BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Konsep Dasar Sistem, Informasi Dan Akuntansi 2.1.1 Pengertian Sistem
Menurut Mardi (2011) pengertian sistem adalah suatu kesatuan komponen atau elemen yang di hubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi,atau energi. Pengertian sistem menurut
James A. Hall (2009:6) mengemukakan
bahwa: Sistem adalah kelompok dari dua atau lebih komponen atau subsistem yang saling berhubungan yang berfungsi dengan tujuan yang sama. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem adalah prosedur atau susunan yang saling berhubungan antara bagian yang satu dengan yang lain dan antara komponen yang satu dengan yang lain yang telah dikoordinasikan sedemikian rupa untuk melaksanakan suatu fungsi demi mencapai tujuan yang sama dan rutin terjadi. Sistem
informasi
adalah
cara-cara
yang
diorganisasi
untuk
mengumpulkan, memasukan , mengolah dan menyimpan data, dan cara-cara yang diorganisasi untuk menyimpan, mengelola, mengendalikan, dan melaporkan
13
informasi sedemikian rupa sehingga sebuah organisasi dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sistem informasi dapat dilaksanakan secara manual maupun menggunakan komputer. Kedua pilihan ini memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing. Dari sisi biaya, dalam jangka pendek sistem informasi lebih murah jika diselenggarakansecara manual, namun cara ini tentunya akan menghasilkan informasi yang lebih lambat dan kurang akurat. Sebaliknya, dengan menggunakan komputer, sistem informasi dapat menghasilkan informasi yang lebih cepat dan lebih akurat, meskipun investasi awal (jangka pendek) lebih besar.
2.1.2 Komponen Sistem Sistem informasi memiliki delapan komponen yaitu : 1. Tujuan. Setiap sistem informasi di rancang untuk mencapai satu atau lebih tujuan yang memberikan arah bagi sistem tersebut secara keseluruhan. 2. Input. Data harus dikumpulkan sebagai input ke dalam sistem. Sebagian besar input berupa data transaksi. 3. Output. Informasi yang dihasilkan oleh sebuah sistem di sebut output. Output dari sebuah sistem yang dimasukkan kembali kedalam sistem sebagai input disebut dengan umpan balik (feedback). Output sebuah sistem informasi akuntansi biasanya
14
berupa laporan keuangan dan laporan internal seperti daftar piutang, anggaran, dan proyeksi arus kas. 4. Penyimpanan data. Data yang tersimpan ini harus diperbarui (update) untuk menjaga keterkinian data. 5. Pemroses. Data harus diproses untuk menghasilkan informasi dengan menggunakan komponen pemroses. 6. Intruksi dan prosedur. Perangkat lunak (program) komputer di buat untuk mengintruksikan komputer melakukan pengolahan data. Intruksi dan prosedur untuk para pemakai komputer biasanya dirangkum dalam sebuah buku yang disebut buku pedoman prosedur. 7. Pemakai.
Orang
yang
berinteraksi
dengan
sistem
dan
menggunakan informasi yang dihasilkan oleh sistem disebut dengan pemakai. 8. Pengamanan dan pengawasan. Informasi yang dihasilkan oleh sebuah sistem informasi harus akurat, bebas dari berbagai kasalahan, dan terlindung dari akses secara tidak sah. Untuk mencapai
kualitas
informasi
semacam
pengamanan dan pengawasan harus dibuat
15
itu,
maka
sistem
2.1.3 Pengertian informasi Menurut krismiaji (2010) Informasi adalah data yang telah diorganisasi, dan telah memiliki kegunaan dan manfaat. Menurut Gordon B. Davis informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang penting bagi si penerima dan mempunyai nilai yang nyata yang dapat dirasakan dalam keputusan-keputusan yang sekarang atau keputusan-keputusan yang akan datang. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang telah diproses menjadi bentuk yang memiliki arti bagi penerima dan dapat berupa fakta sehingga memiliki manfaat bagi pengguna informasi.
2.1.4 Karakteristik Informasi Agar
bermanfaat,
informasi
harus
memilki
kualitas
atau
karakteristik sebagai berikut : a) Relevan : menambah pengetahuan atau nilai bagi para pembuat keputusan, dengan cara mengurangi ketidakpastian, menaikkan kemampuan untuk memprediksi, atau menegaskan/membenarkan ekspektasi semula. b) Dapat dipercaya : bebas dari kesalahan atau bias dan secara akurat menggambarkan kejadian atau aktivitas organisasi. c) Lengkap : tidak menghilangkan data penting yang dibutuhkan oleh para pemakai. 16
d) Tepat waktu : disajikan pada saat yang tepat untuk mempengaruhi proses pembuatan keputusan. e) Mudah dipahami : disajikan dalam format yang mudah dimengerti. f) Dapat diuji kebenarannya : memungkinkan dua orang yang kompeten untuk menghasilkan informasi yang sama secara independen. 2.2
Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Menurut Krismiaji (2010) Sistem informasi akuntansi adalah sebuah sistem yang memproses data dan transaksi guna menghasilkan informasi yang
bermanfaat
untuk
merencanakan,
mengendalikan,
dan
mengoperasikan bisnis. Menurut Mardi (2010) sistem informasi akuntansi adalah susunan berbagai
formulir
catatan,
peralatan,
termasuk
komputer
dan
perlengkapannya serta alat komunikasi, tenaga pelaksananya, dan laporan yang terkoordinasikan secara erat yang didesain untuk mentrasformasikan data keuangan menjadi informasi yang dibutuhkan manajemen. Dengan demikian, sistem informasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terintegrasi yang menghasilkan laporan di bentuk data transaksi bisnis yang diolah dan disajikan sehingga menjadi sebuah laporan keuangan yang memiliki arti bagi pihak yang membutuhkannya.
17
2.2.1. Subsistem Sistem Informasi Akuntansi Kegiatan SIA terdiri atas beberapa unsur penting, yaitu : pelaku (orang) yang bertindak sebagai operator sistem atau yang mengendalikan dan melaksanakan berbagai fungsi. Keberadaan perangkat komputer, alat pendukung dan peralatan untuk komunikasi jaringan merupakan infrastruktur teknologi informasi. Dengan adanya unsur-unsur diatas, memungkinkan SIA melaksankan tugas utama dalam proses bisnis perusahaan, yaitu : 1. Melaksanakan
pengarsipan
data
terkait
dengan
aktivitas
operasional organisasi, sumnber daya yang terkait dengan aktivitas tersebut baik pimpinan maupuin para pelaksana tugas serta pihak luar yang memiliki kepentingan terhadap pelaporan yang dihasilkan oleh organisasi bisnis tersebut. 2. Data yang diubah menjadi informasi merupakan tugas pokok SIA yang digunakan oleh pihak memejemenmembuat keputusan dalam kegiatan perencanaan,implementasi dan pengendalian tugas-tugas harian perusahaan. 3. Tersedia instrumen pengendalian yang handal untuk menjaga harta kekayaan perusahaan, misalnya data yang memiliki nilai komersial organisasi , oleh karena itu, data tersebut harus tersedia lengkap dan terjaga kerahasiaannya serta dapat terandalkan serta relevan dengan kebutuhan
18
2.2.2. Tujuan Sistem Informasi Akuntansi Terdapat tiga tujuan sitem informasi akuntansi, yaitu sebagai berikut : 1. Guna memenuhi setiap kewajiban sesuai dengan otoritas yang diberikan kepada seseorang
(to fulfill obligasions relating to stewardship).
Pengelolaan perusahaan selalu mengacu kepada tanggung jawab manajemen guna menata secara jelas segala sesuatu yang berkaitan dengan sumber daya yang dimilki oleh perusahaan. Keberadaan sistem informasi membantu ketersediaan informasi yang dibutuhkan oleh pihak eksternal melalui laporan keuangan tradisional dan laporan yang diminta lainnya, demikian pula ketersediaan laporan internal yang dibutuhkan oleh seluruh jajaran
dalam
bentuk
laporan
pertanggung
jawaban
pengelolaan
perusahaan. 2. Setiap informasi yang dihasilkan merupakan bahan yang berharga bagi pengambilan keputusan manajemen (to support decision making by internal decision makers). Sistem informasi menyediakan informasi guna mendukung setiap keputusan yang diambil oleh pimpinan sesuai dengan pertanggung jawaban yang diterapkan. 3. Sistem informasi diperlukan untuk mendukung kelancaran opersional perusahaan sehari-hari ( to support the-day-to-day operasional ). Sistem informasi menyediakan informasi bagi setiap satuan dalam berbagai level manajemen, sehingga mereka dapat lebih produktif.
19
2.3.
Sistem Informasi Penagihan Piutang
Sistem Informasi Penagihan Piutang merupakan suatu proses yang penting, yang dapat menunjukkan satu bagian besar dari harta likiud perusahaan dari penjualan kredit yang dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: 1. Fungsi yang terkait dalam sistem Penagihan Piutang dari penjualan kredit. 2. Faktur/Invoice yang digunakan dalam sistem Penagihan Piutang yang terintergrasi dan terkini sehingga dapat menurunkan ACP (Average Collection Period). 3. Sistem Informasi Penagihan Receivable
Piutang
melalui
Account
Division dilaksanakan dengan Prosedur.
Dengan adanya Sistem Informasi Penagihan Piutang diharapkan mungkin dapat menurunkan ACP (Average Collect Period), Uang Muka dan Uang Titipan yang terjadi di Account Receivable Division. Untuk itu diperlukannya kerjasama yang baik antara Billing System Division, Tax Division, Accounting Division, Finance Adminitration Division dan Account Receivable Division, sehingga Sistem Informasi Penagihan Piutang dapat terlaksana efektif dan efisien dalam pencairan piutang kepada debitur/customer secara Up to Date. Dengan adanya kemajuan teknologi komputer saat ini, penulis ingin memberikan sistem informasi Penagihan Piutang dengan pengiriman
20
faktur atau penyampaian faktur/Invoice kepada debitur dengan cepat dengan mengunakan media E-Mail Address. Account Receivable Division adalah bagian yang mengendalikan kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi meliputi kegiatan pencatatan dan Penagihan kepada para debitur yang memiliki usaha diwilayah Bandara Soekarno Hatta dan pelaksanaan rekonsiliasi serta pembuatan laporan setiap bulan dalam rangka menunjang pelaksanaan dan pengembangan usaha. 2.3.1
Penjualan Kredit Setiap perusahaan berusaha untuk mencapai tujuannya yaitu meningkatkan
keuntungan. Dan untuk mencapainya perusahaan akan menetapkan kebijakankebijakan yang mendukung, seperti kebijakan dalam hal penjualan. Kebijakan perusahaan terdiri dari penjualan tunai dan penjualan kredit. Penjualan kredit lebih mendominasi penjualan perusahaan, hal ini bertujuan meningkatkan volume penjualan, yang pada akhirnya akan meningkatkan laba atau keuntungan perusahaan. Sebelum melakukan penjualan kredit perusahaan biasanya melakukan analisis terlebih dahulu apakah customer atau pelanggan layak untuk menghindari atau menekan kerugian karena tidak tertagihnya piutang. Menurut mulyadi,dalam buku sistem informasi akuntansi, mendefinisikan penjualan kredit sebagai berikut : “penjualan kredit adalah penjualan dengan cara mengirimkan barang atau jasa sesuai dengan order yang diterima dari pembeli dan untuk jangka waktu tertentu, perusahaan mempunyai tagihan kepada pembeli tersebut. Atau dengan kata lain
21
penjualan kredit terjadi jika order dari pelanggan telah dipenuhi dengan pengiriman barang atau jasa, sehingga untuk jangka waktu tertentu perusahaan memiliki piutang kepada pelanggannya. Kegiatan penjualan kredit ini ditangani oleh perusahaan melalui system penjualan kredit “. Informasi yang dibutuhkan oleh manajemen dari penjualan secara kredit yaitu jumlah pendapatan penjualan menurut jenis produk atau kelompok produk selama jangka waktu tertentu, jumlah piutang kepada setiap debitur dari transaksi penjualan kredit, jumlah harga pokok produk yang dijual selama jangka waktu tertentu, nama dan alamat pembeli, kuantitas produk yang dijual, nama wiraniaga yang melakukan penjualan, dan otoritas pejabat yang berwenang. Agar penjualan kredit dapat terorganisir dan dikendalian dengan baik maka dibutuhkan catatan-catatan akuntansi yang memadai seperti : 1. Jurnal penjualan, catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat transaksi penjualan, baik secara tunai maupun secara kredit. 2. Kartu piutang, catatan akuntansi ini merupakan buku pembantu yang berisi rincian mutasi piutang perusahaan kepada setiap debitur. 3. Kartu persediaan, catatan akuntansi ini merupakan buku pembantu yang berisi rincian mutasi setiap jenis persediaan. 4. Kartu gudang, catatan ini diselenggarakan oleh fungsi gudang untuk mencatatmutasi dan persediaan fisik barang yang disimpan digudang. 5. Jurnal umum, catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat harga pokok produk yang dijual selama periode akuntansi tertentu.
22
Unsur-unsur pengendalian dalam prosedur penjualan kredit terdiri dari : a. Orgnisasi Dalam merancang organisasi yang berkaitan dengan sistem akuntansi penjualan kredit, unsur pokok sistem pengendalian intern dapat dijabarkan sebagai berikut : 1) Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi kredit 2) Fungsi akuntansi haruslah terpisah dari fungsi penjualan 3) Transaksi retur penjualan harus di laksanakan oleh fungsi penjualan, fungsi penerimaan dan fungsi akuntansi. Tidak ada transaksi retur penjualan yang dilaksanakan secara lengkap hanya oleh satu fungsi tersebut. b. Sistem otorisasi dan prosedur penjualan Setiap transaksi yang terjadi dicatat dalam catatan akuntansi melalui prosedur pencatatan tertentu. Dalam sistem penjualan kredit sistem otorisasi prosedur pencatatan dirancang sebagai berikut : 1) Penerimaan order dari pembeli disetujui oleh fungsi penjualan dengan menggunakan formulir surat order pengiriman.
Tranaksi
penjualan
dimulai
dengan
diterimanya order dari pembeli sebagai awal kegiatan penjualan , fungsi penjualan mengisi formulir surat order pengiriman untuk memungkinkan berbagai pihak dalam
23
melaksanakan pemenuhan order yang diterima dari pembeli.
Dengan
bertanggung
jawab
demikian atas
fungsi
perintah
penjualan
pengiriman
ini yang
diterimanya dari pembeli. 2) Persetujuan pemberian kredit di berikan oleh fungsi kredit dengan membubuhkan tanda tangan pada credit copy (yang merupakan tembusan surat order pengiriman ). 3) Pengiriman barang kepada pelanggan disetujui oleh fungsi pengiriman dengan cara menandatangani dan mencatumkan cap”barang telah dikirim”pada kopi surat order pengiriman. 4) Penetapan
barang
jual,
syarat
pembayaran,
syarat
pengangkutan barang dan potongan penjualan berada di tangan direktur pemasaran dengan menerbitkan surat keputusan mengenai hal tersebut.
24
Departemen Penagihan
Departemen pengolahan Data
Pengiriman
Penjualan
Order penjualan
Persediaan
Pelanggan
1
1 Order penjualan
Bill of Lading Membuat Faktur Penjualan Cocokkan dan bandingkan
N
Faktur Penjualan N
Batch Total
Membuat Bact total
Faktur Penjualan
A Sejarah Penjualan
A Batch Total
Batch total
Entri data
Buku Besar
Bandingkan Koreksi, dan Arsipkan 3 1 2
Order Penjualan
1
Faktur Penjualan
1
Bill of Lading
T
Pelanggan
A
25
Departemen Penagihan :
1. Departemen ini mula-mula menerima tembusan order penjualan, lalu mengarsipkannya urut nomor. Selanjutnya, departemen ini juga menerima tembusan surat muat dari departemen pengiriman. 2. Atas dasar kedua dokumen tersebut, departemen ini akan mencocokkan dan membandingkan keua dokumen tersebut, kemudian mengarsipkannya urut nomor, membuat jumlah kelompok secara manual, dan memasukkan data penagihan ke komputer.
Departemen Pengolahan Data :
3. Setelah komputer menerima data penagihan, departemen ini menjalankan program pembuatan faktur penjualan, dengan menggunakan file open sales order, file induk persediaan, dan file induk pelanggan. Keluaran dari proses ini adalah sebagai berikut : a. Hasil perhitungan jumlah kelompok dan di serahkan ke departemen penagihan. b. Faktur penjualan sebanyak 3 lembar dan diserahkan ke departemen penagihan. c. File faktur penjualan, file sejarah penjualan, file buku besar.
26
Departemen Penagihan :
4. Departemen ini mula-mula menerima hasil perhitungan jumlah kelompok, kemudian membandingkannya dengan hasil perhitungan manual. Jika terdapat perbedaan , dilakukan pembetulan. Selanjutnya kedua dokumen tersebut diarsipkan urut tunggal. 5. Selanjutnya departemen ini menerima faktur penjualan dari departemen pengolahan data, kemudian mendistribusikannya sebagai berikut : a. Lembar ke 1 dan ke 2 dikirimkan ke pembeli. b. Lembar ke 3 bersama-sama dengan tembusan order penjualan dan surat muat, diarsipka urut abjad nama pembeli.
27
2.4
Penilaian Piutang Usaha
Menurut weaygandt kimmel kieso (2013:370) setelah piutang tercatat dalam catatan akuntansi, pertanyaan berikutnya adalah bagaimana piutang tersebut dilaporkan dalam laporan keuangan? Piutang akan dilaporkan sebagaiaset neraca. Tetapi menentukan nilai yang akan dilaporkan kadang kala menyulitkan, hal ini disebabkan sebagian dari piutang tersebut tidak dapat ditagih. Sebelum pelanggan disetujui diberikan kredit, maka penjualan melakukan penilaian atas beberapa persyaratan. Sebagai contoh, salah seorang pelanggan sebuah perusahaan mungkin saja tidak dapat membayar utang jatuh tempo dikarenakan terjadi penurunan kondisi ekonomi, atau dapat juga terjadi dimana seseorang telah mengalami PHK atau harus membayar biaya rumah sakit secara tiba-tiba sehingga tidak dapat membayar utang. Kerugian ini dicatat sebagai debit pada beban piutang sangsi (atau beban piutang tak tertagih). Hanya saja kerugian seperti ini harus dianggap sebagai hal yang normal terjadi dan bagian dari resiko bisnis penjualan kredit. Terdapat dua metode yang digunakan dalam akuntansi untuk piutang tak tertagih ; (1) metode penghapusan langsung dan (2) metode penyisihan. Kedua metode tersebut akan dijelaskan pada bagian dibawah ini.
28
2.4.1. Metode Penghapusan Langsung Untuk Piutang Tak Tertagih
Berdasarkan metode penghapusan piutang langsung (direct writepoff method), ketika sebuah perusahaan menentukan rekening tertentu tidak dapat tertagih, itu biaya kerugian terhadap beban utang yang buruk. Contoh, asumsikan bahwa
Warden co. Menghapusbukukan saldo piutang
M. E.Doran senilai
HK$1,600 sebagai piutang tak tertagih pada pada tanggal 12 Desember. Jurnal yang dibuat oleh M.E.Doran adalah: 12 Des
Beban Piutang Tak Tertagih Piutang Usaha M.E.Doran
1,600 1,600
(Menghapus Piutang Tak Tertagih M.E.Doran) Ketika metode ini digunakan, maka akun beban piutang tak tertagih hanya akan menunjukan kerugian yang sebenarnya dari piutang yang tak tertagih. Piutang usaha akan dilaporkan dalam nilai kotor. Walaupun metode ini relatif mudah, namun penggunaan metode ini dapat mengurangi kegunaan laporan laba rugi dan neraca. Pertimbangkanlah contoh berikut ini, diasumsikan bahwa pada tahun 2014, Quick Buck Computer Company bermaksud untuk meningkatkan pendapatan melalui penawaran penjualan komputer kepada para mahasiswa tanpa uang muka dan tanpa proses persetujuan kredit. Dengan harga jual HK$6.400 per unit, perusahaan berhasil menjual 1.000.000 unit untuk kampus di seluruh Amerika Serikat. Hal ini menyebabkan
29
peningkatan
pada
nilai
penjualan
dan
piutang
perusahaan
sebesar
$6.400.000.000promosi ini terlihat berhasil, laporan laba rugi dan neraca perusahaan terlihat menaik. Sayangnya, kemudian
diketahui bahwa 40%
mahasiswa gagal membyar piutangnya selama 2015 terlihat buruk. Penggunaan metode penghapusan langsung, beban piutang tak tertagih sering kali dicatat pada periode yang berbeda dengan pencatatan pendapatan. Sehingga tidak ada kesesuaian pembebanan beban piutang tak tertagih dengan pendapatan dilaporan laba rugi. Juga tidak dapat menunjukan jumlah piutang yang seharusnya dapat ditagih pada akun piutang usaha di neraca. Oleh karena itu, metode penghapusan langsung tidak dapat diterima untuk melaporkan piutang pada laporan keuangan, kecuali nilai piutang tak tertagihnya sangat kecil.
2.4.2. Metode Penyisihan Untuk Piutang Tak Tertagih
Metode penyisihan (allowance method) untuk piutang tak tertagih dilakukan dengan cara mengestimasi jumlah piutang yang tidak tertagih pada akhir periode. Hal ini akan memberikan kesesuaian pembebanan dilaporan laba rugi dan memastikan penilaian piutang berdasarkan nilai realisasi kas (bersih) di neraca. Nilai relisasi kas (bersih(net)) adalah jumlah bersih piutang yang diperkirakan dapat diterima secara tunai. Jumlah tersebut dapat diketahui melalui pengurangan akun piutang tak tertagih dari nilai piutang. Piutang dineraca akan disajikan dengan cara seperti ini.
30
Metode penyisihan lebih sesuai dengan tujuan pelaporan keuangan jika nilai piutang tak tertagih cukup besar. Berikut ini adalah tiga hal yang berkaitan dengan metode penyisihan: Piutang tak tertagih merupakan estimasi. Nilai estimasi ini diperlukan sebagai beban dan ditandingkan terhadap pendapatan pada periode yang sama dimana pendapatan dicatat. Piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih akan didebit ke beban piutang tak tertagih dan dikredit ke penyisihan piutang tak tertagih melalui jurnal penyesuaian pada setiap akhir periode. Jika ada sejumlah nilai piutang yang dihapuskan karena memang tidak dapat ditagih, maka akan didebit ke penyisihan piutang tak tertagih dan di kredit ke piutang usaha.
2.4.3. Mencatat Estimasi Piutang Tak Tertagih Penyisihan piutang tak tertagih menunjukan estimasi jumlah tagihan kepada pelanggan yang diperkirakan tidak tertagih dimasa mendatang. Akun kontrak ini digunakan sebagai pengurang langsung atas piutang usaha karena tidak tahu apakah pelanggan akan membayar. Saldo kredit pada akun penyisihan piutang tak tertagih akan langsung dihapuskan jika benar-benar tidak terbayar. Akun penyisihan piutang tak tertagih akan mengurangi piutang usaha pada bagian aset lancar di neraca.
31
2.4.4. Dasar Yang Digunakan Untuk Metode Penyisihan
Ada dua cara yang dapat digunakan untuk menetukan jumlah yang dianggap tidak tertagih yaitu:
Persentase Penjualan Pada dasar
persentase penjualan (percentage of sales basis),manajemen
mengestimasikan jumlah persentase atas penjualan kredit yang tidak akan tertagih. Besar persentase berdasarkan pengalaman masa lalu kebijakan pemberian kredit. Persentase ditetapkan atas total penjualan kredit atau penjualan kredit bersih dari suatu tahun berjalan. Persentase Piutang Pada dasar persentase piutang (percentage of receivable basis),manajemen mengestimasi berapa persentase piutang yang tidak akan tertagih. Perusahaan mempersiapkan skedul umur piutang, hal ini mengklasifikasikan saldo piutang pelanggan berdasarkan lamanya waktu piutang tersebut tidak dibayar. Oleh karena dasar pembuatannya waktu, maka analisis ini disebut dengan umur piutang usaha. Setelah membuat umur piutang usaha, barulah menentukan tingkat piutang tak tertagih. Hal ini dilakukan dengan menerapkan persentase berdasarkan pada
32
pengalaman masa lalu untuk menjumlah piutang tak tertagih dalam masingmasing kelompok umur. Semakin lama piutang itu lewat dari jumlah tempo, maka semakin kecil piutang tersebut dapat ditagih. Jadi, estimasi persentase piutang tak tertagih akan meningkat seiring dengan penambahan umur piutang.
33