang kerjasama dengan sewajarnya seperti istirahat atau bermain.
21
2. Orang-orang akan menjalankan pengarahan diri dan pengawasan diri jika mereka commit pada sasaran. 3. Rata-rata orang dapat belajar untuk menerima, bahkan mengusahakan tanggung-jawab. 4. Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif tersebar meluas dalam populasi dan tidak hanya milik dari mereka yang berada dalam posisi manajemen.
b. Teori Motivasi-Higiene Teori ini dikemukakan oleh psikolog Frederick Herzberg (Mathis and Jackson, 2000). Menurutnya hubungan seorang individu dengan pekerjaannya merupakan suatu hubungan dasar dan bahwa sikapnya terhadap kerja dapat menentukan sukses atau kegagalan individu. Terdapat beberapa faktor intrinsik seperti prestasi, pengakuan, kerja itu sendiri, tanggung-jawab, kemajuan, dan pertumbuhan yang dikaitkan dengan kepuasan kerja. Faktor Higiene seperti kebijakan dan administrasi perubahan, penyeliaan, hubungan antar pribadi, kondisi kerja dan gaji.
22