BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Metode Pembelajaran Peer Teaching a. Pengertian Metode Pembelajaran
Menurut Roestiyah dalam Zain (2010) metode adalah salah satu alat atau cara untuk mencapai tujuan. Pembelajaran adalah rangkaian peristiwa yang mempengaruhi pembelajaran sehingga proses belajar dapat
berlangsung
dengan
mudah
(Majid,
2013).
Metode
pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan dalam menjalankan fungsinya dan merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran (Uno, dkk 2015). b. Metode pembelajaran peer teaching (tutor sebaya)
Metode pembelajaran peer teaching (tutor sebaya) merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan seorang siswa kepada siswa lainnya agar siswa tersebut lebih memahami materi pembelajaran (Majid, 2013). Metode pembelajaran peer teaching dilakukan dengan mengajar teman sebaya dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik. Secara tidak langsung, siswa tersebut menjadi narasumber atau guru bagi temannya yang lain (Jalil, 2014). Pembelajaran peer teaching merupakan pembelajaran kooperatif yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja 1
2
sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi asah, asih, dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (learning community) (Sugiyanto 2009). Pembelajaran mengacu pada metode pembelajaran di mana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar (Huda, 2015). Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa peserta didik akan lebih menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya (Trianto, 2007). Menurut Susilowati (2009) menyatakan bahwa peer teaching (tutor sebaya) adalah seorang murid membantu belajar murid lainnya dengan tingkat kelas yang sama sedangkan menurut Sawali dalam Hafizah (2007), tutor sebaya adalah seorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar dengan memanfaatkan teman sekelas yang mempunyai kemampuan lebih untuk membantu teman-temannya dalam melaksanakan suatu kegiatan atau memahami suatu konsep. Menurut Zain (2010) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih tutor sebaya yaitu dapat diterima atau disetujui oleh siswa lain sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut atau enggan untuk bertanya, dapat menerangkan materi yang diperlukan oleh siswa yang menjadi tutee, memiliki daya kreatifitas yang cukup untuk memberikan bimbingan, mempunyai kepandaian dan kecakapan yang
3
lebih unggul daripada yang lain, dan memiliki kesadaran untuk membantu teman. Metode pembelajaran peer teaching memiliki perbedaan terhadap metode pembelajaran konvensional yang biasa digunakan dalam proses belajar mengajar dalam hal ini pembelajaran keterampilan. Pembelajaran konvensional dalam skills lab langsung digunakan dengan menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa. Penyusunan waktu yang digunakan juga harus efisien, sehinggga guru dapat merancang dengan tepat waktu (Uno, dkk 2015). Pembelajaran ini biasa dilakukan oleh guru dalam proses belajar mengajar di kelas, kegiatan proses belajar mengajar lebih sering diarahkan pada aliran informasi dari guru ke siswa. Pembelajaran ini berupa guru mendemonstrasikan prosedur, memberikan
bimbingan,
mengecek
pemahaman,
memberikan
kesempatan untuk latihan lanjutan, dan evaluasi ketercapaian (Jalil, 2014). Langkah-langkah pelaksanaannya menurut Huda (2013) adalah sebagai berikut : 1) Orientasi
Pada tahap orientasi dosen menentukan materi pelajaran, meninjau pelajaran sebelumnya, menentukan pelajaran, dan menentukan prosedur pengajaran.
4
a) Presentasi
Pada tahap presentasi, dosen menjelaskan konsep atau keterampilan yang akan dijelaskan, dalam hal ini keterampilan pemasangan IUD. b) Praktik terstruktur
Pada tahap ini, dosen menuntun kelompok mahasiswa dengan contoh praktik dalam beberapa langkah, mahasiswa
merespon
memberikan
koreksi
pertanyaan terhadap
dan
kesalahan
dosen serta
memperkuat praktik yang telah benar. c) Praktik di bawah bimbingan dosen
Pada tahapan ini, mahasiswa praktik secara semi independent dan dosen meminta mahasiswa untuk melakukan praktik. d) Praktik mandiri
Pada tahapan ini, mahasiswa melakukan praktik secara mandiri dan dosen menunda respon balik dan memberikannya di akhir rangkaian praktik
c.
Keuntungan dan kesulitan metode pembelajaran peer teaching Ada beberapa keuntungan dari metode pembelajaran peer teaching, diantaranya :
5
1) Memupuk rasa kerja sama dan saling membantu 2) Meningkatkan kemampuan baik bagi tutor maupun murid yang
ditutori 3) Membentuk rasa bangga pada diri anak atau orang yang menjadi
tutor 4) Menjadi teladan bagi peserta didik lainnya 5) Bagi peserta didik yang ditutori akan lebih mudah karena tutor
akan menjalaskan dengan bahasa yang mudah dipahami (Djalil, 2011). 6) Bagi tutor, pekerjaan tutoring akan memperkuat konsep yang
sedang dibahas sehingga seolah-olah telah menelaah serta menghafalkannya kembali (Mulyati, 2010). Kesulitan metode pembelajaran peer teaching (tutor sebaya) antara lain: 1) Peserta didik yang menjadi tutor mempunyai tugas dan kewajiban
sendiri yaitu belajar sebagaimana peserta didik lain 2) Sulit untuk menata tutor karena dia harus seperti guru, yang
mampu menguasai mata pelajaran dan menguasai temantemannya (Djalil, 2011) 3) Bagi guru, sukar untuk menentukan seorang tutor yang tepat bagi
seorang atau beberapa orang siswa yang pandai atau cepat dalam tempo belajar dapat mengajarkan kembali pada temannya (Mulyati, 2010)
6
d. Tahapan metode pembelajaran peer teaching (tutor sebaya)
Menurut Majid (2013), BKKBN (2008) langkah-langkah metode pembelajaran peer teaching (tutor sebaya) adalah sebagai berikut : d.i.1)
Persiapan
d.i.1.a)
Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang
hendak dicapai d.i.1.b)
Pembimbing memberikan gambaran atau penjelasan
masalah yang akan diberikan d.i.1.c)
Pembimbing menetapkan pemain yang akan terlibat
dengan memilih beberapa perserta didik untuk dijadikan tutor dan menetapkan peserta didik lain untuk dijadikan tutee dalam bentuk kelompok kecil d.i.1.d)
Pembimbing memberikan kesempatan kepada tutor
terpilih untuk bertanya d.i.2)
Pelaksanaan
d.i.2.a)
Pembimbing
memberikan
bimbingan
intensif
kepada peserta didik yang menjadi tutor terkait materi maupun praktik yang akan dilakukan d.i.2.b)
Memberikan kesempatan kepada masing-masing
peserta didik yang akan menjadi tutor untuk mencoba
7
melakukan apa yang telah diajarkan pembimbing dan mencoba menyampaikan ke sesama tutor d.i.2.c)
Memberikan kesempatan kepada masing-masing
peserta didik yang menjadi tutor untuk melakukan apa yang telah diajarkan pembimbing dan menyampaikan kepada tutee sebagai anggota kelompok d.i.2.d)
Memberikan kesempatan kepada masing-masing
mahasiswa tutee untuk bertanya. Sekali-kali, melempar pertanyaan peserta untuk dijawab oleh peserta lain dan memberikan pujian kepada peserta yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar serta mencoba untuk melakukan praktik yang telah diajarkan dan dimonitor oleh peneliti dan dosen. d.i.3)
Penutup
d.i.3.a)
Pembimbing
memberikan
kesempatan
kepada
peserta didik untuk mengungkapkan hambatan dan kesulitan yang dialami selama proses pembelajaran berlangsung d.i.3.b)
Merumuskan kesimpulan
2. Keterampilan Pemasangan IUD a. Keterampilan
Keterampilan
menurut
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia
merupakan kecakapan dan kemampuan untuk menyelesaikan tugas. Keterampilan adalah tindakan yang memerlukan aktivitas gerak dan
8
harus dipelajari agar mendapatkan bentuk yang benar. Ada 3 jenis kemampuan dasar yaitu bersifat kemampuan manusia (human skill), kemampuan teknis (technical skill), dan kemampuan membuat konsep (conceptual skill) (Schein dalam Sukiarko, 2007). Dalam hal ini, kemampuan mahasiswa
dalam keterampilan pemasangan IUD
termasuk ke dalam kemampuan teknik yaitu kemampuan untuk menggunakan alat, prosedur, tindakan, dan teknik yang berhubungan dengan keterampilan pemasangan IUD. Mahasiswa
yang
telah
mengalami
stimulus,
kemudian
mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang telah diketahui, proses selanjutnya diharapkan dapat melaksanakan atau mempraktikkan
apa
yang
telah
diketahui
dan
disikapinya
(Notoadmodjo, 2007). Dalam melakukan keterampilan pemasangan IUD diperlukan keahlian khusus yang harus dilatih secara kompeten. Melakukan pemasangan IUD termasuk dalam standar kompetensi bidan standar yang terdapat dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 (Kepmenkes, 2010). Salah satu standar kompetensi inti seorang bidan ke-2 adalah dalam hal pra konsepsi, KB, dan ginekologi yaitu bidan memberikan pelayanan KB yang tersedia sesuai kewenangan dan budaya masyarakat. Disebutkan dalam poin keterampilan dasar bahwa
9
seorang bidan perlu memiliki keterampilan dasar dalam melakukan pemasangan AKDR . Dalam permenkes No.900/MENKES/SK/VII/2002, telah diatur tentang Pelapor dan Registrasi Bidan bahwa bidan yang menjalankan program
pemerintah
mendapat
kewenangan
tambahan
untuk
melakukan pelayanan kesehatan, salah satunya pemberian alat kontrasepsi dalam rahim. (Kepmenkes, 2010). b. Pemasangan IUD b.i.1)
Pengertian IUD IUD merupakan alat kontrasepsi yang sangat efektif,
reversibel, dan berjangka panjang. Dapat digunakan oleh semua perempuan usia reproduksi serta tidak boleh digunakan oleh perempuan yang terpapar infeksi menular seksual (Saifuddin, 2010). Terdapat beberapa macam IUD antara lain lippes loop (bentuk seperti spiral), cooper-T (bentuk seperti huruf Y dan dililit tembaga, dan multi load (berbentuk seperti pohon kelapa atau kipas terbuka dan dililit tembaga (Yuhedi dkk, 2014). Beberapa keuntungan dari penggunaan alat kontrasepsi IUD yaitu sangat efektif (0,6-0,8 kehamilan per 100 perempuan dalam 1 tahun pertama), efektif, jangka panjang, tidak mempengaruhi hubungan seksual, tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. IUD juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya tidak dapat
10
mencegah
infeksi
menular
seksual,
perdarahan
diantara
menstruasi, serta pencabutan IUD hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih (Setiyaningrum dkk, 2014). b.i.2)
Mekanisme kerja IUD adalah Sebagai metode biasa (yang dipasang sebelum hubungan
terjadi), IUD mengubah transportasi tuba dalam rahim dan mempengaruhi sel telur dan sperma sehingga pembuahan tidak terjadi. Sebagai kontrasepsi darurat (yang dipasang setelah hubungan seksual terjadi), IUD mencegah terjadinya implantasi atau penyerangan sel telur yang telah dibuahi ke dalam dinding rahim. (Handayani, 2010; Arum, 2009). b.i.3)
Cara Pemasangan IUD
a) Jelaskan
pada klien apa yang akan dilakukan dan
mempersilahkan
klien
untuk
mengajukan
pertanyaan.
Sampaikan kepada klien kemungkinan timbul rasa nyeri saat pemasangan dan petugas akan menjelaskan kembali hal tersebut,
saat
pemasangan.
Pastikan
klien
telah
mengosongkan kandung kemihnya. b) Periksa genetalia eksterna, pemeriksaan inspekulo, dan
pemeriksaan panggul. Hal ini dilakukan untuk memeriksa adanya ulkus, pembengkakan kelenjar Bartolini, serta untuk menentukan besar dan posisi uterus
11
c) Lakukan pemeriksaan makroskopik (bila tersedia dan ada
indikasi) d) Masukkan spekulum dan usap vagina dan serviks dengan
larutan antiseptik. Gunakan tenakulum untuk menjepit serviks e) Masukkan sonde uterus untuk menentukan posisi uterus dan
kedalaman kavum uteri f) Lepaskan sarung tangan dan rendam dalam larutan klorin,
kemudian masukkan lengan AKDR Copper T 380A di dalam kemasan sterilnya g) Buka sebagian plastik penutup dan lipat ke belakang,
masukkan pendorong ke dalam tabung inserter tanpa menyentuh benda tidak steril, letakkan kemasan pada tempat datar h) Atur letak leher biru pada tabung inserter sesuai dengan
kedalaman kavum uteri. i)
Pegang dan tahan kedua ujung lengan AKDR dari atas penutup transparan dengan jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri, dorong tabung inserter sampai ke pangkal lengan akan melipat. Angkat sedikit tabung inserter, dorong, dan putar.
j)
Buka seluruh penutup transparan dengan hati-hati. Sebelum dipasang, tabung inserter jangan sampai jatuh ke permukaan yang tidak steril agar tidak terkontaminasi.
12
k) Pakai sarung tangan kembali l)
Tarik tenakulum (yang masih menjepit seviks sesudah melakukan sonde uterus) sehingga kavum uteri, canalis servikalis, dan vagina berada dalam satu garis lurus. Masukkan dengan pelan dan hati-hati tabung inserter ke dalam canalis servikalis dengan mempertahankan posisi leher biru dalam arah horizontal. Sesuai dengan arah dan posisi kavum uteri, dorong tabung inserter sampai ke leher biru menyentuh serviks atau sampai terasa ada tahanan dari fundus uteri. Pastikan leher biru tetap dalam posisi horizontal
m) Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu
tangan, sedang tangan lain menarik tabung sampai pangkal pendorong. Dengan cara ini lengan AKDR akan berada tepat di fundus. n) Keluarkan pendorong, setelah itu dorong kembali tabung
inserter dengan pelan dan hati-hati sampai terasa ada tahanan fundus. o) Keluarkan sebagian tabung inserter dari canalis servikalis.
Pada waktu benang tumpak keluar sepanjang 3-4 cm, potong benang tersebut menggunakan gunting mayo yang tajam p) Lepaskan tenakulum dan spekulum dengan hati-hati. Bila
terdapat perdarahan banyak dari tempat bekas jepitan tenakulum, usap dengan kasa sampai perdarahan berhenti.
13
q) Buang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi sebelum
melepas sarung tangan. Bersihkan permukaan meja peralatan, ranjang ginekologi yang terkontaminasi dengan larutan klorin 0,5 % r) Lakukan dekontaminasi alat-alat dan sarung tangan dengan
segera setelah selesai dipakai. s) Ajarkan pada klien bagaimana memeriksa benang AKDR
(dengan menggunakan model bila tersedia). Minta klien menungggu di klinik selama 15-30 menit setelah pemasangan AKDR (Affandi, 2012). b.i.4)
Penilaian Keterampilan Pemasangan IUD Penilaian hasil keterampilan dilakukan dengan membuat
instrumen untuk mengamati unjuk kerja atau hasil praktik peserta dengan menggunakan lembar observasi atau portofolio. Lembar observasi adalah lembar yang digunakan untuk mengobservasi keberadaan
satu
benda
atau
kemunculan
aspek-aspek
keterampilan praktik. Lembar observasi ini dapat berbentuk daftar tilik (checklist) atau skala penilaian (rating scale). Daftar tilik (checklist) berupa daftar pertanyaan atas pernyataan yang jawabannya tinggal memberikan centang (check) pada jawaban yang sesuai dengan aspek yang diamati. Skala penilaian adalah lembar yang digunakan untuk menilai unjuk kerja peserta didik atau menilai kualitas pelaksanaan aspek-
14
aspek keterampilan yang diamati dengan skalat tertentu, misalkan skala 1-5, sedangkan portofolio adalah kumpulan pekerjaan peserta didik yang teratur dan berkeseinambungan sehingga peningkatan kemampuan peserta didik dapat diketahui untuk menuju satu kompetensi tertentu (Depdiknas, 2010). Penilaian keterampilan dilakukan dengan menggunakan lembar daftar tilik (checklist) pemasangan IUD. Cara penilaian adalah dengan menilai tindakan mahasiswa sesuai dengan kriteria penilaian yang telah tercantum pada lembar daftar tilik (checklist). Berikut merupakan rentang skor nilai skala 1-100 Tabel 2.1 Rentang Skor Nilai 1-100 Sumber : SK Rektor UNS No. 644 Tahun 2015 Rentang Nilai Huruf Keterangan (1-100) ≥90 A Sangat Baik 80-89 A75-79 B+ Baik 70-74 B 67-69 B64-66 C+ Cukup 60-63 C 50-59 D Kurang <50 E 3. Pengaruh Metode Pembelajaran peer teaching
Metode pembelajaran peer teaching (tutor sebaya) merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan seorang siswa kepada siswa lainnya dan salah satu siswa tersebut lebih memahami materi pembelajaran (Majid, 2013). Metode pembelajaran peer teaching tidak sama dengan
15
sekedar belajar dalam kelompok. Pelaksaanaan dengan benar, akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif (Suprijono, 2009). Dalam kelas tutor sebaya, tugas dosen adalah sebagai fasilitator, mediator, motivator, dan evaluator (Isjoni, 2012). Menurut Susilowati (2009) tutor sebaya adalah seorang murid yang membantu murid lain dengan tingkat kelas yang sama. Tutor sebaya dilakukan dengan memberdayakan kemampuan siswa yang memiliki daya serap tinggi, siswa tersebut mengajarkan materi kepada teman-temannnya yang belum paham sehingga memenuhi ketuntasan belajar. Diharapkan dengan adanya tutor sebaya, peserta didik yang kurang aktif menjadi aktif karena tidak malu untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat secara bebas kepada teman sebayanya. Peserta didik yang belajar dari peserta didik lain yang memiliki status dan umur yang sama, kematangan yang tidak jauh berbeda, maka dia tidak akan merasa begitu terpaksa untuk menerima ide-ide dan sikapsikap dari teman sebayanya (Suherman dalam Ika, 2006). Dengan perasaan bebas yang dimiliki itu, maka diharapkan siswa dapat lebih aktif dalam berkomunikasi sehingga dapat mempermudah mereka dalam memahami konsep/materi yang sedang diajarkan dalam hal ini keterampilan pemasangan IUD. Dalam pembelajaran ini, siswa ikut terlibat aktif dalam memahami materi.
16
Gagne dalam depdiknas (2010) berpendapat bahwa kondisi yang dapat mengoptimalkan hasil belajar keterampilan ada 2 macam yaitu kondisi internal dan eksternal. Untuk kondisi internal yang dapat dilakukan dengan cara mengingat kembali bagian dari keterampilan yang sudah dipelajarai dan mengingat langkah-langkah gerakan yang telah dikuasai. Dengan setiap mahasiswa melakukan praktik pada setiap keterampilan yang dipelajari, diharapkan mereka mampu mengingat langkah-langkah
gerakan
yang
telah
dikuasai
sehingga,
dapat
meningkatkan hasil belajar mengenai keterampilan pemasangan IUD. Roscoe dan Chi (2007) menjelaskan bahwa dalam pembelajaran dengan tutor sebaya, tutor diharapkan menggunakan kemampuannya untuk memberikan pengajaran dan mengarahkan tutee untuk mencapai solusi dan pemahaman sesuai target pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam proses pembelajaran dengan metode tutor sebaya ini terjadi proses membangun dan memberitahukan pengetahuan. Tutor dalam kelompok akan mendapatkan manfaat ketika dia memberikan penjelasan kepada tutee. Ketika tutor memberikan penjelasan pada tutee, tutor melakukan pengintegrasian konsep dan prinsip serta memunculkan ide baru. Selain itu, ketika tutee mengajukan pertanyaan yang spesifik dan mendalam, hal itu
akan
mendukung
tutee
dalam
merefleksikan
pengembangan
pengetahuan, dimana tutor berperan membantu proses ini sekaligus juga menguatkan pemahamannya
17
Berdasarkan kutipan diatas, maka penggunaan model tutor sebaya ini selain dapat meningkatkan kecakapan siswa dalam berkomunikasi, juga dapat memberikan solusi kepada siswa dalam meningkatkan hasil belajar keterampilan dalam hal ini keterampilan pemasangan IUD. B. Kerangka Konsep
18
Gambar 1. Kerangka Konsep Metode Pembelajaran Peer Teaching Keterangan : : variabel bebas dan variabel terikat : variabel Perancu
C. Hipotesis
Ada pengaruh metode pembelajaran peer teaching terhadap hasil keterampilan pemasangan IUD di D III Kebidanan UNS