BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka Dalam bab ini akan diuraikan tentang teori dan kajian pustaka instalasi penerangan dan hal-hal yang berhubungan dengan perencanaan instalasi penerangan gedung, bab ini akan menguraikan hal-hal apa saja yang menjadi pertimbangan dalam mendesign instalasi penerangan untuk Gedung Universitas Mercubuana, Bekasi yang terdiri dari 5 lantai, yaitu : lantai dasar, lantai 1, lantai 2, lantai 3, lantai 4 dan lantai atap. Lantai dasar didesign untuk area kantin, mushola, ruang security dan ruang utility, sedangkan untuk lantai 1 sampai dengan lantai 4 didesign untuk ruang kelas. 2.1.1
Syarat-syarat Umum Pemahaman dasar-dasar teknik perencanaan dan peraturan umum instalasi
listrik
yang berlaku sangat diperlukan untuk melakukan desain perencanaan
instalasi penerangan. Pemasangan instalasi penerangan terlihat sangatlah mudah bila tidak memperhatikan segi keamanan dan keselamatan, akan tetapi pemasangan instalasi penerangan tersebut memperhatikan segi keamanan dan
6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
keselamatan maka dibutuhkan tenaga manusia yang memang memiliki keterampilan kelistrikan. Seluruh pemasangan instalasi penerangan listrik terikat pada peraturanperaturan yang bertujuan agar: 1. Adanya keamanan bagi manusia dan barang 2. Tersedianya tenaga listrik yang aman dan efisien Ketentuan tersebut tercantum dalam buku Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) Tahun 1987.
Tujuan penetapan standarisasi adalah untuk
tercapainya keseragaman mengenai: 1. Kemampuan, ukuran, bentuk jenis dan mutu barang 2. Cara menggambar instalasi penerangan dan bagaimana cara kerjanya. Terpenuhinya standarisasi pemasangan suatu instalasi listrik dan mutu material yang digunakan akan dapat menjamin keamanan dan efisensi listrik. Rencana instalasi listrik adalah suatu berkas gambar rencana dan macam teknis yang akan dipergunakan sebagai pegangan untuk pemasangan instalasi listrik yang terdiri dari: 1. Gambar situasi yang akan menunjukkan dengan jelas suatu gedung atau tempat instalasi yang akan dipasang. 2. Gambar instalasi meliputi rencana tata letak instalasi, rencana hubungan peralatan instalasi, contohnya hubungan antara lampu dengan saklar, serta tanda hubungan terhubung atau tidak. 3. Diagram pengawatan suatu garis 4. Gambar detail keseluruhan yang meliputi: a. Perkiraan ukuran fisik dari peralatan yang akan dipasang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
b. Cara pemasangan kabelnya c. Cara kerja instalasinya 2.1.2
Peralatan Instalasi Peralatan yang digunakan dalam instalasi listrik jumlahnya banyak sekali.
Jenis peralatan yang dipakai haruslah disesuaikan dengan keadaan ruangan atau sifat ruangan. Pada penelitian ini hanya akan diuraikan mengenai peralatan instalasi yang akan digunakan pada gedung Universitas Mercu Buana, Bekasi. 1. Lampu Penerangan Instalasi penerangan adalah instalasi listrik yang memberi energi listrik untuk keperluan penerangan (pencahayaan). Berfungsi untuk memberikan pencahayan di setiap ruangan. Ada 3 jenis lampu penerangan yang di gunakan untuk Gedung Universitas Mercubuana,Bekasi yaitu, a. Lampu Downlight LED 1 x 7 Watt. Rumah lampu downlight adalah sebuah perangkat yang dibuat menggunakan konsep memanfaatkan karakteristik dari cermin
Gambar 2.1 Contoh Lampu Downlight
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
b. Lampu TL 2 x 36 Watt Lampu
TL
(Fluorescent
Lamp)
adalah
lampu
listrik
yang
memanfaatkan gas NEON dan lapisan Fluorescent sebagai pemendar cahaya pada saat dialiri arus listrik. Tabung lampu TL ini diisi oleh semacam gas yang pada saat elektrodanya mendapat tegangan tinggi gas ini akan terionisasi sehingga menyebabkan elektron-elektron pada gas tersebut bergerak dan memendarkan lapisan fluorescent pada lapisan tabung lampu TL.
Gambar 2.1 Contoh Lampu TL c. Lampu Spot LED 7 Watt Lampu Spot LED adalah Lampu Sorot dengan daya tembak cahaya sangat jauh hingga tetapi tetap terang, sangat hemat listrik, kuat dan daya tahan yang lama hingga 50.000 jam, biasa di pakai untuk fungsi penerangan lampu sorot barang dagangan toko, etalase produk display toko, sorot lukisan, gambar, atau taman, dan lain-lain. Sangat terang dan hemat energi, Sangat cocok aplikasi pemakaian untuk interior penerangan di ruang kelas Universitas Mercubuana, Bekasi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
Gambar 2.3 Contoh Lampu Spot LED 2. Saklar Saklar adalah komponen listrik yang berfungsi sebagai pemutus dan penyambung arus listrik dari sumber arus ke beban listrik pada rangkaian listrik tertutup. Ada 2 jenis saklar lampu penerangan yang di gunakan untuk Gedung Universitas Mercubuana,Bekasi yaitu, a. Saklar Ganda Adalah Saklar yang digunakan untuk menghidupkan dan mematikan lebih dari satu buah atau satu kelompok beban listrik.
Gambar 2.4 Contoh Saklar Ganda b. Saklar Tunggal Adalah saklar yang digunakan untuk menghidupkan dan mematikan satu buah atau satu kelompok beban listrik. Dalam hal ini adalah beban penerangan atau lampu listrik.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
Gambar 2.5 Contoh Saklar Tunggal 3. Kabel Kabel listrik adalah media untuk menyalurkan energi listrik. Sebuah kabel listrik terdiri dari isolator dan konduktor. Isolator di sini adalah bahan pembungkus kabel yang biasanya terbuat dari bahan thermoplastik atau thermosetting, sedangkan konduktornya terbuat dari bahan tembaga ataupun aluminium.
Gambar 2.6 Contoh Kabel NYY
Menurut
PUIL
sebuah
penghantar/kabel
yang
digunakan
untuk
memberikan supply kepada peralatan-peralatan listrik dianggap baik bila memenuhi 3 persyaratan yakni: a. Kabel tersebut telah diamankan secara tepat terhadap kemungkinan terjadinya beban lebih.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
b. Kabel tersebut telah diamankan terhadap kemungkinan terjadinya gangguan hubungan singkat dengan menggunakan penghantar lebur. Untuk kemampuan menghantarkan arus diusahakan supaya patron lebur ini boleh mengambil suatu nilai yang berlaku untuk luas penampang penghantar yang digunakan pada jenis kabelnya. c. Arus hubung singkat yang timbul diujung kabel, bila terjadi hubung singkat misalnya dari fase ke fase, diusahakan sekurang-kurangnya sama dengan 11 kali arus nominal pada pengaman lebur yang digunakan.
Arus hubung singkat ini harus dihitung berdasarkan
ketentuan yakni 75% dari tegangan nominal. Sebagai kenaikan suhu yang disebabkan oleh arus hubung singkat, maka harus diperhitungkan kenaikan tahanan sebesar 40%. 4. Circuit Breaker / MCB Arus yang mengalir dalam suatu penghantar menimbulkan panas, sehingga dibutuhkan pembatas arus untuk mengamankan hantaran. Circuit Breaker atau Sakelar Pemutus Tenaga (PMT) adalah suatu peralatan pemutus rangkaian listrik pada suatu sistem tenaga listrik, yang mampu untuk membuka dan menutup rangkaian listrik pada semua kondisi, termasuk arus hubung singkat, sesuai dengan ratingnya. Juga pada kondisi tegangan yang normal ataupun tidak normal.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
Gambar 2.7 Contoh MCB
Pada operasi normal, MCB dipergunakan untuk membuka suatu rangkaian listrik, misalnya untuk keperluan maintenance. Pada operasi tidak normal, contohnya terjadi gangguan beban lebih maka pada keadaan ini MCB akan membuka kontaknya secara otomatis sehingga daerah yang terganggu akan segera dapat dilokalisir. Mini Circuit Breaker (MCB) akan bekerja pada saat terjadi gangguan arus lebih dengan dua operasi, yaitu: a. Operasi thermal, yaitu operasi pemutusan oleh MCB karena gangguan beban lebih pada kondisi normal. Pada saat terjadi gangguan beban lebih pada suatu rangkaian, maka secara otomatis bimetal akan memutuskan rangkaian karena terjadi perbedaan temperatur yang disebabkan arus yang mengalir melebihi batas harga arus nominalnya. b. Operasi magnetik, yaitu operasi pemutusan oleh MCB karena gangguan hubung singkat. Pada saat terjadi kesalahan hubung singkat, maka relay elektromagnetik akan terenergis dan berubah menjadi magnet yang akan menarik kontak-kontaknya sehingga akan dapat memutuskan rangkaian.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
Ada 2 jenis Circuit Breaker / MCB yang di gunakan untuk Gedung Universitas Mercubuana, Bekasi yaitu, a. Circuit Breaker 3 Phasa Untuk tegangan di atas 25 Ampere lebih cocok digunakan Circuit Breaker 3 Phasa b. Circuit Breaker 1 Phasa Untuk tegangan di bawah 25 Ampere lebih cocok digunakan Circuit Breaker 1 Phasa
Gambar 2.8 Contoh Circuit Breaker 5. Panel Panel adalah susunan beberapa bidang yang membentuk suatu kesatuan bentuk dan fungsi.Panel listrik merupakan tempat pengaturan pembagi dan pemutus aliran listrik.
Gambar 2.9 Contoh Panel
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
2.1.3 Sistem Pencahayaan Sistem penerangan dibedakan menjadi 5 tipe, yaitu: 1. System iluminasi langsung (Direct Lighting) System ini paling efektif dalam menyediakan penerangan karena 90%-100% cahaya diarahkan langsung kepermukaan yang perlu diterangi. kelemahan
system
ini
adalah
timbulnya
bayangan-bayangan
Tetapi yang
mengganggu serta memungkinkan kesilauan baik karena penyinaran langsung maupun karena pemantulan sinar lampu.
Untuk mengatasinya dapat
dilakukan pemberian warna-warna cerah pada langit-langit agar tampak menyegarkan. 2. System iluminasi semi langsung (Semi Direct Lighting) System ini mengarahkan 60%-90% cahaya kepermukaan yang perlu diterangi, selebihnya menerangi dan dipantulkan oleh langit-langit dan dinding. 3. System iluminasi difus dan langsung tak langsung (General Diffuse and Direct-Indirect Lighting) System ini mengarahkan 40%-60% cahaya kepermukaan yang perlu diterangi, sisanya menerangi dan dipantulkan oleh langit-langit dan dinding.
Pada
system ini masih ditemukan adanya masalah bayangan dan kesilauan. 4. System iluminasi semi tidak langsung (Semi Indirect Lighting) System ini mengarahkan cahaya 60%-90% ke langit-langit dan dinding bagian atas, selebihnya ke bawah. Pada system ini bayangan secara praktis tidak ada dan mengurangi kesilauan. 5. System iluminasi tidak langsung (Indirect Lighting)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
System ini mengarahkan cahaya 90%-100% ke langit-langit dan dinding bagian atas ruangan untuk dipantulkan yang kemudian menerangi seluruh ruangan berupa cahaya difus. 2.1.4 Dasar Perencanaan Penerangan Buatan Perencanaan penerangan buatan adalah kombinasi dari seni dan ilmu sains yang diaplikasikan. Pada tahap awal perencanaan perancangan instalasi penerangan, hal pertama yang perlu diperhatikan adalah efek penerangan buatan di dalam ruangan. Pada tahap awal ini dibutuhkan kerjasama dan koordinasi yang baik antara divisi arsitektur, struktur dan mekanikal-elektrikal. Hal ini diperlukan untuk memperoleh perencanaan instalasi yang baik dengan mempertimbangkan faktor keartistikan bangunan dan adanya kemungkinan untuk melakukan ekspansi gedung. Adapun data-data yang diperlukan untuk melakukan perencanaan instalasi penerangan adalah 1. Gambar ruangan, dimensi ruangan, dan rencana tata letak lampu. 2. Detail konstruksi langit-langit. 3. Warna dan pantulan dari : langit-langit, dinding,lantai dan meja kursi. 4. Peruntukan ruangan (pekerjaan visual yang akan dilakukan didalam ruangan tersebut). 5. Perlengkapan mesin atau peralatan didalam ruangan.Kondisi ruangan seperti ; temperatur, kelembaban dan debu. Berdasarkan data-data tersebut perencanaan instalasi penerangan dapat dibuat dan pada akhirnya diaplikasikan pada bangunan atau gedung. Setelah mengetahui data-data tersebut di atas, maka bagian desain dapat melakukan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
estimasi.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan estimasi
penerangan buatan adalah sebagai berikut: 1. Intensitas Penerangan Sebelum menentukan intensitas penerangan yang dibutuhkan terlebih dahulu harus diketahui jenis pekerjaan apa yang harus dilakukan diruangan tersebut. Intensitas penerangan harus ditentukan di tempat dimana pekerjaan itu akan dilakukan. Intensitas penerangan E dengan satuan lux sama dengan jumlah lumen. Φ per meter persegi. Jadi jumlah fluks cahaya yang diperlukan untuk bidang kerja seluas A m2 adalah ; Φ = E x A ........................................................... (2.1) Namun fluks cahaya yang dipancarkan lampu tidak semuannya mencapai bidang kerja. Sebagian akan dipancarkan ke dinding dan langit-langit. Karena itu untuk menentukan fluks cahaya harus diperhitungkan efisiensi dan rendemennya. Ƞ = Φg / Φo ....................................................... (2.2) Dimana : Φg = Fluks cahaya yang mencapai bidang kerja,langsung maupun tidak langsung setelah dipantulkan dinding dan langit-langit. Φo = Fluks cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya yang ada dalam ruangan. 2. Efisiensi Penerangan Dari dua persamaan di atas, maka diperoleh rumus fluks cahaya : Φo = E x A / Ƞ ................................................... (2.3)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
Dimana : A = luas bidang kerja (m2) E= Intensitas penerangan yang dibutuhkan di bidang kerja (lux) 3. Jumlah Lampu / Armatur (n) Jumlah armatur / lampu dapat ditentukan dengan persamaan dibawah ini:
N=
Ex LxW Ø x LLF x CU x n
…….……………..…( 2.4)
Dimana : N
= jumlah titik lampu
E
= Kuat Penerangan /target kuat penerangan yang akan dicapai (Lux)
L
= Panjang Ruang(Meter)
W
= Lebar Ruang (Meter)
Ø
= Total Lumen Lampu / Lamp Luminous Flux
LLF = Light loss factor / Faktor Cahaya Rugi (0,7-0,8)
2.1.5
CU
= coeffesien of utilization / Faktor Pemanfaatan (50-65 %)
n
= Jumlah Lampu dalam 1 titik Lampu
Perencanaan Gambar Instalasi Lampu Penerangan
1. Perhitungan Titik Lampu Untuk menghitung jumlah titik lampu di tiap ruangan menggunaksn perhitungan mengacu SNI, IEC, PUIL atau Standar lain adalah sebagai berikut :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
Untuk Lampu jenis TL kuat penerangan yang akan di capai 400 LUX.
Untuk Lampu jenis Down Light kuat penerangan yang akan di capai 300 LUX.
Rumus Perhitungan titik lampu sbb: Ex LxW
N=
……….……………..…( 2.5)
Ø x LLF x CU x n
Menurut SNI, daya pencahayaan maksimum : -
Ruang kantor/ industri adalah 15 watt/ m2
-
Rumah tak melebihi 10 watt/m2
-
Toko 20-40 watt/m2
-
Hotel 10-30 watt/m2, sekolah 15-30 watt/m2
-
Rumah sakit 10-30 watt/m2
Jumlah lampu pada suatu ruang ditentukan / dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : N=
Ex LxW Ø x LLF x CU x n
………............................( 2.6)
Dimana : N
= jumlah titik lampu
E
= Kuat Penerangan /target kuat penerangan yang akan dicapai (Lux)
L
= Panjang Ruang(Meter)
W
= Lebar Ruang (Meter)
Ø
= Total Lumen Lampu / Lamp Luminous Flux
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
LLF = Light loss factor / Faktor Cahaya Rugi (0,7-0,8) CU
= coeffesien of utilization / Faktor Pemanfaatan (50-65 %)
n
= Jumlah Lampu dalam 1 titik Lampu
KUAT PENERANGAN (E) Perkantoran
=
200 - 500 Lux
Apartemen / Rumah
=
100 - 250 Lux
Hotel
=
200 - 400 Lux
Rumah sakit / Sekolah
=
200 - 800 Lux
Basement / Toilet / Coridor / Hall / =
100 - 200 Lux
Gudang / Lobby Restaurant / Store / Toko
=
200 - 500 Lux
Ø = W x L/w .................................................... (2.7) Dimana : W = Daya lampu, L/w = Luminous Efficacy Lamp / Lumen per watt (dapat dilihat pada box lampu yang kita beli). 2. Perhitungan Circuit Breaker / MCB Mengacu Standart SNI, IEC, PUIL, Perhitungan Circuit Breaker dihitung berdasarkan beban Daya lampu penerangan, yaitu : In = P/ (√ 3).V.cos Ø ........................................... (2.8)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
Dimana : In
= Arus Beban Normal
P
= Daya Watt
V
= Tegangan Volt
Safety Factor Kapasitas Breaker Untuk Panel = 1,25 x In ............................................. (2.9) Untuk Motor = 1,6 x In ............................................. (2.10) Selain menentukan kapasitas Breaker, nilai Breaking Capasity Breaker juga perlu dihitung.
Mengacu pada standard SNI, untuk
menentukan Breaking Capasity Breaker dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : KVA x 100
Isc =
………............................( 2.11)
√3xVxz
Dimana : Isc
= Breaking Capasity Breaker atau Arus Hubung Singkat = (kA)
KVA
= Kapasitas pembangkit
V
= Tegangan phase to phase (380 V)
Z
= Impedansi (%)
Atau jika hanya diketahui beban saja, maka rumus diatas dapat diturunkan pada rumus dibawah ini :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
P x 100
Isc =
2
………............................( 2.12)
3xV xz
Dimana : Isc
= Breaking Capasity Breaker atau Arus Hubung Singkat = (kA)
P
= Toal beban (Watt)
V
= Tegangan phase to phase (380 V)
Z
= Impedansi (%)
3. Perhitungan Kabel Untuk menentukan ukuran kabel, terlebih dahulu harus menghitung Kuat Hantar Arus (KHA) kabel. Untuk menghitung kapasitas KHA kabel dapat diketahui dengan mengikuti arus maksimal pada Circuit Breaker, atau dapat dirumuskan sebagai berikut :
KHA = 1,2 x IBreaker.......................................... (2.13) Dimana : KHA
= Kuat Hantar Arus
IBreaker
= arus maksimal pada Circuit Breaker
Setelah didapat Kapasitas KHA, untuk mengetahui kabel yang harus digunakan dapat melihat tabel berikut ini :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
Tabel 2.1. Kuat Hantar Arus Kabel NYY
Tabel 2.2. Kuat Hantar Arus Kabel NYM
4. Hubungan Antara Breaker dan Kabel Kapasitas breaker dan ukuran kabel memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya. Berikut adalah standard penentuan kapasitas breaker dan kabel :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
Tabel 2.3. Standar Penentuan Kapasitas Breaker dan Kabel No
Z%
kA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 6 6 6 6 6 6
4.5 4.5 4.5 4.5 4.5 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 16 18 20 25 30 30 36 40 50 65 75
Kapasitas Breaker (Amp) 6 10 16 20 25 32 40 50 63 80 100 125 160 200 250 300 400 500 630 800 1000 1250 1600 2000 2500 3200 4000 5000
Kabel
Kabel Single Core
NYY 4 x… + BC…(mm2) NYY x …..(mm2) 4+4 4+4 4+4 4+4 4+4 6+6 10 + 10 10 + 10 16 + 16 16 + 16 25 + 16 35 + 16 50 + 25 70 + 35 3(1X1CX70) + (1X1CX70) + BC 35 3(1X1CX120) + (1X1CX120) + BC 70 3(1X1CX150) + (1X1CX150) + BC 70 3(2X1CX95) + (2X1CX95) + BC 50 3(2X1CX120) + (2X1CX120) + BC 70 3(2X1CX150) + (2X1CX150) + BC 70 3(2X1CX185) + (2X1CX185) + BC 95 3(3X1CX185) + (3X1CX185) + BC 95 3(3X1CX240) + (3X1CX240) + BC 120 3(3X1CX300) + (3X1CX300) + BC 150 3(4X1CX300) + (4X1CX300) + BC 150 3(5X1CX300) + (5X1CX300) + BC 150 3(7X1CX300) + (7X1CX300) + BC 150 3(9X1CX300) + (9X1CX300) + BC 150 3(11X1CX300) + (11X1CX300) + BC 150
CU Bar (Painted) RSTN (mm)
PE (mm)
12 x 2 12 x 2 15 x 2 12 x 2 15 x 3 12 x 2 20 x 3 15 x 3 20 x 3 12 x 3 20 x 5 15 x 3 25 x 5 20 x 3 40 x 5 20 x 5 40 x 5 20 x 5 40 x 10 20 x 5 50 x 10 25 x 5 60 x 10 30 x 5 80 x 10 40 x 10 2 x(60 x 10) 60 x 10 2 x(80 x 10) 80 x 10 2 x(100 x 10) 100 x 10 3 x(100 x 10) 100 x 10 4 x(100 x 10) 2 x(100 x 10) 5 x(100 x 10) 2 x(100 x 10)
Berdasarkan Tabel 2.3, ukuran kabel menyesuaikan dengan kapasitas Breaker yang terpasang dan setiap kapasitas Breaker menggunakan ukuran kabel yang berbeda-beda. Namun ada beberapa pengecualian pada beberapa ukuran kabel yang dapat dipergunakan pada beberapa kapasitas Breaker seperti contoh pada baris 1-5 kolom pertama dan kedua Tabel 2.1. Dapat dilihat bahwa pada kapasitas Breaker 6 A, 10A, 16A, 20A dan 25A menggunakan ukuran kabel yang sama yaitu NYY 4 x 4 mm2 + BC 4 mm2. Hal ini dikarenakan kabel ukuran 4 mm2 dapat menghantarkan arus atau dalam konteks ini beban listrik mencapai 25 A. Sehingga dapat dikatakan, pada Tabel 2.3 dalam menentukan ukuran kabel yang harus digunakan pada Breaker sudah melalui pertimbangan beban listrik yang mampu dihantarkan kabel tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
2.2 Kajian Pustaka Penelitian yang dilakukan oleh Indra Mustika, R.P, Chris Timotius K dan Hasbullah (2013) dengan judul “Aplikasi Perencanan Perhitungan Instalasi Listrik Penerangan menggunakan Sistem Pakar”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi perencanaan perhitungan instalasi listrik penerangan menggunakan system pakar membantu dalam melakukan proses perhitungan yang mudah, cepat dan akurat. Pengujian yang dilakukan pada ruang kuliah (R.130) gedung FPTK lantai 4 UPI menunjukkan bahwa perhitungan dengan cara manual maupun dengan sistem pakar di dapat hasil yang sama yakni untuk jumlah armatur sebanyak 6 armatur, besar kapasitor perbaikan daya 62 µf dan besar kebutuhan daya serta pemanan sebelum faktor daya diperbaiki sebesar 2200 VA dan 10 A. setelah faktor daya diperbaiki besar kebutuhan daya menjadi 1300 VA dengan pengaman 6 A. Penelitian yang dilakukan oleh Badaruddin, Arifin Rahman Lihawa (2009) dengan judul “Evaluasi Rancangan Instalasi Listrik pada Proyek Pembangunan Gedung Blok I Universitas Tarumanagara Jakarta”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perencanaan instalasi listrik proyek pembangunan gedung Blok I Universitas Tarumanagara Jakarta menunjukkan bahwa panel penerangan lantai satu dengan beban total 25,47 kW mempunyai nilai kuat hantar arus sebesar 72,6A maka kabel penghantar yang digunakan adalah NYY 4 x 16 mm2. Kemudian panel AC lantai dasar dengan beban total 13,3 kW mempunyai nilai kuat hantar arus sebesar 37,9A maka kabel penghantar yang digunakan adalah NYY 4 x 6 mm2. Jumlah lampu yang digunakan pada ruangan berukuran 19,2 m
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
x 14,7 m adalah sebanyak 32 buah dengan jenis lampu TL 2 x 36 watt, daya yang digunakan sebesar 2304 watt. Penelitian yang dilakukan oleh Antonov dan Mendriadi (2012) dengan judul “Studi Perencanaan Kapasitas Daya Listrik pada Gedung Bank Nagari Capem Siteba Padang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan daya pada gedung Kantor Bank Nagari Capem Siteba Padang diperlukan guna mengantisipasi terjadinya pemadaman aliran listrik yang disuplai oleh PLN. Perencanaan daya membutuhkan tingkat akurasi yang tepat agar seluruh peralatan tetap beroperasi aktifitas konsumen tidak terganggu.
Secara keseluruhan
perencanaan daya yang ada di Gedung Bank Nagari Capem Siteba Padang telah sesuai dengan kondisi di lapangan.
Teknik pemasangan penghantar dan
komponen telah memenuhi standar PUIL 2000. Penelitian yang dilakukan oleh Iksan Santoso (2014) dengan judul “Perancangan Instalasi Listrik pada Blok Pasar Modern dan Apartemen di Gedung Kawasan Pasar Terpadu Blimbing Malang.” Hasil penelitian menunjukkan bahwa total daya yang dibutuhkan untuk menyuplai kawasan blok pasar modern dan apartemen di gedung kawasan pasar terpadu sebesar 669490 VA yang dibagi menjadi 5 MEE. MEE Condotel sebesar 224580 VA, MEE Apartemen 156117 VA, MEE 1 sebesar 126000 VA, MEE 2 sebesar 124560 VA dan untuk motor sebesar 37333 VA. Dengan drop tegangan di beban terjauh dari MDP yaitu sebesar 7,41 volt atau sebesar 3, 37%. Penelitian yang dilakukan oleh Ashydiq Chenny, Moch. Dhofir dan Hery Purnomo (2013) dengan judul “Perancangan Kelistrikan pada Kondotel Borobudur Blimbing Kota Malang.” Hasil penelitain menunjukkan instalasi pada
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
penelitian ini dibagi dua yaitu instalasi penerangan dan instalasi daya. Instalasi peneranagan terkait dengan penentuan jumlah amatur dan jumlah lampu. Sedangkan untuk instalasi daya terkait dengan penentuan kapasitas AC, penentuan motor pompa dan penentuan besar daya pada stop kontak. Kondotel Borobudur ini terbagi menjadi 5 MEE. MEE 1 menyuplai 109985.56 VA, MEE 2 menyuplai 138194.89 VA, MEE 3 menyuplai 137893.33 VA, MEE 4 menyuplai 137893.33 VA, dan MEE 5 menyuplai 114536.67 VA. Penghantar utama yang digunakan dari MDP ke SDP (MEE1-MEE5) yaitu kabel NYY 5 x 70 mm2. Daya total pada kondotel Borobudur sebesar 638503,78 VA, maka daya tersambung sebesar 231218,63 VA sehingga daya yang dibutuhkan dari PLN untuk penyambungan sebesar 279000 VA dengan pembatas 3 x 425 A.
http://digilib.mercubuana.ac.id/