12
BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Pasar Modal Pasar Modal adalah tempat perusahaan mencari dana segar untuk
mengingkatkan kegiatan bisnis sehingga dapat mencetak lebih banyak keuntungan. Dana segar yang ada di pasar modal berasal dari masyarakat yang disebut juga sebagai investor. Para investor melakukan berbagai tehnik analisis dalam menentukan investasi di mana semakin tinggi kemungkinan suatu perusahaan menghasilkan laba dan semakin kecil resiko yang dihadapi maka semakin tinggi pula permintaan investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut.
Dalam hal ini yang membedakan pasar modal dengan pasar uang maupun pasar lainnya adalah komoditi yang diperdagangkan. Pasar modal dapat dikatakan pasar abstrak, dimana yang diperjualbelikan adalah dana – dana jangka panjang, yaitu dana yang keterikatannya dalam investasi lebih dari satu tahun.
Marzuki Usman (1997) sebagai pakar pasar modal menyatakan bahwa secara teoritis pasar modal didefenisikan sebagai perdagangan instrument keuangan (securities) jangka panjang, baik dalam bentuk modal sendiri (stocks) maupun hutang (bonds), baik yang diterbitkan oleh pemerintah (public authorities) maupun oleh
12
13
perusahaan swasta (private sectors). Dengan demikian pasar modal merupakan konsep yang lebih sempit dari pasar keuangan (financial market).
Selanjutnya terminologi mengenai pasar modal menurut Abdurrahman. A (1991) berarti suatu tempat atau sistem bagaimana cara dipenuhinya kebutuhankebutuhan dana untuk kapital suatu perusahaan, merupakan pasar tempat orang membeli dan menjual surat efek yang baru dikeluarkan
Batasan mengenai pasar modal di Indonesia telah diatur dalam UndangUndang No.15 Tahun 1952, Keppres No.60 tahun 1988 dan Undang-Undang No.8 Tahun 1995 yang isinya adalah sebagai berikut:
1.
Menurut Undang-Undang No.15 tahun 1952,”Bursa adalah bursa-bursa perdagangan di Indonesia,, yang didirikan untuk perdagangan uang dan efekefek termasuk semua pelelangan efek-efek”.
2.
Menurut Keppres No.15 tahun 1988,’Pasar modal adalah bursa yang merupakan sarana untuk mempertemukan penawar dan peminta dana jangka panjang dalam bentuk efek, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No.15 tahun 1952 tentang bursa”.
3.
edangkan menurut Undang-Undang No.8 tahun 1955,”Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”.
12
14
Undang-undang tersebut di atas merupakan peraturan yang memberikan batasan tentang pasar modal, dimana pasar modal merupakan sarana penawaran dan permintaan dana jangka panjang serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Efek merupakan istilah baku yang digunakan Undang-Undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995 untuk menyatakan surat berharga atau sekuritas. Secara umum pasar modal adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi termasuk di dalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan sahamsaham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek. Pasar modal mengandung pengetahuan abstrak yang mempertemukan
dua
kelompok
yang
saling
bertemu
tetapi
juga
saling
berkepentingan untuk saling mengisi yaitu calon penanaman modal di satu pihak dan perusahaan yang membutuhkan modal untuk mengembangkan usaha di pihak lain.
2.1.1 Fungsi dan Peran Pasar Modal A. Fungsi Pasar Modal Sebagai Sarana Informasi Bagi Publik Fungsi utama pasar modal adalah untuk memobilisasi dana yang bersumber dari masyarakat untuk diinvestasikan ke berbagai sektor industri. Dalam hal ini, para
12
15
investor akan bersedia menyalurkan dananya apabila memiliki perasaan aman akan investasinya.
Usman dan Barus (1989) salah satu cara yang dituntut oleh para investor adalah informasi yang jelas, wajar dan tepat waktu sebagai dasar pengambilan keputusan investasinya.
Hastuti dan Sudibyo (1998) informasi akan dianggap informatif dan berguna apabila informasi tersebut dapat mengubah keyakinan (belief) sehingga informasi baru ini akan membentuk suatu kepercayaan baru bagi para investor. Kepercayaan baru ini akan mengubah harga melalui perubahan demand and supply surat berharga.
B. Peran Pasar Modal Bagi Masyarakat Indonesia Bursa Efek mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu negara, yang pada dasarnya peranan tersebut mempunyai kesamaan antara satu negara dengan negara yang lain. Hampir semua negara di dunia ini mempunyai pasar modal, yang bertujuan menciptakan fasilitas bagi keperluan industri dan keseluruhan entitas dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal. Menurut Sunariyah (1997) Peranan pasar modal dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain:
1.
Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjual belikan. Pasar modal memberikan kemudahan dalam melakukan transaksi sehingga kedua belah pihak dapat melakukan transaksi tanpa melalui tatap muka. Kemudahan
12
16
tersebut dapat dilakukan dengan lebih sempurna setelah adanya sistem perdagangan efek melalui fasilitas perdagangan terkomputerisasi.
2.
Pasar modal memberikan kesempatan kepada para investor untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Keadaan tersebut akan mendorong perusahaan (emiten) untuk memenuhi keinginan para investor untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Pasar modal menciptakan peluang bagi perusahaan (emiten) untuk memuaskan keinginan para investor melalui kebijakan deviden dan stabilitas harga sekuritas yang relatif normal. Pemuasan yang diberikan kepada pemegang saham tercermin dalam harga sekuritas. Tingkat kepuasan hasil yang diharapkan akan menentukan bagaimana investor menanamkan dananya dalam surat berharga (sekuritas).
3.
Pasar modal memberi kesempatan kepada investor untuk menjual kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya.dengan beroperasinya pasar modal para investor dapat melikuidasi surat berharga yang dimiliki tersebut setiap saat. Apabila pasar modal tidak ada, maka investor terpaksa harus menunggu pencairan surat berharga yang dimilikinya sampai dengan saat perusahaan dilikuidasi. Keadaan semacam ini akan menjadikan investor kesulitan mendapatkan uangnya kembali, bahkan tertunda-tunda dan berakibat menerima resiko rugi yang sulit diprediksi sebelumnya. Eksistensi operasi pasar modal memberikan kepastian dalam menghindari resiko rugi, yang pada dasarnya tidak satupun investor yang bersedia menanggung kerugian tersebut.
12
17
Maka operasi pasar modal dapat menghindarkan ketidakpastian dimasa yang akan datang.
4.
Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian. Masyarakat umum mempunyai kesempatan untuk mempertimbangkan alternatif cara penggunaan uang mereka. Selain menabung, mereka dapat melakukan investasi melalui pasar modal, yaitu dengan membeli sebagian kecil saham perusahaan publik. Apabila saham masyarakat tersebut berkembang dan meningkat jumlahnya, maka ada kemungkinan bahwa masyarakat dapat memiliki saham mayoritas.
5.
Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga. Bagi para investor, keputusan investasi harus didasarkan pada tersedianya informasi yang akurat dan dapat dipercaya. Pasar modal dapat menyediakan kebutuhan terhadap informasi bagi para investor secara lengkap, yang apabila hal tersebut harus dicari sendiri akan memerlukan biaya yang sangat mahal. Dengan adanya pasar modal tersebut, biaya memperoleh informasi ditanggung oleh seluruh pelaku pasar bursa, dengan demikian biayanya akan lebih murah. Biaya informasi tersebut diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
a.
Biaya pencarian (search costs) informasi tentang perusahaan (emiten) termasuk didalamnya adalah biaya eksplisit, seperti biaya iklan untuk mengumumkan jual/beli saham dan biaya implisit, seperti waktu mencari calon pembeli atau calon investor.
12
18
b.
Biaya informasi (information cost) termasuk mencari informasi tentang kelebihan atau kelemahan surat berharga suatu perusahaan publik. Informasi tersebut misalnya bagaimana deviden suatu saham perusahaan. Dalam pasar modal yang efisien informasi itu semua dicerminkan dalam harga saham.
2.1.2 Alasan Perusahaan Listing di Pasar Modal Sjahrir (1995) mengungkapkan beberapa alasan perusahaan melakukan go public, yakni:
1.
Kebutuhan akan dana untuk melunasi hutang (jangka panjang atau pendek) sehingga mengurangi beban bunga
2.
Meningkatkan modal kerja
3.
Membiayai perluasan perusahaan
4.
Memperluas jaringan pemasaran dan distribusi
5.
Meningkatkan teknologi produksi
6.
Membayar sarana penunjang.
Perkembangan suatu pasar modal dipengaruhi oleh partisipasi yang aktif dari perusahaan yang menjual sahamnya (go public), pemodal dari pihak-pihak lain yang terlibat dalam kegiatan pasar modal. Ini berarti, tanpa adanya partisipasi yang aktif dari perusahaan-perusahaan yang potensial untuk go public, tidak ada pemodal yang bergairah untuk menanamkan dananya dalam surat berharga, dan kurang aktifnya
12
19
lembaga penunjang pasar modal, maka suatu pasar modal tidak akan berkembang dengan baik.
2.2
Pengertian Merger dan Akuisisi Pada saat ini kegiatan merger dan akuisisi yang dilakukan sejumlah
perusahaan mempunyai peranan dalam dunia usaha. Istilah yang digunakan dalam peraturan BAPEPAM bukanlah merger dan akuisisi melainkan penggabungan usaha, peleburan usaha dan pengambilalihan. Namun mengingat merger dan akuisisi merupakan istilah paling umum untuk kegiatan penggabungan dua perusahaan atau lebih untuk membentuk suatu perusahaan baru atau mengembangkan salah satu usaha dari perusahaan yang bergabung, maka digunakanlah istilah merger dan akuisisi. Kegiatan merger dan akuisisi merupakan suatu bentuk aksi korporasi yang menjadi tren saat ini. Selain diyakini sebagai mempertahankan eksistensi juga dapat memperkuat struktur perusahaan tersebut yang melakukannya. Pengertian mendasar dari merger (penggabungan) dan akuisisi (pengambilalihan) dapat kita lihat pada pengaturan UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT): “Penggabungan (baca: merger) adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu Perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan Perseroan lain yang telah ada yang mengakibatkan aktiva dan pasiva dari Perseroan yang menggabungkan diri beralih karena hukum kepada Perseroan yang menerima penggabungan dan selanjutnya status badan hukum Perseroan yang menggabungkan diri berakhir karena hukum.” (lihat Pasal 1 ayat [9] UUPT)
12
20
“Pengambilalihan (baca: akuisisi) adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih saham Perseroan yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas Perseroan tersebut.” (Pasal 1 ayat [11] UUPT).
Perusahaan A Perusahaan A atau Perusahaaan B
Perusahaan B Sumber: Muhammad Aji (2010) Gambar 2.1
Tabel 2.1
Bagan Skema Merger
Perbedaan Merger dan Akuisisi
Perbedaan
Merger
Akuisisi
Perseroan yang
Perseroan yang diambil alih
menggabungkan diri lenyap
sahamnya, badan hukumnya
dan berakhir statusnya
tidak
sebagai badan hukum
berakhir,
Status Badan menjadi
bubar
atau
Hukum hanya
terjadi
beralihnya pengendalian Aktiva dan Pasiva perseroan Aktiva dan pasiva perseroan yang
menggabungkan
diri yang diambil alih tetap ada
Aktiva dan beralih sepenuhnya kepada pada perseroan yang diambil Pasiva perseroan
yang
menerima alih sahamnya
penggabungan
12
21
2.2.1 Pengertian Merger Merger dikenal luas oleh pelaku usaha yang telah mengaplikasikan hal tersebut pada perusahaan-perusahaan yang beredar baik di dalam maupun luar negeri. Merger berasal dari bahasa latin yaitu Mergere, yang artinya bergabung bersama, menyatu berkombinasi, yang menyebabkan hilangnya perusahaan yang digabungkan. Terdapat berbagai definisi merger yang akan dikemukakan disini, untuk memberikan pemahaman yang luas dari terminologi ini.
Baridwan (1992) dalam Hamid (1998), mendefinisikan bahwa merger terjadi bila suatu perusahaan mengeluarkan saham untuk ditukarkan dengan seluruh saham biasa perusahaan lainnya. Pemegang saham perusahaan yang diambil alih ini menjadi pemegang saham perusahaan yang mengambil alih, dan perusahaan yang diambil alih tidak lagi merupakan perusahaan yang berdiri sendiri, tetapi menjadi bagian dari perusahaan yang mengambil alih.
Reed and Lajoux (1999) mendefinisikan merger adalah bergabungnya dua atau lebih perusahaan untuk beroperasi di masa mendatang di mana salah satu perusahaan tidak beroperasi lagi (hilang). Perusahaan yang tetap beroperasi bisa berganti nama setelah merger dilakukan untuk menyatakan operasi perusahaan.
Lalu
menurut
Moin
(2003),
mendifinisikan
bahwa
merger
adalah
penggabungan dua atau lebih perusahaan yang kemudian hanya ada satu perusahaan
12
22
yang tetap hidup sebagai badan hukum, sementara yang lainnya menghentikan aktivitasnya atau bubar.
Jadi, bisa dikatakan dari definisi-definisi tersebut di atas merger merupakan penggabungan dua atau lebih perusahaan dimana hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup untuk menjaga eksistensi sebagai badan hukum sementara perusahaan lama menghentikan aktivitasnya. Setelah pengambilalihan sejumlah saham oleh investor baru maka salah satu perusahaan menjadi bagian perusahaan yang telah mengambil alih.
2.2.2 Motivasi Merger Perusahaan mempunya tujuan atau motivasi dalam melakukan tindakan korporasi merger dan konsolidasi. Hal itu mempunyai tujuan yang berbeda-beda dimana masing-masing perusahaan mempunyai keinginan tertentu baik dengan perusahaan lain atau bahkan para kompetitornya. Adapun motivasi perusahaan melakukan merger adalah sebagai berikut:
1.
Sinergy, dapat tercapai ketika merger menghasilkan tingkat skala ekonomi (economies of scale). Tingkat skala ekonomi terjadi karena perpaduan biaya overhead meningkatkan pendapatan yang lebih besar daripada jumlah pendapatan perusahaan ketika tidak merger. Sinergi tampak jelas ketika perusahaan yang melakukan merger berada dalam bisnis yang sama karena fungsi dan tenaga kerja yang berlebihan dapat dihilangkan.
12
23
2.
Diversification, dimana perusahaan yang menginginkan pertumbuhan lebih cepat, baik ukuran, pasar saham, maupun diversifikasi usaha dapat melakukan merger maupun akuisisi. Perusahaan tidak mempunyai resiko dengan adanya produk baru. Selain itu, jika melakukan ekspansi dengan merger dan akuisisi, maka perusahaan dapat mengurangi kompetitor atau meminimalkan persaingan yang telah ada sebelumnya
3.
Market Power, kekuatan perusahaan akan bertumbuh seiring merger dilakukan. Perusahaan dapat lebih mengeksplorasi hal-hal yang belum ada sebelumnya seperti strategi benefits dimana memungkinkan perusahaan mengembangkan produk, atau menembus target pasar yang semula sulit untuk dilakukan. Sedangkan peningkatan daya saing dapat terjadi apabila penggabungan usaha tersebut meningkatkan pengusaan pasar oleh perusahaan sehingga menimbulkan kekuatan monopoli. Sehingga hal tersebut diyakini perusahaan akan memiliki dominasi dan semakin menguatkan citra perusahaan dibanding para kompetitornya.
4.
Strategic Realignment, yaitu perusahaan yang telah bergabung dapat beradaptasi lebih cepat terhadap perubahan-perubahan eksternal, seperti perubahan kebijakan pemerintah dan perubahan teknologi.
5.
Hubris (Managerial Pride), perusahaan juga lebih percaya diri dan mempunyai kebanggaan tersendiri setelah merger dilakukan. Hal ini dikarenakan perusahaan secara sistem mempunyai semangat yang baru dan
12
24
oleh karenanya tiap-tiap sektor/divisi dalam perusahaan diyakini lebih termotivasi untuk kedepannya.
6.
Buying Undervalued Assets, dimana perusahaan akan membeli sejumlah aset yang harganya dinilai rendah untuk diubah menjadi cash. Biasanya hal ini dilakukan untuk menjaga aset perusahaan yang diperlukan saja. Selanjutnya sering diikuti oleh akuisisi untuk membangun bagian yang kritis, menjual bagian yang tidak perlu, guna mengurangi biaya akuisisi secara efektif. Hasilnya adalah perusahaan yang kuat, atau merupakan transformasi industri. Tujuannya adalah meningkatkan likuiditas perusahaan.
7.
Agency Problem (Missmanagement), Hal ini terjadi ketika sebuah perusahaan menjadi incaran pengambilalihan yang tidak bersahabat. Target firm mengakuisisi perusahaan lain, dan membiayai pengambilalihannya dengan hutang, karena beban hutang ini, kewajiban perusahaan menjadi terlalu tinggi untuk ditanggung oleh bidding firm yang berminat (Gitman, 2003)
8.
Managerialism, mengefisiensikan
ini
dijelaskan
pada
manajemennya
dan
perusahaan tidak
yang
dapat
tidak
dapat
membayar
untuk
mengembangkan teknologinya, dapat menggabungkan diri dengan perusahaan yang memiliki manajemen atau teknologi yang ahli. Sehingga setelah merger dilakukan diharapkan dapat menerapkan dari sisi manajemen perusahaan dapat berubah ke arah yang lebih maju namun tetap efisien,
12
25
9.
Tax Consideration, dimana perusahaan sebelumnya dapat membawa kerugian pajak sampai lebih 20 tahun ke depan atau sampai kerugian pajak dapat tertutupi. Perusahaan yang memiliki kerugian pajak dapat melakukan akuisisi dengan perusahaan yang menghasilkan laba untuk memanfaatkan kerugian pajak. Pada kasus ini perusahaan yang mengakuisisi akan menaikkan kombinasi pendapatan setelah pajak dengan mengurangkan pendapatan sebelum pajak dari perusahaan yang diakuisisi. Bagaimanapun merger tidak hanya dikarenakan keuntungan dari pajak, tetapi berdasarkan dari tujuan memaksimisasi kesejahteraan pemilik.
2.2.3 Tujuan dan Manfaat Merger Perusahaan yang melakukan tindakan korporasi merger dan konsolidasi mempunyai keinginan. Oleh sebabnya manfaat dalam melakukan merger ditinjau dari cara perusahaan tersebut melakukan merger. Manfaat yang akan diperoleh jika perusahaan melakukan merger pada umumnya yakni sebagai berikut:
1.
Mendapatkan cashflow dengan cepat
2.
Mudah dalam mendapatkan kredit atau dana pembiayaan
3.
Karyawan lebih berpengalaman
4.
Kemampuan dalam menyaring pelanggan bertambah
5.
Sistim operasional dan administratif
6.
Mengurangi resiko kegagalan bisnis
7.
Hemat waktu memasuki bisnis baru
12
26
2.2.4 Jenis Merger A. Jenis Merger Menurut Bentuknya Merger yang kita ketahui mempunyai motif dan manfaat seperti yang dipaparkan menurut Manurung (2011), klasifikasi merger dibedakan menjadi 5 jenis sebagai berikut:
1.
Merger Horizontal Jenis merger ini merupakan merger yang ingin menguasai pasar (monopoli) dan tindakan ini tidak bisa dilakukan dengan adanya undang-undang anti monopoli. Undang-undang monopoli di Indonesia dikenal dengan Undangundang Persaingan Usaha. Adapun tujuan merger horizontal ini untuk mengurangi persaingan dan terkonsentrasinya struktur pasar pada industri tersebut. Contoh: Merger yang terjadi di luar negeri pada Industri Perbankan di Jepang dimana Bank of Tokyo dan Mitsubishi Bank bergabung menjadi Bank of Tokyo-Mitsubishi, Ltd.
Mitsubishi Bank
Bank of Tokyo
SBU1
SBU2
SBU1
SBUn
12
SBU2
SBUn
27
Selanjutnya setelah kedua bank melakukan merger maka struktur organisasi bank akan menjadi sebagai berikut: Mitsubishi Bank
SBU1
SBU2
SBU4
SBU3
SBUn-1
SBUn
Sumber: Manurung (2011) Gambar 2.2
2.
Bagan Merger Horizontal
Merger Vertikal Merger vertikal adalah merger dua perusahaan atau lebih yang berbeda tetapi saling berkaitan yaitu perusahaan satu membutuhkan perusahaan yang lainnya. Merger kedua perusahaan membuat perusahaan menjadi efisien karena tidak timbul lagi margin antara perusahaan yang memiliki bahan baku dan produk lainnya. Contoh: Merger antara PT. Try Polyta (TPIA) sebagai pembuat bahan baku yang dihasilkan dari kimia polipropilena untuk kemasan makanan, perabot rumah tangga, komponen otomotif dan berbagai aplikasi lainnya dengan PT. Chandra Asri dimana perusahaan merupakan penghasil propilena, etilena, dan polietilena.
12
28
Polipropilena TPIA
Chandra Asri Tripolita Chandra Asri
Polipropilena
Propilena Propilena
Sebelum Merger
Setelah Merger
Sumber: Manurung (2011) Gambar 2.3
3.
Bagan Merger Vertical
Merger Konglomerasi Merger konglomerasi adalah merger dua perusahaan atau lebih yang mempunyai bisnis usaha berbeda-beda sehingga memiliki berbagai usaha atau konglomerasi. Tindakan ini dilakukan perusahaan dalam rangka melakukan diversifikasi usaha untuk antisipasi pendapatan di masa mendatang. Contoh: Merger antara PT. Finansial Bisnis Informasi (FBI) yang mempunyai usaha di bidang konsultan dan training dengan PT. Putra Nauli yang memproduksi pupuk kompos.
PT. FBI
Konsultan
PT. Putra Nauli
Training
12
Pupuk Kompos
29
Setelah merger PT. Finansial Bisnis Informasi dengan unit bisnis sebagai berikut:
PT. Finansial Bisnis Informasi
Konsultan
Training
Pupuk Kompos
Sumber: Manurung (2011) Gambar 2.4
4.
Bagan Merger Konglomerasi
Merger Ekstensi Pasar Merger ekstensi pasar dimaksudkan yaitu merger dua perusahaan atau lebih sehingga pasar yang dimiliki perusahaan terbaru menjadi bertambah. Bertambahnya pasar bukan menyatakan persentase pasar melainkan bertambahnya pasar di luar pasar yang dimiliki saat ini. Bertambahnya pasar yang dimaksud merambah ke negara lain, bukan di negara bersangkutan.
5.
Merger Ekstensi Produk Merger ekstensi produk adalah bergabungnya dua perusahaan atau lebih dengan maksud terjadinya produk yang akan dipasarkan menjadi lebih banyak. Perusahaan yang bergabung mempunyai kemiripan industri. Akibatnya jangkauan konsumen menjadi lebih besar.
12
30
Jenis Merger yang diuraikan tersebut dapat diringkas dalam sebuah bentuk tabel dimana horizontal menyatakan hubungan terhadap pasar dan vertikalnya menyatakan hubungan produksi. Adapun tabel yang dimaksud sebagai berikut:
Tabel 2.2
Merger Market-Product Relation
MARKET RELATION PRODUCTION RELATION
Same
Same
Different
Horizontal
Product Extension
Merger and Acquitition
(Concentric Technology) Merger and Acquitition
Long-
Vertical Backward
Vertical Forward
Linked
Merger and Acquitition
Merger and Acquitition
Unrelated
Product Extension
Conglomerate
(Concentric
Merger and Acquitition
Marketing) Merger and Acquitition
Sumber: Manurung (2011)
B. Jenis Merger Menurut Prosesnya Jenis merger bila ditinjau dari prosesnya menurut Husnan (2002), merger dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
12
31
1.
Friendly Merger Proses ini disepakati oleh dua belah pihak dengan cara sebagai berikut:
a.
Pertama, mengidentifikasikan perusahaan yang akan menjadi target merger dan akuisisi.
b.
Kedua, menetukan harga beli yang bersedia dibayarkan pada perusahaan target.
c.
Ketiga, manajer perusahaan yang akan membeli menghubungi perusahaan target untuk melakukan negosiasi. Jika pemegang saham perusahaan target menyetujui, maka penggabungan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik melalui pembayaran tunai atau pembayaran dengan saham perusahaan.
2.
Hostile Takeover Proses ini terjadi jika perusahaan target yang akan di merger tersebut berkeberatan dengan alasan harga yang ditetapkan terlalu rendah (undervalue) atau karena manajer takut kehilangan jabatannya, sehingga terkadang pihak manajer melakukan berbagai cara untuk menggagalkan kegiatan merger ini.
2.2.5 Metode Merger Menurut Prinsip Akuntansi Metode pelaksanaan merger menurut prinsip akuntansi ini tidak dikaitkan dengan pendekatan dari sudut hukum, melainkan semata-mata didasarkan atas makna
12
32
merger secara ekonomis. Menurut prinsip-prinsip akuntansi, maka metode pelaksanaan merger dibagi menjadi dua jenis, antara lain :
1.
Pooling of Interest Method Metode ini disebut juga dengan metode penyatuan kepentingan, yang dipergunakan
bila
merger
merupakan
tindakan
untuk
menyatukan
kepemilikan dari dua atau lebih perusahaan yang digabungkan. Artinya disini sejak semula absorbed company dianggap telah bergabung ke dalam absorbing company, sehingga harta atau aktiva absorbed company yang dialihkan ke dalam absorbing company dinilai sesuai dengan harga buku yang terakhir dicatat di dalam pembukuan absorbed company.
2.
Purchase Method Metode ini disebut juga dengan metode pembelian, yang dipergunakan bila merger menimbulkan perubahan pada struktur nilai pemilikan atas harta atau aktiva pada perusahaan penerima penggabungan, artinya di sini, harta atau aktiva absorbed company yang dialihkan kepada absorbing company dinilai berdasarkan harga yang riil dan wajar ( harga pasar ) dan bukan berdasarkan harga buku ( book value )
Pemakaian metode akuntansi yang berbeda akan menghasilkan posisi keuangan yang berbeda dalam pelaporan keuangannya sehingga akan berpengaruh terhadap keputusan yang akan diambil baik oleh pihak eksternal maupun pihak internal (Gurendrawati dan Sudibyo, 1999).
12
33
Apabila pemakaian metode akuntansi bersifat informatif, maka akan mempengaruhi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Hal ini akan menimbulkan suatu reaksi pasar yang berupa peningkatan atas penurunan volume perdagangan saham yang terjadi di seputar tanggal pengumuman akuisisi tersebut seperti yang dibuktikan oleh (Gurendrawati dan Sudibyo, 1999).
2.2.6 Langkah Merger Dalam proses melakukan merger dan akuisisi terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan oleh perusahaan sebelum, dalam, maupun setelah merger dan akuisisi terjadi. Menurut Caves, langkah-langkah yang harus diambil dapat dibagi menjadi tiga bagian Estanol, B et al (2004) yaitu:
1.
Pre-merger Pre-merger dalam hal ini merupakan keadaan sebelum merger dimana dalam tahap ini, tugas dari seluruh jajaran direksi maupun manajemen kedua atau lebih perusahaan untuk mengumpulkan informasi yang kompeten dan signifikan untuk kepentingan proses merger perusahaan perusahaan tersebut.
2. Merger stage Pada saat perusahaan-perusahaan tersebut memutuskan untuk melakukan merger, hal yang harus dilakukan oleh mereka untuk pertama kalinya dalam tahapan ini adalah menyesuaikan diri dan saling mengintegrasikan 30 diri dengan partner mereka agar dapat berjalan sesuai dengan partner mereka.
12
34
3. Post-merger Pada tahapan ini, terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan oleh perusahaan.
a.
Langkah pertama (1) yang akan dilakukan oleh perusahaan adalah dengan melakukan restrukturisasi, dimana dalam merger, sering terjadinya dualism kepemimpinan yang akan membawa pengaruh buruk dalam organisasi.
b.
Langkah kedua (2) yang akan diambil adalah dengan membangun suatu kultur baru dimana kultur atau budaya baru perusahaan atau dapat juga merupakan budaya yang sama sekali baru bagi perusahaan.
c.
Langkah ketiga (3) yang diambil adalah dengan cara melancarkan transisi, dimana yang harus dilakukan dalam hal ini adalah dengan membangun suatu kerjasama, berupa tim gabungan ataupun kerjasama mutual.
2.2.7 Dampak Setelah Merger Baik dari Segi Positif dan Negatif pada Perusahaan Penggabungan badan usaha menurut Yeni (2006), memiliki segi positif dan segi negatif. Segi positif dari penggabungan usaha adalah sebagai berikut :
12
35
1.
Dengan skala usaha yang relatif besar, konglomerat dapat menikmati dan memanfaatkan economies of scale.
2.
Dengan melaksanakan diversifikasi setiap perusahaan yang berada dibawah kepemilikan konglomerat dapat menikmati dan memanfaatkan eksternal economies karena terbukanya peluang untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas yang pada gilirannya akan mendatangkan laba yang memuaskan.
3.
Dengan melakukan diversifikasi usaha dan ditunjang dengan skala usaha yang relatif besar, dapat meningkatkan profesionalisme dan mempercepat penguasaan alih teknologi
4.
Dengan efisiensi dan produktifitas yang lebih tinggi pada gilirannya dapat meningkatkan ekspor, menciptakan dan memperluas kesempatan kerja serta mendukung industrialisasi.
5.
Dengan merger perusaahaan tersebut akan memperoleh bargaining position yang lebih kuat.
6.
Dari segi manajemen, sentralisasi pengambilan keputusan mengandung aspek positif seperti pengambilan keputusan yang cenderung lebih cepat, berpandangan jauh kedepan dan berwawasan luas.
Kemudian selain segi positif terdapat juga segi negatif dalam penggabungan usaha, yaitu:
12
36
1.
Apabila penggabungan usaha tidak dibatasi dalam jenis dan skala usahanya, maka cenderung dapat menimbulkan free fight liberalism, yang pada akhirnya bermuara pada struktur pasar baru yang monopolistis.
2.
Sentralisasi pengambilan keputusan dapat dimanfaatkan untuk melakukan manipulasi pelaporan hasil usaha, pelaporan kekayaan perusahaan maupun manipulasi melalui transfer pricing. Cara ini sering disebut conglomerate game.
3.
Integrasi Horisontal dengan tujuan mengurangi jumlah pesaing maupun vertikal dengan tujuan membatasi kemampuan pesaing melalui penguasaan sejumlah mata rantai produksi dari hulu sampai hilir dapat berdampak kepada melemahnya mekanisme pasar yang menjurus kepada monopoli.
4.
Dengan adanya sentralisasi pengambilan keputusan, maka kepentingan tiap perusahaan anak disubordinasikan pada kepentingan perusahaan induk yang pada gilirannya dapat berdampak negatif dan destruktif, seperti peluang yang semakin besar dan mudah untuk membentuk semacam trust dan kartel. Kondisi ini juga memungkinkan terbentuknya community of interest diantara konglomerat yang tidak sejalan dengan kepentingan nasional.
5.
Kecenderungan timbulnya praktik reprocity yakni penciptaan kondisi yang memungkinkan kesepakatan sejumlah perusahaan yang tergabung, untuk saling membeli barang dan jasa yang dihasilkan masing-masing perusahaan tersebut tanpa mempertimbangkan keadaan pasaran, sehingga membatasi atau
12
37
meniadakan akses pasar bagi pesaing. Apabila kondisi ini semakin berkembang maka dapat menimbulkan ketimpangan ekonomi terutama terdesaknya usaha-usaha kecil dan menengah.
2.2.8 Analisis Rasio Keuangan pada Perusahaan Rasio keuangan menggunakan metode kedua dalam standarisasi informasi keuangan pada laporan laba rugi dan neraca pada sebuah perusahaan. Rasio dapat membantu kita dalam menjawab kesehatan keuangan pada perusahaan. Menurut Titman et al (2011) rasio keuangan untuk mengukur keuangan pada perusahaan adalah sebagai berikut:
1.
Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam likuiditasnya.
Rasio Lancar (Current Ratio) Merupakan mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki. Semakin tinggi rasio lancar, perusahaan semakin liquid. Rumusnya: Rasio Lancar = Aktiva lancar ÷ Kewajiban Lancar
2.
Rasio Struktur Modal (Capital Structure Ratio) Rasio ini adalah cara agar keuangan perusahaan dimana asetnya digunakan sebagai kombinasi antara hutang dan ekuitas.
12
38
Rasio Hutang (Debt Ratio) Merupakan rasio yang digunakan untuk menghitung persentase Aktiva perusahaan yang dibiayai oleh Kewajiban Lancar dan Kewajiban Jangka Panjang. Rumusnya: Rasio Hutang = Total Kewajiban ÷ Total Aktiva
3.
Rasio Efisiensi Manajemen Aktiva (Efficiency Management Ratio) Rasio
ini
seringkali
berhubungan
dengan
Rasio
perputaran
yang
merefleksikan jumlah perputaran beberapa aktiva akun tertentu selama setahun.
a.
Perputaran Jumlah Aktiva (Total Asset Turnover) Merupakan rasio yang menggambarkan sejumlah penjualan yang dihasilkan per uang yang diinvestasikan pada aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Rumusnya: Perputaran Jumlah Aktiva = Penjualan ÷ Total Aktiva
b.
Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Asset Turnover) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui sejumlah penjualan untuk efisiensi saat perusahan menggunakan Aktiva Tetap saja. Rumusnya: Perputaran Aktiva Tetap = Penjualan ÷ Aktiva Tetap-Bersih
12
39
4.
Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) Rasio ini dapat mengukur profit yang dihasilkan oleh perusahaan saat memprediksi kemampuan perusahaan untuk mengontrol Beban Usaha dan nilai pengembalian investasi yang diberikan perusahaan.
a.
Margin Profit Operasi (Operating Profit Margin) Merupakan rasio yang yang digunakan untuk mengetahui berapa banyak profit yang dihasilkan per jumlah uang pada penjualan setelah menghitung harga pokok (COGS) dan beban operasi. Rumusnya: Margin Profit Operasi = Penghasilan Operasi-Bersih(EBIT) ÷ Sales
b.
Margin Profit-Bersih (Net Profit Margin) Merupakan rasio menimbang margin profit yang dihasilkan dengan menghitung Laba Bersih pada perusahaan dibagi dengan penjualan. Rumusnya: Margin Profit-Bersih = Laba Bersih ÷ Penjualan
c.
Pengembalian Tingkat Aktiva (Return on Asset / ROA) Merupakan rasio untuk menghitung kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada dan setelah biaya-biaya modal (biaya yang digunakan mendanai aktiva) dikeluarkan dari analisis. Rumusnya: Pengembalian Tingkat Aktiva = Laba Bersih ÷ Total Aktiva
d.
Pengembalian Tingkat Ekuitas (Return on Equity / ROE)
12
40
Merupakan rasio untuk menghitung tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh perusahaan untuk setiap satuan mata uang yang menjadi modal perusahaan. Pengembalian imbal hasil tiap tahunnya per satu mata uang yang diinvestasikan investor ke perusahaan tersebut. Rumusnya: Pengembalian Tingkat Ekuitas = Laba Bersih ÷ Jumlah Ekuitas
12