BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Konsep Dasar Sistem Pendukung Keputusan 1. Definisi Sistem Suatu sistem dapat diartikan sebagai suatu kumpulan atau himpunan dari unsur, komponen, atau variable yang terorganisir, saling berinteraksi, saling tergantung satu sama lain, dan terpadu.1 Teori-teori mengenai sistem melahirkan berbagai konsep diantaranya adalah konsep sibernetika (cybernetics). Dalam buku yang berjudul Sistem Informasi Manajemen, Tata Sutabri, S.Kom. M.M (2005) mengatakan bahwa konsep atau bidang kajian ilmiah ini terutama berkaitan dengan upaya menerapkan berbagai disiplin ilmu, yaitu ilmu perilaku, fisika, biologi, dan teknik. Oleh karena itu, konsep sibernetika sering berkaitan dengan usaha-usaha otomasi tugas-tugas yang dilakukan oleh manusia sehingga melahirkan studi-studi tentang robotika, kecerdasan buatan (artificial intelegence), dan lain sebagainya. Konsep lain yang terkandung di dalam definisi mengenai sistem adalah konsep sinergi. Tata Sutabri, S.Kom. M.M (2005) mengatakan bahwa konsep ini mengandaikan bahwa di dalam suatu sistem, output dari suatu organisasi diharapkan lebih besar daripada output individual atau output masing-masing bagian.
1
Tata Sutabri, Sistem Informasi Manajemen, Yogyakarta – Andi Publisher, 2005. hal . 2
13
14
Dari konsep-konsep sistem yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang sangat erat hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu.2 Selanjutnya, sebuah sistem memiliki model yang umum, yaitu berupa input, proses, dan output. Hal ini merupakan konsep sebuah sistem yang sangat sederhana sebab sebuah sistem dapat mempunyai beberapa masukan dan keluaran. Selain itu, sebuah sistem memiliki karakteristik atau sifat-sifat tertentu, yang mencirikan bahwa hal tersebut bisa dikatakan sebagai suatu sistem. Adapun karakteristik yang dimaksud adalah sebagai berikut: a. Komponen Sistem (Components) Terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, artinya saling bekerja sama membentuk satu kesatuan. b. Batasan Sistem (Boundary) Ruang lingkup sistem merupakan daerah yang membatasi antara sistem dengan sistem yang lain atau sistem dengan lingkungan luarnya. c. Lingkungan Luar Sistem (Environment) Semua hal yang ada di luar ruang lingkup atau batasan sistem yang mempengaruhi operasi sistem tersebut disebut lingkungan luar sistem.
2
Op.cit. hal . 8
15
d. Penghubung Sistem (Interface) Media yang menghubungkan sistem dengan subsistem lain disebut penghubung sistem atau interface. Penghubung ini memungkinkan
sumber-sumber
daya
mengalir
dari
satu
subsistem ke subsistem lain. e. Masukan Sistem (Input) Energi yang dimasukkan ke dalam sistem disebut masukan sistem, yang dapat berupa pemeliharaan (maintenance input) dan sinyal (signal input). f. Keluaran Sistem (Output) Hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna. Keluaran ini merupakan masukan bagi subsistem yang lain. g. Pengolahan Sistem (Proses) Suatu sistem dapat mempunyai suatu proses yang akan mengubah masukan menjadi keluaran. h. Sasaran Sistem (Objective) Suatu sistem memiliki tujuan dan sasaran yang pasti dan bersifat deterministik.
2. Daur Hidup Sistem Siklus hidup sistem (system life cycle) adalah proses evolusioner yang diikuti dalam menerapkan sistem atau subsistem informasi berbasis
16
komputer. Siklus hidup sistem terdiri dari serangkaian tugas yang erat mengikuti langkah-langkah pendekatan sistem karena tugas-tugas tersebut mengikuti pola yang teratur dan dilakukan secara top down. Siklus hidup ini sering disebut dengan pendekatan air terjun (waterfall approach) bagi pembangunan dan pengembangan sistem. Ada beberapa fase atau tahapan dari daur hidup suatu sistem, diantaranya adalah: a). Mengenali adanya kebutuhan, sebelum segala sesuatunya terjadi, timbul suatu kebutuhan atau problema yang harus dapat dikenali sebagai mana adanya. Kebutuhan dapat terjadi sebagai hasil perkembangan dari organisasi dan volume yang meningkat melebihi kapasitas dari sistem yang ada. Semua kebutuhan ini harus dapat didefinisikan dengan jelas. b). Pembangunan Sistem, suatu proses atau seperangkat prosedur yang harus diikuti untuk menganalisis kebutuhan yang timbul dan membangun suatu sistem untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. c). Pemasangan Sistem, merupakan tahap peralihan dari tahap pembangunan menuju tahap operasional, yang merupakan langkah akhir dari suatu pembangunan sistem. d). Pengoperasian Sistem, program-program komputer dan prosedurprosedur pengoperasian yang membentuk suatu sistem informasi semuanya bersifat statis, sedangkan organisasi ditunjang oleh
17
sistem informasi tadi. Sistem selalu mengalami perubahanperubahan karena pertumbuhan kegiatan bisnis, perubahan peraturan dan kebijaksanaan ataupun kemajuan teknologi. e). Sistem Menjadi Usang, terjadi pada saat perubahan yang begitu drastic sehingga tidak dapat diatasi hanya dengan melakukan perbaikan-perbaikan pada sistem yang berjalan. Tibalah saatnya secara ekonomis dan teknis sustem yang ada sudah tidak layak lagi untuk dioperasikan dan sistem baru perlu dibangun untuk menggantikannya.
Mengenali adanya kebutuhan
Mengenali adanya kebutuhan
SISTEM Menjadi Usang
Pemasangan SISTEM
Pengoperasian SISTEM
Gambar 2.1 Daur Hidup Sistem
3. Definisi Data Informasi dan data merupakan satu kesatuan yang sangat erat hubungannya. Sama halnya dengan pendefinisian informasi dan data itu sendiri, banyak orang yang salah mengartikan antara data dan informasi. Gordon B. Davis menjelaskan kaitan antara data dan informasi dalam bentuk
18
definisi sebagai berikut : “Informasi adalah data yang telah diproses ke dalam suatu bentuk yang mempunyai arti si penerima dan mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan saat itu atau keputusan mendatang”. Sedangkan data itu sendiri adalah kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata. Menurut Drs. John J. Longkutoy dalam bukunya “Pengenalan Komputer”, Tata Sutabri (2005) mengatakan bahwa pengertian data adalah : “Suatu istilah majemuk yang berarti fakta atau bagian dari fakta yang mengandung arti yang dihubungkan dengan nyataan symbol-simbol, gambar-gambar, angka-angka, huruf-huruf, atau symbol-simbol yang menunjukkan suatu ide, objek, kondisi, atau situasi dan lain-lain”.3
4. Definisi Informasi Informasi merupakan sebuah istilah yang sering tidak tepat penggunaannya secara umum. Informasi dapat berupa data mentah, data tersusun, kapasitas sebuah saluran komunikasi, dan lain sebagainya. Sehingga dapat dikatakan bahwa informasi bersumber dari sebuah data yang merupakan satu kesatuan yang nyata dan merupakan suatu bentuk yang masih mentah yang belum dapat bercerita banyak sehingga perlu diolah lebih lanjut melalui suatu model untuk menghasilkan sebuah informasi. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa informasi adalah data yang telah
3
Tata Sutabri, Sistem Informasi Manajemen, Yogyakarta – Andi Publisher, 2005. hal . 15-16
19
diklasifikasikan atau diolah atau diinterpretasikan untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan.4 Sebuah informasi harus mempunyai kualitas agar dapat berguna pagi para pemakainya. Kualitas suatu informasi bergantung dari beberapa hal, yaitu: a). Akurat (Accurate) Sebuah informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bias atau menyesatkan. Akurat juga berarti informasi harus jelas mencerminkan maksudnya. b). Tepat Waktu (Timelines) Informasi yang datang kepada si penerima tidak boleh terlambat. Apabila sebuah informasi sudah usang atau tidak sesuai lagi dengan waktu terkini, maka tidak akan memiliki nilai lagi karena informasi merupakan landasan dalam pengambilan keputusan. c). Relevan (Relevance) Relevan berarti sebuah informasi mempunyai manfaat untuk pemakainya. Relevansi sebuah informasi untuk setiap pemakai adalah berbeda-beda.5
4 5
Op.Cit, hal. 23-24 Ibid, hal: 35-36
20
5. Definisi Sistem Pendukung Keputusan / Decision Support System (DSS) Pada
awal
tahun
1970-1n,
Scott
Morton
pertama
kali
mengartikulasikan konsep penting DSS. Ia mendefinisikan DSS sebagai “sistem berbasis komputer interaktif, yang membantu para pengambil keputusan untuk menggunakan data dan berbagai model untuk memecahkan masalah-masalah tidak terstruktur”. Definisi klasik lainnya untuk DSS, diajukan oleh Keen dan Scott Morton (1978), yaitu : “Sistem Pendukung Keputusan (DSS) memadukan sumber daya intelektual dari individu dengan kapabilitas komputer untuk meningkatkan kualitas keputusan. DSS adalah sistem pendukung berbasis komputer bagi para pengambil keputusan manajemen yang menangani masalah-masalah tidak terstruktur.”6
2.2. Multi Factor Evaluation Process (MFEP) Multi Factor Evaluation Process (MFEP) merupakan model pengambilan keputusan yang menggunakan pendekaan kolektif dari proses pengambilan keputusannya. Model Multi Factor Evaluation Process (MFEP) ini relatif cukup sulit
digunakan
dan
membutuhkan
waktu
yang
relatif
lama
apabila
perhitungannya dilakukan secara manual karena sebagian besar masalah yang harus dipecahkan dengan model MFEP merupakan masalah – masalah yang kompleks dimana aspek atau faktor yang diambil cukup banyak. Oleh karena itu untuk mempermudah dalam penggunaan model MFEP ini, akan dibuat suatu sistem pendukung keputusan yang diterapkan dalam suatu sistem informasi dalam 6
Efrein Turban, Jay E. Aronson dan Ting Peng Liang. 2005. Decision Support System and Intelligent Systems (Sistem Pendukung Keputusan dan Sistem Cerdas) (Edisi 7), YogyakartaAndi Publisher, 2005.Hal: 19
21
bentuk aplikasi komputer dengan model Multi Factor Evaluation Process (MFEP). Dalam metode MFEP ini pengambilan keputusan dilakukan dengan memberikan pertimbangan subyektif dan intuitif terhadap Faktor yang dianggap penting. Pertimbangan-pertimbangan tersebut berupa pemberian bobot (weighting system) atas multifactor yang terlibat dan dianggap penting tersebut. Langkah dalam metode MFEP ini yang pertama adalah menentukan faktor-faktor yang dianggap penting, yang selanjutnya membandingkan faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh urutan faktor berdasarkan kepentingannya dari yang terpenting, kedua terpenting dan seterusnya.7 Sebagai contoh akan diketengahkan pengambilan keputusan terhadap pilihan calon penumpang terhadap angkutan umum Bis, atau angkutan kota atau ojek. Faktor yang dianggap penting dalam pemilihan angkutan umum ini adalah Keamanan, kepadatan, ongkos dan jalur macet. Selanjutnya masing-masing faktor tersebut diberikan bobot sebagaimana pada Tabel 1. Tabel 1 : Bobot untuk Faktor-faktor Faktor
Bobot
Keamanan
0.40
Kepadatan didalam angkutan umum 0.25
7
Melalui jalur macet
0.15
Ongkos
0.20
http://azis-artikel.blogspot.com/2008/05/pengambilan-keputusan-dengan.html
22
Pada Tabel 1 calon penumpang dianggap tidak memiliki kesulitan dalam menentukan bobot faktor. Faktor keamanan menempati faktor terpenting pertama, diikuti oleh kepadatan didalam angkutan umum, ongkos dan melalui jalur macet. Dimisalkan angkutan umum tersedia yaitu Bis, Angkotan Kota (Angkot) dan Ojek. Yang kemudian masing-masing jenis angkutan dievaluasi dan diberikan bobot (Bobot evaluasi berkisar 1 sampai dengan 9) sebagaimana pada Tabel 2. Contoh pada Tabel 2, menunjukan hasil penilaian dimana untuk masingmasing angkutan umum tersebut diberikan bobot terhadap factor-faktor penting yang telah ditentukan sebagaimana diberikan pada tabel 1. Tabel 2 : Evaluasi faktor Faktor
Bis
Angkot Ojek
Keamanan
6
8
5
Kepadatan didalam angkutan umum
4
7
9
Melalui jalur macet
3
5
9
Ongkos
8
6
3
Pada Tabel 3 di bawah ini terlihat angkutan umum Bis memiliki total bobot evaluasi sebesar 5.45 dimana bobot evaluasi ini merupakan perkalian dari evaluasi factor dengan bobot faktornya.
23
Tabel 3. Evaluasi Faktor untuk Bis Faktor
Bis Bobot
Bobot
Faktor
evaluasi
Keamanan
6
0.4
2.4
Kepadatan didalam angkutan umum
4
0.25
1
Melalui jalur macet
3
0.15
0.45
Ongkos
8
0.2
1.6 5.45
Dengan cara yang sama seperti pada table 3, Table 4 menunjukan bahwa untuk angkot memiliki total bobot evaluasi sebesar 6.90, lebih besar dari angkutan umum bis. Dari Tabel 5 diketahui bahwa untuk ojek memiliki total bobot evaluasi sebesar 6.2, yang berarti lebih kecil dari angkot dan lebih besar dari bis. Berdasarkan Tabel 3, Tabel 4 dan Tabel 5 maka nilai total bobot tertinggi adalah angkot yaitu sebesar 6.90. Dengan demikian angkotan kota merupakan pilihan terbaik.8
8
http://azis-artikel.blogspot.com/2008/05/pengambilan-keputusan-dengan.html
24
Tabel 4. Evaluasi Faktor untuk Angkot Faktor
Angkot Bobot
Bobot
Faktor
evaluasi
0.4
3.2
Kepadatan didalam angkutan umum 7
0.25
1.75
Melalui jalur macet
5
0.15
0.75
Ongkos
6
0.2
1.2
Keamanan
8
6.90
Tabel 5. Evaluasi Faktor untuk Ojek Faktor
Ojek
Bobot
Bobot
Faktor
evaluasi
Keamanan
5
0.4
2
Kepadatan didalam angkutan umum
9
0.25
2.25
Melalui jalur macet
9
0.15
1.35
Ongkos
3
0.2
0.6 6.2
Sebagai contoh, MFEP akan digunakan dalam memilih sebuah komputer. Dalam penerapan MFEP yang harus dilakukan pertaman kali adalah penentuan faktor-faktor yang dianggap penting dalam pemilihan komputer yang diperlukan. Dalam contoh ini ditetapkan bahwa faktor-faktor tersebut adalah hardware, software dan dukungan vendor. Langkah selanjutnya adalah pembandingan
25
faktor-faktor tersebut untuk mendapatkan faktor mana yang paling penting, kedua terpenting, dan seterusnya. Dalam contoh komputer ini ditentukan bahwa software adalah faktor terpenting, diurutan kedua adalah dukungan vendor dan yang terakhir hardware. Langkah selanjutnya adalah memberikan pembobotan kepada faktor-faktor yang digunakan dimana total pembobotan harus sama dengan 1 (∑ pembobotan = 1). Misalnya nilai bobot ditentukan sebagai berikut, 0,60 untuk software, 0,25 untuk vendor support dan 0,15 untuk hardware (tabel 1).
Setelah dilakukan pembobotan, ditetapkan ada 3 merek komputer yang akan ditimbang, yaitu KOM1, KOM2 dan KOM3. Selanjutnya KOM1, KOM2 dan KOM3 dievaluasi dan diberikan nilai bobot untuk setiap kriterianya seperti tercantum dalam tabel 2. Tabel 2. Evaluasi Faktor
Dengan adanya informasi tersebut diatas, didapat jumlah total nilai evaluasi untuk setiap alternatif atau komputer. Setiap komputer mempunyai sebuah nilai evaluasi bagi ketiga faktor-faktor yang menjadi pertimbangannya, dan kemudian nilai faktor tersebut dikalikan dengan faktor evaluasi dan
26
dijumlahkan untuk mendapatkan total nilai evaluasi untuk setiap komputer. Seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3, dimana KOM1 memiliki nilai evaluasi total 3,35. Dari tabel 4 didapat bahwa KOM2 memiliki nilai evaluasi total 4,45. Dari perhitungan tabel 5 didapat nilai KOM3 adalah 6,35. Metode MFEP menentukan bahwa alternatif dengan nilai tertinggi adalah solusi terbaik berdasarkan kriteria yang telah dipilih, dalam contoh yang digunkan hasil adalah KOM3.9 Tabel 3. Evaluasi Untuk KOM1
Tabel 4. Evaluasi Untuk KOM2
Tabel 5. Evaluasi Untuk KOM3
9
Agus Hidayat, Gatot Purbantoro., Memilih Vendor Pengembang Sistem Informasi Manajemen; Menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process (Studi Kasus Pengembangan Sistem Informasi Akademik STIE Indonesia). Yogyakarta - /p.t/ . 2004. Hal: 2
27
2.3. Konsep Pemodelan Sistem Dalam pembahasan berikut ini akan diuraikan tentang konsep-konsep pemodelan sistem yang akan digunakan dalam Rancang Bangun Sistem Pendukung Keputusan Dalam Penilaian Peserta Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri Sipil dengan Metode Multifactor Evaluation Process ini. Konsepkonsep tersebut diantaranya adalah flow map, diagram konteks (context diagram), data flow diagram, basis data, dan kamus data.
1. Aliran Dokumen (Flow Map) Flow Map merupakan sebuah campuran antara peta alur dan flow chart, yang menunjukkan pergerakan benda dari satu lokasi ke lokasi lain, seperti jumlah orang dalam migrasi, jumlah barang yang diperdagangkan, atau jumlah paket dalam jaringan. Sebuah Flow Map dapat digunakan untuk menunjukkan hal-hal seperti data mengalir, bergerak, berpindah, arah alirannya bergerak dan / atau apa sumber dan tujuan dari data, berapa banyak data atau informasi yang mengalir, yang ditransfer, diangkut, serta informasi umum tentang apa yang mengalir dan bagaimana ia mengalir. Dalam pengertian yang terperinci Flowmap adalah paket perangkat lunak yang didedikasikan untuk menganalisis dan menampilkan interaksi atau aliran data.10
10
Edward, Joe. Flow Map dan Data Flow Diagram (DFD). http://pemogramanvb.blogspot.com/2010/12/flow-map-dan-data-flow-diagram-dfd.html
28
2. Data Flow Diagram (DFD) Pada saat menggambarkan sebuah sistem kontekstual, dalam sebuah data flow diagram yang pertama kali akan ditampilkan adalah interaksi antara sistem dan entitas luar. DFD didesain untuk menunjukkan sebuah sistem yang terbagi-bagi menjadi suatu bagian sub-sistem yang lebih kecil adan untuk menggarisbawahi arus data antara sistem dan juga entitas yang terdapat di luar dari sistem tersebut. DFD dirancang untuk melihat lebih rinci sehingga dapat terlihat model-model yang terdapat di dalamnya. Dari kesimpulan mengenai hal ini, maka dapat dikatakan bahwa Data Flow Diagram (DFD) merupakan representasi grafik dari sebuah sistem yang menggambarkan komponen-komponen sebuah sistem, aliran-aliran data di mana komponen-komponen tersebut, dan asal, tujuan, dan penyimpanan dari data tersebut.
Entiti Eksternal
Info rm Inp asi ut
a si
Entiti Eksternal
rm Info put In
si r ma Info tput Ou Sistem Berbasis Komputer
Informasi Output
Info rm Out asi put
Entiti Eksternal
Entiti Eksternal
Entiti Eksternal
Gambar 2.2 Model Aliran Informasi Adapun penjelasan Notasi yang digunakan dalam Data Flow Diagram (DFD) adalah : a.
Kesatuan Luar (External Entity), merupakan sebuah elemen sistem (misalnya perangkat keras, seseorang, program yang lain) atau sistem
29
yang lain yang menghasilkan informasi bagi transformasi oleh perangkat lunak atau menerima informasi yang dihasilkan oleh perangkat lunak. b.
Aliran data, Aliran data dinotasikan dengan anak panah yang melambangkan arah dari data yang mengalir.
c.
Proses (Process), merupakan kegiatan atau kerja yang dilakukan atau diaplikasikan ke data (atau control) dan mengubahnya dengan berbagai cara. Suatu proses dapat disimbolkan dengan notasi lingkaran atau dengan simbol empat persegi panjang dengan sudutsudut tumpul.
d.
Penyimpanan Data (Data Store), pada DFD disimbolkan dengan sepasang garis horisontal paralel yang tertutup di salah satu ujungnya atau tanpa ditutup.11
Data Flow Diagram dapat digunakan untuk menyajikan sebuah sistem atau perangkat lunak pada setiap tingkat abstraksi. Kenyataannya, DFD dapat dipartisi ke dalam tingkat tingkat yang merepresentasikan aliran informasi yang bertambah dan fungsi ideal. Pada Data Flow Diagram terdapat beberapa tingkatan, yaitu : a.
Diagram Konteks, merupakan Diagram Aliran Data peringkat paling atas yang menggambarkan sistem dalam hubungannya dengan entitasentitas di luar sistem. 12
11
Roger S. Pressman, Ph.D, Rekayasa Perangkat Lunak. Yogyakarta- Penerbit Andi. 2002. Hal: 364-365
30
b.
Diagram Zero (Overview Diagram), merupakan diagram yang menggambarkan proses dari Data Flow Diagram atau diagram yang berada pada level 1 yang menggambarkan proses utama dari sistem dan didalamnya terdiri dari hubungan antar sumber, aliran data dan simpanan data.
c.
Diagram Rinci, merupakan diagram yang menggambarkan secara lebih rinci proses yang berada pada level 1 dan kemungkinan sudah tidak dapat diuraikan lagi.
2.4. Konsep Dasar Basis Data 1.
Definisi Basis Data Basis Data dapat didefinisikan dalam sejumlah sudut pandang,
seperti : a. Himpunan kelompok data (arsip) yang saling berhubungan yang diorganisasi sedemikan rupa agar kelak dapat dimanfaatkan kembali secara cepat dan mudah. b. Kumpulan data yang saling berhubungan yang disimpan secara bersama sedemikian rupa dan tanpa pengulangan (redundancy) yang tidak perlu, untuk memenuhi berbagai kebutuhan. c. Kumpulan file / tabel / arsip yang saling berhubungan yang disimpan dalam media penyimpanan elektronis. 13
12
Adi Nugroho, Analisis dan Perancangan Sistem Informasi dengan Metodologi Berorientasi Objek, Yogyakarta – Penerbit Andi. 2005Hal : 110 13 Fathansyah. Buku Teks Komputer Basis Data. Bandung – Informatika Bandung. 2002. hal. 2.
31
Prinsip utama dari basis data adalah pengaturan data / arsip. Dan tujuan utama sebuah basis data adalah kemudahan dan kecepatan dalam pengambilan kembali data / arsip.
2. Komponen Basis Data Komponen basis data dapat dibagi ke dalam beberapa bagian, yaitu: a). Field (medan), merupakan unit terkecil pada data, berhubungan dengan atribut pada model logika basis data. b). Record (Rekaman), merupakan sekumpulan field yang tersimpan di tempat penyimpanan dan dipanggil bersamaan sebagai suatu unit.14 c). Database (Basis Data), merupakan kumpulan objek seperti file, table, indeks, dan lain-lain.15
3. Model Data Model data dapat didefinisikan sebagai kumpulan perangkat konseptual untuk menggambarkan data, hubungan data, semantic (makna) data dan batasan data.16 Dalam model data, terdapat berbagai jenis model yang dapat direpresentasikan. Namun, yang paling populer digunakan adalah Model Keterhubungan Entitas (Entity-Relationship Models).
14
Adi Nugroho, Analisis dan Perancangan Sistem Informasi dengan Metodologi Berorientasi Objek, Hal : 408 15 Fathansyah. Buku Teks Komputer Basis Data. Bandung – Informatika Bandung. 20002. hal. 11 16 Ibid, Hal: 69
32
a. Model Entity Relationship (Model Keterhubungan Entitas) Model Entity-Relationship merupakan semesta data yang ada di dunia nyata diterjemahkan atau ditransformasikan dengan memanfaatkan sejumlah perangkat konseptual menjadi sebuah diagram data, yang umum disebut sebagai Diagram EntityRelationship (Diagram E-R). Ada
beberapa
komponen
pembentuk
Model
Entity-
Relationship, diantaranya adalah Entitas (Entity) dan Relasi (Relation). Kedua komponen ini dideskripsikan lebih jauh melalui sejumlah Atribut / Properti.
1). Entitas (Entity) dan Himpunan Entitas (Entity Sets) Entitas merupakan individu yang mewakili sesuatu yang nyata (eksistensinya) dan dapat dibedakan dari sesuatu yang lain. Sekelompok Entitas yang sejenis dan berada dalam lingkup yang sama membentuk sebuah Himpunan Entitas (Entity Set). Sederhananya, Entitas menunjuk pada individu suatu objek, sedang Himpunan Entitas menunjuk pada rumpun (family) dari individu tersebut. 2). Atribut (Attributes/ Properties) Setiap
Entitas
mendeskripsikan
pasti
karakteristik
memiliki (property)
Atribut dari
yang Entitas
tersebut. Penetapan atribut bagi sebuah entitas umumnya
33
memang didasarkan pada fakta yang ada. Pada pembuatan Model E-R yang relevan adalah kedudukan atribut dalam entitas. 3). Relasi (Relationship) dan Himpunan Relasi (Relationship Sets) Relasi menunjukkan adanya hubungan diantara sejumlah entitas yang berasal dari himpunan entitas yang berbeda. Kumpulan semua relasi diantara entitas-entitas yang terdapat pada himpunan entitas-himpunan entitas tersebut membentuk Himpunan relasi (Relationship Sets). 4). Kardinalitas / Derajat Relasi Kardinalitas Relasi merupakan jumlah maksimum entitas yang dapat berelasi dengan entitias pada himpunan entitas yang lain. Dari sejumlah kemungkinan banyaknya hubungan
antar
entitas,
kardinalitas
merujuk
kepada
hubungan maksimum yang terjadi dari himpunan entitas yang satu ke himpunan entitas yang lain dan begitu juga sebaliknya. Adapun Kardinalitas Relasi yang terjadi di antara dua himpunan entitas dapat berupa:
34
a) Satu ke Satu (One to One) Kardinalitas Satu ke Satu (One to One) dapat berarti setiap entitas pada himpunan entitas A berhubungan dengan paling banyak dengan satu entitas pada himpunan B, dan begitu juga sebaliknya setiap entitas pada himpunan entitas B berhubungan dengan paling banyak dengan satu entitas pada himpunan entitas A.
A
B
Entitas 1
Entitas 1
Entitas 2
Entitas 2
Entitas 3
Entitas 3
Entitas 4
Entitas 4
Gambar 2.3 Kardinalitas Relasi Satu ke Satu (One to One)
b) Satu ke Banyak (One to Many) Setiap entitas pada himpunan entitas A dapat berhubungan dengan banyak entitas pada himpunan entitas B, tetapi tidak sebaliknya, dimana setiap himpunan entitas B berhubungan dengan paling banyak satu entitas pada himpunan entitas A.
35
A
B
Entitas 1
Entitas 1 Entitas 2
Entitas 2
Entitas 3 Entitas 4
Entitas 3
Entitas 5
Gambar 2.4 Kardinalitas Relasi Satu ke Banyak (One to Many)
c) Banyak ke Satu (Many to One) Setiap entitas A berhubungan dengan paling banyak dengan satu entitas pada himpunan entitas B, tetapi tidak sebaliknya, dimana setiap entitas pada himpunan entitas A berhubungan dengan paling banyak satu entitas pada himpunan entitas B. A
B
Entitas 1
Entitas 1
Entitas 2 Entitas 3
Entitas 2
Entitas 4 Entitas 5
Entitas 3
Gambar 2.5 Kardinalitas Relasi Banyak ke Satu
36
d) Banyak ke Banyak (Many to Many) Setiap entitas pada himpunan entitas A dapat berhubungan dengan banyak entitas pada himpunan entitas B, dan demikian juga sebaliknya, dimana setiap entitas pada himpunan entitas B dapat berhubungan dengan banyak entitas pada himpunan entitas A. A
B
Entitas 1
Entitas 1
Entitas 2
Entitas 2
Entitas 3
Entitas 3
Entitas 4
Entitas 4
Gambar 2.6 Kardinalitas Relasi Banyak ke Banyak
b. Diagram Entity-Relationship (Diagram E-R) Model
Entity-Relationship
berisi
komponen-komponen
Himpunan Entitas dan Himpunan Relasi yang masing-masing dilengkapi dengan atribut-atribut yang merepresentasikan seluruh fakta dari „dunia nyata‟ yang ditinjau, dapat digambarkan dengan lebih sistematis dengan menggunakan Diagram Entity Relationship (Diagram E-R).
37
1). Diagram E-R dengan Kamus Data Objektif utama dari pembuatan Diagram E-R adalah untuk menunjukkan objek-objek (himounan entitas) apa saja yang ingin dilibatkan dalam sebuah basis data dan bagaimana hubungan yang terjadi di antara objek-objek tersebut. Penggambaran atribut-atribut dalam sebuah Diagram E-R dapat dipisahkan dengan sebuah kamus data. Kamus data berisi daftar atribut yang berfungsi sebagai key juga dibedakan dengan yang bukan key dengan menggarisbawahi atribut tersebut.17 Adapun kegunaan dari Kamus Data (Data Dictionary) adalah: a. Menyimpan metadata; definisi dari elemen-elemen data beserta hubungannya. b. Pengguna bisa mengakses katalog dari metadata aplikasi dan basis data. c. Tempat penyimpanan semua definisi data untuk semua aplikasi yang berhubungan dengan organisasi. d. Suatu tempat penyimpanan metadata (informasi tentang data); maksudnya, hubungan pada data lain, sumber, pemakaian, dan format. 18
17 18
Fathansyah, Buku Teks Komputer Basis Data, Bandung – Informatika Bandung. 2002. Hal: 88 Janner Simarmata. Perancangan Basis Data. Yogyakarta – Penerbit Andi. 2008. Hal. 226
38
2.5. Perangkat Lunak Yang Digunakan 1. Microsoft Visual Basic 6.0 a. Ruang Kerja Microsoft Visual Basic 6.0 Microsoft Visual Basic 6.0 merupakan salah satu bahasa pemrograman visual. Dengan Microsoft Visual Basic 6.0, dapat memudahkan pembuatan suatu program aplikasi. Microsoft Visual Basic 6.0
menggunakan
standarisasi
IDE
(Integrated
Development
Environment) atau lingkungan kerja dari Microsoft Visual Basic 6.0 itu sendiri. IDE pada Microsoft Visual Basic 6.0 dibagi menjadi delapan bagian besar yaitu, menu, toolbar, toolbox, project explorer, properties window, form layout window, form dan kode editor.19
Gambar 2.7 Tampilan IDE Microsoft Visual Basic 6.0
19
Mangkulo, Hengky Alexander. Cara Mudah Menguasai Visual Basic 6.0. Jakarta – Elex Media Komputindo. 2011. hal. 1-2
39
2. Database a. Microsoft Access 2007 Microsoft Access 2007 merupakan salah satu aplikasi program pengolah database yang kini sering digunakan. Penggunaan Microsoft Access 2007 memungkinkan pengguna untuk merancang, membuat, dan mengelola database secara mudah dan cepat. Dalam Microsoft Access 2007 ini tersedia dukungan berupa tampilan interface yang menarik, sehingga menjadikan fasilitas Microsoft Access 2007 ini menjadi lebih mudah untuk dipahami dan memungkinkan para pengguna untuk memaksimalkan fungsi tools yang menjadi bagian dari setiap menu.20
2.6. Definisi Pegawai Negeri Sipil Pasal (1) Ayat (1) Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 tentang Kepegawaian, disebutkan bahwa Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku.21
2.7. Konsep Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri Sipil Pendidikan dan pelatihan Pegawai Negeri Sipil (DIKLAT PNS) merupakan proses “transformasi kualitas sumber daya manusia aparatur Negara” 20
Wahana Komputer. Panduan Praktis Microsoft Office 2007. Yogyakarta – Andi Publisher. 2007. hal. 315 21 http://www.sarjanaku.com/2012/11/pengertian-pegawai-negeri-sipil.html
40
yang menyentuh empat dimensi utama; yaitu dimensi spiritual, intelektual, mental, dan phisikal yang terarah pada perubahan-perubahan mutu dari keempat dimensi sumber daya manusia aparatur Negara tersebut. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2000 Tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil, Presiden Republik Indonesia, Bab I Pasal (1) Ayat (1), dikatakan bahwa “Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil yang kemudian disebut Diklat adalah proses
penyelenggaraan
belajar
mengajar
dalam
rangka
meningkatkan
kemampuan Pegawai Negeri Sipil. Sedangkan tujuan dan sasaran Diklat, telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2000 Tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil, Presiden Republik Indonesia, Bab II Pasal (2) Ayat (a), (b), (c), dan (d), sebagai berikut : a. Meningkatkan pengetahuan, keahlian, ketrampilan, dan sikap untuk dapat melaksanakan tugas jabatan secara professional dengan dilandasi kepribadian dan etika PNS sesuai dengan kebutuhan instansi; b. Menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaharu dan perekat persatuan dan kesatuan bangsa; c. Memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada pelayanan, pengayoman, dan pemberdayaan masyarakat;
41
d. Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola piker dalam melaksanakan tugas pemerintahan umum dan pembangunan demi terwujudnya kepemerintahan yang baik.22
Adapun tahapan evaluasi yang diberikan kepada peserta Diklat PNS untuk masing-masing jenjang, yaitu: 1). Aspek Sikap dan Perilaku Unsur sikap dan perilaku meliputi : a). Disiplin; b). Kepemimpinan; c). Kerjasama; d). Prakarsa; 2). Aspek Penguasaan Materi Unsur penguasaan materi dicakup oleh bahan ujian tertulis. Indicator penguasaan tersebut adalah angka yang dihasilkan dari jawaban peserta dalam ujian tertulis.23
22
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2002. Kebijakan Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri Sipil. Jakarta - /t.p/. 23 Ibid.