BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Telaah Manajemen Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsifungsi manajemen itu. Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Menurut Bennet Silalahi ( 2004 : 2 ) mendefinisikan bahwa : “ Manajemen adalah suatu ilmu karena mengandung prinsip–prinsip, dalil–dalil dan hubungan sebab akibat yang jelas, sesuatu ilmu pada dasarnya berkembang menurut garis lurus atau linear development ”.
2.2 Manajemen Keuangan 2.2.1 Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan bagaimana cara untuk memperoleh sumber dana dan dapat mengalokasikan dana tersebut secara optimal dengan tujuan untuk memaksimalkan nilai perusahaan yaitu memakmurkan kesejahteraan para pemegang saham. Pengertian dari manajemen keuangan menurut Sutrisno (2005 : 3) adalah : “Manajemen keuangan atau sering disebut pembelanjaan dapat diartikan sebagai semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan
5
usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien. Pengertian manajemen keuangan menurut James C, Van Home dan J.M.Wachowicz, JR (2005 : 3) adalah : “manajemen keuangan dapat diartikan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan perolehan, pendanaan dan manajemen aktiva dengan beberapa tujuan umum sebagai latar belakangnya.” Manajemen keuangan juga mempunyai fungsi dan tanggung jawab dalam melakukan perencanaan mulai dari bagaimana mendapatkan sumber dana dan memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. 2.2.2 Fungsi Manajemen Keuangan Fungsi seorang manajer keuangan untuk setiap organisasi biasanya belum tentu sama, akan tetapi pada dasarnya fungsi utama seorang manajer keuangan meliputi : pengambilan keputusan investasi, pengambilan keputusan pembiayaan, serta kebijakan deviden. Menurut Sutrisno (2005 : 5) fungsi pokok dari manajemen keuangan meliputi tiga keputusan yaitu sebagai berikut : 1. Keputusan Investasi Keputusan invesatasi adalah masalah bagaimana manajer keuangan harus mengalokasikan dana kedalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat mendapat keuntungan dimasa yang akan datang. Bentuk, macam, dan komposisi dari investasi tersebut akan mempengaruhi dan menunjang tingkat keuntungan dimasa depan. Keuntungan di masa depan yang diharapkan dari investasi tersebut tidak dapat diperkirakan secara pasti. Oleh karena itu
6
investasi akan mengandung risiko atau ketidakpastian. Resiko dan hasil yang diharapkan dari investasi itu akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan, kebijakan, maupun nilai perusahaan. 2. Keputusan Pendanaan Keputusan pendanaan ini sering disebut sebagai kebijakan struktur modal. Pada keputusan ini manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dalam menganalisis kombinasi dari sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya. 3. Keputusan Deviden Dividen merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh perusahaan kepada para pemegang saham. Oleh karena itu dividen ini merupakan bagian dari penghasilan yang diharapkan oleh pemegang saham. Oleh karena itu dividen ini merupakan bagian dari penghasilan yang diharapkan oleh pemegang saham. Jadi fungsi manajemen keuangan meliputi tiga keputusan utama, yaitu keputusan investasi, keputusan pendanaan dan keputusan dividen dimana masingmasing keputusan sebelumnya harus dipertimbangkan dengan baik dan ketiga keputusan tersebut harus dapat dikombinasikan secara optimal guna menciptakan nilai dan kekayaan bagi perusahaan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan para pemiliknya. Keputusan investasi berkaitan dengan alokasi dana yang berasal dari sumber dana internal maupun eksternal pada berbagai bentuk investasi baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Keputusan pendanaan biasanya
7
menyangkut bagaimana membiayai kegiatan perusahaan, bagaimana mendapatkan dana dengan pembiayaan yang paling efisien. Keputusan pembagian dividen menyangkut penentuan apakah dana yang didapat akan ditahan untuk di investasikan kembali saham. 2.2.3 Tujuan Manajemen Keuangan Tujuan utama dari manajemen keuangan adalah memaksimumkan kesejahteraan para pemegang saham. Menurut Sartono (2001;11) mengungkapkan bahwa : “ Tujuan yang harus dicapai oleh manajer keuangan adalah bukan memaksimumkan profit, melainkan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham melalui maksimisasi nilai perusahaan.” Dalam hal ini jelas dikatakan bahwa tujuan utama yang harus dicapai oleh perusahaan adalah memaksimumkan kesejahteraan para pemegang saham atau pemilik perusahaan melalui maksimalisasi nilai perusahaan.
2.3 Modal Kerja 2.3.1 Pengertian Modal Kerja Perusahaan memerlukan modal kerja dalam membiayai kegiatan operasional sehari-hari dan untuk membiayai investasi jangka panjangnya. Dengan modal kerja yang cukup maka kegiatan operasional perusahaan dapat terus berjalan. Banyak penulis yang mengungkapkan modal kerja dalam arti yang berbedabeda, seperti yang di jelaskan sebagai berikut :
8
“Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari.” (Agnes Sawir, 2003;129) “Modal kerja diartikan sebagai aktiva lancar untuk operasi perusahaan, tidak termasuk di dalamnya piutang kepada manajemen, investasi pada sekuritas dan sebagainya.” (Suad husnan dan Enny Pudjiastuti,2002;178) Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, modal kerja adalah aktiva lancar yang dimiliki perusahaan untuk membiayai kegiatan operasionalnya dalam bentuk kas / bank, surat-surat berharga / sekuritas yang mudah diuangkan (misal : cek, giro, deposito), piutang dagang dan persediaan yang tingkat perputarannya tidak lebih dari satu tahun atau jangka waktu operasi normal perusahaan serta untuk membiayai investasi jangka panjangnya. Menurut S. Munawir (2000;114), dalam bukunya Analisa laporan Keuangan mengemukakan bahwa : Adanya modal kerja yang cukup sangat penting bagi suatu perusahaan karena dengan modal kerja yang cukup itu memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi dengan seekonomis mungkin dan perusahaan tidak mengalami kesulitan atau menghadapi bahaya-bahaya yang mungkin timbul karena adanya krisis atau kekacauan keuangan. Akan tetapi adanya modal kerja yang berlebihan menunjukkan adanya dana yang tidak produktif, dan hal ini akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan karena adanya kesempatan untuk memperoleh keuntungan telah di sia-siakan. Sebaliknya, adanya ketidakcukupan maupun mis
9
management dalam modal kerja merupakan sebab utama kegagalan suatu perusahaan. Munawir membagi modal kerja kedalam 3 konsep, yaitu : 1.
Konsep Kuantitatif Konsep ini menitikberatkan pada kuantum yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasionalnya yang bersifat rutin atau menunjukkan jumlah dana (fund) yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dalam konsep ini menganggap bhawa modal kerja adalah jumlah aktiva lancar (Gross Working Capital).
2.
Konsep Kualitatif Konsep ini menitikberatkan pada kualitas modal kerja, dalam konsep ini pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap utang lancar (Net Working Capital). Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar daripada utang lancarnya dan menunjukkan pula Margin of Safety atau tingkat keamanan bagi para kreditur jangka pendek serta menjamin kelangsungan operasi dimasa mendatang dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh pinjaman jangka pendek dengan jaminan aktiva lancarnya.
3.
Konsep Fungsional Konsep ini menitikberatkan fungsi dari dana yang dimiliki untuk menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok pereusahaan. Pada dasarnya dana–dana yang dimiliki perusahaan seluruhnya digunakan untuk menghasilkan laba sesuai dengan usaha pokok perusahaan, tetapi tidak semua
10
dana digunakan untuk menghasilkan laba untuk masa sekarang ada sebagian dana yang digunakan untuk menghasilkan laba di masa mendatang, misalnya : bangunan, mesin-mesin, pabrik, alat-alat kantor, dan aktiva tetap lainnya. Agnes Sawir (2003;137) menyatakan bahwa : Modal kerja yang berlebihan menunjukkan adanya pengelolaan dana yang tidak efektif disamping akan menimbulkan keburukan-keburukan seperti : 1.
Dapat menimbulkan pemborosan-pemborosan
2.
Investasi-investasi pada cabang yang tidak diinginkan, dan
3.
Kerugian bunga karena saldo bank yang tidak dipergunakan. Dengan tersedianya modal kerja yang cukup maka akan memudahkan
perusahaan dalam menjalankan kegiatannya. Tapi, jika perusahaan tersebut mempunyai modal kerja yang berlebihan, hal itu akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan seperti pemborosan, investasi-investasi pada cabang yang tidak diinginkan serta kerugian bunga saldo bank yang tidak dipergunakan. Oleh sebab itu, modal kerja merupakan faktor yang penting bagi perkembangan usaha suatu perusahaan. Berikut ini adalah skema perputaran modal kerja menurut Agnes sawir (2003;131) :
11
Gambar 2.1 Skema Perputaran Modal Kerja Kas
Piutang
Persediaan
Penjualan
Dari skema perputaran modal kerja diatas menunjukkan bahwa modal kerja selalu keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha. Periode perputaran modal kerja (working capital turn over period) dimulai dari saat dimana kembali lagi menjadi kas. Semakin pendek periode tersebut berarti semakin cepat perputaran atau makin tinggi tingkat perputarannya (turn over period). Kegiatan operasi suatu perusahaan selalu diawali dengan kepemilikan modal yang diperoleh perusahaan baik dari dana perusahaan itu sendiri (internal) maupun dari luar perusahaan (eksternal) yang dapat berupa pinjaman dari bank, menjual saham maupun dan menerbitkan obligasi di pasar modal atau bursa efek. Setelah
modal
kerja
tersebut
mencukupi,
maka
perusahaan
dapat
menggunakannya untuk pembelian bahan mentah yang akan diolah maupun pembelian barang dagang lainnya sebagai persediaan barang perusahaan yang selanjutnya akan dijual baik secara tunai yang dapat langsung menambah modal maupun penjualan secara kredit melalui piutang yang juga akan menambah modal perusahaan.
12
2.3.2 Jenis – jenis modal kerja Menurut Agnes Sawir pada dasarnya modal kerja dibedakan menjadi dua komponen, yaitu modal kerja permanen dan modal kerja variabel. 1. Modal kerja Permanen Yaitu modal kerja yang harus tetap ada dalam perusahaan setiap saat untuk menjalankan fungsinya atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja permanen ini masih dibedakan lagi menjadi : 1) Modal kerja primer Yaitu sejumlah modal kerja minimal yang harus ada untuk menjamin kontinuitas perusahaan. 2) Modal kerja normal Yaitu sejumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi normal. 2. Modal kerja Variabel Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan kondisi perusahaan. Modal kerja variabel dapat dibedakan lagi menjadi : 1) Modal kerja musiman Yaitu sejumlah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena fluktuasi musim.
13
2) Modal kerja siklus Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena fluktuasi konjungtur. 3) Modal kerja darurat Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya, seperti adanya pemogokan buruh, banjir, dll. Jadi, modal kerja permanen harus selalu ada di setiap saat dalam kegiatan operasional suatu perusahaan. Dan modal kerja variabel merupakan modal kerja yang jumlahnya selalu berubah-ubah sesuai dengan fluktuasi yang terjadi di perusahaan tersebut. 2.3.3 Sumber – sumber dan penggunaan modal kerja Menurut Agnes Sawir (2003;140-141),sumber-sumber modal kerja yang akan menambah modal kerja antara lain : 1. Adanya kenaikan sektor modal, baik yang yang berasal dari laba maupun penambahan modal saham. 2. Ada pengurangan atau penurunan aktiva tetap karena adanya penjualan aktiva tetap maupun melalui proses dpresiasi. 3. Ada penambahan utang jangka panjang, baik dalam bentuk obligasi atau utang jangka panjang lainnya.
14
Menurut S. Munawir (2000;120-122), pada umumnya sumber modal kerja suatu perusahaan dapat berasal dari : 1) Hasil operasi perusahaan Yaitu jumlah net income yang nampak dalam laporan perhitungan rugi / laba ditambah dengan depresiasi. 2) Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek). Yaitu salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual yaitu dari bentuk surat berharga berubah menjadi uang kas dan akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. 3) Penjualan aktiva tidak lancar Perubahan dari aktiva ini menjadi kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja sebesar hasil penjualan tersebut. 4) Penjualan saham atau obligasi Dengan mengadakan emisi saham baru / meminta kepada pemilik perusahaan untuk menambah modalnya, serta mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang jangka panjang lainnya guna memenuhi kebutuhan modal kerjanya. Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, sumber-sumber modal kerja antara lain berasal dari hasil operasi perusahaan, keuntungan dari penjualan surat-surat berharga, penjualan aktiva lancar dan penjualan saham atau obligasi. Serta ada juga sumber modal kerja yang dapat menambah modal kerja yaitu kenaikkan sektor modal, pengurangan aktiva tetap serta penambahan hutang jangka panjang. Sumber-sumber modal kerja tersebut sangat diperlukan oleh perusahaan, oleh karena itu modal kerja harus dapat digunakan seekonomis mungkin agar modal 15
kerja tersebut dapat digunakan dalam operasi perusahaan dan akan menambah keuntungan dan keuntungan tersebut dapat digunakan kembali untuk membiayai operasi perusahaan selanjutnya. Menurut Agnes Sawir (2003;142) penggunaan-penggunaan modal kerja yang mengakibatkan turunnya modal kerja adalah sebagai berikut: 1) Berkurangnya modal sendiri karena kerugian,maupun pengambilan privasi oleh pemilik perusahaan. 2) Pembayaran utang-utang jangka panjang. 3) Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap. Menurut S. Munawir (2000;125-127), penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan turunnya modal kerja adalah sebagai berikut: 1) Pembayaran biaya operasi perusahaan,meliputi pembayaran upah, gaji, pembelian bahan / barang dagangan,suplies kantor dan pembayaran lainnya. 2) Kerugian-kerugian yang diderita oleh perusahaan karena adanya penjualan surat berharga /efek, maupun kerugian yang insidentil lainnya. 3) Adanya pembentukan dana / pemisahan aktiva lancar untuk tujuan-tujuan tertentu dalam jangka panjang. 4) Adanya penambahan / pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang / aktiva tidak lancar lainnya. 5) Pembayaran hutang-hutang jangka panjang, serta penarikan / pembelian kembali saham perusahaan yang beredar,atau adanya penurunan hutang jangka panjang diimbangi berkurangnya aktiva lancar.
16
6) Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadinya (prive) / adanya pengambilan bagian keuntungan oleh pemilik dalam perusahaan perseorangan dan persekutuan / adanya pembayaran dividen dalam perseroaan terbatas. Sedangkan menurut pendapat diatas, penggunaan-penggunaan modal kerja yang mengakibatkan turunnya modal kerja antara lain dari kerugian yang diderita oleh perusahaan,pembayaran hutang jangka panjang,serta penarikan atau pembelian kembali saham-saham yang telah beredar,pembayaran biaya operasi perusahaan seperti pembayaran upah, gaji, pembelian bahan atau barang dagangan,penambahan atau pembelian aktiva tetap, adanya pembentukan dana untuk tujuan-tujuan tertantu dalam jangka panjang serta pengambilan prive atau keuntungan pemilik perusahaan perseorangan dan persekutuan atau adanya pembayaran dividen. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi modal kerja yang terdapat di dalam perusahaan. 2.4 Manajemen Modal Kerja (Working Capital Management) Pengelolaan modal kerja merupakan salah satu aspek yang tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan manajemen keuangan. Pengertian manajemen modal kerja menurut beberapa penulis adalah sebagai berikut : a. Manajemen modal kerja memegang peranan yang sangat penting bagi perusahaan walaupun bentuk peranan tersebut selalu berbeda pada masingmasing perusahaan. Peranan modal kerja ialah menjamin kontuinitas dan likuiditas perusahaan (Manulang, 2005;11)
17
b. Manajemen modal kerja menurut Agnes Sawir yang dikutip dari Burton A.Kolb dan J. Fred Weston serta Eugene F. Bringham mengemukakan bahwa “Manajemen modal kerja mengacu pada semua aspek piñata laksana aktiva lancar dan utang lancar. Manajemen modal kerja adalah kegiatan yang mencakup semua fungsi manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek perusahaan. Menurut Agnes Sawir (2005;135). Ada beberapa factor yang menyebabkan pengelolaan modal kerja sebagai suatu aspek penting dalam kegiatan manajemen keuangan yaitu : 1. Lebih dari separuh dari total aktiva perusahaan merupakan aktiva lancar. Sebagian bagian dari investasi yang mudah diuangkan maka aktiva lancar memerlukan perhatian yang seksama dari manejer manapun. 2. Keburukan manajemen aktiva lancar dapat mengakibatkan kegagalan perusahaan. Oleh karena itu diperlukan pengambilan keputusan strategi dan investasi yang tepat terhadap aktiva modal. 3. Manajemen modal kerja sangat penting terutama bagi perusahaan kecil. Walaupun perusahaan kecil ini dapat mengurangi investasi tetapnya melalui sewa–beli atau leasing peralatan mesin mereka tidak dapat menghindari kebutuhan akan kas, piutang ataupun persediaan. 4. Adanya hubungan langsung antara pertumbuhan penjualan dengan kebutuhan untuk membiayai aktiva lancar.
18
5. Dalam memberikan kredit, kreditor sangat memperhatikan bagaimana perusahaan mengelola aktiva lancar dan kewajiban lancarnya. Kegagalan dalam mengelola modal kerja akan mempengaruhi perusahaan. Adapun sasaran yang ingin dicapai dari manajemen modal kerja adalah : 1. Memaksimumkan nilai perusahan dengan mengelola aktiva lancar sehingga tingkat pengembalian investasi marjinalnya sama atau lebih besar dari biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva-aktiva tersebut. 2. Meminimalkan utang jangka panjang, biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar. 3. Pengawasan terhadap arus dana dalam aktiva lancar dan ketersediaan dana dari sumber utang, sehingga perusahaan selalu dapat memenuhi kewajiban keuangannya ketika jatuh tempo. (Agnes Sawir 2005;133). Faktor-faktor yang mempengaruhi modal kerja yang dibutuhkan setiap perusahaan menurut Amin Widjaya Tunggal adalah sebagai berikut : 1. Sifat atau tipe perusahaan Kebutuhan modal kerja pada perusahaan kepentingan umum (seperti perusahaan gas, telephone, air minum dsb) adalah relative rendah, oleh karena persediaan dan piutang dalam persediaan tersebut cepat beralih menjadi uang. 2. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi dan memperoleh barang yang akan dijual dan harga satuan barang yang bersangkutan. Adanya hubungan langsung antara jumlah modal kerja dan jangka waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang itu dijual kepada para pembeli.
19
3. Syarat pembelian bahan atau barang dagangan Kebutuhan modal kerja dari suatu perusahaan dipengaruhi oleh syarat-syarat pembelian dan penjualan. 4. Perputaran piutang Kebutuhan modal kerja juga tergantung dari jangka waktu yang diperlukan untuk menagih piutang, makin sedikit waktu yang diperlukan untuk menagih piutang makin sedikit modal kerja yang diperlukan. 5. Tingkat perputaran persediaan Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan semakin rendah. 6. Siklus Usaha Saat aktivitas perusahaan diperluas ada kecenderungan perusahaan untuk membeli
barang
mendahului
kebutuhan
yang
lainnya
agar
dapat
memanfaatkan harga rendah. Maka sebaliknya saat perusahaan mengalami penurunan usaha banyak perusahaan yang menukarkan persediaan menjadi piutang. 7. Resiko kemungkinan penurunan harga aktiva lancar Suatu penurunan harga dibandingkan dengan nilai buku dan aktiva lancar seperti surat berharga, persediaaan, piutang maka mengakibatkan penurunan modal kerja. 8. Musim Apabila perusahaan tidak terpengaruh dengan musim maka penjualan tiap bulan rata – rata sama. Tetapi dalam hal ada musim, maka terdapat perbedaan.
20
Tujuan manajemen modal kerja adalah mengelola aktiva lancar dan utang lancar agar terjamin jumlah net working capital yang layak diterima (acceptable), yang menjamin tingkat likuiditas badan usaha. Secara umum aktiva lancar terdiri dari kas, surat-surat berharga (marketable securities), piutang dan dan inventory (persediaan). Sedangkan utang lancar terdiri dari utang-utang lancar yaitu utang-utang jangka pendek seperti wesel, utang perniagaan dan utang bank serta utang-utang lainnya yang berjangka waktu kurang dari satu tahun. 2.5 Pengertian modal kerja bersih Menurut J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland (2000;327) dalam buku Manajemen Keuangan mengemukakan bahwa : Modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk uang tunai,surat berharga,piutang dan persediaan,dikurangi kewajiban lancar yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar. Ukuran ini dapat disebut modal kerja bersih (net working capital). Menurut Bambang Riyanto (2001;58) pengertian modal kerja bersih adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasinya perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya yaitu merupakan kelebihan aktiva lancar diatas hutang lancarnya. Sedangkan menurut Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian (2003;187) mengemukakan bahwa :
21
Modal kerja bersih adalah selisih antara aktiva lancar dan pasiva lancar perusahaan. Secara umum modal kerja bersih merupakan bagian dari aktiva lancar yang dibiayai dengan dana jangka panjang, yang terdiri atas hutang jangka panjang dan modal saham. Pendapat yang sama dikemukakan oelh J.Fred Weston dan Eugene F.Brigham (2000;410), dalam buku Dasar -dasar Manajemen Keuangan, bahwa pengertian modal kerja bersih adalah aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar. Dari definisi-definisi yang telah diuraikan diatas pengertian modal kerja bersih atau yang juga disebut net working capital adalah selisih antara total aktiva lancar dalam bentuk uang tunai (kas), surat berharga, piutang dan persediaan, pinjaman jangka panjang dengan total hutang / kewajiban lancar. 2. 6 Laba usaha 2.6.1 Pengertian Laba usaha Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah untuk mendapatkan laba semaksimal mungkin, karena besar kecilnya laba yang dicapai akan menjadi ukuran keberhasilan manajemen dalam mengelola perusahaan. Menurut Soemarso SR (2005;230) laba usaha (income from operation) atau laba operasi (operating income) adalah selisih pendapatan atas beban sehubungan dengan kegiatan usaha.
22
Munurut Sofyan Syafri Harahap (2003;228), pengertian laba usaha yaitu : Gains (laba / keuntungan dari transaksi tertentu yang sifatnya insidentil) adalah naiknya nilai equity dari transaksi yang sifatnya insidentil dan bukan kegiatan utama entity (kesatuan) dan dari transaksi kejadian lainnya yang mempengaruhi entity selama satu periode tertentu kecuali yang berasal dari hasil atau investasi dari pemilik. Menurut Don R. Hansen dan Maryanne M. Mowen (2001;663) dalam buku Manajemen Biaya, laba usaha adalah perbedaan antara pendapatan biaya. Gade dan Wasif (2000;11) mengemukakan bahwa laba usaha didefinisikan sebagai selisih antara pendapatan dengan biaya. Apabila pendapatan melebihi biaya yang dikeluarkan berarti perusahaan mendapatkan laba dan sebaliknya jika biaya melebihi pendapatan berarti perusahaan mendapatkan rugi. Berdasarkan konsep-konsep diatas, maka dapat dikatakan bahwa laba usaha adalah selisih laba kotor dengan biaya usaha yang terjadi dalam satu periode suatu perusahaan. 2.6.2 Sifat Laba Menurut Sofyan Syafri Harahap (2004 ; 264) menjelaskan sifat-sifat laba mencakup 3 tahap :
23
a.
Physical income, yaitu konsumsi barang dan jasa pribadi yang sebenarnya memberikan kesenangan fisik dan pemenuhan kebutuhan. Laba jenis ini tidak dapat diukur.
b.
Real income, ungkapan kejadian yang memberikan peningkatan terhadap kesenangan fisik. Ukuran yang dapat digunakan untuk real income adalah biaya hidup (cost of living). Dengan perkataan lain kepuasan timbul dari keuntungan yang diukur dengan pembayaran uang yang dilakukan untuk membeli barang dan jasa sebelum dan sesudah di konsumsi.
c.
Money Income, merupakan hasil uang yang diterima dan dimaksudkan untuk konsumsi dalam memenuhi kebutuhan hidup.
2.6.3 Pelaporan Laba Laba sebaiknya dilaporkan secepat mungkin. Hal ini terlihat adanya keharusan membuat laporan keuangan secara intermin. Laba dapat dilaporkan per minggu, per bulan atau semesteran, ataupun di akhir tahun. Tergantung kebutuhan atas informasi dan kepuasan manajemen perusahaan. 2.7 Pengaruh Perubahan Modal Kerja terhadap Laba Usaha Dengan semakin ketatnya persaingan dalam dunia bisnis maka perusahaan atau badan usaha lain memerlukan pengolahan modal kerja yang tepat. Modal kerja merupakan tingkat keamanan (margin of saffety) dari kepentingan kreditur jangka pendek. Modal kerja bisa juga dianggap sebagai dana yang tersedia untuk diinvestasikan dalam aktiva lancar atau dana untuk membayar utang tidak lancar. Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk menjalankan kegiatan
24
operasionalnya secara ekonomis dan menghindari kendala-kendala yang mungkin timbul karena krisis keuangan. Menurut
Agnes
Sawir
(2004;133)
Sasaran
modal
kerja
yaitu
memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aktiva lancar sehingga tingkat pengembalian investasi marginal adalah sama atau lebih besar dari biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva-aktiva tersebut. Modal kerja yang harus tersedia dalam perusahaan harus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-pangeluaran perusahaan sehari-hari karena modal kerja yang cukup akan memberikan keuntungan atau laba terhadap perusahaan. Jadi hubungan antara pengaruh modal kerja terhadap kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba adalah sangat berkaitan erat yaitu salng mempengaruhi. Untuk mengukur efisiensi penggunaan keseluruhan modal yang dimiliki perusahaan untuk dapat menghasilkan laba.
25