BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai landasan teori yang akan digunakan pada bab pembahasan. Teori-teori ini digunakan sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi yang akan dibahas antara lain persamaan diferensial, sistem persamaan diferensial, titik kesetimbangan, linearisasasi, analisis kestabilan, nilai eigen dan vektor eigen, pemodelan matematika, model epidemi SIS (Susceptible-Infected-Susceptibe), dan bilangan reproduksi dasar. A.
Pemodelan Matematika Pemodelan matematika merupakan bidang matematika yang digunakan
untuk mempresentasikan dan menjelaskan sistem-sistem fisik atau problem pada dunia nyata dalam pernyataan matematika (Widowati dan Sutimin, 2007:1). Representasi matematika yang dihasilkan dari pemodelan matematika disebut sebagai model matematika. Model matematika banyak dimanfaatkan dalam bidang studi yang lain. Menurut Widowati dan Sutimin (2007:3) beberapa tahap dalam menyusun model matematika dapat dinyatakan dalam Gambar 2.1.
8
Dunia Real
Dunia Matematika
Problem Dunia Real
Problem Matematika
Membuat Asumsi
Formulasi Persamaan/pertidak samaaan
Solusi Dunia Real
Interpretasi Solusi
Penyelesaian Persamaan/Pertidak samaan
Bandingkan Data Gambar 2. 1 Proses Pemodelan Gambar 2.1 menggambarkan perumusan perilaku atau fenomena di dunia nyata
yang dibawa ke dalam bentuk matematis dengan menentukan asumsi-
asumsi yang tepat sesuai masalah nyata, sehingga dapat dibentuk suatu model matematika. Langkah-langkah dalam mengkonstruksi model matematika sebagai berikut: i.
Identifikasi Masalah Mengidentifikasi masalah adalah mengidentifikasi apa yang akan dikerjakan dan diselesaikan. Langkah ini meliputi identifikasi variabel9
variabel apa saja yang terlibat atau yang menggambarkan fenomena yang terjadi, membentuk beberapa hubungan antara variabel-variabel ini. Menjabarkan variabel-variabel dan sistem menjadi model matematika. ii.
Merumuskan asumsi-asumsi Langkah ini meliputi membuat asumsi tentang model matematika. Asumsi ini secara esensial mencerminkan bagaimana proses berfikir sehingga model dapat berjalan.
iii.
Membuat formulasi persamaan/pertidaksamaan Berdasarkan variabel-variabel dan asumsi-asumsi yang telah dibuat sehingga dapat dibentuk suatu persamaan atau pertidaksamaan yang menggambarkan masalah yang ada dalam dunia nyata. Langkah selanjutnya akan melibatkan suatu usaha memformulasikan persamaan atau sekumpulan persamaan untuk menyelesaikan hubungan ini. Langkah ini merupakan langkah yang paling penting. Terkadang perlu adanya pengujian kembali asumsi-asumsi agar dapat dibentuk formulasi yang sesuai sehingga dapat diselesaikan dan hasilnya realistik.
iv.
Menyelesaikan formulasi persamaan/pertidaksamaan Setelah
terbentuk
formulasinya,
langkah
selanjutnya
adalah
menyelesaikan formulasi tersebut. Perlu kehati-hatian dan fleksibilitas dalam proses pemodelan secara menyeluruh. Seiring dengan kemajuan teknologi informasi, penyelesaiannya dapat diperoleh dengan menggunakan software matematika, yang memudahkan mendaptakan solusi.
10
v.
Menginterpretasikan solusi matematis ke dalam dunia nyata Langkah ini akan menghubungkan penyelesaian formulasi matematika ke problem dunia nyata. Ini dapat dilakukan dalam berbagai cara. Dari sinilah akan dihasilkan suatu kesimpulan atau keputusan yang dalam penyelesaian masalah dunia nyata merupakan suatu hal yang sangat penting.
B.
Model Epidemi SIS Model matematika yang dibahas dalam tugas akhir ini adalah model
matematika epidemik SIS. Kermack W.O dan Mc Kendrick (Brauer, 2008: 24) menyatakan secara umum model epidemik SIS. Model populasi SIS adalah model matematika untuk mendiskripsikan suatu penyakit dimana penderita yang terinfeksi tidak memiliki kekebalan imun untuk tercegah terjangkit penyakit tersebut kembali. Populasi dalam model matematika ini terbagi menjadi 2 kelas yaitu kelas Susceptible (S) yaitu populasi yang sehat dan rentan terjangkit penyakit, dan kelas Infected (I) yaitu populasi yang terinfeksi suatu penyakit. Model ini mengindentifikasikan setiap individu dari kelas susceptible yang terinfeksi setelah pulih akan kembali masuk ke kelas susceptible kembali. Model epidemik SIS terdiri dari ๐(๐ก) yang menyatakan populasi susceptible pada saat ๐ก dan ๐ผ(๐ก) menyatakan sebagai populasi infected saat ๐ก. Didefinisikan parameter ๏ข
yang menyatakan laju kontak antara populasi susceptible dan
populasi infected per satuan waktu t. Parameter ๏ก yang menyatakan laju populasi infected yang sembuh per satuan waktu. Diasumsikan tidak ada kelahiran dan kematian alami, tidak ada masa inkubasi, setelah sembuh dari penyakit maka akan 11
kembali rentan. Diagram transfer model matematika SIS klasik ditunjukkan pada Gambar 2.2.
๏ข๐(๐ก)๐ผ(๐ก) ๐
๐(๐ก)
๐ผ(๐ก) ๏ก ๐ผ(๐ก)
Gambar 2. 2 Diagram Transfer Model Epidemi SIS Gambar 2.2 menunjukkan laju perubahan S(t) proporsional dengan bertambahnya laju kesembuhan I(t) sebesar ๏ก ๐ผ(๐ก), dan berkurangnya rata-rata setiap populasi dalam kelas susceptible yang melakukan kontak dengan populasi infected per satuan waktu t sebesar
๏ข๐(๐ก)๐ผ(๐ก) ๐
.
Jika N adalah jumlah total
populasi, maka didapatkan persamaan, dS (t ) ๏ข S (t ) I (t ) ๏ฝ ๏ก I (t ) ๏ญ dt N
(2.1)
Laju perubahan ๐ผ(๐ก) proporsional dengan bertambahnya laju infeksi ๐(๐ก) sebesar
๏ข๐(๐ก)๐ผ(๐ก) ๐
dan berkurang karena adanya laju kesembuhan ๐ผ(๐ก) sebesar
๏ก ๐ผ(๐ก). Jadi diperoleh persamaan,
dI (t ) ๏ข S (t ) I (t ) ๏ฝ ๏ญ ๏ก I (t ) dt N
(2.2)
Berdasarkan Persamaan (2.1) dan (2.2), maka dapat diperoleh model epidemi SIS yang ditunjukkan pada Sistem (2.3) berikut.
12
dS (t ) ๏ข S (t ) I (t ) ๏ฝ ๏ก I (t ) ๏ญ dt N dI (t ) ๏ข S (t ) I (t ) ๏ฝ ๏ญ ๏ก I (t ) dt N
(2.3)
Sistem (2.3) di atas dilengkapi dengan nilai awal ๐(0) = ๐0 โฅ 0, dan ๐ผ(0) = ๐ผ0 > 0,
C.
Persamaan Diferensial Model matematika penyebaran penyakit diare berbentuk persamaan
diferensial. Oleh karena itu, salah satu teori yang akan dikaji dalam bab ini adalah Persamaan diferensial. Definisi 2. 1 (Ross, 1984:4) Persamaan diferensial adalah persamaan yang memuat turunan dari satu atau lebih variabel tak bebas terhadap satu atau lebih variabel bebas. Persamaan diferensial diklasifikasikan menjadi dua berdasarkan jumlah variabel bebas yang terlibat, yaitu persamaan diferensial biasa dan persamaan diferensial parsial. Definisi 2. 2 (Ross,1984:4) Persamaan diferensial biasa yaitu suatu persamaan diferensial yang melibatkan turunan dari satu atau lebih variabel tak bebas terhadap satu variabel bebas. Contoh 2. 1 Diberikan beberapa contoh persamaan diferensial biasa yaitu: du ๏ซ 3tu ๏ฝ cos t dt
13
(2.4a)
dx ๏ซ x ๏ฝ e2t dt
Berdasarkan Definisi (2.2), maka
(2.4b)
Persamaan (2.4a) dan (2.4b) merupakan
persamaan diferensial biasa karena melibatkan satu variabel bebas yaitu ๐ก. Definisi 2. 3 (Ross, 1984:4) Persamaan
diferensial parsial yaitu suatu persamaan diferensial yang
melibatkan turunan dari satu atau lebih variabel tak bebas terhadap lebih dari satu variabel bebas. Contoh 2. 2 Contoh persamaan diferensial parsial:
๏ถ 2u ๏ถ 2u ๏ซ ๏ฝ0 ๏ถx 2 ๏ถt 2
(2.5a)
๏ถu ๏ถu ๏ซ ๏ฝ0 ๏ถx ๏ถt
(2.5b)
Berdasarkan Definisi (2.3), maka Persamaan (2.5a) dan (2.5b) merupakan persamaan diferensial parsial karena melibatkan dua variabel bebas yaitu ๐ฅ dan ๐ก. D.
Orde Persamaan Diferensial Orde suatu persamaan diferensial didefinisikan sebagai orde tertinggi dari
turunan yang terkandung dalam persamaan diferensial tersebut. Secara umum persamaan diferensial dituliskan dalam bentuk ๐น(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ฆโ, ๐ฆโโ, โฆ , ๐ฆ (๐) ) = 0
(2.6)
Persamaan (2.6) adalah persamaan diferensial orde ke-๐. Persamaan (2.6) merepresentasikan relasi antara peubah tak bebas ๐ฅ.
14
Contoh 2. 3
E.
1.
dy ๏ซ 2y ๏ฝ 0 dx
2.
d2y dy ๏ซ 7 ๏ซ 2 y ๏ฝ 0 (Persamaan Diferensial orde 2) 2 dt dt
(Persamaan Diferensial orde 1)
Sistem Persamaan Diferensial Sistem persamaan diferensial adalah kumpulan dari beberapa persamaan
diferensial. Diberikan vektor ๐ โ ๐ธ, ๐ธ๏ ๐
๐ dengan ๐ = (๐ฅ1, ๐ฅ2, ๐ฅ3, โฆ , ๐ฅ๐, )๐ dan E adalah himpunan terbuka dari ๐
๐ . Fungsi ๐๏บ ๐ธ๏ฎ๐
๐ dengan ๐ = (๐1, ๐2, ๐3, , โฆ , ๐๐ )๐ dan ๐ โ ๐ถ 1 (๐ธ) dimana ๐ถ 1 (๐ธ) adalah himpunan semua fungsi yang mempunyai turunan pertama yang kontinu di E. Jika ๐ฅฬ =
๐๐ฅ ๐๐ก
menyatakan turunan pertama ๐ฅ
terhadap ๐ก, maka sistem persamaan diferensial dapat dituliskan menjadi, ๐ฅฬ 1 = ๐1 (๐ฅ1 , ๐ฅ2 , ๐ฅ3 , โฆ , ๐ฅ๐ ), ๐ฅฬ 2 = ๐2 (๐ฅ1 , ๐ฅ2 , ๐ฅ3 , โฆ , ๐ฅ๐ ), (2. 7) ๐ฅฬ 3 = ๐3 (๐ฅ1 , ๐ฅ2 , ๐ฅ3 , โฆ , ๐ฅ๐ ), โฎ ๐ฅฬ ๐ = ๐๐ (๐ฅ1 , ๐ฅ2 , ๐ฅ3 , โฆ , ๐ฅ๐ ) Sistem (2.7) dapat dituliskan menjadi ๐ฬ = ๐(๐)
15
(2.8)
Berdasarkan kelinearannya sistem persamaan diferensial dibedakan menjadi dua yaitu sistem persamaan diferensial linear dan sistem persamaan diferensial nonlinear. 1.
Sistem Persamaan Diferensial Linear Sistem persamaan diferensial linear orde satu dapat muncul dalam masalah
yang melibatkan beberapa variabel tak bebas ๐ฅ1 , ๐ฅ2 , โฆ , ๐ฅ๐ dan variabel bebas ๐ก. Secara umum, sistem persamaan diferensial linear orde satu dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut : ๐ฅฬ 1 = ๐11 (๐ก)๐ฅ1 + ๐12 (๐ก)๐ฅ2 + โฏ + ๐1๐ (๐ก)๐ฅ๐ + ๐1 (๐ก) ๐ฅฬ 2 = ๐21 (๐ก)๐ฅ1 + ๐22 (๐ก)๐ฅ2 + โฏ + ๐2๐ (๐ก)๐ฅ๐ + ๐2 (๐ก) โฎ
(2.9)
๐ฅฬ ๐ = ๐๐1 (๐ก)๐ฅ1 + ๐๐2 (๐ก)๐ฅ2 + โฏ + ๐๐๐ (๐ก)๐ฅ๐ + ๐๐ (๐ก) Jika setiap fungsi ๐1 (๐ก), ๐2 (๐ก), โฏ , ๐๐ (๐ก) adalah fungsi nol, maka Sistem (2.9) disebut sistem persamaan diferensial linear homogen, sedangkan jika tidak bernilai nol, maka Sistem (2.9) disebut sistem persamaan diferensial nonhomogen. Notasi matriks Sistem (2.9) dapat ditulis sebagai berikut: ๐ฅฬ 1 ๐11 (๐ก) ๐ฅฬ ๐ (๐ก) [ 2 ] = [ 21 โฎ โฎ ๐ฅฬ ๐ ๐๐1 (๐ก)
๐12 (๐ก) ๐22 (๐ก) โฎ ๐๐2 (๐ก)
โฆ ๐1๐ (๐ก) ๐ฅ1 ๐1 (๐ก) ๐ฅ โฆ ๐2๐ (๐ก) ๐ (๐ก) 2 ][ โฎ ] + [ 2 ] โฎ โฑ โฎ ๐ฅ ๐๐ (๐ก) โฏ ๐๐๐ (๐ก) ๐
atau dapat dinyatakan dalam persamaan berikut ๐ฟฬ = ๐จ(๐)๐ฟ + ๐ฉ(๐) dengan
16
(2.10)
๐11 (๐ก) ๐ (๐ก) ๐จ(๐) = [ 21 โฎ ๐๐1 (๐ก)
๐12 (๐ก) โฆ ๐1๐ (๐ก) ๐22 (๐ก) โฆ ๐2๐ (๐ก) ] โฎ โฑ โฎ ๐๐2 (๐ก) โฏ ๐๐๐ (๐ก)
๐1 (๐ก) ๐ (๐ก) ๐ฉ(๐) = [ 2 ] โฎ ๐๐ (๐ก) Contoh 2. 4 Berikut diberikan contoh sistem persamaan diferensial linear.
dx ๏ฝ 6x ๏ญ y dt dy ๏ฝ ๏ญx ๏ญ 2 y dt
(2.11)
Sistem persamaan diferensial (2.11) merupakan persamaan diferensial linear homogen.
2.
Sistem Persamaan Diferensial Non linear
Definisi 2. 4 (Ross, 1984:5) Persamaan diferensial nonlinear adalah persamaan diferensial biasa yang tidak linear. Suatu persamaan diferensial dikatakan nonlinear jika memenuhi salah satu sebagai berikut (Ross, 1984:5). a.
Memuat variabel tak bebas dan/atau turunannya yang berpangkat selain satu.
b.
Terdapat perkalian dari variabel tak bebas dan/atau turunan-turunannya. 17
c.
Terdapat fungsi transedental dari variabel tak bebas dan turunanturunannya.
Contoh 2. 5 Diberikan sistem persamaan diferensial nonlinear: 2
d2y ๏ฆ dy ๏ถ ๏ซ 4๏ง ๏ท ๏ซ 6y ๏ฝ 0 2 dx ๏จ dx ๏ธ dy ๏ซ y ๏ฝ ey dx dy 4 y ๏ซ xy ๏ฝ 0 dx
a.
(2.12a) (2.12b) (2.12c)
Persamaan (2.12a) merupakan persamaan diferensial nonlinear, karena ๏ฆ d2y ๏ถ terdapat variabel tak bebas yang berpangkat dua ๏ง 2 ๏ท dan turunannya ๏จ dx ๏ธ 2
๏ฆ dy ๏ถ yang berpangkat dua. ๏ง ๏ท . ๏จ dx ๏ธ
b.
Persamaan (2.12b) merupakan persamaan diferensial nonlinear, karena terdapat fungsi transenden (๐ ๐ฆ ).
c.
Persamaan (2.12c) merupakan persamaan diferensial nonlinear karena ๏ฆ dy ๏ถ terdapat perkalian variabel tak bebas dan turunannya ๏ง y ๏ท . ๏จ dx ๏ธ
Sistem persamaan diferensial dikatakan nonlinear, jika persamaan diferensial yang membentuknya merupakan persamaan diferensial nonlinear. Contoh 2. 6 Diberikan sistem persamaan diferensial nonlinear sebagai berikut 18
dS ๏ฝ ๏ญ ๏ซ ๏ข I ๏ญ ๏ก SI ๏ญ ๏ญ S dt dI ๏ฝ ๏ก SI ๏ญ ๏ข I ๏ญ ๏ญ I dt
(2. 13)
Sistem (2.13) merupakan sistem persamaan diferensial nonlinear dengan variabel bebas ๐ก dan variabel tak bebas ๐ dan ๐ผ. Sistem (2.9) adalah sistem persamaan diferensial nonlinear karena memuat persamaan diferensial nonlinear yaitu terdapat perkalian dari variabel tak bebasnya.
F.
Titik Kesetimbangan Titik kesetimbangan menjadi salah satu pembahasan dalam bab ini karena
titik kesetimbangan diperlukan dalam proses analisis penyebaran penyakit diare. Titik kesetimbangan digunakan untuk mengetahui nilai dari bilangan reproduksi dasar. Definisi 2. 5 (Wiggins, 2003) Diberikan Sistem persamaan diferensial ๐ฬ = ๐(๐). Titik ๐ฅฬ ๐ ๐
๐ disebut titik kesetimbangan dari ๐ฬ = ๐(๐). jika memenuhi ๐( ๐ฅฬ ) = 0. Contoh 2. 7 Akan dicari titik kesetimbangan dari Sistem (2.13) sebagai berikut,
f1 ๏ฝ ๏ญ ๏ซ ๏ข I ๏ญ ๏ก SI ๏ญ ๏ญ S f 2 ๏ฝ ๏ก SI ๏ญ ๏ข I ๏ญ ๏ญ I Menurut Definisi (2.5) titik kesetimbangan (๐ฬ, ๐ผฬ ) dari Sistem (2.13) dapat diperoleh jika ๐( ๐ฅฬ ) = 0. Akan dicari titik kesetimbangan dari Sistem (2.13) sedemikian, sehingga ๐1 (๐ฬ, ๐ผฬ )๐ = 0 dan ๐2 (๐ฬ, ๐ผฬ )๐ = 0. 19
Dengan
ห ห ๏ญ ๏ญ Sห f1 ( Sห , Iห) ๏ฝ ๏ญ ๏ซ ๏ข Iห ๏ญ ๏ก SI ห ห ๏ญ ๏ข Iห ๏ญ ๏ญ Iห f ( Sห , Iห) ๏ฝ ๏ก SI 2
Untuk ๐2 (๐ฬ, ๐ผฬ )๐ = 0 , หห ๏ญ ๏ข Iห ๏ญ ๏ญ Iห ๏ฝ 0 ๏ก SI Iห(๏ก Sห ๏ญ ๏ข ๏ญ ๏ญ ) ๏ฝ 0
๏ข ๏ซ๏ญ Iห ๏ฝ 0 atau Sห ๏ฝ ๏ก
a. Jika ๐ผฬ = 0 disubtitusikan ke persamaan ๐1 (๐ฬ, ๐ผฬ )๐ = 0 , maka diperoleh ห ห ๏ญ ๏ญ Sห ๏ฝ 0 ๏ญ ๏ซ ๏ข Iห ๏ญ ๏ก SI
๏ญ ๏ซ ๏ข 0 ๏ญ ๏ก Sห 0 ๏ญ ๏ญ Sห ๏ฝ 0 Sห ๏ฝ 1
Jadi, diperoleh titik kesetimbangan pertama yaitu (0,1)๐ . ๐ฝ+๐ b. Jika ๐ฬ = ๐ผ
disubtitusikan ke persamaan ๐1 (๐ฬ, ๐ผฬ )๐ = 0, maka
diperoleh ห ห ๏ญ ๏ญ Sห ๏ฝ 0 ๏ญ ๏ซ ๏ข Iห ๏ญ ๏ก SI ๏ฆ๏ข ๏ซ๏ญ ๏ถ ห ๏ฆ๏ข ๏ซ๏ญ ๏ถ ๏ทI ๏ญ๏ญ๏ง ๏ท๏ฝ0 ๏จ ๏ก ๏ธ ๏จ ๏ก ๏ธ
๏ญ ๏ซ ๏ข Iห ๏ญ ๏ก ๏ง
๏ฆ๏ข ๏ซ๏ญ๏ถ ๏ท๏ฝ0 ๏จ ๏ก ๏ธ
๏ญ ๏ซ ๏ข Iห ๏ญ ๏ข Iห ๏ญ ๏ญ Iห ๏ญ ๏ญ ๏ง
๏ฆ๏ข ๏ซ๏ญ๏ถ ๏ท๏ฝ0 ๏จ ๏ก ๏ธ
๏ญ ๏ญ ๏ญ Iห ๏ญ ๏ญ ๏ง
๏ฆ๏ข ๏ซ๏ญ๏ถ ๏ท ๏จ ๏ก ๏ธ
๏ญ Iห ๏ฝ ๏ญ ๏ญ ๏ง
20
๏ข ๏ซ๏ญ Iห ๏ฝ 1 ๏ญ ๏ก
๏ข ๏ซ๏ญ ๏ถ ๏ฆ๏ข ๏ซ๏ญ Jadi, titik kesetimbangan kedua diperoleh ๏ง . ,1 ๏ญ ๏ก ๏ท๏ธ ๏จ ๏ก T
Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa Sistem (2.13) T
๏ฆ๏ฆ ๏ข ๏ซ ๏ญ ๏ถ ๏ฆ ๏ข ๏ซ ๏ญ ๏ถ๏ถ memiliki dua titik kesetimbangan yaitu (0,1) dan ๏ง ๏ง . ๏ท , ๏ง1 ๏ญ ๏ก ๏ท๏ธ ๏ท๏ธ ๏จ๏จ ๏ก ๏ธ ๏จ ๐
Titik kesetimbangan dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu titik kesetimbangan bebas penyakit dan titik kesetimbangan endemik penyakit. Titik kesetimbangan bebas penyakit adalah adalah kesetimbangan saat kelas terinfeksi nol atau saat penyakit tidak menyebar dalam populasi.Titik kesetimbangan endemik penyakit adalah titik kesetimbangan saat kelas terinfeksi tidak nol atau saat penyakit menyebar dalam populasi.
G.
Nilai Eigen dan Vektor Eigen Nilai eigen digunakan untuk mengetahui kestabilan dari suatu sistem
persamaan diferensial. Definisi 2. 6 (Howard , 1997:277) A adalah matriks, vektor tak nol x didalam ๐
๐ dinamakan vektor eigen (eigenvector) dari A jika Ax adalah kelipatan skalar dari x yaitu ๐ด๐ = ๏ฌ๐
21
untuk suatu skalar ๏ฌ. Skalar ๏ฌ dinamakan nilai eigen dari A dan x dikatakan vektor eigen yang bersesuaian dengan ๏ฌ. Untuk mencari nilai-nilai eigen dari Matriks A yang berukuran ๐ ร ๐ maka dapat dituliskan kembali menjadi ๐ด๐ = ๏ฌ๐ sebagai ๐ด๐ = ๏ฌ๐ ๐ด๐ = ๏ฌ๐ผ๐ (๏ฌ๐ฐ โ ๐จ)๐ = ๐
(2.14)
Berdasarkan Howard (1997:278) menyatakan agar ๏ฌ menjadi nilai eigen maka haruslah ada solusi tak nol dari persamaan tersebut, dengan I adalah matriks identitas. Persamaan (2.14) akan memiliki penyelsaian tak nol jika dan hanya jika |๏ฌ๐ฐ โ ๐จ| = ๐
(2. 15)
Persamaan (2.15) dinamakan persamaan karakteristik dari A dan skalar yang memenuhi persamaan karakteristik (2.15) adalah nilai eigen dari A. Contoh 2. 8 Diberikan matriks ๐ด = [
6 1 1 ] dengan ๐ผ = [ โ2 3 0
0 ] 1
akan dicari nilai eigen dan vektor eigen dari Matriks A. Penyelesaian: a. Nilai eigen dari Matriks A 1 0 6 1 ๏ฌ โ 6 โ1 ]โ[ ]=[ ] 0 1 โ2 3 2 ๏ฌโ3
๏ฌ๐ผ โ ๐ด = ๏ฌ [
maka persamaan karakteristik dari A adalah
22
|๏ฌ๐ผ โ ๐ด| = |๏ฌ โ 6 โ1 | = ๏ฌ2 โ 9๏ฌ + 20 2 ๏ฌโ3 dari persamaan karakteristik A adalah
๏ฌ2 โ 9๏ฌ + 20 = 0 ๏ฌ1 = 4 atau ๏ฌ2 = 5 Jadi, nilai eigen dari matriks A adalah 4 atau 5. b. Vektor eigen Matriks A Untuk ๏ฌ1 = 4 โ2 โ1 ๐ฅ1 [ ][ ] = 0 2 1 ๐ฅ2 โ2 โ1 ๐ฅ1 [ ][ ] = 0 2 1 ๐ฅ2 โ2๐ฅ1 โ ๐ฅ2 = 0 1
Persamaan โ2๐ฅ1 โ ๐ฅ2 = 0 ekuivalen dengan ๐ฅ1 = โ 2 ๐ฅ2 , jika ๐ฅ1 = ๐ maka ๐ฅ2 = โ2๐ sehingga diperoleh ๐ฅ1 1 ๐ = [๐ฅ ] = [ ] ๐ 2 โ2 1 Jadi,vektor eigen yang bersesuaian dengan ๏ฌ1 = 4 adalah [ ]. โ2 Untuk ๏ฌ2 = 5 โ1 โ1 ๐ฅ1 [ ][ ] = 0 2 2 ๐ฅ2 โ1 โ1 ๐ฅ1 [ ][ ] = 0 2 2 ๐ฅ2 โ๐ฅ1 โ ๐ฅ2 = 0 2๐ฅ1 + 2๐ฅ2 = 0 23
Persamaan ๐ฅ1 โ ๐ฅ2 = 0 ekuivalen dengan ๐ฅ1 = โ๐ฅ2 , jika ๐ฅ1 = ๐ก, maka ๐ฅ2 = โ๐ก sehingga diperoleh ๐ฅ1 1 ๐ = [๐ฅ ] = [ ] ๐ก 2 โ1 Jadi, vektor eigen yang bersesuaian dengan ๏ฌ2 = 5 adalah [
H.
1 ]. โ1
Linearisasi Linearisasi diperlukan karena bentuk model matematika penyebaran
penyakit diare adalah persamaan diferensial nonlinear. Linearisasi adalah proses metransformasi sistem persamaan diferensial nonlinear ke bentuk persamaan diferensial linear. Proses ini dilakukan dengan linearisasi disekitar titik kesetimbangan. Namun, sebelumnya akan dibahas terlebih dahulu mengenai matriks Jacobian yang dijelaskan dalam Teorema 2.1 berikut. Teorema 2.1 (Perko, 2001:67) ๐๐
Jika ๐: Rn โ R๐ terdiferensial di ๐ฅ0 maka turunan parsial ๐๐ฅ ๐ dengan ๐, ๐ = ๐
1,2,3, โฆ , ๐, di ๐ฅ0 ada untuk semua ๐ฅ โ R๐ dan ๐
๐ท๐(๐ฅ0 )๐ฅ = โ ๐=1
Bukti:
24
๐๐ ( ๐ฅ )๐ฅ . ๐๐ฅ๐ 0 ๐
๐๐1 ๐๐1 ๐๐1 (๐ฅ0 )๐ฅ1 (๐ฅ0 )๐ฅ2 (๐ฅ )๐ฅ ๐๐ฅ1 ๐๐ฅ2 ๐๐ฅ๐ 0 ๐ ๐ ๐๐2 ๐๐2 ๐๐2 ๐๐ (๐ฅ0 )๐ฅ1 (๐ฅ0 )๐ฅ2 (๐ฅ )๐ฅ โ ( ๐ฅ0 )๐ฅ๐ = ๐๐ฅ1 + ๐๐ฅ2 + โฏ + ๐๐ฅ๐ 0 ๐ ๐๐ฅ๐ ๐=1 โฎ โฎ โฎ ๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐ (๐ฅ )๐ฅ (๐ฅ )๐ฅ (๐ฅ )๐ฅ [๐๐ฅ1 0 1 ] [๐๐ฅ2 0 2 ] [๐๐ฅ๐ 0 ๐ ] ๐๐1 (๐ฅ )๐ฅ ๐๐ฅ1 0 1 ๐๐2 (๐ฅ )๐ฅ = ๐๐ฅ1 0 1 โฎ ๐๐๐ (๐ฅ )๐ฅ [๐๐ฅ1 0 1
๐๐1 (๐ฅ )๐ฅ ๐๐ฅ2 0 2 ๐๐2 (๐ฅ )๐ฅ ๐๐ฅ2 0 2 โฎ ๐๐๐ (๐ฅ )๐ฅ ๐๐ฅ2 0 2
๐๐1 (๐ฅ )๐ฅ ๐๐ฅ๐ 0 ๐ ๐ฅ1 ๐๐2 ๐ฅ 2 (๐ฅ )๐ฅ โฆ ๐๐ฅ๐ 0 ๐ [ โฎ ] โฎ ๐ฅ๐ โฑ ๐๐ ๐ (๐ฅ )๐ฅ โฆ ๐๐ฅ๐ 0 ๐ ] โฆ
= ๐ท๐(๐ฅ0 )๐ฅ Matriks ๐ท๐(๐ฅ0 ) disebut matriks Jacobian dari fungsi ๐: R๐ โ R๐ yang terdiferensial di ๐0 โ R๐ . Untuk Selanjutnya ๐ท๐(๐ฅ0 ) dinotasikan dengan ๐ฝ๐(๐ฅ0 ). Selanjutnya akan dijelaskan mengenai proses linearisasi dari sistem persamaan diferensial nonlinear menjadi sistem persamaan diferensial linear. Diberikan Sistem (2.8) yang merupakan sistem persamaan diferensial nonlinear. ฬ = ๐ฅฬ1 , ๐ฅฬ2 , ๐ฅฬ3 , โฆ , ๐ฅฬ๐ adalah titik kesetimbangan Sistem (2.8), maka Misalkan ๐ pendekatan linear Sistem (2.8) disekitar titik kesetimbangan diperoleh dengan ฬ= menggunakan deret Taylor dari fungsi ๐ disekitar titik kesetimbangan ๐ (๐ฅฬ1 , ๐ฅฬ2 , ๐ฅฬ3 , โฆ , ๐ฅฬ๐ )๐ yaitu ๐1 (๐ฅ1 , ๐ฅ2 , ๐ฅ3 , โฆ , ๐ฅ๐ )๐ = ๐1 (๐ฅฬ1 , ๐ฅฬ2 , ๐ฅฬ3 , โฆ , ๐ฅฬ๐ )๐ + (๐ฅ1 โ ๐ฅฬ1 ) + โฏ +
๐๐1 ๐๐ฅ๐
25
๐๐1 (๐ฅฬ1 , ๐ฅฬ2 , ๐ฅฬ3 , โฆ , ๐ฅฬ๐ )๐ ๐๐ฅ1
(๐ฅฬ1 , ๐ฅฬ2 , ๐ฅฬ3 , โฆ , ๐ฅฬ๐ )๐ (๐ฅ๐ โ ๐ฅฬ๐ ) + ๐
๐1
๐2 (๐ฅ1 , ๐ฅ2 , ๐ฅ3 , โฆ , ๐ฅ๐ )๐ = ๐2 (๐ฅฬ1 , ๐ฅฬ2 , ๐ฅฬ3 , โฆ , ๐ฅฬ๐ )๐ + (๐ฅ1 โ ๐ฅฬ1 ) + โฏ +
๐๐2 (๐ฅฬ1 , ๐ฅฬ2 , ๐ฅฬ3 , โฆ , ๐ฅฬ๐ )๐ (๐ฅ๐ โ ๐ฅฬ๐ ) + ๐
๐2 ๐๐ฅ๐
๐3 (๐ฅ1 , ๐ฅ2 , ๐ฅ3 , โฆ , ๐ฅ๐ )๐ = ๐3 (๐ฅฬ1 , ๐ฅฬ2 , ๐ฅฬ3 , โฆ , ๐ฅฬ๐ )๐ + (๐ฅ1 โ ๐ฅฬ1 ) + โฏ +
๐๐2 (๐ฅฬ1 , ๐ฅฬ2 , ๐ฅฬ3 , โฆ , ๐ฅฬ๐ )๐ ๐๐ฅ1
๐๐3 (๐ฅฬ , ๐ฅฬ , ๐ฅฬ , โฆ , ๐ฅฬ๐ )๐ ๐๐ฅ1 1 2 3
๐๐3 (๐ฅฬ , ๐ฅฬ , ๐ฅฬ , โฆ , ๐ฅฬ๐ )๐ (๐ฅ๐ โ ๐ฅฬ๐ ) + ๐
๐3 ๐๐ฅ๐ 1 2 3 โฎ
๐๐ (๐ฅ1 , ๐ฅ2 , ๐ฅ3 , โฆ , ๐ฅ๐ )๐ = ๐๐ (๐ฅฬ1 , ๐ฅฬ2 , ๐ฅฬ3 , โฆ , ๐ฅฬ๐ )๐ + (๐ฅ1 โ ๐ฅฬ1 ) + โฏ +
(2. 16) ๐๐๐ (๐ฅฬ , ๐ฅฬ , ๐ฅฬ , โฆ , ๐ฅฬ๐ )๐ ๐๐ฅ1 1 2 3
๐๐๐ (๐ฅฬ , ๐ฅฬ , ๐ฅฬ , โฆ , ๐ฅฬ๐ )๐ (๐ฅ๐ โ ๐ฅฬ2 ) + ๐
๐๐ ๐๐ฅ๐ 1 2 3
Karena nilai ๐
๐1 , ๐
๐2 , ๐
๐3 , โฆ , ๐
๐๐ mendekati 0, maka ๐
๐1 , ๐
๐2 , ๐
๐3 , โฆ , ๐
๐๐ dapat diabaikan. Oleh karena itu, pendekatan linear Sistem (2.8) adalah ๐ฅฬ 1 =
๐๐1 ๐๐1 (๐ฅฬ1 , ๐ฅฬ2 , ๐ฅฬ3 , โฆ , ๐ฅฬ๐ )๐ (๐ฅ1 โ ๐ฅฬ1 ) + (๐ฅฬ , ๐ฅฬ , ๐ฅฬ , โฆ , ๐ฅฬ๐ )๐ ๐๐ฅ1 ๐๐ฅ2 1 2 3
(๐ฅ2 โ ๐ฅฬ2 ) + โฏ +
๐ฅฬ 2 =
๐๐2 ๐๐2 (๐ฅฬ1 , ๐ฅฬ2 , ๐ฅฬ3 , โฆ , ๐ฅฬ๐ )๐ (๐ฅ1 โ ๐ฅฬ1 ) + (๐ฅฬ , ๐ฅฬ , ๐ฅฬ , โฆ , ๐ฅฬ๐ )๐ ๐๐ฅ1 ๐๐ฅ2 1 2 3
(๐ฅ2 โ ๐ฅฬ2 ) + โฏ +
๐ฅฬ 3 =
๐๐1 (๐ฅฬ , ๐ฅฬ , ๐ฅฬ , โฆ , ๐ฅฬ๐ )๐ (๐ฅ๐ โ ๐ฅฬ๐ ) ๐๐ฅ๐ 1 2 3
๐๐2 (๐ฅฬ1 , ๐ฅฬ2 , ๐ฅฬ3 , โฆ , ๐ฅฬ๐ )๐ (๐ฅ๐ โ ๐ฅฬ๐ ) ๐๐ฅ๐
๐๐3 ๐๐3 (๐ฅฬ1 , ๐ฅฬ2 , ๐ฅฬ3 , โฆ , ๐ฅฬ๐ )๐ (๐ฅ1 โ ๐ฅฬ1 ) + (๐ฅฬ1 , ๐ฅฬ2 , ๐ฅฬ3 , โฆ , ๐ฅฬ๐ )๐ ๐๐ฅ1 ๐๐ฅ2 26
(๐ฅ2 โ ๐ฅฬ2 ) + โฏ +
๐๐3 (๐ฅฬ1 , ๐ฅฬ2 , ๐ฅฬ3 , โฆ , ๐ฅฬ๐ )๐ (๐ฅ๐ โ ๐ฅฬ๐ ) ๐๐ฅ๐ โฎ
๐ฅฬ ๐ =
(2. 17)
๐๐๐ ๐๐๐ (๐ฅฬ1 , ๐ฅฬ2 , ๐ฅฬ3 , โฆ , ๐ฅฬ๐ )๐ (๐ฅ1 โ ๐ฅฬ1 ) + (๐ฅฬ1 , ๐ฅฬ2 , ๐ฅฬ3 , โฆ , ๐ฅฬ๐ )๐ ๐๐ฅ1 ๐๐ฅ2 (๐ฅ2 โ ๐ฅฬ2 ) + โฏ +
๐๐๐ (๐ฅฬ1 , ๐ฅฬ2 , ๐ฅฬ3 , โฆ , ๐ฅฬ๐ )๐ (๐ฅ๐ โ ๐ฅฬ๐ ) ๐๐ฅ๐
Apabila Sistem (2.17) diubah dalam bentuk matriks, maka diperoleh ๏ฉ ๏ถf1 T ๏ช ๏ถx ๏จ xห1 , xห2 , xห3 , ๏ , xหn ๏ฉ ๏ฆ x ๏ฉ 1๏น ๏ช 1 ๏ช x๏ฆ ๏บ ๏ช ๏ถf 2 T ๏ช 2 ๏บ ๏ฝ ๏ช ๏ถx ๏จ xห1 , xห2 , xห3 , ๏ , xหn ๏ฉ ๏ช๏๏บ ๏ช 1 ๏ ๏ช ๏บ ๏ช ๏ซ x๏ฆn ๏ป ๏ช ๏ถf n ๏จxห , xห , xห , ๏ , xหn ๏ฉT ๏ช๏ซ ๏ถx1 1 2 3
๏ถf1 ๏จxห1, xห2 , xห3 , ๏ , xหn ๏ฉT ๏ถx2 ๏ถf 2 ๏จxห1, xห2 , xห3 , ๏ , xหn ๏ฉT ๏ถx2 ๏ ๏ถf n ๏จxห1, xห2 , xห3 , ๏ , xหn ๏ฉT ๏ถx2
๏ถf1 ๏จxห1, xห2 , xห3 , ๏ , xหn ๏ฉT ๏น๏บ ๏ถxn ๏บ ๏ฉ ๏จx1 ๏ญ xห1 ๏ฉ ๏น ๏ถf 2 T ๏บ๏ช ๏จxห1, xห2 , xห3 , ๏ , xหn n ๏ฉ ๏บ ๏ช๏จx2 ๏ญ xห2 ๏ฉ๏บ๏บ ๏ ๏ถxn ๏บ ๏บ๏ช ๏ ๏ ๏บ ๏ช๏จ x ๏ญ xห ๏ฉ๏บ ๏ถf n ๏จxห1, xห2 , xห3 , ๏ , xหn ๏ฉT ๏บ ๏ซ n n ๏ป ๏ ๏บ๏ป ๏ถxn
๏
Misalkan ๐ฆ1 = ๐ฅ1 โ ๐ฅฬ1, ๐ฆ2 = ๐ฅ2 โ ๐ฅฬ2 , โฆ , ๐ฆ๐ = ๐ฅ๐ โ ๐ฅฬ๐ , sehingga diperoleh ๏ฉ ๏ถf1 T ๏ช ๏ถx ๏จ xห1 , xห2 , xห3 , ๏ , xหn ๏ฉ ๏ฉ y๏ฆ1 ๏น ๏ช 1 ๏ช y ๏บ ๏ช ๏ถf 2 T ๏ช 2 ๏บ ๏ฝ ๏ช ๏ถx ๏จ xห1 , xห2 , xห3 , ๏ , xหn ๏ฉ ๏ช๏๏บ ๏ช 1 ๏ ๏ช ๏บ ๏ช ๏ซ yn ๏ป ๏ช ๏ถf n ๏จxห , xห , xห , ๏ , xหn ๏ฉT ๏ช๏ซ ๏ถx1 1 2 3
๏ถf1 ๏จxห1, xห2 , xห3 , ๏ , xหn ๏ฉT ๏ถx2 ๏ถf 2 ๏จxห1, xห2 , xห3 , ๏ , xหn ๏ฉT ๏ถx2 ๏ ๏ถf n ๏จxห1, xห2 , xห3 , ๏ , xหn ๏ฉT ๏ถx2
๏ถf1 ๏จxห1, xห2 , xห3 , ๏ , xหn ๏ฉT ๏น๏บ ๏ถxn ๏บ ๏ฉ y1 ๏น ๏ถf 2 T ๏บ๏ช ๏จxห1, xห2 , xห3 , ๏ , xหn n ๏ฉ ๏บ ๏ช y2 ๏บ๏บ (2.18) ๏ ๏ถxn ๏บ๏ช ๏ ๏บ ๏ ๏บ๏ช y ๏บ ๏ถf n T ๏บ๏ซ n ๏ป ห ห ห ห ๏จ ๏ฉ ๏ x1 , x2 , x3 , ๏ , xn n ๏บ๏ป ๏ถxn
๏
Matriks jacobian dari Persamaan (2.18) adalah ๐๐1 (๐ฅฬ , ๐ฅฬ , ๐ฅฬ , โฆ , ๐ฅฬ๐ )๐ ๐๐ฅ1 1 2 3 ๐๐2 (๐ฅ )๐ ๐ฝ = ๐๐ฅ1 ฬ1 , ๐ฅฬ2 , ๐ฅฬ3 , โฆ , ๐ฅฬ๐ โฎ ๐๐๐ (๐ฅฬ , ๐ฅฬ , ๐ฅฬ , โฆ , ๐ฅฬ๐ )๐ [๐๐ฅ1 1 2 3
๐๐1 (๐ฅฬ , ๐ฅฬ , ๐ฅฬ , โฆ , ๐ฅฬ๐ )๐ ๐๐ฅ2 1 2 3 ๐๐2 (๐ฅฬ , ๐ฅฬ , ๐ฅฬ , โฆ , ๐ฅฬ๐ )๐ ๐๐ฅ2 1 2 3 โฎ ๐๐๐ (๐ฅฬ , ๐ฅฬ , ๐ฅฬ , โฆ , ๐ฅฬ๐ )๐ ๐๐ฅ2 1 2 3
๐๐1 (๐ฅฬ , ๐ฅฬ , ๐ฅฬ , โฆ , ๐ฅฬ๐ )๐ ๐๐ฅ๐ 1 2 3 ๐๐2 (๐ฅฬ , ๐ฅฬ , ๐ฅฬ , โฆ , ๐ฅฬ๐ )๐ โฆ ๐๐ฅ๐ 1 2 3 โฎ โฑ ๐๐ ๐ (๐ฅฬ , ๐ฅฬ , ๐ฅฬ , โฆ , ๐ฅฬ๐ )๐ โฆ ๐๐ฅ๐ 1 2 3 ] โฆ
Jika matriks Jacobian ๐ฝ memiliki nilai eigen yang bernilai tidak nol pada bagian realnya, maka sifat kestabilan sistem dapat dilihat dari 27
๐ฬ = ๐ฑ๐
(2. 19)
Persamaan (2.19) disebut hasil linearisasi dari Sistem (2.8).
Definisi 2. 7 (Perko, 2001:102) Titik kesetimbangan ๐ฅฬ โ ๐
๐ disebut titik kesetimbangan hiperbolik dari Sistem (2.8), jika tidak ada bagian real nilai eigen yang bernilai 0. Jika titik kesetimbangan dari sistem mempunyai bagian real nol, maka disebut titik kesetimbangan nonhiperbolik. Contoh 2. 8 Diberikan Sistem persamaan diferensial nonlinear (2.13) seperti pada Contoh (2.6) dS ๏ฝ ๏ญ ๏ซ ๏ข I ๏ญ ๏ก SI ๏ญ ๏ญ S dt dI ๏ฝ ๏ก SI ๏ญ ๏ข I ๏ญ ๏ญ I dt
Sistem
(2.13)
mempunyai
dua
titik
kesetimbangan
yaitu
๏จ 0,1๏ฉ
T
dan
๏ข ๏ซ๏ญ ๏ถ ๏ฆ๏ข ๏ซ๏ญ . ,1 ๏ญ ๏ง ๏ก ๏ท๏ธ ๏จ ๏ก T
Matriks jacobian dari Sistem (2.13) sebagai berikut ๏ฉ ๏ถ ( ๏ญ ๏ซ ๏ข I ๏ญ ๏ก SI ๏ญ ๏ญ S ) ๏ช ๏ถS Jf ๏ฝ ๏ช ๏ช ๏ถ (๏ก SI ๏ญ ๏ข I ๏ญ ๏ญ I ) ๏ช๏ซ ๏ถS
๏ข ๏ญ๏กS ๏น ๏ฉ ๏ญ๏ก I ๏ญ ๏ญ ๏ฝ๏ช ๏ก S ๏ญ ๏ข ๏ญ ๏ญ ๏บ๏ป ๏ซ ๏กI Untuk ๐ธ1 (๐ฬ, ๐ผฬ) = (1,0)๐ 28
๏ถ ( ๏ญ ๏ซ ๏ข I ๏ญ ๏ก SI ๏ญ ๏ญ S ) ๏น ๏บ ๏ถI ๏บ ๏ถ (๏ก SI ๏ญ ๏ข I ๏ญ ๏ญ I ) ๏บ ๏บ๏ป ๏ถI
๏ข ๏ญ๏ก ๏น ๏ฉ๏ญ๏ญ Jf (1, 0)T ๏ฝ ๏ช ๏บ ๏ซ 0 ๏ก ๏ญ ๏ข ๏ญ ๏ญ๏ป Nilai eigen dari ๐ฝ๐(1,0)๐ diperoleh
๏ญ๏ญ ๏ญ ๏ฌ
๏ญ๏ข ๏ซ ๏ก
0
๏ก ๏ญ๏ข ๏ญ๏ญ ๏ญ๏ฌ
๏ฝ0
๏จ ๏ญ๏ญ ๏ญ ๏ฌ ๏ฉ๏จ๏ก ๏ญ ๏ข ๏ญ ๏ญ ๏ญ ๏ฌ ๏ฉ ๏ฝ 0 ๏ฌ1 ๏ฝ ๏ญ dan ๏ฌ2 ๏ฝ ๏ข ๏ซ ๏ญ ๏ญ ๏ก Karena nilai eigen untuk Sistem (2.8) real dan tidak nol, sehingga titik kesetimbangan ๐ธ1 (๐ฬ, ๐ผฬ) = (1,0)๐ adalah titik kesetimbangan hiperbolik.
๏ข ๏ซ๏ญ ๏ถ ๏ฆ๏ข ๏ซ๏ญ Untuk ๐ธ2 (๐ฬ, ๐ผฬ) = ๏ง ,1 ๏ญ ๏ก ๏ท๏ธ ๏จ ๏ก
T
๏ข ๏ญ๏ก S ๏น ๏ฉ ๏ญ๏ก I ๏ญ ๏ญ J ๏ฝ๏ช ๏ก S ๏ญ ๏ข ๏ญ ๏ญ ๏บ๏ป ๏ซ ๏กI ๏ฉ ๏ข ๏ซ๏ญ ๏ฆ๏ข ๏ซ๏ญ ๏ถ ๏น ๏ข ๏ญ๏ก ๏ง ๏ท ๏บ ๏ช ๏ญ๏ก (1 ๏ญ ๏ก ) ๏ญ ๏ญ ๏จ ๏ก ๏ธ ๏บ ๏ช ๏ฝ ๏ช ๏บ ๏ข ๏ซ๏ญ ๏ฆ๏ข ๏ซ๏ญ ๏ถ ) ๏ก๏ง ๏ช ๏ก (1 ๏ญ ๏ท ๏ญ ๏ข ๏ญ ๏ญ๏บ ๏ก ๏จ ๏ก ๏ธ ๏ซ ๏ป
๏ฉ ๏ญ๏ก ๏ซ ๏ข ๏ซ ๏ญ ๏ญ ๏ญ ๏ข ๏ญ ๏ข ๏ญ ๏ญ ๏น ๏ฝ๏ช ๏บ 0 ๏ซ ๏ก ๏ญ๏ข ๏ญ๏ญ ๏ป ๏ข ๏ญ ๏ข ๏ญ ๏ญ๏น ๏ฉ ๏ญ๏ก ๏ซ ๏ข ๏ฝ๏ช ๏บ 0 ๏ซ๏ก ๏ญ ๏ข ๏ญ ๏ญ ๏ป
๏ข ๏ซ๏ญ ๏ถ ๏ฆ๏ข ๏ซ๏ญ Nilai eigen dari ๐ฝ๐ ๏ง diperoleh ,1 ๏ญ ๏ก ๏ท๏ธ ๏จ ๏ก T
๏ญ๏ก ๏ซ ๏ข ๏ญ ๏ฌ
๏ข ๏ซ ๏ญ ๏ญ๏ก
29
๏ญ ๏ฝ0 ๏ญ๏ฌ
๏จ ๏ญ๏ก ๏ซ ๏ข ๏ญ ๏ฌ ๏ฉ๏จ ๏ญ๏ฌ ๏ฉ ๏ญ ๏ญ (๏ข ๏ซ ๏ญ ๏ญ ๏ก ) ๏ฝ 0 ๏ฌ 2 ๏ญ ๏ข๏ฌ ๏ซ ๏ก๏ฌ ๏ญ ๏ญ๏ข ๏ญ ๏ญ 2 ๏ซ ๏ญ๏ก ๏ฝ 0 (๏ฌ ๏ญ ๏ข ๏ซ ๏ก ๏ญ ๏ญ )(๏ฌ ๏ซ ๏ญ ) ๏ฝ 0
๏ฌ1 ๏ฝ ๏ข ๏ญ ๏ก ๏ซ ๏ญ ๏ ๏ฌ2 ๏ฝ ๏ญ๏ญ Tidak terdapat bagian real nilai eigen yang bernilai nol maka titik kesetimbangan
๏ข ๏ซ๏ญ ๏ถ ๏ฆ๏ข ๏ซ๏ญ ๐ธ2 (๐ฬ, ๐ผฬ) = ๏ง adalah titik kesetimbangan hiperbolik. ,1 ๏ญ ๏ก ๏ท๏ธ ๏จ ๏ก T
I.
Analisis Kestabilan Analisis kestabilan dilakukan untuk mengetahui apakah suatu penyakit
menyebar atau menghilang dari suatu populasi, sehingga dapat dilakukan tindakan lebih lanjut. Definisi 2. 8 (Olsder and Woude, 2004: 57) Diberikan sistem persaman diferensial orde satu ๐ฬ = ๐(๐) dan ๐(๐, ๐๐ ) adalah solusi persamaan ๐ฬ = ๐(๐) pada saat t dengan nilai awal ๐(๐) = ๐๐ . (i)
Titik kesetimbangan ๐ฅฬ dikatakan stabil jika diberikan ๐ > 0, terdapat ๐ฟ(๐) > 0 sedemikian sehingga jika โ๐ฅ0 โ ๐ฅฬโ < ๐ฟ (dengan โ. โ adalah norm pada โ๐ ), maka โ๐ฅ(๐ก, ๐ฅ0 ) โ ๐ฅฬโ < ๐ untuk ๐ก โฅ 0.
(ii)
Titik
kesetimbangan
๐ฅฬ
kesetimbangannya stabil
dikatakan dan terdapat
stabil
asimtotik
jika
titik
๐ฟ1 > 0 sedemikian shingga
lim โ๐ฅ(๐ก, ๐ฅ0 ) โ ๐ฅฬโ = 0 , asalkan โ๐ฅ0 โ ๐ฅฬโ < ๐ฟ1 .
๐โโ
(iii) Titik kesetimbangan ๐ฅฬ dikatakan tidak stabil jika titik kesetimbangan tersebut tidak memenuhi (i). 30
Definisi (2.8) disimulasikan pada Gambar 2.3.
stabil
stabil asimtotik
tidak stabil
Gambar 2.3 Ilustrasi Kestabilan Diberikan penjelasan mengenai sifat kestabilan suatu sistem yang dilihat dari nilai eigen untuk mempermudah dalam menganalisis kestabilan di sekitar titik kesetimbangan. Penjelasan tersebut dijelaskan dalam Teorema 2.2 berikut, Teorema 2.2 (Olsder and Woude, 2004: 58) Diberikan sistem persamaan diferensial ๐ฬ = ๐จ๐, dengan ๐จ suatu matriks n๏ดn yang mempunyai ๐ nilai eigen berbeda ๏ฌ๐ , ๏ฌ๐ , โฆ , ๏ฌ๐ dengan ๐ โค ๐. ฬ = ๐ dikatakan stabil asimtotik jika dan hanya jika (i) Titik kesetimbangan ๐
๏ ๏๐ ( ๏ฌ๐ ) < ๐ untuk setiap ๐ = ๐, ๐, โฆ , ๐. ฬ = ๐ dikatakan stabil jika dan hanya jika ๏ ๏๐ (๏ฌ๐ ) โค ๐ (ii) Titik kesetimbangan ๐ untuk setiap ๐ = ๐, ๐, โฆ , ๐ dan jika setiap nilai eigen ๏ฌ๐ imajiner dengan dengan ๏ ๏๐ ( ๏ฌ๐ ) = ๐, maka multiplisitas aljabar dan geometri untuk nilai eigen harus sama. ฬ = ๐ dikatakan tidak stabil jika dan hanya jika (iii) Titik kesetimbangan ๐
๏ ๏๐ (๏ฌ๐ ) > ๐ untuk setiap ๐ = ๐, ๐, โฆ , ๐. Bukti :
31
(i) Akan dibuktikan bahwa jika titik kesetimbangan ๐ฅฬ = 0 stabil asimtotik, maka โ๐ ๐ฆ๐ < 0 untuk setiap ๐ = 1, 2, . . . , ๐.. (๏) Berdasarkan definisi (2.10), titik kesetimbangan ๐ฅฬ = 0 dikatakan stabil asimtotik jika lim โ๐ฅ(๐ก, ๐ฅ0 ) โ ๐ฅฬโ. Hal ini berarti bahwa untuk ๐ก โ โ, ๐ฅ(๐ก, ๐ฅ0 ) ๐กโโ
akan menuju ๐ฅฬ = 0. Karena ๐ฅ(๐ก, ๐ฅ0 ) merupakan solusi dari sistem persamaan diferensial, maka ๐ฅ(๐ก, ๐ฅ0 ) memuat ๐ โ๐(๐ฆ๐ )๐ก . Artinya, agar ๐ โ๐(๐ฆ๐ )๐ก menuju ๐ฅฬ = 0, maka ๐ฆ haruslah bernilai negatif. (๏) Akan dibuktikan bahwa jika โ๐( ๐ฆ๐ ) < 0 untuk setiap = 1, 2, . . . , ๐ , maka titik kesetimbangan ๐ฅฬ = 0 stabil asimtotik. ๐ฅ(๐ก, ๐ฅ0 ) merupakan solusi dari sistem persamaan diferensial, maka ๐ฅ(๐ก, ๐ฅ0 ) selalu memuat ๐ โ๐(๐ฆ๐ )๐ก . Jika โ๐ (๐ฆ๐ ) < 0, maka untuk ๐ก โ โ, ๐ฅ(๐ก, ๐ฅ0 ) akan menuju ๐ฅฬ = 0. Berdasarkan definisi (2.10), titik kesetimbangan ๐ฅฬ = 0 stabil asimtotik. (ii)
Akan dibuktikan bahwa jika titik kesetimbangan ๐ฅฬ = 0 stabil, maka โ๐ ๐ฆ๐ โค 0 untuk setiap ๐ = 1, 2, . . . , ๐. (๏) Andaikan โ๐( ๐ฆ๐ ) > 0, maka solusi persamaan diferensial ๐ฅ(๐ก, ๐ฅ0 ) yang
selalu memuat ๐ โ๐(๐ฆ๐ )๐ก akan menuju โ (menjauh dari titik kesetimbangan ๐ฅฬ
= 0) untuk ๐ก โ โ, sehingga sistem tidak stabil. Hal ini sesuai dengan kontraposisi pernyataan jika titik kesetimbangan ๐ฅฬ
= 0 stabil, maka โ๐ ๐ฆ๐ โค 0 untuk setiap
32
๐ = 1, 2, . . . , ๐. Jadi terbukti bahwa jika titik kesetimbangan ๐ฅฬ
= 0 stabil, maka โ๐ ๐ฆ๐ โค 0 untuk setiap = 1, 2, . . . , ๐ . (๏) Akan dibuktikan bahwa jika โ๐ (๐ฆ๐ ) โค 0 untuk setiap ๐ = 1, 2, . . . , ๐, maka titik kesetimbangan ๐ฅฬ = 0 stabil dan jika ada โ๐(๐ฆ๐ ) = 0 , maka multiplisitas aljabar dan geometri untuk nilai eigen harus sama. ๐ฅ(๐ก, ๐ฅ0 ) merupakan solusi dari sistem
persamaan
diferensial,
maka
๐ฅ(๐ก, ๐ฅ0 ) selalu
memuat
๐ โ๐(๐ฆ๐ )๐ก .
Jika โ๐ (๐ฆ๐ ) < 0 , maka titik kesetimbangan ๐ฅฬ = 0 stabil asimtotik (pasti stabil). Jika โ๐ (๐ฆ๐ ) = 0, maka nilai eigen berupa bilangan kompleks murni. Multiplisitas aljabar berhubungan dengan nilai eigen sedangkan geometri berhubungan dengan vektor eigen (Luenberger,1979:85). Akan dibuktikan bahwa banyak nilai eigen dan vektor eigen adalah sama. Ambil sebarang sistem pada ๐
2 yang mempunyai nilai eigen bilangan kompleks murni. Diambil sistem sebagai berikut ๐ฆฬ 0 โ๐ ๐ฆ1 [ 1] = [ ] [ ], dengan ๐ > 0, ๐ > 0 ๐ฆ2ฬ ๐ 0 ๐ฆ2 a. Akan ditentukan nilai eigen dari sistem (2.19) |๐ด โ ๏ฌ๐ผ| = 0
|[
0 โ๐ ๏ฌ 0 ]โ[ ]| = 0 ๐ 0 0 ๏ฌ โ๏ฌ [ ๐
Diperoleh persamaan karakteristik 33
โ๐ ]=0 โ๏ฌ
(2.19)
๏ฌ2 + ๐๐ = 0
(2.20)
Akar dari Persamaan (2.20) adalah
๏ฌ1,2 =
ยฑโโ4๐๐ ยฑ2๐ โ๐๐ = = ยฑ๐โ๐๐ 2 2
๏ฌ1 = ๐ โ๐๐ atau ๏ฌ2 = โ๐ โ๐๐ b. Vektor Eigen Berdasarkan definisi, ๏ฌ = (๏ฌ1 , ๏ฌ2 ) ๐ adalah vektor eigen dari A yang bersesuaian dengan ๐ฆ jika dan hanya jika ๐ฆ adalah pemecahan trivial dari (๐ด โ ๏ฌ๐ผ)๐ฆ = 0 [
0 โ๏ฌ โ๐ ๐ฆ1 ] [๐ฆ ] = [ ] 0 ๐ โ๏ฌ 2
(2.21)
Untuk ๏ฌ1 = ๐ โ๐๐ maka Persamaan (2.21) menjadi
[
โ๐โ๐๐ ๐
๐ฆ1 โ๐ 0 ] [๐ฆ ] = [ ] 0 โ๐ โ๐๐ 2
(2.22)
Matriks augmented dari sistem (2.22) yaitu
[
โ๐ โ๐๐ ๐
1 โบ[ ๐
1 โ๐ 0 | ] baris pertama dikali dengan (๐๐ ๐ โ๐๐ ) โ๐ โ๐๐ 0
๐
โ๐๐ 0 | ] โ๐โ๐๐ 0 ๐
1
baris kedua dikali dengan (๐ ) kemudian dikurangi dengan baris pertama
โบ [1 0
๐ ๐
โ๐๐ | 0] 0 0 34
diperoleh
๐ฆ1 +
๐ โ๐๐ ๐ฆ2 = 0 ๐
๐ฆ1 = โ
misal ๐ฆ2 = ๐ก , maka ๐ฆ1 = โ
๐โ๐๐ ๐
๐ โ๐๐ ๐ฆ2 ๐
๐ก
๐โ๐๐ ๐ โ๐๐ ๐ฆ1 ๐ฆ1 [๐ฆ ] = [โ ๐ ๐ก], diambil t=-1 diperoleh [๐ฆ ] = [โ ๐ ๐ก] 2 2 ๐ก โ1
Oleh karena itu, vektor eigen yang bersesuaian dengan ๐ฆ2 = โ๐โ๐๐ adalah ๐ โ๐๐ ๐ = [โ ๐ ๐ก ] โ1 (iii) Akan dibuktikan bahwa jika titik kesetimbangan ๐ฅฬ = 0 tidak stabil, maka โ๐ ๐ฆ๐ > 0 untuk setiap ๐ = 1, 2, . . . , ๐ (๏) Titik kesetimbangan tidak stabil, jika untuk ๐ก โ โ solusi persamaan differensial ๐ฅ(๐ก, ๐ฅ0 ) akan menuju โ. Hal ini dapat terpenuhi jika โ๐ ๐ฆ๐ > 0. (๏) Diketahui bahwa jika โ๐ ๐ฆ๐ > 0 maka solusi persamaan differensial ๐ฅ(๐ก, ๐ฅ0 ) yang memuat ๐ โ๐(๐ฆ๐ )๐ก akan menuju โ. Oleh karena itu, titik kesetimbangan ๐ฅฬ = 0 tidak stabil. Disimpulkan bahwa linearisasi digunakan untuk mengetahui kestabilan Sitem (2.8), agar Sistem (2.8) menjadi sistem linear ๐ฅฬ = ๐ด๐ฅ dimana ๐ด = ๐ฝ(๐(๐ฅฬ)) adalah matriks Jacobian. Titik kesetimbangan ๐ฅฬ ๐ ๐
๐ dikatakan 35
stabil asimtotik lokal jika semua nilai eigen matriks Jacobian mempunyai bagian real negatif. J.
Bilangan Reproduksi Dasar Bilangan reproduksi dasar adalah bilangan yang menyatakan banyaknya
rata-rata individu infektif sekunder akibat tertular individu infektif primer yang berlangsung di dalam populasi susceptible. Bilangan repdroduksi dasar merupakan parameter penentu kestabilan dari titik-titik kesetimbangan model, dan dinotasikan dengan lambang ๐
0 . Titik kritis ๐
0 berkisar 1, jika ๐
0 < 1 maka rata-rata populasi yang terifeksi berkurang atau menghilang dari populasi atau infeksi tersebut akan berkurang atau menghilang dari populasi. Jika ๐
0 > 1, maka infeksi akan membesar atau meningkat pada suatu populasi. Bilangan reproduksi dasar dapat diperoleh dengan menentukan nilai eigen dari matriks jacobian pada titik kesetimbangan bebas penyakit. Cara lain dalam menentukan bilangan reproduksi dasar adalah dengan menggunakan metode matriks next generation. Pada metode matriks next generation ๐
0 didefinisikan sebagai nilai eigen terbesar dari matriks next generation. Formasi ini terdiri dari 2 kelas dari model yaitu terinfeksi dan tidak terinfeksi. Diasumsikan terdapat ๐ kelas tidak terinfeksi dan ๐ kelas terinfeksi. Selanjutnya dimisalkan ๐ฅ sebagai subpoulasi kelas terinfeksi dan ๐ฆ sebagai subpopulasi yang tidak terinfeksi , dan ๐ฅ โ ๐
๐ dan ๐ฆ โ ๐
๐ , untuk ๐, ๐ โ ๐ , sehingga ๐ฬ = ๐๐ (๐, ๐) โ ๏น๐ (๐, ๐), dengan i=1,2,โฆ, m
36
(2. 23)
๐ฆฬ = ๏น๐ (๐ฅ, ๐ฆ), dengan j=1,2,โฆ, n
(2.24)
dengan ๐๐ adalah matriks dari individu yang masuk dan menambah banyaknya individu yang masuk ke kelas terinfeksi, dan ๏น๐ adalah matriks dari laju peningkatan jumlah individu yang keluar dari kelas terinfeksi yang menyebabkan berkurangnya jumlah individu pada kelas terinfeksi. Didefinisikan matriks next generation H dari Persamaan (2.23) dan (2.24) adalah ๐ป = ๐๐
โ1
(2.25)
dengan ๐={
๐๐๐ } ๐, ๐ = 1,2, โฆ , ๐ ๐๐ฅ๐
dan ๐
= {
๐ ๏น๐ } ๐๐ฅ๐
๐, ๐ = 1,2, โฆ , ๐
Didefinisikan bilangan reproduksi dasar sebagai nilai eigen terbesar dari matiks next generation H adalah ๐
0 = ๐(๐ป) = ๐ (๐๐
โ1 ). Contoh 2. 9 Diberikan sistem persamaan diferensial berikut
dS (t ) ๏ฝ ๏ญ ๏ซ ๏ขI (t ) ๏ญ ๏กS (t ) I (t ) ๏ญ ๏ญS (t ) dt dI (t ) ๏ฝ ๏กS (t ) I (t ) ๏ญ ๏ขI (t ) ๏ญ ๏ญI (t ) dt
37
(2.26)
dengan ๐(๐ก) menyatakan populasi individu rentan pada saat ๐ก, ๐ผ(๐ก) menyatakan populasi individu terinfeksi pada saat t. Sistem (2.26) mempunyai titik kesetimbangan bebas penyakit ๐0 = (1,0). Matriks next generation dapat diperoleh dari kelas ๐ผ, sehingga kelas ๐ผ dapat dituliskan sebagai berikut ๐ผ(๐ก) = ๐ (๐, ๐ผ) โ ๏น (๐, ๐ผ) dengan ๐ = [๐ผ๐(๐ก)๐ผ(๐ก)] dan ๏น = [๐ฝ๐ผ(๐ก) + ๐๐ผ(๐ก) ]. Hasil linearisasi dari ๐ dan ๏น masing-masing adalah ๐ = ๐ผ๐ฬ(๐ก) dan ๐
= ๐ฝ + ๐ . Matriks next generationnya sebagai berikut 1
๐ผ๐ฬ(๐ก)
๐ป = ๐๐
โ1 = [๐ผ๐ฬ(๐ก)] [๐ฝ+ ๐] = [ ๐ฝ+ ๐ ]
(2.27)
Subtitusikan titik kesetimbangan bebas penyakit ๐0 = (1,0)๐ ke Persamaan (2.27) diperoleh ๐ป= [
๐ผ ] ๐ฝ+ ๐
maka diperoleh nilai ๐
0 dari Sistem (2.27) adalah ๐
0 =
K.
๐ผ . ๐ฝ+ ๐
Rumus Akar Kuadrat Persamaan kuadrat adalah persamaan plinomial orde dua. Bentuk umum
persamaan kuadrat adalah ๐๐ฅ 2 + ๐๐ฅ + ๐ = 0
38
dengan ๐ โ 0. Rumus akar kuadrat digunakan untuk menghitung akar-akar persamaan kuadrat yang bergantung pada nilai a,b,c pade suatu persamaan kuadrat. Rumus yang dimaksud memiliki bentuk
๐ฅ=
โ๐ ยฑ โ๐ 2 โ 4๐๐ 2๐
Bukti:
ax 2 ๏ซ bx ๏ซ c ๏ฝ 0 ax 2 ๏ซ bx ๏ฝ ๏ญc x2 ๏ซ x2 ๏ซ
b c x๏ฝ๏ญ a a 2
2
2
2
b c ๏ฆ b ๏ถ ๏ฆ b ๏ถ x๏ซ๏ง ๏ท ๏ฝ ๏ญ ๏ซ๏ง ๏ท a a ๏จ 2a ๏ธ ๏จ 2a ๏ธ b ๏ถ c ๏ฆ b ๏ถ ๏ฆ ๏งx๏ซ ๏ท ๏ฝ ๏ญ ๏ซ๏ง ๏ท 2a ๏ธ a ๏จ 2a ๏ธ ๏จ 2
b ๏ถ 4ac b 2 ๏ฆ x ๏ซ ๏ฝ ๏ญ ๏ซ ๏ง ๏ท 2a ๏ธ 4a 2 4a 2 ๏จ b ๏ถ b 2 ๏ญ 4ac ๏ฆ x ๏ซ ๏ง ๏ท ๏ฝ 2a ๏ธ 4a 2 ๏จ 2
b b 2 ๏ญ 4ac x๏ซ ๏ฝ๏ฑ 2a 4a 2 x๏ฝ๏ญ
39
b b 2 ๏ญ 4ac ๏ฑ 2a 4a 2