BAB II LANDASAN TEORI
TEORI UMUM 2.1 Pengertian sistem Sistem sebagaimana yang diuraikan oleh para ahli adalah sebagai berikut : McLeod (2004, p11) menjelaskan pengertian sistem sebagai sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan, Sedangkan menurut O`Brien (2003, p8) sistem adalah sekelompok komponen-komponen yang saling berhubungan untuk mencapai tujuan dengan menerima masukan dan menghasilkan keluaran dalan proses perubahan yang terorganisir. Dari pengertian sistem di atas, maka disimpulkan bahwa sistem merupakan sekumpulan komponen yang saling terintegrasi, bekerja sama dan berinteraksi satu sama lain dalam menerima masukan, memproses, dan menghasilkan suatu keluaran untuk mencapai suatu tujuan. Menurut O`Brien (2003,p8) Sistem mempunyai tiga komponen dasar yang saling berinteraksi, yaitu : 1.
Input (masukan) meliputi menangkap dan mengumpulkan data yang di masukan ke dalam sebuah sistem untuk dapat diproses.
2.
Processing (proses) meliputi proses perubahan yang mengubah input menjadi output.
3.
Output (keluaran atau hasil) Meliputi perpindahan data yang telah dihasilkan oleh proses perubahan ke dalam tujuan akhirnya.
7
8
2.2
Pengertian Informasi Informasi sebagaimana yang diuraikan oleh para ahli adalah sebagai berikut : Raymond Mcleod (2004,p16) menjelaskan pengertian informasi sebagai data
yang telah diproses atau data yang sudah memiliki arti, menurut Laudon (2004,p8) informasi adalah data yang di bentuk menjadi bentuk yang berarti dan berguna bagi manusia, dan menurut Turban (2001,p15) informasi adalah sekumpulan data yang telah diorganisasikan dalam bentuk yang berguna, dan menurut O`Brien (2003,p16) informasi adalah data yang telah di ubah menjadi sesuatu yang berarti dan pernyataan berguna bagi pengguna akhir. Dari beberapa pengertian informasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan hasil dari pengolahan data dalam suatu sistem, yang bermanfaat bagi penggunanya.
2.3
Pengertian Sistem Informasi Sistem informasi sebagaimana yang diuraikan oleh para ahli adalah sebagai
berikut : Laudon (2006,p7) sistem informasi adalah gabungan komponen-komponen yang berelasi dan bekerja sama untuk mengumpulkan, memproses, dan menyimpan serta mendistibusikan
informasi
untuk
mendukung
perancanaan,
pengendalian,
pengkoordinasian, dan pengambil keputusan. Turban (2001,p17) sistem informasi mengumpulkan, mengolah, menyimpan, dan menganalisa informasi untuk tujuan tertentu yang terdiri dari masukan (data, instruksi) dan keluaran (laporan, hasil perhitungan).
9
O`Brien (2003,p7) menjelaskan sistem informasi merupakan kombinasi yang terhubung antara pengguna, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi, dan sumber data yang mengumpulkan, mentransformasi, dan menyebarkan informasi dalam suatu organisasi. Komponen dari sistem informasi yaitu : 1. Manusia, perangkat keras, perangkat lunak, data dan jaringan merupakan lima komponen dasar dalam sistem informasi. 2. Sumber daya manusia meliputi pengguna akhir dan spesialis sistem informasi, sumber daya perangkat keras terdiri dari mesin dan media, sumber daya perangkat lunak meliputi program dan prosedurnya, sumber data dapat meliputi data dan pengetahuan dasar, dan sumber jaringan meliputi media komunikasi dan jaringan. 3. Sumber data ditransformasikan oleh kegiatan pemrosesan informasi ke berbagai produk informasi untuk pengguna akhir. 4. Pemrosesan informasi terdiri dari masukan, permrosesan, keluaran, penyimpanan, dan aktifitas pengendalian(maintenance)
2.4
Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Analisis dan perancangan sistem sebagaimana yang diuraikan oleh para ahli
adalah sebagai berikut : Whitten (2004,p176) analisis sistem adalah sebuah tehnik pemecahan masalah yang menguraikan sebuah sistem menjadi bagian-bagian komponen dengan tujuan mempelajari seberapa bagus bagian-bagian komponen tersebut bekerja dan berinteraksi untuk meraih tujuan mereka. Perancangan sistem merupakan tehnik pemecaham
10
masalah yang saling melengkapi (dengan analisis sistem) yang merangkai kembali bagian-bagian komponen menjadi sebuah sistem yang lengkap. Kesimpulannya, analisis dan perancangan sistem informasi merupakan suatu proses yang berawal dari pengumpulan informasi, pengidentifikasian terhadap kebutuha informasi, yang kemudian dari tahap analisis akan dibuat suatu rancangan sistem yang berguna.
2.4.1
Pengantar Database Database saat ini sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut
Connolly (2004), Database adalah kumpulan data yang berelasi yang didesain untuk memenuhi kebutuhan informasi sebuah perusahaan dan Menurut Whitten(2004), database adalah kumpulan file yang terkait dan saling berhubungan dan menurut Date (2000), database adalah koleksi data operasional yang tersimpan dan terpakai oleh sistem aplikasi suatu organisasi
2.4.2
Pengertian Database Menurut Whitten(2004,p176), database adalah kumpulan file yang terkait
dan saling berhubungan. Disain database Merupakan suatu proses pembuatan sebuah desain database yang akan mendukung tujuan dan operasi suatu perusahaan. Tujuan utamanya adalah: -
Merepresentasikan data dan hubungan antar data yang dibutuhkan oleh seluruh area aplikasi utama dan grup pengguna.
-
Menyediakan model data yang mendukung segala transaksi yang diperlukan pada data.
11
-
Menspesifikasikan desain minimal yang secara tepat disusun untuk memenuhi kebutuhan performa yang ditetapkan pada sistem (misal : waktu respon).
Model Data Ada dua kegunaan utama dari model data yaitu : -
Untuk membantu dalam memahami arti (semantik) dari data.
-
Untuk memfasilitasi komukikasi mengenai informasi yang dibutuhkan
Kriteria untuk menghasilkan model data yang optimal : -
Validitas Struktural (Structural Validity), harus konsisten dengan definisi perusahaan dan informasi organisasi.
-
Kesederhanaan (Simplicity), mudah dimengerti baik oleh profesional sistem informasi maupun pengguna non-teknik.
-
Ketepatan (Expressibility), kemampuan untuk membedakan antara data yang berlainan, relationship antar data dan batasan-batasan.
-
Tidak rangkap (Nonredundancy), pengeluaran informasi yang tidak berhubungan, dengan kata lain, representasi setiap bagian informasi hanya satu kali.
-
Digunakan bersama (Shareability), tidak ditentukan untuk aplikasi atau teknologi tertentu dan dapat digunakan oleh banyak pengguna.
-
Perluasan Penggunaan (Extensibility), kemampuan untuk menyusun dan mendukung kebutuhan baru dengan akibat sampingan yang minimal terhadap user yang sudah ada.
-
Integritas (Integrity), konsistensi dengan cara yang digunakan perusahaan dan pengaturan informasi.
12
-
Representasi Diagram (Diagrammatic Representation), kemampuan untuk merepresentasikan model menggunakan notasi diagram yang mudah dimengerti.
Tiga fase disain database: a. Disain Database Konseptual Suatu proses pembentukan model dari informasi yang digunakan dalam perusahaan, independen dari keseluruhan aspek fisik. Model data dibangun dengan menggunakan informasi dalam spesifikasi kebutuhan user. Model data konseptual merupakan sumber informasi untuk fase disain logikal.
• Langkah 1 Buatlah data model lokal yang konseptual untuk setiap sudut pandang pengguna.
1. Identifikasikan tipe-tipe entitas 2. Identifikasikan tipe-tipe hubungan 3. Identifikasi dan hubungkan atribut-atribut dengan tipe entitas atau hubungannya.
4. Tentukan domain atribut. 5. Tentukan atribut kandidat dan primary key. 6. Pertimbangkan penggunaan konsep pemodelan yang tinggi / enhanced modelling. 7. Periksa model untuk redundansi. 8. Validasikan model konseptual lokal terhadap transaksi pengguna. 9. Tinjau kembali data model lokal yang konseptual dengan pengguna.
13
b. Disain Database Logikal Suatu proses pembentukan model dari informasi yang digunakan dalam perusahaan berdasarkan model data tertentu ( misal: relasional), tetapi independen terhadap DBMS tertentu dan aspek fisik lainnya. Model data konseptual yang telah
dibuat sebelumnya, diperbaiki dan dipetakan kedalam model data logical. • Langkah 1 Buat dan validasikan data model lokal yang logical untuk setiap sudut pandang. 1. Hilangkan fitur-fitur yang tidak kompatibel dengan model relational (langkah optional). 2. Drive relation untuk data model logikal. 3. Validasikan hubungan menggunakan normalisasi. 4. Validasikan hubungan terhadap transaksi pengguna. 5. Tentukan batasan integritas. 6. Tinjau kembali model data logikal lokal dengan pengguna.
• Langkah 2 Buat dan validasikan model logikal data global 1. Gabungkan model data logikal lokal menjadi model global. 2. Validasikan model data logikal global. 3. Periksa untuk pengembangan mendatang. 4. Tinjau kembali model data logikal global dengan user.
14
c. Disain Database Fisikal Suatu proses yang menghasilkan deskripsi implementasi database pada penyimpanan sekunder. Menggambarkan struktur penyimpanan dan metode akses
yang digunakan untuk mencapai akses yang efisien terhadap data. Dapat dikatakan juga, desain fisikal merupakan cara pembuatan menuju sistem DBMS tertentu
• Langkah 1 Terjemahkan model data logical global target DBMS 1. Desain base relation. 2. Desain representasi dari derived data. 3. Desain batasan-batasan perusahaan.
• Langkah 2 Desain representasi fisikal 1. Analisa transaksi-transaksi. 2. Pilih organisasi file. 3. Pilih indeks-indeks. 4. Perkirakan kebutuhan tempat penyimpanan (disk space).
• Langkah 3 Desain sudut pandang pengguna
15
• Langkah 4 Desain mekanisme keamanan
• Langkah 5 Pertimbangkan pengenalan dari redundansi terkontrol
• Langkah 6 Awasi dan atur sistem operasional
2.4.3
Pemodelan Entitas dan Relasi
Tipe-tipe Entitas Konsep dasar dari Model ER adalah tipe-tipe entitas, yaitu kumpulan dari objekobjek dengan sifat (property) yang sama, yang di identifikasi oleh perusahaan mempunyai eksistensi yang independen. Keberadaannya dapat berupa fisik maupun
abstrak. Entity occurrence, yaitu pengidentifikasian object yang unik dari sebuah type entity. Setiap entitas di identifikasikan dan disertakan property-nya.
Atribut Merupakan sifat-sifat dari sebuah entitas atau tipe relasi. Contohnya: sebuah entitas Staff digambarkan oleh attribut staffNo, name, position dan salary. Attribute Domain adalah himpunan nilai yang diperbolehkan untuk satu atau lebih atribut. Macam-macam atribut : •
Simple Attribute, yaitu atribut yang terdiri dari satu komponen tunggal dengan keberadaan yang independen dan tidak dapat dibagi menjadi bagian
16
yang lebih kecil lagi. Dikenal juga dengan nama Atomic Attribute. •
Composite Attribute, yaitu atribut yang terdiri dari beberapa komponen, dimana masing-masing komponen memiliki keberadaan yang independen. Misalkan atribut Address dapat terdiri dari Street, City, PostCode.
•
Single-valued Attribute, yaitu atribut yang mempunyai nilai tunggal untuk setiap kejadian. Misalnya entitas Branch memiliki satu nilai untuk atribut branchNo
pada setiap kejadian. •
Multi-valued Attribute, yaitu atribut yang mempunyai beberapa nilai untuk setiap kejadian. Misal entitas Branch memiliki beberapa nilai untuk atribut telpNo pada
setiap kejadian. •
Derived Attribute, yaitu atribut yang memiliki nilai yang dihasilkan dari satu atau beberapa atribut lainnya, dan tidak harus berasal dari satu entitas.
Terminologi Alternatif untuk model relational : Keys •
Super Key : Atribut unik yang mengidentifikasikan row.
•
Candidate Key : Atribut unik yang mengidentifikasikan table. Jumlah minimal atribut-atribut yang dapat meng-identifikasikan setiap kejadian/record secara
unik. •
Primary Key : Atribut unik yang mengidentifikasikan setiap row dalam table.
Candidate key yang dipilih untuk meng-identifikasikan setiap kejadian/record dari suatu entitas secara unik. •
Alternate Key : Candidate key yang tidak terpilih menjadi primary key.
•
Composite Key, yaitu Candidate key yang terdiri dari dua atau lebih atribut.
•
Foreign Key : Atribut sebuah tabel yang menggabungkan diri ke tabel lain.
17
2.4.4
Normalisasi
Pengertian Normalisasi Tujuan utama dalam pengembangan model data logical pada sistem database relasional adalah menciptakan representasi akurat suatu data, relationship
antar data dan batasan-batasannya. Untuk mencapai tujuan ini, maka harus ditetapkan sekumpulan relasi. Empat bentuk normal yang biasa digunakan yaitu, first normal form (1NF), second normal form (2NF) dan third normal form (3NF), dan Boyce–Codd normal form (BCNF). Konsep utamanya terkait dengan functional dependencies, dimana menerangkan hubungan antar atribut yang ada. Sebuah relasi dapat dinormalisasi kedalam bentuk tertentu untuk mengatasi kemungkinan
terjadinya pengulangan dari update yang tidak baik. Normalisasi adalah suatu teknik untuk menghasilkan sekumpulan relasi dengan sifat-sifat (properties) yang diinginkan, memenuhi kebutuhan data pada perusahaan.
Proses Normalisasi - Suatu teknik formal untuk menganalisa relasi berdasarkan primary key dan
functional dependencies antar atribut. - Dieksekusi dalam beberapa langkah. Setiap langkah mengacu ke bentuk normal
tertentu, sesuai dengan sifat yang dimilikinya. - Setelah normalisasi diproses, relasi menjadi secara bertahap lebih terbatas/kuat bentuk formatnya dan juga mengurangi tindakan update yang anomali.
Unnormalized Form (UNF) • Merupakan suatu tabel yang berisikan satu atau lebih group yang berulang. •
Membuat tabel unnormalized yaitu dengan memindahkan data dari sumber
informasi kedalam format tabel dengan baris dan kolom.
18
First Normal Form (1NF) • Merupakan sebuah relasi dimana setiap irisan antara baris dan kolom berisikan satu dan hanya satu nilai. •
UNF ke 1NF Tunjuk satu atau sekumpulan atribut sebagai kunci untuk tabel unnormalized. Identifikasikan group yang berulang dalam tabel unnormalized yang berulang untuk kunci atribut. Hapus group yang berulang dengan cara : 1. Masukkan data yang semestinya kedalam kolom yang kosong pada baris yang berisikan data yang berulang (flattening the table), atau dengan cara 2. Menggantikan data yang ada dengan copy dari kunci atribut yang sesungguhnya kedalam relasi terpisah.
Second Normal Form (2NF) •
Berdasarkan pada konsep full functional dependency, yaitu A dan B merupakan atribut dari sebuah relasi, B dikatakan fully dependent terhadap A jika B functionally dependent pada A tetapi tidak pada proper subset dari A.
•
2NF – merupakan sebuah relasi dalam 1NF dan setiap atribut non-primarykey bersifat fully functionally dependent pada primary key.
•
1NF ke 2 NF Identifikasikan primary key untuk relasi 1NF. Identifikasikan functional dependencies dalam relasi.
19 Jika terdapat
partial
dependencies terhadap primary key, maka hapus
dengan menempatkannya dalam relasi yang baru bersama dengan salinan determinan-nya.
Third Normal Form (3NF) •
Berdasarkan pada konsep transitive dependency, yaitu suatu kondisi dimana A, B dan C merupakan atribut dari sebuah relasi, maka jika A → B dan B → C, maka C transitively dependent pada A melalui B. (Jika A tidak functionally dependent pada B atau C).
•
3NF – Adalah sebuah relasi dalam 1NF dan 2NF dan dimana tidak terdapat atribut non-primary-key attribute yang bersifat transitively dependent pada primary key.
•
2NF ke 3NF Identifikasikan primary key dalam relasi 2NF. Identifikasikan functional dependencies dalam relasi. Jika terdapat transitive dependencies terhadap primary key, hapus dengan menempatkannya dalam relasi yang baru bersama dengan salinan determinan-
nya.
2.5
Pengertian Sistem Informasi Geografis Geografi sebagaimana yang diuraikan oleh para ahli adalah sebagai berikut : Kata geografi berasal dari Bahasa Yunani yaitu, geos dan graphein. Geos
berarti Bumi, dan graphein berarti menulis atau menjelaskan. Berdasarkan asal katanya, geografi dapat diartikan pencitraan bumi atau pelukisan bumi.
20
Dalam arti yang lebih luas, geografi merupakan ilmu yang mempelajari tentang permukaan bumi, penduduk, serta hubungan timbal balik antara keduanya. Permukaan bumi ialah tempat mahluk hidup yang meliputi daratan, air atau perairan, dan udara atau lapisan udara. Sistem informasi geografis sebagaimana yang diuraikan oleh para ahli adalah sebagai berikut : Sistem Informasi Geografis adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial. Atau dalam arti yang lebih sempit, adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun, menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi berefrensi geografis, misalnya data yang diidentifikasi menurut lokasinya, dalam sebuah database. Dalam arti yang lebih luas, Sistem Informasi Geografis merupakan sekumpulan komponen yang memiliki kemampuan untuk mengambil, menyimpan, dan mengolah data, baik data sepasial maupun data tekstual dan juga menampilkan hasil dengan cepat, akurat, tepat waktu.
2.5.1
Data-data yang diperlukan dalam Sistem Informasi Geografis Dalam pembuatan sistim informasi geografis memerlukan sejumlah data,
diantara lain data spasial dan data non spasial.
21
Data Spasial Peta Peta adalah penggambaran dua dimensi pada bidang datar keseluruhan atau sebagian dari permukaan bumi yang diproyeksikan dengan perbandingan atau skala tertentu. Dalam arti yang lebih luas, peta merupakan alat peraga, yaitu alat peraga yang digunakan untuk menyampaikan suatu ide.
Ide tersebut dapat berupa
gambaran tinggi rendah suatu daerah (topografi), penyebaran penduduk, jaringan jalan, dengan semua hal lain yang berhubungan dengan kedudukannya dalam ruang.
Jenis Jenis Peta Jenis peta dapat di bagi berdasarkan sumber data, isi, skala, bentuk, dan tujuannya. Berikut adalah penjelasannya :
1. Berdasarkan Sumber Datanya a. Peta Induk (Basic Map) Peta induk yaitu peta yang dihasilkan dari survei langsung di lapangan. Peta induk ini dapat digunakan sebagai dasar untuk pembuatan peta topografi, sehingga dapat dikatakan pula sebagai peta dasar (basic map). Peta dasar inilah yang dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan peta-peta lainnya.
22
b. Peta Turunan (Derived Map) Peta turunan yaitu peta yang dibuat berdasarkan pada acuan peta yang sudah ada, sehingga tidak memerlukan survei langsung ke lapangan. Peta turunan ini tidak bisa digunakan sebagai peta dasar.
2. Berdasarkan Isi Data yang Disajikan a. Peta Umum Peta umum yaitu peta yang menggambarkan semua unsur topografi di permukaan bumi, baik unsur alam maupun unsur buatan manusia, serta menggambarkan keadaan relief permukaan bumi yang dipetakan. Peta umum dibagi menjadi 3, sebagai berikut. 1). Peta topografi Peta yang menggambarkan permukaan bumi lengkap dengan reliefnya. Penggambaran relief permukaan bumi ke dalam peta digambar dalam bentuk garis kontur. Garis kontur adalah garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai ketinggian yang sama. 2). Peta chorografi, Peta yang menggambarkan seluruh atau sebagian permukaan bumi yang bersifat umum, dan biasanya berskala sedang. Contoh peta chorografi adalah atlas. 3). Peta dunia
23
Peta umum yang berskala sangat kecil dengan cakupan wilayah yang sangat luas.
b. Peta Tematik Peta tematik yaitu peta yang menggambarkan informasi dengan tema tertentu / khusus. Misal peta geologi, peta penggunaan lahan, peta persebaran objek wisata, peta kepadatan penduduk, dan sebagainya. 3. Berdasarkan Skalanya Berdasarkan skala, peta dapat dibedakan menjadi peta skala besar, peta skala sedang, peta skala kecil Peta skala besar adalah peta yang memiliki skala antara 1 : 5.000 sampai 1 : 250.000. Biasanya peta ini digunakan untuk perencanaan wilayah. Peta Skala Sedang adalah peta yang memiliki skala antara 1 : 250.000 sampai 1 : 500.000. Peta Skala Kecil adalah peta yang memiliki skala antara 1 : 500.000 sampai 1 : 1.000.000. 4. Berdasarkan Bentuknya a. Peta Stasioner Peta Stasioner menggambarkan keadaan permukaan bumi yang datanya bersifat relatif tetap (stabil). Contohnya: peta topografi, peta geologi, peta jenis tanah
24
b. Peta Dinamis Peta Dinamis menggambarkan keadaan permukaan bumi yang datanya bersifat selalu berubah (dinamis). Contohnya: peta kepadatan penduduk, peta sebaran korban bencana alam, peta jaringan komunikasi.
Persyaratan peta Persyaratan utama yang harus dipenuhi agar peta dapat berfungsi dengan baik, yaitu : 1. Peta harus Conform, yaitu peta yang dibuat harus sama dengan dengan bentuk yang sebenarnya. 2. Peta harus Equidestant, yaitu peta yang dibuat sama jarak dengan yang sebenarnya. 3. Peta harus Equivalent, yaitu peta yang dibuat sama luas dengan yang sebenarnya. 4. Peta harus Universal, yaitu peta yang di buat harus umum.
Unsur-unsur peta Peta yang baik harus memiliki unsur-unsur 1. Judul peta Judul suatu peta harus menggambarkan isi dan tipe peta. Termasuk jenis peta, cotoh : peta pertambangan, peta iklim, peta perhubungan. Daerah yang di petakan, contoh : peta Indonesia, peta dunia. Contoh judul peta : peta hasil tambang di indonesia.
25
2. Tahun Pembuatan Pencantuman tahun pembuatan sangat penting, karena dapat di pakai untuk memastikan bahwa peta tersebut masih baik saat digunakan saat itu.
3. Skala Peta Skala ialah perbandingan jarak pada peta dengan jarak sesungguhnya di permukaan bumi. Ada tiga macam skala, yaitu : a)Skala inci per mil Skala ini disebut juga skala inci dibanding mil atau dalam bahasa Inggrisnya disebut inch mile scale. Misalnya, skala peta yang dinyatakan dalam 1 inch to 5 miles, artinya bahwa jarak satu inci pada peta menggambarkan jarak sesungguhnya di lapangan sejauh 5 mil (1 mil = 63.360 inci).
b)Skala angka (skala numerik) Skala angka atau numerik dapat pula disebut skala pecahan, yaitu skala yang dinyatakan dalam bentuk perbandingan, misalnya 1 : 5.000 atau 1 : 10.000, dan sebagainya. Jadi, kalau suatu peta 1 : 1.000 berarti bahwa satu satuan panjang pada peta menggambarkan jarak sesungguhnya di lapangan 1.000 kali satuan panjang di peta. Kalau satuan panjang itu dalam ukuran cm maka 1 cm pada peta menggambarkan 1.000 cm di lapangan.
26
c)Skala garis (skala grafik) Skala garis atau grafik disebut jugaskala batang. Salah satu contoh skala garis terlihat seperti di bawah ini. Skala ini dinyatakan dalam suatu garis lurus yang dibagi menjadi beberapa bagian yang sama panjang dan pada garis tersebut dicantumkan ukuran jarak sesungguhnya dilapangan,misalnya dinyatakan dalam meter, kilometer, dan dapat pula dalam ukuran feet atau mile
4. Petunjuk arah (orientasi) Orientasi atau mata angin digunakan sebagai petunjuk arah dari wilayah yang dipetakan. Pedoman pembuatan orientasi meliputi : a. Indonesia menggunakan orientasi utara. b. Pentunjuk arah di tempatkan pada bagian kosong agar tidak mengganggu peta induk.
5. Legenda Peta memuat informasi yang padat, namun tidak mungkin semua diberi keterangan. Oleh karena itu, keterangan dibuat berupa simbolsimbol. Keterangan tentang simbol-simbol pada suatu peta disebut legenda. Ada dua macam simbol dalam peta, yaitu : a. Simbol kualitatif, digunakan untuk melukiskan bentuk-bentuk di permukaan bumi. Simbol kualitatif meliputi simbol titik, simbol garis, dan simbol warna.
27
b. Simbol kuantitatif, digunakan untuk menunjukan jumlah data yang diwakili, misalnya untuk menunjukan jumlah penduduk di daerah tertentu.
6. Garis astronomis(grid) Setiap peta harus mencantumkan garis astronomi, Garis Astronomis adalah garis yang menunjukkan koordinat garis lintang dan garis bujur. Garis lintang adalah garis-garis khayal yang melintang terhadap sumbu bumi dari arah barat ke timur sejajar dengan garis khatulistiwa . Garis bujur adalah garis-garis khayal yang membujur dari arah utara ke selatan sejajar dengan sumbu bumi. Garis bujur membagi bola bumi menjadi dua bagian, yaitu belahan barat dan belahan timur. Garis lintang dinamakan pula garis pararel, sedangkan garis bujur dinamakan garis meridian. Garis lintang dan garis bujur sangat diperlukan untuk menentukan letak suatu daerah dengan akurat. Penggambaran peta ke bidang datar atau proyeksi harus mengikuti hal-hal sebagai berikut : a. Peta harus sesuai dengan bentuk, bentuk peta yang tergambar meskipun kecil harus sebangun dengan keadaan kenyatanya, tidak boleh mengubah bangun-bangun kenampakan yang ada. b. Peta harus sesuai dengan jarak, artinya jarak-jarak yang tergambar pada peta harus sesuai dengan keadaan senyatanya. c. Peta harus equivalen, artinya sesuai dengan skala yang sudah dicantumkan.
28
Citra Satelit Pengindraan jauh adalah ilmu atau seni cara merekam suatu objek tanpa kontak fisik dengan menggunakan alat pada pesawat terbang, balon udara, satelit, dan lain-lain. Dalam hal ini yang direkam adalah permukaan bumi untuk berbagai kepentingan manusia. Sedangkan arti dari citra adalah hasil gambar dari proses perekaman penginderaan jauh (inderaja) yang umumnya berupa foto. Beberapa Pengertian Penginderaan Jauh Oleh Para Ahli : 1. Menurut Lillesand and Kiefer, Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah atau gejala dengan jalan menganalisis data yang didapat dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah atau gejala yang dikaji. 2. Menurut Lindgren, Penginderaan jauh adalah bermacam-macam teknik yang dikembangkan untuk mendapat perolehan dan analisis informasi tentang bumi. Informasi tersebut khusus dalam bentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi. 3. Menurut Sabins, Penginderaan jauh adalah suatu ilmu untuk memperoleh, mengolah dan menginterpretasi citra yang telah direkam yang berasal dari interaksi antara gelombang elektromagnetik dengan suatu obyek.
29
Data Non Spasial Data non spasial terdiri dari data data yang membantu dalam pembuatan peta, contohnya : Jumlah penduduk, Tingkat kesehatan masyarakat, Jumlah puskesmas, Jumlah kejadian.
2.5.2
Format dan model data Sistim Informasi Geografis
Format data Sistem Informasi Geografis Shape file (SHP) Adalah format data geospasial yang umum untuk perangkat lunak sistem informasi geografis. Dikembangkan dan atur oleh ESRI sebagai spesifikasi (hampir) terbuka untuk interoperabilitas data antara ESRI dan produk perangkat lunak lainnya. Shapefile keruangan digambarkan dengan geometri : titik, garis, dan luasan. Geometri tersebut, sebagai contoh, dapat mewakili pancuran, sungai, dan danau. Tiap bagian memiliki atribut yang menjelaskan atribut tersebut, seperti nama sungai atau temperatur.
Geography markup language (GML) Geography Markup Language (GML) Merupakan sebuah XML yang difungsikan khusus untuk mempresentasikan sebuah informasi spatial. Seperti halnya sebuah bahasa XML, GML memiliki struktur dalam bahasa XML dalam mempresentasikan informasi spatial dimana setiap spesifik properti geografis memiliki spesifik tag XML.
30
Vector Product Format (VPF) Vector Product Format (VPF) adalah sebuah standar dalam militer untuk map digital berbasis vektor
Digital Raster Graphic (DRG) digital raster graphic (DRG) adalah gambar digital yang dihasilkan dari hasil scan peta topografi untuk di gunakan di komputer. DRG biasanya di scan dalam 250 dpi dan di simpan menjadi TIFF. Gambar raster biasanya menunjukan infomasi batas.
Network Common Data Form (NetCDF) NetworkCommon
Data
Form
(NetCDF) adalah
satu
set perpustakaan perangkat lunak dan penentuan otomatis. Sebuah data format mandiri yang membantu pembuatan, akses, dan pembagian array
Format Data Sistim Informasi Geografis Menurut ahli, model data sistim informasi geografis adalah : Model data (gis.com,17/3/2011) dalam sistim informasi geografis sangat penting untuk mendefinisikan apa yang ada dalam sistim informasi geografis serta mendukung penggunaan perangkat lunak sistim informasi geografis. Semua model sepasial terbagi dalam dua kategori dasar
31
1. Vektor data model Vektor adalah struktur data yang digunakan untuk menyimpan data spasial. Data Vektor adalah terdiri dari garis atau lengkungan, yang di definisikan sebagai awal dan akhir sebuah titik yang bertemu yang dinamakan node. Lokasi dan topologi dari node tersebut disimpan secara ekplisit. Atributnya didefinisikan oleh batasanbatasannya (boundary) sendiri dan kurva garis digambarkan sebagai seri dari lengkungan yang saling terhubung. Vektor berbasis GIS didefinisikan sebagai vektorial dari data geografis. Menurut karakteristik dari model data, objek geografis secara ekplisit digambarkan dengan karakteristik spasial yang di asosiasikan dengan aspek thematic. Ada cara yang berbeda untuk mengorganisasikan database rangkap ini (Spasial dan Thematic). Biasanya, sistem vektorial terdiri dari dua komponen ; yang pertama mengatur data spasial dan yang lainnya mengatur data thematic. Ini dinamakan dengan organisasi sistem hibrid, dimana terhubung sebagai basisdata relational pada attributnya secara topologi untuk data spasial. Elemen kunci pada sistem ini di identifikasikan pada setiap objek. Indentifikasi ini adalah unix dan berbeda untuk setiap objek dan memungkinkan sistem untuk terhubung dengan basis data.
32
2. Raster data model Pada model raster, data spasial disimpan dalam bentuk sel grid-grid atau pixel-pixel. Pixel adalah unit dasar/terkecil dimana informasi disimpan secara eksplisit. Satu pixel mewakili satu nilai. Peta dalam bentuk raster yang disimpan di ILWIS dinamakan peta raster. Pixel-pixel dalam peta raster memiliki dimensi yang sama. Oleh karena itu, koordinat pixel-pixel tidak perlu disimpan semua karena pixel-pixel tersebut memiliki pola yang sama, cukup dengan menentukan
ukuran
pixel
dan
parameter-parameter
untuk
mentrasformasi koordinat X dan Y peta dengan lokasi pixel pada peta raster merupakan baris dan kolom. Proses menentukan hubungan ini dinamakan georeferencing. Pada model raster, titik dinyatakan dengan posisi satu pixel tunggal. Posisi tiap pixel ditentukan berdasarkan nomor baris dan kolom. Satu pixel memiliki satu kode . Garis dan luasan dinyatakan oleh sekumpulan pixel dengan kode yang sama. Pada model raster, tidak ada perbedaan mendasar diantara bagaimana titik, garis dan luasan disimpan.
33
TEORI KHUSUS 2.6
Puskesmas 2.6.1
Pengertian Puskesmas Pengertian Puskesmas menurut Pedoman Kerja Puskesmas Jilid 1
DEPKES – RI adalah Suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Dengan kata lain Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.
2.6.2
Wilayah Puskesmas Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari
kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja Puskesmas. Puskesmas merupakan perangkat pemerinta Daerah Tingkat II, sehingga pembagian wilayah kerja Puskesmas ditetapkan oleh Bupati, dengan saran teknis dari Kepala Kantor Departemen Kesehatan Kabupaten/Kota yang telah disetujui oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Propinsi, dengam Sasaran produk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000 penduduk setiap Puskesmas, Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka Puskesmas
34
perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. Khusus untuk Kota Besar dengan jumlah penduduk satu juta atau lebih, wilayah kerja Puskesmas bias meliputi satu Kelurahan. Puskesmas di ibukota kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan “Puskesmas Pembina” yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi Puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi.
2.6.3
Fungsi Puskesmas Ada 3 fungsi Puskesmas, yaitu : 1. Sebagai Pusat Pembangunan Kesehatan Masyarakat di wilayah kerjanya. 2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat. 3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat wilayah kerjanya.
2.6.4
Fasilitas Penunjang 1. Puskesmas Pembantu Puskesmas Pembantu adalah unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan berfungsi menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan – kegiatan yang dilakukan Puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil.
35
Wilayah kerja Puskesmas Pembantu diperkirakan meliputi 2 sampai 3 desa, dengan sasaran penduduk antara 2.500 orang (di luar Jawa Bali) sampai 10.000 orang (di perkotaan Jawa Bali). Puskesmas Pembantu merupakan bagian integral dari Puskesmas, satu Puskesmas meliputi seluruh Puseksmas Pembantu yang ada dalam wilayah kerjanya. 2. Puskesmas Keliling Puskesmas Keliling merupakan unit pelayanan kesehatan Keliling yang dilengkapi dengan kendaraan bermotor roda 4 atau perahu bermotor dan peralatan kesehatan, peralatan komunikasi serta sejumlah tenaga yang berasal dari Puskesmas. Puskesmas
Keliling
berfungsi
menunjang
dan
membantu
melaksanakan kegiatan – kegiatan Puskesmas dalam wilayah kerjanya yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan.
2.7
Sistem Rujukan 2.7.1
Sistem Rujukan Upaya Kesehatan Sistem rujukan menurut Pedoman Kerja Puskesmas Jilid 1 DEPKES-RI
adalah suatu sistem jaringan pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadi penyerahan tanggung-jawab secara timbale balik atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara vertikal maupun horizontal, kepada yang lebih kompeten, terjangkau dan dilakukan secara rasional.
36
2.7.2
Jenis Rujukan Sistem rujukan secara konsepsional menyangkut hal-hal sebagai berikut :
Rujukan medik yang meliputi : a) Konsultasi penderita, untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan operatif dan lain-lain. b) Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap c) Mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu pelayanan pengobatan setempat. 2.7.3
Rujukan Kesehatan Rujukan kesehatan adalah rujukan yang menyangkut masalah kesehatan
masyarakat yang bersifat preventif dan promotif yang antara lain meliputi bantuan : a) Survei epidemiologi dan pemberantasan penyakit atas kejadian luar biasa atau berjangkitnya penyakit menular. b) Pemberantasan pangan atas terjadinya kelaparan di suatu wilayah. c) Penyidikan sebab keracunan, bantuan teknologi penanggulangan keracunan dan bantuan obat-obatan atas terjadinya keracunan masal. d) Pemberian makanan, tempat tinggal dan obat-obatan untuk pengungsi atas terjadinya bencana alam. e) Saran dan teknologi untuk penyediaan air bersih atas masalah kekurangan air bersih bagi masyarakat umum.
37
f) Pemeriksaan spesimen air di Laboratorium Kesehatan dan sebagainya.
2.7.4
Tujuan Sistem Rujukan 1. Umum : Dihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang didukung mutu pelayanan yang optimal dalam rangka memecahkan masalah kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna. 2. Khusus : a) Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif dan rehabilitatif secara berhasil guna dan berdaya guna. b) Dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan promotif secara berhasil guna dan berdaya guna.
2.7.5
Jenjang Tingkat Pelayanan Kesehatan
Jenjang (Hirarki)
Komponen / unsur pelayanan kesehatan Pelayanan kesehatan oleh individu atau oleh
Tingkat Rumah Tangga keluarganya sendiri Kegiatan
swadaya
masyarakat
dalam
Tingkat Masyarakat menolong mereka sendiri oleh Kelompok
38
Paguyuban, PKK, Saka Bhakti Husada, anggota RW, RT dan Masyarakat Puskesmas,
Puskesmas
Pembantu,
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Puskesmas Keliling, Praktek Dokter Swasta, Profesional Tingkat Pertama Poliklinik Swasta, dan lain lain Rumah Sakit Kabupaten/Kota, Rumah Sakit Fasilitas
Pelayanan
Rujukan Swasta, Laboratorium, Klinik Swasta, dan
Tingkat Pertama lain lain Rumah Sakit Kelas B dan A serta Lembaga Fasilitas
Pelayanan
Rujukan Spesialistik Swasta, LabKesDa, Lab. Klinik
yang lebih tinggi Swasta, dan lain lain
Tabel 2.1: Tabel Jenjang Tingkat Pelayanan Kesehatan
Jalur rujukan 38edic dapat berlangsung sebagai berikut : 1. Intern antara petugas Puskesmas. 2. Antara Puskesmas Pembantu dengan Puskesmas. 3. Antara masyarakat dengan Puskesmas. 4. Antara satu Puskesmas dengan Puskesmas yang lain. 5. Antara Puskesmas dengan Rumah Sakit, Laboratorium, atau fasilitas kesehatan lainnya.
39
2.8
Demam Berdarah Dengue ( DBD ) 2.8.1
Pengertian DBD Demam berdarah Dengue menurut Tata laksana DBD DEPKES-RI
adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu ; DEN-1, DEN2, DEN-3, DEN-4. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Di Indonesia, pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa rumah sakit menunjukkan bahwa keempat serotipe ditemukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat.
40
2.8.2
Diagnosis Kriteria klinis demam berdarah dengue menurut WHO (1986) adalah : 1. Demam akut yang tetap tinggi selama 2-7 hari, kemudian turun secara drastis. Demam disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, lemah nyeri pada punggung, tulang, persendian dan kepala. 2. Pembesaran hati 3. Adanya renjatan yang biasanya terjadi pada saat demam menurun (hari ke-3 dan ke-7). 4. Kenaikan nilai hematokrit/hemokonsentrasi.
2.8.3
Pencegahan Untuk memutuskan rantai penularan, pemberantasan vektor dianggap
cara paling memadai saat ini. Vektor dengue khususnya Aedes Aegypti sebenarnya mudah diberantas karena sarang-sarangnya terbatas di tempat yang berisi air bersih dan jarak terbangnya maksimum 100 meter. Tetapi karena vektor terbesar luas , untuk keberhasilan pemberantasan diperlukan total coverage (meliputi seluruh wilayah) agar nyamuk tak dapat berkembang biak lagi. Ada 2 cara pemberantasan vektor : 1. Menggunakan insektisida Yang lazim dipakai dalam program pemberantasan demam berdarah dengue adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa (adultisida)
dan
temephos
(abate)
untuk
membunuh
jentik
41
(larvasida). Cara penggunaan malathion ialah dengan pengasapan (thermal fogging) atau pengabutan (cold fogging). Untuk pemakaian rumah tangga dapat digunakan berbagai jenis insektisida yang disemprotkan didalam kamar atau ruangan, misalnya golongan organofosfat, karbamat atau pyrethroid. Cara penggunaan temephos (abate) ialah dengan menaburkan pasir abate ke dalam sarang-sarang nyamuk aedes, yaitu bejana tempat penampungan air bersih. Dosis yang digunakan adalah 1 ppm atau 1 gram Abate SG 1% per 10 liter air.
2. Tanpa insektisida Caranya adalah : a. Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air minimal 1X seminggu (perkembangan telur ke nyamuk lamanya 7-10 hari). b. Menutup rapat tempat penampungan air. c. Membersihkan halaman rumah dari kaleng-kaleng bekas, botolbotol pecah dan benda lain yang memungkinkan nyamuk bersarang.
Isolasi pasien agar pasien tidak digigit vektor untuk ditularkan kepada orang lain sulit dilaksanakan lebih awal dari perawatan di rumah sakit karena kesulitan praktis.
42
Mencegah gigitan nyamuk dengan cara memakai obat gosok / repellant maupun pemakaian kelambu memang dapat mencegah gigitan nyamuk, tetapi cara ini dianggap kurang praktis. Imunisasi maupun pemberian anti-virus dalam usaha memutuskan rantai penularan, saat ini baru dalam taraf penelitian.
2.9
Sistem Informasi Geografis pada kesehatan masyarakat 2.9.1
Sejarah Perkembangan SIG Misi dari kesehatan masyarakat adalah untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam memastikan kondisi dimana seseorang sehat. Untuk melaksanakan misi ini, sistem kesehatan masyarakat bergantung pada tiga komponen : 1. Tenaga kerja 2. Organisasi tempat para tenaga kerja bekerja, baik organisasi pemerintah atau swasta 3. sistem informasi dan komunikasi yang digunakan untuk mengumpulkan dan menyebarkan data yang akurat Tetapi data yang disajikan terkadang tidak digunakan, karena data kurang akurat dan
masih disajikan dalam bentuk laporan atau kertas. Untuk itu
penggunaan Sistem informasi geografis dapat menjadi solusi dari beberapa masalah
kesehatan
masyarakat,
diantaranya
:
menghubungkan
dan
mengintegrasikan berbagai data dengan cepat dan akurat, menggambarkan analisis data pada peta, memberikan gambaran visual kesehatan masyarakat yang mudah dimengerti dan data kesehatan masyarakat dapat dengan mudah diakses.
43
Dari tiga variabel inti epidemiologi, yaitu waktu, tempat dan manusia, tempat adalah hal yang paling sulit untuk dianalisa. 150 tahun yang lalu pakar kesehatan masyarakat mempelajari peta dan dapat menyelesaikan masalah penganalisaan tempat. Pada tahun 1840, Robert Cowan menggunakan peta untuk menunjukan hubungan antara demam dan kepadatan penduduk di kota Glasgow. Ia menyatakan bahwa peningkatan kematian disebabkan karena jumlah imigrasi yang berlebihan tanpa adanya peningkatan yang sebanding dengan jumlah perumahan, dan terus menurunnya proporsi kekayaan dari kelas menengah. Pada tahun 1843, di Glasgow Robert Perry menggambarkan 6 perbedaan prevalensi demam pada lingkungan yang berbeda. Ia menunjukan sebanyak 1843 epidemi tifus dengan mengindentifikasi rumah yang terkena dampak pada peta. pada 1854, karena setiap ahli epidemiologi mengetahui bahwa London mengalami epidemi kolera. John Snow, dianggap sebagai salah satu bapak epidemiologi modern, melacak distribusi geografis kematian yang disebabkan kolera di London, menunjukkan hubungan antara kematian ini dengan pasokan air yang terkontaminasi. Ia menghubungkan ilmu baru epidemiologi dengan penggunaan informasi geografis untuk mengungkapkan hubungan antara lingkungan dan penyakit. Pada tahun 1960 dan 1970, Melvyn Howe menggunakan peta untuk menunjukkan variasi geografis penyebab kematian secara umum dan spesifik di London dan Glasgow. Sebagai contoh, ia menggambarkan dua atau tiga variasi geografis dalam kematian dari penyakit jantung iskemik di lingkungan kota yang berdekatan. Penggunaan komputer untuk menganalisis dan menampilkan data geografis dimulai pada tahun 1960, dengan mengembangkan SIG sebagai bidang studi multidisiplin pada 1970-an. Disiplin ilmu yang mendasari SIG modern
44
termasuk pemetaan, perencanaan kota dan pengelolaan database komputer. Dalam tiga dekade terakhir, beberapa faktor memberikan kontribusi terhadap perkembangan pesat dari SIG. Komputer menjadi lebih kecil, lebih cepat, lebih mudah diakses, dan lebih murah. Software menjadi mudah digunakan. Landscape dan data sensus tersedia dalam format digital, memungkinkan untuk menghubungankan data kesehatan dengan peta geografis. (Melnick, 2002 )
2.10.2 Penerapan SIG pada Kesehatan Masyarakat Bicara mengenai sistem informasi, maka ada banyak sekali jenis sistem informasi yang mungkin telah penulis kenal saat ini. Salah satu diantaranya adalah Sistem Informasi Geografis ( disingkat SIG ). Perbedaan SIG dengan sistem informasi lainnya adalah kemampuannya dalam mengelola atribut lokasi atau referensi geografis bersamaan dengan atribut lainnya. Dengan SIG, penyebaran obyek dalam ruang disajikan dalam bentuk peta – peta digital, dimana setiap obyek di peta dapat dihubungkan dengan basis data yang memuat jenis data lainnya seperti numerik, grafik, animasi, suara dan citra. Pemanfaatan kajian geografi sendiri sebenarnya bukan hal yang baru dalam dunia kesehatan. Sejak jaman dahulu banyak sekali ahli epidemiologi yang bekerja memetakan lokasi penyebaran peyakit menular, serta mempelajari pola penyebaran penyakit secara spasial sebagai bahan analisis untuk mencegah penyebaran penyakit menular tersebut. SIG kemudian digunakan sebagai alat bantu pemantauan dan monitoring dari penyebaran penyakit melalui wadah vektor, air, kondisi lingkungan, serta analisis lain yang lebih kompleks seperti faktor kebijakan, perencanaan kesehatan, sampai digunakan juga untuk
45
menyimpulkan serta membuat hipotesis bagi penyelesaian masalah kesehatan. Selain itu, SIG mampu membantu para peneliti kesehatan dalam menentukan area dan kelompok masyarakat yang rentan terjangkit, serta sebagai alat identifikasi alokasi sumber daya alam dalam rangka penyelesaian masalah penyakit menular. Akan tetapi, beberapa tahun ke depan, SIG diprediksi akan mampu memberikan kontribusi yang lebih besar lagi dalam sektor kesehatan. Salah satu institusi yang membuat analisanya adalah CDC yang mengungkapkan pemanfaatan SIG ke depannya, berdasarkan “Sepuluh Fungsi Pokok Sektor Kesehatan Masyarakat.” Berikut ini adalah beberapa contoh pemanfaatan SIG dalam bidang Kesehatan Masyarakat berdasarkan analisa CDC tersebut. Fungsi pertama yaitu memonitor status kesehatan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada di masyarakat. Dalam mendukung fungsi ini, SIG dapat digunakan untuk memetakan kelompok masyarakat serta areanya berdasarkan status kesehatan tertentu, misalnya status kehamilan. Dengan SIG, peta mengenai status kesehatan dapat digunakan untuk merencanakan program pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh kelompk tersebut, misalnya pelayanan ANC, persalinan dan lain lain. Fungsi yang kedua yaitu mendiagnosa dan menginvestigasi masalah serta resiko kesehatan di masyarakat. Sebagai contoh, seorang epidemiologis sedang mengolah data tentang kasus asma yang diperoleh dari Rumah Sakit, Puskesmas, dan Pusat – Pusat Kesehatan lainnya di masyarakat, ternyata dia menemukan terjadi kenaikna kasus yang cukup signifikan di suatu Rumah Sakit, maka kemudian dia mencari tahu data dari pasien – pesien penderita asma di Ruimagh
46
sakit. Ternyata ditemukan bahwa 8 dari 10 orang penderita asma yang dirawat di Rumah Sakit tersebut bekerhja di perusahaan yang sama. Demikian seterusnya hingga kemudian SIG dapat digunakan untuk memberikan data yang lengkap mengenai pola pajanan kimia tertentu di perusahaan – perusahaan dalam suatu wilayah, yang merupaka informasi yang penting utnuk para karyawan. Informasi ini juga dapat diteruskan kepada ahli – ahli terkait, dalam hal ini ahli K3 untuk melakukan penanganan lebih lanjut terhadap masalah yang ditemukan. Fungsi
yang
ketiga
yaitu
menginformasikan,
mendidik
dan
memberdayakan masyarakat nmengenai isu – isu kesehatan. SIG dalam hal ini dapat
emnyediakan
informasi
mengenai
kelompok
masyarakat
yang
diidentifikasi masih memiliki pengetahuan yang kurang mengenai informasi kesehatan tertentu, sehingga kemudian dapat dicari media komunikasi yang paling efektif bagi kelompok tersebut, serta dapat dibuat perencanaan mengenai waktu yang paling tepat untuk melakukan promosi kesehatan kepada kelompok masyarakat tersebut. Fungsi yang keempat yaitu membangun dan menggerakkan hubungan kerjasama dengan masyarakat untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah kesehatan. Dalam hal ini SIG dapat digunakan untuk melihat suatu pemecahan masalah kesehatan berdasarkan area tertentu dan kemudian memetakan kelompok masyarakat yang potensial dapat mendukung program tersebut berdasarkan area – area yang terdekat dengannya. Misalnya masalah imunisasi yang ada pada wilayah kerja tingkat RW atau Posyandu, maka dapat dipetakan kelompok potensial pendukungnya yaitu Ibu – Ibu PKK yang dapat
47
diberdayakan sebagai kader pada Posyandu – Posyandu yang terdekat dengan tempat tinggalnya. Fungsi yang kelima yaitu membangun kebijakan dan rencana yang mendukung usaha individu maupun masyarakat dalam menyelesaikan masalah kesehatan. Contohnya dalam hal analisa wilayah cakupan Puskesmas. Dalam hal ini SIG digunakan untuk memetakan utillisasi dari tiap – tiap Puskesms oleh masyarakat sehingga dapat dibuat perencanaan yang jelas mengenai sumber daya kesehatan yang perlu disediakan untuk Puskesmas tersebut disesuaikan dengan tingkat utilitasnya. Fungsi yang keenam yaitu membangun perangkat hukum dan peraturan yang melindungi kesehatan dan menjamin keselamatan masyarakat. Dalam hal ini SIG dapat digunakan untuk membagi secara jelas kewenangan dan tanggung jawab suatu pusat pelayanan kesehatan pada tiap – tiap wilayah kerja dalam menjamin dan menangani segala bentuk masalah yang terjadi di wilayah tersebut. Dengan demikian maka manajemen komplain dapat terkoordinir dengan baik. Fungsi yang ketujuh yaitu menghubungkan individu yang membutuhkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan tersebut jika belum tersedia. Misalnya seorang warga negara asing diidentifikasi menderita suatu penyakit tertentu yang membutuhkan penanganan yang serius. Maka untuk mengatasinya, dengan melihat peta dan data akses pelayanan kesehatan yang tersedia dapat dicari tenaga kesehatan terdekat yang dapat membantu orang tersebut, dan menguasai bahasa yang digunakannya. Dengan data SIG juga dapat diketahui bagaimana akses transportasi termudah
48
yang dapat dilalui oleh warga negara asing tersebut menuju fasilitas kesehatan terdekat. Fungsi kedelapan yaitu menjamin ketersediaan tenaga kesehatan dan ahli kesehatan masyarakat yang berkompeten di bidangnya. Dalam hal ini SIG dapat menyediakan peta persebaran tenaga kesehatan dan ahli kesehatan masyarakat di tiap – tiap daerah, sehingga dengan demikian dapat dilihat jika ada penumpukan atau bahkan kekurangan personel di suatu daerah. Lebih lanjut, data tersebut dapat digunakan dalam hal perencanaan pengadaan tenaga – tenaga kesehatan untuk jangka waktu ke depan untuk masing – masing wilayah. Fungsi kesembilan yaitu mengevaluasi efektifitas, kemudahan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di masyarakat. Data SIG dapat menyediakan data yang lengkap mengenai potensi tiap – tiap daerah serta karakter demografis masyarakatnya untuk dihubungkan dengan fasilitas – fasilitas kesehatan yang tersedia dan tingkat utilitasnya. Dengan demikian dapat dievaluasi kembali kesesuaian dan kecukupan dari penyediaan sarana pelayanan kesehatan yang ada. Fungsi kesepuluh yaitu penelitian untuk menciptakan penemuan baru dan inovasi dalam memecahkan masalah – masalah kesehatan di masyarakat. Salah satu kegunaan SIG dalam hal ini adalah untuk menyediakan data yang akurat mengenai perubahan – perubahan yang terjadi di suatu daerah seperti pertambahan jumlah perumahan, jalan, pabrik atau sarana - sarana lainnya yang berpengaruh pada lingkungan dan berpotensi mempengaruhi status kesehatan masyarakat. Data ini kemudian dapat digunakan untuk merancang dan merencanakan inovasi – inovasi tertentu yang dapat menjamin kesehatan suatu masyarakat.(Ermawati, 2005)
49
Pada tahun 2008, Hari Kusnanto Sunardi melakukan sebuah penelitian untuk merancang sistem Deteksi Endemisitas Demam Berdarah Dengue (DBD) Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) Di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo. Latar belakang dari penelitian ini adalah dikarenakan Kecamatan Grogol merupakan salah satu kecamatan yang memiliki kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) tertinggi di Kabupaten Sukoharjo, dimana terdapat 11 desa endemis dari 14 desa yang ada. Melihat tingginya angka kasus DBD di Kecamatan Grogol, maka perlu dilakukan penelitian faktor – faktor yang berhubungan dengan deteksi endemisitas DBD guna menentukan risiko penularan terhadap DBD dan prioritas penanganannya. Deteksi faktor endemisitas DBD menggunakan data proporsi penggunaan lahan permukiman, angka bebas jentik (ABJ), dan kepadatan penduduk. Proses pengolahan data menggunakan Sistim Informasi Geografis (SIG). Jenis penelitian ini adalah survei cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah populasi wilayah (Area Population), yaitu segmen-segmen wilayah yang mengandung jumlah unit penelitian (seluruh desa yang ada di peta Kecamatan Grogol) dan seluruh kasus DBD (352 kasus) di Kecamatan Grogol sejak tahun 2004 hingga 2006 diambil titik koordinatnya. Keseluruhan populasi dalam penelitian ini akan diteliti (total population). Analisis spasial dengan SaTScan digunakan untuk mengetahui clustering DBD yang kemudian dianalisis dengan spatially weighted regression menggunakan GeoDa untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (kepadatan penduduk, ABJ dan luas permukiman) dengan variabel terikat (endemisitas DBD). Dari hasil penelitian ini, Hari Kusnanto Sunardi mengambil kesimpulan bahwa Penyebaran DBD mengikuti pola distribusi spasial tertentu.
50
Penyebaran DBD tidak berhubungan dengan kepadatan penduduk, ABJ dan proporsi luas lahan permukiman juga terdapat clustering penyakit DBD yang signifikan di Kecamatan Grogol. Masih di tahun 2008, Oslan Daud, SKM., MPH melakukan penelitian Studi Epidemiologi Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue Dengan Pendekatan Spasial Sistem Informasi Geografis di Kecamatan Palu Selatan Kota Palu. Penelitian ini memiliki latar belakang bahwa Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Jumlah kasus yang dilaporkan cenderung meningkat dan daerah penyebarannya bertambah luas. Pada tahun 2004 di kota Palu, penderita DBD berjumlah 210 orang dengan 10 kematian. Tahun 2005 jumlah penderita DBD sebanyak 627 orang dan 12 diantaranya meninggal, dan tahun 2006 dengan jumlah penderita DBD sebanyak 334 orang dan 5 diantaranya meninggal. Sedangkan pada tahun 2007 sampai dengan bulan April jumlah penderita DBD sebanyak 593 orang dan 2 diantaranya meninggal. Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional, yang bermaksud untuk memperoleh gambaran tentang distribusi kejadian DBD dengan pendekatan spasial SIG di kecamatan Palu Selatan tahun 2004 sampai dengan 2006. Alamat penderita diambil titik koordinat dengan menggunakan Global Positioning System (GPS). Proses selanjutnya, data diolah dan akan disajikan dalam bentuk tabel, grafik, dan peta. Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian ini adalah Laki-laki lebih banyak beraktifitas daripada perempuan, penderita DBD lebih banyak pada usia anak sekolah, kelurahan Lolu Selatan memiliki kepadatan penduduk dan mobilisasi penduduk
51
yang tinggi, peningkatan kasus terjadi pada waktu musim penghujan yaitu bulan April sampai dengan Oktober, adanya pengelompokkan kasus penderita DBD di kelurahan Tatura Utara dan kelurahan Tanamodindi, kepadatan penduduk sangat berhubungan positif dengan kejadian DBD, suhu dan kelembaban sangat mendukung dalam perkembangbiakan vektor penular penyakit DBD yang menyebabkan peningkatan penderita DBD dari tahun ke tahun, ABJ tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian penyakit DBD.