BAB II LANDASAN TEORI
A. Laporan Keuangan
1. Pengertian Laporan Keuangan
Pada dasarnya laporan keuangan tidak hanya sebagai alat pengujian saja tetapi juga sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi keuangan suatu perusahaan. Dengan analisis tersebut, maka dapat membantu pihak yang berkepentingan dalam mengambil keputusan. Jadi untuk mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan tersebut perlu adanya laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009) adalah sebagai berikut : “Laporan Keuangan merupakan bagian dari proses peloparan keuangan, meliputi neraca, laporan laba rugi , laporan perubahan modal (yang dapat disajikan dengan berbagai cara seperti misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan atas laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari bagian Laporan Keuangan.” Sedangkan menurut Sofyan S. Harahap, dalam buku Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan (2007:107), Laporan Neraca, yang disebut juga
dengan
laporan
posisi
keuangan
perusahaan,
adalah
laporan
menggambarkan posisi aktiva, kewajiban dan modal pada saat tertentu. 6
yang
7
Jadi laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi pihak bank sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan kredit, disamping adanya data yang bersifat non keuangan sebagai informasi yang dibutuhkan bank selaku debitur. Misalnya akta pendirian, surat-surat izin yang masih berlaku , jaminan kredit, daftar isian yang disediakan bank organisasi dan manajemen perusahaan , data realisasi usaha,
dan
data-data
lainnya.
Pihak-pihak
yang
berkepentingan
terhadap
perkembangan suatu perusahaan sangat lah perlu untuk mengetahui kondisi perusahaan. Kondisi keuangan perusahaan akan terlihat dari laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan.
B. Return On Investment (ROI) Rasio tingkat pengembalian investasi atau ROI adalah rasio yang digunakan untuk membandingkan banyaknya laba bersih yang di peroleh dari kekayaan perusahaan. Dimana Rasio itu sendiri menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Anlisa Return on Investment (ROI) dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh (Komprehensif). Analisa ROI ini sudah merupakan teknik analisa yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan.
8
1.
Pengertian Return on Investment (ROI) Sebagai salah satu acuan dalam mengukur besarnya laba menjadi begitu penting
untuk mengetahui apakah perusahaan telah menjalankan usahanya secara efisien, karena efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut dengan kata lain adalah menghitung profitabilitas. Rasio profitabilitas adalah rasio yang memperlihatkan pengaruh gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva dan hutang terhadap hasil operasi Menurut Sutrisno (2009:223) Return on Investment (ROI) merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan. Laba yang digunakan untuk mengukur rasio ini adalah laba bersih setelah pajak atau EAT. Return on Invesment (ROI) merupakan pengembalian investasi di beberapa referensi lainnya rasio ini juga ditulis dengan Earning after Tax dibagi total asset. Rasio ini melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. Dan investasi tersebut sebenarnya sama dengan asset perusahaan yang ditanamkan atau ditempatkan, (Irham Fahmi, 2011:137). Return On Investment (ROI) “adalah merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, maka akan semakin baik keadaan suatu perusahaan, (Lukman Syamsudin,2007:63).
9
Menurut Munawir (2007:89), Return on Investment adalah salah satu bentuk dari ratio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Menurut Kasmir (2008:202), Return on investment adalah rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Menurut Hansen dan Mowen (2007), rasio profitabilitas mengukur seberapa besar keuntungan perusahaan yang diproksi dari besarnya tingkat pengembalian atas investasi perusahaan. Analisis ROI dalam analisis keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang bersifat menyeluruh (komprehensif). Analisis yang lazim digunakan pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Selain itu ROI dapat juga diukur dari profit margin dikalikan dengan perputaran persediaannya (Hansen dan Mowen, 2007). ROI digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan total investasi yang dilakukan perusahaan. ROI juga merupakan perkalian antara faktor net income margin dengan perputaran aktiva. Net income margin menunjukkan kemampuan memperoleh laba dari setiap penjualan yang diciptakan perusahaan, sedangkan perputaran aktiva menunjukkan seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan penjualan aktiva yang dimilikinya. Profitabilitas digunakan sebagai alat (Sutrisno, 2009) untuk mengukur seberapa besar kemampuan manajemen dalam
10
menghasilkan laba atas asset yang ditanamkan dalam perusahaan tersebut dan menunjukan kemampuan manajemen dalam menekan biaya opersionalnya. Semakin besar ROI , semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan sehingga kemungkinan suatu perusahaan dalam kondisi bermasalah semakin kecil. ROI merupakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Dari pengertian- pengertian tersebut yang telah dijelaskan maka dapat disimpulkan bahwa Return on Investment merupakan teknik analisa keuangan yang digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan dengan menghubungkan keuntungan atau laba bersih yang diperoleh dari operasinya perusahaan dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut.
2.
Kegunaan dari analisa Return on Investment (ROI) ROI digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan dengan memanfaatkan total investasi yang dilakukan perusahaan. ROI juga merupakan perkalian antara faktor net income margin dengan perputaran aktiva. Net income margin menunjukkan kemampuan memperoleh laba dari setiap penjualan yang diciptakan perusahaan, sedangkan perputaran aktiva menunjukkan seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan penjualan aktiva yang dimilikinya. Menurut kasmir (2008:202), Return on investment (ROI) adalah rasio yang menunjukkan hasil
11
(return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Salah satu tujuan setiap perusahaan karena profitabilitas digunakan sebagai alat untuk mengukur seberapa besar kemampuan manajemen dalam menghasilkan laba atas asset yang ditanamkan dalam perusahaan tersebut dan menunjukan kemampuan manajemen dalam menekan biaya opersionalnya. Semakin besar ROI , semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan sehingga kemungkinan suatu perusahaan dalam kondisi bermasalah semakin kecil. ROI merupakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar ROI suatu perusahaan, maka makin besar tingkat keuntungan perusahaan dan semakin baik pula posisi perusahaan dari segi penggunaan assets. Kemampuan suatu perusahaan untung menghasilkan keuntungan adalah tergantung pada besarnya penjualan, penanaman aktiva (investasi) dan penyerapan modal kerja. Meskipun profitabilitas sebagai tolak ukur dalam menentukan pembiayaan, namun cara untuk menilai profitabilitas suatu perusahaan adalah bermacam-macam dan sangatlah bergantung pada laba, aktiva atau modal yang akan dibandingkan dari laba yang berasal dari operasi perusahaan atau laba netto dengan modal kerja.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan perusahaan adalah memaksimalisasi kesejahteraan pemilik perusahaan. Banyaknya saham yang dimiliki menunjukkan
12
bukti kepemilikan dalam perusahaan. yang juga merupakan refleksi dari keputusan investasi, pendanaan dan aktivitas manajemen.
Rasio Tingkat Pengembalian Investasi (Return on Investment, ROI) Tujuan perhitungan rasio ini adalah untuk mengetahui sampai seberapa jauh aset yang digunakan dapat menghasilkan laba. Laba usaha berarti laba dari kegiatan utama perusahaan. Aktiva operasi adalah aktiva yang dipakai untuk menghasilkan laba usaha tersebut. Dengan kata lain, aset yang dihitung disini hanya aset yang memberikan konstribusi terhadap pencapaian laba usaha. Penyertaan yang biasanya menghasilkan pendapatan lain (di luar laba usaha) tidak dihitung. Demikian halnya dengan aktiva lain-lain. Aktiva lain-lain ada yang berupa aktiva belum selesai atau aktiva tidak operasional. Oleh karena itu juga tidak diikutsertakan dalam pengertian aktiva operasi. Rumus perhitungannya adalah : Laba Usaha ------------------------ = ……… % Aktiva Operasi atau Laba Usaha
Penjualan
------------------- X ---------------------Penjualan
Aktiva Operasi
13
C. Saham Saham menunjukkan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT). pemilik saham suatu perusahaan, disebut sebagai pemegang saham, merupakan pemilik perusahaan. Tanggung jawab pemilik perusahaan yang berbentuk Perseroan terbatas pada modal yang disetorkan.
1.
Pengertian Saham Pengertian saham menurut Sutrisno (2008:310) adalah “bukti kepemilikan bagian modal atau tanda penyertaan modal pada perseroan terbatas, yang memberi hak menurut besar-kecilnya modal yang disetor. Saham juga didefinisi kan sebagai tanda penyertaan badan usaha suatu perusahaan. Selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik (berapapun porsinya) dari suatu perusahaan yang menerbitkan saham tersebut, sesuai dengan porsi kepemilikan yang tertera pada saham”.
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut (Darmadji dan Fakhruddin, 2006). Saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan, selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemiliknya
14
(berapapun porsinya/jumlahnya) dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas (saham) tersebut. Dalam prakteknya jenis – jenis saham menurut Kasmir (2009:210) dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu antara lain: 1. Dari cara peralihan. a. Saham atas unjuk (bearer stocks) Merupakan saham yang tidak mempunyai nama atau tidak tertulis nama pemilik dalam saham tersebut. Saham jenis ini mudah untuk dialihkan atau dijual kepada pihak lainnya. b. Saham atas nama (registered stocks) Di dalam saham tertulis nama pemilik saham tersebut dan untuk dialihkan kepada pihak lain diperlukan syarat dan prosedur tertentu. 2. Dari segi hak tagih. a. Saham biasa (common stocks) Bagi pemilik saham ini hak untuk memperoleh deviden akan didahulukan lebih dulu kepada saham preferen. Begitu pula dengan hak terhadap harta apabila perusahaan dilikuidasi. b. Saham preferen (prefered stocks) Merupakan saham yang memperoleh hak utama dalam deviden dan harta apabila pada saat perusahaan dilikuidasi.
15
Dari pengertian-pengertian mengenai saham yang telah di jelaskan tersebut maka penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik (berapapun porsinya) dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas (saham) tersebut, sesuai porsi kepemilikannya yang tertera pada saham.
2.
Penggolongan Saham Apabila ditinjau dari segi manfaat pada dasarnya saham dapat digolongkan
menjadi saham biasa dan saham istimewa. Saham biasa adalah kepemilikan dalam sebuah perusahaan. Para investor berharap memperoleh deviden sebagai bagian dari keuntungan dan berharap harga saham naik sehingga investasi mereka akan bertambah nilainya. sedangkan saham istimewa adalah saham yang berbentuk gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi).
3.
Jenis-jenis Saham
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:6-7) jenis-jenis saham diklasifikasikan sebagai berikut: a. Jenis saham dilihat dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim dibedakan menjadi:
16
1). Saham biasa: saham yang menampatkan pemiliknya paling yunior terhadap pembagian dividen, hak atas kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. 2). Saham preferen: saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Saham preferen dipandang sebagai surat berharga dengan pendapatan tetap. b. Jenis saham dilihat dari segi cara peralihannya dibedakan menjadi: 1). Saham atas unjuk: pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya. Secara hukum siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam rapat umum pemegang saham. 2). Saham atas nama: merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu. c. Jenis saham dilihat dari segi kinerja perdagangan dibedakan menjadi: 1). Blue-Chip Stock: saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen.
17
2). Income Stock: saham dari suatu emitmen yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai. Emiten ini tidak suka menelan laba dan tidak mementingkan potensi pertumbuhan harga saham. 3). Growth Stock: saham-saham dari emiten yang memilki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. Selain itu terdapat juga growth stocks yaitu saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri namun memiliki ciri growth stock. Umumnya saham ini berasal dari daerah dan kurang populer di kalangan emiten. 4). Speculative Stock: saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti. 5). Counter Cyclical Stock: saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, di mana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan
18
yang tinggi pada masa resesi. Emiten ini biasanya bergerak dalam produk yang sangat dan selalu dibutuhkan masyarakat seperti rokok dan consumer goods.
4.
Harga Saham Menurut Jogiyanto harga saham dapat didefinisikan: “harga yang terjadi di pasar modal pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaransaham yang bersangkutan di pasar bursa.” (Jogiyanto, 2008 :8) Harga saham adalah nilai bukti penyertaan modal pada perseroan terbatas yang
telah listed di bursa efek, dimana saham tersebut telah beredar (outstanding securities). Harga saham dapat juga didefenisikan sebagai harga yang dibentuk dari interaksi antara para penjual dan pembeli saham yang dilatarbelakangi oleh harapan mereka terhadap keuntungan perusahaan. Harga saham penutupan (closing price) yaitu harga yang diminta oleh penjual atau harga perdagangan terakhir untuk suatu periode. Secara umum, keputusan membeli atau menjual saham ditentukan oleh perbandingan antara perkiraan nilai intrinsik dengan harga pasarnya (Abdul Halim,2005:31). Dalam hal penilaian harga saham, terdapat tiga pedoman yang dipergunakan. Pertama, bila harga pasar saham melampaui nilai instrinsik saham, maka saham tersebut dinilai overvalued (harganya terlalu tinggi). Oleh karena itu, saham tersebut sebaiknya dihindari atau dilakukan penjualan saham karena kondisi seperti ini pada masa yang akan datang kemungkinan besar akan terjadi koreksi pasar.
19
Kedua, apabila harga pasar saham sama dengan nilai instrinsiknya maka harga saham tersebut dinilai wajar dan berada dalam kondisi keseimbangan. Pada kondisi demikian, sebaiknya pelaku pasar tidak melakukan transaksi pembelian maupun penjualan saham yang bersangkutan. Ketiga, apabila harga pasar saham lebih kecil dari nilai instrinsiknya maka saham tersebut dikatakan undervalued (harganya terlalu rendah). Bagi para pelaku pasar, saham sebaiknya tetap dimiliki, karena besar kemungkinan dimasa yang akan datang akan terjadi lonjakan harga saham. Menurut Sunariyah (2006:168-179) ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menilai harga suatu saham tetapi dua pendekatan berikut yang paling banyak digunakan, yaitu pendekatan tradisional dan pendekatan portofolio modern. 1.
Pendekatan tradisional, untuk menganalisis surat berharga saham dengan pendekatan tradisional digunakan dua analisis yaitu: a. Analisis teknikal, merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu maupun pasar secara keseluruhan. Pendekatan analisis ini menggunakan data pasar yang dipublikasikan seperti: harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham gabungan dan individu, serta faktor –faktor lain yang bersifat teknis. Oleh sebab itu, pendekatan ini juga disebut pendekatan analisis
20
pasar (market analisys) atau analisis internal (internal analisys). Asumsi yang mendasari analisis teknikal adalah: •
Terdapat ketergantungan sistematik di dalam keuntungan yang dapat dieksploitasi ke return ubnormal.
•
Pada pasar tidak efisien, tidak semua informasi harga masa lalu diamati ketika memprediksi distribusi keuntungan sekuritas.
•
Nilai suatu saham merupakan fungsi permintaan dan penawaran. Beberapa kesimpulan menyangkut pendekatan analisis teknikal adalah sebagai berikut:
•
Analisis teknikal didasarkan pada data pasar yang dipublikasikan.
•
Fokus analisis teknikal adalah ketepatan waktu, penekanannya hanya pada perubahan harga.
•
Teknik analisis berfokus pada faktor-faktor internal melalui analisis pergerakan di dalam pasar atau suatu saham.
•
Para analisis teknikal cenderung lebih berkonsentrasi pada pasar jangka pendek, karena teknik-teknik analisis teknikal dirancang untuk mendeteksi pergerakan harga dalam jangka waktu yang relatif lebih pendek.
21
b. Analisis fundamental, pendekatan ini didasarkan pada suatu anggapan bahwa setiap saham memiliki nilai intrinsik. Nilai intrinsik inilah yang diestimasi oleh para investor atau analisis. Nilai intrinsik merupakan suatu fungsi dari variabel-variabel perusahaan yang dikombinasikan untuk menghasilkan suatu return (keuntungan) yang diharapkan dan suatu resiko yang melekat pada saham tersebut. Hasil estimasi nilai intrinsik kemudian dibandingkan dengan harga pasar yang sekarang (current market price). Harga pasar saham merupakan refleksi dari rata-rata nilai intrinsiknya. 2. Pendekatan portofolio modern Pendekatan portofolio modern menekankan pada aspek psikologi bursa dengan asumsi hipotesis mengenai bursa, yaitu hipotesis pasar efisien. Pasar efisien diartikan bahwa harga-harga saham yang terefleksikan secara menyeluruh pada seluruh informasi yang ada di bursa.
Resiko saham juga turut mempengaruhi harga sahamnya. Resiko investasi daham menggambarkan variabilitas pendapatan yang diterima. Semakin besar resiko, semakin bervariasi arus pendapatan yang diharapakan akan diterima. Proses perubahan (fluktuasi) harga secara teoritis berawal dari aktivitas revaluasi para pemodal. Proses revaluasi dilaksanakan dengan jalan mengestimasi harapan perolehan pendapatan dan resikonya guna menentukan nilai intrinsik saham
22
menggunakan data yang paling akhir. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan harga pasar yang terjadi untuk mengetahui wajar atau tidaknya harga saham tersebut. Dari penilaian kewajaran tersebut diambil keputusan membeli atau menjual saham. Kondisi tersebut menyebabkan adanya dua pihak yang memiliki tujuan yang bertentangan, yaitu membeli saham yang menghendaki kenaikan harga saham setelah proses pembelian dan penjual saham yang menghendaki penurunan setelah proses penjual saham. Tujuan yang bertentangan ini melatar belakangi revaluasi yang pada akhirnya akan mengakibatkan perubahan atau fluktuasi harga saham. Clark dalam Random Walk Theory mengemukakan bahwa harga saham akan berubah-ubah mendekati nilai intrinsiknya karena adanya informasi yang baru setiap hari, dimana informasi tersebut menyebabkan para analisis selalu mengestimasi kembali nilai saham akibat adanya informasi baru tersebut.
5. Teknik Analisis Harga Saham Dalam melakukan investasi di pasar modal, investor harus benar-benar menyadari bahwa disamping memperoleh keuntungan ia juga mungkin mengalami kerugian. Tidak ada jaminan bila ia bermain di pasar modal bahwa ia kan mendapat capital gain, yaitu selisih lebih dari harga beli saham dengan harga jual saham. Sehubungan dengan hal tersebut investor harus secara cermat menganalisis harga suatu saham dimasa yang akan datang Keberhasilan dan ketepatan memprediksi perkembangan harga saham merupakan tujuan yang diharapkan oleh para investor yang bermain di pasar modal terutama investor yang merupakan spekulan.
23
a) Analisis Fundamental Analisis fundamental sangat berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan. Menurut (Darmadji dan Fakhrudin,2006:189) “analisis fundamental merupakan salah satu cara melakukan penilaian saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator terkait kondisi makro ekonomi dan kondisi industri suatu perusahaan, termasuk berbagai indikator keuangan dan manajemen perusahaan”. Dengan demikian, analisis fundamental merupakan analisis yang berbasis pada berbagai data riil untuk mengevaluasi atau memproyeksi nilai suatu saham. Dasar dari pendekatan fundamental adalah bahwa harga sekuritas akan dipengaruhi oleh kinerja perusahaan dan kinerja perusahaan itu sendiri akan dipengaruhi oleh keadaan keseluruhan industri yang berhubungan dengan perusahaan tersebut dan juga dipengaruhi oleh keadaan ekonomi secara menyeluruh. Analisis fundamental akan bergerak dari keadaan yang umum ke keadaan yang lebih khusus. Analisis akan dimulai dari keadaan perekonomian secara luas yang kemudian bergerak kedalam keadaan perusahaan yang akan dianalisis. Analisis fundamental juga bermula dari anggapan dasar bahwa setiap investor adalah makhluk rasional. Keputusan investasi saham dari seorang pemodal yang rasional didahului oleh suatu proses analisis terhadap variabel yang secara fundamental diperkirakan akan mempengaruhi harga suatu efek. Argumentasi dasarnya jelas yaitu bahwa nilai saham mewakili nilai perusahaan, tidak hanya nilai intrinsic pada suatu saat, bahkan lebih penting lagi harapan akan kemampauan perusahaan dalam meningkatkan nilainya dikemudian hari. Model-
24
model analisis fundamental diatas diarahkan untuk menjawab pertanyaan dasar, apakah harga suatu saham undervalued atau overvalued. Secara fundamental, menurut Tryfino (2009:9), metode analisis fundamental yang cukup efektif digunakan sehingga nantinya akan mempengaruhi harga saham, yaitu: Book Value, Price to Book Value, Earnings Per Share dan Price Earning Ratio. a.
Book Value (nilai/harga buku per lembar saham) pada dasarnya mewakili
jumlah aset/ekuitas yang dimiliki perusahaan tersebut. Secara normal, book value suatu perusahaan akan terus naik seiring dengan naiknya kinerja perusahaan demikian pula sebaliknya, sehingga book value ini penting untuk mengetahui kapasitas dari harga per lembar suatu saham serta dalam penentuan wajar atau tidaknya harga saham di pasar. Dengan demikian secara tidak langsung dapat disimpulkan bahwa book value berpengaruh terhadap harga saham (Tryfino, 2009: 10). b.
Price to Book Value (PBV) adalah perhitungan atau perbandingan antara
market value dengan book value suatu saham. Dengan rasio PBV ini, investor dapat mengetahui langsung sudah berapa kali market value suatu saham dihargai dari book value-nya. Rasio ini dapat memberikan gambaran potensi pergerakan harga suatu saham sehingga dari gambaran tersebut, secara tidak langsung rasio PBV ini juga memberikan pengaruh terhadap harga saham (Tryfino, 2009: 11). c.
Earning Per Share (EPS) adalah rasio yang digunakan untuk menghitung laba
ataukeuntungan bersih yang diperoleh dari selembar saham. Semakin besar EPS dapat disimpulkan bahwa kinerja perusahaan semakin efektif atau baik sehingga pada
25
akhirnya rasio ini dapat juga digunakan untuk memprediksi pergerakan harga suatu saham. Dengan kata lain, besarnya rasio EPS mampu memberikan pengaruh terhadap harga saham (Tryfino, 2009: 11-12). d.
Price Earning Ratio (PER) merupakan rasio yang digunakan untuk
menghitung tingkat pengembalian modal yang diinvestasikan pada suatu saham. Semakin kecil PER suatu saham maka akan semakin baik sehingga bisa disimpulkan bahwa rasio PER memiliki pengaruh yang berbanding terbalik terhadap harga saham (Tryfino, 2009: 12).
b) Analisis Teknikal Analisis teknikal merupakan cara menganalisis saham berdasarkan observasi pergerakan harga saham di masa lalu. Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2006:202). “Analisis teknikal merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menilai saham, dimana dengan metode ini para analis melakukan evaluasi saham berbasis pada data -data statistik yang dihasilkan dari aktivitas perdagangan saham, seperti harga saham dan volume transaksi.” Berdasarkan pendapat Husnan (2009, h.307), analisis teknikal dilakukan untuk saham - saham individual ataupun untuk kondisi pasar secara keseluruhan. Berbeda dengan analisis fundamental, analisis teknikal bermula dari anggapan bahwa investor ialah makhluk irasional. Bursa mencerminkan mass behavior (tingkah laku bersama). Sekarang yang bergabung dalam suatu masa, bukan hanya kehidupan rasionalitasnya, tetapi sering kali melebur identitas kolektif. Harga selalu ditentukan oleh penawaran dan permintaan di pasar dan analisis memfokuskan perhatian pada waktu, yaitu
26
perkiraan trend naik atau trend turun. Harga saham sebagai komoditas perdagangan dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran yang merupakan manifestasi dari kondisi psikologi pemodal. Satu perbedaan utama diperingkat analisis finasial adalah antara mereka yang menggunakan analisis fundamental (fundamentalis) dan mereka yang menggunakan analisis teknikal (teknikalis). Fundamentalis cenderung melihat kedepan sedangkan teknikalis cenderung melihat masa lalu. Berdasarkan keterangan diatas seorang investor harus dapat menggunakan kedua analisis tersebut karena harga saham selalu mengalami fluktuasi, sehingga tidak mengalami kerugian seketika atau lepasnya kesempatan meraih keuntungan.
6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham Harga saham dari waktu ke waktu dapat naik turun, atau juga tetap. Ini merupakan satu hal yang harus diperhatikan oleh pemodal yang terlibat dalam kegiatan pasar modal, karena indikasi harga saham dapat pula dijadikan ukuran nilai perusahaan. Harga saham di bursa juga dipengaruhi oleh banyak faktor baik yang berifat kualitatif maupun kuantitatif, antara lain pengaruh perdagangan saham, ketat atau tidaknya pengawasan atas pelanggaran oleh pelaku bursa, psikologi pemodal secara massal yang berubah-rubah dan pesimis dan optimis dan sebaliknya. Harga pasar akan terbentuk melalui jumlah penawaran dan permintaan terhadap suatu efek. Jumlah penawaran dan permintaan akan mencerminkan kekuatan pasar. Jika jumlah penawaran lebih besar dari jumlah permintaan, maka kurs harga saham akan turun. Sebaliknya, jika jumlah permintaan lebih besar dari jumlah penawaran terhadap suatu
27
efek, maka harga cenderung naik. Disamping itu kondisi fundamental atau kondisi internal perusahaan termasuk kondisi financial perusahaan didalamnya dan kondisi non fundamental perusahaan juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi berubahnya suatu harga saham. Dalam penentuan harga saham mengacu pada beberapa pendekatan teori penilaian, diman dalam perkembangannya dengan persepsi pemodal yang menanamkan modalnya di suatu perusahaan. Pemodal akan memperhatikan apakah perusahaan penerbit saham (emiten) dalam keadaan kontinu usaha, baru didirikan, atau dalam keadaan menghadapi resiko likuiditas. Pemodal yang bijaksana akan memperhatikan resiko usaha dari perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (2006: 33) harga saham dipengaruhi oleh beberapa faktor utama yaitu faktor internal dan faktor eksternal perusahaan. Faktor internal perusahaan yang mempengaruhi harga saham yaitu: 1.Seluruh aset keuangan perusahaan, termasuk saham dalam menghasilkan arus kas 2.Kapan arus kas terjadi, yang berarti penerimaan uang atau laba untuk diinvestasikan kembali untuk meningkatkan tambahan laba 3.Tingkat risiko arus kas yang diterima. Sedangkan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi harga saham adalah batasan hukum, tingkat umum aktivitas ekonomi, undang-undang pajak, tingkat suku bunga dan kondisi bursa saham. Sedangkan menurut Marzuki Usman dalam Robin Wiguna (2008: 133) berpendapat bahwa factor - faktor yang berpengaruh terhadap harga saham dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:
28
a)
Faktor yang bersifat fundamental
Merupakan faktor yang memberikan informasi tentang kinerja perusahaan dan faktorfaktor lain yang dapat mempengaruhinya. Faktor-faktor ini meliputi: 1) Kemampuan manajemen dalam mengelola kegiatan operasional 2) Prospek bisnis perusahaan di masa datang. 3) Prospek pemasaran dari bisnis yang dilakukan. 4) Perkembangan teknologi dalam kegiatan operasi perusahaan. 5) Kernampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. b)
Faktor yang bersifat teknis
Faktor teknis menyajikan informasi yang menggambarkan pasaran suatu efek baik secara individu maupun secara kelompok. Dalam menilai harga saham para analis banyak memperhatikan beberapa hal seperti berikut: 1) Keadaan pasar modal. 2) Perkembangan kurs. 3) Volume dan frekuensi transaksi suku bunga. 4) Kekuatan pasar modal dalam mempengaruhi harga saharn perusahaan. c)
Faktor sosial politik
Faktor sosial politik suatu negara juga turut mempengaruhi harga saham di bursa sebagai akibat respon dari kondisi ekternal yang dapat berpengaruh terhadap kondisi perusahaan. Hal-hal tesebut antaralain sebagai berikut: 1) Tingkat inflasi yang terjadi. 2) Kebijaksanaan moneter yang dilakukan oleh pemerintah.
29
3) Kondisi perekonomian. 4) Keadaan politik suatu negara. Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa harga saham suatu perusahaan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor eksternal perusahaan tetapi juga dapat dipengaruhi oleh faktor internal
perusahaan. Faktor internal
yang dapat
mempengaruhi harga saham antara lain adalah faktor fundamental perusahaan, seperti kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dan arus kas dapat mempengaruhi harga saham.
D. Hubungan Return on Investment (ROI) Dengan Harga Saham Menurut Brigham dan Houston (2006: 107) profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan dalam hal menunjukan kombinasi efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil operasi. Rasio profitabilitas antara lain adalah margin laba atas penjualan, kemampuan
dasar
untuk
menghasilkan
laba,
tingkat
pengembalian
total
aktiva/investasi (Return on Investment/ROI) dan tingkat pengembalian atas ekuitas (ROE). Terdapat hubungan antara Return on Investment (ROI) dengan Harga Saham dimana ROI atau tingkat pengembalian atas investasi juga dapat diartikan sama dengan pengembalian atas total aktiva yang merupakan penentu utama juga untuk pengembalian atas ekuitas pemilik. Dua penentu dasar laba per lembar saham adalah pengambilan atas ekuitas pemegang saham dan nilai buku saham, diamana dua penentu atas ekuitas pemegang saham adalah pengembalian atas total aktiva dan
30
proporsi aktiva yang didanai. dimana perhitungan laba per lembar saham di peroleh dari membagi keseluruhan keuntungan dari harga saham yang di jual dengan jumlah saham yang beredar dengan demikian akan diketahui jumlah keuntungan untuk setiap harga per lembar saham. Pengembalian atas total akiva atau tingkat pengembalian atas investasi dan perilaku dari komponen, menawarkan statistik yang mungkin paling bermanfaat dalam mempelajari efisiensi operasi perusahaan dengan demikian perusahaan akan dapat memperoleh laba atau keuntungan yang lebih besar. Dari penjelasan diatas mengenai hubungan Return on Investment (ROI) dengan harga saham, maka dapat penulis simpulkan bahwa terdapat hubungan yang signfikan antara Return on Investment (ROI) dengan Harga Saham dimana Return on Investment (ROI) adalah penentu dasar laba per lembar saham dimana laba per lembar saham diperoleh dari membagi keseluruhan keuntungan dari harga saham yang di jual dengan jumlah saham yang beredar, dengan demikian akan dapat diketahui jumlah keuntungan untuk setiap harga per lembar sahamnya.
E. Rerangka Pemikiran Analisa Return on Investment (ROI) dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh (Komprehensif). Analisa ROI ini sudah merupakan teknik analisa yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Return on investment (ROI) itu sendiri adalah salah satu bentuk dari ratio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur
31
kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Dengan demikian ratio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasinya perusahaan (Net operating income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut (Net operating assets). Sebutan lain dari rasio ini adalah “Net operating profit rate of return” atau “Operating earning power”. Besarnya ROI dipengaruhi oleh dua faktor pertama, yaitu turnover dari operating assets merupakan rasio antara jumlah aktiva yang digunakan dalam operasi (Operating assets) terhadap jumlah penjualan yang diperoleh selama periode tersebut. Rasio ini merupakan ukuran tentang sampai seberapa jauh aktiva ini telah dipergunakan di dalam kegiatan perusahaan atau atau menunjukkan berapa kali operating assets berputar dalam satu periode tertentu, biasanya satu tahun. Dalam menganalisa dengan rasio ini sebaliknya diperbandingkan selama beberapa tahun sehingga di ketahui trend dari pada penggunaan operating assets. Suatu trend angka rasio yang cenderung naik memberiakan gambaran bahwa perusahaan semakin efisien dalam menggunakan aktiva. yang kedua merupakan Profit margin yaitu besarnya keuntungan operasi yang dinyatakan dalam prosentase dan jumlah penjualan bersih setelah dipotong biaya-biaya dan pajak. Profit margin ini mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan penjualannya. Besarnya ROI akan berubah kalau ada perubahan profit margin asssets turnover, Baik masing-masing atau kedua-duanya. Dengan demikian maka pimpinan
32
perusahaan dapat menggunakan salah satu atau kedua-duanya dalam rangka usaha memperbesar ROI. Usaha memprediksi ROI dengan memperbesar profit margin adalah bersangkutan dengan usaha untuk mempertinggi efisiensi di sektor produksi, penjualan dan administrasi. Usaha mempertinggi ROI dengan memperbesar assets turnover adalah kebijaksanaan investasi dana dalam berbagai aktiva, baik aktiva lancar maupun aktiva tetap. Besar kecilnya Return on Investment (ROI) pun diperkirakan berpengaruhi terhadap berubahnya harga saham perusahaan. karena jika Return on Investment (ROI) suatu perusahaan naik maka diperkirakan harga saham perusahaan itu pun akan cenderung naik akan tetapi sebaliknya jika Return on Invesatment (ROI) suatu perusahaan menurun maka diperkirakan ada indikasi bahwa harga saham perusahaan itu pun akan cenderung menurun pula. Harga saham di pasar modal itu sendiri selalu mengalami fluktuasi, naik dan turun dari satu waktu ke waktu lainnya. Seperti komoniti pada umumnya, fluktasi harga tersebut tergantung pada harga permintaan dan penawaran. Faktor-faktor yang menjadikan harga saham dapat berubah setiap saat antara lain: komoditi pasar, kondisi fundamental perusahaan (Internal perusahaan) termasuk kondisi financial perusahaan dan kondisi non fundamental perusahaan termasuk tingkat bunga, pergerakan harga, persepsi investor terhadap perusahaan, informasi yang berkembang atau isu lain yang menerpa pasar modal. Sehingga diperkirakan akan berpengaruh terhadap Return on Investment (ROI) Perusahaan pula.
33
Gambar I.I
Kerangka Pemikiran
Pengaruh Return on Investmen Tehadap Perubahan Harga Saham X
Return On Investment (ROI)
Y
Perubahan Harga Saham
F. Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis dari penelitian ini yaitu, Ho : “Terdapat pengaruh yang signifikan antara Return on Investment (ROI) terhadap harga saham pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.” Ha : “Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Return on Investment (ROI) terhadap harga saham pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.”