BAB II LANDASAN TEORI
A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan yang memuat informasi mengenai perolehan laba yang ditunjukkan dengan laba bersih pada perhitungan laba rugi perusahaan sangat penting bagi investor, karena laporan tersebut memberikan informasi yang yang dapat membantu pembacanya dalam menjumlahkan waktu dan ketidakpastian dari arus kas masa depan yang berguna untuk menilai ekonomi suatu perusahaan dan menentukan probabilitas dari pembayaran kembali hutang perusahaan kepada kreditur. Informasi laporan keuangan yang tersaji oleh pihak manajemen merupakan dasar dalam menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan yang hasilnya merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan. Menurut IAI (2007 : 2) menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan: Bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap, biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
6
7
Menurut Munawir (2004 : 2), Laporan keuangan adalah: Hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktifitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktifitas perusahaan tersebut.
2. Tujuan Laporan Keuangan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no. 1 paragraf 5 tahun 2009, tujuan laporan keuangan yaitu: Memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Menurut The Accounting Principle Board Statement No. 4, tujuan laporan keuangan dikutip dalam Harahap (2007 : 126) sebagai berikut: a. Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber-sumber ekonomi dan kewajiban perusahaan. b. Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan bersih yang berasal dari kegiatan usaha dalam mencari laba. c. Menaksir informasi keuanagn yang dapat digunakan untuk menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba. d. Maemberikan informasi yang diperlukan lainnya tentang perubahan harta dan kewajiban. e. Mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan para pemakai laporan keuangan.
3. Keterbatasan Laporan Keuangan Menurut Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) sifat dan keterbatasan laporan keuangan adalah sebagai berikut:
8
a. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat. Karenanya, laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi. b. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu. c. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan. d. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak dapat dilaksanakan jika hal itu tidak menimbulkan pengaruh yang material terhadap kelayakan laporan keuangan. e. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian; bila terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil. f. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa / transaksi daripada bentuk hukumnya (formalitas) (Substance over form). g. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis dan pemakai laporan diasumsikan memahami bahas teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan. h. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan variasi dalam pengukuran sumbersumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antarperusahaan. i. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan umumnya diabaikan.
4. Jenis-jenis Laporan Keuangan a. Laporan laba rugi Merupakan ikhtisar dari pendapatan dan beban perusahaan selama suatu periode tertentu yang tersusun secara sistematis. Tujuan utama penyajian laporan keuangan ini adalah untuk memberikan informasi kepada para pengguna mengenai jumlah laba atua rugi perusahaan selama operasionalnya.
9
b. Laporan perubahan ekuitas Laporan perubahan ekuitas adalah ikhtisar perubahan modal pemilik suatu perusahaan yang terjadi selama periode tertentu. c. Neraca Neraca merupakan suatu daftar yang sistematis mengenai aktiva, kewajiban, dan keadaan modal perusahaan pada periode tertentu. Tujuan pembuatan neraca adalah untuk menunjukkan posisi keuangan yang berakhir pada bulan atau tahun tertentu. d. Laporan arus kas Laporan arus kas adalah suatu ikhtisar penerimaan dan pengeluaran kas selama suatu periode tertentu dan dikasifikasi menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. e. Catatan atas laporan keuangan Penyajian catatan atas laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004 : 1.17): Catatan atas laporan keuangan harus disajikan dengan sistematis pada pos dalam neraca, laporan laba rugi, laporan kas harus berkaitan dengan informasi yang didapat dalam catatan atas laporan keuangan.
B. Laba Bersih 1. Pengertian Laba Bersih Menurut Soemarso S. R (2004 : 234) menyatakan bahwa laba bersih (net income) sebagai berikut: “Selisih lebih semua pendapatan dan
10
keuntungan terhadap semua beban dan kerugian. Jumlah ini merupakan kenaikan bersih terhadap modal”. Laba menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan pada Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan per 1 September 2009: Penghasilan bersih (laba) seringkali digunakan untuk ukuran kinerja atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain seperti imbalan investasi (return on investment) atau penghasilan per saham (earning per share). Unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran bersih (laba) adalah penghasilan dan beban.
2. Manfaat Laba Bersih Laba bersih (net income) merupakan tujuan utama bagi keseluruhan orang yang melakukan bisnis. Laba mempunyai banyak kegunaan seperti sebagai ukuran keberhasilan bisnis, sebagai ukuran efisiensi manajemen dalam mengelola sumber-sumber daya perusahaan, sebagai dasar untuk membuat permalan di masa mendatang, sebagai dasar untuk membuat kebijakan membayar dividen. Kekuatan laba dapat digunakan untuk menurunkan hutang, ekspansi keuangan di masa depan, membangkitkan sumber intern untuk akuisisi, meningkatkan solvabilitas, serta memperbaiki kualitas laporan laba rugi.
11
3. Perhitungan Laba Bersih Agar efisiensi manajemen dapat diukur dengan lebih baik, maka komponen atau unsur-unsur laba diklasifikasikan sesuai dengan jenis-jenis kegiatan yang berbeda-beda. Berikut adalah unsur-unsur laba yaitu: a. Laba kotor (Gross Profit) adalah jumlah penjualan dikurangi Harga Pokok Penjualan (HPP); b. Laba operasi (Operating Income) adalah laba bruto dikurangi biayabiaya operasional perusahaan. c. Laba sebelum pajak (Earning Before Tax) dan pos luar biasa adalah laba usaha ditambah / dikurangi pendapatan / beban lain-lain; d. Laba setelah pos luar biasa adalah laba sebelum pajak, ditambah / dikurangi pos luar biasa. e. Laba bersih setelah pajak adalah laba bersih setelah pos luar biasa dikurangi pajak penghasilan.
Untuk lebih jelasnya elemen / komponen dan urutan penyajian laporan laba rugi hingga menghasilkan laba / rugi bersih, menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSAK No. 2, lampiran 2 tahun 2009 yaitu:
12
Penjualan Harga Pokok Penjualan Laba Bruto Beban Operasional Laba Operasional Pendapatan dan beban lain-lain (+/-) Laba Sebelum Pajak dan Pos Luar Biasa
xxx (xxx) xxx (xxx) xxx (xxx) xxx
Pos Luar Biasa
(xxx)
Laba Setelah Pos Luar Biasa
xxx
Pajak Penghasilan Laba Bersih
(xxx) xxx
C. Arus Kas 1. Pengertian Arus Kas Laporan arus kas adalah salah satu dari laporan keuangan dasar. Laporan arus kas (statement of cash flow) melaporkan arus kas masuk dan arus kas keluar yang utama sari suatu perusahaan selama satu periode. Laporan ini menyediakan informasi yang berguna mengenai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas dan operasi, mempertahankan dan memperluas kapasitas operasinya, memenuhi kewajiban keuangannya, dan membayar dividen.
13
2. Tujuan dan Kegunaan Informasi Arus Kas Laporan arus kas berguna bagi manajer dalam mengevaluasi operasai masa lalu dan dalam merencanakan aktivitas investasi serta pendanaan di masa depan. Laporan ini juga berguna bagi para investor, kreditor dan pihak-pihak lainnya dalam menilai potensi laba perusahaan. Selain itu, laporan ini juga menyediakan dasar untuk menilai kemampuan perusahaan membayar hutangnya yang jatuh tempo. Tujuan menyajikan Laporan Arus Kas adalah memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas atau setara kas dari suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Laporan ini akan membantu para investor, kreditor dan pemakai lainnya untuk: a. menilai kemampuan perusahaan untuk memasukkan kas di masa yang akan datang b. menilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya membayar dividen dan keperluan dana untuk kegiatan ekstern c. menilai alasan-alasan perbedaan antara laba bersih dan dikaitkan dengan penerimaan dan pengeluaran kas d. menilai pengaruh investasi baik kas maupun bukan kas dan transaksi keuangan lainnya terhadap posisi keuangan perusahaan selama satu periode tertentu.
14
3. Penyajian Laporan Arus Kas Dalam laporan ini penerimaan dan pengeluaran kas dikelompokkan dari sumber sebagai berikut: a. Kegiatan Operasi Perusahaan (Operating) Kegiatan yang termasuk dalam kelompok ini adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan; seluruh transaksi dan peristiwa-peristiwa lain yang tidak dapat dianggap sebagai kegiatan investasi atau pembiayaan. Kegiatan ini biasanya mencakup: kegiatan produksi, pengiriman barang, pemberian servis. Arus kas dari operasi ini umumnya adalah pengaruh kas dari transaksi dan peristiwa lainnya yang ikut dalam menentukan laba. b. Arus Kas dari Kegiatan Investasi (Investment) Kegiatan yang termasuk dalam arus kas kegiatan investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud serta investasi lain yang tidak termasuk setar kas, antara lain menerima dan menagih pinjaman, utang, surat berharga atau modal, aktiva tetap dan aktiva produktif lainnya yang digunakan dalam proses produksi. c. Arus Kas dari Kegiatan Pendanaan (Financing) Kegiatan yang termasuk kegiatan pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman jangka panjang perusahaan, berupa kegiatan mendapatkan
15
sumber-sumber dana dari pemilik dengan memberikan prospek penghasilan dari
sumber dana tersebut, meminjam dan membayar
hutang kembali atau melakukan pinjaman jangka panjang untuk membayar hutang tertentu.
D. Hutang 1. Pengertian Hutang Definisi Hutang menurut Soemarso (2003 : 213) adalah “pengorbanan ekonomi yang harus dilakukan perusahaan di masa datang karena tindakan atau transaksi sebelumnya”. Hutang menurut pendapat Rudianto (2009 : 292) adalah “kewajiban perusahaan untuk membayar sejumlah uang / jasa / barang di masa mendatang kepada pihak lain, akibat transaksi yang dilakukan di masa lalu”.
2. Pengelompokkan Hutang Hutang dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis hutang berdasarkan kategori yang diciptakan, seperti: a. Berdasarkan jenis aktivitas transaksi yang menjadi penyebab munculnya hutang, maka hutang dapat dikelompokkan menjadi:
16
1) Hutang usaha adalah hutang yang berasal dari transaksi pembelian barang dan jasa dalam rangka memperoleh pendapatan usaha perusahaan. 2) Hutang Bank adalah hutang yang timbul dari transaksi pemberian pinjaman bank kepada perusahaan. Hutang bank biasanya mencakup persyaratan pembayaran, jangka waktu pinjaman dan bunga pinjaman yang dibebankan. 3) Wesel Bayar adalah hutang yang disertai dengan janji tertulis kepada pihak kreditor, untuk membayar sejumlah uang di masa mendatang dalam jumlah yang telah disepakati beserta bunga yang telah ditentukan. 4) Obligasi adalah surat hutang yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang berisikesediaan untuk membayar sejumlah uang di masa mendatang beserta sejumlah bunga sesuai dengan yang dijanjikan. 5) Hutang dividen adalah kewajiban perusahaan kepada para pemegang sahamnya untuk membayar di masa mendatang dalam berbagai bentuknya, baik kas, surat beharga atau saham. 6) Hutang pajak adalah kewajiban yang timbul akibat perusahaan belum
membayar
pajak
yang
dikenakan
sesuai
dengan
perundangan yang berlaku, misalnya pajak pertambahan nilai, pajak penghasilan dan sebagainya.
17
b. Berdasarkan jangka waktu jatuh temponya, maka hutang dapat dikelompokkan ke dalam kelompok: 1) Hutang jangka pendek adalah hutang yang harus dilunasi dalam tempo satu tahun. Termasuk dalam kelompok ini adalah hutang dagang, hutang dividen, hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo, dan lain-lain. 2) Hutang jangka panjang adalah hutang yang jatuh temponya lebih dari satu tahun atau satu periode akuntansi. Jatuh temponya dapat terjadi dalam 1,5 tahun atau 2 tahun atau lima tahun atau lebih dari itu. Misalnya, wesel bayar, obligasi dan lain sebagainya.
E. Dividen 1. Pengertian Dividen Dividen merupakan bagian dari laba perusahaan yang dibagikan kepada para penegang saham perusahaan. Besarnya dividen tersebut ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Menurut Suharli (2008 : 52) yang dimaksud dengan dividen adalah “pembagian laba kepada pemegang saham sejumlah proporsi kepemilikan saham masin-masing pemegang saham”. Menurut Weygandt, Kieso dan Kimmel (2008 : 185) dividen adalah “pembagian oleh perusahaan kepada para pemegang sahamnya secara pro rata (proporsional)”.
18
Definisi dividen menurut Rudianto (2009 : 308) adalah sebagai berikut: Bagian dari laba yang usaha yang diperoleh perusahaan dan diberikan oleh perusahaan kepada pemegang sahamnya sebagai imbalan atas kesediannya menanamkan hartanya di dalam perusahaan.
Menurut Kieso dan Weygandt (2002 : 355) ada beberapa alasan utama perusahaan tidak membagikan semua laba sebagai dividen, yaitu: a. Persetujuan dengan kreditor tertentu untuk menahan semua atau sebagian laba dalam bentuk aktiva, guna membentuk proteksi tambahan terhadap kemungkinan kerugian. b. Untuk membiayai pertumbuhan atau ekspansi yang sering disebut sebagai pembiayaan intern, menginvestasikan kembali laba. c. Keinginan untuk meratakan pembagian dividen dari tahun ke tahun. d. Keinginan untuk membangun penyangga terhadap kemungkinan kerugian atau kesalahan dalam perhitungan laba.
2. Teori Kebijakan Dividen Teori kebijakan dividen (Agnes Sawir 2004 : 145 – 148) dapat dibagi menjadi beberapa bagian antara lain:
19
a. Dividen Tidak Relevan Menurut Modigliani dan Miller (MM) dalam Agnes, nilai suatu perusahaan
tidak
ditentukan
oleh
pembayaran
dividen.
MM
berpendapat bahwa nilai perusahaan dapat ditentukan oleh earning power dari asset perusahaan. Keputusan apakah laba yang diperoleh dibagikan dalam bentuk dividen atau laba ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan. MM membuktikan pendapatnya secara sistematis dengan asumsi sebagai berikut: 1) Pasar modal sempurna dimana semua investor adalah rational. 2) Tidak ada biaya emisi saham baru, jika perusahaan menerbitkan saham baru 3) Tidak ada pajak 4) Kebijakan investasi perusahaan tidak berubah 5) Kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap biaya modal sendiri Hal terpenting dari pendapat MM adalah pengaruh kenaikan pembayaran dividen terhadap kekayaan pemegang saham akan diimbangi dengan penurunan kekayaan pemegang saham, karena manajemen perusahaan menggunakan cara pendanaan yang lain. Jika kebijakan investasi tidak berubah dan perusahaan membagikan dividen, perusahaan harus mengeluarkan saham baru sebagai pengganti sejumlah pembayaran dividen tersebut. Dengan demikian kenaikan pendapatan dari pembayaran dividen diimbangi dengan penurunan harga saham sebagai akibat penjualan saham baru.
20
b. Bird in Hand Theory Gordon dan Lintner (1986) tidak sependapat dengan asumsi MM bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor. Menurut Gordon dan Lintner, biaya modal sendiri perusahaan akan naik sebagai akibat penurunan pembayaran dividen. Investor merasa lebih aman untuk memperoleh pendapatan berupa pembayaran dividen yang lebih pasti daripada menunggu capital gains yang lebih berisiko. Pendapat Gordon dan Lintner ini oleh MM diberi istilah “bird-inthe-hand fallacy”. Gordon dan Lintner berpendapat bahwa investor memandang satu burung di tangan lebih berharga daripada seribu burung di udara. c. Teori Dividen Residual Pendanaan eksternal (penerbitan saham baru) lebih mahal daripada pendanaan internal (pemanfaatan laba ditahan), karena adanya biaya-biaya emisi saham. Dengan adanya biaya emisi ini, perusahaan mengutamakan pendanaan internal. Konsekuensinya, perusahaan baru akan membayar dividen setelah dana-dana kebutuhan investasi terpenuhi. Dengan kata lain, hanya jika ada pendapatan tersisa atau pendapatan residual, dividen akan dibagikan. Inilah inti teori dividen residual (residual dividend theory).
21
d. Teori Perbedaan Pajak Teori ini diajukan Litnerberger dan Ramaswarny yang menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap dividen dan capital gains, investor lebih menyukai capital gains karena pajak atas capital gains baru dibayar setelah saham dijual, sementara pajak atas dividen harus dibayar setiap tahun setelah pembayaran dividen. Apalagi umumnya pajak atas dividen lebih besar daripada pajak atas capital gains, sehingga investor dapat memperoleh keuntungan dari perbedaan pajak ini. Karena adanya keuntungan-keuntungan pajak ini, investor lebih suka bila manajemen perusahaan menahan sebagian besar laba. Investor juga mensyaratkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang memberikan dividend yield tinggi dan capital gains rendah daripada saham dengan dividend yield rendah dan capital gains tinggi. e. Teori Signalling Ada bukti empiris bahwa kenaikan dividen sering diikuti dengan kenaikan harga saham, dan sebaliknya. Fenomena ini setidaknya memperlihatkan bahwa investor lebih menyukai dividen daripada capital gains. MM berpendapat bahwa kenaikan dividen ini merupakan suatu sinyal kepada para investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa mendatang. Sebaliknya suatu penurunan dividen atau kenaikan dividen di bawah kenaikan normal (biasanya) diyakini investor sebagai sinyal bahwa perusahaan akan menghadapi masa sulit di masa mendatang.
22
Penurunan dividen memang mengandung beberapa informasi, tetapi sulit dikatakan apakah kenaikan atau penurunan harga setelah adanya kenaikan atau penurunan dividen semata-mata disebabkan oleh efek preferensi terhadap dividen. f. Teori Clientele Effect Teori ini menyatakan bahwa kelompok pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan saat ini lebih menyukai dividend payout ratio yang tinggi. Sebaliknya, kelompok pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian laba bersihnya. Menurut teori ini dividen tertentu akan tertarik segmen tertentu kemudian tugas perusahaan (manajemen keuangan) adalah melayani segmen tersebut. Kebijakan dividen yang berubah-ubah mengacaukan efek klien tersebut, menyebabkan harga saham berubah.
3. Jenis-jenis Dividen Pembagian dividen umumnya didasarkan atas akumulasi laba, yaitu laba ditahan, atau atas beberapa pos modal lainnya seperti tambahan modal disetor. Harapan umum dari setiap pemegang saham yang menerima dividen adalah bahwa perusahaan telah beroperasi secara sukses
23
dan ia menerima bagian dari laba tersebut. Dividen memiliki jenis sebagai berikut: a. Dividen kas Dividen kas adalah bagian laba usaha yang dibagikan kepada pemegang sahamnya dalam bentuk uang tunai. Sebelum dividen dibagikan, perusahaan harus mempertimbangkan ketersediaan dana untuk membayar dividen. Jika suatu perusahaan memilih untuk membagi dividen dalam dividen kas, itu berarti pada saat dividen akan dibagikan kepada pemegang sahamnya, perusahaan memiliki uang tunai dalam jumlah yang cukup. Dividen kas tidak dibagikan pada saham treasuri. b. Dividen Harta Dividen harta adalah bagian dari laba usaha suatu perusahaan yang dibagikan dalam bentuk harta selain kas. Walaupun dalam berbentuk harta lain, tetapi biasanya harta tersebut dalam bentuk surat berharga yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. c.
Dividen Skrip Dividen skrip atau dividen hutang adalah bagian dari laba usaha perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk janji tertulis untuk membayar sejumlah uang di masa mendatang. Dividen skrip terjadi karena perusahaan ingin membagi dividen dalam bentuk uang tunai, tetapi tidak tersedia kas dalam jumlah yang cukup,
24
walaupun saldo laba ditahan menunjukkan saldo yang cukup. Dividen skrip dapat disertai dengan bunga, dapat pula tanpa pula. d. Dividen saham Dividen saham adalah bagian dari laba usaha yang ingin dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk saham baru perusahaan itu sendiri.
Dividen
saham
dibagikan
karena
perusahaan
ingin
mengkapitalisasikan sebagian dari laba usaha yang diperolehnya secara permanen. e. Dividen Likuidasi Dividen likuidasi adalah dividen yang ingin dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang sahamnya dalam berbagai bentuknya, tetapi tidak didasarkan pada besarnya laba usaha atau saldo laba ditahan perusahaan.
4. Perhitungan Dividen Dividen dapat dihitung melalui pengurangan antara net profits after taxes dengan change in retained earnings. Nilai dari net profit after taxes dapat diperoleh dari laporan laba rugi, sedangkan change in retained earnings dapat diperoleh dari statement of sources and uses of cash atau dengan menggunakan beginning and end of periode balance sheets. Nilai dari dividen tersebut dapat juga secara langsung diperoleh melalui catatan atas laporan keuangan perihal dividen kas, atau dari laporan perubahan ekuitas.
25
F. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai hubungan laba bersih dan arus kas operasi dengan dividen dilakukan oleh Rosmita (2001). Hasil penelitian ini yaitu terdapat hubungan positif antara laba bersih maupun arus kas operasi dengan dividen pada perusahaan manufaktur. Hubungan laba bersih dengan dividen dan hubungan arus kas operasi dengan dividen sangat kuat, hal ini disebabkan karena perusahaan yang diteliti adalah yang membayar dividen, memiliki laba bersih dan arus kas operasi selama empat tahun yaitu sebanyak 30 perusahaan, dan variabel dividen, laba bersih dan dividen dirata-ratakan. Penelitian lain dilakukan oleh Heni (2002) yang menguji dampak perubahan earnings dan cash flow terhadap kemampuan perusahaan membayar dividen. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel perubahan penjualan, investasi dan hutang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan dividen, sehingga tidak memberikan penjelasan tentang kemampuannya dalam memprediksi perusahaan dalam membayar dividen. Sementara itu, variabel perubahan cash flow mempunyai pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap perubahan dividen.
26
G. Model Penelitian Gambar 2.1
Laba Bersih
Ha2
(X1)
Ha1 Ha1 Arus Kas Operasi
Dividen Kas
(X2)
(Y)
Ha1
Total Hutang (X3) Ha2