BAB II LANDASAN TEORI
II.1.
Analisis Teknikal dan Trend Menurut Tedy Fardiansyah (2003), Analisis teknikal adalah suatu pemanfaatan
data historis (harga dan volume perdagangan saham) yang tersedia di pasar. Tujuan analisis teknikal adalah mengidentifikasi suatu tren atau pola berulang dari pergerakan harga saham dan kemudian dieksploitasi untuk mendapatkan keuntungan. Menurut Dedhy Sulistiawan dan Liliana (2007), ”trend adalah arah pergerakan harga pasar saham.” (h.26). Berdasarkan arah pergerakannya, pembentukan trend dapat dibagi menjadi 3, yaitu : 1. Uptrend, yaitu harga saham cenderung bergerak naik 2. Downtrend, yaitu saham cenderung bergerak turun. 3. Sideways Trend, yaitu pergerakan harga stagnan, harga hanya naik atau turun pada kisaran harga tertentu. Dalam skripsi ini analisis yang digunakan adalah analisis teknikal, dimana akan membahas pergerakan underlying saat trend sideways. Pergerakan trend sideways dapat diketahui dengan menggunakan salah satu indikator Directional Movement System, yaitu Average Directional Index (ADX) II.2.
Directional Movement System Menurut Hendra Syamsir (2004), ”Directional Movement System adalah alat
analisis yang bersifat trend follower dan berfungsi sebagai pendeteksi dan pengkonfirmasi terbentuknya sebuah trend.”(h..220). Alat analisis ini dikembangkan
7
oleh Welles Wilder. Fungsi Directional Movement System adalah untuk melihat arah pergerakan harga yang sesungguhnya dengan membandingkan range perdagangan pada suatu hari dengan range perdagangan pada hari sebelumnya. II.2.1 True Range (TR) Hendra Syamsir (2004) menyatakan, “True Range merupakan sebuah parameter yang sama dengan trading range. Artinya, besarnya true range sama dengan jarak dari harga tertinggi dan harga terendah, sepanjang tidak terdapat gap. Namun jika terjadi gap, maka perhitungan true range akan sedikit berbeda dengan trading range.” o Jika hari ini terdapat gaps-up, maka true range akan sama dengan jarak antara harga tertinggi pada hari ini dengan harga penutupan pada hari kemarin. o Jika hari ini terdapat gaps-down, maka true range akan sama dengan perbedaan antara harga terendah pada hari ini dengan harga penutupan hari kemarin. Hal penting yang perlu digarisbawahi adalah bahwa nilai true range selalu bersifat positif.”(h..237) True Range = (( H-L + | H-C-1 | ) + | L-C-1 | ) / 2 Dimana:
H = Harga tertinggi pada hari analisis L = Harga terendah pada hari analisis C-1 = Harga penutupan pada hari sebelumnya. II.2.2 Directional Movement (DM) Plus Directional Movement (+DM) adalah sebuah ukuran yang menggambarkan besarnya jarak pergerakan naik dari harga. +DM baru akan memiliki sebuah nilai jika: a. Jarak antara harga tertinggi hari ini dengan harga tertinggi hari yang lalu lebih besar dibandingkan jarak antara harga terendah hari ini dengan harga terendah hari yang lalu b. Harga berada dalam formasi gap-up day c. Harga berada dalam formasi uptrend day Minus Directional Movement (-DM) memberikan informasi mengenai besaran penurunan harga. –DM baru akan memiliki sebuah nilai jika:
8
a. Jarak antara harga tertinggi hari ini dengan harga tertinggi hari yang lalu lebih kecil dibandingkan jarak antara harga terendah hari ini dengan harga terendah hari yang lalu b. Harga berada dalam formasi gaps-down day c. Harga berada dalam formasi downtrend day Setiap hari hanya ada satu kemungkinan nilai DM, yaitu +DM atau –DM atau tidak ada DM sama sekali. Keterangan: 1. +DM > -DM, Bullish 2. +DM = -DM, Sideways 3. +DM < -DM, Bearish Cara yang lazim digunakan untuk memuluskan garis DM adalah dengan menggunakan metode Simple Moving Average (SMA). Maka menggunakan istilah DMn, dimana n akan memberikan informasi mengenai periode SMA yang diterapkan pada garis DM. II.2.3 Directional Indicator (DI) Menurut Hendra Syamsir (2004), Directional Indicator (DI) terdiri dari dua jenis, yaitu +DI dan –DI.” (h.240). Biasanya DI (baik +/-) dilakukan dalam beberapa periode. +DIn =
DMn 100% TRn
-DIn =
DMn 100% TRn
Keterangan: +DMn
= Rata-rata bergerak dari +DM selama beberapa periode
-DMn
= Rata-rata bergerak dari -DM selama beberapa periode
TRn
= Rata-rata bergerak dari TR selama beberapa periode
9
DIn
= DI n periode
Tujuan penambahan periode dalam perhitungan +/- DI adalah untuk menghaluskan garis +/- DI yang dihasilkan sehingga diharapkan pengguna akan terhindar dari false signal. Garis +DI dan –DI juga mampu menunjukkan kuat lemahnya trend yang tengah berlangsung. Nilai tertinggi dari +/- DI adalah 100. Bullish = +DI memotong garis –DI dari bawah dan +DI mendekati 100,-DI mendekati 0 Bearish= +DI memotong garis –DI dari atas dan –DI mendekati 100, +DI mendekati Sideways = +DI hampir sama dengan –DI. Meskipun jarak relatif antara +DI dan –DI mengandung arti yang sangat penting, namun hal ini mungkin akan menimbulkan kesulitan bagi pengguna jika harus melihat secara langsung jarak relatif tersebut dari grafik +DI dan –DI. Karena itu untuk memudahkan analisis mengenai relatif ini, maka kemudian dikembangkanlah sebuah metode yang disebut DX (Directional Index) II.2.4 Directional Index (DX) Masih menurut Hendra Syamsir (2004), “Directional Index (DX) adalah ukuran yang digunakan untuk menghitung besaran pergerakan harga secara relatif.” (h.247). DXn =
( DI )n ( DI )n 100% ( DI )n ( DI )n
Dimana: +DIn = Rata-rata bergerak sederhana +DI dalam n periode -DIn
= Rata-rata bergerak sederhana –DI dalam n periode
Periode yang sering digunakan untuk menghitung DX adalah 14hari. Karena DX masih sering memberikan sinyal palsu, maka selanjutnya Wilder mengembangkan analisis Average Directional Index.
10
II.2.5 ADX (Average Directional Index) Menurut Hendra Syamsir (2004), “ADX tidak lain adalah garis yang diperoleh dari rata-rata bergerak DX.” (h.247). Garis ADX biasanya digunakan untuk mengukur kekuatan pergerakan trend harga saham. Dengan menggunakan ADX ini, pengguna dapat melihat apakah harga suatu saham benar-benar tengah berada dalam sebuah trend atau hanya melakukan pergerakan kecil dalam sebuah trend sideways. Periode yang direkomendasikan oleh Wilder untuk menghitung ADX adalah 14 dengan menggunakan Metode Simple Moving Average ADX
=
( DX 13) ADX 14
1
Menurut Martin J.Pring (2003), “When the ADX is below the 20-25 areas regardless of its position to the DIs, avoid trend-followiing systems, since little or no directional movement is indicated”(p.192)
II.3
Indeks Menurut Haryo Suparmun dan Handy Noerjanto (2007), “Indeks adalah ukuran
statistik atas perubahan-perubahan dari suatu portofolio saham yang mewakili atau mencerminkan perubahan keseluruhan pasar saham." (h.78) Menurut M. Fakhuruddin dan M. Sopian Hadianto (2001), “Dipasar Modal sebuah indeks diharapkan memiliki lima fungsi: 1. Sebagai indikator tren pasar 2. Sebagai indikator tingkat keuntungan 3. Sebagai tolak ukut (benchmark) kinerja suatu portofolio 4. Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif 5. Memfasilitasi berkembangnya produk derivatif “Ada beberapa macam pendekatan atau metode perhitungan yang digunakan untuk menghitung indeks, yaitu: 1. Rata-rata harga saham yang masuk dalam anggota indeks (arithmatic mean)
11
2. Menghitung dari indeks individual saham yang masuk anggota indeks (geometric mean) 3. Rata-rata tertimbang nilai pasar (market value weighed average price index). Umumnya semua indeks harga saham gabungan (composite) menggunakan metode rata-rata tertimbang.” (h.201)
Indeks Russell 2000 yang dibahas dalam skripsi ini menggunakan Metode ratarata tertimbang nilai pasar, oleh karena itu perhitungan indeks yang dijelaskan hanya perhitungan dengan metode rata-rata tertimbang. Rumus dasar perhitungan rata-rata tertimbang Indeks =
NilaiPasar 100% NilaiDasar
Keterangan : Nilai Pasar = Jumlah saham hari ini x Harga Pasar hari ini (kapitalisasi pasar) Nilai Dasar = Jumlah saham pada hari dasar x Harga Pasar pada hari dasar
II.4
Derivatif
II.4.1 Pengertian Derivatif Menurut Tjiptono dan Hendy M. (2001), ”Efek derivatif merupakan efek turunan dari Efek ”utama” baik yang bersifat penyertaan atau utang. Efek turunan dapat dapat berarti turunan langsung dari Efek ”utama” maupun turunan selanjutnya atau turunan kedua. Termasuk kedalam jenis ini antara lain right, waran, opsi dan lain-lain.”(h.4). Selain itu, Hinsa Siahaan (2008) menyatakan, ” Semua instrument derivatif adalah kontrak antara dua pihak pembeli dan penjual yang di dalam kontraknya berbagai hal telah disepakati.”(h.10)
12
II.4.2 Macam-macam Instrumen Derivatif Hinsa Siahaan (2008) berpendapat bahwa, ”Derivatif dikelompokan berdasarkan sifat dari aktiva yang dijadikan sebagai induknya, seperti saham, obligasi, komoditi, dan indeks. Derivatif juga dapat dikelompokan atas forward contract, futures contract, swap contract atau kombinasi dari beberapa kontrak sekaligus.”(h.10)
II.5.
Opsi
II.5.1 Pengertian opsi Menurut Ir. Agustino Karnadjaja, MBA, Edi Ong, Chris Wijaya, SE, IR.Budi Tanujaya, Janto Effendi, BSc, MBA (2007), ”Definisi Opsi adalah Kontrak resmi yang memberikan hak (tanpa adanya kewajiban) untuk membeli atau menjual suatu aset, pada harga tertentu dan dalam jangka waktu tertentu.” (h.70) II.5.2 Jenis opsi Menurut Haryo Suparmun dan Handy Noerjanto (2007), ”Ada 2 jenis opsi yang tersedia di bursa, yaitu: 1. Opsi call memberikan hak tetapi tidak kewajiban kepada pembeli (taker) kontrak untuk membeli saham dasar (underlying shares) dengan harga yang ditentukan di muka (strike price), kapan saja selama berlakunya kontrak sampai dengan hari daluarsa kontrak” 2. Opsi Put memberikan hak tetapi bukan kewajiban kepadapembeli opsi untuk menjual saham dasar (underlying shares) dengan harga yang ditentukan di muka (strike price), kapan saja selama berlakunya kontrak sampai dengan hari daluarsa kontrak” (h.23) II.5.3 Pihak yang terlibat dalam perdagangan opsi Menurut Ir. Agustino Karnadjaja, MBA, dkk (2007), ”Pihak yang terlibat dalam hal ini adalah
Options Buyer : sebagai pembeli kontrak resmi, atau
Options Seller : sebagai penjual kontrak resmi.” (h.71)
13
II.5.4 Komponen dalam suatu kontrak opsi Komponen dalam suatu kontrak opsi yang sudah diatur oleh bursa:
Jenis Opsi (Options Types) Opsi Call dipilih karena investor memperkirakan harga saham dasar akan meningkat, sedangkan Opsi Put dipilih, karena investor memperkirakan harga saham akan menurun.
Saham dasar (Underlying Securities) Opsi yang diperdagangkan di pasar opsi dilandasi suatu sekuritas.
Besaran Kontrak (Contract Size) Di bursa Amerika, besaran satu kontrak opsi distandarkan dengan 100 saham dasar.
Hari daluarsa (Expiry day) Opsi mempunyai masa berlaku yang terbatas dan akan daluarsa pada hari yang sudah distandarkan oleh bursa di Amerika Serikat.
Harga transaksi (Exercise Price) Harga exercise atau strike adalah harga yang ditentukan dimuka untuk membeli atau menjual suatu saham dasar apabila hak opsi dijalankan.
Premi opsi (Premium) Premium adalah harga dari opsi yang dicapai melalui negosiasi antara pembeli (taker) dan penjual (writer) dari opsis tersebut.
II.5.5 Dasar-dasar penentuan harga opsi Mengacu pada Lani Salim (2003), Premi opsi terdiri dari 2 bagian, yaitu nilai intrinsik dan nilai waktu Premi = Intrinsic Value + Time Value
14
II.5.5.1Nilai intrinsik (Intrinsic Value) Nilai Intrinsik adalah nilai real yang sudah terkandung di dalam premi sebuah opsi. Jika selisihnya negatif, maka nilai intrinsik dianggap nol Intrinsic Value Call Opsi = Harga saham–Strike Price Intrinsic Value Put Opsi = Strike Price – Harga saham o In The Money (ITM) Suatu Opsi yang mempunyai Nilai intrinsik o At The Money (ATM) Suatu opsi dengan strike price sama dengan harga underlying. o Out The Money (OTM) OTM Call Opsi = Strike Price > Harga saham OTM Put Opsi = Strike Price < Harga saham II.5.5.2Nilai waktu (Time Value) Nilai waktu adalah nilai dimana investor bersedia membayar untuk kemungkinan pasar bergerak untuk keuntungan mereka selama masa hidup opsi. Nilai waktu akan semakin berkurang setiap harinya, dan pada saat expiration day nilai waktu akan sama dengan nol, inilah yang dimaksud dengan Time Decay. Faktor-faktor kunci yang memperngaruhi nilai waktu: 1. Sisa waktu ke jatuh tempo Semakin jauh sisa waktu ke jatuh tempo, semakin besar nilai waktu dari opsi. 2. Volatilitas pasar
Historical Volatility Historical Volatility mengukur kecenderungan perubahan harga saham berdasarkan perubahan harga dimasa lalu selama jangka waktu tertentu.
15
Implied Volatility Implied Volatility adalah suatu angka yang mengukur kecenderungan perubahan harga dari sebuah opsi. Implied Volatility menggambarkan persepsi pergerakan harga saham dimasa akan datang selama jangka waktu tertentu.
3. Suku Bunga / Interest Rate Peningkatan suku bunga akan mendorong premi call opsi naik dan premi put opsi turun. 4. Pembayaran dividen Apabila dalam masa berlakunya opsi, perusahaan membagikan dividen, maka premi call opsi akan menurun dan premi put opsi akan meningkat. 5. Ekspektasi pasar (prediksi masa yang akan datang) Penawaran dan permintaan menentukan nilai pasar dari semua opsi. Jika permintaan tinggi, premi akan lebih tinggi. II.5.6 Simbol opsi Menurut Ir. Agustino Karnadjaja, MBA, dkk (2007), “Option Symbol dibuat mengikuti suatu pola agar mudah dimengerti. Bagian utama dari sebuah Option Symbol adalah: Root Symbol+Month Code+Strike Price Code 1. Root Symbol Digunakan untuk mengidentifikasi underlying assetnya. Root symbol terdiri dari satu sampai tiga huruf. Root symbol tidak harus sama dengan stock symbol-nya. 2. Expiration Month Bulan di mana opsi tersebut akan expired, ditandai dengan sebuah huruf. Huruf setelah symbol menandakan expiration month dan jenis optionnya. Table II.1: Tabel Expiration Month Symbol Call Put
Jan A M
Feb B N
Mar C O
Apr D P
May E Q
Jun F R
Jul G S
Aug H T
Sep I U
Oct J V
Nov K W
Dec L X
3. Strike Price Huruf setelah expiration month pada sebuah option symbol menandakan strike pricenya.”
16
Table II.2: Tabel Strike Price Symbol Code A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 7.5 12.5 17.5 22.5 27.5 32.5
105 110 115 120 125 130 135 140 145 150 155 160 165 170 175 180 185 190 195 200 37.5 42.5 47.5 52.5 57.5 62.5
Strike Price 205 305 210 310 215 315 220 320 225 325 230 330 235 335 240 340 245 345 250 350 255 355 260 360 265 365 270 370 275 375 280 380 285 385 290 390 295 395 300 400 67.5 97.5 72.5 102.5 77.5 107.5 82.5 112.5 87.5 117.5 92.5 122.5
405 410 415 420 425 430 435 440 445 450 455 460 465 470 475 480 485 490 495 495 127.5 132.5 137.5 142.5 147.5 152.5
505 510 515 520 525 530 535 540 545 550 555 560 565 570 575 580 585 590 595 600 157.5 162.5 167.5 172.5 177.5 182.5
Contoh: Table II.3: Tabel Contoh Symbol Opsi Root Symbol Call dengan Expiration Bulan Mei Strike Price US $62.5 PEP E Z Opsi dengan symbol PEPEZ , PEP merujuk ke saham yang menjadi underlying assetnya yaitu saham Pepsi Co. E merujuk ke Call Opsi dengan expiration bukan Mei Z merujuk ke strike Price US$62.5 Anda tidak perlu menghafalkan semua symbol tersebut di atas karena telah tersedia secara otomatis.”(h.95)
II.5.7 Model Black Scholes Model Black-Scholes adalah model yang dipakai secara luas pada pasar instrumen finansial, untuk menentukan harga suatu opsi. Tahap-tahap perhitungan:
17
1. Volatility Menurut Ir. Agustino Karnadjaja, MBA, dkk (2007), “Volatility adalah ukuran dalam persentase yang menyatakan seberapa besar kemungkinan harga saham dapat bergerak naik atau turun dalam suatu periode tertentu.”(h.105) Sementara itu, menurut John C Hull (2005) untuk menghitung volatility dari return yang dihasilkan asset setiap hari menggunakan Rumus: Untuk menghitung tingkat pengembalian dari aset ui
= ln
si si 1
Untuk menghitung volatility dari aset
s=
1 n 2 1 n ui ui n 1 i 1 n(n 1) i 1
Keterangan:
2
ui
= Tingkat pengembalian dari asset
n+1
= Jumlah data yang diteliti
si
= Harga dari aset
Perhitungan volatility yang diperoleh ini merupakan Historical Volatility (HV) karena perhitungannya menggunakan data yang telah terjadi. 2. Black Scholes Model Model penilaian opsi dengan menggunakan metode Black-Scholes dikemukakan pada tahun 1973 oleh Fisher Black dan Myron Scholes. Menurut Keith C. B. dan Frank K. R., perhitungan black scholes model adalah Call Co = S N(d1) – X (e –(RFR)T) N(d2) Put Po = X (e-(RFR)T) N(-d2) – S N(-d1)
18
Dimana: d1 = [ (ln (S/X) + RFR + 0.5 σ2) [T])] / σ [T]1/2 d2 = d1 - σ [T]1/2 Untuk menghitung N(d) terdapat beberapa cara 1. Menggunakan Table Distrubusi Normal Standar Kumulatif 2. Menggunakan bantuan software Ms. Excel untuk mempercepat perhitungan, dengan rumus =NORMSDIST(z) Keterangan: d
= Standard Normal Distribution
N(d) = cumulative probability of observing S
= Security Price
X
= Exercise Price
T
= Time to expiration
RFR = Risk Free Rate σ
= Security Volatility
e
= Exponential Term (2.7183)
Setelah diperoleh harga wajar dari opsi ini, maka harga wajar akan dibandingkan dengan harga pasar, untuk kemudian diketahui besar implied volatility (IV). Implied Volatility diperoleh dengan mencocokan harga wajar dengan harga pasar opsi tersebut. Untuk membantu mempercepat perhitungan implied volatility, maka digunakan fasilitas Solver pada Ms. Excel. Jika IV > HV artinya Harga premi opsi tersebut overvalued Jika IV < HV artinya Harga premi opsi tersebut undervalued
19
Suatu opsi yan memiliki IV tinggi menandakan harga saham dari opsi tersebut berpotensi untuk bergerak secara dramatis naik ataupun turun dimasa yang akan datang. II.5.8 Value at Risk (Expected Move) Menurut John C Hull (2005), “VaR menunjukkan sebuah angka tunggal yang mentotalkan seluruh risiko yang ada dalam portofolio. Perhitungan VaR akan membuat suatu kesimpulan yang mudah untuk dimengerti, dengan pola hasil sebagai berikut ”Kami yakin x persen bahwa kita tidak akan rugi lebih dari v dollar dalam jangka waktu n hari” (p.385).
VaR
= Asset Value × σ day ×
day × Z point
Keterangan: σ day : Volatilitas harian
= Asset Value ×
=
years × 365
day × Z point
day
: Jangka waktu
Z point : Koordinat
Asset Value × years × day × Z point
dalam
kurva
distribusi normal (z) pada nilai peluang tertentu
365
Dalam strategi Long Iron Condor, VaR ini akan diterapkan sebagai Expected Move. EM
=
Underlying Price × Implied Volatility × Z point × day 365
Expected Move adalah perkiraan pergerakan underlying selama masa berlaku opsi, dimana akan dihitung pergerakan underlying sebesar satu standar deviasi (68.26%), maka besar Z point adalah 1. Menurut Linda Piazza (2009), EM =
Underlying Price × Implied Volatility × due 365
Keterangan : due (Days Until Expiration) 20
II.5.9 Keuntungan dari transaksi opsi Mengacu pada Haryo Suparmun dan Handy Noerjanto (2007), Dalam melakukan transaksi opsi, terdapat berbagai keuntungan yang diperoleh investor, antara lain: 1. Manajemen Resiko Resiko dapat disesuaikan dengan tipe investor. 2. Waktu Untuk Memutuskan Pembeli opsi memiliki waktu untuk memutuskan dalam hal menjalankan hak exercise atau tidak selama berlakunya kontrak opsi. 3. Investasi atau Spekulasi Kemudahan memasang posisi opsi dengan berbagai kombinasi dapat menjadikan transaksi opsi sebagai alat spekulasi atau investasi. 4. Leverage Opsi bisa difungsikan sebagai leverage yang memberikan potensi mendapatkan imbalan yang lebih tinggi dari investasi awal yang lebih kecil dibandingkan dengan investasi langsung dalam saham. 5. Diversifikasi Opsi memungkinkan untuk melakukan diversifikasi dalam portofolio dengan modal investasi yang lebih kecil dibandingkan dengan membeli langsung saham. 6. Mendapatkan Laba Dengan sudah memiliki saham, bisa memanfaatkan strategi opsi untuk mendapatkan laba tambahan yang seringkali melebihi dividen. 7. Strategi Strategi opsi diperlukan untuk menghadapi berbagai arah pergerakan harga saham dasar, sehingga tetap bisa memberikan keuntungan ataupun membatasi risiko. 21
II.5.10 Resiko pada transaksi opsi Menurut Haryo Suparmun dan Handy Noerjanto (2007), Risiko dalam kegiatan transaksi opsi, antara lain:
Resiko pasar Perubahan harga underlying bisa menyebabkan perubahan harga opsi.
Opsi adalah aset yang bisa hangus (wasting asset) Opsi hanya merupakan suatu kontrak dan mempunyai hari daluarsa sehingga masa berlakunya terbatas.
Akibat dari leverage Leverage bisa mengakibatkan kerugian atau keuntungan besar.
Penjual Opsi menghadapi potensi kerugian yang tidak terbatas Menjual opsi menghadapi resiko lebih besar dibandingkan dengan membeli opsi.
Margin Call Tambahan Apabila pasar bergerak berlawanan dengan perkiraan, maka pialang akan meminta untuk menyetor tambahan dana dalam waktu singkat agar posisi tetap dipertahankan, atau untuk menutup kontrak.
Hubungan antara Harga dan Likuiditas Kondisi pasar (misalnya, kurang likuid) bisa menaikkan risiko kerugian karena terdapat kesulitan bertransaksi ataupun menutup posisi yang ada.
Kekuasaan untuk mengatur pasar Bursa mempunyai hak untuk menetapkan aturan untuk menjalankan dan mempertahankan pasar yang adil dan teratur.
Fasilitas perdagangan
22
Terdapat kemungkinan terjadinya gangguan temporer atau kegagalan dari system yang digunakan pasar, sehingga bisa menyebabkan kontrak yang dibuka tidak terjalankan sesuai dengan instruksi. II.5.11 Exercise dan Assignment Haryo Suparmun dan Handy Noerjanto (2007) mendefinisikan, “Exersice adalah istilah yang digunakan pada saat pembeli Opsi Call atau Opsi Put menggunakan haknya untuk membeli (dalam hal Opsi Call) atau menjual (dalam hal Opsi Put) suatu saham dasar. Assignment adalah istilah yang digunakan pada saat penjual opsi Call atau Opsi Put dipaksa untuk menjual (dalam hal Opsi Call) atau membeli (Opsi Put) suatu saham dasar.” (p.67) II.5.12 Opsi indeks Menurut Ir. Agustino Karnadjaja, MBA, dkk (2007), "Opsi Indeks adalah sebuah opsi yang terikat secara langsung kepada perubahan nilai indeks, yang menjadi underlyingnya.” (p.74) II.5.11.1 Perbedaan option indeks dan option sekuritas individual Menurut Haryo Suparmun dan Handy Noerjanto (2007), “Beberapa pebedaan penting antara option indeks dan option atas saham individual, yaitu o Option indeks umumnya di-settle secara kas (tidak disampaikan), karena tidak praktis menyampaikan semua sekuritas yang tercantum dalam indeks tersebut. Investor akan menerima pembayaran kas ketika meng-exercise option indeks yang in-the-money. o Option indeks umumnya memiliki gaya exercise Eropa; artinya pemegang hanya dapat mengexercise option indeks pada tanggal jatuh tempo.” o Harga strike dan premium dari option indeks biasanya ditetapkan dalam bentuk poin. (h.51)
II.5.11.2 Keuntungan utama dari perdagangan opsi indeks Lani Salim (2003) menyatakan, Beberapa keuntungan utama dari perdagangan opsi indeks: o Akses ke pasar yang lebih luas
23
Menyediakan akses ke pasar yang lebih luas dimana indeks mewakilinya, tanpa resiko terhadap perusahaan tertentu. o Leverage (daya) lebih besar Opsi indeks menyediakan leverage (daya) lebih besar. o Melindungi portofolio saham-saham Dengan membeli opsi put indeks, investor dapat mengunci nilai portofolio saham-saham, tanpa harus menjual semua saham dalam indeks.
II.6
Strategi dasar opsi
II.6.1 Long Call (Buy Call) Ir. Agustino Karnadjaja, MBA, dkk (2007) menyatakan, “Long Call adalah strategi opsi yang paling sederhana dan berfungsi sebagai salah satu fungsi utama opsi, yaitu sebagai daya ungkit (leverage). “ (h.123) Table II.4: Karakteristik Long Call (Buy Call) Tindakan : Buy call Opsi Perkiraan arah : Bullish Posisi di rekening : Debit Pengaruh penyusutan : Merugikan Time Value Resiko : Terbatas (premi call yang dibayarkan) Reward : Tidak Terbatas BEP : Call Strike Price + premi call Kelebihan: o Resiko kerugian terbatas o Potensi keuntungan tidak terbatas o Modal lebih kecil dibandingkan membeli saham o ROI besar (leverage)
24
Kekurangan: o BEP lebih tinggi dibandingkan membeli saham Gambar II.1: Grafik Strategi: Long Call (Buy Call)
II.6.2 Long Put (Buy Put) Menurut Ir. Agustino Karnadjaja, MBA, dkk (2007), “Strategi ini mirip dengan melakukan short sell pada saham, yaitu jika memperkirakan harga saham akan turun.” (h.133) Table II.5: Karakteristik Long Put (Buy Put) Tindakan : Buy Put Opsi Perkiraan arah : Bearish Posisi di rekening : Debit Pengaruh penyusutan : Merugikan Time Value Resiko : Terbatas (premi put yang dibayarkan) Reward : Tidak Terbatas BEP : Put Strike Price – premi put Kelebihan: o Risiko kerugian terbatas, potensi keuntungan yang tidak terbatas o Modal yang lebih kecil dibandingkan short sell saham o ROI yang besar (leverage) Kekurangan: o BEP yang lebih rendah dibandingkan short sell saham
25
Gambar II.2: Grafik Strategi: Long Put (Buy Put)
II.6.3 Short Put (Sell “Naked” Put) Menurut Ir. Agustino Karnadjaja, MBA, dkk (2007), “Investor yang melakukan Short Put berkewajiban membeli saham pada harga perjanjuan atau strike price put bila dieksekusi oleh put opsi buyer (selama jangka waktu berlakunya put opsi tersebut dan berapapun nilai saham saat itu di pasar)” (h.143) Table II.6: Karakteristik Short Put Tindakan : Sell Put Opsi Perkiraan arah : Sideways – Bullish Posisi di rekening : Kredit (+) Pengaruh penyusutan : Menguntungkan Time Value Resiko : Tidak terbatas Maximum Risk = Put Strike – premi put Resiko kerugian maksimum tidak terbatas sampai dengan saham menjadi nol Reward : Terbatas (premi put yang diterima) BEP : Put Strike Price – premi put Kelebihan: o Penyusutan Time Value menguntungkan o Mendapat keuntungan walaupun saham naik, tetap ataupun turun sampai BEP o Bisa digunakan sebagai cara untuk mendapatkan diskon saat hendak membeli atau menawar sebuah saham Kekurangan:
26
o Potensi keuntungan maksimum yang terbatas tidak seimbang dengan potensi kerugian yang bisa dialami jika harga saham turun sampai dengan nol. o Dibutuhkan modal yang besar karena broker akan meminta margin. Gambar II.3: Grafik Strategi: Short Put + Profit: Limited
Break-Even: Strike - Premium
Loss: Unlimited
II.6.4 Short Call (Sell “Naked” Call) Menurut Ir. Agustino Karnadjaja, MBA, dkk (2007), “Investor yang melakukan Short Call berkewajiban menjual saham pada harga perjanjian atau strike price call bila dieksekusi oleh call opsi buyer (selama hangka waktu berlakunya call opsi tersebut dan berapapun nilai saham saat itu di pasar). “ (h.147) Table II.7: Karakteristik Short Call Tindakan : Sell Call Arah : Sideways –Bearish Posisi di rekening : Kredit (+) Pengaruh penyusutan Time Value : Menguntungkan Risiko : Tidak Terbatas Reward : Terbatas (premi call yang diterima) BEP : Call Strike Price + Premi Call Kelebihan: o Penyusutan Time Value menguntungkan o Mendapatkan keuntungan apabila harga saham turun. Tetap ataupun naik sampai ke BEP
27
o Bisa digunakan sebagai cara untuk mendapatkan diskon saat hendak melakukan Short Sell Kekurangan: o Potensi keuntungan maksimum yang terbatas, tidak seimbang dengan potensi kerugian yang bisa dialami jika harga saham naik diatas BEP o Dibutuhkan modal yang besar karena broker akan meminta margin. Gambar II.4: Grafik Strategi: Short Call + Break-Even: Strike + Premium
Profit: Limited
Loss: Unlimited
II.7
Strategi Kombinasi
Menurut Robert W Kolb, terdapat beberapa strategi kombinasi dari opsi. II.7.1 The Straddle Gambar II.5: Grafik Strategi The Straddle Short straddle
Profit/Loss
Stock Price
Long Straddle
28
II.7.2 The Stranggle Gambar II.6: Grafik Strategi The Strangle Short strangle
Profit/Loss
Stock Price
Long stranggle
II.7.3 Bull and Bear Spreads with Call Options Gambar II.7: Grafik Strategi Bull and bear Spreads with Call Options
Bear spread
Stock Price Profit/Loss
Bull Spread
II.7.4 Bull and Bear Spreads with Put Options Gambar II.8: Grafik Strategi Bull and bear spreads with Put Options
Bear spread
Stock Price Profit/Loss
Bull Spread
29
II.7.5 The Box Spread Gambar II.9: Grafik Strategi The Box Spreads Bear spread
Profit/Loss Stock Price
Bull Spread
II.7.6 The Butterfly Spread with Calls Gambar II.10: Grafik Strategi The Butterfly Spread with Calls
Short Butterfly Spreads
Profit/Loss
Stock Price
Long Butterfly Spreads
II.7.7 The Butterfly Spread with Puts Gambar II.11: Grafik Strategi The Butterfly Spread with Puts
Short Butterfly Spreads
Profit/Loss
Stock Price
Long Butterfly Spreads
30
II.7.8 The Condor with Calls Gambar II.12: Grafik Strategi The Condor with Calls
Short condor
Profit/Loss Stock Price
Long condor
II.7.9 The Condor with Puts Gambar II.13: Grafik Strategi The Condor with Puts
Short condor
Profit/Loss
Stock Price
Long condor
II.8
Long Iron Condor
II.8.1 Komponen Long Iron Condor II.8.1.1 Bull Put Spread Bull Put Spread adalah Sell Naked Put Opsi dengan perlindungan. 31
Table II.8: Karakteristik Bull Put Spread Tindakan : Sell Higher Put + Buy Lower Put : Sell ATM Put + Buy OTM Put : Sell OTM Put + Buy Far OTM Put Arah : Sideways - Bullish Risiko : Terbatas (Strike price-Premi) Reward : Terbatas (Premi yang diterima) Posisi direkening : Kredit (+) BEP : Strike Price Sell Put – Premi ROI : Reward/Risk Gambar II.14: Grafik Strategi: Bull Put Spread
II.8.1.2 Bear Call Spread Bear Call Spread adalah Sell Naked Call Opsi dengan perlindungan Table II.9: Karakteristik Bear Call Spread Tindakan : Sell Lower Call + Buy Higher Call : Sell ATM Call + Buy OTM Call : Sell OTM Call + Buy Far OTM Call Arah : Sideways - Bearish Risiko : Terbatas (Strike price-Premi) Reward : Terbatas (Premi yang diterima) Posisi direkening : Kredit (+) BEP : Strike Price Sell Call – Premi ROI : Reward/Risk
32
Gambar II.15: Grafik Strategi: Bear Call Spread
II.8.2 Kelebihan dan Kekurangan Bear Call Spread dan Bull Put Spread Menurut Ir. Agustino Karnadjaja, MBA, dkk (2007), Kelebihan dan kekurangan Bear Call Spead dan Bull Put Spread adalah Kelebihan:
Potensi kerugian yang terukur dibandingkan Sell “Naked” Call/Put (Short Call/Put)
Keuntungan dari 3 pergerakan arah saham, jika harga saham naik, tetap dan turun (sampai BEP)
Kekurangan:
Potensi keuntungan maksimum yang terbatas dan jauh lebih kecil dibandingkan dengan resikonya.”
II.8.3 Long Iron Condor Guy Cohen yang diterjemahkan oleh Putut, S.B.W. (2007) mendefinisikan, “Long Iron Condor adalah sebuah strategi intermediate yang dapat menguntungkan dari saham yang mendatar.” Kombinasi dari dua strategi pendapatan juga membuat strategi ini sebagai strategi pendapatan.”
33
Table II.10: Karakteristik Long Iron Condor Tindakan : Sell Higher Put + Buy Lower Put and (Bull Put Spread) : Sell Lower Call + Buy Higher Call (Bear Call Spread) Arah : Sideways Risiko : Terbatas (Strike price-Premi) Reward : Terbatas (Premi yang diterima) Posisi rekening : Kredit (+) BEP bawah : Strike Price Sell Put – Premi BEP atas : Strike Price Sell Call + Premi ROI : Reward/Risk Gambar II.16: Grafik Strategi: Long Iron Condor +
Profit: Limited
Loss: Limited
Break-Even Bull Put Spread
Bear Call Spread
34