BAB II LANDASAN TEORI
A.
Pengertian Break Even Point (BEP)
Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam operasinya tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau dengan kata lain total biaya sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba dan tidak ada rugi. Atau dengan kata lain Break even point adalah suatu tehnik atau cara yang digunakan oleh pihak manajemen perusahaan dalam mencari voulume penjualan yang harus dicapai agar tidak mengalami rugi dan tidak berlaba. Ada beberapa pengertian yang telah dikemukakan oleh para ahli mengenai arti sebenarnya dari break even point tersebut diantaranya adalah : a. “ Break Even Point adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total pengeluaran atau biaya, titik dimana laba sama dengan nol “ Mowen ( 2006:274). b. “ Break Even Point adalah volume penjualan dimana pendapatan dan jumlah bebannya sama, tidak terdapat laba maupun rugi bersih “ Horngren ( 2005:75 ). c. “ Break Even Point adalah tingkat penjualan dimana laba sama dengan nol, atau total penjualan sama dengan total beban atau titik dimana total margin kontribusi sama dengan total beban tetap “ Garrison ( 2006:335 ).
8
9
d. Break Even Point adalah suatu keadaan dimana perusahaan yang pendapatan penjualannya sama dengan total jumlah biayanya atau besarnya kontribusi margin, sama dengan total biaya tetap, dengan kata lain perusahaan ini tidak untung dan tidak rugi ( Bustam, 2006:208 ). Dari definisi – definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa analisa break even mempelajari hubungan antara, biaya keuntungan dan volume kegiatan, dan dapat digunakan untuk mengetahui pada volume penjualan berapakan perusahaan akan impas menutupi biaya – biaya. Dan suatu perusahaan dikatakan Break Even Point yaitu apabila setelah disusun perhitungan laba – rugi untuk suatu periode tertentu, perusahaan tersebut tidak mendapatkan keuntungan dan menderita kerugian. Dalam analisa Break Even Point dapat diketahui hubungan antara volume produksi, volume penjualan, harga jual, biaya produksi, biaya variabel, biaya tetap serta laba dan rugi. Analisa ini juga mempelajari seberapa besar biaya dan volume penjualan akan berpengaruh jika ada kenaikan atau perubahan laba. Salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan sesuai dengan pertumbuhan perusahaan. Untuk mencapai laba yang semaksimal mungkin dapat dilakukan dengan tiga langkah sebagai berikut, yaitu : 1. Menekan biaya produksi maupun biaya operasional serendahrendahnya dengan mempertahankan tingkat harga, kualitas dan kuantitas. 2. Menentukan harga dengan sedemikian rupa sesuai dengan laba yang dikehendaki.
10
3. Meningkatkan volume kegiatan semaksimal mungkin. Dari ketiga langkah-langkah tersebut diatas tidak dapat dilakukan secara terpisah-pisah karena tiga faktor tersebut mempunyai hubungan yang erat dan saling berkaitan. Pengaruh salah satu faktor akan membawa akibat terhadap seluruh kegiatan operasi. Oleh karena itu struktur laba dari sebuah perusahaan sering dilukiskan dalam Break Even Point, sehingga mudah untuk memahami hubungan antara biaya, volume kegiatan dan laba.
B.
Kegunaan Analisis Break Even Point
Sebelumnya telah dikemukakan bahwa analisa Break Even Point adalah suatu cara atau tehnik untuk mengetahui hubungan antara penjualan, produksi, harga jual, biaya yang terjadi dan laba perusahaan, dengan adanya informasi diatas maka teknik titik impas dapat digunakan untuk menetapkan sasaran dan tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya dalam prosesn perencanaan anggaran. Hal tersebut sangat penting bagi pimpinan perusahaan untuk mengetahui pada tingkat produksi berapa jumlah biaya akan sama dengan jumlah penjualan , sehingga memudahkan bagi pimpinan untuk mengambil kebijaksanaan. Adapun manfaat Break Even Point menurut Carter ( 2006:270 ) adalah sebagai berikut : 1. Membantu memberikan informasi maupun pedoman kepada manajemen dalam memecahkan masalah-masalah lain yang dihadapinya, misalnya
11
masalah penambahan atau penggantian fasilitas pabrik atau investasi dalam aktiva tetap lainnya. 2. Membantu manajemen dalam mengambil keputusana menutup usaha atau tidak serta memberikan informasi kapan sebaiknya usaha tersebut diberhentikan/ditutup. Sedangkan manfaat atau kegunaan dari Break Even Point menurut (Bustam, 2006:208) adalah : 1. Untuk mengetahui jumlah penjualan minimum yang harus dipertahankan perusahaan agar tidak mengalami kerugian. 2. Mengetahui jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh tingkat keuntungan tertentu. 3. Mengetahui seberapa jauh berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita kerugian. 4. Mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan. 5. Menetukan bauran produk yang diperlukan untuk mencapai jumlah laba yang ditargetkan. Analisis Break Even Point berguna apabila beberapa asumsi dasar dipenuhi. Asumsi-asumsi tersebut adalah : 1. Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dikelompokan dalam biaya variabel dan biaya tetap.
12
2. Besarnya biaya variabel secara total berubah-ubah secara proporsional dengan volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya variabel per unitnya adalah tetap. 3. Besarnya biaya tetap secara total tidak berubah meskipun ada perubahan volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya berubah-ubah karena adanya perubahan volume kegiatan. 4. Jumlah unit produk yang terjual sama dengan jumlah per unit produk yang diproduksi. 5. Harga jual produk per unit tidak berubah dalam periode tertentu. 6. Perusahan hanya memproduksi satu jenis produk, apabila lebih dari satu jenis komposisi masing-masing produk dianggap konstan (tetap). Analisa Break even point juga dapat digunakan oleh pihak manajemen perusahaan dalam berbagai pengambilan keputusan antara lain mengenai : 1. Jumlah minimal produk yang harus terjual agar perusahaan tidak mengalami kerugian. 2. Jumlah penjualan yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. 3. Besarnya penyimpanan penjualan berupa penurunan volume yang terjual agar perusahaan tidak menderita kerugian. 4. Untuk mengetahui efek perubahan harga jual, biaya maupun volume penjualan terhadap laba yang diperoleh.
13
Break Even Point juga dapat digunakan dengan dalam tiga cara terpisah, namun ketiganya saling berhubungan, yaitu untuk : 1. Menganalisa program otomatisasi dimana suatu perusahaan akan beroperasi secara lebih mekanis dan otomatis dan mengganti biaya variabel dengan biaya tetap. 2. Menelaah dampak dari perluasan tingkat operasi secara umum. 3. Untuk membuat keputusan tentang produk baru yang harus dicapai jika perusahaan menginginkan Break Even Point dalam suatu proyek yang diusulkan. Dalam analisa laporan keuangan kita dapat menggunakan rumus Break Even Point untuk mengetahui : a. Hubungan antara penjualan biaya dan laba. b. Untuk mengetahui struktur biaya tetap dan biaya variabel. c. Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan batas dimana perusahaan tidak mengalami laba dan rugi. d. Untuk mengetahui hubungan antara cost, volume, harga dan laba. Analisa break Break Even Point memberikan penerapan yang luas untuk menguji tindakan-tindakan yang diusulkan dalam mempertimbangkan alternatifalternatif atau tujuan pengambilan keputusan yang lain. Analisa Break Even Point tidak hanya semata-mata untuk mengetahui keadaan perusahaan yang break even saja, akan tetapi analisa Break Even Point mampu memeberikan informasi kepada pimpinan perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta
14
hubungan dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan. Sedangkan kegunaan Break Even bagi manajemen, yaitu :
1. Analisa Break Even dan Keputusan Penambahan Investasi Hubungan antara biaya, volume dan laba juga akan dapat membantu atau memberikan informasi maupun pedoman kepada manajemen dalam memecahkan masalah – masalah lain yang dihadapinya. Misalnya masalah penambahan atau penggantian fasilitas pabrik atau investasi dalam aktiva tetap lainnya : apakah penambahan / penggantian aktiva tetap ini memungkinkan ditinjau dari segi ekonomi ? atau apakah dengan penambahan / penggantian.
2. Kegunaan lain dari analisa Break Even bagi Manajer adalah bantuannya dalam mengambil keputusan menutup usaha atau tidak ( dapat menberikan informasi kapan sebaiknya usaha tersebut dihentikan saja ). Kapan sebaiknya suatu usaha tersebut dihentikan saja ? untuk menjawab pertanyaan tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan analisa break even. Padatingkat break even perusahaan tidak memperoleh keuntungan karena jumlah penghasilan sama dengan jumlah biaya, tetapi suatu perusahaan yang selalu break even tidak harus ditutup, karena dalam keadaan break even tersebut perusahaan masih mendapatkan sisa uang ( jumlah penerimaan uang lebih besar daripada pengeluarannya ). Hal ini dapat terjadi karena biaya yang terjadi dalam suatu periode pada dasarnya terdiri dari biaya tunai yaitu biaya yang memerlukan pengeluaran uang (sunk cost ), misalnya biaya depresiasi tetap, kerugian piutang
15
dan pengeluaran – pengeluaran lainnya yang dilakukan pada masa lalu yang manfaatnya masih dinikmati hingga sekarang. Suatu usaha harus dihentikan atau ditutup apabila penghasilan yang diperoleh tidak dapat menutupi biaya tunainya. Untuk mengetahui pada tingkat penjualan berapa suatu usaha harus dihentikan dapat dilakukan dengan menggunakan rumus break even.
C.
Asumsi Break Event Point ( BEP)
Kesulitan
atau kemudahan didalam menggunakan break even poin
bergantung pada konsep-konsep yang mendasari atau asumsi yang digunakan. Oleh sebab itu banyak asumsi yang apabila digunakan tetapi tidak sesuai dengan kenyataan maka akan menimubulkan banyak kelemahan dalam penerapan break even pointnya. Pada umumnya konsep atau asumsi dasar yang digunakan dalam analisa break even point adalah sebagai berikut : Menurut Carter (2006:98) penerapan break even point didasarkan pada asumsi-asumsi berikut : 1. Biaya dikelompokkan berdsarkan perilaku biaya dalam kaitannya dari volume produksi, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. 2. Harga jual per satuan produk adalah tetap pada berbagai tingkat kegiatan dalam periode yang bersangkutan hingga grafik total penerimaan ( total revenue ) berbentuk garis lurus.
16
3. Biaya variabel per unit adalah tetap untuk tiap produk yang diproduksi, dijual pada periode yang bersangkutan. 4. Total biaya tetap adalah konstan dalam batas kepastian tertentu dan dalam periode yang bersangkutan. 5. Bauran penjualan akan tetap konstan, efisien dan produktivitas tidak berubah. 6. Kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan relatif konstan serta semua barang yang diproduksi terjual pada periode yang bersangkutan. Sedangkan menurut Garrison (2006:350) asumsi yang mendasari titik impas adalah : 1.
Harga jual adalah konstan. Harga produk atau jasa tidak berubah ketika volume berubah.
2.
Biaya adalah linier dan dapat dengan mudah dibagi menjadi elemen variabel dan tetap. Elemen variabel adalah konstan per unit dan elemen tetap adalah konstan secara total dalam rentang yang relevan.
3.
Dalam perusahaan dengan berbagai produk, bauran penjualan adalah konstan.
4.
Dalam perusahaan manufaktur, persediaan tidak berubah dalam jumlah unit yang diproduksi sama dengan unit yang dijual.
D.
Pengertian Biaya
Terjadinya biaya merupakan suatu akibat dari pengorbanan nilai – nilai produksi yang digunakan dalam proses produksi. Biaya merupakan pengorbanan
17
sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu
1. Jenis Biaya Biaya dapat dibagi menjadi tiga golongan : biaya tetap , biaya variabel dan biaya semi variabel. Untuk keperluan perencanaan dan pengendalian, baik biaya tetap maupun biaya variabel harus dipecah kembali menjadi sebagai berikut : Biaya Tetap
Biaya Variabel
a. commited fixed cost
a. Engineered Variable Cost
b. Discretionary Fixed Cost
b. Discretionary Variable Cost
a.
Biaya Tetap
Biaya Tetap adalah “ Biaya tetap adalah sebagai biaya yang secara total tidak berubah saat aktivitas bisnis meningkat atau menurun ” Carter (2006:58). Biaya tetap merupakan biaya untuk memepertahankan kemampuan beroperasinya perusahaan pada tingkat kapasitas tertentu. Besarnya biaya tetap dipengaruhi oleh kondisi perusahaan jangka panjang, teknologi, dan metode serta strategi manajemen. 1.
Commited Fixed Cost Sebagian besar berupa biaya tetap yang timbul dari pemilik pabrik, equipment dan organisasi pokok. Perilaku Commited Fixed Cost ini dapat diketahui dengan jelas yaitu dengan mengamati biaya-biaya yang
18
tetap dikeluarkan oleh perusahaan jika seandainya perusahaan tidak melakukan kegiatan sama sekali dan akan kembali kegiatan normal. 2.
Discretionary Fixed Cost Merupakan biaya (a) yang timbul dari keputusan penyediaan anggaran secara berkala (biasa tahunan) yang secara langsung mencerminkan kebijakan manajemen puncak mengenai jumlah maksimum biaya yang diizinkan untuk dikeluarkan, dan (b) yang tidak dapat menggambarkan hubungan yang optimum antara masukan dengan keluaran (yang dikukur dengan volume penjualan, jasa atau produk). Discretionary Fixed Cost sering juga disebut dengan istilah managed atau programmed cost. Discretionary Fixed Cost tidak mempunyai hubungan tertentu dengan volume kegiatan.
b.
Biaya Variabel
Biaya Variabel adalah “ Biaya variabel adalah sebagai biaya yang secara total meningkat secara proporsional terhadap peningkatan dalam aktivitas dan menurun secara proposional terhadap penurunan dalam aktivitas ” Carter (2006:59).Biaya variabel per unit konstan (tetap) dengan adanya perubahan volume kegiatan. Biaya bahan baku merupakan contoh biaya variabel yang berubah sebanding dengan perubahan volume produksi. Ada jenis biaya variabel yang perilakunya bertingkat (step behaviour) yang mempunya perilaku sebagai
19
step variable cost. Biaya ini naik atau turun tidak pada saat yang sama dengan volume kegiatan.
Engineered Variable Cost
1.
Adalah biaya yang memiliki hubungan fisik tertentu dengan ukuran kegiatan tertentu. Hampir semua biaya variabel merupakan biaya engineered cost. Engineered Cost merupakan biaya antara masukan dan keluarannya mempunya hubungan erat dan nyata. 2.
Discretionary Variable Cost Biaya ini bersifat variabel, berubah sebandingan dengan volume kegiatan karena manajemen memutuskan kebijakan demikian. Dengan kata lain Discretional Variable Cost merupakan biaya yang masukan dan keluarannya memiliki hubungan erat namun tidak nyata (bersifat artificial).
c.
Biaya Semi Variabel
Biaya semi variable adalah biaya yang memiliki elemen tetap dan variabel didalamnya. Elemen biaya yang tetap merupakan jumlah minimum untuk menyediakan jasa, sedangkan variabel merupakan beban yang total, karena sungguh-sungguh mengkonsumsi jasa.
20
E.
Perincian Biaya
Rincian biaya PT. GUNA ERA MANUFAKTURA, untuk lebih jelasnya biaya – biaya tersebut dapat disusun atau dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel seperti format sebagai berikut : 1. Biaya variabel Biaya Produksi Variabel -
Biaya bahan baku langsung
Rp. xxx
-
Biaya karyawan
Rp. xxx
-
Biaya Jasa Profesional
Rp. xxx
-
Biaya Pengiriman Barang
Rp. xxx
-
Biaya Pemasaran
Rp. xxx
-
Biaya Asuransi
Rp. xxx
-
Biaya Energi dan Sarana
Rp. xxx
-
Biaya Perjalanan
Rp. xxx
-
Biaya Komunikasi
Rp. xxx
-
Biaya Pos dan Pengiriman
Rp. xxx
-
Biaya Administrasi Kantor
Rp. xxx
-
Biaya Peralatan Kantor
Rp. xxx
-
Biaya Pemeliharaan
Rp. xxx
-
Biaya Langganan
Rp. xxx
-
Biaya Pajak
Rp. xxx
Jumlah biaya produksi variabel
Rp. xxx
21
Total Biaya Variabel
Rp. xxx
2. Biaya Tetap Biaya Operasi
F.
-
Biaya gaji
Rp. xxx
-
Biaya Tunjangan
Rp. xxx
-
Biaya Asuransi
Rp. xxx
-
Biaya sewa
Rp. xxx
-
Biaya Pemeliharaan
Rp. xxx
-
Biaya Bunga
Rp. xxx
-
Biaya Retribusi
Rp. xxx
-
Biaya listrik, air, telepon dan BBM
Rp. xxx
-
Biaya administrasi dan umum
Rp. xxx
Jumlah biaya overhead pabrik tetap
Rp. xxx
Total Biaya Tetap
Rp. xxx
Teknik Pemisahan Biaya Semi Variabel
Pemisahan biaya semi variabel diperlukan untuk merencanakan, menganalisa, mengendalikan, mengukur atau mengevaluasi biaya dalam berbagai tingkat kegiatan dan sebagai informasi dalam pengambilan keputusan. Ada 3 (tiga) metode untuk menetapkan biaya tetap dan biaya variabel dari biaya semi variabel dalam akuntansi biaya : Penekanan Marjinal menurut Horngreen, (2006:135), yaitu :
22
a. Metode Titik tertinggi dan terendah ( High Low Poin Method ) b. Metode Titik Sebar Statitstik ( The Statistical Scattergraph ) c. Metode Kuadrat Terkecil ( Least - Squares Method )
1.
Metode Titik Tertinggi - Terendah ( High Low Point Method )
Dalam metode ini suatu biaya pada tingkat kegiatan yang paling tinggi dibandingkan dengan biaya tersebut pada tingkat kegiatan terendah dimasa lalu. Metode ini sering digunakan karena sederhana perhitungannya dan mudah digunakan. Selisih biaya yang dihitung merupakan unsur biaya variabel dalam biaya tersebut. Menurut Mulyadi (2007:514) Penyajian persamaan biaya untuk metode titik tertinggi dan terendah adalah sebagai berikut : Y=a+bx Biaya Volume tertinggi - Biaya Volume terendah
Biaya Variabel (b)
=
Biaya Tetap
= Total Biaya - Biaya Variabel
Volume tertinggi - Volume terendah
Dimana : Y
= Jumlah biaya semi variabel
a
= Biaya tetap per periode
b
= Biaya variabel per periode
x
= Kapasitas yang diharapkan akan dijalankan
23
2.
Metode Titik Sebar Statistik ( The Statistical Scattergraph )
Metode ini merupakan bidang grafik untuk menempatkan data yang tersedia. Grafik yang disebut juga diagram pancar ini terdiri dari titik-titik, dimana setiap titik merupakan suatu hasil perpaduan dua variabel yang berhubungan yaitu biaya semi variabel dan volume kegiatannya. Dari titik-titik sebar itu kita akan dapat menarik garis yang menunjukkan antara kedua variabel tersebut, dari garis iitu dapat terlihat mana yang biaya tetap dan biaya variabel. Metode ini dinilai lebih baik daripada metode titik tertinggi dan titik terendah, namun kelemahan metode ini yang utama adalah penarikan garis biaya yang bersifat subjektif hingga setiap orang dapat mempunyai garis biaya yang berbeda dari sumber data yang sama, akibatnya biaya yang dihasilkan berbeda pula.
3.
Metode Kuadrat Terkecil ( Least - Squares Method )
metode ini menganggap bahwa hubungan antara biaya dengan volume kegiatan berbentuk hubungan garis lurus dengan persamaan garis regeresi Menurut Abdul Halim dan Bambang Supomo, (2005:28) dapat disajikan dengan persamaan berikut : Y = a + bx Rumus perhitungan a dan b tersebut adalah sebagai berikut : ∑Y - b ∑X Biaya Tetap ( a )
= n
24
n ∑XY - ∑X∑Y Biaya Variable/unit ( b )
= n ∑X2 - (n ∑X)2
Dimana :
G.
Y
= Biaya Periodik
X
= Kegiatan Periodik
n
= Jumlah Sampel
a
= Biaya Tetap
b
= Biaya Variabel
Metode Penghitungan Analisa Break Even Point
Dalam menghitung Titik Impas ( Break Even ) dapat dipergunakan tiga pendekatan,yaitu : 1.
Pendekatan Persamaan Pendekatan persamaan adalah laba sama dengan hasil penjualan dikurangi
dengan biaya, atau dapat dinyatakan dengan persamaan. Persamaan ini diturunkan dari laporan laba/rugi keuangan perusahaan, menurut Garrison,(2006 : 334) disajikan dengan persamaan berikut yaitu : Laba = Total Pendapatan - (Total Biaya variabel + Total Biaya Tetap) Atau dapat dinyatakan dalam persamaan berikut : Y=cx–bx–a
25
Dimana : Y = Laba c = Harga jual per satuan x = Jumlah produk yang di jual b = Biaya variabel per satuan a = Biaya tetap Total Pendapatan = Total Biaya Tetap – (Total Biaya Variabel + Laba) Hubungan tersebut dapat dirumuskan dalam persaman secara matematis dalam bentuk persamaan linear, sebagai berikut : P = BT – (VC x P) + L P – (VC x P) = BT + L P = ( 1 – VC) = BT + L P = BT + L 1 – VC Dalam keadaan Break Even, apabila laba sama dengan nol, dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut : BEP ( Rp ) =
BT 1 - Vc P
ATAU BEP ( Q ) =
BT Ps - Vs
26
Dimana : P = Total Penjualan BT = Total Biaya Tetap Vc = Biaya Variabel L = Laba Ps = Penjualan Satuan Vs = Biaya Variabel satuan
2.
Pendekatan Marjin Kontribusi Pendekatan marjin Kontribusi adalah perhitungan biaya, volume dan laba
dengan menghitung Marjin Kontribusi terlebih dahulu. Marjin Kontribusi diperoleh dengan pengurangan total penjualan dengan total biaya variabel, sehingga diperoleh marjn kontribusi per unit dan marjin kontribusi rasio menurut (Abdul Halim dan Bambang S, 2005: 52-53) disajikan dengan persamaan sebagai berikut : MK = P – VC MK rasio = MK : P maka : BEP ( unit ) =
FC
MK / unit BEP ( rp ) =
BT MK rasio
dimana : MK
= Marjin Kontribusi
27
P
= Total Penjualan
BEP (unit) = Titik Impas dlm unit
3.
BT
= Biaya Tetap
BEP (Rp)
= Titik Impas dlm rupiah
VC
= Biaya variabel
Pendekatan Grafik Pendekatan Grafik adalah perhitungan biaya, volume dan laba dengan
menggunakan grafik. Pada pendekatan ini, titik impas ( Break Even ) digambarkan sebagai titik perpotongan antara garis penjualan dengan garis biaya total. Dengan grafik break even point manajemen akan dapat mengetahui hubungan antara biaya, penjualan ( volume penjualan ) dan laba selain dari itu dengan grafik break even point manajemen juga akan mengetahui besarnya biaya yang tergolong biaya tetap dan biaya variabel, serta mengetahui tingkat volume penjualan yang masih menimbulkan kerugian dan tingkat penjualan yang menimbulkan laba. Break Even Point dalam grafik titik perpotongan antara garis biaya dengan garis penghasilan. Data yang diperlukan untuk membuat grafik break even point adalah rangkuman penghasilan, biaya tetap dan biaya variable. Garis input konvensional ini dibuat dengan langkah-langkah sebagai berikut : a) Membuat grafik horizontal sebagai sumbu X yang menggambarkan penjualan dalam rupiah, jumlah unit atau persentase.
28
b) Membuat grafik vertikal sebagai sumbu Y yang menggambarkan volume penjualan dan biaya dalam rupiah. c) Membuat garis biaya tetap, sejajar dengan sumbu X ini titik pada sumbu X membuat garis total biaya yang ditarik dari titik biaya tetap menuju titik pada sumbu Y (pada sisi kanan). d) Membuat garis total penghasilan yang ditarik dari sumbu 0 (titik potong sumbu X dan sumbu Y) menuju titik sumbu Y (pada sisi kanan). e) Menentukan titik impas yang merupakan antara garis total dan total penghasilan, yang pada contoh ini terletak pada penjualan. Daerah sebelah kiri titik impas merupakan daerah rugi sedangkan daerah sebelah kanan titik impas merupakan daerah laba. Langkah – langkah dalam pembuatan grafik break even point akan dijabarkan sebagai berikut : 1)
Menggambarkan Grafik Fungsi Pendapatan (TR). Grafik TR akan dimulai dari titik nol. Berarti pada saat itu perusahaan
belum memperoleh pendapatan dan ketika itu pula produksi atau penjualannya sama dengan nol. Grafik ini akan naik dari titik nol ke kanan atas. 2)
Menggambarkan Grafik Biaya Tetap (FC). Grafik biaya tetap ini sejajar dengan sumbu kuantitas dari kiri ke kanan.
Berarti biaya tetap ini menunjukkan biaya yang tidak berubah walaupun produk yang dihasilkan berubah. 3)
Menggambarkan Biaya Total ( TC ).
29
Grafik biaya total (TC) ini dimulai dari titik potong antara grafik FC dengan sumbu vertikal ke kanan atas memotong grafik TR. Grafik TC dimulai dari grafik FC karena titik TC merupakan penjumlahan antara biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC). Ketika itu perusahaan belum berproduksi maka biaya total adalah sebesar dengan biaya tetap. 4)
Menggambarkan Biaya Variabel (VC)
5)
Daerah yang berada di dibawah atau disebelah kiri break even point merupakan daerah arsiran dimana perusahaan menderita kerugian.
6)
Daerah yang berada diatas atau disebelah kanan break even point merupakan daerah arsiran dimana perusahaan memperoleh keuntungan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik dibawah ini :
RP
TOTAL PENDAPATAN
X
TOTAL BIAYA
BEP
LABA
BIAYA VARIABEL
Rugi
BIAYA TETAP
Y = Kuantitas
Gambar 2.1 Contoh Grafik Break Even Point
(unit)
30
H.
Perencanaan Laba Tujuan utama perusahaan adalah memperoleh laba yang semaksimal
mungkin, dengan pengeluaran biaya sekecil mungkin. Untuk mencapai laba / keuntungan yang sebelumnya telah direncanakan, perusahaan perlu melakukan perencanaan berapa tingkat laba yang akan dicapai oleh penjualan produknya. Hal ini perlu dilakukan agar perusahaan dapat mengambil keputusan tentang perencanaan laba. Perencanaan laba sering digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan investasi dan penilaian kinerja manajemen untuk masa yang akna datang. Perencanaan laba atau penganggaran mempunyai manfaat bagi perusahaan untuk : a. Memberikan pendekatan yang terarah dalam pemecahan permasalahan b. Memaksa pihak manajemen untuk secara dini mengadakan penelaahan terhadap masalah yang dihadapi dan menanamkan kebiasaan pada organisasi untuk mengadakan telaah yang seksama sebelum mengambil suatu keputusan. c. Menciptakan
suasana
organisasi
yang
mengarah
pada
pencapaian laba. d. Merangsang peran serta dan mengkoordinasi rencana operasi berbagai segmen dari keseluruhan organisasi manajemen sehingga keputusan akhir dan rencana saling berkaitan.
31
e. Menawarkan kesempatan untuk menilai secara sistematik setiap segi atau aspek organisasi maupun untuk memeriksa serta memperbaharui kebijakan dan pedoman dasar secara berkala Adolph Matz (1992:6). Perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi perencanaan merupakan proses terpenting dari fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain pengorganisasian, pengarahan dan pengontrolan serta pengawasan tidak akan dapat berjalan. Untuk mengambil keputusan tentang perencanaan laba maka menurut ( Bambang Riyanto, 2001:37) dapat dicari dengan menggunakan rumus yang dapat digunakan adalah : Penjualan =
FC + Keuntungan 1- Variable Cost
Penjualan