BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan di uraikan teori-teori dasar serta temuan-temuan yang telah di lakukan yang berhubungan dengan permasalahan penelitian ini. Sesuai dengan bab sebelumnya, pertama akan di bahas mengenai musik, pemilihan musik dan jenis-jenisnya. Di lanjutkan dengan pembahasan mengenai identitas sosial dan komponen-komponennya. Terakhir akan di bahas mengenai hubungan selera musik dari mendengarkan setiap aspek nada musik dari yang potongan terkecil sepintas terlintas di telinga kita hingga hubunganya dari pengaruh dalam identitas sosial mereka.
2.1 Musik Orang yang pertama mengajukan teori tentang kontribusi musik dan hubungannya dengan kepribadian adalah Cattell. Menurutnya pada suatu jenis tipe musik dapat mengungkapkan informasi penting pada alam bawah sadar kepribadian seseorang. Pada tahun 1953, Cattell beserta rekannya Anderson menciptakan I.P.A.T. Musik Preference Test, sebuah alat inventori kepribadian yang mencakup 120 item potongan musik klasik dan jazz, dimana responden menentukan tingkat kesukaannya pada setiap item musik itu. Pada penelitian itu Cattel dan Anderson menggunakan factor analisis untuk mengindetifikasi 12 faktor preferensi musik dan menginterprestasi setiap factor sebagai refleksi alam bawah sadar dari berbagai karakteristik kepribadian seperti konservatif, hangat 9
dan lain-lain (Cattell & Anderson, 1953a, Cattell & Saunders, 1953b, Cattell & Anderson, 1954 dalam Gosling and Rentfrow, 2003).
2.1.1 Definisi Musik Dalam definisinya, musik dapat diuraikan menjadi “organisasi bunyi dan sunyi (sound and silences) dalam alur waktu dan ruang tertentu” (Eagle dalam Eagle Jr, 1966 ED. Hodges, H.3). definisi lain dari musik adalah, “aktualisasi dari segala kemungkinan bunyi atau suara yang memberikan makna tertentu bagi orang yang mendengarnya” (Clifton, dalam Rao, 1992 Ed, Reimer dkk 1992). Apabila kedua definisi di atas digabung, maka musik adalah sebuah organisasi bunyi dan sunyi dalam suatu alur pada ruang tertentu yang dapat memberikan makna atau arti bagi masing-masing orang yang mendengarkannya. Sebuah bunyi atau gambar dapat diterima menjadi suatu yang nyata karena hal-hal lain yang kita sadari atau tidak namun mempunyai esensi yang penting dalam proses penerimaan bunyi-bunyian, salah satunya adalah keadaan situasi maupun konteks pada saat kita mendengar bunyi-bunyian suara dan membuatnya nyata (Street, 2000). Musik adalah sebuah medium komunikasi yang tidak dapat di mengerti secara linier maupun langsung, melainkan akan lebih dimengerti melalui cara yang lebih individualistik, emosional dan irasional (McLean, 2003). Dalam mendengarkan musik individu cenderung untuk memisahkan antara musik itu sendiri dengan lirik yang ada. Apabila musik itu berirama ceria namun berlirik sedih, perasaan yang di dapat akan menjadi berbeda.
10
Umumnya kita terbiasa mendengarkan musik secara instant, yaitu mendengarkan musik bukan dari satuan elemennya, tetapi menggabungkan lapisan lirik, melodi, dan irama menjadi suatu keseluruhan. Walaupun memang ada saatnya mendengarkan musik secara terpisah dari bagian musik, namun lirik yang kita interprestasikan akan tetap terdengar sebagai bagian dari musik itu sendiri (Fornas, 2003).
2.1.1.1 Elemen Musik Sebagai unsur yang membentuk musik, bunyi mempunyai empat elemen fisik, yaitu frekuensi atau banyak gelombang / getaran dalam satu satuan waktu, adalah elemen bertanggung jawab atau tinggi rendahnya suatu bunyi. Dalam pengertian semakin tinggi frekuensi suatu getaran, maka akan semakin tinggi juga bunyi yang terdengar (pitch). Selanjutnya adalah amplitude atau besar simpang suatu gelombang, elemen ini bertanggung jawab atas intensitas atau keras lembutnya suatu bunyi. Ketiga adalah bentuk atau warna suara yang membedakan suatu bunyi dan bunyi yang lain. Terakhir adalah waktu atau lama nya waktu yang di perlukan dalam melangsungkan suatu bunyi (Seashore, dalam Hodges & Lipcomb, 1966, h.95).
2.1.1.2 Cara Mendengarkan Musik Menurut Copland (2002) ada tiga cara dalam mendengarkan musik. Pertama dengan cara sensuous atau dengan kata lain, mendengarkan musik melalui pendengaran. Cara mendengarkan bentuk yang sederhana, yaitu saat kita
11
mendengarkan musik tanpa memikir apapun, atau secara absent minded. Musik yang didengar cara seperti ini memiliki kekuatan misterius, contohnya saat kita melakukan suatu aktivitas, tanpa kita sadari sebuah potongan kecil musik akan membuat amosfer ruangan menjadi berbeda. Berikutnya adalah dengan cara ekspresif. Setiap musik memiliki kekuatan yang dapat mengekspresikan banyak arti bagi pemain, pembuat maupun pendengarnya. Arti musik terdapat di balik setiap not dan komposisinya, ataupun dibalik keadaan saat kita mendengar. Musik dapat memiliki banyak arti yang berbeda bagi setiap orang yang mendengarnya, apakah musik itu mengingatkan seseorang terhadap kesedihan, kesenangan dan lain-lain. Oleh karena itu kita tidak dapat menjabarkan melalui kata-kata apa arti dibalik musik. Melainkan hanya dapat merasakan menurut pengertian masing-masing orang. Yang terakhir adalah sheerly musikal yaitu mendengarkan musik dari komponen-komponen musik itu sendiri. Cara yang terakhir ini adalah pada saat kita mendengarkan musik secara secara detail. Elemen-elemen penting pada musik, seperti tinggi rendah suatu nada, gabungan melodi, ritme dan harmoni menjadi sangat penting bagi kita untuk mengerti alur musik itu sendiri dengan cara yang seharusnya. Dari tiga cara mendengarkan musik diatas, menurut Copland, kita tidak pernah mendengarkan musik melalui satu cara. Pada saat kita mendengarkan musik, kita menggabungkan dua atau ketiga cara di atas, tanpa beban atau usaha lebih kuat, akhirnya kita mendengarkan musik melalui intuisi berdasarkan semua pengalaman dan pengetahuan yang sudah ada.
12
2.1.2 Pemilihan Musik Allport ( 1961) memiliki konsep dalam perkembangan kepribadian, yaitu functional autonomy : “… and acquired systems of motivation in which of the tensions involved are not of the same kind as the antecedent tensions from which the acquired systems developed” (allport, 1961) Motivasi yang terdorong oleh stimuli sendiri, bukan dari dorongan. Misalnya, seseorang yang di ajak pergi kepasar oleh temannya, untuk menemani teman, namun akhirnya seseorang tersebut memiliki motivasi baru dengan intensi sendiri untuk membeli kebutuhan rumah yang sudah habis. Ada dua jenis functional autonomy, yaitu : perseverative functional autonomy, didasari neurologis, seperti adiksi, rutinitas atau familiaritas. Kedua propriate functional autonomy yang di dasari oleh asumsi dasar filosofi kepribadian manusia. Misalnya minat dapat mempengaruhi dan mengarahkan suatu pilihan. Dalam memilih jenis musik, setiap individu memiliki perspektif sendiri untuk memilih. Pemilihan itu sendiri tidak unitary melainkan terbagi dalam “taste cultures” berdasarkan pilihan individu di antara banyak produk musik. Kelas sosial adalah salah satu peran penting dalam menentukan pilihan, walaupun pemilihan individual tetap memiliki ruang sendiri dalam penentuan pilihan (Gans, 1974 dalam tokinoya & wells, 1998).
13
2.1.3 Jenis Musik Seperti halnya gaya hidup, dan waktu ke waktu banyak jenis musik baru yang bermunculan dan biasanya jenis-jenis musik baru ini terpengaruh oleh lebih dari satu jenis musik lama yang tertumpang tindih menjadi satu jenis musik baru. Oleh karena itu pengkategorian jenis musik menjadi semakin sulit untuk di lakukan. Banyak penelitian yang mencoba untuk mengkategorisasikan jenis musik yang ada, namun saat ini belum ada kategori musik yang dapat dianggap baku. Pada tahun 1983, Gridley mencoba untuk memilah aliran rock-jazz dengan menambahkan kategori easy listening, pop, rhythm and blues. Pada tahun yang sama Diehl, Schneider dan Petress (1983) mencoba melebarkan kategori musik dengan menambahkan kategori punk, big band, folk, beautiful music, country western, classical dan opera. Sedangkan penelitian mengenai konser musik popular (Hall & Blau 1987) membagi klasifikasi jenis rock menjadi lima sub kategori, yaitu progressive rock, hard rock, generic rock, southern rock dan blues. Tetapi dalam menghindari kesulitan pada pendefinisian jenis musik rock, Fornas (1995) mengeliminasi sub kategori musik rock dengan mengembalikan pengkategorian jenis musik rock hanya sebagai satu jenis musik (dalam Tokinoya & Wells) Pada tahun 1995 Lewis (dalam Tokinoya & wells, 1998) membuat penelitian empiris mengenai keberadaan stereotype untuk 10 jenis musik, yaitu rock, country, rap, alternative, classical, reggae, heavy metal, top 40 world, dan easy listening yang di hubungkan dengan preferensi individu. Penelitian ini menemukan bahwa ada hubungan stereotype jenis musik dengan karakteristik dan
14
prilaku responden, yang pada akhirnya disimpulkan bahwa dalam berbagai tingkat setiap jenis musik menyimpan cita rasa budaya. Dari banyaknya jenis musik yang ada, berikut adalah penjelasan singkat mengenai beberapa jenis musik, inti yang di teliti dalam penelitian ini:
•
Jazz Jenis musik ini dari Amerika, pada akhir abad ke-19. Gabungan dari budaya Afrika dan Eropa yang berawal dari jenis musik ragtime, jenis musik yang diciptakan oleh orang kulit putih dalma rangka meniru kebiasaan menyanyi orang kulit hitam pada jaman perbudakan (Matthews & Thompson, 2002). Jenis musik ini biasanya ditandai dengan ritme musik yang berada di bawah struktur, fleksibel, penuh dengan improvisasi solo dan ensembel pada nadanada dasar dan pola nada (www.dictionary.com).
•
Classical Jenis musik ini diawali dari daerah Eropa paa akhir abad ke-18. Biasanya berhubungan erat dengan masyarakat Eropa yang terpelajar dan sangat bertolak
belakang
dengan
jenis
musik
Folk
yang
merakyat
(www.dictionary.com).
•
Rock Jenis musik ini mulai berkembang pada tahun 1960an pada akhir perang dunia ke-dua yang terpengaruh dengan jenis musik terdahulu yaitu blues dengan
15
menggabungkan segi pandang seni, intelektualisme dan perlawanan akan budaya yang ada (Matthews & Thompson, 2002)
•
Metal Musik metal adalah bentuk lain dari jenis musik rock yang mulai muncul pada tahun 1970an. Musik ini biasanya mempunyai karakter yang agresif, biasanya lirik dalam jenis msuik ini bernuansa gelap dan bertema mengenai amarah dan depressi (http://en.wikipedia.org/wiki/metal_music).
•
Rap/Hip Hop Hip hop terbentuk muali tahun 1970an sebagai bentuk dari gerakan sosial masyarakat kulit hitam di Amerika. Dalam musk hip hop, rapping adalah elemen terpenting dimana seseorang bercerita mengenai dirinya atau mengenai keadaan sosial dan biasanya bertema mengenai kaum minoritas yang tertindas dengan kata-kata yang berirama dan mengikuti irama musik yang dimainkan oleh DJ atau seseorang yang memainkan rekaman musik. Biasanya sering diasosiasikan dengan tarian jalanan. (http;//en.wikipedia.org/wiki/hip_hop_music).
•
Dangdut Musik yang sangat merakyat di Indonesia, perpaduan irama melayu deli, qasidah dan irama tabla dari India (Soeharto, 1992). Biasanya didominasi
16
dengan irama yang mengajak bergoyang dan pesan yang merakyat (Frederick, 1997 dalam Ibrahim, 1997).
•
Dance/Electronica Jenis musik ini biasanya dimainkan menggunakan instrument elektronik seperti synthesizers. Masa kini musik elektronik biasa diasosiasikan dengan klub malam, oleh karena itu biasa juga disebut sebagai musik dance. (http://en.wikipedia.org/wiki/electronic_music).
•
Pop Sedangkan musik pop adalah musik yang cenderung berirama sederhana dan populer dengan masyarakat pada saat itu, biasanya identik dengan remaja (Soeharto, 1992).
2.1.4 Dimensi Musik Dalam penelitiannya Gosling dan Rentfrow (2003) mencoba untuk memilah berbagai jenis musik yang adea dan akhirnya memilih 14 jenis musik s esuai kategorinya yaitu : Rock, Soul, Funk, Dance/Electronica, Hip-Hop, Pop, Folk, Country, Jazz, Classical, Alternative, Heavy Metal, Religious dan Blues. Dari semua pilihan jenis musik, mereka membagi lagi komponen-kompenennya menurut aspek musikalitas dan lirik. Melalui proses penyaringan melalui metode factor analysis ditemukan 25 jenis ciri yang tersaring untuk mendeskripsikan suatu jenis musik tertentu, menurut segi musik maupun lirik, yaitu : clever,
17
dreamy, relaxed, enthusiastic, simple, pleasant, energetic, loud, cheeful/happy, uplifting, angry, depressing/sad, emotional, romantic, rhythmic, frank/direct, boastful, optimistic, reflective, bitter, fast, slow, acoustic, electric dan voice. Dari proses tersebut, akhirnya diperoleh 4 dimensi yaitu : •
Reflective and complex : Jenis-jenis musik yang masuk pada dimensi ini dianggap reflektif mencerminkan perasaan, emosi atau keadaan. Biasanya memiliki komposisi musik yang rumit dan kompleks, dan butuh pengetahuan sebelum kita dapat memainkannya. Ciri umum : Memiliki tempo yang lambat, memiliki sedikit nyanyian, lebih banyak menggunakan suara akustik. Ciri musik dan lirik : kompleks, memiliki kedua efek positif dan negatif, berenergi rendah. Contoh jenis musik : Blues, Folk, Classical dan Jazz.
•
Upbeat and conventional : Jenis musik dalam dimensi ini biasanya memiliki irama yang ceria atau bersemangat, umumnya memiliki lirik yang mengikuti norma atau nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Ciri umum : Tempo standar atau cukup, menggunakan suara elektrik dan akustik, memiliki suara nyanyian yang cukup. Ciri musik dan lirik : Simpel dan langsung, rendah pada ekfek negatif dan tinggi pada efek positif dan tingkat energi. Contoh jenis musik : Country, religious, dangdut dan pop.
18
•
Intense and rebellious : Dalam dimensi ini adalah jenis musik yang umumnya berirama kuat dan bersemangat dan biasanya memiliki lirik kasar atau lirik yang diluar nilai-nilai masyarakat. Ciri umum : Memiliki tempo yang tepat, kebanyakan menggunakan alat elektrik, memiliki nyanyian yang cukup. Ciri musik dan lirik : Sedikit kompleks, memiliki efek positif yang rendah kebalikannya tinggi pada efek negative dan tingkat energi. Contoh jenis musik : Alternative, heavy metal dan rock.
•
Energetic and Rhythmic : Jenis musik dalam dimensi ini adalah jenis musik yang membuat bersemangat dan penuh energi. Ciri umum : Memiliki tempo yang cukup, kebanyakan menggunakan alat elektrik, memiliki nyanyian yang cukup. Ciri musik dan lirik : Cukup kompleks, tidak menampilkan kedua efek positif dan negatif, memiliki tingkat energi yang cukup. Contoh jenis musik : Funk, electronica, Hip Hop dan Soul.
2.1.5 Fungsi Musik Menurut Cook (2000), musik mempunyai fungsi yang berbeda di berbagai tempat, sama dengan jenis makanan atau pakaian, musik juga dapat berfungsi sebagai simbol nasional ataupun simbol identitas untuk komunitas regional. Musik memiliki tiga fungsi yang berbeda, pertama adalah conservation, seperti foto, musik dapat memberhentikan waktu yang berbeda-beda bagi setiap orang.
19
Setiap
musik
dapat
merepresentasikan
sebuah
waktu,
melalui
pengasosiasian masuk dengan pengalaman kita, contohnya, apa bila kita mengingat lagu gelang sipatu gelang, untuk beberapa orang mereka akan mengingat masa kecil kecil mereka, untuk beberapa orang lain mungkin tidak. Yang kedua adalah sebagai sarana komunikasi, seperti memainkan alat musik atau bernyanyi untuk menyalurkan pesan. Contohnya seperti lagu-lagu dari Iwan Fals, yang ia menggunakan musik untuk menyampaikan pesan-pesan sosial maupun pribadi kepada masyarakat. Sedangkan yang ketiga adalah musik berfungsi sebagai konsepsi. Dalam pengertian ini pencipta musik, artis maupun pendengar bersama-sama membuat konsep masing-masing mengenai musik itu sendiri.
2.2 Kepribadian 2.2.1 Definisi Kepribadian Definisi yang paling umum mengenai kepribadian adalah ketrampilan seseorang untuk mendapatkan reaksi positif dari orang lain dalam siatusi yang berbeda (Campbell, Lindzey & Hall, 1998). Kata kepribadian sendiri berasal dari kata Latin yaitu “Persona” yang berarti topeng, dengan kata lain, kepribadian adalah bagaimana seseorang memperlihatkan atau merepresentasikan dirinya ke orang lain. Oleh karena itu kepribadian sendiri akhirnya dilihat melalui kacamata orang lain, contohnya, apakah seseorang itu menyenangkan, pemarah, kasar, sopan ataupun ceria ditunjukan oleh pesan yang kita lihatkan kepada orang lain melalui gerakan, bahasa ataupun emosi. Dalam bentuknya Allport (1937:42-47)
20
mencoba memilah dari sekian banyaknya definisi kepribadian yang ada menjadi lima bagian yaitu : •
Definisi Omnibus : Kepribadian dilihat secara menyeluruh, dimana semua aspek maupun sifat individu adalah elemen-elemen yang membentuk kepribadian.
•
Definisi Integratif dan Konfigurasional : Kepribadian dilihat sebagai organiasi aktif yang memiliki pusat dan terdiri dari kesatuan respon-respon.
•
Definisi Hirarkikal : Kepribadian terdiri dari beberapa tingkatan self atau “diri”
•
Definisi dalam hal penyesuaian : Kepribadian dilihat sebagai salah satu fungsi dalam pertahanan hidup.
•
Definisi dalam hal perbedaan : Kepribadian dilihat dari perbedaan antar individu, bahwa perbedaan itulah yang disebut kepribadian. Dari pembagian definisi kepribadian di atas, Allport menggabungkan
aspek-aspek kecil dari semua bagian definisi kepribadian di atas dengan membuat definisi baru, yaitu : “Personality is the dynamic organization within the individual of those psychophysical systems that determine his unique adjustment to his environment”. (Allport, 1937:48)
Dalam perumusan definisi ini, setiap kata memiliki arti tersendiri yang membentuk pengertian mengenai kepribadian, yaitu :
21
•
“Dynamic Organization” merujuk kepada arti bahwa kepribadian adalah suatu organisasi aktif yang akan terus berkembang dan mengatur dirinya.
•
“Psychophysical system” merujuk kepada kepribadian juga dipengaruhi oleh habit (kebiasaan) atau perilaku umum yang bekerja di bawah badan dan otak.
•
“Determine”
berarti
kepribadian
“adalah
sesuatu”
dan
kepribadian
“melakukan sesuatu”. Berbeda dengan perilaku, kepribadian adalah sesuatu dibalik dan didalam aksi yang dilakukan seseorang. •
“Unique” merujuk bahwa kepribadian adalah sesuatu yang unik pada setiap orang.
•
“Adjustment to his environment” yang berarti bahwa kepribadian adalah sebuah fungsi untuk pertahanan hidup.
2.2.2 Trait Salah satu cara tercepat untuk mengetahui kepribadian dari seseorang adalah menanyakannya langsung mengenai traitnya (Gosling & Rentfrow, 2003). Pada penggunaan istilah kepribadian banyak sekali digunakan istilah-istilah dari karakter, watak dan trait (sifat). Trait, didefinisikan sebagai : “Neuropsychic structure having the capacity to render many stimuli functionally equivalent and to initiate and guide equivalent (meaningful consitent) forms of adaptive and expressive behavior” (Allport, 1961:347).
22
Menurut definisi di atas trait adalah struktur neuropsikis yang memiliki kapasitas untuk membawakan beragam fungsi stimulus dan bentuk-bentuk dari perilaku. Selanjutnya, definisi karakter adalah sebagai berikut : “Character is personality evaluated, and personality is character evaluated” (allport, 1961:54)
Karakter, adalah watak atau sifat dari kepribadian yang dapat dievaluasi. Kepribadian sendiri dapat dievaluasi dengan melihat karakter dari seseorang. Sedangkan temperamen adalah “disposisi yang berhubungan dekat dengan deteriminan-determinan biologis dan fisiologis” (Campell, Lindzey & Hall, 1998:275) atau watak dari kepribadian yang berhubungan dengan faktor-faktor fisiologis, seperti emosi dan perasaan. Trait tidak hanya memandu tingkah laku tetapi juga memunculkan tingkah laku itu sendiri, wlau begitu trait sendiri tidak berfungsi sebagai motivator tingkah laku seseorang, melainkan adanya stimulus-stimulus eksternal maupun internal pada prosesnya. Disposisi adalah kumpulan dari trait, dan disposisi pribadi setiap individu berbeda-beda dalam tingkat generalisasi yang mereka miliki. Disposisi pribadi ini dibagi menjadi tiga, yaitu :
•
Cardinal dispossition : Disposisi paling umum, yang dapat direfleksikan melalui semua tindakan seseorang. Contohnya penggunaan kata narsistik pada
23
orang-orang yang selalu membangga-banggakan dirinya sendiri. Oleh karena itu menurut Allport, tidak semua orang dapat memiliki disposisi ini. •
Central dispossition : Karakteristik seseorang yang dapat dijabarkan dari 5 sampai 10 macam trait untuk satu individu. Contohnya kita menjabarkan trait seseorang sebagai melankolis, obsesif, dramatis, pendendam, dan lain-lain.
•
Secondary disposition : Trait yang muncul dengan adanya stimulus dan tergantung dengan situasi, contohnya orang yang bersifat baik akan tetap marah apabila mendapat stimulus negatif, disposisi ini sendiri lebih cocok disebut attitude. Traita sendiri terbentuk melalui dua atau lebih “Habit” (kebiasaan).
Contohnya seseorang yang memiliki kebiasaan membuang sampah sembarangan dan mencoret-coret meja dapat dibilang mempunyai trait (sifat) jorok. Lain halnya dengan attiude (sikap) lebih umum dari pada habit namun lebih spesifik daripada trait. Sikap biasanya ditunjukkan melalui respons negatif atau positif daripada trait. Sikap biasanya ditunjukkan melalui respons negatif atau positif. Terakhir adalah tipe yang memiliki konsep luas dan terdiri dari kombinasi dari traits, habits dan attitudes. Namun, dalam batasan definisi trait Allport (1937) menegaskan bahwa trait dalam arti yang sebenarnya adalah trait yang bersifat individual, sedangkan tarit umum bukanlah trait dalam artian sebenarya, melainkan sebuah aspek trait individual yang dapat diukur.
24
2.3 Identitas Sosial 2.3.1 Konsep Identitas Konsep identitas semakin banyak dibahas untuk memahami konsep diri seseorang bersamaan dengan konteks sosial dalam lingkungannya. Struktur masyarakat dan perubahan dalma kelompok maupun jaringan sosial berhubungan erat dengan bagaimana individu memandang identitasnya (Howard, 2000 dalam Doise dalam Worchel dan Morales (Ed.) 2001). Identitas dapat dimengerti sebagai sekumpulan opini, penilaian, evaluasi dan perilaku seseorang terhadap dirinya sendiri (Doise dalam Worchel dan Morales (Ed.) 2001). Dalam pengertiannya identitas diri adalah sesuatu yang unik dan singular, sedangkan pada konteks sosial, persamaan karakteristik antar indiviud dapat dilihat dari keberadaan sekumpulan individu dalam suat kelompok yang sama. Perbedaan antari individu dilihat dalam level kategori, perbedaan itu tidak akan muncul dipermukaan apabila seseorang diminta untuk mendeskripsikan karakteristik anggota kelompoknya. Oleh karena itu perbedaan karakteristik individu dianggap sebagai karakteristik pribadi yang membedakan individu dengan individu lainnya (Doise, dalam Worchel dan Morales (Ed.) 2001).
2.3.2 Self Self atau “diri” dapat menjadi representasi sosial. Dalam hal ini representasi sosial diartikan sebagai pengorganisasi hubungan nilai-nilai simbolik. Dengan kata lain representasi sosial memberi jalur setiap individu untuk memposisikan diri mereka dalam hubungannya dengan objek sosial, sementara
25
diri sendiri adalah objek yang menempel pada jaringan hubungan (Doise, dalam Worchel dan Morales (Ed.) 2001). Oleh karena itu, dalam psikologi sosial ada yang dinamakan sebagai “social self” yaitu cara pandang seseorang akan dirinya dalam hubungannya dengan orang lain pada lingkungan sosial. Pengertian mengenai social self atau diri sosial harus dilihat dengan cara membedakan antara ego dan self (Allport, 1961). Perbedaan ini dapat dilihat dengan sudut pandang self sebagai subyek dan self sebagai obyek pengetahuan (Epstein, 1980 dalam Jarymowicz dalam Worchel dan Morales (Ed.) 2001). Perbedaan social self juga dapat dilihat dari bagaimana seseorang berhubungan dengan lingkungan sosialnya. Ada dua pendekatan yang patut diperhatikan yaitu social self sebagai identifikasi sosial; bentuk syntony (pola reaksi terhadap hal-hal di luar diri) yang berbeda-beda terhadap lingkungan dan juga tingkat keterlibatan ego prososial yang ditandai dengan perasaan ikatan, simpati, afiliasi, kesetiaan, dan lain-lain. Kedua adalah social self sebagai kemampuan seseorang untuk menciptakan reperentasi kognitif dalam menangkap dan mengenali diri sendiri.
Social self terbagi menjadi lima struktur bagian yaitu : 1. The experiential social sefl; pada bagian ini afeksi dan dorongan memegang preanan yang sangat penting, seperti empati, afiliasi dan emosi terhadap lingkungan sosial.
26
2. The public self; pada situasi ini, self tidak dapat berdiri sendiri, melainkan dependen dengan group’s reinforcement, seperti penggunaan kata “we” atau kami sebagai group (keluarga). 3. The collective self; self dalam hal ini adalah representasi kognitif mengenai divisi sosial yang nyata dan rasa keanggotaan. Penggunaan kata “we” atau kami digunakan dalam konteks kategori yang lebih luas (jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan lain-lain). 4. The conceptual self; self dalam konteks ini dikategorikan melalui kognisi berdasarkan kriteria abstrak, dimana penggunaan kata atributif “we” atau kami di dasari pada konsep diri (jujur, toleran, dan lain-lain). 5. The autonomous social self; self pada bagian terakhir ini adalah, saat individu dapat membedakan sub-sistem self, yaitu saat “saya” sebagai individual dan “saya” sebagai anggota sebuah group atau kategori sosial. Dari social self, terbentuklah identifikasi sosial. Pada tahap ini individu mulai mengidentifikasikan dirinya dalam satu kelompok dalam lingkunga nyang didasari oleh kesamaan minat, bagaimana seseorang melihat darinya dan sesama anggota kelompok dan bagaimana mereka membedakan diri dari orang di luar kelompok (Jarymowicz, dalam Worchel dan Morales (Ed.) 2001).
2.3.3 Identitas Dalam Lingkup Sosial Pendekatan awal mengenai identitas sosial adalah bahwa untuk bisa mengerti cara individu memandang diri sekitarnya kita harus mempertimbangkan akibat dari lingkungan sosial tempat di mana individu berada. Dalam psikologi
27
sosial dan pengertian mengenai masyarakat. “Identitas” adalah kata kunci yang memegang peranan penting. Dalam definisnya mengenai identitas, Jarymowiccz (dalam Worchel dan Morales (Ed.) 2001) menggunakan dua pendekatan yaitu melihat identitas sebagai hasil dari pengenalan seseorang akan dirinya sendiri dan bahwa identitas adalah subsistem dari pengetahuan seseorang akan diri, termasuk di dalamnya trait (sifat) yang disadari sebagai karakteristik terpenting akan dirinya. Identitas sosial adalah kumpulan arti yang diserap oleh individu untuk melambangkan melalui perspektif orang lain, dimana individu menentukan jawaban atas pertanyaan siapa dirinya dan siapa “kami” dalam konteks peranan sosial. (Wendt, 1994 dalam Abdelal dkk, 2001). Menurut Worchel dan Morales (2001). Pengertian mengenai identitas diri mengacu kepada kesadaran akan perbedaan diri seseorang dengan orang lain, sedangkan identitas sosial lebih mengacu pada persamaan diri dengan lingkungan sekitar. Selanjutnya, dalam pengertian mengenai terbentuknya sebuah identitas sosial, Zabusky dan Barley (1997 dalam Abdelal, 2001) mencoba menjabarkan bahwa sebuah identitas sosial hanya dapat terjadi dalam tiga kondisi. Pertama apabila seorang individu mengekspresikan kesadarannya terhadap persamaan yang dimiliki dengan anggota kelompok lainnya. Kedua, apabila individu menyadari akan perbedaannya terhadap anggota diluar kelompok. Dan ketiga, apabila setiap anggota kelompok menyadari atau mengenali tersebut sebagai bagian dari kelompok mereka.
28
Pada, Tajfel (1978 dalam Doosje, Ellemers & Spears, 2002) mencoba memformulasikan bahwa struktur sosial dapat diberi karakter melalui beberapa hal, yaitu batsan dalam kelompok sosial, stabilits status kelompok sosial dan kekuasaan dalam status hubungan dalam memperhitungkan kemungkinan bahwa proses itu terjadi pada tingkat individu atau tingkatan kelompok sosial. Sehubungan dengan itu, Tajfel (1978) mengembangkan sebuah teori yang dikenal sebagai Social Identity Theory (SIT) yang menjelaskan identitas sosial adalah komponen penting dari identitas pribadi dan evaluasi diri seorang individu (Tekman & Hortacsu, 2002). SIT mengajukan gagasan bahwa dalam situasi kelompok sosial yang tidak stabil seperti saat terjadinya perubahan sosial, individu akan lebih cenderung mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari kelompok dibandingkan apabila situasi kelompok lebih nyata (Ellemeyers, 1993 dalam Doosje dkk, 2002; Tekman & Hortacsu, 2002). Ada tiga variasi cara untuk melihat identitas sebagai variabel dalam sebuah parameter, yaitu melihat identitas sebagai sesuatu yang dikotomi (ada tidak ada), kategorikal (perbedaan tipe, eksklusifitas, kedalaman identitas) dan secara interval (numerical, sesuatu yang berkelanjutan). Walau lebih mudah utuk kita melihat identitas sebagai variabel yang bersifat dikotomik, namun ada atau tidaknya sebuah identitas sebagai variabel yang bersifat dikotomik, namun ada atau tidaknya sebuah identitas tidak pernah dapat dipastikan secara kasat mata (Abdelal dkk, 2011; Abdelal, 2003). Sedangkan dalam melihat identitas sebagai variabel yang bersifat kategorikal dan interval, ada dua sudut pandang yang harus dipertimbangkan.
29
Pertama content jenis kandungan dalam identitas, apakah itu kesukaan, norma dalam kelompok, tujuan kelompok, dan lain-lain. Kedua contestion yang merujuk kepada kadar persetujuan dan kepuasan atas group content di atas. Ada delapan dimensi dari identitas sosial yang dapat diukur melalui penelitian. (1) Recognition. Kita dapat mengukur identitas sosial melalui pengakuan lingkungan terhadap suatu kelompok. (2) Exclusivity. Identitas sosial diukur melalui perbedaan dari kelompok denganlingkungan di luarnya. (3) Primordiality. Identitas sosial dilihat sebagai sesuatu yang dapat dipilih, penting atau tidak dapat diubah dan diukur melalui pandangan dari anggota di dalam di luar kelompok. (4) Entativity. Identitas sosial dikur melalui pandangan masyarakat, bahwa kelompok adalah kelompok yang nyata. (5) Status. Identitas sosial dinilai melalui pandangan anggota didalam dan diluar kelompok, apakah kelompok tersebut dianggap sebagai sesuatu yang positif, netral atau negative. (6) In-group favoritism/out-group hostility. Identitas sosial diukur melalui pandangan anggota kelompok terhadap sesama anggota dan masyarakat di luar kelompok. (7) Claims. Identitas sosial dinilai melalui pengakuan kelompok terhadap individu sebagai bagian dari kelompok tersebut.
30
(8) Goal/purposes. Kita mengukur identitas sosial melalui maksud dan tujuan dari kelompok tersebut (Abdelal dkk, 2001; Abdelak dkk 2003).
2.4 Dewasa Muda Menurut Hurlock (1983) masa dewasa muda dimulai dari umur 18 sampai 40 tahun, yaitu saat individu mulai beradaptasi dengan polo baru berhadapan dengan lingkungan sosial. Pada masa ini individu mulai memainkan peran baru, yaitu seperti dalam menghadapi pertunangan, perkawinan, dan lain-lain. Dengan memainkanperan baru maka nilai dan prinsip pun berubah dan harus di jaga untuk menyelaraskan peran yang dimainkan. Lain halnya dengan masa remaja, di mana individu dapat banyak pertolngan dari keluarga, kerabat, guru dan teman, tahap dewasa muda dapat dibilang sebagai salah satu tahap yang paling sulit. Karena sudah dianggap dewasa, maka individu harus menyesuaikan diri dengan keadaan baru danmembuat keputusan tanpa bantuan orang lain. Selain terjadi perubahan pada peran, nilai dan prinsip, perubahan juga terjadi pada gaya hidup individu, contohnya pada hal ketertarikan akan penampilan. Penampilan mempunyai peran penting pada masa ini, yaitu dengan memperbaiki cara berpakaian agar terlihat lebih atraktif, menunjukkan status sosial pada orang lain, memperlihatkan dari kelompok mana individu berasal, dan juga perbedaan individu dari anggota kelompok tersebut.
31
2.5 Hubungan Antara Selera Musik dan Identitas Sosial Apa arti fungsi dari musik dan label kategori yang ada? Apa manfaatnya dan apa kelebihan dari musik? Dalam beberapa lingkungan masyarakat kita dapat mengetahui seseorang hanya dengan mendengar apa yang mereka nyanyikan (Blacking, 1976 dalam Tekman & Hortacsu, 2002). Penelitian lain menunjukkan bahwa pilihan jenis musik tertentu berhubungan penting dengan keadaan emosi dan fisiologis, contohnya musik keras dapat menaikkan level semangat para penggemar musik heavy metal, namun tidak pada penggemar musik country (Gowensmith dan Bloom, 1997 dalam Gosling dan Rentflow, 2003). Dalam penelitiannya pada mahasiswa di Amerika, Wells (1993 dalam Tokinoya & Wells, 1998) menemukan bahwa jenismusik rock dan pop sangat dominan dibandingkan dengan jenis musik lainnya. Pilihan jenis musik RnB/Soul lebih didominasi oleh responden kulit hitam, heavy metal mendapatkan pemilih yang cukup walau tidak begitu banyak, sedangkan jenis musik contry, classic dan jazz hanyamendapatkan sedikit pemilih. Namun pemilihan jenis musik tidak hanya berdasarkan fenomena ketenarang atau popularitas semata karena banyak responden yang memilih jenis musik dari generasi sebelunya seperti jenis musik klasik jazz, oleh karena itu pengukuran preferensi jenis musik secara empiris akan sangat berguna ditimbang hanya menebak cari perpikir dan selera individu (Tokinoya & Wellss, 1998). Gosling & Rentfrow (2003) menemukan dalam penelitiannya bahwa preferensi terhadap musik sangat tinggi kepentingannya pada kehidupan
32
seseorang selain itu pemiihan jenis musik juga dapat membantu kita untuk menggali informasi lebih dalam tentang kepribadian seseorang. Awal mula penelitian mengenai hubungan preferensi jenis musik dan kepribadian sendiri berawal dari penelitian-penelitian identitas sosial, preferensi musik seseorang dihubungkan dengan cara pandangnya (self view) dan dilihat korelasinya dengan penyuka jenis musik yang sama maupun yang lain. Seperti mengukur identitas sosial, ada banyak cara untuk mengukur preferensi musik, seperti melihatnya dari tingkat kesukaan seseorang dari pemilihan jenis lagunya, band atau artis, jenis kategori musik secara keseluruhan maupun sub-kategorinya, ataupun ciri dari musik secara keseluruhan (Gosling & Rentfrow, 2003). Preferensi terhadap jenis musik yang berbeda dapat dihubungkan dengan ciri individu maupun ciri sosial, dimana keduanya merupakan bagian dari indetitas sosial (Tekman & Hortacsu, 2002). Dalam penelitian oleh Gosling dan Rentflow (2003) ditemukan bahwa pemilihan jenis musik terpengaruh oleh kepribadian dan self views (cara pandang diri). Dalam penelitian ini ditemukan bahwa individu menggunakan musik untuk mendukung gaya hidup dan untuk menyampaikan pesan terhadap ornag lain mengenai bagaimana seseorang ingin dilihat, contohnya orang yang menganggap dirinya konservatif akan memilih lagu dalam dimensi upbeat dan conventional, dimana pada dimensi inijenis-jenis musik yang ada kebanyakan bertema mengenai kehidupan tanpa keluar dari nilai-nilai masyarakat. Hal ini didukung oleh North, Hargreaves dan O’Neill (2000 dalam Tekman & Hortacsu, 2002) yang menemukan bahwa dari dua belas alasan untuk
33
mendengarkan dan memainkan musik, alasan yang muncul adalah untuk menciptakan impresi eksternal. Sedangkan Allport (1961) memandang kepribadian manusia sebagai sesuatu yang dapat bergerak dan berkembang, dengan kata lain kepribadian adalah sesuatu yang dinamis, dan faktor internal dan eksternal dari diri seseorang yang mempengaruhi kepribadian dirinya. Oleh karena itu, trait kepribadian tidak mungkin langsung berhubungan dengan preferensi jenis musik, melainkan adanya faktor eksternal di luar diri yang mungkin mempengaruhi pemilihan jenis musik, salah satunya seperti identitas sosial.
34