BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Belajar Belajar merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa mengenal batas dan berlangsung seumur hidup. Belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungan, untuk merubah prilakunya. Hasil dari kegiatan belajar merupakan perubahan prilaku yang relatif permanen pada diri orang yang belajar, dan perubahan yang diharapkan adalah perubahan kearah yang positif. Proses belajar memegang peranan vital dalam proses pengajaran. Seorang guru harus memahami sebaik-baiknya tentang belajar siswa, agar ia dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi baagi siswanya, sehingga siswa akan termotivasi belajar dan merasakan bahwa hal-hal yang dipelajari bermakna baginya.1 Belajar menyangkut proses dan hasil belajar. Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan karena belajar. Karena itu seseorang dikatakan belajar bila dapat diasumsikan dalam diri seseorang itu terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku. Proses belajar seseorang dibuktikan dengan terjadinya perubahan tingkah laku, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. 1
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara 2004) Hal:27
Perubahan prilaku sebagai hasil kegiatan belajar dapat berupa aspek kognitif, psikomotorik maupun aktif. Belajar itu sendiri dapat diartikan suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya. Di dalam interaksi ini terjadi serangkaian pengalaman-pengalaman belajar.2 Berdasarkan pendapat di atas, belajar dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku, pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan perolehan motivasi yang dilakukan dengan jalan latihan atau pengalaman melalui interaksi dan pengalaman.
B. Hasil Belajar 1.
Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya, yang pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku yang mencakup kognitif, afektif dan psikomotorik. dan Sujana juga mengatakan beberapa pendapat mengenai hasil belajar, pendapat tersebut antara lain: a. Hiward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yaitu: keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian serta sikap dan cita. b. Roberttu: informasi M. Gagne mengemukakan lima kategori hasil belajar, yai tu informasi verbal (verbal information), kemahiran intelektual (intelektual Skill), pengaturan kegiatan intelektual (kognitiv strategi), sikap (attitude) dan keterampilan motorik (motor skil).
2
Ibid. Hal.30
c. Bloon, Kratwohl dan Annita Harrow mengemukakan ada tiga tipe hasil belajar, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.3 2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar Pertanyaan pokok sebelum kita melakukan penilaian ialah apa yang harus kita
nilai. Dalam menjawab pertanyaan ini, kita kembali kepada unsur-unsur yang terdapat dalam proses belajar mengajar. Ada empat unsur utama proses belajar mengajar, yakni tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian.4 Soemannto (2003 : 113-121) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: a. Faktor internal, yaitu faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri siswa yanng meliputi faktor usia, kematangan, mental, minat, motivasi dan kebiasaan. b. Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan siswa yang meliputi lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, kurikulum, bahan pengajaran, metode pengajaran, metode dan sumber belajar. Hamalik (2004:32) juga menguraikan tentang hasil pembelajaran yang dipengaruhi oleh banyk faktor, baik faktor internal maupun eksternsl. Faktor eksternal antara lain kemampuan yang dimiliki, minat, perhatian, kebiasaan, kesehatan dan motivasi. Sedangkan yang termasuk dalam faktor eksternal adalah lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
3
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (London: PT Rosdakarya 1989).
Hal.45 4
Ibid. Hal. 22
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yang diuraikan di atas akan membantu seseorang dalam belajar jika bersifat mendukung proses belajar, sebaliknya justru akan menjadi penghambat dalam belajar seandainya faktor-faktor tersebut tidak menunjuk proses belajar. Seseorang sangat memerlukan kondisi yang memungkinkan ia dapat melihat, mendengar dan melakukan proses belajar dengan baik serta dapat berkonsentrasi dengan baik pula untuk dapat mengingat. Seperti yang tertuang di dalam Al-Quran surah An-Nahl ayat ke 125 berikut ini:
C. Pengertian Masalah Suatu situasi merupakan masalah untuk seseorang apabila orang itu menyadari adanya situasi itu, mengakui bahwa hal tersebut memerlukan tindakan, menginginkan atau membutuhkan suatu tindakan dan tidak dengan segera dapat memecahkan situasi itu. Menurut Lesh dan Landau dalam Hundoyo (1979) suatu soal merupakan suatu masalah apabila tidak ada prosedur rutin yang dengan cepat dapat diambil untuk menentukan penyelesaiannya. Untuk menyelesaikan suatu soal, dimana siswa harus menguasai hal-hal yang dipelajari sebelumnya dan dalam hal ini siswa menggunakannya dalam situasi baru. Soal itulah yang dapat dikategorikan sebagai suatu masalah Hundoyo (1979).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa suatu pertanyaan atau soal merupakan suatu masalah bagi siswa apabila siswa tersebut tidak mempunyai cara tertentu yang dapat dipergunakan segera untuk menemukan jawaban pertanyaan itu, tetapi siswa memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menyelesaikan.5
D. Pendekatan dan Model Pembelajaran Pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran ada tiga macam, yang pertama model pembelajaran langsung yaitu pembelajaran yang menekankan tujuan pembelajaran yang harus berorientasi kepada siswa, mengandung uraian yang jelas tentang situasi penilaian dan mengandung tingkat keterampilan kkinerja yang diharapkan. Kedua model pembelajaran kooperati yaitu model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ketiga pembelajaran kontektual (CTL) yaitu metode yang dianggap tepat untuk mengembangkan pembelajaran. Pembelajaran dengan metode Kontektual (Contectual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan pengetahuan dan keterampilan yang dimillikinya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yang diperolehnya melalui proses pembelajaran dan pengalaman. Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan di kelas, proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai peran utama di kelas, proses belajar mengajar berakar pada berbagai pandangan dan konsep. Oleh karena itu perwujudan proses belajar mengajar dapat dilaksanakan dalam berbagai metode pembelajaran. 5
Handoyo, Pengembangan Kurikulum dan Pelaksanaan di Depan Kelas (Surabaya: 1979)
Kegiatan proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas dalam mencapai tujuan pembelajaran sangat tergantung dari tiga hal yaitu pertama pendekatan, kedua metode, dan ketiga teknik yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar, antara pendekatan, metode dan teknik mengajar saling terkait. Oleh karena itu guru dituntut ketepatan pemilihan ketiga hal tersebut dan disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. Pemilihan pendekatan, metode, dan teknik yang tepat akan membantu tercapainya proses pembelajaran di kelas.
E. Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran di mana siswa dalam satu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok di mana tiap kelompok terdiri dari 3-5 siswa yang anggotanya heterogen kemampuannya, ras budaya suku dan jenis kelamin. Menurut Arends (1997:111) pembelajaran yang menggunakan model kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a.
Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan materi pembelajaran.
b.
Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c.
Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku dan jenis kelamin yang berbeda beda.
d.
Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu.
Menurut Ismail dan kawan-kawan (2007:33) mengatakan pembelajaran kooperatif merupakan suatu upaya yang dapat dikembangkan oleh guru di kelas. Belajar kooperatif merupakn “perbaikan” atas metode belajar kelompok yang biasa dilakukan di kelas. Belajar kooperatif dapat dipandang sebagai metode yang dapat dipraktekkan searah dengan urutan materi ajar, media, waktu yang tersedia serta kontekstual terhadap ketiga hal tersebut. Selain itu belajar kooperatif juga dapat dipandang sebagai suatu model belajar. Sebagai model belajar, belajar kooperatif menjadi suatu alternatif dalam mengatasi kesulitan belajar. Dalam
pembelajaran
dengan
metode
kooperatif
merupakan
strategi
pembelajaran yang menekan kegiatan belajar siswa dalam kelompok/tim. Seluruh anggota kelompok / tim bertanggung jawabatas kesuksesan setiap anggotanya selain keberhasilan masing-masing sebagai individu (Ismail,dkk, 007:33). 6
F. Pengertian Aktivitas Aktivitas merupakan prinsip atau azas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar. Pernyataan Montessori ini memberikan petunjuk bahwa yang lebih banyak melakukan aktivitas di dalam pembentukan diri adalah anak itu sendiri, sedangkan pendidik memberikan bimbingan dan merencanakan segala perbuatan yang 6
Ismail, dkk, Pembaharuan dalam Pembelajaran Matematika (Universitas Terbuka, Jakarta: 2007 ) hal:33
akan diperbuat oleh anak didik. Setiap orang yang belajar harus aktif sendiri. Tanpa aktifitas proses belajar tidak mungkin terjadi, karena dalam belajar sangat diperlukan aktifitas. Perlu ditambahkan bahwa yang dimaksud dengan aktifitas belajar itu adalah aktifitas yang bersifat fisik maupun mental.