BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Komunikasi adalah interaksi yang didasari oleh sinyal timbal balik yang saling dikenali (Hartley, 2010: 159). Komunikasi sebagai sebuah proses memaknai yang dilakukan seseorang terhadap informasi, sikap, dan perilaku orang lain yang berbentuk pengetahuan, pembicaraan, gerak gerik, atau sikap, perilaku dan perasaan-perasaan, sehingga seseorang membuat reaksi-reaksi terhadap informasi, sikap, dan perilaku tersebut berdasarkan pada pengalaman yang pernah dia alami. Fenomena komunikasi dipengaruhi pula oleh media yang digunakan, sehingga media kadang kala juga ikut mempengaruhi isi informasi dan penafsiran, bahkan menurut Marshall McLuhan (1999) dalam Bungin (2006: 57) bahwa media juga adalah pesan itu sendiri. Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa Latin Communico yang artinya membagi (Cherry dalam Stuart, 1983). Menurut Harold D. Lasswel cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “ Siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa, dan apa pengaruhnya” (Cangara, 2002:19). Selain itu juga Shannon dan Weaver (1994) mengungkapkan bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, segaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi. Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Dengan demikian, maka unsur-unsur penting dalam komunikasi massa adalah : a) komunikator, b) media massa, c) informasi (pesan) massa, d) gatekeeper, e) khalayak (publik), f) umpan balik (Bungin, 2008 : 67-71).
8
Menurut Hartley (2010: 163) praktek dan produk dari penyediaan hiburan dan informasi waktu senggang untuk audiens tak dikenal dengan bantuan keuangan secara terpadu, diproduksi secara industri, regulasi negara, teknologi tinggi, komoditi yang dikonsumsi secara pribadi. Komunikasi massa ini ada dalam bentuk cetakan modern, layar, audio, dan media penyiaran. Komunikasi massa bias dipahami sebagai surat kabar, majalah, sinema, televise,
radio, dan
periklanan. Terkadang termasuk pula penerbitan buku (khususnya fiksi populer) dan music (industry music pop). 2.2 Ekonomi Politik (Komodifikasi) Media massa diyakini bukan sekedar medium lalu lintas pesan antar unsur – unsur sosial dalam suatu masyarakat, melainkan juga berfungsi sebagi alat penundukan dan pemaksaan konsensus oleh kelompok yang secara ekonomi dan politik dominan. Melalui pola kepemilikan dan melalui produk – produk yang disajikan, media adalah perangkat ideologis yang melanggengkan dominasi kelas pemodal terhadap publik yang diberlakukan semata – mata sebagai konsumen, dan terhadap pemegang kekuasaan untuk memuluskan lahirnya regulasi – regulasi yang pro dasar. Media massa mampu merepresentasikan diri sebagai ruang publik yang utama dan turut menentukan dinamika sosial, politik, budaya, di tingkat lokal maupun global. Media massa mampu menghasilkan surplus ekonomi dengan menjalankan peran penghubung antara dunia produksi dan konsumsi. Namun, hampir selalu terlambat disadari bahwa media massa disisi lain juga menyebarkan atau memperkuat struktur ekonomi dan politik tertentu. Media tidak hanya mempunyai fungsi sosial dan ekonomi, tetapi juga menjalankan fungsi ideologis. Oleh karena itu, fenomena bukan hanya membutuhkan pengamatan yang didasarkan pada pendekatan – pendekatan ekonomi, melainkan juga pendekatan politik. (Sudibyo, 2004: 2) Pendekatan kritis dalam studi ekonomi – politik media dicirikan tiga karakter sentral. Pertama, pendekatan ekonomi – politik bersifat holistik. Ia meneliti secara menyeluruh interelasi antara dinamika sosial, politik, dan budaya
9
dalam
suatu
masyarakat,
serta
menghindari
kecenderungan
untuk
mengabstraksikan realitas – realitas sosial dalam teori ekonomi atau teori pilitik. Media pertama – tama harus diletakkan dalam totalitas sistem yang lebih luas, sebagai bagian intergral dari proses – proses ekonomi, sosial, politik yang berlangsung di suatu masyarakat. Teks isi media beserta tindakan jurnalis dalam memproduksinya, dianggap tidak terlepas dari konteks proses – proses sosial memproduksi dan mengkonsumsi teks, baik pada jenjang organisasi, industri, dan masyarakat. Kedua, pendekatan kritis ekonomi media bersifat historis. Bukan hanya berkaitan dengan fokus perhatian proses dan dialektika sejarah, melainkan terutama sekali adalah ekonomi – politik kritis berusaha menjelaskan secara memadai bagaimana perubahan – perubahan dan dialektika yang terjadi berkaitan dengan posisi dan peranan media komunikasi dalam sistem kapitalisme global. Dalam konsep teoritik Moscow, selanjutnya dalam bukunya menjelaskan “aktivitas” ekonomi politik, yang juga merupakan entry point´ atau “pintu masuk” untuk menjelaskan fenomena ekonomi politik media atau komunikasi terdiri dari 3 bagian, yaitu: komodifikasi (Commodification), spasialisasi (Spasialisasi), dan strukturasi. Pada penelitian ini fokus membahas mengenai komodifikasi. Komodifikasi terkait dengan proses transformasi nilai guna menjadi nilai tukar. Sedang spasialisasi adalah proses untuk mengatasi adanya keterbatasan ruang dan waktu dalam kehidupan social. Jalan ontologis ini amat terpengaruh pandangan Karl Marx. Menurut Karl Marx, kekayaan masyarakat dengan menggunakan produksi kapitalis yang berlaku dan terlihat seperti kumpulan komoditas (barang dagangan) yang banyak sekali; lalu komoditi milik perseorangan terlihat seperti sebuah bentuk dasar. Maka, komodifikasi diartikan sebagai transformasi penggunaan nilai yang dirubah ke dalam nilai yang lain. Dalam artian siapa saja yang memulai kapital dengan mendeskripsikan sebuah komoditi maka ia akan memperoleh keuntungan yang sangat besar.
10
Beberapa bentuk komoditas dalam komunikasi antara lain adalah : 1. Komodifikasi content atau Isi media komunikasi Banyak contoh yang dapat kita ambil dan lihat dari media-media di Indonesia. Konten media yang dibuat sedemikian rupa agar benar-benar menjadi kesukaan publik meski hal itu bukanlah fakta dan kebutuhan publik. Pengesahan segala cara termasuk cara licik dilakukan demi mendapat perhatian audiens yang tinggi. 2. Komodifikasi audience Audiens dijadikan komoditi para media untuk mendapatkan iklan dan pemasukan. Media biasanya menjual rating atau share kepada advertiser untuk dapat menggunakan air time mereka. Yaitu dengan membuat program yang dapat mencapai angka tertnggi daripada program di station lain. 3. Komodifikasi pekerja atau buruh Pekerja merupakan penggerak kegiatan produksi. Bukan hanya produksi sebenarnya, tapi juga distribusi. Pemanfaatan tenaga dan pikiran mereka secara optimal dengan cara mengkonstruksi pikiran mereka tentang bagaimana menyenangkannya jika bekerja dalam sebuah institusi media massa, walaupun dengan upah yang tak seharusnya. Pada penelitian ini fokus melakukan kajian pada komodifikasi isi, audience dan pekerja. Ketika para ekonomi berpikir komoditas dalam komunikasi, mereka memiliki keinginan untuk memulai dengan isi media. Khususnya dari perspektif ini, komodifikasi isi merupakan proses komodifikasi dalam komunikasi yang merubah bentuk pesan, mulai dari kode biner hingga sistem pemaknaan, menjadi produk dagang (Moscow, 2009: 133). Marxian ekonomi politik melihat ini sebagai realisasi surplus nilai karena kontrol modal bahwa alat produksi (kepemilikan,kantor,dll) memungkinkan untuk memperoleh keuntungan yang lebih dari itu membayar upah. Deskripsi singkat ini menunjukkan bahwa proses menciptakan nilai tukar dalam konten komunikasi merupakan keseluruhan komplek hubungan social dari komodifikasi termasuk dalam pekerja,
11
konsumen dan pemilik modal. Komodifikasi ini berfokus pada mengidentifikasi hubungan antara komoditas isi dan pemaknaanya. Dan sejumlah penelitian telah mendokumentasikan nilai pendekatan telah dan kesimpulannya bahwa media massa dalam masyarakat kapitalis telah mengalihkan proses komoditi produksi seperti produk massages (produk isi) yang mencerminkan kepentingan pemilik modal.
`2.3 Seni Budaya Pewayangan Raymond Williams mendefinisikan budaya sebagai struktur keluarga, struktur masyarakat dan organisasi produksi yang mengekspresikan serta mengatur hubungan sosial serta bentuk-bentuk komunikasi yang terjadi dalam masyarakat itu. Disnilah manusia sebagai subyek utama dalam kebudayaan memegang peran yang sangat penting. Pada diri manusia ini ide-ide serta pemikiran-pemikiran terus dikembangkan hingga menghasilkan karya-karya baik benda berwujud (culture materielle) maupun benda yang tidak berwujud (culture immaterial). Benda berwujud (culture material) ini sering disebut dengan hasil budaya material seperti alat-alat transportasi, alat-alat rumah tangga, alat-alat pertanian, dan sebagainya. Sedangkan benda yang tidak berwujud (culture immaterial ) sering disebut sebagai hasil budaya immaterial misalnya: kesenian, kepercayaan, nilai, moral, religi, etika, sistem kekerabatan dan masih banyak lagi (Purwasito, 2003:96). Orang Jawa sebagai golongan etnis di Indonesia tampak mempunyai sikap hidup yang berbeda dengan golongan etnis lainnya. Asal-usul orang Jawa merupakan landasan sikap hidup orang Jawa. Bentuk dasar masyarakat Jawa adalah (1) masyarakat kekeluargaan, yaitu bentuk kesatuan yang terikat antara satu dengan yang lain oleh norma-norma, sejarah, tradisi serta religi. Sistem hidup kekeluargaan ini sangat jelas tergambar dalam adat istiadat dimana tanggung jawab terbesar dalam keluarga adalah pada seorang ayah yang bekerja. Untuk keluarganya. (2) Bentuk kedua dari masyarakat Jawa adalah maysarakat gotong royong yang merupakan kelanjutan dari hidup kekeluargaan yang diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya. (3) Bentuk dasar ketiga adalah masyarakat ber-
12
Ketuhanan, bentuk ini sangat dipengaruhi oleh pengaruh nenek moyang yang berpendapat bahwa dalam hidup ini ada kuasa yang lebih tinggi dibandingkan dengan hidupnya. (Herusatoto, 1984:43). Oleh karena itu budaya Jawa sering disebut dengan budaya yang Adiluhung, dimana menjunjung tinggi keselarasan dan kerukunan dalam masyarakat Jawa. Dari sekian banyak seni budaya Jawa, terdapat seni pertunjukan wayang yang bertahan dari masa ke masa. Wayang telah ada, tumbuh dan berkembang sejak lama, hingga kini melintasi perjalanan panjang sejarah Indonesia. Budaya wayang dan seni pendalagan itu memang unik dan canggih, karena dalam pergelarannya mampu memadukan dengan serasi beraneka ragam seni, seperti seni drama, seni suara, seni sastra, seni rupa, dan sebagainya, dengan sentral seorang dalang. Dalang dengan para seniman pendukungnya yaitu, pengrawit, swarawati, dan lain – lainnya, mampu menampilkan sajian seni yang sangat menarik. Wayang hadir dalam ujudnya yang utuh baik dalam estetika, etika, maupun falsafahnya. (Ensiklopedia 1999: 21). Dalam arti harfiah wayang merupakan bayangan, tetapi dalam perjalanan waktu pengertian wayang itu berubah, dan kini wayang dapat berarti pertunjukan panggung atau teater atau pula berarti aktor dan aktris. Wayang sebagai seni teater berarti pertunjukan panggung dimana sutradara ikut bermain. Jadi berbeda dari sandiwara atau film di mana sutradara tidak muncul sebagai pemain. Adapun sutradara dalam pertunjukan wayang itu dikenal sebagai dalang,yang perannya dapat mendominasi pertunjukan seperti dalam wayang pura di Jawa. Dalam wayang orang peranan dalang tidak begitu menonjol. Di indonesia terdapat puluhan jenis wayang yang tersebar di pulau- pulau Jawa, Bali, Lombok, Kaliantan , Sumatra dan lain- lainnya, baik yang asih populer maupun yang sudah punah. Adapun jenis- jeis wayang yang dikenal di pulau Jawa, yaitu wayang beber, wayang gedog, wayag golek, wayang jemblung, wayang karuncil, wayang purawa, wayang purwa, wayang orang dan sebagainya. Dari semua jenis wayang yang paling terkenal, tersebar luas, dan diketahui sejarah perkembangannya adalah wayang purwa, yaitu jenis pertunjukan wayang kulit, dengan lakon- lakon yang bersumber pada cerita- cerita kepahlawanan India, yaitu Ramayana dan
13
Mahabrata. Wayang dapat digolongkan menurut jenis pelaku di pentas, selain itu juga kita dapat pula menggolongkannya berdasarkan cerita yang dipentaskan dan bahasa yang dipakai. Pendukung seni pertunjukan wayang terdiri dari empat unsur yang melaksanakan,
yaitu
dalang,
nigaya,
pesinden,
wiraswara.
Sedangkan
perlengkapan yang digunakan dalam pertunjukan wayang terdiri dari
kelir,
dhebong, blencong, kotak, cempala, kepyak, gamelan. 1. Dalang Dalang adalah seniman utama dalam pertunjukan wayang. Ia sebagai pemimpin pertunjukan, sehingga ia dapat sebagai pusat perhatian penonton dalam memainkan wayang. Pada umumnya dalang adalah pria, karena pekerjaan sebagai dalang sangat berat. Dalang dalam wayang harus duduk bersila semalaman suntuk, melaksanakan pertunjukan wayang, dan juga memimpin seniman- seniwati yang duduk dibelakangnya dengan aba- aba tersamar, berupa wangsalan atau pertunjukan sasatra yang diselipkan dalam narasinya, berupa gerak-gerik wayang. Temasuk nyayian, dedongan, kepyakan. Secara tradisonal ada beberapa kelas dalang, yaitu (a) mereka yang baru mendalang, (b) yang sudah pandai mendalang, (c) yang sudah menguasai semua isi pedalangan, (d) yang telang menguasai teknik pendalangan, (e) dalang sejati disamping telah menguasai isi pendalangan juga dapat memberi suri teladan kepada masyarakat dalam kehidupan sehari- hari, seorang yang arif, bijaksana, patut dihormati. 2. Nagaya Adalah sebutan bagi para penabuh gamelan. Untuk mengiringi pertunjukan wayang kulit purwa, nagaya paling sedikitnya terdiri dari sepuluh orang untuk memainkan lima belas peralatan gamelan. Nagaya biasanya pria. yang menduduki tempat terpenng untuk mengiringi pertunjukan wayang adalah penabuh kendang, karena ialah yang menangkap isyarat atau perintah dari dalang, dan meneruskannya
14
kepada nagaya lainnya, terutama untuk melirihkan atau mengeraskan bunyi gamelan, mempercepat atau memperlambat irama gending, memulai dan menghentikannya. Nagaya juga dikenal dikalangan krawitan Jawa dengan sebutan pradangga. Disamping menabuh gamelan, para nagaya itu juga terkadang menyanyi dalam paduan suara pria yang dinamakan gerong. 3. Pesinden Pesinden atau penyannyi wanita sudah lama dikenal dikalangan seni di pulau Jawa. Namun sebagai seniwati yang mengiringi pagelaran wayang purwa, mereka baru dikenal sekitar dasawarsa tiga puluhan abad ini, sehingga mulai masa itu setiap pergelaran wayang purwa ada pesindennya,dan dianggap tidak wajar apabila pesindennya tidak ada. Sebutan lain buat para pesinden yaitu, warangga, widuwatim atau swarawati. Nyayian para pesinden dan nagaya kebanyakan syair-syair dari zaman Majapahit, dan syair-syair yang dinyanyikan berupa karyakarya abad 18 dan abad ke 19. 4. Wiraswara Wiraswara ialah seorang atau beberapa orang laki- laki yang mempunyai peran melantunkan syair tertentu untuk mengisi jalannya alunan gending. Dalam pertunjukan wayang posisi wiraswara biasanya dibelakang atau sejajar dengan swarawati. 5. Kelir Yang dimaksud dengan panggung dimuka adalah kelir atay layar didepan dalang yang lebarnya sekitar 160cm. Diatas panggung itulah dipentaskan pagelaran wayang semalam suntuk. 6. Dhebog Untuk pertunjukan wayang purwa biasanya diperlukan tiga batang pisang yang cukup panjang, yang dalam bahasa jawa disebut dengan nama dhebog atau gedhebog, dari jenis pohon pisang yang padat.
15
7. Blencong Adalah nama lampu minyak kelapayang yang digunakan dalam pertunjukan wayang kulit purwa. Lampu ini terbuat dari logam atau perunggu, biasanya menyerupai burung dengan ekornya berfungsi sebagai reflektor. 8. Kotak Adalah peti wayang yang terbuat dari kayu, namun kayu yang terbaik adalah dari kayu nangka, dengan panjang 150cm, lebar 75cm, dan tinggi temasuk tutupnya 55cm dan ketebalan kayu untuk membuat kotak 2cm. Pada waktu pertunjukan kotak ditempatkan disebelah kiri dalang, membujur kelir. 9. Cempala Dua buah cempala digunakan dalam pertnjukan wayang purwa. Cempala besar dibuat dari kayu jenis keras, biasanya kayu jati, cempala besar ini biasanya dipegang tangan kiri dalang dan diketukketukan pada bagian dalam kotak yang dekat dengan padanya dimana perlu. Cempala kecil terbuat dari logam berukuran separuh cempala besar. Dalam pertunjukan, cempala ini dijepit empujari kaki kanan dalang dan jari kaki sebelahnya. 10. Kepyak Alat yang disebut kepyak (Yogyakarta) atau kercek (Banyumas) itu bentuk dan bahannya dapat berbeda-beda , meskipun fungsinya sama, yaitu mirip dengan fungsi cempala. Terkadang kepyak itu dibunyikan dengan memukul cempala kecil yang dijepit dijari-jari kaki kanan dalang. 11. Gamelan Alat musik tradisional ini kebanyakan adalah intrumen pukul yang terbuat dari perunggu yang berkualitas baik atau juga dari besi. Berbagai jenis gamelan yang saat ini digunakan untuk pergelaran wayang adalah kendang(besar,sedang, kecil atau ketipung), rebab (intrumen gesek atau cordophone), gender, demung(semacam gender
16
besar), gambang (intrument pukul dari kayu), suling (satu-satunya intrument tiup), siter, kemyang atau kemong (tergantung laras gamelannya), kethuk, kempul, saron, boning, dan gong.
17
2.4 Kerangka Pikir Penelitian
Kebudayaan Menurut Raymond Williams
Budaya Jawa (Wayang )
Tayangan Opera Van Java Komoditas -
Pertarungan Anak Arjuna, Sayembara Drupadi, Wahyu Cakraningrat.
Komodifikasi Menurut Vincent Moscow -
Komodifikasi konten/isi Komodifikasi audience Komodifikasi pekerja
Hasil
Gambar. 1 Kerangka Pikir Tayangan Opera Van Java
18