BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Manajemen
2.1.1.
Pengertian Manajemen Manajemen mempunyai arti yang sangat luas, dapat berarti proses, seni,
maupun ilmu. Dikatakan proses karena dalam manejemen terdapat beberapa tahapan untuk mencapai tujuan, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan. Dikatakan seni karena manajemen merupakan salah satu cara atau alat untuk seorang manajer dalam mencapai tujuan. Dimana penerapan dan penggunaanya tergantung pada masing – masing manajer yang mempunyai cara dan gaya tersendiri, dalam mencapai tujuan perusahaan yang sebagian besar dipengaruhi oleh kondisi dan pembawaan manajer. Dikatakan ilmu karena manajemen dapat dipelajari dan dikaji sebenarnya.Manajemen secara umum sering disebut sebagai suatu proses untuk menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini mengandung pengertian bahwa manajemen merupakan suatu ilmu dan seni yang mempelajari bagaimana cara mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang lain untuk melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlukan. Menurut Stoner dikutip olehWiludjeng (2007: 3) menyatakan bahwa : “Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya manusia organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”.
Sedangkan menurut Handoko (2008:10) menyatakan bahwa : “Manajemen dapat didefinsikan sebagai bekerja dengan orang-orang untuk menentukan, menginterprestasikan dan mencapai tujuantujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia atau kepegasaian (staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading) dan pengawasan (controlling)”. Maka dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu proses dimana didalam proses tersebut terdiri dari perencanaan, pengarahan, pengendalian, melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber – sumber daya lain secara efektif dan efisien untuk melaksanakan kegiatan – kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tertentu perusahaan atau organisasi. 2.1.2
Fungsi – fungsi Manajemen Menurut Sastrohadiwiryo (2005:25-26), fungsi – fungsi manajemen terdiri dari : a. Perencanaan (planning) Perencanaan adalah proses dari rangkaian kegiatan untuk menetapkan terlebih dahulu tujuan yang diharapkan pada suatu jangka waktu tertentu atau periode waktu yang telah ditetapkan, serta tahapan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tersebut. b. Pengorganisasian (organizing) Pengorganisasian adalah proses dan rangkaian kegiatan dalam pembagian pekerjaan yang direncanakan untuk diselesaikan oleh anggota kelompok pekerjaan, penentuan hubungan pekerjaan yang baik antara mereka, serta pemeliharaan lingkungan dan fasilitas pekerjaan yang pantas.
c. Pengarahan (directing) Pengarahan adalah suatu rangkaian kegiatan untuk memberi petunjuk atau intruksi kepada bawahan atau beberapa bawahan atau kepada orang yang diorganisasikan dalam kelompok formal dan dalam rangka pencapaian tujuan yang ditelah ditetapkan. d. Pemotivasian (motivating) Pemberian motivasi adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan yang dilakukan seorang manajer dalam memberikan inspirasi, semangat dan kegairahan kerja serta dorongan kepada karyawan untuk dapat melakukan suatu kegiatan sebagimana yang diharapkan. e. Pengendalian (controlling) Pengendalian adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan untuk mengusahakan agar suatu pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai yang telah ditetapkan dan tahapan yang harus dilalui. Dengan demikian, apabila ada kegiatan yang tidak sesuai dengan rencana dan tahapan, perlu diadakan suatu tindakan perbaikan (corrective action). 2.2
Manajemen Sumber Daya Manusia
2.2.1
Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam suatu organisasi atau perusahaan peranan manajemen sumber daya
manusia sangatlah penting. Hal ini dapat kita mengerti karena tanpa sdm, suatu organisasi tidak mungkin berjalan.Manusia merupakan penggerak dan pengelola
faktor-faktor produksi lainnya seperti modal, bahan mentah, peralatan, dan lainlain untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan semakin berkembangnya suatu organisasi maka makin sulit pula perencanaan dan pengendalian pegawainya.Oleh karena itu, maka sangatlah dibutuhkan manajemen personalia yang mengatur dan mengatasi masalahmasalah yang berhubungan dengan kepegawaian, baik dalam hal administrasi, pembagian tugas maupun pada kegiatan personalia lainnya. Berikut ini pengertian manajemen sumber daya manusia menurut Bohlander dan Snell (2010:4) menyatakan bahwa : “Manajemen sumber daya manusia adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana memberdayakan karyawan dalam perusahaan, membuat pekerjaan, kelompok kerja, mengembangkan para karyawan yang mempunyai kemampuan, mengidentifikasi suatu pendekatan untuk dapat mengembangkan kinerja karyawan dan memberikan imbalan kepada mereka atas usahanya dan bekerja”. Sedangkan menurut Marwansyah (2010:3), menyatakan bahwa: “Manajemen sumber daya manusia dapat diartikan sebagai pendayagunaan sumber daya manusia di dalam organisasi, yang dilakukan melalui fungsi-fungsi perencanaan sumber daya manusia, perencanaan dan pengembangan karir, pemberian kompensasi dan kesejahteraan, dan hubungan industrial”.
Dari definisi-definisi diatas kita dapat menekankan bahwa yang utama sekali kita kelola adalah sumber daya manusia bukan sumber daya yang lainnya. Keberhasilan
pengelolaan
organisasi
sangat
ditentukan
oleh
kegiatan
pendayagunaan sumber daya manusia. Pengelolaan manajemen sumber daya manusia tidaklah semudah pengelolaan
manajemen
lainnya,
karena
faktor
sumber
daya
manusia
menitikberatkan perhatiannya kepada manusia itu sendiri yang memiliki akal, perasaan, dan tujuan.Berhasil tidaknya suatu perusahaan dalam mencapai tujuan sebagian besar tergantung pada manusianya.Oleh karena itu tenaga kerja ini harus mendapatkan perhatian khusus dan merupakan sasaran dari manajemen sumber daya
manusia
untuk
mendapatkan,
mengembangkan,
memelihara,
dan
memanfaatkan karyawan sesuai dengan fungsi atau tujuan perusahaan. 2.2.2
Fungsi – Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Fungsi manajemen sumber daya manusia sangat luas, hal ini disebabkan
karena tugas dan tanggung jawab manajemen sumber daya manusia untuk mengelola unsur-unsur manusia seefektif mungkin agar memiliki suatu tenaga kerja yang memuaskan. Menurut Hasibuan (2007:21), fungsi-fungsi sumber daya manusia meliputi fungsi manajerial dan fungsi operasional, yaitu : a. Fungsi-fungsi Manajerial 1) Perencanaan (planning) Perencanaan adalah merencanakan tenaga kerja secara efektif dan efisien agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam membantu terwujudnya tujuan. Perencanaan dilakukan dengan menetapkan program
kepegawaian.
pengorganisasian, pengembangan,
Program
pengarahan, kompensasi,
kepegawaian pengendalian,
pengintegrasian,
meliputi pengadaan,
pemeliharaan,
kedisiplinan dan pemberhentian karyawan program kepegawaian yang baik akan membantu tercapainya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
2) Pengorganisasian (organizing) Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengorganisasi semua karyawan dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang, intergrasi dan koordinasi dalam bagan organisasi (organization chart).Organisasi hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan organisasi yang baik akan membantu terwujudnya tujuan secara efektif. 3) Pengarahan (Directing) Pengarahan adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan agar mau bekerja sama dan bekerja secara efektif dan efesien dalam membantu tercapainya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Pengarahan dilakukan pemimpin dengan menugaskan bawahan agar mengerjakan tugasnya dengan baik. 4) Pengendalian (Controlling) Pengendalian adalah kegiatan mengendalikan semua karyawan, agar mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sesuai dengan rencana.Apabila terdapat kesalahan atau penyimpangan dilakukan tindakan
perbaikan
dan
penyempurnaan
rencana.Pengendalian
karyawan meliputi kehadiran, kedisiplinan, perilaku, kerjasama, pelaksanaan, pekerjaan, dan menjaga situasi lingkungan pekerjaan.
b. Fungsi-fungsi Operasional 1) Pengadaan (Procurement) Pengadaan adalah proses penarikan, seleksi, penempatan orientasi dan induksi untuk menciptakan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Pengadaan yang baik akan membantu terwujudnya tujuan. 2) Pengembangan (Development) Pengembangan adalah proses meningkatkan keterampilan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan pekerja masa kini maupun masa depan. 3) Kompensasi (Compensation) Kompensasi adalah pemberian balas jasa langsung (direct) dan tidak langsung (indirect) uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa yang diberikan kepada perusahaan. Prinsip kompensasi adalah adil dan layak.Adil diartikan sesuai dengan prestasi kerjanya, layak
diartikan
dapat
memenuhi
kebutuhan
primernya
serta
berpedoman pada batas upah minimum pemerintah berdasarkan internal dan eksternal konsistensi. 4) Pengintegrasian (Integration) Pengintegrasian adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerjasama yang serasi dan saling menguntungkan.Perusahaan memperoleh laba, karyawan
dapat
memenuhi
kebutuhan
dari
hasil
pekerjaannya.Pengintegrasian merupakan hal yang penting dan sulit dalam manajemen sumber daya manusia, karena mempersatukan dan kepentingan yang bertolak belakang. 5) Pemeliharaan (Maintenance) Pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental, dan loyalitas karyawan, agar mereka tetap mau bekerja sama sampai pensiun. Pemeliharaan yang baik akan dilakukan dengan program kesejahteraan yang berdasarkan kebutuhan sebagian besar karyawan serta berpedoman kepada internal dan eksternal konsistensi. 6) Pemberhentian (Separation) Pemberhentian adalah putusnya hubungan seseorang dari suatu perusahaan.Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan karyawan, keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun dan sebab-sebab lainnya. Jadi fungsi sdm menurut uraian di atas terdiri dari fungsi manajemen dan fungsi operasi yang masing-masing terdiri dari mengatur, merencanakan, pengorganisasian, memimpin serta mengendalikan manusia yang merupakan asset penting bagi perusahaan. Sedangkan sebagai fungsi operasional karyawan termasuk pengadaan, pengembangan, kompensasi, integrasi, pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja. Dari uraian mengenai fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia di atas dapat dijadikan suatu tahapan-tahapan yang saling berkaitan untuk menunjang satu sama lain.
2.3
Kepemimpinan
2.3.1
Pengertian Kepemimpinan Seorang pemimpin adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk
memengaruhi bawahannya agar mau dan mampu bekerja secara efektif dan efisien, sehingga tujuan organisasi akan tercapai secara maksimal sesuai dengan yang diterapkan. Seorang pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh mendorong, menuntun
dan
membimbing.Untuk
memperoleh
gambaran
mengenai
kepemimpinan, berikut ini akan dikemukakan pendapat beberapa ahli mengenai definisi kepemimpinan, diantaranya yaitu Menurut Davis dikutip oleh Sofyandi dan Garniwa (2007:170) menyatakan bahwa kepemimpinan yaitu : “Kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin memengaruhi perilaku bahwan, agar mau bekerjasama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi”. Kemudian menurut Kreitner dalam Iskandar (2008:86) mendefinisikan kepemimpinan yaitu : “Bahwa kepemimpinan adalah suatu proses pengaruh sosial dimana pemimpin mencari partisipasi sukarela dari bawahannya dalam suatu usaha mencapai tujuan organisasi”. Dari definisi diatas pada dasarnya memandang kepemimpinan adalah suatu aktivitas berkelanjutan yang di maksud
untuk dapat
mempengaruhi orang lain dalam mengarahkan perilaku seseorang dan
mengstrukturkan aktivitas – aktivitas serta hubungan didalam sebuah organisasi untuk mewujudkan tujuan – tujuan organisasi. 2.3.2
Sumber – Sumber Pemimpin dan Kepemimpinan Menurut Suwanto dan Priansa (2011:146) menyatakan terdapat beberapa
hal yang menyebabkan seseorang menjadi pemimpin, antara lain : a)
Tradisi/warisan : seseorang menjadi pemimpin, karena warisan keturunan, misalnya raja atau ratu Inggris dan Belanda.
b)
Kekuatan pribadi baik karena alasan fisik maupun karena kecakapannya.
c)
Pengangkatan atasan : seseorang menjadi pemimpin, karena diangkat oleh pihak atasannya.
d)
Pemilihan : seseorang menjadi pemimpin, karena berdasarkan konsep penerimaan (acceptance theory) anda menjadi pemimpin dan kami akan menaati instruksi anda.
2.3.3
Fungsi –Fungsi Kepemimpinan Menurut Rivai dalam Suwatno dan Priansa (2011:147)dalam buku
Manajemen SDM dalam organisasi public dan bisnis memberikan beberapa contoh tentang fungsi kepemimpinan, yaitu : a.
Menciptakan visi dan rasa komunitas.
b.
Membantu
mengembangkan
komitmen
dari
pada
sekedar
memenuhinya. c.
Menginspirasi kepercayaan, mengintegrasikan pandangan yang berlainan.
d.
Mendukung pembicaraan yang cakap melalui dialog.
e.
Membantu menggunakan pengaruh mereka.
f.
Memfasilitasi.
g.
Memberi semangat pada yang lain.
h.
Menopang tim.
i.
Bertindak sebagai model.
Sedangkan menurut Stoner dikutip oleh Suwatno dan Priansa (2011:147), agar kelompok dapat beroperasi secara efektif, seorang pemimpin mempunyai dua fungsi pokok yaitu: a.
Task related / problem solving function, dalam fungsi ini pemimpin memberikan saran dalam pemecahan masalah serta memberikan sumbangan informasi dan pendapat.
b.
Group maintenance function / social function, meliputi : pemimpin membantu
kelompok
beroperasi
lebih
lancar,
pemimpin
memberikan persetujuan atau melengkapi anggota kelompok yang lain, misalnya menjembatani kelompok yang sedang berselisih pendapat, memperhatikan diskusi – diskusi kelompok. 2.3.4
Ciri – Ciri Kepemimpinan Menurut Davis dikutip oleh Reksohadiprojo dan Handoko (2003:290)
ciri – ciri utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu : a. Kecerdasan (Intellegence) Seorang pemimpin harus memiliki tingkat intelegensi yang lebih tinggi dari bawahannya.
b. Kematangan jiwa sosial (social maturity and breadth) Pemimpin biasanya memiliki perasaan/jiwa yang cukup matang dan mempunyai kepentingan serta perhatian yang cukup besar terhadap bawahannya. c. Motivasi diri dan hasil (inner motivation and achievement drives) Para pemimpin senantiasa ingin membereskan segala sesuatu yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. d. Menjalin hubungan kerja manusiawi (human relation attides) Pemimpin harus dapat bekerja secara efektif dengan orang lain atau dengan bawahan. 2.4
Gaya Kepemimpinan Pada dasarnya gaya kepemimpinan banyak berpengaruh terhadap
keberhasilan seorang pemimpin dalam memengaruhi perilaku – perilaku pengikutnya. Pemilihan gaya kepemimpinan yang benar disertai dengan motivasi eksternal yang dapat mengarah pencapaian tujuan organisasi. Menurut Hasibuan (2003:170) mendifinisikan : “Gaya kepemimpinan adalah suatu sikap yang dilakukan pemimpin yang hakikatnya bertujuan untuk mendorong gairah kerja, kepuasaan kerja, motivasi kerja,dan produktivitas karyawan yang tinggi, agar dapat mencapai tujuan organisasi yang maksimal”. Kemudian menurut Tzu dan Cleary dikutip oleh Suwatno dan Priansa (2011:140) menyatakan: “Kepemimpinan adalah sebuah persoalan kecerdasan, kelayakan untuk dipercaya, kelembutan, keberanian dan ketegasan”.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin dalam memengaruhi bawahannya untuk mendorong produktivitas kerja pegawai dalam rangka pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien. 2.4.1
Tipe Gaya Kepemimpinan Menurut Hasibuan (2000:172) ada beberapa tipe gaya kepemimpinan
yang digunakan oleh seorang pemimpin, yaitu : a.
Kepemimpinan Otoriter Kepemimpinan oteriter adalah kekuasaan atau wewenang, sebagian besar mutlak tetap berada pada pimpinan atau jika pemimpin tersebut menganut sistem sentralisasi wewenang. Pengambilan keputusan dan kebijaksanaan hanya ditetapkan sendiri oleh pemimpin, bawahan tidak diikut sertakan untuk memberikan saran, ide dan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. Falsafah
pimpinan
ialah
“bawahan
adalah
untuk
pimpinan/atasan”.Bawahan hanya bertugas sebagai pelaksanaa keputusan yang telah ditetapkan pimpinan.Pemimpin menganggap dirinya orang yang paling berkuasa, paling pintar dan paling cakap.Pengarahan
bawahan
dilakukan
dengan
memberikan
instruksi perintah, ancaman hukuman, serta pengawasan dilakukan secara ketat. Orientasi kepemimpinannya difokuskan hanya untuk peningkatan
produktivitas
kerja
karyawan
dengan
kurang
memperhatikan perasaan dan kesejahteraan karyawan.Pimpinan menganut sistem manajemen tertutup (closed management) kurang menginformasikan keadaan perusahaan kepada bawahannya. b.
Kepemimpinan Partisipatif (demokratis) Kepemimpinan
partisipatif
adalah
apabila
ada
kepemimpinannya dilakukan dengan carapersuasif, menciptakan kerja sama yang serasi, menumbuhkan loyalitas dan partisipasi bawahan. Pemimpin memotivasi bahwa agar merasa ikut memiliki perusahaan. Falsafah pimpinan ialah “pimpinan adalah untuk bawahan”. Bawahan harus berpartisipasi memberikan ide, saran, dan pertimbangan – pertimbangan dalam proses pengambilan keptusan. Keputusan tetap dilakukan pemimpin dengan mempertimbangkan saran dan ide yang diberikan bawahannya.Pemimpin menganut sistem manajemen terbuka (open management) dan desentralisasi wewenang. Pemimpin dengan gaya partisipatif akan mendorong kemampuan bawahan mengambil keputusan. Dengan demikian, pimpinan akan selalu membina bawahan untuk menerima tanggung jawab yang lebih besar. c.
Kepemimpinan Delegatif (laissez-faire) Kepemimpinan
delegatif
apabila
seorang
pemimpin
mendelegasikan wewenang kepada bawahan agak lengkap.Dengan
demikian, bawahan dapat mengambil keputusan dan kebijaksaan dengan bebas atau leluasa dalam melaksanakan pekerjaannya. Pemimpin tidak peduli cara bawahan mengambil keputusan dan mengerjakan
pekerjaannya,
sepenuhnya
diserahkan
kepada
bawahan. Disini pemimpin menyerahkan tanggung jawab atas pelaksaan pekerjaan kepada bawahan dalam arti pimpinan menginginkan agar bawahan bisa mengendalikan diri mereka sendiri dalam menyelesaikan tugas pekerjaan tersebut. Pimpinan tidak akan membuat peraturan – peraturan tentang pelaksanaan pekerjaan – pekerjaan itu hanya sedikit melakukan kontak dengan bawahannya.
Dalam
hal
ini,
bawahan
dituntut
memiliki
kematangan dalam pekerjaan dikaitkan dengan kemampuan untuk melakukan
sesuatu
yang
berdasarkan
pengetahuan
dan
keterampilan.Kematangan psikologis dikaitkan dengan kemauan dan motivasi untuk melakukan sesuatu yang erat kaitannya dengan rasa yakin dan keterikatan. 2.5
Kepuasan kerja
2.5.1
Pengertian kepuasan kerja Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan expresi bagaimana perasaan
seseorang atas pekerjaan dan berbagai aspek lain dari pekerjaannya. Dengan kata lain, kepuasan kerja merupakan sikap seseorang terhadap pekerjaannya (Brahmana dan Cristina, 2008). Menurut Hariandja (2005) mendefinisikan :
“kepuasan kerja adalah sejauhmana individu merasakan secara positif atau negatif berbagai macam faktor atau dimensi dari tugastugas dalam pekerjaannya”. Pendapat lain adalah dari Mangkunegara (2004) yang mengemukakan bahwa kepuasan kerja berhubungan dengan variabel-variabel, diantaranya:
Turnover Kepuasan jerha lebih tinggi dihubungkan dengan turn over pegawai yang rendah sedangkan pegawai-pegawai yang kurang puas biasanya turn over lebih tinggi.
Tingkat ketidakhadiran (absen) kerja Pegawai-pegawai
yang
kurang
puas
cenderung
tingkat
ketidakhadiran (absen) tinggi. Mereka sering tidak hadir kerja dengan alasan yang tidak logis dan subjektif.
Umur Ada kecenderungan pegawai yang berumur tua lebih merasa puas daripada pegawai yang berumur relatif muda. Hal ini diasumsikan bahwa pegawai yang lebih tua lebih berpengalaman menyesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaannya.
Tingat pekerjaan Pegawai-pegawai yang menduduki tingkat jabatan yang lebih tinggi cenderung lebih puas daripada pegawai yang menduduki tingkat pekerjaan yang lebih rendah.
Ukuran organisasi perushaan
Ukuran organisasi perusahaan dapat mempengaruhi keupasan pegawai. Hal ini karena besar kecil suatu perushaan berhubungan pula dengan koordinasi, dan partisipasi pegawai. 2.5.1.1 Indikator kepuasan kerja Celluci dan de Vries, 1978 (dalam Brahmana dan Cristina, 2008) merumuskan dimensi-dimensi kepuasan kerja dalam 5 dimensi sebagaimana berikut: 1. Kepuasan dengan gaji. 2. Kepuasan dengan promosi. 3. Kepuasan dengan rekan kerja. 4. Kepuasan dengan penyelia. 5. Kepuasan dengan pekerjaan itu sendiri. 2.6
Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan dengan Kepuasan Kerja Gaya kepemimpinan menurut Hasibuan (2003:170), yaitu suatu sikap
yang dilakukan pemimpin yang hakikatnya bertujuan untuk mendorong gairah kerja, kepuasan kerja, motivasi kerja, dan produktivitas kerja karyawan yang tinggi, agar dapat mencapai tujuan organisasi yang maksimal. Tiap-tiap pimpinan mempunyai gaya kepemimpinan yang berbeda-beda. Menurut Benyamin dan Flyin, 2006 (dalam Brahmana dan Sofyandi, 2007) pemimpin dapat mempengaruhi perilaku bawahan melalui gaya atau pendekatan yang digunakan untuk mengelola orang. Dengan gaya tersebut pemimpin dapat menerapkan segala peraturan dan kebijakan organisasi serta melimpahkan tugas dan tanggung jawab dengan tepat. Hal ini sejalan dengan
usaha untuk menumbuhkan komitmen organisasi dari diri karyawan. Sehingga pemimpin
nantinya
dapat
meningkatkan
kepuasan
karyawan
terhadap
pekerjaannya. Gaya dan sikap kepemimpinan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja (Ostroff, 1992).
Selain itu, Brahmana dan
Sofyandi (2007) menemukan bahwa terdapat korelasi yang sangat kuat antara gaya kepemimpinan dengan persepsi bawahan atas efektifitas pimpinannya dan kepuasan kerja bawahannya. Kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individu. Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai-nilai yang berlaku pada dirinya. Ini disebabkan oleh adanya perbedaan pada dirinya dan masing-masing individu. Semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan sesuai dengan keinginan individu tersebut, maka semakin tinggi tingkap kepuasan dirasakan dan sebaliknya. Kepuasan kerja dapat ditingkatkan melalui perhatian dan hubungan baik dari pimpinan kepada bawahan, sehingga karyawan akan merasa bahwa dirinya bagian yang penting dari organisasi kerja
2.7
Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Judul
No.
Variabel Yang
dan Tahun
Kesimpulan Penelitian
Digunakan
Penelitian 1.
LinaNur
Pengaruh Gaya Variabel
Hidayati,Arum
Kepemimpinan
Darmawati&D
Terhadap
yna HerlinaS (2009)
- Hasil dari
Independen: Gaya
menunjukkan
Kepuasan Kerja
Kepemi
bahwa variable
Karyawan
mpinan
gaya
(Studi
Empiris
Pada Karyawan FISE Universitas Negeri Yogyakarta)
-
penelitian ini
kepemimpinan
Variabel Dependen : -
Kepuasa n
Kerja
Karyawa n
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel kepuasan kerja karyawan FISE UNY, dengan koefisien sebesar 1.587 dan signifikan pada 0,000
2.
Muhammad
Pengaruh Gaya Variabel
Fauzan
Kepemimpinan
Independen :
- Hasil penelitian ini menunjukan gaya
Baihaqi (2010)
Terhadap
-
Gaya
kepemimpinan
Kepuasan Kerja
Kepemi
berpengaruh positif
dan
mpinan
dan signifikan
Kinerja
Dengan
Variabel
terhadap kepuasan
Komitmen
Dependen :
kerja dan kinerja
Organisasi
-
Kepuasa
karyawan ;
Sebagai
n
komitmen
Variabel
dan
organisasi
Intervening pada
Kinerja
berpengaruh positif
P.T. Yudhistira
Karyawa
dan signifikan
Ghalia
n
terhadap kepuasan
Kerja
Indonesia Area Variabel
kerja dan kinerja
Yogyakarta
karyawan ;
Intervening : -
Komitme
Komitmen
n
organisasi secara
organisas
positif dan
i
signifikan memediasi hubungan antara gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja karyawan ;
dan komitmen organisasi secara positif dan signifikan juga memediasi hubungan antara gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan. 3.
Marselius
Hubungan
- Hasil hipotesis
Sampe Tondok
antara
dan Rita
Gaya
Andarika
kepemimpinan
nal
(2004)
transformasional
transaksional
Variabel
persepsi Independen: - Transformasio dan
yang menggunakan analisis korelasi parsial menunjukkan
dan
Variabel
bahwa persepsi
transaksional
Dependen:
gaya
dengan kepuasan karyawan
kerja
Kepuasan
kepemimpinan
kerja
transformasional
karyawan
dengan kepuasan kerja berkorelasi secara positif dan sangat signifikan
dengan koefisien korelasi sebesar 0,835; p < 0,01. 4.
Christian Yogi Pratama
Pengaruh Gaya Kepemimpinan
Variabel Independen :
- Hasil penelitian menunjukkan
Otokratis (2012)
Terhadap
-
Kepuasan Kerja Karyawan PT
Gaya
bahwa ada
kepemim
pengaruh negatif
pinan
antara gaya
KIA Mobil Indonesia cabang
Variabel Dependen :
Semarang -
Kepuasan Kerja Karyawa n
kepemimpinan otokratis terhadap kepuasan kerja pada karyawan. Nilai koefisien korelasi Product Moment (rxy) sebesar -0,953 dengan signifikansi sebesar 0,01 pada taraf signifikansi 5%.
Penelitian terdahulu sangatlah penting sebagai dasar pijakan dalam rangka penyusunan penelitian ini. Adapun beberapa penelitian yang pernah dilakukan
berkaitan dengan gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja karyawan. Hasil penelitian Lina Nur Hidayati,Arum Darmawati & Dyna Herlina S (2009). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel gayakepemimpinan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel kepuasan kerja karyawan FISE UNY, dengan koefisien sebesar 1.587 dan signifikan pada 0,000. Hasil penelitian Muhammad Fauzan Baihaqi (2010), hasil penelitian inimenunjukangaya kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja dan kinerja karyawan ; komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja dan kinerja karyawan ; Komitmen organisasi secara positif dan signifikan memediasi hubungan antara gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja karyawan ; dan komitmen organisasi secara positif dan signifikan juga memediasi hubungan antara gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan. Hasil penelitian Marselius Sampe Tondok dan Rita Andarika (2004), Hasil hipotesis yang menggunakan analisis korelasi parsial menunjukkan bahwa persepsi gaya kepemimpinan transformasional dengan kepuasan kerja berkorelasi secara positif dan sangat signifikan dengan koefisien korelasi sebesar 0,835; p < 0,01. Hasil penelitian Christian Yogi Pratama (2012), Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh negatif antara gaya kepemimpinan otokratis terhadap kepuasan kerja pada karyawan. Nilai koefisien korelasi Product Moment (rxy) sebesar -0,953 dengan signifikansi sebesar 0,01 pada taraf signifikansi 5%.
2.7
Kerangka Berpikir dan Hipotesis Berdasarkan penjelasan pada latar belakang dan kerangka berfikir diatas
penulis merumuskan model penelitian sebagai berikut:
Gaya Kepemimpinan - High Intellegence - Social maturity and breadth - Inner Motivation and Achievement drives - Human relation attides (Variabel Independent)
Kepuasan kerja Karyawan (Variabel Dependent)
Gambar 2.1 Model Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja
Dari uraian kerangka pemikiran di atas, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut: “Terdapat pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja pada karyawan Perusahaan Karangsetra Waterland Bandung”.