BAB II LANDASAN TEORI 2.1.
Produktivitas
2.1.1
Pengertian Produktivitas Produktivitas sebagai konsep output dengan input, pertama kali dicetuskan
oleh David Richardo dan Adam Smith tahun 1810. Inti konsep ini adalah bagaimana output akan berubah apabila bersama input berubah. Istilah atau kata produktivitas muncul pada artikel Francois Quenay tahun 1766, ekonom prancis. Kemudian pada tahun 1883, Littre adalah “Faculty of produce”. Beberapa definisi produktivitas antara lain : c.
Menurut sumanth tahun 1979, produktivitas total adalah rasio tangible output dengan tangible input.
d.
Menurut Gordon K.C.Chen adalah perbandingan antara output yang diproduksi dengan unit sumberdaya yang digunakanselama proses. Output yang diukur merupakan agregat output produksi sedangkan inputnya adalah segala bentuk sumberdaya yang digunakan dalam proses. Dalam produktivitas, berhubungan
9
10
dengan efektivitas dalam mencapai hasil dan menggunakan sumberdaya dengan effisien. e.
Menurut Kendrick dan Cremer, Produktivitas merupakan definisi fungsional untuk produktivitas parsial, produktivitas total dan faktor total produktivitas.
f.
Menurut siegel, produktivitas berkenaan dengan sekumpulan perbandingan antara output dengan input.
g.
Menurut Rome Confernce, European Producivity Agency, tahun 1958, yaitu : 1. Produktivitas adlah derajat effisiensidan efektivitas dlam penggunaan elelemen produksi. 2. Diatas semuanya produktivitas merupakan sikap mental yang selalu mencari perbaikan terhadap apa yang telah ada.
h.
Berdasarkan piagam produktivitas Oslo tahun 1994, antara lain : 1. Produktivitas adalah konsep yang universal, dimaksudkan untuk menyediakan semakin banyak barang dan jasa untuk kebutuhan semakin banyak orang, dengan menggunakan sumberdaya yang sesedikit mungkin. 2. Produktivitas didasarkan pada pendekatan multi disiplin yang secara efektif merumuskan tujuan, rencana, pengembangan dan pelaksanaan cara-cara produktif, dengan menggunakan sumbr-sumber daya secara effisien namun tetap mempertahankan kualitas. 3. Produktivitas secara terpadu melibatkan semua usaha manusia dengan menggunakan keterampilan, modal, tekhnologi, manajemen, informasi, energy dan sumber-sumber daya lainnya umtuk perbaikan mutu kehidupan
11
yang mantap bagi seluruh manusia melalui pendekatan konsep produktivitas secara total. 4. Produktivitas lebih dari sekedar ilmu, teknologi dengan teknik-teknik manajemen, akan tetapi mengandung filosofi dan sikap yang didasarkan pada motivasi yang kuat untuk secara terus menerus berusaha mencapai mutu kehidupan yang lebi baik. i.
Pengertian produktivitas menurut Dewan Produktivitas Nasional RI yang dirumuskan tahun 1983, adalah : 1. Produktivitas secara terpadu melibatkan semua usaha mausia dengan produktivitas mengandung sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa kehidupan hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. 2. Produktivitas dan produksi merupakan dua pengertian yang berbeda. Peningkatan poduksi menunjukan penambahan jumlah hasil yang dicapai, sedangkan peningkatan produktivitas mengandung pengertian pertambahan hasil dan perbaikan cara produksi. Peningkatan produksi tidak selalu disebabkan oleh peningkatan produktivitas, karena produksi dapat meningkat walaupun produktivitas tetap atau menurun. 3. Peningkatan produktivitas dapat dilihat dalam tiga bentuk : a) Jumlah keluaran (output) dalam mencapai tujuan meningkat dengan menggunakan sumber daya (input) yang sama. b) Jumlah keluaran (ouput) dalam mencapai tujuan sama atau meningkat dicapai dengan menggunakan sumberdaya (input) yang lebih sedikit.
12
c) Jumlah keluaran (output) dalam mencapai tujuan yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan sumber daya (input) yang relative lebih kecil. 4. Sumber daya manusia memegang peran yang utama dalam proses peningkatan produktivitas, karena alat produksi dan tekhnologi pada hakekatnya merupakan hasil karya manusia.
Secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil karya nyata (barang atau jasa) dengan masukannya yang sebenarnya. Misalnya saja “produktivitas adalah ukuran effisiensi produktif”. Suatu perbandingan antara hasil keluaran dan masukan (output : Input). Masukan sering dibatasi dengan masukan tenaga kerja, sedangkan keluaran di ukur dalam kesatuan fsik bentuk dan nilai. Produktivitas juga diartikan sebagai tingkatan efisiensi dalam memproduksi barang-barang dan jasa-jasa : “produktivitas mengutarakan cara pemanfaatan secara baik terhadap sumber-sumber dala memproduksi barang-barang”. Produktivitas juga diartikan sebagai : a
Perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil
b
Perbedaan antara kumpulan jumlah pengeluaran dan masukan yang dinyatakan dalam satuan-satuan (unit) umum.
Maka produktivitas dapat dihitung sebagai berikut :
13
Definisi dasar produktivitas :
Produktivitas adalah parameter tingkatan performasi yang diperoleh melalui rasio keluaran dihasilkan (output) terhadap rasio masukan (input). Dimana produktivitas memungkinkan untuk dibagi terhadap kategori-kategori faktor input antara lain budget keuangan rutin, budget keuangan investasi, material mentah bahan produksi dan factor lainnya (OEEC, 1950).
Produktivitas adalah suatu korelasi antara keluaran yang dihasilkan (Output) dengan masukan sumber daya yang diperlukan untuk proses penghasilan keluaran tersebut. Terjemahan lebih lanjut adalah tingkatan efesiensi sumber daya, capital, asset, tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan produk/jasa (J. Prokopenko, 1987).
Objektif : adalah suatu ukuran dimana suatu tujuan akan dicapai.
Efesien : adalah seberapa optimal penggunaan sumber daya dalam usahanya mencapai tujuan.
Efektif : adalah apa yang bisa dicapai dibandingkan dengan apa yang memungkinkan untuk dicapai.
Komparasi : adalah performansi produktivitas dalam pencatatan setiap periode.
2.1.2
Hubungan produktivitas dengan efisiensi dan efektifitas Efektivitas berorientasi pada hasil atau keluaran (output) yang lebih baik dan
efisien berorientasi pada Input dan sering digunakan secara bersamaan, sehingga
14
sering mengaburkan arti sesungguhnya. Beberapa definisi dari efektivitas dan efisiensi : Efektivitas adalah merupakan derajat pencapaian output dari system produksi Efisiensi adalah ukuran yang menunjukan sejauh mana sumber-sumber daya digunakan dalam prose produksi untuk menghasilkan output. Jika efektivitas berorientasi pada hasil atau keluaran (output) yang lebih baik dan efisiensi berorientasi pada masukan (input) yang lebih sedikit, maka produktivitas berorientasi pada keduanya. Jika
efektivitas
membandingkan
hasil
yang
dicapai
dan
efisiensi
membandingkan masukan sumber daya yang digunakan, maka produktivitas membandingkan hasil yang dicapai dan sumberdaya yang digunakan, yang dapat dihitung dengan rumus :
Prinsip manajemen dalam produktivitas adalah : efektif dalam mencapai tujuan dan efisien dalam menggunakan sumberdaya Produktvitas adalah kombinasi dari efektivitas dan efisiensi.
2.1.3
Kesalahan pengertian mengenai produktivitas Pertama, produktivitas bukanlah produksi atau yang merupakan ukuran dari
produksi. Produksi adalah unjuk laku dan hasil-hasil yang dicapai adalah komponen-
15
komponen dari usaha-usaha produktivitas. Antara produksi dengan produktivitas haruslah dibedakan. Kalau produksi berdimensi study dan berhubungan dengan pertanyaan “how much?”, maka produktivitas memiliki dua dimensi dan berhubungan dengan pertanyaan “how well?”. Jadi peningkatan produksi tidak otomatis meningkatkan produtivitas, bahkan produksi dapat meningkat sedangkan produktivitas bisa menurun. Produksi tertuju dengan aktivitas produksi barang/jasa. sedangkan produktivitas tertuju dengan efisiensi penggunaan sumber (input) dalam produksi barang/jasa (output). Peningkatan produksi menunjukan pertambahan jumlah hasil yang dicapai, sedangkan peningkatan produktivitas mengandung pengertian pertambahan hasil dan perbaikan cara pencapaian produksi. Kedua,
produktivitas
bukan
“efisiesnsi”.
Pengertian efisiensi
selalu
berorientasi ke “input”. Tindakan yang efisien berarti menghemat penggunaan input atau dapat mendekati suatu standard tertentu. Ketiga, produktivitas bukan “pengukuran kerja (work measurement) ”. konsep pengukuran kerja bertujuan untuk mengetahui jumlah jam kerja yang dibutuhkan oleh seorang pekerja dalam menyelesaikan sustu tugas yang sesuai dengan suatu standar tertentu. Keempat,
produktivitas
bukan
“profitabilitas”.
Konsep
profitabilitas
merupakan konsep financial yang diperoleh dengan mengurangi nilai penjualan dengan nilai biaya karena dinyatakan dalam nilai (rupiah) maka nilai profitabilitas sangat dipengaruhi oleh variabel harga (baik harga input maupun harga output). Pada umumnya faktor-faktor yang menentukan tingkat harga berada diluar control perusahaan. Suatu prusahaan disebut produktif jika dapat mempertahankan tingkat
16
output dengan tidak menambah input. Jadi masalah hubungan input dan output berada dalam control perusahaan. Dalam situasi pasar barang yang disebutkan diatas dapat saja terjadi suatu perusahaan yang tidak produktif akan mengalami kerugian besar. Sebaliknya perusahaan yang produktif meskipun pasar sedang lesu tetap dapat mencapat profit positif. Dari uraian terdahulu dapat diketahui bahwa konsep produktivitas adalah hubungan antara input dan output. Jadi orientasinya bukan tertuju hanya pada output atau pada input saja, melainkan kepada keduanya. Oleh karena itu konsep produktivitas lebih luas dari konsep-konsep yang hanya berorientasi pada satu segi saja seperti efisiensi, produksi dan efektivitas. Jadi dalam kegiatan pengukuran produktivitas perlu diukur baik input ataupun output. Hubungan antara input dan output biasanya dinyatakan dalam rasio atau indeks (perbandingan rasio dengan rasio). Dapat pula hubungan itu dinyatakan dalam fungsi produksi seperti dalam bentuk Cobb-Douglas. 2.1.4
Komponen dalam produktivitas Komponen dalam produktivitas mencangkup :
1. Output, yaitu semua produk-produk utama dan sampingan 2. Input, diantaranya : a. Tenaga kerja : Tenaga kerja Langsung (direct) dan tidak langsung (indirect) b. Modal : investasi, mesin, peralatan, dsb
17
c. Energi : Listrik, gas, Batubara, dll d. Informasi : harga pasar, standar-standar, peraturan, dl e. Bahan baku : langsung dan tidak langsung f. Data : yang akan diproses sehingga menghasilkan informasi. Sehingga produktivitas perusahaan dapat dihitung sebagai berikut :
Ps adalah produktivitas system. Dalam perhitungan ini, baik input maupun output harus dikuantifikasikan Output : -
Positif : menghasilkan penerimaan
-
Negatif : menimbulkan pengeluaran
Input : -
Menjadi biaya/pengeluaran
Ps dapat dinaikkan dengan cara : 1. Kualitas unsu-unsur penyebut diperbaiki 2. Pengendalian input
18
Peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan cara : 1. Menaikkan output dengan input tetap 2. Menurunkan input dengan output tetap 3. Menaikkan output dan menurunkan input 4. Menurunkan input dengan tajam dan menurunkan output 5. Menaikkan output dengan tajam dan menaikkan input Dari kelima cara diatas, maka cara ketiga yaitu dengan menaikkan output sekaligus menurunkan input adalah cara yang terbaik. Produktivitas seringkali diidentifikasi dengan efisiensi dalam arti suatu rasio antara keluaran (output) dan masukkan (input). Sebagai ukuran efisiensi, produktivitas kerja manusia, maka rasio tersebut umumnya berbentuk keluaran yang dihasilkan oleh aktivitas kerja dibagi dengan jam kerja (man hours) yang dikontribusikan sebagai sumber masukan dengan rupiah atau unit produksi lainnya sebagai dimensi tolak ukurnya. Masih ada pula sumber masukan lainnya yang tidak bisa atau sulit untuk dinilai dan diukur besarnya, akan tetapi cukup pentingndalam penentuan tingkat produktivitas kerja. Faktor ini dikenal sebagai masukan bayangan (invisible input), antara lain : -
Tingkat pengetahuan (degree of knowledge)
-
Kemampuan teknis
-
Metodologi kerja dan pengaturan organisasi (managerial skill)
19
-
Motivasi kerja
Berdasarkan hal tersebut, produktivitas secara umum akan diformulasikan sebagai berikut :
2.1.5 Siklus Produktivitas Peningkatan produktivitas bukanlah suatu pekerjaan yang instan (sekali jadi), tetapi merupakan suatu proses. Proses yag berkelanjutan sehingga merupakan suatu siklus yang biasa kita sebut sebagai Siklus Produktivitas. Pengukuran Produktivitas
Peningkatan Produktivitas
Evaluasi Produktivitas
Perencanaan Produktivitas Gambar 2.1 Siklus Produktivitas
Sebuah perusahaan yang akan menjalankan program produktivitas secara formal, pertama kali harus lah melakukan pengukuran produktivitas. Setelah tingkat produktivitas diketahui, kita aakan mengevaluasi atau membandingkannya dengan perencanaan yang dibuat sebelumnya. Berdasarkan pada evaluasi ini, tingkat
20
produktivitas yang ditargetkan, direncanakan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk mengetahui seberapa jauh perbaikan tersebut membawa hasil, maka haruslah dilakukan pengukuran produktivitas kembali. Jadi siklus ini terus berlanjut sepanjang program produktivitas dijalankandalam perusahaan atau organisasi. 2.2
Pengukuran produktivitas Pengukuran produktivitas merupakan satu cara untuk meningkatkan
produktivitas. Hasil pengukuran pada suatu waktu merupakan patokan bagi peningkatan diwaktu yang akan datang. Manfaat pengukuran produktivitas untuk tingkat perusahaan diantaranya : a
perusahaan dapat menilai efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang atau jasa.
b
Berguna untuk perencanaan sumberdaya baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
c
Dapat dipakai untuk menyusun kembali tujuan ekonomi dan non ekonomi perusahaan.
d
Berdasarkan hasil pengukuran tingkat produktivitas pada saat ini dapat direncanakan target produktivitas dimasa mendatang.
David Bain mengemukakan alasan mengapa sulit untuk mendesain, melaksanakan dan mengambil manfaat dari ukuran yang berarti itu karena : a
Ukuran cenderung terlalu luas
21
b
Ukuran biasanya berorientasi pada aktivitas daripada berorientasi pada hasil yang dicapai
c
Perusahaan
biasanya
segan
untuk
melakukan
pengukuran
terhadap
penggunaan sumber. Dalam dunia usaha dan organisasi pelayanan kadangkadang timbul keseganan untuk melakukan pengukuran terhadap sumbersumber yang digunakan, padahal pengukuran dimaksudkan untuk menaksir kemajuan perusahaan dalam rangka mencapai tujuannya. 2.2.1. Kriteria pengukuran produktivitas. Pengukuran produktivitas yang lebih teliti dan lebih berguna dalam meningkatkan produktivitas tersebut, menurut David Bain, hendaknya memenuhi beberapa kriteria yang dapat membantu kita untuk memiliki rasio produktivitas berarti, seperti berikut dibawa ini : 1. Validation (keabsahan) Ukuran yang valid adalah ukuran yang dapat secara menggambarkan perubahandari input menjadi output dalam proses yang sebenarnya. 2. Completeness (kelengkapan) Kelengkapan berhubungan dengan ketelitian dengan mana seluruh output atau hasil yang didapat dan input dari sumber yang digunakan dapat diukur dan termasuk didalam rasio produktivitas tersebut. Misalnya dalam menentukan man-hours pada suatu perusahaan manufacturing.
22
Kita tidak dapat melihat dari jam kerja pekerja langsung saja tetapi juga harus melihat jam kerja dari pekerja tidak langsungnya sebagai input sumber. 3. Comparability (dapat dibandingkan) Produktivitas adalah ukuran relative. Kita mengukur lalu membandingkannya sekarang dengan kemarin, bulan ini dengan bulan lalu, atau tahun ini dengan tahun lalu. 4. Timeliness (waktu yang tepat) Memastikan bahwa data yang dihasilkan cukup tepat bagi manager untuk mengambil
tindakan
bila
ada
persoalan
yang
timbul.
Pengukuran
produktivitas dimaksudkan sebagai alat yang efektif begi manajemen, sehingga harus dikomunikasikan pada setiap manajer yang bertanggung jawab pada bidangnya dalam waktu secepat-cpatnya tetapi masihdalam batas-batas yang masih praktis untuk dilakukan. 2.2.2. Tipe Dasar pengukuran produktivitas Menurut J. Sumanth, beberapa tipe dasar pengukuran produktivitas adalah : 1. Produktivitas parsial Adalah perbandingan antara output denga ssalah satu factor input. Disebut juga produktivitas faktor tunggal. Misalnya produktivitas tenaga kerja merupakan ukuran produktivitas parsial bagi input tenaga kerja yang diukur berdasarkan rasio output terhadap tenaga kerja.
23
2. Produktivitas Dua Faktor Adalah perbandingan antara output bersih dengan input tenaga kerja dan capital, Dimana input bersih adalah output total dikurangi jumlah nilai barang dan jasa yang dibeli. 3. Produktivitas Total Adalah perbandingan agregat output dengan agregat input.
2.3
Definisi Kualitas Pengertian atau definisi kualitas mempunyai cakupan yang sangat luas, relatif
dan berbeda-beda. Pandangan kualitas dari sisi konsumen (sebagai pengguna) akan berbeda dengan pandangan dari sisi produsen. Oleh karena itu, definisi kualitas dapat diartikan dari dua perspektif, yaitu dari sisi konsumen dan sisi produsen. Adapun pengertian kualitas menurut American Society for Quality yang dikutip oleh Heizer & Render (2006:253) sebagai berikut: “Quality is the totally of features and characteristic of a product or service that bears on it’s ability to satisfy stated or implied need”, yang maksudnya mutu/kualitas adalah keseluruhan corak dan karakteristik dari produk atau jasa yang berkemampuan untuk memenuhi kebutuhan yang tampak jelas maupun yang tersembunyi.
24
Sedangkan menurut Joseph Juran, dia berpendapat bahwa “quality is fitness for use” yang bila diterjemahkan secara bebas artinya kualitas (produk) berkaitan dengan kesesuaian atau enaknya barang tersebut digunakan (Prawirosentono, 2007:5). M. N. Nasution (2005:2-3) menjelaskan pengertian kualitas menurut beberapa ahli yang lain, diantaranya: Menurut Crosby dalam bukunya yang pertama ”Quality is Free” yang mendapatkan perhatian sangat besar pada waktu itu (1979:58), menyatakan bahwa kualitas adalah ”conformance to requirement”, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan. W. Edwards Deming (1982:176), berpendapat bahwa kualitas/mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen. Menurut Feigenbaum (1986:7), kualitas adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full costumer satisfaction), suatu produk dikatakan berkualitas apabila dapat memberi kepuasan sepenuhnya kepada konsumen yaitu sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen atas suatu produk. Adapun menurut Suyadi Prawirosentono (2007:5), pengertian kualitas suatu produk adalah ”keadaan fisik, fungsi, dan sifat suatu produk bersangkutan yang dapat memenuhi selera dan kebutuhan konsumen dengan memuaskan sesuai nilai uang yang telah dikeluarkan”.
25
Kualitas tidak dapat dipandang sebagai suatu ukuran sempit yakni semata-mata kualitas produk. Hal itu bisa dilihat dari beberapa pengertian tersebut di atas, dimana kualitas tidak hanya kualitas produk saja namun masih sangat kompleks karena melibatkan seluruh aspek dalam organisasi maupun di luar organisasi. Meskipun tidak ada definisi mengenai kualitas yang diterima secara visual, namun dari beberapa definisi kualitas menurut para ahli di atas terdapat beberapa persamaan, yakni dalam elemen-elemen sebagai berikut (Nasution, 2005:3): a. Kualitas mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. b. Kualitas mencakup produk, tenaga kerja, proses dan lingkungan. c. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang dianggap merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa mendatang).
2.4
Pengendalian Mutu/Kualitas (Quality Control)
2.4.1 Pengertian Pengendalian Mutu/Kualitas (Quality Control) Dalam menjalankan aktivitas, pengendalian kualitas merupakan salah satu teknik yang perlu dilakukan mulai dari sebelum proses produksi berjalan, pada saat berlangsungnya
proses
produksi
hingga
proses
produksi
berakhir
dengan
menghasilkan produk akhir atau produk jadi. Pengendalian kualitas dilakukan agar dapat menghasilkan produk berupa barang atau jasa yang sesuai dengan standar yang diinginkan dan direncanakan, serta memperbaiki kualitas produk yang belum sesuai
26
dengan standar yang telah ditetapkan dan sebisa mungkin untuk mempertahankan kualitas yang telah sesuai. Menurut Vincent Gasperz (2005:480), pengendalian adalah ”Control can mean an evaluation to indicate needed corrective response, the act guilding, or the state of process in which the variability is atribute to a constant system of chance causes”. Jadi pengendalian dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk memantau aktivitas dan memastikan kinerja sebenarnya yang dilakukan telah sesuai dengan yang direncanakan. Dan beliau mengemukakan bahwa pengendalian kualitas adalah ”Quality control is the operational techniques and activities used to fulfill requirements for quality” (Gasperz, 2005:480). Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengendalian kualitas adalah suatu teknik dan aktivitas/tindakan yang terencana yang dilakukan untuk mencapai, mempertahankan dan meningkatkan kualitas suatu produk dan jasa agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan dapat memenuhi kepuasan pelanggan. Sedangkan pengertian pengendalian kualitas menurut Sofjan Assauri (1999:10) adalah pengawasan mutu atau kualitas merupakan usaha untuk mempertahankan mutu/kualitas dari barang yang dihasilkan, agar sesuai dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan berdasarkan kebijaksanaan pimpinan perusahaan. Menurut ahli lain mengemukakan pendapatnya bahwa pengendalian mutu (Quality Control) adalah suatu cara atau sistem spesifikasi, inspeksi, analisis, dan rekomendasi dari suatu aktivitas yang dilakukan untuk menjaga dan mengarahkan
27
agar kualitas produk perusahaan dapat dipertahankan sebagaimana yang telah direncanakan (Hanlon, 1998:598). Berbagai kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan pengendalian mutu (Besterfield, 2004:2) diantaranya: a) Spesifikasi apa yang dibutuhkan, b) Desain dari suatu produk/jasa yang sesuai dengan spesifikasi, c) Produksi untuk memenuhi spesifikasi, d) Kegiatan inspeksi untuk menetapkan standar agar sesuai spesifikasi, dan e) Perbaikan pemakaian guna melengkapi informasi untuk revisi/perbaikan spesifikasi bila diperlukan.
2.4.2 Tujuan dan Fungsi Pengendalian Mutu Pelaksanaan pengendalian mutu memiliki beberapa tujuan dan fungsi, diantaranya adalah: a. Untuk meningkatkan kepuasan konsumen, b. Untuk menekan biaya produksi dan menaikkan laba perusahaan, c. Untuk menekan jumlah produk yang rusak (defect product), d. Untuk mengontrol waktu (agar order dapat diselesaikan tepat waktu), e. Untuk mengambil tindakkan koreksi apabila diperlukan, f. Untuk merencanakan perbaikan standar yaitu melakukan usaha terus-menerus untuk memperbaiki standar unjuk kerja dan keandalan, serta
28
g. Untuk memonitor dan menjaga agar mutu produksi cetak sesuai dengan model (proof) yang telah disepakati antara produsen dan konsumen.
2.4.3 Faktor-Faktor Pengendalian Mutu/Kualitas Menurut Douglas C. Montgomery (2001:26) dan berdasarkan beberapa literatur lain
menyebutkan
bahwa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pengendalian
mutu/kualitas suatu proses produksi adalah: 1. Kemampuan proses Batas-batas yang ingin dicapai haruslah disesuaikan dengan kemampuan proses yang ada. Tidak ada gunanya mengendalikan suatu proses dalam batasbatas yang melebihi kemampuan atau kesanggupan proses yang ada. 2. Spesifikaasi yang berlaku Spesifikasi hasil produksi yang ingin dicapai harus dapat berlaku, bila ditinjau dari segi kemampuan proses dan keinginan atau kebutuhan konsumen yang ingin dicapai dari hasil produksi tersebut. Dalam hal ini haruslah dapat dipastikan dahulu apakah spesifikasi tersebut dapat berlaku dari kedua segi yang telah disebutkan di atas sebelum kegiatan pengendalian kualitas proses produksi dimulai. 3. Tingkat ketidaksesuaian yang dapat diterima Tujuan dilakukannya pengendalian suatu proses adalah dapat mengurangi produk yang berada di bawah standar (produk cacat) seminimal mungkin. Tingkat
29
pengendalian yang diberlakukan tergantung pada banyaknya produk yang berada di bawah standar yang bisa diterima. 4. Biaya Kualitas Biaya kualitas sangat mempengaruhi tingkat pengendalian kualitas dalam menghasilkan produk dimana biaya kualitas mempunyai hubungan yang positif dengan terciptanya produk yang berkualitas. Biaya-biaya yang dimaksudkan diantaranya adalah biaya pencegahan (prevention cost), biaya deteksi/penilaian (detection/appraisal cost), biaya kegagalan internal (internal failure cost), dan biaya kegagalan eksternal (external failure cost). 5. Bahan (material) Dikarenakan oleh biaya produksi dan persyaratan kualitas, para ahli merencanakan dan memilih bahan yang sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan jenis bahan yang digunakan akan sangat mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan. 6. Mesin dan mekanisme (machine and mechanization) Penggunaan mesin berikut proses mekanisasinya akan dapat mempengaruhi kualitas yang diharapkan. Jenis mesin beserta perawatannya juga sangat berpengaruh terhadap kualitas produk. Metode yang digunakan dalam proses mekanisasi turut mempengaruhi hasil produksi.
30
7. Metode informasi modern (modern information method) Perkembangan teknologi informasi yang semakin modern telah menyebabkan adanya kemungkinan untuk mengumpulkan, menganalisa, dan memanipulasi informasi secara modern. Metode pemrosesan data dan penerimaan informasi yang canggih ini dapat mempengaruhi perkembangan kualitas suatu produk yang dibuat, informasi melalui komputerisasi yang semakin cepat dan akurat dalam mengelola dan menganalisa data juga mendukung keberhasilan kualitas produk.
2.4.4 Tahapan Pengendalian Kualitas Proses produksi merupakan salah satu kegiatan utama di dalam perusahaan. Dalam pelaksanaan proses produksi, perusahaan memerlukan adanya pengawasan atau pengendalian yang cukup memadai agar produk akhir perusahaan memiliki kualitas yang baik. Tahapan proses pengendalian dibagi menjadi lima tahap (Handoko, 1992:363), yaitu: 1) Tahap Penetapan Standar Standar mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran yang dapat digunakan sebagai ”patokan” untuk penilaian hasil-hasil. Tujuan, sasaran, kuota dan target pelaksanaan dapat digunakan sebagai standar. Tiga bentuk standar yang umum disini adalah: ▪ standar phisik
31
▪ standar moneter ▪ standar waktu Setiap tipe standar tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk-bentuk hasil yang dapat dihitung. Standar harus ditetapkan secara akurat, lebih efektif dan diterima mereka yang bersangkutan. 2) Tahapan Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan Penetapan standar adalah sia-sia bila tidak disertai berbagai cara untuk mengukur pelaksanaan kegiatan nyata. Oleh karena itu, tahap kedua dalam pengawasan adalah menentukan pengukuran pelaksanaan kegiatan secara tepat. 3) Tahapan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan Setelah frekuensi pengukuran dan sistem monitoring ditentukan, pengukuran pelaksanaan dilakukan sebagai proses yang berulang-ulang dan terus-menerus. Ada berbagai cara untuk melakukan pengukuran pelaksanaan yaitu pengamatan (observasi), laporan-laporan, metode otomatis, inspeksi, pengujian atau dengan pengambilan sampel. 4) Tahapan Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa Penyimpangan Tahap ini merupakan tahap kritis dari proses pegawasan, walaupun tahap ini paling mudah dilakukan, tetapi kompleksitas dapat terjadi pada saat menginterpretasikan
adanya
penyimpangan/deviasi.
Penyimpangan-
penyimpangan harus dianalisa untuk menentukan mengapa standar tidak dapat dicapai.
32
5) Tahapan Pengambilan Tindakan Koreksi Bila Diperlukan Tindakan koreksi dapat diambil dalam berbagai bentuk. Standar mungkin diubah, pelaksanaan diperbaiki, atau keduanya dilakukan bersamaan. Tindakan koreksi mungkin berupa mengubah standar mula-mula, mengubah pengukuran pelaksanaan, dan nengubah cara dalam menganalisa dan menginterpretasikan penyimpangan-penyimpangan. 2.5
8 (delapan) langkah QCC
yaitu 8 (delapan) langkah atau tahapan untuk melakukan improvement, Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Menentukan Tema Indentifikasikan problem-prblem yang ada di tempat kerja dengan melihat faktor QCDSM (Quality, Cost, Delivery, Safety, dan Morality). Tentukan salah satu dari kumpulan problem yang sudah diidentifikasi berdasarkan
prinsip
SMART
(Specific,
measureable,
achieveable,
reasonable, dan time base) 2. Menetapkan target Lukiskan data dari parameter thema yang diangkat dalam 3 bulan sebelumnya kedalam garis kemudian tentukan rata-ratanya. Tetapkan target dengan mengacu pada prinsip SMART (Specific, measureable, achieveable, reasonable, dan time base) 3. Analisa kondisi yang ada
33
▪ Lakukan bersama-sama dengan semua anggota untuk meninjau kondisi aktual di line (Genba). Analisa secara seksama dari segi material, mesin, metode dan lingkungan yang bisa menyebabkan terjadinya tema di angkat. ▪ Jika memungkinkan lakukan pembuktian terhadap dugaan penyebabnya dengan menyajikan data-data. 4. Analisa Sebab akibat Melakukan brain storming dengan mengunakan alat bantu Diagram Fish Bone (Diagram Tulang Ikan) untuk menganalisa kondisi yang ada berdasarkan temuan hasil genba lapangan. Problem pada tema menjadi akibat (pada mulut ikan), kemudian lakukan analisa dengan bantuan kata tanya : disebabkan oleh apa ? kelompokkan kedalam 5 faktor utama yaitu Manusia, Material, Metode, Mesin dan Lingkungan (4M + 1E) Lakukan terus analisa hingga mendapatkan akar penyebab (pangkal dari timbulnya permasalahan) Beri nomor pada setiap akar penyebab yang didapat. Analisa akan lebih matang jika disertakan data ”seberapa besar pengaruh akar penyebab terhadap munculnya problem pada thema”. Sajikan data dalam bentuk pareto diagram untuk menentukan prioritas penanggulangan. 5. Menetapkan rencana penanggulangan
34
Buat kolom-kolom rencana aktivitas perbaikan berdasarkan 5W + 2H. Kemudian buat schedule aktvitas yang akan dilakukan, PIC, batas waktu dan progressnya. 6. Penanggulangan
Lakukan apa yang telah direncanakan pada langkah 5 sesuai dengan urutan.
Lakukan pendataan aktivitas perbaikan untuk mencapai target tiap perbaikan.
Apabila ada penanggulangan yang masih belum efektif hasilnya atau gagal, maka lakukan perencanaan ulang (putar kembali PDCA-nya) demikian seterusnya hingga berhasil.
7. Evaluasi hasil
Lakukan evaluasi hasil perbaikan terhadap target yang telah ditetapkan pada langkah 2
Lakukan perbandingan dengan menunjukan pareto masalah dan setelah tindakan.
Lakukan pendataan pengaruh perbaikan yang dilakukan terhadap faktor QCDSM. Khusus terhadap cost reduction yang dihasilkan, perhitungkan secara cermat.
8. Standarisasi dan tindak lanjut.
Untuk menghindarkan terjadinya pengulangan problem-problem yang telah ditanggulangi, maka setiap penanggulangan harus dibuatkan standarisasinya.
Standarisasi bisa berupa SOP, WI, pembuatan Mal, pembuatan JIG Go NO Go, pembuatan Pokayoke, pembuatan stopper dan sebagainya.
35
Standarisasi yang telah dibuat harus sudah mendapatkan legalitas dari yang berwenang.
Kemudian untuk tindak lanjut dari katifitas QCC selanjutnya, thema bisa diambil dari pareto setelah perbaikan, yaitu mengambil problem dominan yang ada.
2.6
Alat Bantu dalam Pengendalian Kualitas Pengendalian kualitas secara statistik mempunyai 7 (tujuh) alat bantu statistik
utama yang bisa digunakan sebagai alat bantu untuk mengendalikan kualitas sebagaimana disebutkan juga oleh Heizer dan Render (2006:263-268), antara lain; check sheet, scatter diagram, diagram sebab akibat, diagram pareto, diagram alir/proses, histogram dan control chart. 2.6.1 Lembar pemeriksaan (Check Sheet) Check sheet merupakan alat pengumpul dan penganalisis data yang disajikan dalam bentuk tabel yang berisi data jumlah barang yang diproduksi dan jenis ketidaksesuaian beserta dengan jumlah yang dihasilkannya. Menurut Zulian Yamit (2010:49), check sheet merupakan bentuk sederhana yang dirancang untuk memungkinkan penggunanya mencatat data khusus dan dapat diobservasi mengenai satu atau beberapa variabel. Tujuan digunakannya check sheet ini adalah untuk mempermudah proses pengumpulan data dan analisis, dan juga untuk mengetahui area permasalahan berdasarkan frekuensi dari jenis atau penyebab dan mengambil keputusan untuk
36
melakukan perbaikan atau tidak. Pelaksanaannya dilakukan dengan cara mencatat frekuensi
munculnya
karakteristik
suatu
produk
yang
berkenaan
dengan
mutu/kualitasnya. 2.6.2 Diagram Sebar (Scatter Diagram) Diagram sebar (scatter diagram) adalah suatu diagram atau grafik yang menampilkan hubungan antara dua variabel apakah hubungan antara dua variabel tersebut kuat atau tidak, yakni antara faktor proses yang mempengaruhi proses dengan kualitas produk. Diagram scatter merupakan alat yang bermanfaat untuk menjelaskan apakah terdapat hubungan diantara dua variabel atau lebih, diagram ini bertindak sebagai dasar untuk analisis statistik yang biasa disebut analisis regresi. Selain itu diagram scatter juga menjadi dasar pembuatan bagan atau peta yang sering digunakan dalam peramalan/forecasting (Yamit, 2010:60). 2.6.3 Diagram Sebab Akibat (Fishbone Diagram) Diagram sebab akibat atau dikenal juga dengan diagram ishikawa atau diagram tulang ikan (fishbone chart), fungsi dasarnya adalah untuk mengidentifikasi dan mengorganisasi faktor-faktor utama penyebab-penyebab yang mungkin timbul dari suatu efek spesifik dan kemudian memisahkan akar penyebabnya (Yamit, 2010:47). Diagram ini dapat melihat faktor-faktor yang lebih terperinci yang berpengaruh dan mempunyai akibat pada faktor utama tersebut yang dapat dilihat dari anak panah yang berbentuk tulang ikan pada diagram fishbone tersebut. Faktor-faktor penyebab utama dalam diagram ini dapat dikelompokkan dalam:
37
Man (manusia), Material (bahan baku), Machine (mesin), Methode (metode), dan Environment (lingkungan) Adapun kegunaan dari diagram sebab akibat ini adalah: a. Membantu mengidentifikasi akar penyebab masalah, b. Menganalisa kondisi yang sebenarnya yang bertujuan untuk memperbaiki peningkatan kualitas, c. Membantu dalam pencarian fakta lebih lanjut, d. Mengurangi kondisi yang dapat menyebabkan ketidaksesuaian produk dengan keluhan pelanggan, e. Sebagai sarana pengambilan keputusan dan merencanakan tindakan perbaikan.
2.6.4 Diagram Pareto Diagram pareto pertama kali diperkenalkan oleh Alfredo Pareto dan digunakan pertama kali oleh Joseph Juran. Diagram pareto adalah diagram balok dan grafik garis yang menggambarkan perbandingan masing-masing jenis data terhadap keseluruhan. Dengan diagram pareto, dapat terlihat masalah mana yang dominan sehingga dapat mengetahui prioritas penyelesaian masalah yang akan dipecahkan. Kegunaan diagram pareto yaitu:
38
Menunjukan masalah utama, maksudnya yaitu bahwa diagram pareto dapat menunjukan penyebab utama yang merupakan kunci dalam penyeleksian produk cacat, Membantu dalam mengambil keputusan, Menyatakan perbandingan masing-masing persoalan terhadap keseluruhan masalah, dan Untuk mengevaluasi pada tahap selanjutnya. Melalui diagram pareto, dapat teridentifikasi masalah yang penting atau utama dengan mencari cacat terbesar/terbanyak dan yang paling berpengaruh. Pencarian cacat terbesar ini dapat berguna untuk mencari beberapa wakil dari cacat yang teridentifikasi, kemudian dapat digunakan untuk membuat diagram sebab akibat. 2.6.5 Diagram Alir/Proses Diagram alir atau biasa disebut flow chart merupakan sebuah gambar sederhana dari sebuah proses, biasa dilambangkan dengan beberapa simbol (Yamit, 2010:45). Diagram alir/proses secara grafis menyajikan sebuah proses atau sistem dengan menggunakan kotak dan garis yang saling berhubungan. Diagram alir dipergunakan sebagai alat analisis untuk: a. Mengumpulkan dan mengimplementasikan data yang juga merupakan ringkasan visual dari data itu sehingga memudahkan pemahaman. b. Menunjukkan output dari suatu proses. c. Menunjukkan apa yang sedang terjadi dalam situasi tertentu sepanjang waktu.
39
d. Membandingkan data periode yang satu dengan periode lain, serta memeriksa perubahan-perubahan yang terjadi. 2.6.6 Histogram Histogram adalah suatu alat yang membantu untuk menentukan variasi dalam proses. Berbentuk diagram batang yang menunjukkan tabulasi dari data yang diatur berdasarkan ukurannya. Tabulasi data ini umumnya dikenal sebagai distribusi frekuensi. Histogram dapat berbentuk “normal” atau berbentuk seperti lonceng yang menunjukkan bahwa banyak data yang terdapat pada nilai rata-ratanya. Bentuk histogram yang miring atau tidak simetris (asimentric) menunjukkan bahwa banyak data yang tidak berada pada nilai rata-ratanya namun kebanyakan datanya berada pada batas atas ataupun bawah. 2.6.7 Peta Kendali (Control Chart) Peta kendali adalah suatu alat yang secara grafis digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi apakah suatu aktivitas/proses berada dalam pengendalian kualitas secara statistika atau tidak sehingga dapat memecahkan masalah dan menghasilkan perbaikan kualitas. Peta kendali pertama kali dikenalkan oleh W.A. Shewher pada tahun 1924. Dengan pandangan untuk menghilangkan variasi tidak normal dengan membedakan variasi terhadap “Assignable Couses” dari “Change Causes”. Adapun manfaat dari penggunaan peta kendali adalah untuk: 1. Memberikan informasi apakah suatu proses produksi masih berada dalam batas-batas kendali kualitas atau tidak.
40
2. Memantau proses secara terus-menerus agar tetap stabil. 3. Menentukan kemampuan proses (capability process). 4. Mengevaluasi performance pelaksanaan dan kebijaksanaan pelaksanaan proses produksi. Peta kendali digunakan untuk membantu mendeteksi adanya penyimpanganpenyimpangan dengan cara menetapkan batas-batas kendali: a) Batas Kendali Atas (Upper Control Limit/UCL) merupakan garis batas atas untuk suatu penyimpangan yang masih diizinkan. b) Garis Pusat (Central Line/CL) merupakan garis yang melambangkan tidak adanya penyimpangan dari karakteristik suatu sampel (konstan). c) Batas Kendali Bawah (Lower Control Limit/LCL) merupakan garis batas bawah untuk suatu penyimpangan dari karakteristik sampel. Untuk mengendalikan kualitas produk selama proses produksi, maka digunakan peta kendali yang secara garis besar terbagi dalam 2 (dua) jenis, yaitu: 1. Peta Kendali Variabel Peta kendali variabel digunakan untuk mengendalikan kualitas produk selama proses produksi yang bersifat variabel dan dapat diukur. Seperti: berat, ketebalan, panjang, diameter, volume. Peta kendali variabel biasanya digunakan untuk
41
pengendalian proses yang didominasi oleh mesin. Peta kendali variabel dibagi menjadi 2 (dua) yaitu: Peta kendali rata-rata (x chart) Digunakan untuk mengetahui rata-rata pengukuran antar subgrup yang diperiksa. Peta kendali rentang (R chart) Digunakan untuk mengetahui besarnya rentang atau selisih antara nilai pengukuran yang terbesar dengan nilai pengukuran terkecil di dalam subgrup yang diperiksa. 2. Peta Kendali Atribut Peta kendali atribut digunakan untuk mengendalikan kualitas produk selama proses produksi yang tidak dapat diukur tetapi dapat dhitung sehingga kualitas produk dapat dibedakan dalam karakteristik baik atau buruk, berhasil atau gagal. Adapun peta kendali atribut dibagi menjadi 4 (empat), diantaranya: a. Peta kendali kerusakan (p chart) Digunakan untuk menganalisis banyaknya banyaknya barang yang ditolak yang ditemukan dalam pemeriksaan atau sederetan pemeriksaan terhadap total barang yang diperiksa. b. Peta kendali kerusakan per unit (np chart) Digunakan untuk menganalisis banyaknya barang yang ditolak per unit.
42
c. Peta kendali ketidaksesuaian (c chart) Digunakan untuk menganalisis dengan cara menghitung jumlah produk yang mengalami ketidaksesuaian dengan cara spesifikasi. d. Peta kendali ketidaksesuaian per unit (u chart) Digunakan untuk menganalisis dengan cara menghitung jumlah produk yang mengalami ketidaksesuaian per unit. Jenis-jenis peta kendali atribut di atas memiliki perbedaan dalam penggunaannya. Perbedaan tersebut adalah peta kendali p dan np, digunakan untuk menganalisis produk yang mengalami kerusakan dan tidak dapat diperbaiki lagi. Sedangkan untuk peta kendali c dan u, digunakan untuk menganalisis produk yang mengalami cacat atau ketidaksesuaian dan masih dapat diperbaiki.
Gambar 2.2 Alat Bantu Pengendalian Kualitas
Sumber: Jay Heizer & Barry Render. Operations Management. 2006:263-268