BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 Pada tahun 1987 Committee of The Organization for Standarization (IOS) yang berkantor pusat di Jenewa Swiss, mengeluarkan Standard Mutu Internasional. Standard ini adalah ISO 9000 series yang didalamnya adalah ISO 9001, 9002, 9003 dan 9004. Standard ini kemudian direvisi pada tahun 1994 dan setelah 6 tahun direvisi kembali menjadi ISO 9001 versi 2008. ISO 9001:2008 adalah Standard Sistem Manajemen Mutu yang telah mendapatkan pengakuan dari banyak negara di dunia seperti : Semua Negara Uni Eropa, Amerika, Jepang, Australia, ASEAN dan lebih dan lebih di 100 negara. ISO adalah Sistem Manajemen Mutu yaitu Sistem Manajemen untuk mengarahkan dan mengontrol organisasi yang berkaitan dengan Mutu. Definisi Modern Tentang Mutu : 1. Sesuai dengan persyaratan Conformance to requirements 2. Sesuai dengan pemakaian Fittnes to use 3. Kepuasan pelanggan User satisfication
6
7
Definisi Mutu Menurut ISO 9001:2008: Mutu (Quality) adalah derajat yang dicapai oleh karakteristik yang inheren dalam memenuhi persyaratan (Degree to which a set of inherent characteristic fulfils requirements). Jadi dapat dikatakan bahwa mutu itu bukan hanya berhubungan dengan mutu produk saja tetapi juga dengan persyaratan lain seperti : Ketepatan pengiriman, biaya yang rendah, pelayanan yang memuaskan pelanggan dan bias dipenuhi peraturan pemerintah yang berhubungan dengan produk yang dipasarkan. Perusahaan sering dihadapkan pada permasalahan yang berulang sehingga akhirnya menyebabkan tingginya biaya dan ketidakpuasan pelanggan. Kalau digolongkan permasalahan itu diakibatkan beberapa faktor, yaitu : 1. Karyawan a. Keluar masuknya karyawan yang begitu tingggi b. Tidak jelasnya pembagian tugas dan wewenang c. Tingkat produktivitas karyawan yang begitu rendah 2. Material dan produk jadi a. Tingginya tingkat kerusakan pada produk jadi (reject) dan tidak dipenuhinya spesifikasi pelanggan b. Tingginya produk yang rusak pada proses sehingga harus dikerjakan kembali (rework) c. Bahan baku yang tidak memenuhi standard d. Sisa bahan produk (scrap) yang begitu tinggi
8
3. Mesin dan Peralatan a. Kerusakan pada mesin dan peralatan yang begitu sering b. Tidak tersedianya sparepart saat mesin rusak sehingga terganggunya kegiatan produksi c. Tidak adanya program perawatan (maintenance) untuk mesin dan peralatan sehingga umur mesin menjadi semakin singkat. 4. Metode Kerja a. Tidak jelasnya urutan proses kerja sehingga banyak proses yang tidak efektif b. Standard dan parameter yang digunakan kurang tepat dan tidak memenuhi kepuasan pelanggan c.
Metode kerja yang diterapkan kurang memadai untuk menunjang proses
produksi sehingga dihasilkan produk yang tidak bermutu dan tidak tercapainya target produksi yang diinginkan 5. Marketing a. Tingginya tingkat complain dari pelanggan dan lamanya respon terhadap complain tersebut b. Waktu penyerahan dan pengiriman barang yang tidak tepat waktu c. Kurang percayanya pelanggan terhadap kualitas produk dan kualitas manajemen di perusahaan
9
Dengan banyaknya kendala – kendala dalam perusahaan banyak perusahaan mencari alternatif apa yang perlu dilakukan agar perusahaan dapat meningkatkan performansinya. Untuk itu salah satu alternatifnya adalah dengan menerapkan ISO 9001:2008. Manfaat penerapan ISO 9001:2008 : •
Menghadapi era perdagangan bebas (AFTA) perusahaan seharusnya sudah menerapkan System Manajemen Mutu agar membantu perusahaan dalam meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan melalui penyediaan jaminan mutu yang baik
•
Nilai kompetensi perusahaan dan image perusahaan semakin meningkat dengan sertifikasi ISO 9001:2008
•
Penerapan ISO 9001:2008 akan meningkatkan produktivitas, efisiensi, efektifitas operasional dan mengurangi biaya yang ditimbulkan barang cacat (reject) atau barang bermutu rendah dan limbah
•
Membuat system kerja dalam suatu perusahaan menjadi standard kerja yang terdokumentasi dan mempunyai aturan kerja yang baik sehingga memudahkan dalam pengendalian
•
Dapat berfungsi sebagai standard kerja untuk melatih karyawan yang baru
•
Menjamin bahwa proses yang dilaksanakan sesuai dengan manajemen mutu yang ditetapkan
•
Akan memudahkan Top Management dalam pencapaian target karena sudah dipersiapkannya target yang terukur dan rencana pencapaiannya
10
•
Meningkatkan semangat dan moral karyawan karena adanya kejelasan tugas dan wewenang (Job Description) dan hubungan antar bagian yang terkait sehingga karyawan dapatbekerja dengan efisien dan efektif
•
Dapat mengarahkan karyawan agar berwawasan Mutu dalam memenuhi permintaan pelanggan baik internal maupun eksternal
BAGAIMANA CARA MENERAPKAN ISO 9001:2008 DAN PROSES MENDAPATKAN SERTIFIKATNYA ? (PERSYARATAN DALAM ISO 9001:2008) 1. DELAPAN PRINSIP MANAJEMEN MUTU Sebagai dasar untuk menerapkan manajemen mutu ISO 9001:2008 agar efektif dan efisien, sebaiknya perusahaan mengikuti delapan prinsip manajemen mutu. Prinsip ini bukan harus diterapkan sekaligus, tetapi secara bertahap. Delapan prinsip ini merupakan aturan – aturan dasar untuk memimpin dan melaksanakan suatu organisasi (Fundamental rules for leading and operating an organization). 1. Customer Focus (Fokus pada pelanggan) 2. Leadership (Kepemimpinan) 3. Involvement of people (Keterlibatan orang – orang /karyawan) 4. Process of Approach (Pendekatan proses) 5. System
Approach
of
Management
(Pendekatan
manajemen) 6. Continual Improvement (Peningkatan berkesinambungan)
system
untuk
11
7. Factual Approach of to decision making (Pendekatan factual untuk pembuatan keputusan) 8. Mutually beneficial supplier relationship (Hubungan dengan pemasok saling menguntungkan) Tujuannya adalah memfasilitasi suatu budaya yang sukses. 2. BISNIS PROSES ISO 9001:2008
Secara umum perusahaan harus membuat dahulu bisnis prosesnya
berdasarkan persyaratan ISO 9001:2008.Gambaran umum bisnis proses dapat dilihat dibawah ini: ELEMEN ISO 9001:2008 Dalam penerapannya perusahaan akan mengikuti persyaratan yang telah tertuang dalam Standard International ISO 9001:2008 yang terdiri dari 5 elemen yaitu : ELEMEN : 4. SISTEM MANAJEMEN MUTU 4.1. Persyaratan Umum 4.2. Persyaratan Dokumentasi 5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 5.1. Komitmen Manajemen 5.2. Fokus terhadap Pelanggan 5.3. Kebijakan Mutu 5.4. Perencanaan 5.5. Tanggung Jawab, Wewenang dan Komunikasi 5.6. Tinjauan Manajemen
12
6. MANAJEMEN SUMBER DAYA 6.1. Penyediaan Sumber Daya 6.2. Sumber Daya Manusia 6.3. Prasarana 6.4. Lingkungan Kerja 7. REALISASI PRODUK 7.1. Perencanaan Realisasi Produk 7.2. Proses Berkaitan dengan Pelanggan 7.3. Design dan Pengembangan 7.4. Pembelian 7.5. Produksi dan Penyediaan Jasa 7.6. Pengendalian Alat Pemantauan dan Pengukuran 8. PENGUKURAN, ANALISA DAN PERBAIKAN 8.1. Umum 8.2. Pemantauan dan Pengukuran 8.3. Pengendalian Produk Tidak Sesuai 8.4. Analisa Data 8.5. Perbaikan 1. Fokus Pada Pelanggan Keberlangsungan
suatu
perusahaan
sangatlah
bergantung
kepada
pelanggannya. Oleh karena itu, pelanggan menjadi salah satu fokus penting yang harus diperhatikan. Perusahaan yang menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 diharuskan memiliki strategi khusus untuk terus
13
menerus memantau kepuasan pelanggan. Beberapa hal yang harus dilakukan terkait prinsip ini adalah: •
Meneliti dan memahami kebutuhan dan harapan pelanggan
•
Memastikan bahwa tujuan organisasi selaras dengan kebutuhan dan harapan pelanggan.
•
Mengkomunikasikan pentingnya memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan di seluruh tingkatan organisasi.
•
Mengukur kepuasan pelanggan (survey kepuasan pelanggan) dan menindaklanjuti hasilnya.
•
Memastikan pendekatan yang seimbang antara kepuasan pelanggan dan kepuasan pihak berkepentingan lainnya (seperti pemilik, karyawan, pemasok, pemodal, masyarakat lokal dan masyarakat secara keseluruhan).
2. Kepemimpinan Pemimpin merupakan elemen terpenting di dalam suatu organisasi. Keberhasilan suatu organisasi biasanya dimulai dari kecakapan pemimpin dalam memaksimalkan potensi sumber daya yang dimilikinya. Beberapa hal yang harus dilakukan terkait dengan prinsip ini adalah : •
Memperhatikan kebutuhan semua pihak yang berkepentingan termasuk pelanggan, pemilik, karyawan, pemasok, pemodal, masyarakat lokal dan masyarakat secara keseluruhan.
•
Membangun visi yang jelas tentang masa depan organisasi.
•
Menetapkan tujuan dan target yang SMART (Spesific, Measurable, Achievable, Realistic, Time Target)
14
•
Menyediakan Sumberdaya yang diperlukan baik Sumber daya manusia atau assset.
•
Memberikan
pelatihan-pelatihan
untuk
meningkatkan
kompetensi
karyawan 3. Keterlibatan Karyawan Sebaik apapun strategi yang ditetapkan pihak manajemen tidak akan ada gunanya bila tidak diamini oleh seluruh karyawan yang ada di organisasi. Oleh karena itu, peran aktif dari karyawan sangat dibutuhkan untuk keberhasilan implementasi system manajemen mutu. Beberapa hal yang harus dilakukan untuk prinsip ini adalah: •
Setiap karyawan harus memahami pentingnya kontribusi dan peran mereka dalam organisasi.
•
Setiap karyawan harus mengidentifikasi hambatan terhadap kinerja mereka.
•
Setiap karyawan harus memahami tugas dan tanggung jawab mereka.
•
Setiap karyawan harus secara aktif mencari kesempatan untuk meningkatkan kompetensi, pengetahuan dan pengalaman.
•
Setiap karyawan bebas berbagi pengetahuan dan pengalaman.
4. Pendekatan Proses Sebuah hasil yang hendak dicapai akan lebih efisien diraih ketika kegiatan – kegiatan dan sumber daya terkait dikelola sebagai suatu kesatuan proses yang tidak dapat dipisahkan. Ini juga berarti bahwa yang terpenting dalam
15
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2008 adalah proses bukan hasil. Artinya, target yang tidak tercapai bukanlah masalah majour . Artinya, target yang tidak tercapai bukanlah masalah majour yang tidak dapat dimaafkamn selama kegagalan tersebut dianalisis dan dilakukan perbaikan kedepannya. Beberapa hal yang harus dilakukan terkait prinsip ini adalah: •
Mendefinisikan dan menetapkan semua kegiatan yang diperlukan untuk memperoleh hasil yang diinginkan.
•
Menetapkan tanggung jawab yang jelas dan akuntabilitas untuk mengelola kegiatan kunci (utama) organisasi.
•
Menganalisis dan mengukur dari kemampuan kegiatan kunci.
•
Mengidentifikasi interaksi proses antara suatu bagian dengan bagian yang lain di dalam organisasi.
•
Berfokus pada faktor-faktor seperti sumber daya, metode, dan bahanbahan yang akan meningkatkan kegiatan kunci dari organisasi.
•
Mengevaluasi risiko, konsekuensi dan dampak dari kegiatan pada pelanggan, pemasok dan pihak berkepentingan lainnya.
5. Pendekatan Sistem Pada Manajemen Mengidentifikasi, memahami dan mengelola proses yang saling berkaitan sebagai suatu sistem memberikan kontribusi pada efektifitas dan efisiensi organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. Beberapa hal yang harus dilakukan terkait prinsip ini:
16
•
Penataan sistem untuk mencapai tujuan organisasi dengan cara yang paling efektif dan efisien.
•
Memahami keterkaitan antara proses-proses dalam suatu sistem.
•
Menyelaraskan dan mengintegrasikan proses-proses yang ada.
•
Memberikan pemahaman yang lebih baik tentang peran dan tanggung jawab yang diperlukan untuk mencapai tujuan bersama dan dengan demikian mengurangi hambatan lintas-fungsional.
•
Memahami kemampuan organisasi dan menetapkan kendala sumber daya sebelum mengambil tindakan.
•
Terus meningkatkan sistem melalui pengukuran dan evaluasi. 6. Perbaikan yang terus menerus
Perbaikan berkesinambungan dari kinerja keseluruhan organisasi harus menjadi tujuan tetap organisasi. Ini juga berarti bahwa organisasi tidak boleh puas terhadap hasil yang dicapai. Harus selalu ada peningkatan performa dari tahun ke tahun. Beberapa hal yang harus dilakukan tekait prinsip ini adalah: •
Secara periodik melakukan pemeriksaan sistem seperti menjalankan kegiatan inetranal audit
•
Secara periodik mengadakan rapat khusus yang membahas masalah yang berkaitan dengan sistem manajemen mutu (biasa disebut rapat tinjauan manajemen).
17
7. Pendekatan Faktual Pada Pengambilan Keputusan Keputusan yang efektif adalah keputusa didasarkan pada analisis data dan informasi yang benar. Hal yang harus dilakukan terkait prinsip ini adalah: •
Memastikan bahwa data dan informasi yang ada cukup akurat dan dapat diandalkan.
•
Membuat data yang dapat diakses oleh mereka yang membutuhkannya.
•
Menganalisis data dan informasi menggunakan metode yang valid.
•
Membuat keputusan dan mengambil tindakan berdasarkan pada analisis faktual, seimbang dengan pengalaman dan intuisi.
8. Hubungan yang Saling Menguntungkan dengan Pemasok Suatu organisasi dan pemasoknya adalah saling tergantung dan hubungan yang saling menguntungkan dan meningkatkan kemampuan keduanya untuk mencapai target. Mutu produk atau jasa yang diberikan oleh pihak ketiga (vendor, rekanan, supplier) sangat mempengaruhi mutu akhir produk (barang maupun jasa) suatu organisasi. Oleh karena itu, memantau kinerja pemasok merupakan hal yang sangat ditekankan dalam Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008. Hal yang harus dilakukan terkait prinsip ini adalah: •
Membangun hubungan yang menyeimbangkan keuntungan jangka pendek dengan pertimbangan jangka panjang.
•
Melakukan seleksi dan evaluasi terhadap semua pemasok produk (barang / jasa) yang mempengaruhi hasil akhir produk (barang/jasa) organisasi.
18
2.2 ISO/IEC Guide 17025:2005 2.2.1 Pengertian ISO/IEC 17025 : 2005 Pengertian kalibrasi menurut ISO/IEC Guide 17025:2005 dan Vocabulary of International Metrology (VIM) adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antara nilai yang ditunjukkan oleh instrumen ukur atau sistem pengukuran, atau nilai yang diwakili oleh bahan ukur, dengan nilai-nilai yang sudah diketahui yang berkaitan dari besaran yang diukur dalam kondisi tertentu. Dengan kata lain, kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai penunjukkan alat ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkan terhadap standar ukur yang mampu telusur (traceable) ke standar nasional untuk satuan ukuran dan/atau internasional. Tujuan kalibrasi adalah untuk mencapai ketertelusuran pengukuran. Hasil pengukuran dapat dikaitkan/ditelusur sampai ke standar yang lebih tinggi/teliti (standar primer nasional dan / internasional), melalui rangkaian perbandingan yang tak terputus. Untuk kalibrasi alat ukur digunakan alat standar kalibrasi yaitu kolimator.
Desktop Kolimator Manfaat kalibrasi adalah sebagai berikut : 1. Untuk mendukung sistem mutu yang diterapkan di berbagai industri pada peralatan laboratorium dan produksi yang dimiliki.
19
2. Dengan melakukan kalibrasi, bisa diketahui seberapa jauh perbedaan (penyimpangan) antara harga benar dengan harga yang ditunjukkan oleh alat ukur. Prinsip dasar kalibrasi: 1. Obyek Ukur (Unit Under Test) 2. Standar Ukur (Alat standar kalibrasi, Prosedur/Metrode standar (Mengacu ke standar kalibrasi internasional atau prosedur yang dikembangkan sendiri oleh laboratorium yang sudah teruji (diverifikasi)) 3. Operator / Teknisi ( Dipersyaratkan operator/teknisi yg mempunyai kemampuan teknis kalibrasi (bersertifikat)) Hasil Kalibrasi antara lain : 1. Nilai Obyek Ukur 2. Nilai Koreksi/Penyimpangan Interval kalibrasi : 1. Kalibrasi harus dilakukan secara periodik 2. Selang waktu kalibrasi dipengaruhi oleh jenis alat ukur, frekuensi pemakaian, dan pemeliharaan. 3. Bisa dinyatakan dalam beberapa cara : •
Dengan waktu kalender (6 bulan sekali)
•
Dengan waktu pemakaian (1.000 jam pakai, dst)
20
•
Kombinasi cara pertama dan kedua, tergantung mana yg lebih dulu tercapai
Metode kalibrasi : Secara umum kalibrasi alat ukur dilakukan secara rutin setiap 6 bulan sekali, metode kalibrasinya di jelaskan sebagai berikut : Kalibrasi Sentering optik Yang dimaksud dengan sentering adalah bahwa sumbu vertikal theodolit segaris dengan garis gaya berat yang melalui tempat beridiri alat (paku atau titik silang diatas patok). Kalibrasi titik sentring optis dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Letakkan instrument diatas tripod,hubungkan dengan cara memutar baut instrument dilubang dratnya pada plat dasar instrument. 2. Perhatikan apakah tanda silang pada alat sentering optik tepat berada diatas titik,bila belum geser-geser instrument sedemikian hingga tanda silang sentering optik tepat diatas tanda titik. kemudian putar instrument 180° bila terjadi penyimpangan pada sentering optik lakukan kalibrasi dengan cara meyetel screw yang terdapat pada sentering optik. Kalibrasi Nivo Pada saat pengukuran sumbu I harus benar-benar vertikal,komponen yang digunakan untuk mengatur sumbu I agar vertikal adalah nivo kotak,nivo tabung dan ketiga sekerup penyetel ABC. Adapun cara mengaturnya dijelaskan sebagai berikut:
21
1. Letakkan instrument diatas kolimator perhatikan gelembung nivo kotak. 2. Misalkan mula-mula kedudukan nivo kotak pada posisi 1,kemudian bawalah gelembung pada posisi 2 dengan memutar sekerup penyetel A dan B bersama-sama kearah luar atau dalam. 3. Kemudian bawalah gelembung pada posisi 3 (tengah) dengan memutar sekerup penyetel C. 4. Periksa gelembung nivo tabung dengan cara memutar instrument pada sumbu I hingga nivo tabung sejajar dengan sekerup penyetel A dan B (posisi 1) seimbangkan gelembung nivo dengan memutar sekerup penyetel A dan B. 5. Putar instrument 90° apabila gelembung tidak ditengah,tengahkan dengan cara memutar sekrup C. 6. Putar instrument 180° apabila gelembung bergeser, setengah pergeseran ditengahkan dengan sekkru penyetel A dan setengah pergeseran sisanya dengan memutar sekrup koreksi nivo dengan pen koreksi hingga posisi nivo ketengah. 7. Putar alat pada sumbu I sembarang, apabila gelembung seimabg,berarti sumbu I telah vertikal. Tetapi bila belum seimbang maka ulangi langkah penyetelan nivo hingga pada posisi sembarang,gelembung nivo tabung tetap seimbang. Kalibrasi bacaan sudut Walaupun secara umum semua teodolit mempunyai mekanisme kerja yang sama, namun pada tingkatan tetentu terdapat perbedaan, baik penampilan maupun
22
bagian dalam konstruksinya. Apabila klasifikasi teodlit didasrkan pada kegunaan, keteliatianmenjadi faktor penentu utama. Kriteria penentu disini didasarkan pada standar deviasi atau simpangan baku pengukuran arah dengan posisi teropng biasa dan luar biasa. Kesalahan garis bidik yang tidak tegak lurus sumbu II disebut kesalahan kolimasi. Kesalahan ini dapat dihilangkan dengan prosedur sebagai berikut : Kalibrasi bacaan sudut Horizontal 1. Setelah alat ukur disetel diatas kolimator dan sumbu I telah dibuat vertikal, bidikan teropong pada posisi biasa kearah benang Horizontal kolimator, tekan tombol “0” set pada alat untuk membuat bacaan sudut H : 00° 00’ 00”. 2. Teropong dibuat luar biasa dan bidikkan kembali pada benang silang kolimator seharusnya bacaan sudut H : 180° 00’ 00”, bila terjadi penyimpangan bacaan sudut lakukan kalibrasi dengan cara memutar skrup penggerak halus horizontal hingga bacaan sudut mendekati akurasinya. Kemudian garis bidik diarahkakan kemabli pada benang silang kolimator dengan cara memutar skrup koreksi diagfragma yang kiri dan kanan pada teropong. Kalibrasi bacaan sudut Vertikal 1. Bidikan teropong pada posisi biasa kearah benang Vertkal kolimator, catat bacaan sudut veritkalnya misal sudut V : 89° 59’ 30”
23
2. Teropong dibuat luar biasa dan bidikkan kembali pada benang Vertiakl kolimator catat bacaan sudutnya misal sudut V H : 270° 00’ 50”, dari hasil bacaan sudut biasa dan luar biasa bila dijumlahkan terdapat penyimpangan sudut sebesar 20”, lakukan kalibrasi dengan cara automatic adjustment secara elektronik. Yang tentunya tiap merk berbeda cara penyetingannya. Kalibrasi Jarak Metode yang paling banyak digunakan pada EDM untuk surveying adalah metode beda fase, baik dengan gelomabg mikro, sinar tampak maupun inframerah dan laser. Konsep dasar pengukuran jarak elektronik adalah suatu sinyal gelombang elektromagnetik yang dipancarkan dari suatu alat di ujung garis yang akan diukur jaraknya kemudian diujung lain garis tersebut dipasang prisma reflector. Sinyal tersebut dipantulkan kembali kepemancar, waktu lintas perjalanan sinyal pergipulang diukur oleh pemancar sehingga dihasilkan jarak lintasan. Ketelitian Total Station ditentukan oleh besar kesalahan konstan dari alat dan kesalahan pengukuran yang senading dengan jarak yang diukur ketelitian umumnya dinyatakan dengan ± (2 mm + 1 ppm). Berbicara masalah ketelitian, harus diingat bahwa kedua alat Total station harus dikoreksi terhadap karakteristik sentering yang tidak tepat. Untuk mengecek ketelitian jarak kami menggunakan baseline yang sudah ditentukan jaraknya. Caranya dalah dengan melakukan pengukuran jarak
beberapa
kala
kemudian
dirata-ratakan
jaraknya
apabila
terjadi
penyimpangan pada jarak tertentu dilakukan koreksi dengan cara memasukan konstanta instrument konstan maka alat akan tekoreksi otomatis.
24
Tidak ada pengukuran yang meghasilkan ketelitian yang sempurna, tetapi adalah penting untuk megetahui ketelitian yang sebenarnya dan bagaimana kesalahan yang berbeda digunakan dalam pengukuran. Kesalahan-kesalahan dapat terjadi karena berbagai sebab dan umunya dibagi dalam tiga jenis utama yaitu : 1. Kesalahan-kesalahan umum : kebanyakan disebabkan oleh kesalahan manusia, diantaranya adalah kesalahan pembacaan alat ukur, penyetelan yang tidak tepat, dan kesalahan penaksiran. 2. Kesalahan-kesalahan sistematis : disebabkan oleh kekurangan- kekurangan pada instrumen itu sendiri seperti kerusakan pada alat atau adanya bagianbagian yang aus dan pengaruh lingkungan terhadap peralatan atau pemakai. 3. Kesalahan-kesalahan acak : kesalahan ini diakibatkan oleh penyebabpenyebab yang tidak diketahui oleh perubahan-perubahan parameter
Cara kalibrasi dengan kolimator Perbaikan Alat survey : Kesalahan instrument merupakan kesalahan yang tidak dapat dihindarkan dari instrument karena struktur mekanisnya. Misalnya pengunci alat tidak dapat mengunci karena kemungkinan pengguna lupa mengendurkan pengunci alat pada saat memutar alat. Berikut ini di jelaskan secara singkat cara perbaikan alat survey. Perbaikan Pengunci Horizontal atau vertikal. 1. Periksa kondisi alat, bila ditemukan kerusakan pada pengunci Horizontal atau vertikal. Lepaskan screw yang ada pada bagian penguci tersebut
25
dengan menggunakan kunci L ukuran kecil, kemudian lepaskan pengunci tersebut dari alat periksa kondisi pengunci tersebut apakah ada yang rusak bagian pernya atau ada bagian yang bengkok, kemudian perbaiki dan pasang kembali pengunci alat tersebut. Bila rusaknya parah karena disebakan alat jatuh dari tripod pengunci tersebut harus diganti dengan yang baru. Bacaan sudut vertikal atau horizontal tidak muncul. 1. Bila terjadi kerusakan bacaan sudutnya tidak muncul pada display hal yang harus dilakukan adalah mengecek piringan tersbut kemudian bersihkan dengan alkohol karena kemungkinan piringannya terkena debu sehingga sensor tidak dapat membaca piringan bacaaan sudut tersebut apabila sudutnya tidak muncul juga piringan dan snsnor bacaan sudut tersebut di setting kembali sinyalnya sesuai dengan yang disyaratkan. Battery tidak berfungsi 1. Bila battery tidak bisa mengisi pada saat di lakukan pengisian kemungkinan sel batterynya sudah rusak,bila sel batterynya sudah rusak harus diganti sel battery nya yang nilai tegangan dan amperenya sesuai dengan kondisi alat. Keypad tidak berfungsi 1. Bila keypad pada alat tidak berfungsi kemungkinan bagian elektronis pada keypad terkena debu sehingga keypad tidak dapat merespon bila ditekan.
26
Bersihkan elemen-elemen elektronik pada bagian display dengan menggunakan alkohol kemudian pasang kembali display tersebut. 2.2.2 Ruang lingkup dan Elemen – elemen ISO 17025 Lingkup ISO / IEC 17025 terdiri dari 3 aspek pokok antara lain Administrasi/umum, Manajemen dan Teknis.Secara skematik Lingkup ISO 17025 diperlihatkan pada gambar 2.1 berikut ini :
ISO GUIDE 17025 1978
ISO GUIDE 17025 1982
ISO 9000 SERIES
ISO GUIDE 17025 1990
ISO 9000 SERIES
1987
ISO 9000 SERIES AND ISO/IEC GUIDE 17025
1994
Gambar 2.1 Dalam ISO Guide 17025 terdapat beberapa elemen atau penjelasan yang menerangkan beberapa persyaratan standard atau umum laboratorium atau yang biasa disebut General Requirement for The competences of testing and calibration laboratories (Persyaratan Umum Kemampuan Laboratorium Kalibrasi dan Laboratorium Penguji) sesuai dengan 01 – 1991 BSN (Badan Standarisasi Nasional). Ringkasan dan penjelasan ISO Guide 17025 dan menjadi beberapa elemen
27
yang terdapat dalam Pedoman DSN 01 – 1991 adalah sebagai berikut : 1. Ruang lingkup 2. Acuan 3. Definisi 4. Organisasi dan Manajemen (Pengelolaan) 5. Sistem Mutu, Audit dan Kaji Ulang 6. Personalia 7. Sarana dan lingkungan 8. Peralatan dan Bahan Pembanding 9. Mampu Telusur Pengukuran dan Kalibrasi 10. Metode kalibrasi dan pengujian 11. Penanganan barang yang dikalibrasi dan diuji 12. Rekaman 13. Sertifikat dan laporan 14. Subkontrak Kalibrasi dan Pengujian 15. Jasa penunjang dan perbekalan dari luar 16. Pengaduan dan keluhan 2.2.3 Struktur Elemen ISO Guide
Gambaran sekilas struktur elemen ISO Guide pada tahun 1999
Tabel 2.2 Struktur Elemen ISO 1. Umum
2. Persyaratan
3. Persyaratan
Sistem
Teknis
Manajemen
28
1.1.Ruang Lingkup
2.1 Sistem Manajemen
3.1 Personil
1.2.Acuan
Mutu
3.2 Akomodasi dan
1.3.Definisi
2.2 Organisasi dan
kondisi lingkungan
management
3.3 Metode dan kalibrasi
2.3 Kontrol dokumen dan 3.4 Peralatan informasi
3.5 Telusuran
2.4 Kaji ulang (review)
Pengukuran
permintaan tender dan
3.6 Pengambilan contoh
kontrak
(sampling)
2.5 Subkontrak
3.7 Penanganan
Pengujian dan Kalibrasi
contoh/barang untuk uji
2.6 Pengadaan jasa dan
dan kalibrasi
barang
3.8 Jaminan hasil uji dan
2.7 Jasa kepada
kalibrasi
pelanggan dan umpan
3.9 Pelaporan hasil uji
balik
dan kalibrasi
2.8 Kontrol ketidak
3.10 Catatan mutu
sesuaian 2.9 Tindak perbaikan 2.10 Tindak pencegahan 2.11 Catatan (records) 2.12 Audit Internal 2.13 Kaji ulang (review)
29
Dokumentasi Sistem Mutu ISO Guide 17025 a. Struktur Dokumentasi Struktur dokumentasi dalam Sistem Mutu Guide 17025 berbentuk pyramid yang terdiri dari 4 (empat) bagian terbesar yaitu form (menempati struktur terendah), Instruction (Tahap 3), Prosedure (tahap 2) dan urutan tertinggi Quality Manual. Struktur dokumentasi System Mutu ISO Guide 17025 Quality Manual adalah suatu dokumen mengenai kebijakan yang merupakan tanggungjawab manajemen senior dan tidak memerlukan cakupan rincian prosedur. Quality manual menjelaskan tentang elemen system mutu ISO Guide 17025 yang dilakukan dan diterapkan untuk menjamin konsistensi mutu hasil uji laboratorium, kebijakan organisasi / perusahaan.Bagaimana kebijakan tersebut dipenuhi dan siapa yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaannya. Quality manual harus mencangkup tiga materi utama, yaitu: 1) Pernyataan Kebijakan Mutu Suatu pernyataan dari top manajemen (representative tertinggi pada organisasi tersebut) yang menyatakan keterkaitannya untuk menerapkan dan memelihara standard mutu yang tinggi dalam organisasi laboratorium tersebut 2) Prosedur pengorganisasian dan administrasi
30
Materi yang menguraikan tanggungjawab dan wewenang organisasi administrasi petugas penanggungjawab dan prosedur organisasi yang terkait 3) Instruksi Kerja Materi yang menguraikan metode pengujian khusus dan petunjuk administrasi maupun teknis secara rinci yang perlu dalam penugasan dan pelaksanaan pengujian Perbandingan Elemen ISO 9001 dengan ISO 17025
Elemen yang terdapat dalam ISO 9001 agak berbeda dengan elemen yang
terdapat dalam ISO/IEC Guide 17025 .Perbandingan elemen ISO 9001 dengan ISO/IEC Guide 17025 sebagai berikut : Tabel 2.3 Perbandingan Elemen ISO 9001 dengan ISO 17025 ISO 9001
ISO / IEC GUIDE 17025
1. Management Responsibility
1. Organization and Management
2. Quality System
2. Quality
System
Audit
and
Review 3. Contract Review
3. Personel
4. Design Control
4. Accomodation
and
Environment 5. Document and Data Control
5. Equipment
and
Reference
Materials 6. Purchasing
6. Measurements, Tracebility and Calibration
7.Control of customer supplied
7.Calibration and Test Methods
31
product 8.Product Identification and
8.Handling of Calibration andTest
Tracebility
Items
9.Process Control
9.Records
10.Inspection and Testing
10.Certificates and Reports
11.Controls of Inspection Measuring
11.Subcontracting of Calibration or
and Test Equipment
Testing
12.Inspection and Test Status
12.Outside Support Services and Supplies
13.Control of Non Conforming
13.Complains
Product 14.Corrective and Preventive Action 15.Handling Storage Packing Preservation and Delivery 16.Control of Quality Records 17.Internal Quality Audits 18.Training 19.Servicing 20.Statistical Technique
2.4 Filosofi Kalibrasi
Setiap instrumen ukur harus dianggap “tidak” cukup baik sampai
terbukti melalui kalibrasi dan atau pengujian bahwa instrument ukr tersebut memang baik.Mutu suatu produk dan pelayanan sangat tergantung pada
32
hasil pengukuran yang dapat dipercaya.Hasil pengukuran tersebut harus tertelusur ke standar nasional/internasional.Untuk menghasilkan mutu produk dan pelayananyang dapat dipercaya, dibutuhkan instrument ukur yang handal yaitu intrumen yang dikalibrasi secara teratur. 2.4.1 Pengertian Kalibrasi Pengertian kalibrasi menurut ISO/IEC Guide 17025:2005 dan Vocabulary of International Metrology (VIM) adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antara nilai yang ditunjukkan oleh instrumen ukur atau sistem pengukuran, atau nilai yang diwakili oleh bahan ukur, dengan nilainilai yang sudah diketahui yang berkaitan dari besaran yang diukur dalam kondisi tertentu. Dengan kata lain, kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai penunjukkan alat ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkan terhadap standar ukur yang mampu telusur (traceable) ke standar nasional untuk satuan ukuran dan/atau internasional. 2.4.2 Tujuan dan Manfaat Kalibrasi Dari definisi diatas tersebut maka tujuan kalibrasi : 1. Menentukan deviasi ketepatan konvensional nilai penunjukkan suatu instrument ukur 2. Menjamin hasil – hasil pengukuran sesuai dengan standar nasional meupun internasional 3. Untuk meyakinkan dalam pengukuran 4. Menjaga kondisi instrument ukur dan bahan ukur agar tetap sesuai dengan spesifikasinya
33
Manfaat kalibrasi: •
Mendukung sistem mutu yang diterapkan di industri. Ini yang pada awalnya paling populer menjadi pendorong orang atau industri mau mengkalibrasi alatnya. ISO 9000 mensyaratkan semua alat ukur yang terkait dalam produksi harus dijamin mutu keakuratannya. Dan salah satu tool utama untuk ini adalah dengan melakukan kalibrasi. Requirement ini pada tahun-tahun terakhir semakin terasa tidak populer seiring dengan semakin longgarnya penerapan ISO 9000. Apalagi saat ini banyak perusahaan pemberi sertifikat yang saling bersaing mendapatkan kastamer, yang akhirnya memunculkan dampak negatif juga yaitu dengan makin melonggarkan aturan sehingga (misalnya) dengan melakukan kalibrasi 10 alat ukurnya saja, dari 100 alat ukur yang harusnya dikalibrasi, selesai sudah masalahnya. Apalagi jika orang yang ditunjuk sebagai perwakilan auditee memiliki kemampuan komunikasi yang sangat baik (alias pandai bersilat lidah), makin mudah saja mendapatkan sertifikat ini tanpa capekcapek keluar biaya untuk kalibrasi. Satu hal lagi bahwa sering terjadi kastamer tidak merasakan manfaat langsung (bahkan manfaat teknis di lapangan) dari kegiatan kalibrasi ini, sehingga ini bisa dijadikan alibi untuk excuse tidak melakukan kalibrasi. Dan alibi ini bisa meyakinkan auditor ISO.
•
Dapat mengetahui penyimpangan harga benar dengan harga yang ditunjukkan alat ukur. Kalau ini memang menjadi alasan yang teknis sifatnya, dan teknisi saja yang biasanya merasakan riil manfaatnya (Day, 1991).
34
Elemen – elemen proses kalibrasi •
Adanya obyek ukur (Unit Under Test)
•
Adanya calibrator (standard)
•
Adanya prosedur kalibrasi, yang mengacu ke standar kalibrasi internasional, nasional atau prosedur yg dikembangkan sendiri oleh laboratorium yg sudah teruji dengan terlebih dulu dilakukan verifikasi.
•
Adanya teknisi yang telah memenuhi persyaratan mempunyai kemampuan teknis kalibrasi (sebaiknya bersertifikat).
•
Lingkungan terkondisi, baik suhu maupun kelembabannya. Andaipun tidak bisa dikondisikan, misalnya terjadi saat kalibrasi dilakukan di lapangan terbuka, maka faktor lingkungan harus diakomodasi dalam proses pengukuran dan perhitungan ketidakpastian.
•
Hasil kalibrasi itu sendiri, yaitu quality record berupa sertifikat kalibrasi. Di dalamnya tercatat measured value, correction value, dan akhirnya nilai uncertainty. Sertifikat ini tidak baku bentuknya, minimal harus dapat memberikan informasi tentang seberapa sehat alat ukur milik kastamer yang dikalibrasi. Artinya, kita bisa menambahkan banyak keterangan yang diperlukan, bahkan bisa saja ditambahkan foto, gambar, hasil analisa khusus, nilau TUR (Test Uncertainty Ratio), bahkan bisa saja melampirkan laporan kinerja calibrator yang digunakan dalam proses ini.
Catatan : TUR adalah perbandingan antara ketidakpastian karakteristik instrumen yang dikalibrasi terhadap ketidakpastian instrumen kalibratornya (spesifikasi alat bisa dianggap sebagai ketidakpastian terbesar)
35
Kalibrasi biasa dilakukan dengan membandingkan suatu standar yang terhubung dengan standar nasional maupun internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi. Prinsip kalibrasi alat ukur volume dilakukan dengan mengukur bobot suatu volume air destilata yang dikeluarkan oleh alat ukur volume. Bobot ini kemudian dibandingkan dengan bobot jenis air pada suhu pengukuran volume tersebut dilakukan, sehingga dapat ditentukan nilai ketepatannya. Kalibrasi alat ukur volume dilakukan untuk menyesuaikan keluaran atau indikasi dari suatu perangkat pengukuran volume agar sesuai dengan besaran dari standar yang digunakan dalam akurasi tertentu (Keenan, 1991). SUMBER-SUMBER YANG MEMPENGARUHI HASIL KALIBRASI •
Prosedur
Kalibrasi harus dilakukan sesuai dengan prosedur standar yang telah diakui. Kesalahan pemahaman prosedur akan membuahkan hasil yang kurang benar dan tidak dapat dipercaya. Pengesetan sistem harus teliti sesuai dengan aturan pemakaian alat, agar kesalahan dapat dihindari. •
Kalibrator
Kalibrator harus mampu telusur kestandar Nasional dan atau Internasional. Tanpa memiliki ketelusuran, hasil kalibrasi tidak akan diakui oleh pihak lain. Demikian pula ketelitian, kecermatan dan kestabilan kalibrator harus setingkat lebih baik dari pada alat yang dikalibrasi •
Tenaga pengkalibrasi
36
Tenaga pengkalibrasi harus memiliki keahlian dan ketrampilan yang memadai, karena hasil kalibrasi sangat tergantung kepadanya. Kemampuan mengoperasikan alat dan kemampuan visualnya, umumnya sangat diperlukan, terutama untuk menghindari kesalahan yang disebabkan oleh peralak maupun penalaran posisi skala. •
Periode kalibrasi
Periode kalibrasi adalah selang waktu antara satu kalibrasi suatu alat ukur dengan kalibrasi berikutnya. Periode kalibrasi tergantung pada beberapa faktor antara lain pada kualitas metrologis alat ukur tersebut, frekuensi pemakaian, pemeliharaan atau penyimpanan dan tingkat ketelitianya. Periode kalibrasi dapat ditetapkan berdasarkan lamanya pemakaian alat, waktu kalender atau gabungan dari keduanya. •
Lingkungan
Lingkungan dapat menyebabkan pengaruh yang sangat besar terhadap kalibrasi terutama untuk mengkalibrasi kalibrator. Misalnya kondisi suhu, kelembabab, getaran mekanik medan listrik, medan magnetik, medan elektro magnetik, tingkat penerangan dan sebagainya. •
Alat yang dikalibrasi
Alat yang dikalibrasi harus dalam keadaan maksimal, artinya dalam kondisi jalan dengan baik, stabil dan tidak terdapat kerusakan yang menggangu. Prosedur Kalibrasi 1. Identifikasi alat yang dikalibrasi
37
2. Membuat jadwal kalibrasi ( Internal / External ) 3. Menyiapkan alat / bahan 4. Melakukan kalibrasi 5. Membuat laporan kalibrasi 6. Evaluasi hasil kalibrasi 7. Sesuai standar •
Ya ( Mencatat / memasang label kalibrasi )
•
Tidak ( Melakukan evaluasi data dampak dari penyimpangan alat ► Laporan ► Membuat laporan kerusakan ► Prosedur perbaikan alat ) (Mukaromah, 2009).
2.3 STANDARISASI Larutan yang mempunyai konsentrasi molar yang diketahui, dapat dengan mudah digunakan untuk reaksi-reaksi yang melibatkan prosedur kuantitaif. Kuantitas zat terlarut dalam suatu volume larutan itu, di mana volume itu diukur dengan teliti, dapat diketahui dengan tepat dari hubungan dasar berikut ini. Mol = liter x konsentrasi molar atau mmol = mL x konsentrasi molar. Perhitungan-perhitungan stoikiometri yang melibatkan larutan yang diketahui normalitasnya bahkan lebih sederhana lagi. Dengan definisi bobot ekuivalen, dua larutan akan bereaksi satu sama lain dengan tepat bila keduanya mengandung gram ekuivalen yang sama yaitu, jika V1 x N2 = V2 x N2. Dalam hubungan ini kedua normalitas harus dinyatakan dengan satuan yang sama, demikian juga kedua volum, satuan-satuan itu dapat dipilih secara sembarang (Bassett, 1991).
38
Larutan-larutan yang mempunyai normalitas yang diketahui sangat berguna walaupun hanya satu di antara pereaksi itu yang terlarut. Dalam hal ini jumlah gram ekuivalen (atau miliekuivalen) pereaksi yang tidak terlarut dapat dihitung dengan cara biasa, yaitu dengan membagi massa contoh dalam gram (atau miligram) dengan bobot ekuivalennya. Jumlah g-ek satu pereaksi tetap harus sama dengan g-ek zat yang lain (Brady, 1999). Volumetri atau tirimetri adalah suatu cara analisis kuantitatif dari reaksi kimia. Pada analisis ini zat yang akan ditentukan kadarnya, direaksikan dengan zat lain yang telah diketahui konsentrasinya, sampai tercapai suatu titik ekuivalen sehingga kepekatan (konsentrasi) zat yang kita cari dapat dihitung (Syukri, 1999). Pada analisis volumetri diperlukan larutan standar. Proses penentuan konsentrasi larutan satandar disebut menstandarkan atau membakukan. Larutan standar adalah larutan yang diketahui konsentrasinya, yang akan digunakan pada analisis volumetri. Ada dua cara menstandarkan larutan yaitu: 1. Pembuatan langsung larutan dengan melarutkan suatu zat murni dengan berat tertentu, kemudian diencerkan sampai memperoleh volume tertentu secara tepat. Larutan ini disebut larutan standar primer, sedangkan zat yang kita gunakan disebut standar primer. 2. Larutan yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan cara menimbang zat kemudian melarutkannya untuk memperoleh volum
39
tertentu, tetapi dapat distandartkan dengan larutan standar primer, disebut larutan standar skunder. Zat yang dapat digunakan untuk larutan standar primer, harus memenuhi persyaratan dibawah ini: 1. Mudah diperoleh dalam bentuk murni ataupun dalam keadaan yang diketahui kemurniannya. Pengotoran tidak melebihi 0,01 sampai 0,02 % 2. Harus stabil 3. Zat ini mudah dikeringkan tidak higrokopis, sehingga tidak menyerap uap air, tidak meyerap CO2 pada waktu penimbangan (Sukmariah, 1990). Suatu reaksi dapat digunakan sebagai dasar analisis tirimetri apabila memenuhi persyaratan berikut : 1. Reaksi harus berlangsung cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu lama. 2. Reaksi harus sederhana dan diketahui dengan pasti, sehingga didapat kesetaraan yang pasti dari reaktan. 3. Reaksi harus berlangsung secara sempurna. 4. Mempunyai massa ekuivalen yang besar Larutan standar biasanya kita teteskan dari suatu buret ke dalam suatu erlenmeyer yang mengandung zat yang akan ditentukan kadarnya sampai reaksi selesai. Selesainya suatu reaksi dapat dilihat karena terjadi perubahan warna Perubahan ini dapat dihasilkan oleh larutan standarnya sendiri atau karena penambahan suatu zat yang disebut indikator. Titik di mana terjadinya perubahan warna indikator ini
40
disebut titik akhir titrasi. Secara ideal titik akhir titrasi seharusnya sama dengan titik akhir teoritis (titik ekuivalen). Dalam prakteknya selalu terjadi sedikit perbedaan yang disebut kesalahan titrasi. Untuk analisis titrimetri atau volumetri lebih mudah kalau kita memakai sistem ekivalen (larutan normal) sebab pada titik akhir titrasi jumlah ekivalen dari zat yang dititrasi = jumlah ekivalen zat penitrasi. Berat ekivalen suatu zat sangat sukar dibuat definisinya, tergantung dari macam reaksinya. Pada titrasi asam basa, titik akhir titrasi ditentukan oleh indikator. Indikator asam basa adalah asam atau basa organik yang mempunyai satu warna jika konsentrasi hidrogen lebih tinggi daripada sutau harga tertentu dan suatu warna lain jika konsentrasi itu lebih rendah (Sukmariah, 1990). 2.4.3 Tingkat Kalibrasi Secara umum ada 3 (tiga) tingkatan yaitu: a) Pengecekan Merupakan kalibrasi tingkat paling rendah, intinya mengecek alat dengan perbandingan b) Validasi Tingkat berikutnya, mengecek dengan alat pengamatan c) Kalibrasi Tingkat tertinggi dari kalibrasi, biasanya membandingkan alat dengan standar yang lebih tinggi
41
2.4.4 Ketelusuran Ialah proses dimana penunjukkan dari suatu instrument ukur atau bahan
ukur
dapat
dibandingkan
dengan
standard
nasional
untukbesarantertentu melalui satu atau lebih tingkatan. Laboratorium juga harus memenuhi kondisi dan persyaratan – persyaratan tertentu, kondisi dan persyararatan yang harus dipenuhi antara lain sebagai berikut : A ) Persyaratan Ruangan Ruangan laboratorium harus dikondisiskan sehingga proses kalibrasi dapat
berjalan dengan baik. Berikut adalah beberapa persyaratan ruangan laboratorium : 1) Lokasi sebaiknya dibawah tanah (basement)/lantai dasar 2) Ukuran ruangan 70 sampai dengan 100 m 2 3) Tinggi ruangan minimum 3 meter 4) Sebaiknya tidak menggunakan jendela tetapi apabila dengan sangat terpaksa menggunakan jendela, hindari sinar matahari secara langsung dan dapat menahan masuknya debu semaksimal mungkin 5) Pintu masuk harus di buat rangkap dua untuk meredam aliran udara yang disebabkan oleh dibuka tutup pintu 6) Lantai tidak boleh menimbulkan efek elektrostatik, mudah dibersihkan, tidak licin, tahan api dan goresan 7) Dinding sebaiknya dicat dengan warna terang yang lunak
42
8) Dilengkapi dengan meja tahan getar sebaiknya mempunyai pondasi yang terpisah dengan pondasi ruangan 9) Ruangan untuk persiapan kalibrasi (membersihkan peralatan)
dibuat terpisah ukuran 30 m2 Perlengkapan Laboratorium Perlengkapan laboratorium yang harus ada antara lain alat pengukur suhu (thermometer), alat pengukur tekanan udara (barometer),alat pemantau suhu dan kelembaban udara (thermohygrometer), air condition (AC) dan standar kalibrator. 2.5 KALIBRASI TEMPERATUR 2.5.1 Konsep Suhu Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah thermometer.Pada abad 17 terdapat 30 jenis skala yang membuat para ilmuan kebingungan. Hal ini memberikan inspirasi pada Anders Celcius (1701 – 1744) sehingga pada tahun 1742 dia memperkenalkan skala yang digunakan sebagai pedoman pengukuran suhu. Skala ini diberi nama sesuai dengan namanya yaitu Skala Celcius. Apabila benda didinginkan terus maka suhunya akan semakin dingin dan partikelnya akan berhenti bergerak, kondisi ini disebut kondisi nol mutlak. Skala Celcius tidak bisa menjawab masalah ini maka Lord Kelvin (1842 – 1907) menawarkan skala baru yang diberi nama Kelvin. Skala kelvin dimulai dari 273 K ketika air membeku dan 373 K ketika air mendidih. Sehingga nol mutlak sama dengan 0 K atau -273°C. Selain skala tersebut ada juga skala Reamur dan Fahrenheit. Untuk skala Reamur air membeku pada
43
suhu 0°R dan mendidih pada suhu 80°R sedangkan pada skala Fahrenheit air membuka pada suhu 32°F dan mendidih pada suhu 212°F.Termometer berasal dari bahasa yunani, yaitu Thermos yang berarti panas dan meter berarti pengukur (pembanding). Galileo adalah orang yang pertama membuat termometer.Contoh sebuah labu kaca sebesar telur ayam berisi udara yang dihubungkan dengan pipa kaca berukuran sedotan minuman. Setelah kaca yang berisi udara itu dipanaskan, ujung pipa kaca dicelupkan ke dalam bejana yang berisi air. Ketika udara di dalam labu menjadi dingin, air dalam bejana naik melalui pipa kaca.Karena alat ini sangat dipengaruhi oleh tekanan udara luar ketika terjadi kenaikan atau penurunan suhu dalam labu dan tidak memiliki skala, maka alat buatan Galileo ini lebih cocok disebut Termoskop udara. Termometer (alat untuk mengukur suhu) harus diisi dengan zat cair yang bersifat termometrik. Termometrik yaitu mengalami perubahan fisis pada saat dipanaskan atau didinginkan (misalnya raksa dan alkohol).Titik tetap (fixed points) yaitu titik tetap atas diambil pada saat termometer diletakkan di dalam air sedang mendidih, dana titik tetap bawah ditentukan pada saat termometer berada di dalam es yang sedang mencair. Misal skala celcius diambil pada saat air mendidih pada suhu 1000C dan es mencair pada suhu 0oC.Penentuan titik tetap atas dan bawah dilakukan pada saat tekanan 1 atmosfer. Di Indonesia lebih sering kita mengenal skala Celcius daripada yang lain, namun skala yang lain kita juga harus tahu, karena skala yang lainpun digunakan dalam perhitungan dan dalam sistem Internasional.
44
•
Skala Celcius
•
Skala Kelvin
•
Skala Fahrenheit
•
Skala Reamur
•
Skala Salu
Skala Celcius Skala Celcius Titik Bawah = 0oC Titik Atas = 100oC Antara titik bawah dan titik atas dibagi menjadi 100 bagian. Tiap bagian disebut 1 (satu) derajat. Anders Celcius (1701 – 1744) Beliau adalah astronom Swedia yang membuat skala suhu Celcius pada tahun 1742. Skala Kelvin Skala Kelvin Titik Bawah (tb)= 273oC Titik Atas (ta) = 373oC Antara titik bawah dan titik atas dibagi menjadi 100 bagian. Tiap bagian disebut 1 (satu) derajat. Pada suhu tertentu, partikel zat akan berhenti dari bergerak. Keadaan ini diartikan oleh Kelvin sebagai 0 derajat mutlak atau 0 K. Yang lebih kita kenala sebagai suhu nol mutlak.
45
Lord Kelvin Pada tahun 1960 penemuannya tentang termometer ditetapkan sebagai satuan Sistem Internasional (SI) Skala Fahrenheit Skala Fahrenheit Titik Bawah(tb) = 32oC Titik Atas(ta) = 212oC Antara titik bawah dan titik atas dibagi menjadi 180 bagian. Tiap bagian disebut 1 (satu) derajat. Skala Fahrenheit merupakan skala yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari di negara-negara misal Amerika Serikat, Kanada, dan Inggris. Daniel Gabriel Fahrenheit Skala Reamur Skala Reamur Titik Bawah = 0oC Titik Atas = 80oC Antara titik bawah dan titik atas dibagi menjadi 80 bagian. Tiap bagian disebut 1 (satu) derajat. Reamur Rentang nilai pada skala Kelvin sama dengan sekala Celcius, yaitu 100 sehingga kita dapat membuat hubungan : Jadi karena skala termometer Kelvin dan Celcius sama yaitu 100, maka untuk kenaikan 1 derajat Celcius sama dengan kenaikan 1 Kelvin.
46
Karena suhu 0oC = 273 K, maka hubungan Celcius dengan Kelvin dapat diformulakan toC = (t + 273)K T K = (T - 273)oC Dari Celcius ke Kelvin Dari Kelvin ke Celcius Prinsip Pengukuran Suhu Yang menjadi masalah dalam bab suhu adalah kebanyakan orang kesulitan untuk mengubah dari satu skala ke skala yang lainnya. Berikut ini adalah contoh mengubah dari skala celcius ke skala fahrenheit Untuk skala yang lain caranya sama dengan contoh diatas. Thermometer menurut isinya dibagi menjadi : termometer cair, termometer padat, termometer digital. Semua termometer ini mempunyai keunggulan dan kelemahan masingmasing. Sedangkan berdasarkan penggunaannya termometer bermacam-macam sebagai misal termometer klinis, termometer lab dan lain-lain. Pembahasan macam macam termometer. Pembuatan termometer pertama kali dipelopori oleh Galileo Galilei (1564 – 1642) pada tahun 1595. Alat tersebut disebut dengan termoskop yang berupa labu kosong yang dilengkapi pipa panjang dengan ujung pipa terbuka. Mula-mula dipanaskan sehingga udara dalam labu mengembang. Ujung pipa yang terbuka kemudian dicelupkan kedalam cairan berwarna. Ketika udara dalam tabu menyusut, zat cair masuk kedalam pipa tetapi tidak sampai labu. Beginilah cara kerja termoskop. Untuk suhu yang berbeda, tinggi kolom zat cair di dalam pipa
47
juga berbeda. Tinggi kolom ini digunakan untuk menentukan suhu. Prinsip kerja termometer buatan Galileo berdasarkan pada perubahan volume gas dalam labu. Tetapi dimasa ini termometer yang sering digunakan terbuat dari bahan cair misalnya raksa dan alkhohol. Prinsip yang digunakan adalah pemuaian zat cair ketika terjadi peningkatan suhu benda. Raksa digunakan sebagai pengisi termometer karena raksa mempunyai keunggulan : 1. raksa penghantar panas yang baik 2. pemuaiannya teratur 3. titik didihnya tinggi 4. warnanya mengkilap 5. tidak membasahi dinding Sedangkan keunggulan alkhohol adalah : 1. titik bekunya rendah 2. harganya murah 3. pemuaiannya 6 kali lebih besar dari pada raksa sehingga pengukuran mudah diamati Jenis jenis termometer 9 Termometer Laboratorium Termometer ini menggunakan cairan raksa atau alkhohol. Jika cairan bertambah panas maka raksa atau alkhohol akan memuai sehingga skala nya bertambah. Agar termometer sensitif terhadap suhu maka ukuran pipa harus
48
dibuat kecil (pipa kapiler) dan agar peka terhadap perubahan suhu maka dinding termometer (reservoir) dibuat setipis mungkin dan bila memungkinkan dibuat dari bahan yang konduktor. ¾ Termometer Klinis Termometer ini khusus digunakan untuk mendiaknosa penyakit dan bisanya diisi dengan raksa atau alkhohol. Termometer ini mempunyai lekukan sempit diatas wadahnya yang berfungsi untuk menjaga supaya suhu yang ditunjukkan setelah pengukuran tidak berubah setelah termometer diangkat dari badan pasien. Skala pada termometer ini antara 35°C sampai 42°C. ¾ Termometer Ruangan Termometer ini berfungsi untuk mengukur suhu pada sebuah ruangan. Pada dasarnya termometer ini sama dengan termometer yang lain hanya saja skalanya yang berbeda. Skala termometer ini antara -50°C sampai 50°C ¾ Termometer Digital Karena perkembangan teknologi maka diciptakanlah termometer digital yang prinsip kerjanya sama dengan termometer yang lainnya yaitu pemuaian. Pada termometer digital menggunakan logam sebagai sensor suhunya yang kemudian memuai dan pemuaiannya ini diterjemahkan oleh rangkaian elektronik dan ditampilkan dalam bentuk angka yang langsung bisa dibaca. ¾ Termokopel Merupakan termometer yang menggunakan bahan bimetal sebagai alat pokoknya. Ketika terkena panas maka bimetal akan bengkok ke arah yang koefesiennya lebih kecil. Pemuaian ini kemudian dihubungkan dengan jarum dan menunjukkan angka tertentu. Angka yang ditunjukkan jarum ini menunjukkan suhu benda
49
Konversi Suhu Untuk mengetahui konversi suhu maka diperlukan perbandingan antara skala Celcius, Reamur, Fahrenheit dan Kelvin. EKSPANSI TERMAL Botol yang berisi air yang sangat penuh dan tertutup rapat akan pecah bila dipanaskan tapi akan melonggarkan tutup botol logam dengan mengalirkan air panas padanya. Semau itu adalah contoh dari ekspansi termal.tinjauan sebuah batang dengan panjang L0 pada suhu awal T0.saat suhu berupa sejumlah panjang berubah sejumlah .percobaan menunjukan bahwa jika tidak trletak besar(misalnya lebi kecil dari 100C), akan berbanding lurus dengan . jika dua batang dari bahan yang sama mengalami perubahan suhu sama tetapi yang satu lebi panjang dua kali dari pada yang lainya maka perubahan panjangnya juga akan dua kali lipat. Dengan demikian juga harus berdingan dengan L0.dengan konstanta perbandingan (yang berbeda untuk bahan yang berlainan). Dapat kita nyatakan hubungan itu dalam persamaan perilaku anomali memiliki efek penting pada kehidupan tanaman dan hewan didanau. Sirkulasi akibat perubahan densitas akian terus mengalairkan air yang hangat kepermukaan untuki pendinginan secara efisien dandanau akan membeku jadi padat dengan lebih muda. Hal ini akan membinasakan seluruh kehidupan hewan dan akan berjalan pada arah yang sangat berbeda.
50
EKSPENSI LINEAR Konstanta alva yang menjelaskan sifat ekspansi termal dari bahan tertentu dapat
disebut
dengan
kjoefisien
ekspansi
linear(coeefisien
of
linear
expansion).Satuan delta adalah K-1 atau (C0)-1.(ingat bahwa dalam uinterval suhu adalah sama dalam skala Kelvin dan Celsius sedangkan konstanta beta menggambarkan sifat ekspansi volume pad bahan trtentu dapat disebut sebagai koefisien ekspansi volume, satuan beta adalah K-1 atau (C0)-1. TEGANGAN TERMAL Untuk menghitung tegangan termal pada batang yang dijepit kita dapat menghitung sejumlah ekspansi (atau kontrakasi) yang akan dilakukan batang jimka tudak dapat dijepit dan kemudian mendapaqtkan tegangan yang diperlukan untuk menekan (atau menarik) kembali kepanjang semula. Fraksi perubahan panjang jika batang dibiarkan bebas untuk berkontraksi adalah, Baik ∆L maupun ∆T adalah negative tarikan haruslah naik sebanyak F agar tepat cukup untuk menghasilkan fraksi perubahan panjang yang setara dan berlawanan sebesar(∆L) atau (L0) dari defenisi modulus young,sehinggaUntuk penurunan suhu T adalah negative maka F dan F/A positif artinya suatu tegangan dan gaya tarik dibutuhkan untuk
menjaga
panjang
yang
tetap.
F dan F/A negative gaya dan tegangan yang diperlukan adalah jenis kompreksi. Pemuaian Jika sebuah benda dipanaskan/diberikan kalor, maka partikel partikel dalam benda itu akan bergetar lebih kuat sehingga saling menjauh. Sehingga ukuran benda akan menjadi lebih besar. Kita katakan bahwa benda itu memuai. Pemuaian dapat terjadi baik pada benda padat, cair maupun gas.
51
a) Pemuaian Panjang Pada pemuaian panjang dianggap bahwa benda mempunyai luas penampang yang kecil, sehingga ketika dipanaskan hanya memuai pada arah panjangnya saja. Besarnya pertambahan panjang sebuah benda yang dipanaskan adalah berbanding lurus dengan : Panjang mula-mula benda Kenaikan suhu Secara matematis dituliskan : ΔL = L. t Sedangkan panjang benda setelah dipanaskan adalah : Lt = Lo + ΔL b) Pemuaian Luas Pada pemuaian luas, pemuaian terjadi pada arah melebar pada sisi panjang dan lebar benda. Analog dengan pemuaian panjang, pada pemuaian luas berlaku persamaan : A = Ao. . Δt dimana berlaku hubungan : = 2 At = Ao + A c) Pemuaian Volume Pemuaian volume biasanya terjadi pada zat cair dan gas. Pemuaian ini terjadi pada arah memanjang, melebar dan meninggi. Analog dengan pemuaian panjang, persamaan pada pemuaian volume adalah : V = Vo. . Δt dimana berlaku hubungan : = 3 Vt = Vo + V
52
Perpindahan Kalor Perpindahan kalor dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu : 1. konduksi, 2. konveksi dan 3. radiasi Konduksi Adalah proses perpindahan kalor yang terjadi tanpa disertai dengan perpin dahan, partikel-partikel dalam zat itu, contoh : zat padat (logam) yang dipanaskan. Berdasarkan kemampuan kemudahannya menghantarkan kalor, zat dapat dibagi menjadi : konduktor yang mudah dalam menghantarkan kalor dan isolator yang lebih sulit dalam menghan tarkan kalor. Contoh konduktor adalah aluminium, logam besi, dsb, sedangkan contoh isolator adalah plastik, kayu, kain, dll. Besar kalor yang mengalir per satuan waktu pada proses konduksi ini tergantung pada : •
Berbanding lurus deng an luas penampang batang
•
Berbanding lurus dengan selisih suhu kedua ujung batang, dan
•
Berbanding terbalik dengan panjang batang
Konveksi Adalah proses perpindahan kalor yang terjadi yang disertai dengan perpindahan pergerakan fluida itu sendiri. Ada 2 jenis konveksi, yaitu konveksi alamiah dan konveksi paksa. Pada konveksi alamiah pergerakan fluida terjadi karena perbedaan massa jenis, sedangkan pada konveksi paksa terjadinya pergerakan fluida karena ada paksaan dari luar. Contoh konveksi alamiah : nyala
53
lilin akan menimbulkan konveksi udara disekitarnya, air yang dipanaskan dalam panci, terjadinya angin laut dan angin darat, dsb. Contoh konveksi paksa : sistim pendingin mobil, pengering rambut, kipas angin, dsb. panas dingin Besar laju kalor ketika sebuah benda panas memindahkan kalor ke fluida di sekitarnya adalah berbanding lurus dengan luas permukaan benda yang bersentuhan dengan fluida dan perbedaan suhu antara benda dengan fluida. Radiasi Adalah perpindahan kalor dala m bentuk gelombang elektromagnetik, contoh : cahaya matahari, gelombang radio, gelombang TV, dsb. Berdasarkan hasil eksperimen besarnya laju kalor radiasi tergantung pada : luas permukaan benda dan suhu mutlak benda seperti dinyatakan dalam hukum StefanBoltzman berikut ini : Energi yang dipancarkan oleh suatu permukaan benda hitam dalam bentuk radiasi kalor tiap satuan waktu sebanding dengan luas permukaan benda (A) dan sebanding dengan pangkat empat suhu mutlak permukaan benda itu. Efek Rumah Kaca Efek rumah kaca, pertama kali ditemukan oleh Joseph Fourier pada 1824, merupakan sebuah proses di mana atmosfer memanaskan sebuah planet. Mars, Venus, dan benda langit beratmosfer lainnya (seperti satelit alami Saturnus, Titan) memiliki efek rumah kaca, tapi artikel ini hanya membahas pengaruh di Bumi. Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda: efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah kaca ditingkatkan yang terjadi akibat aktivitas manusia (lihat juga pemanasan global).
54
Yang belakang diterima oleh semua; yang pertama diterima kebanyakan oleh ilmuwan, meskipun ada beberapa perbedaan pendapat. Penyebab. Efek
rumah
kaca
disebabkan
karena
naiknya
konsentrasi
gas
karbondioksida (CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfe r. Kenaikan konsentrasi gas CO 2 ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan tumbuhan dan laut untuk mengabsorbsinya. Energi yang masuk ke bumi mengalami : 25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer 25% diserap awan 45% diadsorpsi permukaan bu mi 5% dipantulkan kembali oleh permukaan bumi. Energi yang diadsoprsi dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi infra merah oleh awan dan permukaan bumi. Namun sebagian besar infra merah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas CO 2 dan gas lainnya, untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Dalam keadaan normal, efek rumah kaca diperlukan, dengan adanya efek rumah kaca perbedaan suhu antara siang dan malam di bumi tidak terlalu jauh berbeda. Selain gas CO 2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah su lfur dioksida (SO2), nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa senyawa organik seperti gas metana (CH 4) dan khloro fluoro karbon (CFC). Gas -gas tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca. Gas Kontribusi Sumber emisi global % CO2 45-50% Batu bara 29 Minyak Bumi 29 Gas alam 11 Penggundulan hutan 20 lainnya 10 CH4 10-20%
55
Azas Black Teori kalorik menyatakan bahwa setiap benda mengandung sejenis zat alir (kalorik) yang tidak dapat dilihat oleh mata manusia. Teori ini diperkena lkan oleh Antoine Lavoiser. Teori ini juga menyatakan bahwa benda yang suhunya tinggi mengandung lebih banyak kalor dari pada benda yang suhunya rendah. Ketika kedua benda disentuhkan, benda yang suhunya tinggi akan kehilangan sebagian kalor yang diberikan kepada benda bersuhu rendah. Akhirnya para ilmuwan mengetahui bahwa kalor sebenarnya merupakan ssalah satu bentuk energi. Karena merupakan energi maka berlaku prinsip kekekalan energi yaitu bahwa semua bentuk energi adalah ekuivalen (setara) dan ketika sej umlah energi hilang, proses selalu disertai dengan munculnya sejumlah energi yang sama dalam bentuk lainnya. Kekekalan energi pada pertukaran kalor pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan Inggris Joseph Black dengan pernyataan : kalor yang dilepaskan o leh air panas (Qlepas) sama dengan kalor yang diterima air dingin (Q terima). Secara matematis pernyataan tersebut dapat ditulis dengan : Qlepas = Qterima Kalorimeter Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk menentukan kalor jenis suatu zat. Kalorimeter yang paling banyak digunakan adalah kalorimeter aluminium. Alat ini dirancang sehingga pertukaran kalor tidak terjadi diluar bejana. Untuk mengurangi radiasi kalor dan kehilangan kalor karena penyerapan dinding bejana, maka kedua dinding bejana bagian dalam dan luar dibuat mengkilap. Cincin serat fiber yang memisahkan kedua bejana Suhu (ºC) tutup kayu adalah penghantar panas yang jelak. Ruang antara kedua dinding bejana berisi udara yang berfungsi sebagai isolator kalor sebab udara adalah penghantar
56
kalor yang jelek. Sebuah bahan contoh panas yang kalor jenisnya diketahui dicelupkan ke dalam air dingin yang terdapat dalam bejana bagian dalam. Kalor jenis zat dapat dihitung dengan mengukur massa air dingin, massa bahan contoh, massa kalorimeter (bejana dalam) dan mengukur suhu air dan bahan contoh sebelum dan sesuah pencampuran. PERBEDAAN SUHU DAN KALOR Kalor merupakan suatu bentuk energi yang besarannya dapat diukur menggunakan suatu pengukur suhu. Terdapat 4 jenis satuan suhu yang dipakai di seluruh dunia, Celcius, Reamur, Farenheit, dan Kelvin. Satuan Internasional untuk satuan suhu adalah Kelvin. Suhu sendiri merupakan suatu pengukuran yang digunakan untuk menunjukan seberapa banyak energi panas yang ada pada suatu tempat. Ingat !! yang diukur adalah seberapa panas tempat tersebut bukannya seberapa dingin. Panas dapat diukur tetapi dingin tidak dapat diukur. Sebagaimana halnya Energi pada umumnya, maka energi kalor atau energi panas dapat berubah bentuk dari satu bentuk ke bentuk lain. Contohnya terjadi pada pembangkit listrik tenaga panas bumi, yang mengubah energi panas menjadi energi listrik. Dengan energi kalor kita bahkan dapat mengubah wujud suatu zat. Seperti contohnya, lilin yang dipanasi lama kelamaan akan meleleh, hal ini berarti panas mengubah wujud lilin yang tadinya padat menjadi cair. Contoh lain terjadi ketika kita merebus air, jika air kita panaskan secara terus menerus maka lama kelamaan air akan menguap menjadi uap air, hal ini mengubah bentuk air yang berbentuk cairan menjadi uap air yang berbentuk gas. Q = M. C. Δ T kenaikan suhu )
( digunakan untuk menghitung energi kalor pada fase
57
Ket : M
= Massa ( Kg )
C
= Kalor Jenis ( J/KgC )
Δ T = Perubahan Suhu ( C ) Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 kg zat sebesar 1 derajat celcius. Alat yang digunakan untuk menentukan besar kalor jenis adalah kalorimeter. Q = M. L
( digunakan untuk menghitung energi kalor pada fase
perubahan wujud ) Ket : M
= Massa ( Kg )
L
= Kalor Laten ( J/Kg )
Kalor Laten adalah kalor yang digunakan untuk mengubah wujud suatu zat. Kalor laten ada dua macam Q = m.U dan Q = m.L. Dengan U adalah kalor uap (J/kg) dan L adalah kalor lebur (J/kg)
KALIBRASI MASSA Massa didefinisikan sebagai sifat materi suatu benda / objek yang menyatakan banyaknya zat yang terkandung dalam benda tersebut. Massa suatu benda tidak tergantung pada temperature, volume ataupun lokasi benda tersebut.Massa sebenarnya (true mass) adalah massa yangditurunkan dari rumus newton :
F=MxA
58
Dimana
:F
: Gaya yang merupakan besaran vector
(newton) M
: Massa, yang merupakan besaran scalar (kg)
A
: Percepatan, merupakan besaran vector
(kgm/s2) Suhu tidak mempengaruhi perubahan nilai massa suatu benda sesama tidak ada bagian yang menguap atau aus. Namun suhu berpengaruh terhadap densitas benda maupun udara disekitar. Ini menyebabkan berubahnya gaya angkat udara terhadap benda. a) Berat Didalam bidang metrologi istilah berat dan massa adalah berbeda, berat sama dengan gaya yang bekerja pada suatu benda. W
= F = m.g
Dimana
W
= Berat benda (N)
F
= Gaya gravitasi (N)
M
= Massa benda (kg)
G
= Percepatan gravitasi (m/s2)
Berat benda nilainya tergantung pada nilai gravitasi (g)
yang nilainya
bervariasi pada setiap lokasi, dengan kata lain berat tergantung padalokasi pengukuran dilakukan.
C) Massa konvensional
Adalah nilai massa yang distandarkan pada kondisi standar, yaitu :
59
Temperatur
: 20 0 C
Densitas udara
: 1,2 kg/m3
Densitas anak timbangan standar
: 8000 kg/m3 (terbuat dari
stainless steel pada temperature 20 0 c) Mc
= M (1-1.2/8000)
Standard massa Satuan standar untuk massa adalah kilogram (kg). Satu kilogram standar adalah massa sebuah silinder logam yang terbuat dari platina iridium yang disimpan di Sevres, Prancis. Silinder platina iridium memiliki diameter 3,9 cm dan tinggi 3,9 cm. Massa 1 kilogram standar mendekati massa 1 liter air murni pada suhu 4°C. Timbangan Penimbangan adalah salah satu bentuk tertua dari pengukuran dan juga salah satu alat yang paling tepat. Penimbangan banyak digunakan pada industri dan perdagangan, oleh karena itu penting bahwa kecermatan timbangan yang digunakan perlu diketahui. a) Teori Kesetimbangan Bila sebuah benda yang bergantung dan dapat berayun – ayun pada satu titik akan terjadi kemungkinan setimbang yaitu setimbang tetap (stabil)
60
Tipe atau Jenis timbangan Timbangan dapat diklasifikasikan kedalam tiga kategori, yaitu: 1) Timbangan dua pan, tiga pisau Timbangan dua pan, tiga pisau dikenal dengan istilah two pan balances,three knife edge balances. Timbangan ini dikenal sebagai timbangan sama lengan karena
ujung
pisau
mendukung
pan,
tiga
pisau
tersebut
menyeimbangkannya.Contoh timbangan emas. 2) Timbangan pan tunggal, dua pisau Timbangan pan tunggal, dua pisau disebut juga dengan single pan balances, two knife edge balance.Timbangan ini biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu timbangan pembebanan diatas (top loading) dan timbangan analitik 3) Timbangan Kompensasi Gaya Elektromagnetik Konstruksi timbangan gaya elektromagnetik atau disebut juga electromagnetic force compensation balances kebanyakan top loading, sebuah koil kaku terpasang disela- sela magnet. Ketika massa ditambahkan diatas pan, sensor mendeteksi dan menyebabkan arus melalui
koil bertambah. Contoh timbangan ini adalah timbangan
elektronik : Definisi Pengukuran Ilmu fisika berhubungan dengan sesuatu yang dapat diukur. Apa yang dapat diukur tergantung kepada perkembangan teknologi. Contohnya, radiasi
61
dari bahan rafioaktif tidak bias dihitung sebelum ditemukannya alat unuk mengukur besarnya radiasi. Ruang lingkup fisika secara terus-menerus meningkat dengan penemuan-penemuan baru yang memperluas daerah pengukuran yang mungkin. Dalam fisika, pengukuran itu sendiri menjadi objek utaman yang menarik. Hal ini di karenakan konsep-konsep tertentu, seperti panjang, waktu, atau suhu, hanya bisa dipahami dengan menggunakan metode untuk mengukurnya. Jadi, dapat kita simpulkan bahwa mengukur adalah membandingkan parameter pada obyek yang diukur terhadap besaran yang telah distandarkan,
sedangkan
pengukuran
merupakan
suatu
usaha
untuk
mendapatkan informasi deskriptif-kuantitatif dari variabel-variabel fisika dan kimia suatu zat atau benda yang diukur, misalnya panjang 1m atau massa 1 kg dan sebagainya. Adapun 2 macam jenis pengukuran adalah sebagai berikut: 1.
Pengukuran Langsung Pengukuran Langsung Pengukuran langsung adalah pengukuran yang
dilakukan untuk mendapatkan nilai hasil pengukuran secara langsung. Pengukuran langsung dapat dilakukan pada kondisi yang sama atau pada kondisi yang berbeda. Pada pengukuran langsung pada kondisi sama, seluruh pengukuran dilakukan oleh pengukur yang sama, alat yang sama, dan keadaan lingkungan yang sama. Sedangkan pengukuran langsung pada kondisi yang tidak sama, terjadi apabila pada waktu pengukuran terjadi pergantian pengukur, alat, atau terjadi perubahan keadaan lingkungan. Contohnya yaitu mengukur panjang dengan pita ukur dan mengukur sudut dengan theodolit.
62
2.
Pengukuran Tidak Langsung
Pengukuran tidak langsung adalah pengukuran yang dilakukan apabila nilai hasil ukuran tidak mungkin didapatkan langsung. Nilai hasil ukuran yang dicari didapatkan berdasarkan hubungan fungsional tertentu dari beberapa hasil pengukuran langsung. Contohnya adalah mengukur tinggi berdasarkan hasil pengukuran sudut dan jarak.
2.2
Keandalan Pengukuran (Reliability of Measurement) Beberapa istilah yang digunakan untuk menyatakan keandalan pengukuran adalah presisi (precision) dan akurasi (accuracy). a. Presisi (Ketelitian) Presisi adalah derajat kedekatan kesamaan pengukuran antara satu dengan lainnya. Jika hasil pengukuran saling berdekatan (mengumpul) maka dikatakan mempunyai presisi tinggi dan sebaliknya jika hasil pengukuran menyebar maka dikatakan mempunyai presisi rendah. Presisi diindikasikan dengan penyebaran distribusi probabilitas. Distribusi yang sempit mempunyai presisi tinggi dan sebaliknya. Ukuran presisi yang sering digunakan adalah standar deviasi (σ). Presisi tinggi nilai standar deviasinya kecil dan sebaliknya. Presisi dalam sebuah pengukuran bisa dikaitkan dengan 3 hal berikut ini: 1. Presisi berkaitan dengan perlakuan dalam proses pengukuran, yang meliputi antara lain kualitas alat ukur, sikap teliti si pengukur, kesetabilan tempat dimana dilakukan pengukuran. Contohnya, pengukuran berat badan seorang bayi dengan timbangan bayi lebih
63
presisi dibandingkan dengan pengukuran berat badan bayi tersebut dengan timbangan beras. 2.
Presisi
juga
berkaitan
dengan
seberapa
besar
penyimpangan hasil ukur suatu besaran ketika pengukuran dilakukan secara berulang-ulang. Sebuah pengukuran yang dilakukan secara berulang memberikan hasil 7,2 cm, 7,3 cm, 7,2 cm, dan 7,3 cm. pengukuran kedua yang dilakukan oleh orang yang berbeda memberikan hasil 7,2 cm, 7,4 cm, 7,5 cm, dan 7,1 cm. dapat dikatakan bahwa pengukuran yang dilakukan oleh orang pertama lebih presisi dibandingkan dengan pengukuran yang dilakukan oleh orang kedua. 3. Presisi juga berhubungan dengan jumlah angka desimal yang dicantumkan dalam hasil pengukuran. Makin banyak angka desimal dalam suatu hasil pengukuran, makin presisi pengukuran tersebut. Sebagai contoh, hasil ukur 3,45 cm lebih presisi dibandingkan dengan 3,5 cm. Jadi, presisi berhubungan dengan metode pengukuran dan bagaimana hasil ukur tersebut dituliskan. b.
Akurasi (Ketepatan) Akurasi adalah derajat kedekatan pengukuran terhadap nilai sebenarnya. Akurasi mencakup tidak hanya kesalahan acak, tetapi juga bias yang disebabkan oleh kesalahan sistematik yang tidak terkoreksi. Jika tidak ada bias kesalahan sistematik maka standar deviasi dapat dipakai untuk menyatakan akurasi. Contoh sederhana
64
mengenai akurasi adalah sebagai berikut. Massa jenis air disepakati bernilai 1000 kg/m3. Dua orang siswa melakukan percobaan untuk mengukur massa jenis air. Setelah melakukan beberapa kali pengulangan dalam percobaannya, siswa A memperoleh hasil 1002 kg/m3 sedangkan siswa B memperoleh hasil 1005 kg/m3. Dalam kasus ini, kita katakana hasil pengukuran siswa A memiliki akurasi lebih tinggi (lebih akurat) dibandingkan dengan hasil pengukuran siswa B. Alat ukur yang mempunyai presisi tinggi belum tentu alat ukur tersebut mempunyai akurasi tinggi. Akurasi rendah dari alat ukur yang mempunyai presisi tinggi. Sebagai contoh, jika sebuah pengukuran dilakukan dengan metode yang sangat teliti dengan alat ukur yang canggih dan dilakukan berulang-ulang akan menghasilkan pengukuran yang memiliki presisi tinggi. Namun, jika teryata salah satu bagian dari alat ukur tersebut cacat atau tidak berfungsi dengan sempurna, misalnya jarum penunjuk skala bengkok, maka pengukuran tersebut menjadi tidak akurat.
2.3
Angka-Angka yang Berarti Angka-angka yang berarti atau biasa kita kenal dengan angka penting. Angka penting adalah bilangan yang diperoleh dari hasil pengukuran yang terdiri dari angka-angka penting yang sudah pasti (terbaca pada alat ukur) dan satu angka terakhir yang ditafsir atau diragukan. Bila kita mengukur panjang suatu benda dengan mistar berskala mm (mempunyai batas ketelitian 0,5 mm) dan melaporkan hasilnya dalam 4 angka
65
penting, yaitu 114,5 mm. Jika panjang benda tersebut kita ukur dengan jangka sorong (jangka sorong mempunyai batas ketelitian 0,1 mm) maka hasilnya dilaporkan dalam 5 angka penting, misalnya 114,40 mm, dan jika diukur dengan mikrometer sekrup (Mikrometer sekrup mempunyai batas ketelitian 0,01 mm) maka hasilnya dilaporkan dalam 6 angka penting, misalnya 113,390 mm. Ini menunjukkan bahwa banyak angka penting yang dilaporkan sebagai hasil pengukuran mencerminkan ketelitian suatu pengukuran. Makin banyak angka penting yang dapat dilaporkan, makin teliti pengukuran tersebut. Tentu saja pengukuran panjang dengan mikrometer sekrup lebih teliti dari jangka sorong dan mistar. Pada hasil pengukuran mistar tadi dinyatakan dalam bilangan penting yang mengandung 4 angka penting : 114,5 mm. Tiga angka pertama, yaitu: 1, 1, dan 4 adalah angka eksak/pasti karena dapat dibaca pada skala, sedangkan satu angka terakhir, yaitu 5 adalah angka taksiran karena angka ini tidak bisa dibaca pada skala, tetapi hanya ditaksir. Dalam penulisan yang menyangkut angka penting, terdapat beberapa aturan yang harus dipenuhi, yaitu: 1. Semua angka bukan nol merupakan angka penting. 6,89 mL memiliki 3 angka penting 78,99 km memiliki 4 angka penting 3. Angka nol yang terletak di antara dua angka bukan nol merupakan angka penting. 1208 m memiliki 4 angka penting, 2,0067 mil memiliki 5 angka
66
3. Untuk bilangan desimal yang lebih kecil dari satu, angka nol yang terletak disebelah kiri angka bukan nol, baik disebelah kanan tanda koma (decimal), tidak termasuk angka penting. 0,51 cm memiliki 2 angka penting 0,0215 g memiliki 3 angka penting 4. Deretan angka nol yang terletak disebelah kanan angka bukan nol adalah angka penting, kecuali ada penjelasan lain. Penjelasan ini dapat berupa garis bawah pada angka terakhir yang masing dianggap angka penting. 0,456000 s memiliki 6 angka penting 1300 m memiliki 3 angka penting 0,456000 s memiliki 4 angka penting 5. Untuk bilangan yang sangat besar atau sangat kecil angka penting dapat dikenal dengan baik jika ditulis dengan notasi ilmiah. Semua angka sebelum orde (Pada notasi ilmiah) termasuk angka penting. 384.000.000 m = 3,84 x 108 m memiliki 3 angka penting 4,00 x 10-7 kg memiliki 3 angka penting Dalam mengolah data, kita sering membagi, mengalikan, menjumlah atau mengurangkan. Untuk itu gunakan aturan-aturan sebagai berikut: b. Hasil penjumlahan atau pengurangan dengan angka penting hanya boleh ada satu angka taksiran (angka yang diragukan). Dalam contoh berikut, semua angka yang diragukan digarisbawahi untuk
67
memperjelas pemahaman aturan penjumlahan dan pengurangan angka penting ini. 345,670
(6 angka penting)
24,5
(3 angka pentimg)
________ + 370,170
( kita tulis hasilnya sebagai 370,2 yang memiliki 4 angka penting)
76,83 71,4 ________5,43
( kita tulis hasilnya sebagai 5,4 yang memiliki 2 angka penting)
b.
Hasil kali atau hasil bagi dari angka penting memberikan hasil dengan jumlah angka penting sama dengan jumlah angka paling sedikit dari bilangan-bilangan yang terlibat dalam perkalian atau pembagian. 3,45 x 2,5 = 8,625 (kita tulis hasilnya sebagai 8,6 yang memiliki 2 angka penting). 67,89 x 568 = 38561,52 (kita tulis hasilnya sebagai 38561 yang memiliki 3 angka penting). 134,78 : 26 = 5,1838 (kita tuliskan hasilnya sebagai 5,2 yang memiliki 2 angka penting).
68
Tetapi, aturan perkalian atau pembagian ini akan berbeda jika melibatkan bilangan eksak. Bila perkalian atau pembagian melibatkan bilangan eksak, hasilnya harus memiliki angka penting sebanyak angka penting pada bilangan penting yang terlibat. Satu butir telur massanya 62,54 gram. Hitunglah massa dari 14 butir telur! Penyelesaian: Angka 14 bukan angka penting, tetapi merupakan angka eksak (angka pasti tanpa taksiran), maka tidak mengandung angka penting. Jadi, massa 14 butir telur = 14 x 62,54 = 875,56 gram. Ditulis 875,6 (terdiri dari 4 angka penting) Untuk perkalian atau pembagian dua bilangan eksak, seluruh angka hasil perhitungan dapat ditulis lengkap jika dianggap perlu. Misalnya: 13 kelereng : 3 orang = 4,33333…….. kelereng/orang Untuk operasi-operasi berhitung dengan angka penting yang lain, misalnya penarikan akar dan pemangkatan, kita dapat melakukannya berdasarkan aturan sebagai berikut: a. Apabila suatu bilangan penting dipangkatkan atau ditarik akarnya, hasilnya mempunyai angka penting sebanyak angka penting bilangan yang dipangkatkan atau ditarik akarnya. Misalnya: (2,5 cm)3 = (2,5 cm) x (2,5 cm) x (2,5 cm)
69
= 15,625 cm3 = 16 cm3 (2 angka penting) = 4,3 cm (2 angka penting) 2.4
Sumber Ketidakpastian Seperti yang diuraikan diatas, hasil pengukuran selalu mengandung ketidakpastian. Apakah penyebab ketidakpastian pada hasil pengukuran? Pertama, karena pengukuran adalah tindakan manusia dan seperti diketahui bahwa manusia adalah tidak sempurna, sehingga hasil pengukurannya juga tidak sempurna. Kedua, alat yang digunakan untuk pengukuran juga buatan manusia sehingga tidak sempurna. Selain kedua factor ini, ada banyak factor lain yang berpengaruh pada hasil pengukuran yang tidak dapat diketahui semuanya. Akan tetapi, kita perlu mengetahui sumber-sumber kesalahan dan berusaha menghilangkannya. Berikut ini macam-macam sumber kesalahan sebagai berikut: 1.
Kesalahan alami Biasanya, suatu pengukuran dilakukan di lingkungan yang tidak dapat dikontrol. Efek suhu, tekanan atmosfer, angin, gravitasi bumi pada alat ukur akan menimbulkan kesalahan-kesalahan pada hasil pengukuran.
2.
Kesalahan alat Pengukuran, baik yang dilakukan dengan alat ukur yang sederhana maupun alat ukur yang canggih, tetap saja memungkinkan
70
terjadinya
kesalahan,
misalnya
karena
ketidaksempurnaan
pembuatan alat ukurnya di pabrik atau kesalahan kalibrasi. 3.
Kesalahan manusia Karena manusia secara langsung terlibat dalam pengukuran, dan cukup banyak unsur subjektif dalam diri manusia, maka kesalahan yang diakibatkan oleh manusia sangat mungkin terjadi dalam pengukuran. System otomatisasi dan digitalisasi telah mengurangi sumber kesalahan yang berasal dari manusia ini. Contoh kesalahan yang ditimbulkan oleh manusia adalah kesalahan paralaks.
4.
Kesalahan hitung Kesalahan hitung meliputi cukup banyak hal, misalnya tentang jumlah angka penting yang berbeda-beda dari beberapa hasil pengukuran,
kesalahan
pembulatan
hasil
pengukuran,
dan
penggunaan factor konversi satuan.
Berikut ini adalah beberapa jenis ketidakpastian beserta sumbernya yang biasa dijumpai.
a.
Kesalahan-kesalahan Umum (gross-errors) Kesalahan ini kebanyakan disebabkan oleh kesalahan manusia. Diantaranya adalah kesalahan pembacaan alat ukur, penyetelan yang tidak tepat dan pemakaian instrumen yang tidak sesuai dan kesalahan penaksiran. Kesalahan ini tidak dapat dihindari, tetapi harus dicegah dan perlu perbaikkan. Ini terjadi karena keteledoran
71
atau kebiasaan - kebiasaan yang buruk, seperti : pembacaan yang tidak teliti, pencatatan yang berbeda dari pembacaannya, penyetelan instrumen yang tidak tepat. Adapun langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk menghindari terjadinya kesalahan besar ini yaitu: 1)
Cek secara hati-hati semua objek yang akan diukur.
2)
Melakukan pembacaan hasil ukuran secara berulang untuk mengecek kekonsistenan.
3) 4)
Memverifikasi hasil yang dicatat dengan yang dibaca. Mengulangi seluruh pengukuran secara mandiri untuk mengecek kekonsistenan data.
5)
Penggunakan rumus aljabar atau geometrik sederhana untuk mengecek kebenaran hasil ukuran. Misalnya dalam pengukuran sudut sebuah segitiga, jumlah ketiga sudutnya sama dengan 180°.
b.
Kesalahan-kesalahan sistematis (systematic errors) Ketidakpastian bersistem dapat disebut sebagai sumber kesalahan karena bersumber pada kesalahan alat. Ketidakpastian ini meliputi hal-hal berikut ini. 1)
Kesalahan kalibrasi Cara memberi skala nilai pada waktu pembuatan alat ukur yang tidak tepat sehingga setiap kali alat tersebut digunakan, ketidakpastian selalu muncul pada hasil pengukuran. Contoh kesalahan kalibrasi adalah skala nilai
72
pada alat ukur yang lebarnya tidak sama. Kesalahan ini dapat diketahui dengan cara membandingkan alat tersebut dengan alat lain yang standar. Alat standar. Alat standar, meskipun buatan manusia, dipandang tidak mengandung kesalahan apapun. 2)
Kesalahan titik nol Titik nol skala alat ukur tidak berhimpit dengan titik nol jarum penunjuk alat ukur. Misalnya, jarum penunjuk titik nol pada neraca (timbangan) yang tidak berada pada posisi nol padahal tidak digunakan untuk menimbang. Kesalahan ini dapat dikoreksi dengan memutar tombol pengatur kedudukan jarum agar tepat pada posisi nol. Jika tidak, kita harus mencatat kedudukan awal jarum penunjuk dan memperlakukan kedudukan awal ini sebagai titik nol.
3)
Kelelahan Komponen Alat Kesalahan ini sering terjadi pada pegas. Pegas yang telah lama dipakai biasanya lembek, sehingga mempengaruhi hasil pengukuran. Kesalahan ini dapat diperbaiki dengan cara mengkalibrasi ulang.
4)
Gesekan Kesalahan ini timbul akibat gesekan pada bagian-bagian alat yang bergerak.
5)
Paralaks
73
Kesalahan baca yang terjadi karena kita tidak tepat mengarahkan pandangan mata (mata tidak tegak lurus) terhadap objek yang diamati. 6)
Keadaan Saat Bekerja
Penggunaan alat pada kondisi yang berbeda dengan keadaan alat pada saat dikalibrasi (misalnya pada suhu, tekanan, dan kelembapan yang berbeda juga dapat menyebabkan terjadinya kesalahan. Ketidakpastian
bersistem
menyebabkan
hasil
pengukuran
menyimpang dari nilai yang sebenarnya. Biasanya, penyimpangan akibat kesalahan bersistem ini mempunyai kecenderungan tertentu sehingga memudahkan tindakan untuk mengatasinya. Untuk menghindari kesalahan-kesalahan tersebut dengan cara : 1) Memilih instrumen yang tepat untuk pemakaian tertentu. 2) Menggunakan
faktor-faktor
koreksi
setelah
mengetahui
banyaknya kesalahan. 3) Mengkalibrasi instrumen tersebut terhadap instrumen standar. Pada kesalahan-kesalahan yang disebabkan lingkungan, seperti : efek perubahan temperatur, kelembaban, tahanan udara luar, medan-medan maknetik,
dan
sebagainya
dapat
dihindari
dengan
membuat
pengkondisian udara (AC), penyegelan komponen-komponen instrumen tertentu dengan rapat, pemakaian pelindung maknetik dan sebagainya.
74
c.
Kesalahan acak yang tak disengaja (random errors) Ketidakpastian ini bersumber pada keadaan atau gangguan yang
sifatnya acak, sehingga menghasilkan ketidakpastian yang bersifat acak pula. Berbeda dengan ketidakpastian bersistem, ketidakpastian ini tidak mempunyai kecenderungan tertentu sehingga sukar diatasi. Pada pengukuran yang sudah direncanakan kesalahan-kesalahan ini biasanya hanya kecil. Tetapi untuk pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan ketelitian tinggi akan berpengaruh. Contoh misal suatu tegangan diukur dengan voltmeter dibaca setiap jam, walaupun instrumen yang digunakan sudah dikalibrasi dan kondisi lingkungan sudah diset sedemikian rupa, tetapi hasil pembacaan akan terjadi perbedaan selama periode pengamatan. Penyebab ketidakpastian acak ini antara lain sebagai berikut: 1)
Gerak Brown Molekul Udara
Seperti diketahui, molekul udara selalu bergerak dan gerakannya bersifat acak. Gerakan ini pada saat tertentu mengalami fluktuasi, artinya gerakan molekul udara dalam arah tertentu menjadi sangat besar atau sangat kecil. Hal ini menyebabkan jarum penunjukkan skala alat ukur yang sangat halus, misalnya mikro galvanometer menjadi terganggu akibat tumbukan antarmolekul udara.
75
2) Fluktuasi Tegangan Listrik Tegangan PLN, baterai, atau aki selalu berfluktuasi, yaitu selalu mengalami perubahan. Tentu saja, hal itu menggangu pembacaan besaran listrik. 3) Landasan yang Bergetar Alat yang sangat peka, misalnya seismograf, dapat terganggu akibat adanya landasan yang bergetar. Hal itu akan mempengaruhi hasil pengukuran. 4) Bising Pada alat-alat elektronika sering terjadi bising akibat fluktuasi tegangan pada komponen alat yang bersangkutan. 5)
Radiasi Latar Radiasi sinar kosmis dari angkasa luar dapat menyebabkan
gangguan pada alat pencacah (counter) karena akan terhitung pada waktu kita mengukur dengan pencacah elektronik. Untuk mengatasi kesalahan ini dengan cara sebagai berikut: 1)
Menambah jumlah pembacaan alat percobaan yang dilakukan.
2)
Menggunakan cara-cara statistik untuk mendapatkan hasil yang akurat.
3)
Alat ukur listrik sebelum digunakan untuk mengukur perlu
diperhatikan penempatannya/ peletakannya. Ini penting karena posisi pada bagian yang bergerak yang menunjukkan besarannya
76
akan dipengaruhi oleh titik berat bagian yang bergerak dari suatu alat ukur tersebut. d.
Adanya Nilai Skala Terkecil Alat Ukur Setiap alat ukur mempunyai skala terkecil dalam berbagai ukuran. Mistar misalnya, ada yang mempunyai skala terkecil 1 mm. Demikian pula pada jangka sorong yang dilengkapi dengan skala nonius sehingga memungkinkan kita mampu membaca hingga 0,1 mm. Meskipun demikian, karena keterbatasan penglihatan pembacaan skala terkecil ini juga merupakan sumber kesalahan.
e.
Keterbatasan Pengamat Sumber ketidakpastian ini adalah keterbatasan pengamat sendiri. Misalnya pengamat kurang terampil dalam menggunakan alat, utamanya alat-alat canggih yang melibatkan banyak komponen yang harus diatur.
2.5
Analisis Statistik Analisis statistik biasa digunakan dalam perhitungan dalam pengukuran yang telah dilakukan. Tujuan dari analisis statistik ini adalah untuk mendapatkan hasil yang akurat dalam hasil percobaan dan menjadi bahan perbaikan pada kesalahan yang terjadi pada percobaan yang dilakukan tersebut. Analisis statistik yang mungkin digunakan pada percobaan adalah sebagai berikut: 1)
Ketidakpastian pada pengukuran tunggal Apabila pengukuran besaran fisika hnya dilakukan satu kali, ketidakpastian pengukurannya ditaksir (diperkirakan) berdasarkan
77
skala terkecil alat ukur yang digunakan, yaitu ½ kali nilai skala terkecil alat ukur . 2)
Ketidakpastian pada pengukuran berulang Apabila keadaan memungkinkan, besaran yang diukur beberapa kali akan diperoleh informasi yang lebih baik tentang nilai yang sebenarnya. Untuk pengukuran yang dilakukan lebih dari satu kali, dengan melakukan pengukuran n
kali, sehingga misalnya kita
mendapatkan hasil sebagai berikut: X1, X2, X3 , ….., Xn Agar mendapatkan nilai terbaik (benar) dari pengukuran tersebut dilakukan dengan merata-ratakan hasil pengukuran.