8
BAB II LANDASAN TEORI
A.Pengertian Piutang 1.Definisi Piutang Indriyo Gitosudarmo dalam Parlindungan Dongoran (2009), piutang adalah aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul dari adanya praktek penjualan kredit.Dari pengertian diatas maka piutang adalah aktiva yang dimiliki perusahaan yang timbul dari adanya penjualan kredit. Piutang merupakan harta perusahaan atau koperasi yang timbul karena terjadinya transaksi penjualan secara kredit atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Menurut Rusdi Akbar (2004:199) menyatakan bahwa pengertian piutang meliputi semua hak atau klaim perusahaan pada organisasi lain untuk menerima sejumlah kas, barang, atau jasa di masa yang akan datang sebagai akibat kejadian pada masa yang lalu. Maka dari itu piutang adalah sebuah penjualan yang dilakukan secara kredit untuk pelanggan, yang dimana setelah itu perusahaan harus melakukan tagihan kepada pihak lain yang telah di berikan penjualan secara kredit oleh perusahaan.
8
9
2.Klasifikasi Piutang Piutang merupakan aktiva lancar yang diharapkan dapat dikonversi menjadi kas dalam waktu satu tahun atau dalam satu periode akuntansi.Piutang pada umumnya timbul dari hasil usaha pokok perusahaan.Namun selain itu, piutang juga dapat ditimbulkan dari adanya usaha dari luar kegiatan pokok perusahaan. Warren Reeve dan Fess mengklasifikasikan piutang kedalam tiga kategori yaitu piutang usaha, wesel, tagih, dan piutang lain-lain sebagai berikut : 1. Piutang Usaha Piutang usaha timbul dari penjualan secara kredit agar dapat menjual lebih banyak produk atau jasa kepada pelanggan.Transaksi paling umum yang menciptakan piutang usaha adalah penjualan barang dan jasa secara kredit.Piutang tersebut dicatat dengan mendebit akun piutang usaha. Piutang usaha semacam ini normalnya diperkirakan akan tertagih dalam periode waktu yang relative pendek, seperti 30 atau 60 hari. Piutang usaha diklasifikasikan di neraca sebagai aktiva lancar. 2.Wesel Tagih Wesel tagih adalah jumlah yang terutang bagi pelanggan di saat perusahaan telah menerbitkan surat utang formal. Sepanjang wesel tagih diperkirakan akan tertagih dalam setahun. Maka biasanya diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar.Wesel biasanya digunakan untuk periode kredit lebih dari 60 hari.Wesel bisa digunakan untuk menyelesaikan piutang usaha
10
pelanggan.Bila wesel tagih dan piutang usaha berasal dari transaksi penjualan maka hal itu kadang-kadang disebut piutang dagang (trade receivable). 3. Piutang lain-lain Piutang lain-lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Jika piutang ini diharapkan akan tertagih dalam satu tahun, maka piutang tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Jika penagihannya lebih dari satu tahun maka piutang ini diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar dan dilaporkan dibawah judul investasi. Piutang lain-lain (other receivable) meliputi piutang bunga, piutang pajak, dan piutang dari pejabat atau karyawan perusahaan.
3. Peranan dan Arti Penting Piutang a. Peranan Piutang Piutang (receivables) merupakan elemen modal kerja yang juga selalu dalam keadaan berputar secara terus menerus dalam rantai perputaran modal kerja, yaitu :
Kas
Barang
Piutang
Kas
Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa elemen piutang mempunyai tingkat likuiditas yang tidak selikuid elemen kas, karena untuk menjadikan piutang dalam bentuk uang tunai memerlukan waktu yang tergantung dari
syarat
kredit
yang
diberikan
oleh
perusahaan
dan
kelancaran
pengembaliannya. Oleh karena itu semakin besar nilai elemen piutang semakin besar pula resiko yang timbul. Disamping itu, dana yang tertanam di dalamnya
11
semakin besar sehingga kebutuhan dana dalam perputaran modal kerja menjadi besar pula. b. Arti Penting Piutang Pada umumnya perusahaan melakukan penjulan secara kredit untuk dapat mempertahankan pelanggan yang sudah ada sekarang dan untuk menarik pelanggan baru. Dari penjualan kredit akan menimbulkan penagihan atau piutang kepada pelanggan yang sangat erat hubungannya dengan persyaratan-persyaratan kredit yang diberikan. Karena piutang merupakan salah satu investasi dari aktiva lancar, maka piutang dianggap memiliki waktu perputaran yang cepat dari satu tahun sehingga aktiva ini mudah dicairkan menjadi uang kas. Pos piutang dalam neraca biasanya merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva lancar sehingga memerlukan perhatian yang cukup serius agar perkiraan piutang ini dapat diatur dengan cara yang seefisien mungkin. 4. Akuntansi Piutang Pengertian akuntansi piutang adalah sistem dan prosuder pencatatan piutang yang dilakukan oleh setiap perusahaan. Menurut Mulyadi (2007 6) pengertian dari sistem dan prosedur adalah Sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola
yang
terpadu
untuk
melaksanakan
kegiatan
pokok
perusahaan.Prosedur adalah suatu urutan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang. Menurut IFRS (International Financial Reporting Standart) praktik akuntansi untuk mengukur pendapatan dan piutang akan berubah. Jika suatu
12
entitas kredit meluas kepada para pelanggan untuk waktu yang panjang, biasanya selama lebih dari enam bulan, PV dari akan lebih rendah daripada jumlah nominal. Oleh karena itu, piut ang dan pendapatan diakui pada nilai PV dan bukan pada jumlah yang disebutkan dalam faktur pilihan pada pelanggan. PV adalah present value (PV) dari jumlah piutang dari pelanggan diskon pada suku bunga di mana pelanggan dapat meminjam dari pasar pada persyaratan dan kondisi yang sama Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa suatu sistem terdiri dari jaringan prosedur yang merupakan urutan kegiatan klerikal. Kegiatan klerikal terdiri dari kegiatan yang dilakukan untuk mencatat informasi dalam formulir, buku jumal dan buku besar yang meliputi : menulis, menggandakan, menghitung, memberi kode, mendaftar, mensortir, memindahkan dan membandingkan. Sistem akuntansi piutang yang dimaksud di sini mencakup prosedur pencatatan piutang.Prosedur piutang merupakan prosedur akuntansi untuk mencatat timbulnya piutang. Menurut Baridwan (2009 : 15) "Untuk pencatatan piutang dapat digunakan 3 cara mengerjakan jurnal dan piutang yaitu metode tangan, metode posting langsung dan metode tanpa buku pembantu". Dalam sistem pencatatan piutang ini dilakukan menurut siklus akuntansi yang biasanya dilakukan yaitu dalam metode jurnal dan posting setelah ada bukti atau dakumen yang sah yang dinyatakan bahwa transaksi itu telah terjadi. Untuk memilih metode jurnal perlu pertimbangan segi frekuensi transaksi, jumlah pegawai dan banyaknya perkiraan buku besar yang diperlukan. Metode jurnal
13
yang diperbolehkan dalam sistem akuntansi untuk pembukuan piutang adalah metode posting langsung ke rekening dan metode tanpa buku pembantu. 1. Metode Posting Langsung Metode posting langsung ke dalam kartu piutang dibagi menjadi 2 (dua) golongan, yaitu : a. Metode posting harian: Posting langsung ke rekening atau surat pernyataan piutang, yang dilakukan dengan membuat surat pernyataan piutang bersama dengan pekerjaan posting ke buku pembantu piutang. Dengar cara infaktur yang diterima diposting ke buku pembantu piutang dan surat pernyataan piutang. Dapat juga dibuat tembusan ketiga yang berfungsi sebagai jurnal. Posting langsung ini dapat dilakukan setiap hari. b. Metode posting periodik : 1. Posting ditunda, metode ini dilakukan sekaligus setelah faktur terkumpul dalam jumlah yang banyak. Faktur penjualan diterima dari bagian penagihan kemudian oleh bagian piutang disimpan sementara menunggu beberapa hari dan pada akhirnya secara sekaligus akan diposting ke dalam kartu piutang bersama-sama dalam sekali periode posting dengan menggunakan, mesin pembukuan. 2. Penagihan bersiklus (cycle billing). Dalam metode ini selama sebulan media disortir dan diarsipkan menurut nama pelanggan. Pada akhir bulan dilakukan kegiatan posting yang meliputi (a) posting media yang dikumpulkan
14
selama sebulan tersebut ke dalam perrlyataan piutang dan kartu piutang dan (b) menghitung dan mencatat saldo setiap kartu piutang.
2. Metode Tanpa Buku Pembantu Metode ini dilakukan dengan menyimpan faktur penjualan dengan nama pelanggan. Dalam hal ini tidak menggunakan buku pembantu piutang sehingga tidak ada pekerjaan posting ke buku pembantu.Simpanan faktur berfungsi sebagai buku pembantu piutang. Dalam melakukan pencatatan piutang anuntansi untuk mencatat transaksi yang menyangkut piutang yaitu seperti yang dijelaskan dibawah ini: a. Jurnal Penjualan b. Jurnal Umum c. Jurnal Penerimaan Kas d. Kartu Piutang e. Buku Tambahan Piutang Piutang yang mungkin tidak dapat ditagih pada periode yang akan datang dijadikan sebagai beban operasi. Menurut Niswonger - Fess - Warren terjemahan Marianus (2005 : 238) "Beban operasi yang timbul karena tidak tertagihnya piutang, disebut beban atau kerugian dari piutang yang tidak dapat ditagih (uncollectible accounts), piutang ragu-ragu (doubtful accounts) atau hutang tidak terbayar (bad debts)". Kutipan di atas memberi pengertian bahwa penaksiran piutang yang tidak tertagih akan lebih akurat jika didasarkan pada umur piutang dan perkiraan piutang yang belum diselesaikan pada tanggal neraca serta kemungkinan dapat
15
terkumpulnya piutang. Piutang yang diperkirakan tidak tertagihnya dapat dihapuskan dengan menggunakan metode penghapusan langsung yang biasa dilaksanakan oleh perusahaaan dan metode penghapusan tak langsung. metode untuk mencatat kerugian piutang tak tertagih adalah sebagai berikut :
1. Metode Langsung (Direct Method), dengan ciri-ciri sebagai berikut : 1. Pada saat jumlah piutang yang tidak tertagih diketahui pasti, jurnalnya : Beban kerugian piutang ..................... xxx Piutang dagang ................... xxx 2. Pada saat piutang yang telah dihapuskan dapat ditagih kembali pada periode yang sama jurnalnya : Piutang dagang .............................xxx Beban kerugian piutang............................... xxx 3. Pada saat piutang yang telah dihapuskan dapat ditagih pada periode berikutnya,jurnalnya : Piutang dagang ........................... xxx Laba ditahan………………………… xxx 2. Metode Tidak Langsung / Metode Cadangan (Indirect / Allowance Method) a. Mencatat kerugian piutang tak tertagih (berdasarkan taksiran) pada periode penjualan terjadinya
piutang
Kerugian Piutang Tak Tertagih Piutang
melalui (D)
ayat
jurnal
penyesuaian
:
Rp xxx
(K) Rp xxx
b. Setiap penghapusan piutang dibebankan ke Cadangan piutang tak tertagih dengan jurnal :
16
Cadangan Piutang Tak Tertagih (D)
Rp xxx
Piutang
(K) Rp xxx
3. Analisis Rasio Untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan analisis keuangan memerlukan tolok ukur.Tolok ukur yang sering dipakai adalah rasio dan indeks.Rasio analisis keuangan meliputi dua jenis perbandingan. Pertama, analisis dapat memperbandingkan rasio sekarang dengan yang lalu dan yang akan datang untuk perusahaan yang sama. Dan juga dapat diperhitungkan berdasarkan laporan keuangan profoma atau proyeksi, dan di perbandingkan dengan rasio sekarang atau masa lalu. Kedua, Perbandingan meliputi perbandingan rasio perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis atau dengan rata- rata industri pada satu titik yang sama (perbandingan eksternal). Rasio dapat di kelompokan kedalam lima kelompok dasar yaitu; 1. Analisis Likuiditas Rasio Lancar = Aktiva lancar / Utang lancar Rasio Cepat = (Aktiva lancar – Persediaan )/ Utang lancar Rasio Kas = ( Kas + Sekuritas yang dapat dipasarkan)/Utang lancar 2. Analisis Leverage Rasio utang = Total utang/Total aktiva Rasio Utang terhadap Ekuitas (DER) = Total Utang/Total Ekuitas Rasio Laba terhadap Beban Bunga (TIE) = EBIT/Beban bunga
17
3. Analisis Aktivitas Perusahaan Rasio Perputaran Persediaan = Penjualan/Persediaan Periode Penagihan Rata- Rata = Piutan/Penjualan per hari Rasio Perputaran Modal Kerja = Penjualan/ Modal kerja bersih Rasio Perputaran Aktiva Tetap = Penjualan/Aktiva tetap Rasio Perputaran Aktiva Tetap = Penjualan/Total Aktiva 4. Analisis Ketidakmapuaan Perusahaan Margin Laba Kotor = (Penjualan – HPP)/Penjualan Margin Laba Bersih = Laba Bersih /Penjualan Daya Laba Dasar = EBIT/Total Aktiva Hasil Pengembalian atas Total Aktiva (ROA)= Laba Bersih/Total aktiva Hasil Pengembalian Atas Ekuitas (ROE) = Laba Bersih/Ekuitas 5. Analisis Penilaian Pasar Rasio Harga Terhadap Laba (PER) = Harga Saham/Laba Per Saham Rasio Harga Pasar Terhadap Nilai Buku= Harga Pasar/Nilai Buku Per saham
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Investasi Pada Piutang. Menurut Bambang Riyanto dalam Rahmasari (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya investasi dalam piutang adalah : a. Volume Penjualan Kredit Semakin besar volume penjualan kredit dari keseluruhan penjualan semakin besar piutang yang timbul dan semakin besar pula kebutuhan dana yang ditanamkan dalam piutang. Semakin besar jumlah piutang berarti semakin besar pula resiko yang mungkin timbul, disamping akan memperbesar profitabilitas.
18
b. Syarat Pembayaran Kredit Syarat pembayaran kredit dapat bersifat ketat atau bersifat lunak, misalnya 2/10 net 30 yang artinya bahwa pembayaran piutang dilakukan dalam waktu 10 hari sesudah waktu penyerahan barang, maka pembeli akan dapat potongan tunai sebesar 2% dari harga penjualan kredit dan pembayaran selambat-lambatnya dalam waktu 30 hari sesudah waktu penyerahan. c. Ketentuan tentang Pembatasan Kredit Dalam penjualan kredit, perusahaan dapat menetapkan batas minimal atau maksimal atau plafond yang dtetapkan masing-masing langganan.Demikian pula ketentuan mengenai siapa yang dapat diberi kredit. d. Kebijaksanaan dalam Pengumpulan Piutang Perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan pengumpulan piutang secara aktif akan menambah pengeluaran untuk membiayai aktivitas pengumpulan piutang tersebut lebih besardibandingkan dengan perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan pengumpulan piutang secara pasif. e. Kebiasaan membayar dari para langganan Kebiasaan membayar dari para langganan ada yang sebagian menyukai cara menggunakan kesempatan untuk mendapatkan potongan tunai, dan sebagian yang lain ada yang tidak menggunakan kesempatan tersebut. Perbedaan cara pembayaran tersebut tergantung pada jarak penilaian mereka terhadap alternatif mana yang lebih menguntungkan. Misalnya, apabila perusahaan telah menetapkan syarat pembayaran 2/10/net.30, maka para langganan dihadapkan pada dua
19
alternatif, apakah mereka membayar pada hari kesepuluh atau hari yang ketiga puluh sesudah hari diterima. Oleh karena itu penulis menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya piutang adalah semakin besar volume penjualan kredit dari keseluruhan penjualan semakin besar piutang yang timbul dan semakin besar pula kebutuhan dana yang ditanamkan dalam piutang adapun syarat pembayaran kredit dapat bersifat ketat atau bersifat lunak.
5. Resiko Yang Mungkin Timbul Dalam Piutang Dengan penjualan kredit, diharapkan volume penjualan akan lebih besar jika dibandingkan dengan penjualan yang dilakukan secara lebih besar jika dibandingkan dengan penjualan yang dilakukan secara tunai saja. Akan tetapi penjualan kredit sedikit banyak akan menimbulkan resiko tidak dibayarkannya piutang oleh sebagian dari langganan perusahaan. Menurut Mujati Suaidah (2008:8), adapun risiko tersebut diantaranya adalah: a. Resiko Tidak Dibayarkannya Seluruh Jumlah Piutang. Resiko ini adalah resiko yang paling berat yang harus ditanggung oleh perusahaan yang menjual secara kredit, karena tidak dibayarkannya seluruh jumlah piutang, sehingga perusahaan akan menanggung kerugian sebesar jumlah piutang tersebut. Resiko tersebut bisa terjadi bila seorang langganan sengaja menipu, melarikan diri, atau bangkrut usahanya yang menyebabkan piutang tersebut tidak terbayar seluruhnya.
20
b. Resiko Tidak Dibayarkannya Sebagian Piutang. Walaupun piutang telah dibayar sebagian, tetapi hal ini juga menimbulkan kerugian bagi perusahaan, karena kemungkinan sebagian dari piutang tersebut tidak dibayar. c. Resiko Keterlambatan Didalam Melunasi Piutang. Resiko keterlambatan dalam melunasi piutang lebih ringan bila dibandingkan kedua resiko diatas, karena pada akhirnya piutang yang telah diberikan oleh perusahaan akan dibayar oleh pihak debitur. d. Resiko Tertanamnya Modal Dalam Piutang. Apabila perusahaan memberikan piutang maka dengan sendirinya terdapat modal yang tertanam dalam piutang tersebut. Apabila investasi dalam piutang terlalu besar jumlahnya akan mengakibatkan kontinuitas perusahaan. Oleh karena itu sebelum perusahaan memutuskan untuk menyetujui permintaan atau penambahan kredit oleh para langganan, perlu diadakan evaluasi kredit terlebih dahulu. Menurut Wiksuana, Bagus (2001:131) dalam melaksanakan penilaian kredit dapat memperhatikan 5 C, yaitu : a. Character (kepribadian), yaitu aspek ini menggambarkan keinginan atau kemauan para pembeli untuk memenuhi kewajibankewajibannya sesuai dengan persyaratan yang sudah ditetapkan oleh penjual. b. Capacity
(kemampuan),
yaitu
mengambarkan
seseorang langganan untuk memenuhi finansialnya.
kemampuan
kewajiban-kewajiban
21
c. Capital (modal), yaitu menunjukkan kepada kekuatan finansial calon langganan terutama dengan melihat modal sendiri yang dimilikinya. d. Colateral (dominan), yaitu menggambarkan jumlah aktiva yang dijadikan sebagai barang jaminan oleh calon langganan. Hal ini bukanlah merupakan pertimbangan yang sangat penting karena tujuan perusahaan dalam memberikan kredit bukanlah untuk menyita dan kemudian menjual aktiva langganan. e. Condition (kondisi), yaitu menunjukkan kepada keadaan ekonomi secara umum dan pengaruhnya atas kemampuan perusahaan calon langganan dalam memenuhi kewajibankewajibannya. Dari definisi yang dijelaskan di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam melaksanakan kredit harus memenuhi kriteria yaitu character, capacity, capital, colateral, condition. Dari kelima hal tersebut akan menggambarkan keinginan atau kemauan para pembeli untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya sesuai dengan persyaratan yang sudah ditetapkan oleh penjual adalah yang terpenting. 6. Perputaran Piutang Kelancaran penerimaan piutang dan pengukuran baik tidaknya investasi dalam piutang dapat diketahui dari tingkat perputarannya.Perputaran piutang adalah masa-masa penerimaan piutang dari suatu perusahaan selama periode tertentu. Perputaran piutang akan menunjukkan berapa kali piutang yang timbul sampai piutang tersebut dapat tertagih kembali kedalam kas perusahaan.
22
Menurut Bambang riyanto dalam Bramasto, Ari (2008:215), perputaran piutang adalah rasio yang memperlihatkan lamanya waktu untuk mengubah piutang menjadi kas. Putaran piutang dihitung dengan membagi penjualan kredit bersih dengan saldo rata–rata piutang. Piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan mempunyai hubungan erat dengan volume penjualan kredit.Posisi piutang dapat dihitung dengan menggunakan rasio perputaran piutang. Dari para pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa perputaran piutang itu di tentukan oleh dua faktor utama, yaitu penjualan kredit dan rata-rata piutang. Rata-rata piutang dapat diperoleh dengan cara menjumlahkan piutang awal periode dengan piutang akhir periode dibagi dua. Adakalanya angka penjualan kredit untuk suatu periode tertentu tidak dapat diperoleh sehingga yang digunakan sebagai penjualan kredit adalah angka total penjualan. Dari uraian di atas maka perputaran piutang dapat dirumuskan sebagai berikut: =
−
=
−
ℎ
=
365
Perputaran piutang yang tinggi mencerminkan kualitas piutang yang semakin baik.Tinggi rendah perputaran piutang tergantung pada besar kecil modal yang diinvestasikan dalam piutang.Makin cepat perputaran piutang berarti semakin cepat modal kembali.Tingkatperputaran piutang suatu perusahaan dapat
23
menggambarkan tingkat efesiensi modal perusahaan yang ditanamkan dalam piutang, sehingga makin tinggi perputaran piutang berarti makin efesien modal yang digunakan. Selain perputaran piutang yang digunakan sebagai indikator terhadap efesiensi piutang, ada indikator lain yang cukup penting yaitu waktu rata-rata pengumpulan piutang (average collection period). “jangka waktu pengumpulan piutang adalah angka yang menunjukkan waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk menagih piutang”. (Munawir 2004:76) Jumlah hari penjualan dalam piutang memberi tolak ukur mengenai lamanya waktu piutang usaha yang beredar.Semakin besar resiko umur piutang, semakin besar kemungkinan tidak tertagihnya piutang. 7. Hubungan antara perputaran piutang dengan profitabilitas Piutang merupakan salah satu komponen dari aktiva lancar perusahaan. Piutang merupakan aktiva lancar yang paling likuid setelah kas dibandingkan aktiva lancar yang lainnya untuk mengubah piutang menjadi kas memerlukan waktu yang lebih pendek. Semakain lambat dalam melakukan penagihan piutang maka dapat mempengaruhi perputaran piutang yang akan dapat memperkecil cash ratio perusahaan dan akan dapat memperlambat perusahaan dalam memenuhi jangka pendeknya. Selain hal tersebut, pos piutang dalam neraca biasanya merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva lancar dan oleh karena itu perusahaan perlu memberikan perhatian yang cukup serius agar perkiraan piutang ini dapat diatur dengan cara yang seefisien mungkin, sehingga dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan.
24
Senada dengan hal tersebut, Sartono dalam Santoso, Agus (2008:44) mengatakan bahwa kecepatan penerimaan hasil piutang dalam satu periode (perputaran piutang) akan dapat mempengaruhi likuiditas perusahaan karena pertukaran piutang lebih cepat dari yang diharapkan dan seberapa jauh piutang perusahaan bisa dipakai untuk memenuhi jangka pendeknya. Sehingga ketika likuiditas perusahaan terbentuk maka keadaan kondisi aktiva perusahaan akan semakin baik. Membaiknya
kondisi aktiva perusahaan
yang dalam kesempatan ini berfokus pada aktiva lancar yang disebabkan dari adanya piutang, tentu akan memberikan andil yang sangat besar pada seluruh atau sebagian aktivitas perusahaan. Dengan terakomodirnya aktivitas perusahaan maka profitabilitas perusahaan akan meningkat. B. Persediaan 1. Pengertian Persediaan Istilah persediaan atau inventori menunjukan barang-barang yang dimiliki untuk dijual dalam kegiatan normal perusahaan, istilah yang digunakan untuk menunjukkan barang-barang ataupun persediaan yang dimiliki perusahaan tergantung pada jenis usaha perusahaan. Para pakar akuntansi memberikan istilah persediaan secara berbeda-beda: Menurut Standar akuntansi keuangan: “Persediaan adalah: 1. Untuk dijual dalam kegiatan usaha normal 2. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan 3. Dalam bentuk bahan baku atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi pemberian jasa”.
25
Menurut C.Rollin Neswonger And Philip.E.Pross “Persediaan adalah: 1. Barang dagangan yang disimpan untuk dijual dalam operasi normal 2.
Bahan-bahan yang terdapat dalam proses produksi atau yang disimpan untuk digunakan dalam proses produksi”.
2. Klasifikasi Persediaan Istilah persediaan dalam akuntansi ditujukan untuk menyatakan suatu jumlah aktiva berwujud yang memenuhi kriteria (PSAK: Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia No. 14) yang menyatakan bahwa persediaan adalah aktiva: a)Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal. b)Dalam proses produksi dan atau perjalanan atau c)Dalam bentuk bahan (atau perlengkapan) untuk digunakan dalam rangka mendukung proses produksi sampai menjadi barang jadi. Berdasarkan kriteria di atas, persediaan mencakup unsur-unsur sebagai berikut: a) Barang dagangan yaitu barang yang dibeli oleh perusahaan dari pihak lain dalam kondisi sudah siap untuk dijual tanpa melakukan pemrosesan lebih lanjut. Misalnya persediaan pedagang mobil akan terdiri dari mobil,persediaan toko bahan makanan akan terdiri dari sayur, daging, makanan/minuman dalam kaleng, bahan roti dan kue, dan lain-lain. b) Bahan baku adalah barang-barang yang beli oleh perusahaan dalam keadaan harus dikembangkan/diproses lebih lanjut yang akan menjadi
26
bagain utama dari barang jadi. Misalnya untuk memproduksi sepeda maka bahan baku yang dibutuhkan adalah pipa baja. c) Bahan pembantu adalah barang-barang yang beli oleh perusahaan dalam rangka mendukung proses produksi sampai menjadi barang jadi. Misalnya aksesoris perlengkapan sepeda merupakan bahan pembantu bagi pembuatan sepeda. d) Barang dalam proses adalah bahan yang sudah dimasukkan dalam suatu proses produksi tetapi belum selesai diolah, sehingga baru menyerap sebagian
biaya
bahan,
biaya
tenaga
kerja
dan
biaya
pabrik.
Barang dalam proses dapat dilihat ketika anda berkunjung ke sebuah pabrik yang sedang dalam proses produksi, misalnya pipa baja yang sedang diproses dengan mesin agar menjadi bentuk yang diharapkan. e) Barang jadi adalah produk selesai yang dihasilkan dari suatu pengolahan produk dan telah menyerap biaya bahan, biaya tenaga kerja serta biaya pabrik secara tuntas. Misalnya penyelesaian akhir dari sebuah sepeda sehingga menjadi sepeda yang siap untuk dijual. 3. Metode Pencatatan Persediaan Titik berat daripada pencatatan adalah pengawasan dan pengamatan persediaan guna menentyukan persediaan secara fisik. Kalau D. Hartanto ( 2000 : 92) membagi prosedur pencatatan persediaan di dalam dua metode yaitu metode fisik, metode permanen (perpetual).
27
a. Metode fisik (Periodical System) Menurut Zaki Baridwan (2001 : 47) mengartikan metode fisik sebagai berikut metode fisik adalah metode pencatatan persediaan yang
tidak
mengikuti
mutasi
persediaan
sehingga
untuk
mengetahui jumlah persediaan pada suatu saat tertentu dengan menggunakan sistem pencatatan persediaan barang.
Pada metode ini dalam pencatatannya tidak ada hubungan antara transaksi pembelian dengan perkiraan persediaan barang, demikian pula penjualan atau pemakai barang dalam proses produksi. Apakah terjadi pembelian barang, maka dijurnal sebgai berikut : Pembelian ............... Rp. XXX Hutang Dagang ............ Rp. XXX Apabila terjadi penjualan baik tentang barang dagangan maupun hasil produksi maka pencatatan di dalam jurnal, sebagai berikut : Piutang dagang ............. Rp. XXX Penjualan ................ Rp. XXX b. Metode permanen ( Perpectual System ) Dalam metode ini setiap persediaan dibuktikan dalam rekening sendiri-sendiri yang merupakan buku pembantu persediaan. Sedangkan Zaki Baridwan (2001; 84) metode perpetual adalah metode pencatatan persediaan yang mengikuti mutasi persediaan baik kuantitasnya maupun harga pokoknya.
28
Pengertian di atas, maka perincian dalam buku pembantu diawasi rekening kontrol persediaan barang dalam buku besar. Kalau terjadi pembelian barang maka pencatatannya adalah : Persediaan barang dagangan ..... Rp. XXX Hutang dagang ............... Rp. XXX Atau Persediaan barang dagangan ..... Rp. XXX K a s ...................... Rp. XXX Apabila terjadi penjualan atau pemakaian bahan baku adalah 1. Untuk mencatat transaksi penjualan Piutang dagang ........ Rp. XXX Penjualan ................. Rp. XXX 2. Untuk mencatat pembebanan harga pokok penjualan Harga pokok penjualan ....... Rp. XXX Persediaan barang dagangan ........ Rp. XXX 4. Metode Penilain persediaan M. Munandar (2000 : 117) menyatakan bahwa metode penilaian persediaan barang adalah menentukan nilai persediaan yang dicantumkan dalam neraca. Persediaan akhir dihitung harga pokoknya dengan menggunakan beberapa cara pencatatan harga pokok persediaan akhir, metode penilaian adalah : a. Metode harga pokok persediaan b. Metode harga pokok pasar c. Metode harga jual.
29
d. Metode harga pokok. Metode harga pokok persediaan memakai metode, sebagai berikut : a. Metode fifo (first in first out) b. Metode lifo (last in first out) c. Harga rata-rata (average) d. Metode identifikasi khusus a. Metode fifo (first in first out) Metode penerapan harga pokok persediaan bahwa barang-barang yang pertama dibeli juga barang yang pertama dijual dalam metode ini persediaan akhir dinilai dengan harga pokok pembelian yang paling akhir b. Metode lifo (last in first out) Metode penetapan harga pokok persediaan bahwa barang-barang yang paling terakhir dibeli itupula barang yang dijual pertama.Dalam metode ini persediaan akhir dinilai dengan harga pokok pembelian sesuai dengan pencatatan barang persediaan. c. Harga rata-rata (average) Metode ini, penetapan harga pokok persediaan bahwa penerapan harga pokok rata-rata dari barang yang tersedia untuk dijual akan dipergunakan untuk melalui harga pokok barang yang dijual dan yang terdapat dalam persediaan. d. Metode identifikasi khusus Metode penetapan harga pokok untuk barang-barang yang siap dijual masih terdapat dalam persediaan yang didasarkan atas barang-barang yang siap dipasarkan.
30
Soemarso S.R (1998 : 411) menyatakan bahwa persediaan barang dangan (merchandise inventory) adalah barang-barang yang dimiliki perusahaan untuk dijual kembali.
5. Perputaran Persediaan Munawir
dalam
buku
yang
berjudul
“Analisa
Laporan
Keuangan”menyatakan bahwa “Tingkat perputaran persediaan (inventory turnover) adalah merupakan ratio antara jumlah harga pokok barang yang dijual dengan nilai rata-rata persediaan yang dimiliki oleh perusahaan”. (2004:77). Turnover menunjukkan berapa kali jumlah persediaan barang dagangan diganti dalam satu tahun (dijual dan diganti).Untuk mengetahui rata-rata persediaan tersimpan dalam gudang dapat ditentukan dengan membagi jumlah hari-hari dalam satu tahun dengan turnover dari persediaan tersebut.Tingkat perputaran
persediaan
mengukur
perusahaan
dalam
memutar
barang
dagangannya, dan menunjukkkan hubungan antara yang diperlukan untuk menunjang dan mengimbangi tingkat penjualan yang ditentukan. Untuk perusahaan yang kegiatannya tidak hanya membeli dan menjual barang dagangan melainkan juga memproduksi barang maka perusahaan ini pada akhir tahun akan mempunyai persediaan Bahan Mentah, Barang Dalam Proses, dan Barang Jadi. Terhadap persediaan-persediaan ini juga dapat dianalisa dengan prosedur yang sama dengan persediaan barang dagangan. Untuk Barang Jadi maka turnover-nya dapat dihitung dengan cara yang sama pada cara penghitungan turnover persediaan barang dagangan yaitu membagi Harga Pokok Penjualan dengan rata-rata persediaan Barang Jadi.
31
Ada dua masalah yang timbul dalam perhitungan dan analisis rasio perputaran persediaan. Pertama, penjualan dinilai menurut harga pasar ( market price), persediaan dinilai menurut harga pokok penjualan ( at Cost ), maka sebenarnya rasio perputaran persediaan ( at cost ) digunakan untuk mengukur perputaran fisik persediaan. Sedangkan rasio yang dihitung dengan membagi penjualan dengan persediaan mengukur perputaran persediaan dalam kas (Sawir, 2003:15). Rumus perputaran persediaan: Perputaran persediaan(
)=
ℎ
perputaran persediaan(
− )=
6. Hubungan Perputaran persediaan dengan Profitabilitas Menurut Horngren et al (2003:250) adalah sebagai berikut Perputaran persediaan mengukur kecepatan rata-rata persediaan bergerak keluar dari perusahaan. Semakin cepat persediaan dirubah menjadi barang dagang yang nantinya akan dijual oleh perusahaan maka akan semakin tinggi pula tingkat profitabilitas. Semakin tinggi tingkat profitabilitas yang dihasilkan oleh perusahaan maka akan semakin baik bagi kelangsungan hidup perusahaan tersebut. C. Profitabilitas Tingkat profitabilitas yang tinggi pada perusahaan akan meningkatkan daya saing antar perusahaan. Perusahaan yang memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi akan membuka lini atau cabang yang baru serta memperbesar investasi atau membuka investasi baru terkait dengan perusahaan induknya.
32
Tingkat keuntungan yang tinggi menandakan pertumbuhan perusahaan pada masa mendatang .Profitabilitas dinilai sangat penting, karena untuk melangsungkan hidupnya suatu perusahaan haruslah berada dalam keadaan yang menguntungkan atau profitable.Tanpa keuntungan akan sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar. Beberapa pengertian tentang profitabilitas yakni: Menurut Munawir dalam Santoso (2008) “Profitabilitas atau rentabilitas adalah kemampuan perusahaan menghasilkan laba selama periode tertentu”. Menurut G. Sugiyarso dan F. Winarni (2005:118) profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri. Dari definisi ini terlihat jelas bahwa sasaran yang akan dicari adalah laba perusahaan. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa profitabilitasadalah ukuran efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari volume penjualan, total aktiva dan modal sendiri. 1. Jenis Profitabilitas dan Pengukurannya Adapun jenis-jenis profitabilitas dan pengukurannya adalah sebagai berikut: Menurut Sofian Syafri Harahap (2001:304): a .Net Profit Margin Net Profit margin = laba bersih / penjualan bersih Net
Profit
Margin (NPM)
adalah
rasio
yang
digunakan
untuk
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih. Menurut Bastian dan Suhardjono (2006),Net Profit Margin adalah perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Rasio ini sangat penting bagi manajer operasi
33
karena mencerminkan strategi penetapan harga penjualan yang diterapkan perusahaan dan kemampuannya untuk mengendalikan beban usaha. Menurut Weston dan Copeland (1998), semakin besar Net Profit Margin berarti semakin efisien perusahaan tersebut dalam mengeluarkan biaya-biaya sehubungan dengan kegiatan operasinya. b. Retrun on Asset (ROA) ROA = Laba Bersih / Total Aktiva Return on assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Return on assets merupakan perbandingan antara laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Return on assets (ROA) yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi, perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya apabila return on assets yang negatif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan, perusahaan mendapatkan kerugian. Jadi jika suatu perusahaan mempunyai ROA yang tinggi maka perusahaan tersebut berpeluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan. Tetapi jika total aktiva yang digunakan perusahaan tidak memberikan laba maka perusahaan akan mengalami kerugian dan akan menghambat pertumbuhan. c. Return On Equity (ROE) ROE = Laba bersih / Rata-rata modal (equity) Menurut tambunan (2007:179) ROE digunakan untuk mengukur rate of return (tingkat imbalan hasil) ekuitas.Para analis sekuritas dan pemegang saham
34
umumnya sangat memperhatikan rasio ini, semakin tinggi ROE yang dihasilkan perusahaan semakin tinggi harga saham. Menurut harahap (2007:156) ROE digunakan untuk mengukur besarnya pengembalian
terhadap
investasi
para pemegang saham.Angka tersebut
menunjukkan seberapa baik manajemen manfaatkan investasi para pemegang saham.ROE di ukur dalam satuan persen. d. Basic Earning Power Basic Earning Power = Laba sebelum bunga dan pajak / Total aktiva Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba diukur dari jumlah laba sebelum dikurangi bunga dan pajak dibandingkan dengan total aktiva.Semakin besar rasio semakin baik. e. Earning Per Share ( EPS ) Earning Per Share =Laba bagian saham bersangkutan/Jumlah saham Earnings Per Share (EPS) merupakan alat analisis tingkat profitibilitas perusahaan yang menggunakan konsep laba konvensional. EPS adalah salah satu dari dua alat ukur yang sering digunakan untuk mengevaluasi saham biasa disamping PER (Price Earning Ratio) dalam lingkaran keuangan (Fabozzi, 1999: 359). Menurut Dictionary of Accounting (Abdultah, 1994:77)laba bersih per saham adalah Pendapatan bersih perusahaan selama setahun dibagi dengan jumlah rata-rata lembar saham yang beredar, dengan pendapatan bersih tersebut dikurangi dengan saham preferen yang diperhitungkan untuk tahun tersebut. Menurut Baridwan (1992:333), laba bersih per saham adalah Jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap
35
lembar saham yang beredar, dan akan dipakai oleh pimpinan perusahaan untuk menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan. EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya.Laba per lembar saham atau EPS di peroleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah rata – rata saham biasa yang beredar. Menurut Gibson (1996:429) earnings per share adalah rasio yang menunjukan pendapatan yang diperoleh setiap lembar saham. Sedangkan menurut Weygandt et. al.(1996:805-806) dan Elliot dan Elliot (1993:250) earnings per share menilai pendapatan bersih yang diperoleh setiap lembar saham biasa. Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk mendapatkan deviden, jika nilai laba per saham kecil maka kecil pula kemungkinan perusahaan untuk membagikan deviden. Maka dapat dikatakan investor akan lebih meminati saham yang memiliki earnings per share tinggi dibandingkan saham yang memiliki earnings per share rendah. Earnings per share yang rendah cenderung membuat harga saham turun. f. Contribution Margin Contribution Margin = Laba kotor / Penjualan Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan melahirkan laba yang akan menutupi biaya-biaya tetap atau biaya operasi lainnya. Dengan pengetahuan atas rasio ini kita dapat mengontrol pengeluaran untuk biaya tetap atau biaya operasi sehingga perusahaan dapat menikmati laba.
36
g. Rasio Rentabilitas Rasio Rentabilitas = Jumlah laba / Jumlah karyawan Menurut Alex S. Nitisemito (1999 : 78) dalam bukunya ”Pembelanjaan
Perusahaan”
menyatakan
bahwa
rentabilitas
merupakan kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan modal yang digunakan dan dinyatakan dengan persen. Sementara itu, Erwan Dukat (1999 : 3) dalam bukunya ”Alat-alat Analisa Laporan Keuangan” menganggap bahwa rentabilitas adalah
tolak
ukur
keberhasilan
suatu
perusahaan
dalam
mempertahankan kebijaksanaan deviden yang menguntungkan dan mampu menunjukkan kenaikan modal yang stabil dalam waktu bersamaan. Sedangkan singkat dikemukakan oleh D. Hartanto (1998 : 265) dalam bukunya ”Akuntansi Untuk Usahawan” bahwa rentabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba. Ini biasa juga digambarkan dari segi kemampuan karyawan, cabang, aktiva tertentu dalam meraih laba, misalnya: kemampuan karyawan per kepala meraih laba. Rasio ini dapat juga digolongkan sebagai rasio produktivitas. 2. Manfaat Profitabilitas Profitabilitas yang digunakan seabgai criteria penilaian hasil operasi perusahaan mempunyai manfaat yang sangat penting dan dapat dipakai sebgai berikut: 1. Analisis kemampuan menghasilkan laba itunjukan untuk mendeteksi penyebab timbulnya laba atau rugi yang dihasilkan oleh suatu objek informasi dalam periode akuntansi tertentu.
37
2. Profitabilitas dapat dimanfaatkan untuk menggambarkan kriteria yang sangat diperlukan dalam menilai sukses suatu perusahan dalm hal kapabilitas dan motivasi dari manajemen. 3. Profitabilitas merupakan suatu alat untuk membuat proyeksi laba perusahaan karena menggamberkan korelasi antra laba dan jumlah modal yang ditanamkan. Profitabilitas merupakan suatu alat pengendalian bagi manajemen, profitabilitas dapat dimanfaatkan oleh pihak intern untuk menyusun target, budget, koordinasi, evaluasi hasil pelaksanaan operasi perusahaan dan dasar pengambilan keputusan .
D.Penelitian Sebelumnya Sebagai acuan dari penelitian ini dikemukakan hasil-hasil penelitian yang dilaksanakan sebelumnya yaitu: Tabel 2.1 Penelitihan Terdahulu
No 1.
Nama Penelitian (Tahun ) sampel Dewi Sartika
/
Variabel Penelitian
Teknik Analisis
Hasil Penelitian
Independen :
Regresi Linear
- Secara partial ukuran
(2012) / Bank
Ukuran Perusahaan,
Berganda
perusahaan,
Umum Syariah di
Kecukupan
Kecukupan
Indonesia Periode
Modal,Aktiva
Likuiditas
2006-2010
Produktif dan
berpengaruh signifikan
Likuiditas
terhadap ROA sedangkan
Modal
dan
variabel Dependen ;
kucukupan modal tidak
38
Profitabilitas (ROA)
berpengaruh signifikan terhadap ROA -Secara Simultan Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal,Aktiva Produktif Dan Likuiditas berpengaruh terhadap ROA
2.
Keulana Erwin
Independen :
Regresi Linear
- Secara partial
(2013) /
Perputaran Aktiva
Berganda
Perputaran
Perusahaan
Tetap, Perputaran
Persediaan berpengaruh
Otomotif dan
Piutang dan
signifikan
Komponennya
Perputaran
terhadap Profitabilitas
Persediaan
(ROA) sedangkan
Dependen :
Perputaran Aktiva Tetap,
Profitabilitas (ROA)
Perputaran Piutan tidak
Periode 2009 -2011
hanya
berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas (ROA) - Secara Simultan Perputaran Aktiva Tetap, Perputaran Piutang dan perputaran persediaan tidak berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA) 3.
Rosita Alia
Independen :
Regresi Linear
- Secara partial hanya
(2011)/Perusahaan Real
Perputaran Piutang,
Berganda
Perputaran Modal, ROE,
Estate dan
Perputaran
DAR dan DER.
Property Periode
Persediaan
Berpengaruh signifikan
2007-2009
Perputaran
Modal,
terhadap Profitabilitas
ROE, DAR dan
(ROA) sedangkan
DER.
Perputaran Piutang,
Dependen :
Perputaran Persediaan
Profitabilitas
tidak berpengaruh
(ROA)
signifikan terhadap
39
Profitabilitas (ROA) -Secara Simultan Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan Perputaran Modal, ROE, DAR dan DER berpengaruh terhadap ROA.
4.
Seprina Ruleta
Variabel independen
Regresi linier
Menunjukkan bahwa
Sitanggang (2008),
adalah tingkat
berganda
tingkat
“Pengaruh Tingkat
perputaran piutang,
perputaran piutang
Perputaran Piutang
variabel dependen
memiliki
Terhadap Profitabilitas
adalah
Pada PT. Gersik Cipta
Asset (ROA).
Return
On
pengaruh yang tidak signifikan terhadap
Sejahtera Cabang
profitabilitas
Medan.” 5.
Dian Hesti Pratiwi
Variabel independen
Regresi linier
Perputaran persediaan
(2007) “Pengaruh
dalam penelitian
berganda
tidak mempunyai
Perputaran
adalah Perputaran
pengaruh yang signifikan
Persediaan Terhadap
Persediaan , variabel
terhadap rentabilitas
Rentabilitas Ekonomi
dependen adalah
ekonomi.
Pada Perusahaan
Rentabiitas Ekonomi.
Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI 6.
Gunarto (2007), Analisis
Variabel independen
Regresi linier
Tingkat perputaran
Efektivitas “Pengaruh
dalam penelitian
berganda
piutang dan perputaran
Tingkat Perputaran
adalah perputaran
pesediaan memiliki
Piutang dan Perputaran
piutang dan
pengaruh positif dan
Persediaan
perputaran
signifikan terhadap
40
Terhadap Profitabilitas
persediaan,
variabel
pada KPRI cabang
dependen adalah
Semarang.”
rentabilitas ekonomi.
rentabilitas ekonomi.
Sumber : Data diolah tahun 2013
E. Kerangka Pemikiran
1. Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas Piutang merupakan salah satu komponen dari aktiva lancar perusahaan. Piutang merupakan aktiva lancar yang paling likuid setelah kas dibandingkan aktiva lancar yang lainnya untuk mengubah piutang menjadi kas memerlukan waktu yang lebih pendek. Semakain lambat dalam melakukan penagihan piutang maka dapat mempengaruhi perputaran piutang yang akan dapat memperkecil cash ratio perusahaan dan akan dapat memperlambat perusahaan dalam memenuhi jangka pendeknya. Selain hal tersebut, pos piutang dalam neraca biasanya merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva lancar dan oleh karena itu perusahaan perlu memberikan perhatian yang cukup serius agar perkiraan piutang ini dapat diatur dengan cara yang seefisien mungkin, sehingga dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. Senada dengan hal tersebut, Sartono dalam Santoso, Agus (2008:44) mengatakan bahwa kecepatan penerimaan hasil piutang dalam satu periode (perputaran piutang) akan dapat mempengaruhi likuiditas perusahaan karena pertukaran piutang lebih cepat dari yang diharapkan dan seberapa jauh piutang perusahaan bisa dipakai untuk memenuhi jangka pendeknya.
41
Sehingga ketika likuiditas perusahaan terbentuk maka keadaan kondisi aktiva perusahaan akan semakin baik. Membaiknya
kondisi aktiva perusahaan
yang dalam kesempatan ini berfokus pada aktiva lancar yang disebabkan dari adanya piutang, tentu akan memberikan andil yang sangat besar pada seluruh atau sebagian aktivitas perusahaan. Dengan terakomodirnya aktivitas perusahaan maka profitabilitas perusahaan akan meningkat. Piutang adalah pos penting dalam perusahaan karena merupakan bagian aktiva lancar yang likuid dan yang lebih cepat berubah menjadi kas.Tetapi seringkali terjadi penagihan piutang yang tidak tepat pada waktu yang sudah ditetapkan sebelumnya, sementara setiap perusahaan memerlukan aliran kas yang cukup untuk diputar dalam membiayai aktivitas operasional perusahaan seharihari agar perusahaan mampu memperoleh laba yang disebut sebagai profitabilitas.
2. Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap Profitabilitas Sedangakan rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang.Rasio ini merupakan indikasi yang cukup popular untuk menilai efisiensi operasional, yang memperlihatkan seberapa baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada persediaan. Ada dua masalah yang timbul dalam perhitungan dan analisis rasio perputaran persediaan.Pertama, penjualan dinilai menurut harga pasar (market price), persediaan dinilai menurut harga pokok penjualan (at Cost), maka sebenarnya rasio perputaran persediaan (at cost) digunakan untuk mengukur perputaran fisik persediaan.Sedangkan rasio yang dihitung dengan membagi
42
penjualan dengan persediaan mengukur perputaran persediaan dalam kas (Sawir, 2003:15). Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Tingkat profitabilitas yang konsisten akan menjadi tolak ukur bagaimana perusahaan tersebut mampu bertahan dalam bisnisnya dan memperoleh tingkat keuntungan yang memadai dibanding dengan risiko (Prihadi, 2008:51). Sedangkan retrun on asset merupakan salah satu rasio profitabilitas yang dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktivitas yang digunakan.
Variabel Independen
Variabel Dependen
Perputaran Piutang (X1) Return On Asset (Y) Perputaran Persediaan (X2) Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran