BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Asuransi Asuransi merupakan suatu bisnis yang unik, yang di dalamnya terdapat berbagai
macam aspek, yaitu aspek ekonomi, hukum, sosial, bisnis, dan matematika. Dengan kata lain, kelima aspek tersebut dapat memberikan pengertian tersendiri tentang asuransi atas dasar sudut pandangnya masing-masing. Berikut ini adalah pengertian asuransi menurut Drs. Herman Darmawi (Herman Darmawi, 2001, PT. Bumi Aksara, “Manajemen Asuransi”, pp 03) :
Tabel 2.1. Pengertian Asuransi PENGERTIAN ASURANSI Objek
Sudut Pandang
Ekonomi Hukum
Pengurangan risiko Perjanjian pemindahan risiko
Bisnis
Berbagi risiko
Sosial
Memikul kerugian secara kolektif
Matematika
Memperhitungkan dan mendistribusikan
Teknik Mencapainya
Dengan transfer dan kombinasi Melalui pembayaran premi oleh tertanggung kepada penanggung dalam suatu kontrak asuransi Dengan memindahkan risiko dari individu ke lembaga penanggung risiko Semua anggota membayar iuran kerugian yang kebetulan diderita oleh salah satu anggota Dengan perkiraan aktuarial yang didasarkan atas prinsip-prinsip probabilitas
Adapun pengertian asuransi menurut undang-undang tentang usaha perasuransian (UU Republik Indonesia No. 2/1992) adalah sebagai berikut: 1. Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dimana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul akibat suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
2. Yang dimaksud “penanggung” dalam definisi itu adalah suatu badan usaha asuransi yang memenuhi ketentuan UU no.2/1992.
Selanjutnya Pasal 21 UU No.2/1992 menjelaskan bisnis atau bidang usaha perasuransian sebagai berikut:
“Usaha asuransi yaitu usaha jasa keuangan yang dengan menghimpun dana masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi, memberikan perlindungan kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti atau terhadap meninggalnya seseorang.” 2.1.1 Keuangan Perusahaan Asuransi Sifat dasar dari bisnis asuransi adalah kebutuhan atas dana investasi yang cukup besar dimana sumber-sumber dana Perusahaan asuransi untuk membayar kerugian-
kerugian adalah dari modal yang telah disetor, surplus, dan premi yang telah dibayar dimuka untuk jasa-jasa yang diberikan. Pengelolaan bisnis yang baik menghendaki danadana itu diinvestasikan dengan aman dan menguntungkan. Oleh karena itu, perlu dimengerti pula prinsip kerja asuransi, guna terlaksananya pengelolaan keuangan bisnis asuransi yang baik. Prinsip kerja asuransi dapat dijelaskan dengan empat konsep berikut ini (Herman Darmawi, 2001, PT Bumi Aksara, “Manajemen Asuransi”, pp 15 - 16) , yaitu: 1.
Persamaan Asuransi Persamaan asuransi menyatakan bahwa total penerimaan harus sama dengan total pengeluaran. Penerimaan sebagian besar berasal dari premi dan sebagian besar lagi berasal dari bunga deposito, bunga obligasi, dan dividen dari penanaman modal dalam Perusahaan-Perusahaan lain. Pengeluaran terdiri atas pembayaran klaim, biaya operasional, dan biaya modal, profit serta cadangan teknis.
Penerimaan
-
Premi Bunga deposito dan obligasi Dividen
=
Pengeluaran
-
Pembayaran klaim Biaya-biaya operasional Profit Cadangan teknis
Gambar 2.1. Total Penerimaan sama dengan Total Pengeluaran
2.
Probabilitas dan Risiko Tugas asuransi adalah untuk menanggung beban risiko yang dipindahkan oleh tertanggung kepada Perusahaan asuransi. Perusahaan asuransi sanggup untuk mengurangi risiko (ketidakpastian) yang dirasakan tertanggung menjadi “kepastian“. Dengan menerapkan konsep probabilitas, asuransi dapat menaksir apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Tingkat premi didasarkan atas ramalan kejadian masa depan.
3.
Hukum Bilangan Besar Hukum ini menyatakan bahwa hasil aktual akan persis sama dengan hasil harapan, jika kejadian yang diamati jumlahnya tak terhingga. Dengan mengamati sejumlah besar kasus, bisa dihitung dengan akurat probabilitas akan munculnya kejadian itu. Dengan menghimpun sejumlah besar nasabah, perusahaan asuransi dapat menghitung dengan akurat probabilitas akan terjadinya kerugian bagi sejumlah besar nasabah.
2.2. Konsep Manajemen Kas
Dalam menjalankan usahanya, setiap perusahaan selalu membutuhkan kas. Kas tentunya sangat diperlukan baik untuk membiayai operasi sehari-hari maupun untuk mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap. Pada dasarnya, Pengeluaran kas dapat bersifat terus-menerus atau kontinyu, misalkan pengeluaran kas untuk pembelian bahan mentah, pembayaran upah buruh dan gaji, dan lain sebagainya. Namun demikian, ada juga aliran kas ke luar (cash outflow) yang bersifat tidak kontinyu, misalnya pengeluaran untuk pembayaran bunga, dividen, pajak penghasilan atau laba, pembayaran angsuran hutang, pembelian kembali saham perusahaan, pembelian aktiva tetap dan lain sebagainya. Di samping aliran kas keluar juga terdapat aliran kas masuk (cash inflow), dan di dalam cash inflow-pun terdapat aliran yang bersifat kontinyu, seperti misalnya aliran kas yang berasal dari hasil penjualan produk secara tunai, penerimaan piutang, dan lain sebagainya. Di samping itu ada juga aliran kas masuk yang bersifat intermittent (terputus-putus) misalnya aliran kas masuk yang berasal dari penyertaan pemilik perusahaan, penjualan saham, penerimaan kredit dari bank, penjualan aktiva tetap yang tidak terpakai, dan lain sebagainya. Kelebihan dari aliran kas masuk terhadap aliran kas keluar merupakan saldo kas yang akan tertahan di dalam Perusahaan.
Besarnya
saldo kas ini akan mengalami perubahan dari waktu ke waktu karena berbagai faktor. Jumlah saldo kas yang ada dalam Perusahaan akan meningkat apabila aliran kas masuknya yang berasal dari penjualan tunai dan piutang yang terkumpul lebih besar daripada aliran kas keluar untuk bahan mentah, tenaga kerja, biaya lain dan pajak. Perubahan dalam tingkat harga juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap aliran kas di dalam Perusahaan. Perubahan kebijakan pemasaran, keputusan di bidang produksi,
kebijakan di bidang pembelian dan di bidang personalia juga mempunyai efek terhadap aliran kas dalam Perusahaan. Atas dasar uraian diatas, dapat kita simpulkan bahwa kas adalah merupakan bagian penting dalam kegiatan operasional perusahaan. Tanpa adanya kas, maka kegiatan operasional perusahaan akan terganggu dan hal ini tentunya akan berimplikasi pada kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri. Perusahaan yang memiliki atau menyimpan banyak uang kas dapat dikatakan sebagai perusahaan yang likuid, dan sebaliknya. Akan tetapi, Perusahaan yang sangat likuid tidaklah dapat dikatakan sebagai perusahaan yang sehat. Hal ini disebabkan karena adanya uang yang menganggur (idle money) didalam perusahaan tersebut. Dengan demikian sangatlah perlu adanya pengelolaan yang baik atas uang kas Perusahaan, dimana hal ini disebabkan oleh karena adanya prinsip trade-off antara manfaat dan biaya atas likuiditas Perusahaan.
2.3. Pentingnya Uang Kas Ada beberapa alasan mengapa suatu perusahaan penting untuk memiliki uang kas, yaitu:
1.
Motif transaksi. Suatu Perusahaan menahan sejumlah uang kas, agar Perusahaan tersebut dapat melakukan kegiatan usahanya secara baik, lancar dan berkesinambungan. Bagi Perusahaan yang pencatatannya dilakukan atas dasar suatu pola atau jadwal yang tertentu, maka akan lebih mudah bagi Perusahaan tersebut dalam merencanakan dan menyelaraskan antara aliran kas masuk dan aliran kas keluarnya. Oleh sebab itu,
bagi Perusahaan jenis ini, maka cash ratio atau rasio uang kas terhadap total asetnya adalah rendah. Dan bagi Perusahaan yang bersifat penjualan ataupun pembeliannya bersifat musiman, maka kebutuhan uang kasnya juga akan berfluktuasi sesuai dengan sifat transaksi dari usahanya tersebut.
2.
Motif berjaga-jaga. Alasan lain mengapa Perusahaan menahan uang kas adalah karena tingginya tingkat ketidakpastian dari aliran uang kas masuk dan aliran kas keluar. Semakin sulit meramalkan aliran kas tersebut, maka semakin banyak uang kas yang harus disediakan untuk tujuan berjaga-jaga. Di samping itu, untuk berjaga-jaga atas hal-hal yang tak terduga, maka perlu adanya suatu cadangan kas minimum yang selalu tersedia di dalam Perusahaan. Besar kecilnya dana yang harus dimiliki untuk tujuan berjaga-jaga ini ditentukan oleh kemampuan Perusahaan untuk memperoleh pinjaman dari banknya pada saat diperlukan dengan cepat. Hal ini hanya mungkin jika memang telah terjalin suatu hubungan yang baik antara Perusahaan dengan banknya atau krediturnya.
3. Kebutuhan yang akan datang. Dengan menahan uang kas, maka Perusahaan dimungkinkan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya yang akan jatuh tempo atau melaksanakan suatu investasi baru yang telah direncanakan.
4. Saldo kompensasi yang diwajibkan.
Kadangkala suatu Perusahaan diwajibkan oleh bank yang memberikan pinjaman kepada Perusahaan tersebut, untuk menahan suatu saldo kas minimum didalam rekening gironya.
2.4. Manfaat Dari Uang Kas Ada beberapa manfaat dari tersedianya uang kas dalam Perusahaan, yaitu: 1. Guna memanfaatkan credit discount. Dengan tersedianya uang kas atau alat likuid yang cukup, maka Perusahaan dapat memanfaatkan credit discount yang diberikan oleh pemasok.
2. Guna mempertahankan kredibilitas. Sering para kredit analis dari suatu bank atau lembaga keuangan lainnya terlalu menekankan pada current ratio dan acid test ratio sebagai tolok ukur dalam menganalisa likuiditas Perusahaan. Hal ini sesungguhnya kurang tepat jika tidak dikaitkan dengan rasio-rasio lainnya serta tidak dilandasi oleh gambaran yang jelas mengenai operasi Perusahaan itu sendiri. Bertitik tolak pada pandangan yang kurang benar di atas, banyak Perusahaan berusaha untuk mempertahankan alat likuid yang cukup agar penampilan Perusahaan di mata para kredit analis cukup baik, sehingga Perusahaan dapat memperoleh kredit dengan biaya yang lebih rendah sebagai akibat dari penampilan Perusahaan tersebut yang cukup baik jika dilihat dari sudut pandang para krediturnya.
3. Guna dapat memanfaatkan kesempatan yang menguntungkan.
Sering timbul peluang-peluang tertentu, yang terjadi dalam dunia usaha secara tak terduga sebelumnya. Peluang baik, yang timbul secara tidak terduga dan bersifat incidential, hanya dapat dimanfaatkan oleh suatu Perusahaan, jika ia memiliki cukup alat likuid.
2.5. Dana Dalam Aliran Kas Dalam menyusun laporan sumber-sumber dan penggunaan dana dalam aliran kas, maka perlu diperhatikan langkah-langkahnya, sebagai berikut: 1. Menyusun laporan perubahan neraca yang menggambarkan perubahan masingmasing elemen neraca antara dua titik waktu yang akan dianalisis. 2. Mengelompokkan perubahan-perubahan tersebut dalam golongan perubahanperubahan yang memperbesar kas dan golongan perubahan-perubahan yang memperkecil jumlah kas. 3. Mengelompokkan elemen-elemen dalam laporan laba/rugi atau laporan laba ditahan ke dalam golongan yang memperbesar kas dan golongan yang memperkecil jumlah kas. 4. Mengadakan konsolidasi dari semua informasi tersebut ke dalam laporan sumbersumber dan penggunaan dana.
Adapun perubahan-perubahan dari elemen-elemen neraca yang pengaruhnya dapat memperbesar kas – dan ini dikatakan sebagai sumber-sumber dana – adalah sebagai berikut: 1.
Berkurangnya aktiva lancar selain kas.
Berkurangnya aktiva lancar selain kas berarti bertambahnya dana atau kas. Berkurangnya barang (persediaan/inventory) dapat terjadi karena terjualnya barang tersebut, dan hasil penjualan itu merupakan sumber dana/kas bagi Perusahaan itu. Berkurangnya piutang berarti bahwa piutang itu telah dibayar dan penerimaan piutang merupakan penambahan dana yang diterima oleh Perusahaan yang bersangkutan. Demikian pula berkurangnya surat-surat berharga atau efek berarti bahwa efek tersebut telah terjual dan hasil penjualan tersebut merupakan sumber dana/kas bagi Perusahaan.
2.
Berkurangnya aktiva tetap. Seperti halnya berkurangnya aktiva lancar, berkurangnya aktiva tetap pun merupakan sumber dana/kas bagi Perusahaan yang bersangkutan. Berkurangnya aktiva tetap bruto berarti bahwa sebagian dari aktiva tetap neto juga merupakan sumber dana, karena berkurangnya aktiva tetap neto tersebut berarti adanya depresiasi dalam tahun yang bersangkutan dan depresiasi ini pun merupakan sumber dana.
3.
Bertambahnya setiap jenis utang. Bertambahnya utang, baik utang lancar maupun utang jangka panjang merupakan sumber dana. Bertambahnya utang berarti adanya tambahan dana yang diterima oleh Perusahaan yang bersangkutan.
4.
Bertambahnya modal.
Bertambahnya modal misalnya disebabkan karena adanya emisi saham baru, dan hasil penjualan saham baru itu merupakan sumber dana.
5.
Adanya keuntungan dari operasi Perusahaan. Apabila Perusahan mendapatkan keuntungan neto dari operasinya berarti bahwa ada tambahan dana bagi Perusahaan yang bersangkutan.
Mengenai perubahan-perubahan yang efeknya memperkecil dana/kas dan ini dikatakan sebagai penggunaan dana - dapatlah disebutkan sebagai berikut: 1.
Bertambahnya aktiva lancar selain kas. Bertambahnya aktiva lancar dapat terjadi karena pembelian barang, dan pembelian barang membutuhkan dana. Dengan demikian, penambahan aktiva lancar merupakan penggunaan dana.
2. Bertambahnya aktiva tetap. Bertambahnya aktiva tetap bruto dapat terjadi karena adanya pembelian aktiva tetap, dan pembelian aktiva tetap merupakan penggunaan dana.
3. Berkurangnya setiap jenis utang. Berkurangnya utang, baik utang lancar maupun utang jangka panjang dapat terjadi karena perusahaan telah melunasi atau mengangsur utangnya. Pembayaran kembali utang berarti penggunaan dana.
4. Berkurangnya modal.
Berkurangnya modal dapat terjadi karena pemilik Perusahaan mengambil kembali atau mengurangi modal yang tertanam dalam Perusahaan. Berkurangnya modal berarti berkurangnya dana. Hal ini berarti bahwa pengurangan modal itu merupakan penggunaan dana.
5.
Pembayaran dividen kas. Pembayaran dividen kas jelas merupakan penggunaan dana. Dividen kas dibayarkan dari keuntungan neto sesudah pajak.
6.
Adanya kerugian dalam operasi Perusahaan. Sebenarnya bertambahnya utang merupakan sumber dana, tetapi dengan adanya kerugian, tambahan dana tersebut digunakan untuk menutup kerugian. Dengan demikian, maka adanya kerugian merupakan penggunaan dana.
2.6. Anggaran Kas Anggaran kas (cash budget) adalah estimasi terhadap posisi kas untuk suatu periode tertentu yang akan datang. Penyusunan anggaran kas bagi suatu Perusahaan sangatlah penting artinya bagi pemeliharaan likuiditas Perusahaan. Dengan menyusun anggaran kas, maka dapat diketahui kapan Perusahaan akan berada dalam keadaan defisit kas atau surplus kas karena operasi Perusahaan. Dengan mengetahui akan adanya defisit kas jauh sebelumnya, maka Perusahaan akan dapat merencanakan sebelumnya penentuan sumber dana yang akan digunakan untuk menutup defisit tersebut. Karena masih cukupnya waktu, maka terdapat lebih banyak pilihan sumber dana, dan dengan semakin banyaknya pilihan sumber dana ini, berarti Perusahaan-pun dapat mengadakan pemilihan
sumber dana yang biayanya paling rendah. Sebaliknya, dengan, mengetahui jauh sebelumnya bahwa akan terdapat surplus kas yang besar, maka jauh sebelumnya sudah dapat direncanakan bagaimana menggunakan kelebihan dana tersebut secara efisien. Anggaran kas dapat disusun untuk periode bulanan atau kuartalan. Pada dasarnya anggaran kas ini dapat dibedakan dalam dua bagian, yaitu: 1.
Estimasi penerimaan-penerimaan kas yang berasal dari: hasil penjualan tunai, piutang yang terkumpul, penerimaan bunga, dividen, hasil penjulan aktiva tetap, dan penerimaan-penerimaan lain.
2. Estimasi pengeluaran kas yang digunakan untuk: pembelian bahan mentah, pembayaran utang-utang, pembayaran upah buruh, pengeluaran untuk biaya penjualan, biaya administrasi dan umum, pembayaran bunga, dividen, pajak, premi asuransi, pembelian aktiva tetap dan pengeluaran-pengeluaran lain. Dengan mengadakan estimasi penerimaan dan pengeluaran selama periode tertentu maka Pimpinan Perusahaan dapat mengetahui: 1.
Kemungkinan posisi kas sebagai hasil rencana operasi Perusahaan.
2.
Kemungkinan adanya surplus atau defisit karena rencana operasi Perusahaan.
3.
Besarnya dana serta saat-saat kapan dana itu dibutuhkan untuk menutup defisit kas.
4.
Saat-saat kapan kredit itu dibayar kembali.
Penyusutan anggaran kas biasanya dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu: 1.
Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran menurut rencana operasional Perusahaan. Transaksi-transaksi di sini merupakan transaksi operasi. Pada tahap ini dapat diketahui adanya defisit atau surplus karena rencana operasi Perusahaan.
2.
Menyusun perkiraan atau estimasi kebutuhan dana atau kredit dari bank atau sumber-sumber dana lainnya yang diperlukan untuk menutup defisit kas karena rencana operasi Perusahaan
3.
Menyusun kembali estimasi keseluruhan penerimaan dan pengeluaran setelah adanya transaksi finansil.
2.7. Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Persediaan Kas Minimal Kas adalah salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Semakin besar jumlah kas yang ada di dalam suatu Perusahaan, berarti semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Ini berarti bahwa Perusahaan mempunyai risiko yang lebih rendah untuk tidak dapat memenuhi kewajiban finansiilnya. Tetapi hal ini bukan berarti bahwa Perusahaan harus berusaha untuk mempertahankan persediaan kas yang sangat besar, karena semakin besar kas berarti semakin banyak uang yang menganggur sehingga akan memperkecil profitabilitas-nya. Sebaliknya pun kalau Perusahaan hanya mengejar profitabilitas saja, maka Perusahaan itu akan berusaha agar semua persediaan kasnya selalu dapat diputarkan atau dalam keadaan bekerja. Bila Perusahaan menjalankan tindakan tersebut, berarti Perusahaan itu menempatkan dirinya dalam keadaan illikuid apabila sewaktu-waktu ada tagihan atas kewajiban finansilnya.
Untuk menentukan berapa besarnya jumlah kas yang sebaiknya harus dipertahankan oleh suatu Perusahaan, belumlah ada standard ratio yang bersifat umum. Meskipun demikian, ada beberapa standar tertentu yang dapat digunakan sebagai pedoman di dalam menentukan jumlah kas yang harus dipertahankan oleh suatu Perusahaan. Jumlah kas pada suatu saat dapat dipertahankan dengan besarnya jumlah aktiva lancar maupun utang lancar. Jumlah kas dapat pula dihubungkan dengan jumlah penjualan atau sales. Perbandingan antara penjualan dengan jumlah kas rata-rata menggambarkan tingkat perputaran kas (cash turnover) dimana semakin tinggi tingkat perputaran ini, maka semakin tinggi pula tingkat efisiensi penggunaan kasnya. Akan tetapi, tingkat perputaran kas yang berlebihan tingginya dapat berarti bahwa jumlah kas yang tersedia adalah terlalu kecil untuk volume penjualan yang bersangkutan. Seperti halnya pada persediaan (inventory) dan piutang, pada kas pun terdapat “persediaan besi” atau “persediaan minimal”, yang disebut juga safety cash balance atau persediaan besi kas. Yang dimaksudkan dengan persediaan besi adalah jumlah minimal dari kas yang harus dipertahankan oleh Perusahaan agar dapat memenuhi kewajiban finansiilnya sewaktu-waktu. Persediaan kas ini merupakan unsur atau inti permanen dari kas. Besarnya kas minimal ini berbeda-beda antara Perusahaan yang satu dengan Perusahaan yang lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya persediaan kas suatu Perusahaan yaitu: 1. Perimbangan Antara Aliran Kas Masuk dengan Aliran Kas Keluar. Adanya perimbangan yang baik mengenai kuantitas maupun waktu antara arus kas masuk dan arus kas keluar dalam suatu Perusahaan berarti bahwa pengeluaran kas, baik mengenai jumlah maupun mengenai waktunya, akan dapat dipenuhi dari
penerimaan kasnya sehingga Perusahaan tidak perlu mempunyai persediaan kas minimum yang besar. Adanya perimbangan tersebut antara lain disebabkan karena adanya kesesuaian antara syarat pembelian dengan syarat penjualan. Ini bearti bahwa pembayaran hutang akan dapat dipenuhi dengan kas yang berasal dari pengumpulan piutang. Pembayaran-pembayaran untuk pembelian bahan mentah, pembayaran upah buruh, dan lain-lain, diharapkan dapat dipenuhi dengan kas yang berasal dari hasil penjualan produknya. 2. Penyimpangan Terhadap Aliran Kas yang Diperkirakan . Untuk menjaga likuiditasnya, maka Perusahaan perlu membuat perkiraan atau estimasi mengenai aliran kas di dalam Perusahaannya. Apabila aliran kas senyatanya selalu sesuai dengan estimasinya, maka Perusahaan tersebut tidak menghadapi kesulitan likuiditas. Perusahaan ini tidak perlu mempertahankan adanya persediaan minimum kas yang besar. Sebaliknya, bagi Perusahaan yang aliran kasnya sering mengalami penyimpangan yang merugikan dari yang diperkirakan, maka perlulah bagi Perusahaan ini untuk mempertahankan adanya persediaan kas minimal yang agak besar.
3. Adanya Hubungan yang baik dengan Bank-Bank Perusahaan yang telah berhasil membina hubungan baik dengan bank akan mempermudah baginya untuk mendapatkan kredit dalam menghadapi kesulitan finansiilnya, baik yang disebabkan karena adanya peristiwa yang tidak diduga maupun yang dapat diduga sebelumnya. Perusahaan ini tidak perlu mempunyai persediaan besi kas yang besar.
2.8. Sarana
Dan
Mekanisme
Transaksi
Uang
Kas
Yang
Ditempatkan Di Bank Berikut ini adalah sarana dan mekanisme transaksi uang kas berbentuk uang giral yang berada atau ditempatkan di bank.
1.
Bentuk-bentuk uang giral. a. Demand Deposit. Penyimpanan uang kas dalam bentuk demand deposit di bank sering pula disebut sebagai uang kas dalam rekening giro, yang setiap saat dapat diambil atau pun dicairkan. Simpanan dalam bentuk demand deposit tidak mendapatkan bunga, sebaliknya si penyimpan biasanya dikenakan biaya administrasi. Biasanya bank tersebut menetapkan tingkat saldo rata-rata yang minimum harus dipertahankan dalam rekening gironya tersebut. Untuk Perusahaan besar yang rata-rata saldo rekening gironya cukup tinggi dapat meminta kepada bank yang bersangkutan suatu jasa giro atas dasar saldo minimum yang harus dipertahankan dalam rekening gironya tersebut.
b. Time Deposit. Suatu bentuk simpanan deposito berjangka yang dapat ditempatkan untuk jangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan. Sebelum jatuh temponya, maka deposito tersebut tidak dapat dicairkan. Namun jika simpanan tersebut
telah melampaui satu bulan tetapi jatuh temponya adalah 3 bulan, atas persetujuan dari bank yang bersangkutan, maka deposito tersebut dapat dicairkan dengan suatu denda tertentu yang harus dibayar oleh si nasabah. Sebagai tanda atas simpanan deposito tersebut, bank yang bersangkutan akan mengeluarkan sertifikat deposito atas nama yang sering disebut pula NonNegotiable Time Certificate of Deposit. Namun ada pula sertifikat deposito yang merupakan surat berharga yang dapat diperjualbelikan, untuk itu sertifikat deposito berjangka tersebut dikeluarkan atas unjuk dan biasa disebut sebagai Negotioable Time Certificate of Deposit.
c. Call Deposit. Simpanan dalam bentuk call deposit memiliki persamaan dengan demand deposit dalam arti setiap saat dapat ditarik, asalkan sebelum penarikannya harus memberitahukan terlebih dahulu kepada bank yang bersangkutan. Biasanya pemberitahuan tersebut harus dilakukan dua hari dimuka. Atas call deposit juga dibayarkan suatu tingkat bunga tertentu sesuai dengan jangka waktu penyimpanannya: on call (2 hari), 7 hari, 15 hari. Dengan demikian setiap penyimpanan dalam deposito berjangka, yang waktunya kurang dari satu bulan dapat disebut call deposit.
2.
Jenis-jenis alat likuid pengganti uang tunai. a. Cek.
Suatu surat berharga yang merupakan permintaan pembayaran secara tunai atas sejumlah uang, suatu bank yang menerbitkan cek tersebut dari rekening giro seorang nasabah yang menandatangani cek tersebut. Dengan demikian, cek tersebut sering pula disebut sebagai personal cheque. Cash cheque sama seperti uang tunai artinya dapat diuangkan oleh siapa saja yang memiliki cek tersebut, selama rekening giro dari orang yang menandatangani cek tersebut cukup uangnya. b. Giro Bilyet. Suatu surat permintaan pemindahbukuan dari suatu rekening giro tertentu kepada rekening giro lainnya, dapat terjadi dalam bank yang sama atau dalam bank lainnya. Dengan demikian, orang atau Perusahaan yang memperoleh pembayaran dalam bentuk giro bilyet, tidak dapat langsung menguangkan giro bilyet tadi.
c. Bank Draft. Bank draft merupakan suatu janji yang dikeluarkan oleh suatu bank tertentu untuk membayar sejumlah uang dalam mata uang tertentu kepada pemegang draft atau nama yang tercantum dalam draft tersebut.
d. Traveller’s Cheque. Pengertian traveller’s cheque serupa dengan bank draft. Perbedaannya hanya terletak pada proses pencairannya dimana jika bank draft harus diuangkan di cabang atau koresponden bank yang mengeluarkan draft tersebut, sedangkan
traveller’s cheque dapat diuangkan pada setiap money changer/tempat penukaran uang dan kadangkala diterima pula sebagai alat pembayaran yang sah.
3.
Mekanisme pencairan alat-alat likuid yang digunakan sebagai alat pembayaran. a. On the counter. Setiap cash cheque dapat diuangkan pada bank yang menerbitkan cek tersebut, dengan syarat uang di rekening nasabah yang menandatangani cek tersebut cukup dananya.
b. Kliring. Untuk menguangkan cek ataupun crossed cheque serta giro bilyet melalui bank lain, maka hal tersebut dapat dilakukan melalui kliring. Cek ataupun bilyet yang dikliringkan baru dapat diketahui hasilnya esok paginya dan untuk kemudian dapat dimanfaatkan oleh si penerimanya.
c. Collection. Untuk menguangkan cek ataupun jaminan giro bilyet pada suatu bank di kota yang berbeda, maka harus dilakukan secara inkaso/collection. Untuk hal seperti
ini diperlukan waktu yang cukup lama, tergantung dari jarak maupun pelayanan daripada bank yang bersangkutan.
2.9. Model Matematis Dalam Manajemen Kas Guna menentukan besarnya investasi yang optimal di dalam penetapan jumlah uang kas, maka terdapat beberapa model matematis yang dikembangkan oleh ahli-ahli pembelanjaan, yaitu:
1. Model dari William J. Baumol. William J. Baumol mendasari teorinya pada metode Economic Order Quantity (Ross, Westerfield, Jafee, 2002, McGraw-Hill, “Corporate Finance”, pp 773), yang digunakan di dalam menetapkan investasi yang optimal di dalam persediaan. Penerapan metode EOQ ini pada manajemen kas didasari pada kenyataan bahwa ada kesamaan antara investasi dalam uang kas dan persediaan bahan/barang dipandang dari sudut pandangan ahli belanja. Dalam pengadaan persediaan, biaya akibat kekurangan persediaan dan tambahan biaya pemesanan, yang harus dikorbankan untuk mengadakan bahan/barang secara cepat sebagai akibat dari kehabisan persediaan merupakan hal yang dapat dan perlu dihindari. Namun dipihak lain, dengan mengadakan suatu persediaan akan timbul pula biaya-biaya yang berkaitan dengan pengadaan persediaan tersebut, termasuk biaya modal yang tertanam dalam persediaan tersebut. Oleh sebab itu, perlu dicari suatu titik keseimbangan antara biaya pemesanan dan biaya penyimpanan, yang memberikan tingkat investasi yang optimal dalam pengadaan persediaan tersebut. Perimbangan tersebut berlaku pula di
dalam pengelolaan uang kas. Biaya pemesanan timbul dalam bentuk biaya gaji dari orang yang khusus menangani administrasi kas dan komisi yang harus dibayar kepada para broker untuk menempatkan atau mencairkan uang kas pada atau dari bentuk investasi yang ada di pasar uang dan modal. Di samping itu perlu diperhatikan pula carrying cost atau holding cost, yang berupa hilangnya kesempatan untuk memperoleh bunga atau return atas kesempatan investasi tertentu di pasar uang dan modal seandainya perusahaan berusaha untuk menahan jumlah uang kas yang besar, dengan tujuan ingin menghindari biaya gaji dan/atau komisi seperti disebutkan di atas. Dan sama seperti halnya dengan mengelola persediaan, maka dalam mengelola uang kas perlu pula diperhitungkan besarnya biaya kerugian yang timbul sebagai akibat kehabisan uang kas didalam kegiatan perusahaan sehari-hari. Oleh sebab itu dalam pengelolaan uang kas perlu ditentukan suatu tingkat persediaan uang kas yang secara optimal perlu dipertahankan oleh perusahaan guna menjamin kesinambungan operasinya. Dengan dicapainya titik keseimbangan dari kedua unsur biaya tersebut diatas, maka investasi dalam uang kas dapat dioptimalisasikan. Model Baumol ini mengasumsikan bahwa saldo kas perusahaan akan bergerak secara beraturan dari kiri atas ke kanan bawah seperti tampak pada gambar dibawah ini. Saldo Kas Awal
Rata-rata Kas
Saldo Kas Akhir 0
1
2
3
Waktu
Gambar 2.2. Pola Keseimbangan Kas dari Baumol Dalam modelnya, Baumol mengasumsikan bahwa ada tiga variabel yang harus diperhatikan oleh perusahaan, yaitu: F
= biaya tetap yang harus dikeluarkan ketika menjual sekuritas/investasi yang dimiliki, untuk mengisi kembali uang kas.
T
= Jumlah uang kas yang diperlukan oleh perusahaan untuk tujuan transaksi pada periode tertentu.
K
= biaya kesempatan (opportunity cost) yang timbul dari penyimpanan uang kas.
2 FT = Saldo Kas Optimum K C Opportunit y Cost = × K 2
C∗ =
T Trading Cost = × F C C T TotalCost = × K + × F 2 C
2.
Model dari Merton Miller dan Daniel Orr. Miller dan Orr menciptakan suatu model dengan mengembangkan teori yang telah dibuat oleh Baumol. Berbeda dengan Baumol yang menggunakan asumsi bahwa net cash flow pola pergerakannya sedemikian beraturan, yang hanya mungkin dapat terjadi secara teoritis atau dalam kasus orang perorang tertentu, maka Miller dan Orr mengasumsikan bahwa net cash flows akan bergerak secara tak beraturan namun tetap memiliki suatu pola tertentu (Steve Karnadi, Yayasan Promotio Humana, “Manajemen Pembelanjaan”, JILID I, pp 119). Hal ini berarti bahwa perubahan dalam saldo kas perusahaan selama suatu periode tertentu akan sembarang sifatnya baik dalam jumlah maupun arahnya. Namun jika diteliti atas dasar sampel acak dari suatu kumpulan periode-periode yang jumlahnya cukup banyak, maka tampak bahwa perubahan-perubahan tersebut akan membentuk suatu distribusi normal. Walaupun demikian model ini tetap memberikan suatu kemungkinan berdasarkan pengalaman empiris bahwa pada suatu saat tertentu, perubahan tersebut memiliki kemungkinan lebih besar untuk lebih positif atau negatif. Teori Miller dan Orr ini diciptakan untuk menentukan kapan saatnya dan berapa besar jumlah yang harus dipindahkan dari perkiraan investasi ke perkiraan kas selaras dengan proses pengambilan keputusan yang diamati dari gambar berikut.
Cash h
z r t1
t2
Time
Gambar 2.3. Model Manajamen Kas dari Miller dan Orr
Dari gambar 2.3, tampak bahwa perubahan dari saldo kas dapat meningkat sampai suatu tingkat tertentu, h, pada waktu t1, dan kemudian akan turun sampai ketingkat z, return point, karena sejumlah (h –z) diinvestasikan ke dalam salah satu bentuk investasi yang memberikan hasil. Selanjutnya saldo kas perusahaan yang bergerak secara tak menentu arahnya sampai akhirnya mencapai titik saldo minimum, r, pada saat t2 dan pada saat saldo kas kembali kepada titik z, return point,. Dalam menentukan besarnya waktu t diatas, Miller dan Orr mencari t sedemikian rupa sehingga 1/t merupakan suatu penggal waktu yang kecil dari satu hari kerja, atau dengan kata lain t sama dengan jumlah transasksi kas per hari.
Metode ini mengasumsikan bahwa selama jam-jam kerja tersebut saldo kas dapat meningkat sebanyak m rupiah dengan tingkat probabilitas sebesar p atau dapat pula turun sebesar m rupiah dengan tingkat probabilitas q = 1 – p. Pada umumnya analisa Miller dan Orr ini bertolok ukur pada asumsi probabilita p = q = ½. Atas dasar asumsi diatas, maka variance daripada perubahan harian saldo kas adalah sama dengan m2t. Selanjutnya model Miller dan Orr didasarkan pada fungsi biaya, sama seperti model Baumol, dan model ini memasukkan pula elemen biaya yang diperlukan guna memindahkan dari dan kepada perkiraan kas serta biaya yang timbul sebagai akibat menahan uang kas (opportunity cost). Batas atas (upper limit), h, yang tidak boleh dilampaui, dan batas bawah (lower limit), z, yang merupakan return point, yaitu titik kemana saldo kas dikembalikan setelah terjadinya permindahan dari atau kedalam perkiraan kas, perlu dicari dan dihitung agar fungsi biaya dapat diminimalisir. Batas terendah, r, dalam model ini diasumsikan telah ditentukan, yang dapat berupa saldo kas minimum atas rekening giro yang harus dipertahankan seperti ditetapkan oleh bank, di mana rekening koran perusahaan tersebut ditempatkan. Fungsi biaya dari model Miller dan Orr dituliskan sebagai berikut:
E (c) = b.
E(N ) + i.E (m) T
E(N)
= perkiraan banyaknya pemindahan antara kas dan perkiraan investasi selama periode yang direncanakan.
b
= biaya pemindahan.
T
= jumlah hari dari periode yang direncanakan.
E(m)
= rata-rata saldo kas harian yang diharapkan.
i
= tingkat bunga harian yang diperoleh dari investasi yang dilakukan.
S2
= varians daripada perubahan harian saldo kas.
Tujuan yang ingin dicapai adalah mencari E(c) yang minimal dengan menetukan variabel h dan z, yang oleh Miller dan Orr diperoleh sebagai berikut:
3.b.s 2 z= 4.i
1/ 3
Semakin tinggi biaya pemindahan uang kas, yakni b, atau variance, yaitu S2, maka akan semakin tinggi pula jarak antara batas kontrol atas dan batas kontrol bawah. Untuk kasus khusus dimana terjadi kenaikan ataupun penurunan probabilita saldo kas yang sama besar, artinya bahwa p = q = 0,50, maka batas kontrol atas akan selalu tiga kali lebih besar dari retun point z, yaitu batas kontrol bawah.