BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Belajar Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah kaku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Banyak perubahan yang terjadi dalam diri seeorang baik sifat maupun jenisnya, sehingga belum tentu setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar (Slameto, 2003:2). Perubahan yang terjadi pada seseorang setelah melalui proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku dalam sikap, ketrampilan dan penngeahuan. Hal tersebut sama dengan pendapat aliran ilmu jiwa tingkah laku tentang belajar sebagai perubahan tingkah laku yang dapat diobservasi sebagai hasil dari pengalaman. “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. (Dimyati dan Mudjiono, 2009:23) Sedangkan belajar menurut Teori Gestalt adalah reorganisasi pengalaman yang dihasilkan dari suatu interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Jadi siswa belajar menggunakan segala pengalaman yang telah dimiliki. Teori dari R.Gagne,mendefisinikan dua pengertian belajar yaitu: a) Belajar
ialah
suatu
proses
untuk
memperoleh
motivasi
dalam
pengetahuan, ketrampilan, kebiasan, dan tingkah laku. b) Belajar adalah pengusaan pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh dari instruksi Berdasarkan pengertian belajar dari beberapa ahli di atas, maka belajar adalah suatu perubahan dalam diri seseorang melalui pengalaman atau
6
7
pengamatan secara langsung terhadap sesuatu yang memandu perilaku selanjutnya. 2.1.2. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran atau proses belajar mengajar menurut Muhibbin Syah (2004:256) adalah sebuah kesatuan kegiatan yang integral dan resiprokal antara guru dan siswa dalam insturksional. Dalam situasi ini,guru mengajar dan siswa belajar. Pendekatan pembelajaran dapat berarti anutan pembelajaran yang berusaha
meningkatkan
kemampuam-kemampuan
kognitif,
afektif,
psikomotorik siswa dalam pengelolaan pesan sehingga tercapai sasaran belajar (Dimyati dan Mudjiono,2009:185). Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Proses belajar mengajar terjadi apabila ada subyek didik secara aktif berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur oleh guru atau pendidik untuk mencapai tujuan pembelajaran. 2.1.3. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana (2004 : 22) membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita. Menurut Purwanto ( 2009 : 3 ), menyatakan bahwa hasil belajar adalah suatu yang digunakan untuk menilai hasil pelajaran yang digunakan untuk menilai hasil pelajaran yang telah diberikan kepada siswa dalam waktu tertentu. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:17), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.
8
Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil akhir dari proses kegiatan belajar siswa dari seluruh kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran, menerima suatu pelajaran untuk mencapai kompetensi yang akan dicapai dengan menggunakan alat penilaian yang disusun guru berupa tes yang hasilnya adalah nilai kemampuan siswa selama proses belajar mengajar.
Menurut Slameto (2003:47) Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar itu dapat dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. a. Faktor internal 1) Faktor biologis (jasmaniah) Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir. Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi keadaan otak, panca indera, anggota tubuh. Kedua, kondisi kesehatan fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar. Di dalam menjaga kesehatan fisik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain makan dan minum yang teratur, olahraga serta cukup tidur. 2) Faktor Psikologis Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil. Faktor psikologis ini meliputi
9
hal-hal berikut. Pertama, intelegensi. Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Kedua, kemauan. Kemauan dapat dikatakan faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang. Ketiga, bakat. Bakat ini bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak menentukan tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang. b. Faktor Eksternal 1) Faktor lingkungan keluarga Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian orangtua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya maka akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya. 2) Faktor lingkungan sekolah Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan keberhasilan
belajar
siswa.
Hal
yang
paling
mempengaruhi
keberhasilan belajar para siswa disekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten. 3) Faktor lingkungan masyarakat Seorang
siswa
hendaknya
dapat
memilih
lingkungan
masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Masyarakat merupkan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa karena keberadannya dalam masyarakat. Lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah, lembaga-lembaga
10
pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja dan lain-lain. Berdasarkan ulasan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar diatas dapat disumpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar merupakan hal yang paling utama untuk menentukan keberhasilan belajar seseorang. Dalam faktor eksternal siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari cara orangtua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga. Karena keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Dimyati dan Mudjiono (2009:201) mengemukakan bahwa, ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 3, yakni: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. 2.1.3.1. Hasil Belajar Kognitif Ranah kognitif merupakan hasil belajar yang berhubungan dengan kemampuan intelektual. Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan
dengan
kemampuan
kemampuan
menghafal,
berfikir,
memahami,
termasuk
mengaplikasi,
didalamnya menganalisis,
mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Menurut Sudjana (1995) dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi, enam aspek tersebut antara lain: 1) Pengetahuan (Knowledge), mencakup ingatan akal hal-hal yang dipelajari dan disimpan dalam ingatan. 2) Pemahaman(Comprehension), mengacu pada kemampuan memahami makna materi.
11
3) Penerapan (Application), mengacu pada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan atau dan prinsip. 4) Analisis (Analysis), mengacu pada kemampuan menguraikan materi ke dalam hubungan diantara bagian yang satu dengan lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti. 5) Sintesis (Synthesis), mengacu pada kemampuan memadukan konsep atau komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru. 6) Evaluasi (Evaluation), mengacu pada kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu. Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat rendah, sedangkan aspek aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi termasuk kognitif tingkat tinggi. Diantara ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris, maka ranah kognitif paling banyak digunakan oleh guru dalam pembelajaran di sekolah. Hal ini, karena ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Hasil belajar aspek pengetahuan termasuk tingkat kognitif yang paling rendah, meliputi pengetahuan faktual dan pengetahuan hafalan atau untuk diingat. Hasil belajar kognitif siswa dapat diukur melalui instrumen dalam bentuk tes. Tes yang peneliti gunakan yaitu tes objektif dalam bentuk tes uraian. Tes uraian, yang dalam literatur disebut juga essay examination, merupakan alat penilaian hasil belajar yang paling tua. Secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberi alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasanya sendiri. Dengan demikian, dalam tes ini dituntut kemampuan siswa dalam hal mengekspresikan gagasannya
12
melalui gagasan tulisan. Dalam hal inilah kekuatan atau kelebihan tes essay dari alat penilaian lainnya.Harus diakui bahwa tes uraian dalam banyak hal mempunyai kelebihan daripada tes objektif, terutama dalam hal meningkatkan kemampuan menalar dikalangan siswa. Hal ini ialah karena melalui tes ini siswa dapat mengungkapakan aspek kognitif tingkat tinggi seperti analisissintesis-evaluasi, baik secara lisan maupun tulisan. Siswa juga dibiasakan dengan kemampuan memecahkan masalah (problem solving), mencoba merumuskan hipotesis, .menyusun dan mengekspresikan gagasannya, dan menarik kesimpulan dari pemecahan masalah. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan atau keunggulan tes uraian ini antara lain adalah : a) Dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif tingkat tinggi. b) Dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, baik lisan maupun tulisan, dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa. c) Dapat melatih kemampuan berfikir teratur atau penalaran, yakni berfikir logis, analitis, dan sistematis. d) Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving). e) Adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya sehingga tanpa memakan waktu yang lama, guru dapat secara langsung melihat proses berfikir siswa. Di lain pihak kelemahan atau kekurangan yang terdapat dalam tes ini antara lain adalah : a) Sampel tes sangat terbatas sebab dengan tes ini tidak mungkin dapat menguji semua bahan yang telah diberikan, tidak seperti pada tes objektif yang dapat menanyakan banyak hal melalui jumlah pertanyaan. b) Sifatnya sangat subjektif, baik dalam menanyakan, dalam membuat pertanyaan, maupun dalam cara memeriksanya.
13
c) Tes ini biasanya kurang reliabel, mengungkap aspek yang terbatas, pemeriksaannya memerlukan waktu lama sehingga tidak praktis bagi kelas yang jumlah kelas yang relatife besar.
1. Jenis-jenis Tes Uraian Bentuk tes uraian dibedakan menjadi (a) Uraian bebas (free essay), (b) Uraian terbatas dan uraian berstruktur. Dalam uraian bebas jawaban siswa tidak dibatasi, bergantung pad pandangan siswa itu sendiri.Hal ini disebabkan oleh isi pertanyaan uraian bebas yang sifatnya umum. Melihat karakteristiknya, pertanyaan bentuk uraian bebas tepat digunakan apabila bertujuan untuk: 1) Mengungkapkan pandangan para siswa terhadap suatu masalah sehingga dapat diketahui luas dan intensitasnya. 2) Mengupas suatu persoalan yang kemungkinan jawabannya beraneka ragam sehingga tidak ada jawaban satupun yang pasti. 3) Mengembangkan daya analisis siswa dalam melihat suatu persoalan dari berbagai segi atau dimensinya. Kelemahan tes ini adalah sukar menilainya karena jawaban siswa bisa bervariasi, sulit menentukan criteria penilaian, sangat subyektif karena bergantung pada guru sebagai penilaiannya. 2. Menyusun Soal Bentuk Uraian. Agar diperoleh soal-soal bentuk uraian yang dikatakan memandai sebagai alat penilaian hasil belajar, hendaknya diperhatikan hal-hal berikut: a) Dari segi isi yang di ukur. Segi yang hendak diukur
hendaknya ditentukan secara jelas
abilitasnya, misalnya pemahaman konsep, aplikasi suatu konsep, analisis suatu permasalahan, dan aspek kognitif lainnya. Dengan kejelasan apa yang akan di ungkapkan maka soal atau pertanyaan yang
14
dibuat hendaknya mengungkapkan kemampuan siswa dalam abilitas tersebut. Setelah abilitas yang hendak diukur cukup jelas, tetapkan materi yang ditanyakan. Dalam memilih materi sesuai dengan kurikulumnya atau silabusnya, pilihlah materi yang esensial sehingga tidak semua materi perlu ditanyakan. b) Dari segi bahasa. Gunakan bahasa yang baik dan benar sehingga mudah diketahui makna yang terkandung dalam rumusan pertanyaan. Bahasanya sederhana, singkat, tetapi jelas apa yang ditanyakan. Hindari bahasa yang berbelit-belit, membingungkan atau mengecoh siswa. c) Dari segi teknis penyajian soal. Hendaknya jangan mengulang-ulang pertanyaan terhadap materi yang samasekalipun untuk abilitas yang berbeda sehingga soal atau pertanyaan yang diajukan lebih kompeherensif dari pada segi lingkup materinya. Perhatikan waktu yang tersedia untuk mengejakan soal tersebut sehingga soal tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit. Bobot penilaian untuk setiap soal hendaknya dibedakan menurut tingkat kesulitan soal. Soal-soal yang tergolong sulit hendaknya di beri bobot yang lebih besar.Tingkat kesulitan soal dilihat dari sifat materinya dan abilitas yang diukurnya. Abilitas analisis lebih sulit daripada aplikasi dan pemahaman demikian juga sintesis lebih sulit daripada analisis. Sedangkan dari aspek materi, konsep lebih sulit diperoleh dari fakta. d) Dari segi jawaban. Setiap pertanyaan yang hendak diajukan sebaiknya telah ditentukan jawaban yang diharapkan, minimal pokok-pokoknya. Tentukan pula besarnya skor maksimal untuk setiap soal yang di jawab benar dan skor minimal bila jawaban dianggap salah atau kurang memadai.
15
Jangan sekali-kali mengajukan pertanyaan yang jawabannya belum pasti atau guru sendiri tidak tau jawabannya, atau mengharapkan kebenaran jawaban tersebut diperoleh dari siswa. Mengingat sifat tes uraian lebih mengutamakan kekuatan (power test), bukan kecepatan (speed test), maka maka dalam pelaksanaan tes ini hendaknya diperhatikan hal-hal berikut: 1) Berilah waktu yang cukup kepada siswa untuk mengerjakan soalsoal tersebut. Dengan demikian siswa dapat mengungkapkan jawabannya tanpa terburu-buru. 2) Berikan kemungkinan kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal siswa yang mudah terlebih dahulu tanpa harus mengikuti urutan nomor soal. 3) Awasi pengerjaan soal oleh para siswa sehingga meraka bekerja sendiri tanpa bekerja sama dengan yang lain. 4) Dalam hal tertentu, jika dipandang perlu, berikan soal-soal uraian yang
memperbolehkan siswa membuka buku dan catatan
pelajarannya. Biasanya soal mengungkapkan aplikasi suatu konsep, pemecahan
suatu
masalah,
menarik
suatu
generalisasidapat
diberikan kepada siswa dengan memperbolehkan siswa membuka catatan dan materi pelajaran. 5) Setelah semua siswa selesai mengerjakan soal, ada baiknya guru menjelaskanjawaban
setiap
soal
sehingga
para
siswa
mengetahuinya sebagai bahan dan untuk memperkaya pemahaman mereka mengenai bahan atau materi pelajaran.
2.1.3.2. Ranah afektif Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai”. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta
16
didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran disekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran yang di terimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru dan sebagainyaRanah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu: (a) receiving (b) responding (c) valueing (d) organization (e) characterization by evalue or calue complex (Sudjana, 2006: 23). a) Kemampuan menerima (Receiving), mengacu pada kesukarelaan dan kemampuan memperhatikan respon terhadap stimulasi yang tepat. b) Sambutan (Responding), merupakan sikap siswa dalam memberikan respon aktif terhadap stimulus yang datang dari luar, mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan perpartisipasi dalam suatu kegiatan. c) Penghargaan (Valueing), mengacu pada penilaian atau pentingnya kita mengkaitkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksireaksi seperti menerima, menolak, atau tidak memperhitungkan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi sikap yang apresiasi. d) Pengorganisasian (Organizing), mengacu pada penyatuan nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. e) Karakteristik nilai (Characerization by value), mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya.
2.1.3.3. Ranah psikomotor Kibler, Baket, dan Miles dalam Dimyati dan Mudjiyono (2009:207) mengemukakan tujuan ranah psikomotor sebagai berikut:
17
gerakan tubuh yang mencolok, ketepatan gerak yang dikoordinasikan, perangkat komunikasi non verbal, dan kemampuan berbicara. Tes untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur penampilan atau kinerja (performance) yang telah dikuasai oleh siswa. Tes tersebut dapat berupa tes paper and pencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes unjuk kerja. 1. Tes paper and pencil Merupakan kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui paper and pencil adalah kemampuan siswa dalam menampilkan karya, missal berupa desain alat peraga, desain model, dan sebagainya. 2. Tes Identifikasi Yaitu untuk mengukur kemampuan siswa dalam mengidentifikasi suatu hal, missal menemukan bagian alat praktikum yang rusak, menemukan kesalahan hubungan dari suatu alat dan sebagainya. 3. Tes Simulasi Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, jika tidak ada alat
yang
sesungguhnya
yang
dipakai
untuk
memperagakan
penampilan siswa, sehingga siswa dapat dinilai tentang penguasaan ketrampilan dengan bantuan peralatan tiruan atau berperaga seolaholah
menggunakan
suatu
alat
yang
sebenarnya.
Misalnya
memperagakan revolusi matahari dengan menggunakan model tata surya, memperagakan terjadinya gerhana bulan. 4. Tes Unjuk kerja Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, dilakukan dengan alat yang sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai/terampil menggunakan alat tersebut. Misalnya melakukan praktikum. Dari uraian beberapa jenis tes psikomotorik diatas peneliti menyimpulkan untuk menggunakan tes unjuk kerja sebagai acuan
18
untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam melakukan kegiatan praktikum dan tujuannya untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai/terampil menggunakan alat tersebut (Noehi Nasution, dkk. ,2007: 8.18). Misalnya melakukan kegiatan praktikum. Menurut Gronlund dan Linn (1998) dalam penilaian praktikum perlu memperhatikan aspek atau kategori sebagai berikut: a) Kemampuan menjelaskan prosedur dan mengidentifikasi peralatan. b) Merancang/merencanakan percobaan. c) Melakukan percobaan. (memilih dan menyiapkan alat) d) Mengamati dan mencatat hasil. e) Mengintreprestasikan hasil dan merumuskan kesimpulan. f) Mengatur alat, menyeleseikan kegiatan, dan membersihkan alat praktikum. 2.1.4. Pengertian IPA Hakikat ilmu pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di alam. IPA merupakan pengetahuan yang ilmiah, yaitu pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (Khalimah, 2010). Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah, Usman Samatowa (2006). Pendidikan IPA adalah lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan fakta. IPA merupakan kumpulan pengetahuan dan juga proses. Pembelajaran IPA di sekolah di harapkan memberi berbagai pengalaman pada anak yang mengijinkan mereka melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang relevan, Agus. S. (Khalimah, 2010). Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan Pengertian IPA, IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang terdapat di
19
alam, baik itu zat yang terkandung atau gejala yang terdapat di alam. IPA merupakan pengetahuan mempunyai kebenaran melalui metode ilmiah baik secara induktif ataupun deduktif, dengan ciri: objektif, metodik, sistimatis, universal, dan tentatif. 2.1.5. Pembelajaran IPA IPA lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan fakta. IPA merupakan kumpulan pengetahuan dan juga proses. Pembelajaran IPA di sekolah diharapkan memberi berbagai pengalaman pada anak yang mengijinkan mereka melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang relevan, KTSP (2006). Pandangan konstruktivis dalam pembelajaran mengatakan, bahwa anak-anak diberi kesempatan agar menggunakan strateginya sendiri dalam belajar secara sadar, sedangkan guru yang membimbing siswa ke tingkat pengetahuan yang lebih tinggi, (Abruscato, 1999). Menurut kami definisi dari pembelajaran IPA adalah pembelajaran melalui penemuan dan pengalaman-pengalaman nyata dan pemanipulasian alat, bahan, atau media belajar yang lain serta peranan guru sebagai fasilitator yang
mempersiapkan
lingkungan
dan
memungkinkan
siswa
dapat
memperoleh berbagai pengalaman belajar. 2.1.6. Pembelajaran IPA di SD Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) untuk Sekolah Dasar diberikan sejak kelas I. Ruang lingkup dari mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas V SD adalah : a.
Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
b.
Benda/ materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat, dan gas.
20
c.
Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.
d.
Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan bendabenda langit lainnya.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada Kelas V, Semester II adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas V Semester II
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Energi dan Perubahannya 5.
Memahami 5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan hubungan antara gerak, energi,
energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gaya,
gesek, pembentukan tanah)
dan 5.2 Menjelaskan serta
pesawat
sederhana
yang
dapat
membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat
fungsinya 6.
Menerapkan 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya sifat-sifat
6.2 Membuat suatu karya/model, misalnya periskop
cahaya melalui
atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan
kegiatan
sifat-sifat cahaya
membuat suatu karya/model
21
Standar
Kompetensi Dasar
Kompetensi Bumi dan Alam Semesta 7.
Memahami 7.1.Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena perubahan
pelapukan
yang terjadi di 7.2.Mengidentifikasi jenis-jenis tanah alam
dan 7.3.Mendeskripsikan struktur bumi
hubungannya
7.4.Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan
dengan
manusia yang dapat mempengaruhinya
penggunaan sumber
7.5.Mendeskripsikan perlunya penghematan air
daya 7.6.Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di
alam
Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan 7.7. Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi (pertanian, perkotaan, dsb).
2.1.7. Laboratorium Alam Sebagai Sumber Belajar Dalam pendidikan IPA kegiatan laboratorium (praktikum) merupakan bagian integral dari kegiatan belajar mengajar. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peranan kegiatan laboratorium untuk mencapai tujuan pendidikan IPA. Laboratorium merupakan suatu tempat untuk melakukan percobaan, penelitian, dan latihan.
2.1.7.1. Laboratorium Alam Menurut Widyarti (2005:1) “ laboratorium alam adalah suatu sarana atau tempat untuk melakukan kegiatan praktek atau penilaian yang di tunjang
22
adanya seperangkat alat-alat laboratorium serta adanya infrastruktur laboratorium yang lengkap” Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008) lingkungan sekolah yang baik adalah
lingkungan
tanaman/pepohonan
sekolah yang
yang
dipelihara
didalamnya dengan
baik.
dihiasi Apotek
dengan hidup
mengelompokkan dengan baik dan rapi sebagai laboratorium alam bagi anak didik. Menurut Djumpri Padmawinata (1981) yang dikutip oleh Udin S. Winataputra mendefinisikan laboratorium dalam pembelajaran IPA merupakan tempat dimana guru dan siswa melakukan kegiatan percobaan dan penelitian. Dalam pengertian ini laboratorium dapat berbentuk tertutup dan terbuka. Laboratorium tertutup dapat berbentuk ruang atau yang dibatasi dinding, sedangkan laboratorium terbuka adalah laboratorium yang tidak dibatasi dinding, laboratorium terbuka dapat berupa kebun sekolah, hutan, sungai, atau lingkungan lain yang dapat digunakan sebagai sumber belajar. Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa laboratorium alam merupakan lingkungan terbuka yang bisa berupa lingkungan sekitar seperti kebun, hutan ataupun lingkungan lain seperti lingkungan sosial teknologi atau pun budaya yang bisa dimanfaatkan sebagai media pengajaran ataupun sumber belajar. Dalam pembelajaran di laboratorium alam menggunakan metode praktikum tujuannya adalah untuk
melakukan percobaan dan mengamati
susunan lapisan tanah yaitu membedakan antara tanah humus, tanah berpasir, tanah lempung, dan pengikisan tanah (erosi). Menurut Suparno, P (2007:77) mejelaskan bahwa metode praktikum adalah metode yang mengajak Siswa melakukan percobaan untuk membuktikan dan menguji teori yang telah dipelajari dan memiliki kebenaran. Kegiatan praktikum dapat dibedakan menjadi dua yaitu praktikum terbimbing atau terencana dan praktikum bebas. Kegiatan Siswa dalam praktikum terbimbing hanya melakukan percobaan dan menemukan hasilnya saja, seluruh jalannya percobaan sudah
23
dirancang oleh guru. Langkah-langkah percobaan, peralatan yang sudah digunakan, serta objek yang sudah di amati atau diteliti sudah ditentukan sejak awal oleh guru. Pada pembelajaran dengan menggunakan metode praktikum terdapat kelebihan dan kekurangannya. Adapun kelebihan dari penggunaan metode praktikum di laboratorium alam yaitu: a. Dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaan yang dilakukan sendiri daripada hanya menerima penjelasan dari guru atau buku. b. Melibatkan siswa secara langsung dalam mengamati suatu proses. c. Siswa dapat meyakini akan hasilnya, karena langsung mendengar, melihat, meraba, dan mencium yang sedang dipelajari. d. Siswa akan mempunyai kemampuan dalam ketrampilan e. Mengadakan kerjasama, tanggung jawab, membuat kesimpulan, menulis laporan, dan mampu berfikir analitis. f. Siswa lebih cenderung tertarik pada obyek yang nyata di alam sekitarnya. Sedangkan kekurangan atau kelemahan metode praktikum di laboratorium alam antara lain : a. Memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh. b. Dalam kehidupan sehari-hari tidak semuanya bisa di jadikan materi eksperimen. c. Adanya kesan bahwa kegiatan belajar dengan memanfaatkan laboratorium alam atau lingkungan membutuhkan waktu yang lama. d. Sempitnya pandangan pendidik bahwa kegiatan belajar hanya terjadi di dalam kelas saja.
24
e. Kegiatan belajar kurang efektif, karena kegiatan belajar kurang persiapan sebelumnya sehingga ada kesan main-main.
Aspek-aspek pelaksanaan pengajaran dengan lingkungan alam Sekitar menurut (Suryobroto B, 2006 ) adalah sebagai berikut: a. Penetapan tujuan Yang dimaksud tujuan ialah apa yang hendak dicapai dengan pengajaran alam sekitar itu. Di sini tujuan memiliki sifat umum dan khusus. Tujuan umumnya adalah mengembangkan semua nilai-nilai yang telah disebutkan. Sedangkan tujuan khususnya ialah disesuaikan dengan obyek atau bahan pelajaran yang diberikan kepada anak-anak. b. Guru mengadakan persiapan Sebelum mengadakan perjalanan sekolah untuk mengunjungi sesuatu yang akan dijadikan pokok pelajaran, guru wajib mengunjungi tempat dan obyek itu sendiri lebih dahulu. c. Persiapan dari pihak siswa Anak-anak harus dibangkitkan perhatiannya dan kesediannya untuk mengamati dan menyelidiki secara teratur kepada obyek pengamatan yang telah ditentukan. Persiapan murid ini dilaksanakan di dalam kelas pada saat akan memulai pengajaran dengan alam sekitar. d. Pengamatan dengan efisien Sesampainya pada obyek yang menjadi bahan pelajaran anak-anak diberi kebebasan untuk bekerja sendiri. Tidak perlu guru selalu memimpin dalam segala hal. e. Pengolahan di sekolah tentang yang diamati Setelah pengamatan selesai maka anak-anak kembali ke kelas. Di sini pengetahuan dan pengelolaan murid hasil dari pada pengamatannya dan penyelidikannya yang langsung itu, dibicarakan secara sistematis di dalam kelas dengan pimpinan guru.
25
f. Sumber Belajar Sumber Belajar adalah tempat atau lokasi yang dapat ditemukan ataupun diakses oleh siswa maupun guru sebagai tujuan untuk memperoleh berbagai bahan belajar yang digunakan dalam proses pembelajaran baik di kelas, di perpustakaan atau dimana saja yang dapat dijangkau.
2.1.7.2. Langkah-langkah pembelajaran di laboratorium alam dengan metode praktikum. Djajadisastra (2008:11) mengemukakan bahwa pelaksanaan praktikum agar hasil yang diharapkan dapat dicapai dengan baik maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Langkah Persiapan Persiapan yang baik perlu dilakukan untuk memperkecil kelemahankelemahan atau kegagalan-kegagalan yang muncul. Persiapan untuk metode praktikum antara lain: a. Menetapkan tujuan praktikum. b. Mempersiapkan bahan dan alat yang diperlukan. c. Mempersiapkan tempat praktikum. d. Mempertimbangkan jumlah Siswa dengan jumlah alat jumlah alat yang tersedia dan kapasitas tempat praktikum. e. Mempersiapkan faktor keamanan dari praktikum yang dilakukan. f. Mempersiapkan tata tertib dan disiplin selama praktikum. g. Membuat petunjuk dan langkah-langkah praktikum. 2. Langkah Pelaksanaan Pembelajaran berbasis praktikum mengandung pengertian bahwa siswa dihadapkan pada kegiatan/aktivitas dari awal hingga akhir pada kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan sintaks atau fase diuraikan pada tabel 2.2 berikut.
26
Tabel 2.2 Sintaks model pembelajaran berbasis praktikum Fase Sintak
Kegiatan
1.
Orientasi masalah
a. Siswa di jelaskan objek dan langkahlangkah praktikum b. Mendiskusikan persiapan dengan guru.
2.
Perumusan Masalah
a. Merumuskan masalah. b. Mengidentifikasi langkah-langkah praktikum.
3.
Melakukan
a. Siswa mengidentifikasi masalah untuk di slidiki. b. Siswa meminta keperluan praktikum (alat praktikum) c. Siswa melakukan kegiatan penyelidikan dan pengumpulan data. d. Siswa mengidentifikasi kesulitan dalam penyelidikan. e. Menyelesaikan kegiatan praktikum.
praktikum/observasi
4.
Mengatasi kesulitan
a. Menugaskan siswa untuk memikirkan berbagai cara untuk mengatasi kesulitan dalam proses penyelidikan. b. Guru perlu melakukan observasi terhadap proses praktikum yang sedang dilaksanakan baik secara menyeluruh maupun perkelompok.
5.
Merefleksi hasil praktikum
a. Mengaitkan hasil praktikum atau penyelidikan dengan konsep atau teori. b. Siswa menyusun laporan praktikum.
Sumber: Modikasi dari Joyce & Weil (1986) 3. Tindak Lanjut Metode Praktikum Setelah melakukan praktikum, kegiatan selanjutnya adalah: a. Meminta Siswa membuat laporan.
27
b. Mendiskusikan masalah-masalah selama praktikum. c. Memeriksa kebersihan alat dan menyimpan kembali alat yang digunakan. 2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Wahyu Dwi Aryanto, 2010 dalam penelitiannya “Efektifitas Penggunaan Laboratorium Alam di Sekitar Sekolah Terhadap Hasil Belajar Biologi Materi Pokok Saling Ketergantungan dalam Ekosistem pada Siswa Kelas VII SMP Nurul Islam Krapyak Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010”. Menyimpulkan bahwa penelitian dan analisis menunjukkan bahwa Berdasarkan uji perbedaan rata-rata satu pihak yaitu uji pihak kanan diperoleh t hitung = 3,704 dan t tabel = 1,67 berarti Ho ditolak, artinya bahwa hasil belajar biologi kedua kelompok tersebut berbeda secara nyata atau signifikan. Akidah
Salamah,
2011
dalam penelitiannya
berjudul
“Studi
Komparasi Hasil Belajar Biologi Menggunakan Metode Praktikum di Laboratorium Ruangan dan Metode Praktikum di Laboratorium Alam Materi Pokok Ekosistem Kelas X Di MAN 1 Brebes”. Menyimpulkan bahwa rata-rata kelompok eksperimen ialah 85,12 dengan standar deviasi 7,03 sedangkan ratarata pada kelompok kontrol adalah 76,92 dengan standar deviasi 6,92. Berdasarkan uji perbedaan rata-rata dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar biologi antara metode praktikum di laboratorium ruangan dengan metode praktikum di laboratorium alam materi pokok ekosistem siswa kelas X MAN 1 Brebes 2010/2011.pada siklus I diperoleh peningkatan hasil belajar. Wagiyo, 2011 dalam penelitiannya “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Laboratorium Alam Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Lerep Kebumen Semester II Tahun Pelajaran 2010/2011”. Menyimpulkan bahwa ada peningkatan ketuntasan belajar dari kondisi pra siklus (awal) ke siklus 1 dan dari siklus 1 ke siklus 2. Pada kondisi awal sebelum penulis melaksanakan tindakan ketuntasan belajar hanya 25% dari 32 siswa. Pada siklus I ketuntasan belajar yang dicapai
28
sebesar 50%. Sedangkan pada siklus II ketuntasan belajar telah mencapai 87,5%. Hal ini disebabkan adanya tindakan didalam proses pembelajaran yaitu menggunakan laboratorium alam. Dilihat dari skor miniimal dan skor maksimal mengalami peningkatan. Dari referensi yang sudah disebutkan dan dijelaskan peneliti berinisiatif mencari pentingnya sumber belajar dari laboratorium alam di sekitar sekolah untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Disinilah peneliti mengangkat judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran di Laboratorium Alam Pada Siswa Kelas V SD N 2 Tanggel Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2011/2012”
2.3. Kerangka Berfikir Kondisi awal pada pembelajaran IPA pada kelas V SD N 2 Tanggel Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora yang rendah di bawah KKM yang ditentukan yaitu ≥ 60, pembelajaran terkesan monoton, konvensional karena guru tidak menggunakan sumber belajar yang menarik. Hal ini berakibat pada aktivitas belajar siswa rendah. kurangnya pemahaman siswa terhadap materi IPA dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA yang rendah. Padahal agar hasil belajar siswa meningkat guru harus mampu membuat siswa senang dan termotivasi pada pelajaran tersebut, sehingga menarik perhatian dan antusias siswa pada saat pembelajaran. Dalam proses kegiatan belajar mengajar mengacu pada pemanfaatan laboratorium alam sekitar sebagai sumber belajar diharapkan guru mampu membuat siswa menjadi tertarik dan antusias mengikuti pelajaran. Di laboratorium alam nanti akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih banyak bergerak dan bereksplorasi serta bermain dan belajar dengan lingkungan alam sekitar. Sehingga dapat tercipta kondisi belajar yang lebih aktif, efektif, kreatif dan menyenangkan. Dalam pembelajaran di laboratorium alam menggunakan metode praktikum,
dapat membuat siswa lebih percaya atas
29
kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaan yang dilakukan sendiri daripada hanya menerima penjelasan dari guru atau buku. Selanjutnya melibatkan siswa secara langsung dalam mengamati suatu proses dan mengadakan kerjasama, tanggung jawab, membuat kesimpulan, menulis laporan, dan mampu berfikir analitis. Dengan demikian materi pelajaran akan lebih mudah disampaikan oleh guru dan mudah diterima oleh siswa, serta daya ingat siswa akan lebih kuat karena mereka belajar dengan mengalami, melihat, mengamati dan melakukan secara langsung diharapkan hasil belajar siswa akan meningkat dan materi dapat diterima dengan mudah. Sehingga membuat siswa lebih antusias, aktif dalam mengikuti pelajaran. Adapun alur kerangka pemikiran yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya penelitian adalah sebagai berikut: Pembelajaran di Laboratorium Alam Aspek-aspek
Menetapkan
Persiapan Guru
Pengamatan/
Tujuan
dan Siswa
Observasi
Pengolahan Hasil pengamatan
Sumber Belajar
Metode Praktikum
Langkah Perencanaan
Langkah Pelaksanaan
Hasil Belajar Kognitif dan Psikomotorik Siswa
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir
Tindak lanjut metode praktikum
30
2.4. Hipotesis Tindakan Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto,2002: 62). Berdasarkan kajian teori, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah: Melalui pembelajaran di laboratorium alam pada mata pelajaran IPA materi Bumi dan Alam Semesta siswa mampu memahami materi dengan baik dan di duga dapat meningkatkan hasil belajar siswa IPA Pada Siswa Kelas V SD N 2 Tanggel Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora Tahun Ajaran 2011/2012”. Penelitian ini akan berhasil bila semua siswa tuntas dengan KKM yang telah ditetapkan yaitu ≥ 60.