BAB II LANDASAN TEORI 2.1
Pengambilan Keputusan Sebagai mahluk hidup, manusia tidak dapat terhindar dari sebuah
permasalahan. Segala permasalahan yang datang, baik merupakan sederhana maupun kompleks membutuhkan solusi. Solusi bisa saja lebih dari satu sehingga tidak mudah untuk menyelesaikan masalah, karena manusia harus mengambil keputusan mengenai pilihan solusi apa yang hendak dilakukannya. Jelas sekali hasil akhir pilihan akan sangat mempengaruhi kehidupan ia selanjutnya, kebanyakan melibatkan suatu resiko dan konsekuensi. Pengambilan keputusan bersifat universal dan dilakukan oleh siapa saja, baik oleh manusia sebagai individu maupun sekelompok manusia (Misalnya: organisasi, perusahaan, negara, dll), bahkan mungkin seluruh makhluk hidup melakukannya. (Raymond Macleod, Jr dan George Scheel, 2001) mengatakan keputusan sebagai pemilihan strategi atau tindakan, sedangkan (Stephen P.Robbins dan Mary Coulter, 1996) mengatakan keputusan sebagai pilihan yang dibuat dari dua atau lebih alternatif. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa alternatif secara sistematis untuk digunakan sebagai suatu cara pemecahan masalah. 2.1.1. Konsep – konsep utama dalam pengambilan keputusan a. Pengambilan keputusan yang melibatkan hubungan timbal balik yang kompleks dari masyarakat, organisasi an pengaruhdari aspek-aspek sosial. b. Asumsi standar yang selalu dipakai adalah bentuk kuantitatif untuk pengambilan keputusan yang dibuat oleh individu dan organisasi, adalah rasional. Tetapi asumsi tidak tepat, dimana dalam kehidupan sehari-hari, pengambilan keputusan ini dilakukan dengan ditimbang-timbang dan dikirakira saja.
5 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
6
c. Setiap pengambilan atau pembuat keputusan mempunyai dua cara sendirisendiri dan biasanya berbeda dengan cara atau metode yang dimiliki orang lain. d. Faktor-faktor yang mempengaruhi individu dalam pengambilan keputusan seperti proses pengamatan, proses dalam kesadaran, proses intuisi ketidakpastian, kondisi stres dan kebiasaan pribadi. e. Pengambilan keputusan dalam organisasi adalah kolektifitas dari kebiasaankebiasaan invidu dalam pengambilan keputusan pengaruh-pengaruh tambahan adalah kehidupan pribadi dalam kelompok, pengaruh dari kekuatan dan kekuasaan serta konsekuensi dari organisasi. f. Aspek sosial mempengaruhi pengambilan keputusan baik secara individu ataupun organisasi, etika, pembatasan-pembatasan oleh hukum, normanorma sosial dan kebudayaan adalah faktor penting dalam membentuk ciri pengambilan keputusan baik secara individu maupun secara organisasi. 2.1.2 Tahapan dalam pengambilan keputusan Adapun tahapan dalam pengambilan keputusan pada umumnya adalah sebagai berikut: a. Pengindentifikasian permasalahan, b. Pengindentifikasian kriteria keputusan, c. Pemberian bobot untuk masing-masing kriteria, d. Pengembangan alternatif, e. Analisis alternatif, f. Pemilihan alternatif, g. Implementasi alternatif, h. Evaluasi efektifitas keputusan. 2.1.3 Dasar dalam pengambilan keputusan Menurut (George R. Terry, 1986) menyebutkan 5 dasar dalam pengambilan keputusan, yaitu: 1. Intuisi, Pengambilan keputusan yang berdasarkan perasaan yang sifatnya subyektif.
6 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
7
2. Pengalaman, Pengambilan keputusan ini memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis, karena dengan pengalaman yang dimiliki seseorang, maka dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat memperhitungkan untung rugi yang akan dihasilkan. 3. Fakta, Pengambilan keputusan ini dapat memberikan keputusan yang sehat,solid dan baik. 4. Wewenang, Pengambilan keputusan ini dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama dan memiliki otentik, tetapi dapat menimbulkan sifat rutinitas, mengasosiasikan
dengan
praktek
diktatorial
dan
sering
melewati
permasalahan yang seharusnya dipecahkan sehingga dapat menimbulkan kekaburan. 5. Rasional, Pengambilan keputusan ini bersifat objektif, logis, lebih transparan dan konsisten untuk memaksimumkan nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan mndekati kebenaran dengan apa yang diinginkan. 2.2
AHP (Analytical Hierarchy Process) Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah salah satu metode dalam sistem
pengambilan keputusan yang menggunakan beberapa variabel dengan proses analisis bertingkat. Analisis dilakukan dengan memberi nilai prioritas dari tiaptiap variabel, kemudian melakukan perbandingan berpasangan dari variabelvariabel dan alternatif-alternatif yang ada (Saaty, 1990). Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu model pengambilan keputusan yang bersifat komprehensif. Analytical Hierarchy Process (AHP) mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi obyektif dan multikriteria yang berdasarkan pada perbandingan preferensi dari setiap elemen dalam hirarki. Berikut ini adalah beberapa kelebihan Analytical Hierarchy Process (AHP):
7 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
8
1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai pada sub-sub kriteria yang paling dalam. 2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan. 3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan. Prinsip kerja Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, strategis, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel lain. Penggunaan Analytical Hierarchy Process (AHP) dimulai dengan membuat struktur hirarki dari permasalahan (dekomposisi), melakukan pembandingan berpasangan antar variabel, melakukan analisis / evaluasi, dan menentukan alternatif terbaik (Saaty, 1990). Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan salah satu model pengambilan keputusan kompleks multi kriteria selain metode SAW, WP dan TOPSIS. Metode ini dapat membantu kerangka berpikir manusia dimana faktor logika, pengalaman, pengetahuan, emosi, dan rasa dioptimasikan ke dalam suatu proses sistematis. Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah metode pengambilan keputusan yang dikembangkan untuk pemberian prioritas beberapa alternatif ketika beberapa kriteria harus dipertimbangkan, serta mengijinkan pengambil keputusan (decision makers) untuk menyusun masalah yang kompleks kedalam suatu bentuk hirarki atau serangkaian level yang terintegrasi. Pada dasarnya, Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan metode yang digunakan untuk memecahkan masalah yang kompleks dan tidak terstruktur ke dalam kelompok-kelompoknya, dengan mengatur kelompok tersebut ke dalam suatu hirarki, kemudian memasukkan nilai numerik sebagai pengganti persepsi manusia dalam melakukan perbandingan relatif. Dengan suatu sintesis maka akan dapat ditentukan elemen mana yang mempunyai prioritas tertinggi.
8 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
9
2.2.1 Kegunaan AHP Ada beberapa keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan AHP dalam memecahkan suatu persoalan yang kompleks, (Marimin, 2004, hlm 77) yaitu: 1. Kesatuan, AHP memberi satu model tunggal yang mudah dimengerti, dan diterapkan dalam beraneka ragam persoalan yang tidak terstruktur. 2. Kompleksitas, AHP memadukan rancangan deduktif dan rancangan berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan kompleks. 3. Saling ketergantungan, AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier. 4. Penyusunan hirarki, AHP mencerminkan kecenderungan alam pikiran untuk memilah elemenelemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat. 5. Pengukuran, AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal dan wujud suatu model untuk menetapkan prioritas. 6. Konsistensi, AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam menentukan prioritas. 7. Sintesis, AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap alternatif. 8. Tawar-menawar, AHP rnempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan mereka. 9. Penilaian dan konsensus, AHP tidak memaksakan konsensus tetapi mensintesis suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang berbeda-beda.
9 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
10
10. Pengulangan proses, AHP memungkinkan orang memperhalus definisi mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui pengulangan. 2.2.2 Prinsip Pokok AHP Menurut (Thomas L.Saaty, 1990), dalam menyelesaikan persoalan dengan proses hirarki analitik ada 3 prinsip dasar yang harus diketahui yaitu : 1. Penyusunan hierarki, Untuk memperoleh pengetahuan yang rinci, pikiran kita menyusun realitas yang kompleks kedalam bagian yang menjadi elemen pokoknya, dan kemudian bagian ini kedalam bagian-bagiannya lagi, dan seterusnya secara hierarkis (berjenjang). Jumlah bagian-bagian ini biasanya berkisar antara lima sampai sembilan. 2. Penentuan prioritas, Manusia juga mempunyai kemampuan untuk mempersepsi hubungan antara hal-hal yang mereka amati, membandingkan sepasang benda atau hal yang serupa berdasarkan kriteria tertentu, dan membedakan kedua anggota pasangan itu dengan menimbang intensitas preferensi mereka terhadap hal yang satu dibandingkan dengan yang lainnya. Lalu mereka mensintensis penilaian mereka, melalui suatu proses logis yang baru dan memperoleh pengertian yang lebih baik tentang keseluruhan sistem. Hasil dari proses pembedaan ini adalah suatu vektor prioritas, atau relatif pentingnya elemen terhadap setiap sifat. Pembandingan berpasangan diulangi lagi untuk semua elemen dalam tiap tingkat. Langkah terakhir adalah dengan memberi bobot setiap vektor dengan prioritas sifatnya. Prioritas ini ditentukan berdasarkan pandangan para pakar atau pihak-pihak terkait yang berkompeten terhadap pengambilan keputusan, baik secara langsung (diskusi) maupun tidak langsung (kuesioner). 3. Konsistensi logis, Prisip ketiga dari pemikiran analitik adalah konsistensi logis. Konsistensi berarti dua hal. Yang pertama, bahwa pemikiran atau obyek yang serupa
10 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
11
dikelompokan menurut homogenitas dan relevansinya. Arti konsistensi yang kedua adalah bahwa intensitas relasi antar gagasan atau antar obyek yang didasarkan pada satu kriteria tertentu, saling membenarkan secara logis. Dalam mempergunakan prinsip ini, AHP memasukan baik aspek kulitatif maupun kuantitatif pikiran manusia, aspek kualitatif untuk mendefinisikan persoalan dan hirarkinya, dan aspek kuantitatif untuk mengekspresikan penilaian dan preferensi secara ringkas padat. Proses ini sendiri dirancang untuk mengintegrasikan dua sifat ini. Proses ini dengan jelas menunjukan bahwa demi pengambilan keputusan yang lebih baik, segi kuantitatif merupakan dasar untuk mengambil keputusan yang sehat dalam situasi kompleks, dimana kita perlu menetapkan prioritas dan melakukan pertimbangan. Untuk menghitung prioritas, kita memerlukan suatu metode praktis untuk menghasilkan skala bagi pengukuran. Nilai-nilai numerik dalam skala disediakan oleh (Saaty, 1993). 2.2.3 Bentuk Hirarki Hirarki masalah disusun untuk membantu proses pengambilan keputusan dengan memperhatikan seluruh elemen keputusan yang terlibat dalam sistem. Sebagian besar masalah menjadi sulit untuk diselesaikan karena proses pemecahannya dilakukan tanpa memandang masalah sebagai suatu sistem dengan suatu struktur tertentu. Hirarki tertinggi (tingkat nol) disebut sebagai tujuan atau fokus utama. Tujuan yang masih bersifat umum dapat dijabarkan ke beberapa sub tujuan yang lebih rinci sehingga tujuan dapat lebih jelas. Selanjutnya setelah hirarki tujuan maka tingkat dibawahnya adalah faktor atau kriteria yang mempengaruhi pencapaian tujuan diatasnya (tingkat satu). Apabila kriteria masih perlu untuk dijabarkan lagi maka dibentuk satu tingkat berada dibawahnya yaitu sub kriteria (tingkat dua). Sub kriteria ini masih dapat dijabarkan kembali sesuai kebutuhan dan seterusnya. Apabila penjabaran sub kriteria telah selesai maka tingkat paling akhir adalah alternatif yang akan dipilih. Berikut ini hirarki untuk pengambilan keputusan:
11 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
12
TUJUAN
KRITERIA 1
KRITERIA 2
ALTERNATIF 1
KRITERIA 3
ALTERNATIF 2
KRITERIA Ke-n
ALTERNATIF Ke-n
Gambar 2.1 Struktur Hirarki AHP Sumber: Thomas L.Saaty , 1990 2.2.4 Sifat Kriteria Kriteria menunjukkan definisi masalah dalam bentuk konkret dan kadangkadang dianggap sebagai sasaran yang akan dicapai. Kriteria akan dijadikan sebagai standar ukuran dalam menilai alternatif yang hendak dipilih. Sifat yang perlu dimiliki kriteria yang digunakan dalam setiap keputusan adalah sebagai berikut : 1. Lengkap, Suatu set disebut lengkap bila set ini dapat menunjukkan seberapa jauh seluruh tujuan dapat dicapai. Dengan kata lain, dengan mengetahi tingkat pencapaian kriteria, pengambilan keputusan dapat mempunyai gambaran yang berkenaan dengan seberapa jauh tujuan tersebut dapat dicapai. Mungkin akan tetap muncul rasa tidak puas dengan hasil analisis terhadap suatu set kriteria yang telah ada. Hal ini terjadi karena sebenarnya ada beberapa aspek yang belum dimasukkan dalam analisis. Jadi kelengkapan set kriteria amatlah penting untuk memperoleh suatu keputusan. 2. Operasional, Set kriteria yang dipilih haruslah operasional. Hal ini mencakup beberapa pengertian, diantaranya yaitu baahwa set tersebut harus mempunyai arti bagi pengambil keputusan, sehingga ia dapat benar-benar menghayati implikasinya terhadap alternatif yang ada. Selain itu, bila tujuan analisis keputusan ini adalah juga untuk meyakinkan pihak lain, maka set kriteria ini harus dapat digunakan
12 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
13
sebagai sarana untuk memberikan penjelasan atau untuk berkomunikasi. Operasional juga mencakup sifat dapat diukur yang berguna untuk : Memperoleh distribusi kemungkinan dari tingkat pencapaian kriteria yang mungkin diperoleh (untuk keputusan dalam ketidakpastian). Mengungkapkan preferensi pengambil keputusan atas tingkat pencapaian kriteria. 3. Independen, Dalam penentuan set kriteria, sedapat mungkin agar tidak terdapat kriteria yang mempunyai pengertian yang sama. Dengan kata lain, satu kriteria dengan kriteria lainnya tidak saling tumpang tindih dan harus dihindarkan pengulangan kriteria dengan maksud yang sama. Kriteria harus ditentukan sedemikian rupa sehingga tidak tejadi perhitungan ulang 4. Minimum, Dalam penentuan set kriteria, perlu diusahakan agar jumlah kriteria yang ditentukan adalah seminimal mungkin, karena semakin banyak kriteria maka semakin sukar untuk dihayati dengan baik. Selain itu, perhitungan yang diperlukan dalam analisis akan meningkat dengan bertambahnya jumlah kriteria. Dalam beberapa hal mungkin diperlukan kombinasi dua atau lebih kriteria menjadi satu kriteria. Hal ini menjadikan jumlah kriteria berkurang dan perhitungan yang dilakukan lebih mudah. 2.2.5 Langkah-Langkah AHP Terdapat beberapa langkah dalam penggunaan metode AHP sebagai suatu alat untuk memecahkan persoalan (Saaty, 1990), yaitu: 1. Mendefinisikan persoalan dan rincian pemecahan yang diinginkan, 2. Membuat
struktur hierarki dari sudut
pandang
manajerial secara
menyeluruh, 3. Menyusun matriks banding berpasangan, 4. Membuat dan menyebar kuisioner penelitian, 5. Penilaian perbandingan multi partisipan. Penilaian yang dilakukan oleh banyak partisipan akan menghasilkan pendapat yang berbeda satu sama lain
13 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
14
AHP hanya membutuhkan satu jawaban untuk satu matriks perbandingan. Oleh karena itu, Saaty (1993) memberikan metode perataan jawaban partisipan dengan Geometric Mean. Geometric Mean Theory menyatakan bahwa jika terdapat n partisipan melakukan perbandingan berpasangan, maka terdapat n jawaban (nilai) numerik untuk setiap pasangan. Untuk mendapatkan satu nilai tertentu dari semua nilai tersebut, masing-masing nilai harus dikalikan satu sama lain, kemudian hasil perkalian dipangkatkan dengan 1/n. Secara matematis dapat dituliskan seperti persamaan (2.1) berikut : ⁄
.......................................................... (2.1)
Dimana: = nilai rata-rata perbandinganantara Ai dengan A j untuk n partisipan. = nilai perbandingan antara kriteria Ai dengan A j partisipan ke-i. n
= jumlah partisipan..
6. Matriks perbandingan yang sudah mendapatkan satu nilai, kemudian diubah dalam angka desimal. 7. Matriks perbandingan tersebut dikalikan dengan matriks bobot kriteria (matriks vektor). 8. Bagi setiap elemen matriks hasil dengan elemen matriks bobot kriteria. 9. Hitung nilai Maximum Eugenvalue (
), sebagai berikut: ................................... (2.2)
10. Hitung nilai Consistency Indeks (CI), sebagai berikut: .................................................................................... (2.3) 11. Hitung nilai Consistency Ratio (CR), sebagai berikut: . ............................................................. (2.4)
Dari 500 buah sampel matriks acak dengan skala perbandingan 1 – 9, untuk beberapa orde matriks, Saaty mendapatkan nilai rata-rata RI seperti pada tabel 2.1 dibawah ini.
14 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
15
Tabel 2.1 Nilai Random Indeks. Orde
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0,00
0,00
0,58
0,90
1,12
1,24
1,32
1,41
1,45
1,49
Matriks Random Indeks
Sumber: Saaty, 1990 12. Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirarki. Pengukuran konsistensi ini diperlukan konsistensi jawaban yang berpengaruh terhadap kesahihan hasil.
Rasio
konsistensi
hirarki
harus
10%
atau
kurang.
Pengujiankonsistensi hirarki sebagai berikut: . ......................................................................................
(2.5)
13. Dari perhitungan yang didapat kemudian dianalisa dan dibahas. 2.2.6 Penyusunan Struktur Hirarki Sistem yang kompleks dapat dengan mudah dipahami jika kita memecahkannya menjadi berbagai elemen yang menjadi elemen-elemen pokoknya, menyusun elemen-elemen tersebut secara hierarkis. Kemudian menyusun atau mensintesis pertimbangan kita tentang relatif pentingnya elemenelemen tesebut pada setiap tingkat hierarki kedalam seperangkat prioritas menyeluruh. Hierarki merupakan alat mendasar dari pikiran manusia. Mereka melibatkan pengidentifikasian elemen-elemen suatu persoalan, mengelompokan elemenelemen itu kedalam beberapa kumpulan yang homogen, dan menata kumpulankumpulan ini pada tingkat-tingkat yang berbeda. Hierarki yang paling sederhana berbentuk linier, yang naik dan turun dari tingkat yang satu ketingkat yang lain. Hierarki yang kompleks berupa jaringan (network) dengan berbagai bentuk elemen yang saling berinteraksi.
15 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
16
Pada dasarnya ada dua macam hierarki, yaitu hierarki struktural dan hierarki fungsional. Pada hierarki struktural, sistem yang kompleks disusun ke dalam komponen-komponen pokoknya dengan urutan menurun menurut sifat struktural mereka. Misalnya, hierarki struktural alam semesta akan menurun dari galaksi ke konstelasi, sistem tata surya, ke planet, dan seterusnya menurun ke atom, inti, proton dan netron. Sedangkan, hierarki fungsional menguraikan sistem yang kompleks menjadi elemen-elemen pokoknya menurut hubungan esensial mereka. Solusi konflik kepentingan dalam hal bis sekolah dapat disusun menjadi beberapa kelompok, misalnya menurut pihak utama yang berkepentingan (masyarakat mayoritas, minoritas,
pejabat
kota,
pemerintah),
kelompok
sasaran
pihak
yang
berkepentingan (pendidikan anak, mempertahankan kekuasaan), dan berbagai alternatif hasil (memakai bis sekolah seluruhnya, sebagian, atau tidak sama sekali). Hierarki fungsional ini yang menjadi pokok perhatian dalam AHP. Tidak ada aturan yang pantang dilanggar untuk menyusun hierarki. Rancangan dalam menyusun hierarki bergantung pada jenis keputusan yang perlu diambil. Dalam menyusun hierarki kita harus memasukan rincian yang relevan yang cukup untuk menggambarkan persoalan itu seksama mungkin. Pertimbangkanlah lingkungan sekitar, identifikasikan masalah-masalah atau sifat-sifat (atribut) yang anda rasa membantu penyelesaian. Menata tujuan, sifat, permasalahan dan pihak yang berkepentingan dalam suatu hierarki mempunyai dua makna memberi pandangan menyeluruh terhadap berbagai hubungan kompleks yang melekat pada situasi, serta, memungkinkan si pengambil keputusan menilai apakah ia sedang membandingkan masalah-masalah dengan derajat besaran yang sama dalam hal bobot atau pengaruh terhadap solusi. Jika persoalannya adalah memilih alternatif, kita dapat memulai dari tingkat dasar dengan menderet semua alternatif itu. Tingkat berikutnya harus terdiri atas rating yang mendasari terpilihnya suatu alternatif. Lalu pada tingkat berikutnya terdapat kriteria untuk mempertimbangkan berbagai alternatif tadi. Dan tingkat puncak haruslah satu elemen saja, yaitu fokus atau tujuan menyeluruh. Di sana kriteria itu dapat di bandingkan menurut pentingnya kontribusi masing-masing.
16 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
17
Jumlah tingkat dalam suatu hierarki tidak ada batasnya. Jika kita tidak mampu membandingkan elemen-elemen dalam satu tingkat terhadap elemenelemen yang tingkatannya lebih tinggi, kita harus bertanya, terhadap apa elemenelemen tersebut dapat dibandingkan. Lalu mengupayakan suatu tingkatan berikutnya, yang berarti pemecahan elemen-elemen dari tingkat yang lebih tinggi tersebut. Jadi, satu tingkatan baru sudah dimasukkan untuk memudahkan menganalisa perbandingan dan untuk meningkatkan kecermatan pertimbangan. Ingat, bahwa sekali hierarki telah disusun, bukan berarti hierarki tersebut tidak dapat dirubah formasinya. Kita selalu dapat mengubah beberapa bagiannya untuk menampung kriteria baru, yang baru berfikir, atau yang dianggap tidak penting ketika kita pertama-tama merancangnya (Saaty, 1990) Hal-hal yang menjadi pegangan dalam menyusun struktur hierarki (Arisandhy,2004) : 1. Sebaiknya pembagian horizontal dan vertical tidak terlalu banyak, 2. Kriteria harus dapat mencakup seluruh aspek penting dalam persoalan, 3. Setiap elemen tidak saling tumpang tindih dan harus dihilangkan pengulangan elemen untuk suatu maksud yang sama, 4. Elemen pada tingkat paling rendah harus dapat diukur dan dianalisis, baik secara kuantitatif (skala obyektif), dan dapat dikomunikasikan, 5. Karena setiap elemen akan dibandngkan dengan elemen lain dalam suatu sub system hierarki yang sama, maka elemen-elemen tersebut haruslah setara dalam kualitas, 6. Perlu dipikirkan apakah suatu tindakan atau hasil terbaik akan diperoleh bila tujuan tersebut dilibatkan dalam proses evaluasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan proses penjabaran hierarki tujuan, yaitu (Suryadi, 2000): 1. Pada saat penjabaran tujuan ke dalam sub tujuan, harus diperhatikan apakah setiap aspek dari tujuan yang lebih tinggi tercakup dalam sub tujuan tersebut, 2. Meskipun hal tersebut terpenuhi, perlu menghindari terjadinya pembagian yag terlampau banyak, baik dalam arah horizontal maupun vertical,
17 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
18
3. Untuk itu sebelum menetapkan suatu tujuan untuk menjabarkan hierarki tu u
y g leb h re d h,
k d l kuk
tes kepe t g , “ p k h su tu
tindakan / hasil yang terbaik akan diperoleh jika tujuan tersebut tidak dilibatkan dalam proses ev lu s ?”, 2.2.7 Penyusunan Prioritas Penyusunan prioritas dilakukan dengan mencari bobot relatif antar elemen sehingga diketahui tingkat kepentingan (preferensi) dari tiap elemen dalam permasalahan secara keseluruhan. Langkah pertama dalam menentukan susunan prioritas elemen adalah dengan menyusun perbandingan berpasangan, yaitu membandingkan dalam bentuk berpasangan seluruh elemen untuk setiap sub sistem hirarki dan kemudian ditransformasikan dalam bentuk matriks untuk analisis numerik. Misalkan terdapat suatu sub sistem hirarki dengan satu kriteria C dan sejumlah n elemen di bawahnya, A1 sampai An, seperti terlihat pada gambar 2.2 dibawah ini.
Gambar 2.2 Sub Sistem Hirarki Sumber: Saaty, 1990. Perbandingan antar elemen tersebut dibuat dalam bentuk matriks n x n atau matriks perbandingan berpasangan. Nilai terhadap elemen
adalah nilai perbandingan elemen
yang menyatakan hubungan:
1. Seberapa jauh tingkat kepentingan 2. Seberapa banyak kontribusi 3. Seberapa jauh dominasi
bila dibandingkan dengan
terhadap kriteria C dibandingkan dengan
dibandingkan dengan
18 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
19
dibandingkan dengan
4. Seberapa banyak sifat kriteria C terdapat pada
.
Tabel 2.2 Matriks Perbandingan Berpasangan C
l
l
k
k
kl
k
k
l
l
Sumber: Rachel, M (2015) Bila diketahui nilai
l,
maka secara teoritis nilai
k
⁄ l.
Sedangkan nilai
dalam situasi i=j adalah mutlak 1. Nilai numerik yang dikenakan untuk perbandingan di atas diperoleh dari skala perbandingan yang dibuat oleh Saaty (1993). Bobot dinyatakan dalam vector bobot kriteria relatif
,
, ,
. Nilai
menyatakan
terhadap jumlah keseluruhan bobot kriteria pada sub
sistem tersebut. Pada situasi penilaian yang konsisten sempurna (teoritis), maka diperoleh hubungan : k
k
untuk semua i, j, k .................................................................... (2.6)
Persamaan (2.6) merupakan syarat untuk matriks yang konsisten. Dengan demikian, nilai perbandingan yang didapatkan dari partisipan berdasarkan penilaian tabel 2.3, yaitu
dapat dinyatakan dalam vector W, seperti pada
persamaan (2.7) d
: ,
, ,
................................................................ (2.7) 19
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
20
Dari persamaan (2.7) dapat dibuat persamaan berikut : ⁄
d
: ,
,
, ............................................................ (2.8)
Dan dengan demikian didapatkan : ∑
⁄
∑
............................................................................................ (2.9) ......................................................................................... (2.10)
dimana :i = 1, .. , n Persamaan (2.10) ekivalen dengan persamaan berikut: AW = nW .................................................................................................. (2.11) Tabel 2.3 Skala Perbandingan Nilai Tingkat Kepentingan 1
3
Definisi
Sama penting. Sedikit lebih penting.
Keterangan Kedua elemen mempunyai pengaruh yang sama. Pengalaman dan penilaian sedikit lebih memihak ke satu elemen dibandingkan dengan pasangannya. Pengalaman dan penilaian sangat memihak ke
5
Lebih penting. satu elemen dibandingkan dengan pasangannya.
7
9
Sangat penting.
Mutlak lebih penting.
Satu elemen sangat disuaki dan secara praktis dominasinya sangat nyata dibandingkan dengan elemen pasangannya. Satu elemen terbukti mutlak lebh disukai dibandingkan dengan pasangannya pada tingkat keyakinan tertinggi
20 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
21
Tabel 2.3 Skala Perbandingan Nilai Tingkat Kepentingan 2,4,6,8
Definisi
Nilai tengah.
Kebalikan
Keterangan Diberikan bila terdapat keraguan penilaian antara dua penilaian yang berdekatan.
⁄ l.
k
Sumber: Saaty, 1993 Skala rasio 1 sampai 9 pada table 2.3 digunakan untuk memberikan preferensi relatif antara dua alternatif. Skala ini dapat dipertanggungjawabkan untuk alasan-alasan berikut ini (Saaty,1990) di (Arisandhy,2004): 1. Kemampuan manusia untuk membuat perbedaan kualitatif secara baik disajikan dalam lima atribut : equal, weak, strong, very strong, dan absolute. Kompromi antara atribut-atribut yang berdekatan dapat dibuat apabila kepresisian besar. 2. Ada metode yang sering digunakan untuk menilai sesuatu dengan refleksi (reflection), ketidakpedulian (indifference), dan tinggi (high), yang menghasilkan sembilan buah perbedaan. 3. Otak manusia memiliki batasan psikologi 7 ± 2 item untuk melakukan perbandingan berpasangan secara serentak. Kapasitas ini berhuungan dengan jumlah jari. Karena hal tersebut, maka ke-9 skala penilaian ini akan tepat untuk melakukan perbandingan antara item. Dalam
teori
tentang
matriks,
adalah eigenvector dari matriks
bahwa
persamaan
tersebut
dengan eigenvalue
menyatakan . Bila ditulis
secara lengkap, maka persamaan tersebut menjadi:
w1 w 1 w2 w1 ... w n w1
w1 w2 w2 w2 ... wn w2
w1 wn w1 w1 w2 w w ... 2 n 2 ........................................................... wn ... ... ... ... wn wn wn ... wn ...
21 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
(2.12)
22
Variabel n padapersamaan (2.12) di atas dapat digantikan, secara umum dengan sebuah vector , sebagai berikut :
AW W , dimana 1 , 2 ,..., n ...................................................... (2.13) Setiap n yang memenuhi persamaan (2.13) diatas dinamakan sebagai eigenvalue, sedangkan vector W yang memenuhi persamaan (2.13) disebut sebagai eigenvector. Karena matriks A adalah suatu matriks resiprokal dengan nilai-nilai aij 1 untuk semua i j , maka
n
i 1
i
n . Apabila matriks A adalah matriks yang
konsisten, maka eigenvalue bernilai n. Apabila matriks A adalah matriks yang tidak konsisten, variasi kecil atas a ij akan membuat nilai eigenvalue terbesar,
max tetap dekat dengan n, dan nilai eigenvalue lainnya mendekati nol. Nilai max dapat dicari dengan persamaan berikut : AW max W ............................................................................................. (2.14) ( A max I )W 0 ...................................................................................... (2.15)
dimana I adalah matriks identitas dan O adalah matriks nol. Nilai bobot vektor W dapat dicari dengan mensubstitusikan nilai max ke dalam persamaan (2.14) di atas.
22 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
23
2.3
Kerangka Pemikiran Ide utama pada penelitian ini terletak pada penerapan metode Analytical
Hierarchy Process
P ” pada evaluasi supplier logistik partner di PT. XYZ.
Adapun tujuannya yaitu untuk mendapatkan kriteria evaluasi supplier logistik partner yang paling sesuai dengan kebutuhan dari PT XYZ. Dengan dibuatnya suatu model penentuan evaluasi dan pemeringkatan supplier, maka diharapkan penelitian ini dapat berguna untuk proses pemilihan supplier logistik partner yang dilakukan oleh PT XYZ. Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian sebelumnya, maka dapat disusun kerangka pemikiran dalam penelitian ini seperti pada gambar 2.3 dibawah ini.
Gambar 2.3 Diagram Kerangka Pemikiran
23 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
24
2.4 Review Jurnal Internasional Yang Digunakan Dalam Penelitian Skripsi Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan jurnal internasional sebagai referensi dalam penelitian. Adapun referensi jurnal tersebut dapat dilihat pada tabel 2.4 dibawah ini. Tabel 2.4 Review Jurnal Internasional No.
Penulis
Judul
Metode
Ringkasan Pemilihan lokasi hotel wisatawan adalah pengambilan keputusan multi kriteria
1
Nilsen
Tourist Hotel
Kundakci.,
Location
Esra Aytac
Selection with Hierarchy dibalikkan, dan memerlukan komitmen jangka panjang. Oleh karena alasan ini maka
Adali.,
Analytic
Process
penelitian dengan metode AHP (Analytic Hierarchy Process) diusulkan untuk
Aysegul Tus
Hierarchy
(AHP)
membantu manajemen hotel dalam memilih lokasi yang paling tepat untuk investasi
Isik
Process
(MCDM) dan memiliki strategis penting bagi manajemen hotel. Di sektor pariwisata, Analytic
keputusan pemilihan lokasi adalah sangat penting karena harganya mahal dan sulit
hotel turis baru mereka. Di bagian aplikasi, seleksi lokasi hotel turis di Denizli, Turki dilakukan untuk mendemonstrasikan proses komputasi dan efektivitas metode AHP.
24 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
25
Tabel 2.4 Review Jurnal Internasional Artikel ini menggunakan proses hirarki analitik (AHP) untuk menemukan prioritas strategi fungsional (manufaktur, pemasaran,sumber daya manusia, dan manajemen
Using Analytic Yasir Ahmad., Danial Saeed 2
Pirzada., Starcevic P, Martin Danijela
keuangan) oleh usaha kecil dan menengah (UKM) yang beroperasi di bidang
Hierarchy
manufaktur suku cadang mobil sektor Pakistan. UKM merupakan bagian utama dari
Process for Exploring Prioritization of Functional Strategies in Auto Parts Manufacturing SMEs of Pakistan
struktur industri dan memiliki kontribusi signifikan dalam menghasilkan lapangan Analytic
kerja di Pakistan. Perusahaan-perusahaan ini pada umumnya adalah bisnis milik
Hierarchy keluarga, dan penelitian ini memberikan wawasan konkret mengenai pola pikir Process
pemilik terhadap strategi fungsional yang berbeda. Langkah implementasi AHP
(AHP)
dilakukan dengan menggunakan tersedia secara komersial Software "Expert Choice." Strategi pemasaran dianggap strategi yang paling penting. Ada sedikit penekanan pada sumber keuangan dan sumber daya manusia. Manajemen yang menjadi perhatian serius. Studi ini akan membantu para pembuat kebijakan untuk memahami perilaku bisnis dari sektor ini dan akibatnya merumuskan kebijakan untuk meningkatkan kinerjanya.
25 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
26
Tabel 2.4 Review Jurnal Internasional Tujuan utama makalah ini adalah memilih pelumas yang tepat dari antara sejumlah pelumas selama permesinan bahan kerja EN-31 dengan sisipan tungsten carbide menggunakan
Abhang, L.
M.* Mechanical engineering 3
Department, Aligarh Muslim University, Aligarh, India 7 (2012) 1, 39-50
beberapa
metode pengambilan
keputusan
atribut.
Prosedurnya didasarkan pada peenggabungan metode TOPSIS dan AHP. Pemilihan
B.* & Hameedullah,
gabungan
bahan yang optimal untuk rekayasa desain dari daftar bahan alternatif yang tersedia Selection Of
berdasarkan dua atau lebih atribut pada beberapa masalah pengambilan keputusan
Lubricant
atribut. Proses hirarki analitik, menjadi sederhana, namun alat pengambilan
Using Combined
Analytic
keputusan yang kuat, sedang diterapkan untuk memecahkan masalah manufaktur
Hierarchy yang berbeda. Metode TOPSIS didasarkan pada konsep bahwa alternatif yang dipilih
Multiple
Process
harus memiliki jarak Euclidean terpendek dari solusi ideal dan paling jauh dari ideal
Attribute
(AHP) &
negatif larutan. Dengan demikian TOPSIS memberi solusi yang tidak hanya paling
Decision
TOPSIS
dekat dengan hipotetis terbaik, yang mana juga terjauh dari hipotetis terburuk. Faktor
Making
seleksi pelumas diidentifikasi dan ini adalah antarmuka alat chip-antarmuka,
Method
kekuatan pemotongan, keausan alat dan kekasaran permukaan. Gabungan multiatribut pengambilan keputusan ditujukan untuk mengintegrasikan berbagai ukuran menjadi indeks pelumas global tunggal membantu memilih pelumas yang benar dan memberi peringkat pelumas yang diberikan untuk operasi balik baja Kerangka kerja yang digunakan dalam operasi penggantian baja dapat berfungsi sebagai salah satu alat untuk membuat keputusan strategis.
26 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
27
Tabel 2.4 Review Jurnal Internasional Teheran adalah salah satu kota terpadat di dunia dan salah satu yang paling banyak masalah penting yaitu dari minimnya lahan yang cocok untuk bangunan, jadi ada yang kuat perlu membangun bangunan bertingkat tinggi. Bangunan bertingkat tinggi
Implementing
sangat membutuhkan perbaikan integrasi, perencanaan dan pengendalian kualitas
AHP
konstruksi, dan sebagainya. Hal ini telah mengarah pada penciptaan teknik inovatif
Approach To
dan modern di industri bangunan bertingkat tinggi yang masing-masing dari metode
Select A
4
ini memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri, namun meski menekan kebutuhan,
Amir Hesam
Proper
Zamani Kia
Method To
AHP dan
&
Build High -
Expert
Mehdi
Rise Building
Choice
(CASE
software
Mahdavi Adeli
STUDY: TEHRAN) Washington, D.C. June 29 – July 2, 2014
penelitian komprehensif belum dilakukan dengan cara yang tepat untuk bertingkat tinggi bangunan di Teheran. Hal ini dicoba dalam penelitian ini, mengingat kriteria efektif bertingkat bangunan, untuk memilih pilihan terbaik, mengingat metode yang ada bangunannya kemungkinan dalam situasi saat ini. Dalam tulisan ini, pada awalnya 15 paling penting efektif kriteria pengambilan keputusan untuk memilih metode bangunan bertingkat yang tepat di Teheran adalah diidentifikasi melalui kuesioner. Kemudian metodologi AHP dan Expert Choice software digunakan untuk memilih metode industri terbaik untuk bangunan bertingkat tinggi di Teheran. Didalam survei metode yang paling tepat untuk bangunan bertingkat tinggi di Teheran diidentifikasi pada kondisi penerapan semua kriteria yang diidentifikasi yaitu masing-masing: terowongan bekisting, bangunan beton (tradisional), baut baja dan mur, bangunan baja dengan dilas sendi, struktur beton bertulang.
27 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
28
Tabel 2.4 Review Jurnal Internasional Makalah ini menyajikan analisis penerapan Analytic Hierarchy Process (AHP). Sektor lalu lintas adalah salah satu yang paling penting pada masa sekarang dan sistem lalu lintas yang efisien memerlukan terus menerus perencanaan. Proyek investasi ke infrastruktur lalu lintas adalah proyek investasi yang ditandai dengan Danijela B r ć., Martin 5
St rčev ć Faculty of Transport And Traffic Sciences
sejumlah spesifik. Ini adalah proyek yang memiliki seumur hidup yang sangat
Implemetation
panjang (sekitar tiga puluh tahun), mereka tidak berorientasi pada keuntungan,
of Analytic Process In
sebagai aturan mereka dibiayai oleh negara bagian dari pemerintah daerah, dan Analytic
mereka terutama digunakan untuk komunitas sosial Proses pengambilan keputusan,
Solving Traffic Hierarchy termasuk juga pengambilan keputusan pada investasi adalah investasi yang sangat Problems Process kompleks, dan pengambil keputusan harus mempertimbangkan masa depan, dan Washington, (AHP) akibatnya membuat keputusan dengan cara yang modern dan fleksibel. Metode yang D.C. June 29
– July 2, 2014
digunakan dalam proses evaluasi proyek investasi di lalu lintas dibedakan dengan kriteria optimasi. Kriteria optimasi yang paling umum adalah karakter ekonomi. Namun untuk tujuan solusi jangka panjang dan berkualitas tinggi perlu diperkenalkan, terpisah dari kriteria ekonomi juga kriteria optimasi lainnya seperti teknologi, teknis, ekologis dan banyak lainnya. Oleh karena itu, dalam situasi seperti itu penting untuk dilakukan menerapkan metode multi-kriteria pengambilan keputusan yang pada akhirnya akan menghasilkan membuat keputusan yang optimal.
28 http://digilib.mercubuana.ac.id/z