BAB II LANDASAN TEORI
3G adalah singkatan dari 3rd Generation (Generasi ke-3), suatu istilah untuk standar teknologi telekomunikasi internasional yang punya tujuan meningkatkan efisiensi dan memperbaiki kinerja jaringan seluler. Ada pun perkembangan teknologi nirkabel dapat dirangkum sebagai berikut:
a) Generasi pertama: analog, kecepatan rendah (low-speed), cukup untuk suara. Contoh: NMT (Nordic Mobile Telephone) dan AMPS (Analog Mobile Phone System) b) Generasi kedua: digital, kecepatan rendah - menengah. Contoh: GSM dan CDMA2000 1xRTT c) Generasi ketiga: digital, kecepatan tinggi (high-speed), untuk pita lebar (broadband). Contoh: W-CDMA (atau dikenal juga dengan UMTS) dan CDMA2000 1xEV-DO.
5
6
Gambar 2.1 Evolusi to 3G
2.1
3G secara Umum Awal tahun 2006, merupakan babak baru dalam industri telekomunikasi di Indonesia
dimulai dengan adanya layanan telepon bergerak seluler generasi ketiga (3G) secara komersial. Dari hasil lelang 3G yang digelar bulan Februari 2006, akan ada lima operator yang akan melayani 3G di Indonesia yaitu Hutcinson CP Telecommunication, Natrindo Telepon Seluler, Telkomsel, Excelcomindo dan Indosat 3G adalah singkatan dari 3rd Generation (Generasi ke-3), suatu istilah untuk standar teknologi internasional yang punya tujuan meningkatkan efisiensi dan memperbaiki kinerja jaringan seluler.
Ada 5 teknologi untuk 3G sampai saat ini, yaitu :
7
Gambar 2.2 Lima Teknologi Untuk 3G
Tetapi dari 5 teknologi yang ada dan berdasarkan kesepakatan 3G tertuang dalam International Mobile Telecommunications 2000 (IMT 2000) dan antara lain memutuskan bahwa standar 3G akan bercabang menjadi 2 standar sistem yang akan diberlakukan di dunia, yaitu :
1. Wideband-CDMA (WCDMA),di dukung oleh Europea Telecommunications Standards Institute (ETSI) dan operator GSM di Eropa dan tempat lain. Diawal tahun 1998, W-CDMA diikutsertakan dalam standar ETSI yaitu UMTS (Universal Mobile Telecommunications System). Di Indonesia ada 5 Operator Telekomunikasi yang
menggunakan
teknologi
ini
yaitu,
PT.Telkomsel,
PT.Indosat,
PT.Excelcomindo, PT. Hutchinson CP, dan PT. Natrindo Telepon Selular (NTS). 2. CDMA2000 (CDMA2000 1X EV-DO & CDMA2000 1X EV-DV) didukung oleh komunitas CDMA Amerika Utara, dipimpin oleh CDMA Development Group (CDG). Di Indonesia ada 4 Operator Telekomunikasi yang menggunakan teknologi ini yaitu, PT. Smartfren Telecom, PT. Telekomunikasi Indonesia (PT.Telkom), PT. Bakrie Telekom, PT. Indosat. Dan pada saat ini ada dua cabang dari pengembangan 3G, yaitu dari sisi GSM (Global System for Mobile Communication)yang dipelopori oleh 3G Partnership Project/WCDMA dan CDMA (Code Division Multiple Access) yang
8 dipelopori oleh 3G Partnership Project 2 (3GPP2). Kedua teknologi tidak kompatibel dan sesungguhnya saling berkompetisi.
2.1.1 Performansi pada 3G Beberapa performansi yang dapat ditampilkan dari 3G adalah sebagai berikut : a) Teknologi 3G diperkenalkan pada awalnya adalah untuk tujuan sebagai berikut: 1) Menambah efisiensi dan kapasitas jaringan. 2) Menambah kemampuan jelajah (roaming). 3) Untuk mencapai kecepatan transfer data yang lebih tinggi. 4) Peningkatan kualitas layanan (Quality of Service – QOS). 5) Mendukung kebutuhan internet bergerak (mobile internet).
b) Frekuensi yang digunakan oleh teknologi 3G, yaitu : 1) Frekuensi penerimaan (downlink) 1920-1980 MHz. 2) Frekuensi pengiriman (uplink) 2110-2170 MHz. Tabel 2.1 Tabel Frekuensi 3G
9 c) Kemampuan teknologi 3G : Memiliki kecepatan transfer data cepat (144kbps-2Mbps) sehingga dapat melayani layanan data broadband seperti internet, video on demand, music on demand, games on demand, dan on demand lain yang memungkinkan kita dapat memilih program musik, video, atau game semudah memilih channel di TV. Kecepatan setinggi itu juga mampu melayani video conference dan video streaming lainnya.
d) Kelebihan 3G dari generasi-genersi sebelumnya : 1) Kualitas suara yang lebih bagus. 2) Keamanan yang terjamin. 3) Memiliki standart yang bersifat global atau mendunia 4) Memiliki kesesuaian atau kompatibilitas layanan dengan jaringan wireless / wireline lainnya 5) Memiliki kualitas yang tinggi baik suara, data, maupun gambar 6) Memiliki pita frekuensi yang berlaku umum di seluruh dunia 7) Memiliki kemampuan penjelajahan ke seluruh dunia 8) Memiliki bentuk komunikasi yang bersifat multimedia baik layanan maupun piranti penggunaannya. 9) Memiliki spektrum yang efisien 10) Memiliki kemampuan untuk evolusi ke system nirkabel generasi selajutnya. 2.1.2 Jaringan 3G HSDPA High-Speed Downlink Packet Access (HSDPA). Pengembangan dari teknologi 3G yang memungkinkan kecepatan data 8 – 10 Mbps. HSDPA juga merupakan sebuah protokol telepon genggam dan kadangkala disebut sebagai teknologi 3,5G. HSDPA fase pertama
10 berkapasitas 4,1 Mbps. Kemudian menyusul fase 2 berkapasitas 11 Mbps dan kapasitas maksimal downlink peak data rate hingga mencapai 14 Mbit/s. Tujuan utama dari HSDPA adalah untuk meningkatkan user throughput maksimum untuk pengiriman paket data dari sisi dan mengurangi delay transmisi paket (round trip delay). Evolusi WCDMA dengan menggunakan teknologi HSDPA mampu meningkatkan kecepatan transmisi data dengan peralatan jaringan WCDMA yang telah ada. HSDPA ini tidak mengubah hiererki kerja dari sisi UTRAN, akan tetapi perubahan yang paling besar terjadi pada bagian MAC (Medium Access Control). Hal ini dikarenakan terjadi penambahan entitas MAC-HS ( Medium Access Control High Speed ) pada sub layer MAC dari Node B. Selain itu, UE dengan kapabilitas HSDPA bias co-exist dengan UE WCDMA pada carrier yang sama. Teknik yang digunakan untuk mendapatkan kecepatan transmisi data yang tinggi dengan tetap mempertahankan kapabilitas dengan peralatan jaringanWCDMA yang telah ada diantaranya: AMC (Adaptif Modulation and Coding), HARQ (Hybrid Automatic Repeat Request) dan Packet Scheduling. Evolusi WCDMA menuju HSDPA sebagian besar adalah berupa proses upgrade software pada sisi node B. Implementasi ini mengakibatkan arsitektur protocol dari WCDMA-UMTS mengalami perubahan juga. Pada WCDMA, node B merupakan entity yang langsung berhubungan dengan UE (User equipment) dan hanya terdiri dari layer 1 atau layer fisik. Sementara fungsi MAC (Medium Access Control) layer hanya dilakukan pada sisi UE dan RNC . Pada HSDPA node B tidak hanya terdiri atas layer fisik, perubahan pada node B terjadi pada MAC layer. Dimana ditambahkan MAC-HS yang merupakan entity MAC yang menangani transport channel baru yang diperkenalkan HSDPA, yakni HS-DSCH. MAC-HS memiliki peran dalam fungsi retransmisi dan scheduling dalam menangani prioritas paket. Pada Release ’99 (WCDMA) proses retransmisi dan scheduling dilakukan pada RNC
11 (Radio Network Controller), sedangkan pada HSDPA dilakukan pada node B (BTS), sehingga waktu yang dibutuhkan untuk transmisi lebih pendek. Dengan adnya MAC layer pada node B,maka proses retransmisi dan scheduling dapat terjadi lebih cepat. a) Kecepatan unduh datanya : -
Di lingkungan perumahan teknologi ini dapat melakukan unduh data hingga berkecepatan 3,7 Mbps.
-
Dalam keadaan bergerak seseorang yang sedang berkendaraan di jalan tol berkecepatan 100 km/jam dapat mengakses internet berkecepatan 1,2 Mbps.
-
Di lingkungan perkantoran yang padat pengguna dapat menikmati streaming video dengan perkiraan kecepatan 300 Kbps.
b) Kelebihan HSDPA Kelebihan HSDPA adalah mengurangi tertundanya pengunduhan data (delay) dan memberikan umpan balik yang lebih cepat saat pengguna menggunakan aplikasi interaktif seperti mobile office atau akses Internet kecepatan tinggi untuk penggunaan fasilitas permainan atau mengunduh audio dan video. Kelebihan lain HSDPA, meningkatkan kapasitas sistim tanpa memerlukan spektrum frekuensi tambahan. Hal ini menyebabkan berkurangnya biaya layanan mobile data secara signifikan.
12
Gambar 2.3 Perbedaan Kecepatan Antar Teknologi
Salah satu sistem teknologi untuk meningkatkan performansi jaringan HSDPA adalah sistem native ip yaitu langkah implementasi jaringan HSDPA yang berbasis IP pada sisi transport di BTS 3G. Pemilihan sistem Native IP ini didasarkan karena kebutuhan akan kecepatan dan kapasitas yang diperlukan untuk mengirimkan informasi khususnya data dibandingkan dengan menggunakan sistem konvensional yaitu ATM yang menggunakan tembaga/E1 sebagai media transmisi/transportnya, sehingga BTS 3G bisa ditingkatkan performansinya sebagai station layanan data.
Gambar 2.4 Teknologi Native IP Pada Jaringan 3G
13 2.2 Konsep TCP/IP 2.2.1 Pengertian TCP/IP TCP/IP adalah singkatan dari Transmission Control Protocol, Internet Protocol, merupakan standar protokol untuk komunikasi data pada jaringan komputer. TCP/IP resmi digunakan sebagai standar protocol jaringan internet sejak tanggal 1 Januari 1983. Sebelumnya, komunikasi data di internet menggunakan NCP. TCP/IP tidak saja digunakan sebagai protocol utama untuk jaringan internet, tapi juga digunakan untuk jaringan internet, ekstranet, maupun Local Area Network (LAN). Dengan TCP/IP memungkinkan sistem apapun yang terhubung kedalamnya bisa berkomunikasi dengan sistem lain, walaupun berbedateknologi.
Beberapa keunggulan protokol TCP/IP adalah :
Bersifat terbuka (open protocol standards), dapat digunakan dan dikembangkan secara gratis/bebas tanpa harus tergantung pada perangkat keras komputer atau sistem operasi tertentu. Oleh karena itu banyak yang men-support protocol ini. TCP/IP sangat cocok untuk menghubungkan perangkat keras dan perangkat lunak (sistem oprasi) yang berbeda walaupun tanpa melalui jaringan internet.
Tidak tergantung dari perangkat keras jaringan tertentu, sehingga dapat digunakan untuk menghubungkan berbagai model teknologi jaringan. TCP/IP dapat berjalan pada kartu jaringan ethernet, token ring, dial-ul line, jarigan FDDI, dan media komunikasi data lainnya.
Mempunyai metode pengalamatan yang memungkinkan semua perangkat TCP/IP memiliki alamat yang unik dalam keseluruhan jaringan, walaupun jaringannya besar seperti jaringan internet.
14
Protocol tingkat tinggi yang distandarisasi dan konsisten, sehingga mampu melayani pengguna secara luas.
2.2.2 Arsitektur TCP/IP
Dalam model jaringan TCP/IP terdiri dari beberapa layer yang merupakan pemadatan dari model OSI ( Open System Interconnection ) layer yang disatandarisasi oleh ISO ( International Standart Organization ). Tidak ada model protocol TCP/IP yang bersifat resmi. Akan tetapi, sangatlah berguna untuk menggolongkan suite protocol ke dalam lima lapisan yang terlibat. Lapisa – lapisannya sebagai berikut:
Application Layer
Menyediakan komunikasi diantara proses atau aplikasi pada host – host terpisah
End to end atau Transport Layer
Menyediakan layanan transfer data ujung ke ujung. Lapisan ini meliputi mekanisme – mekanisme kehandalan. Menyembunyikan detail – detail jaringan yang mendasari atau jaringan – jaringan dari aplikasi.
Internet Layer
Berkaitan dengan routing data dari sumber ke host tujuan melewati satu jaringan atau lebih yang dihubungkan melalui router.
Network Access Layer
Berkaitan dengan logical interfacediantara suatu ujung system dan jaringan.
Physical Layer
15 Menentukan karakteristik – karakteristik media transmisi, rata – rata pensinyalan, serta system pengkodean sinyal ( signal encoding scheme )
2.2.3 Operasi TCP/IP Beberapa protocol network access yang berurutan seperti Ethernet, dipergunakan untuk menghubungkan sebuah internet dengan suatu jaringan. Protokol ini memungkinkan host mampu mengirim data melewati jaringan menuju host lain atau dari sebuah host pada jaringan lain menuju router. IP ditempatkan pada seluruh ujung system dan router. Router bertindak sebagai relay untuk memindahkan suatu blok data dari satu host, melewati satu router atau lebih, menuju host yang lain. TCP diterapkan hanya pada end system, dan menjaga track suatu blok data untuk memastikan bahwa semuanya dikirim menuju aplikasi yang tepat secara reliable. Agar komunikasi berhasil, maka setiap entitas pada seluruh system harus memiliki suatu alamat khusus. Sebenarnya diperlukan dua level pengalamatan. Masing – masing host pada suatu jaringan harus memiliki sebuah alamat internet global khusus. Hal ini memungkinkan protocol end-to-end (TCP) mengirim data ke proses yang tepat. Alamat – alamat ini kemudian disebut port – port. Untuk mengontrol operasi TCP/IP, control information serta data user harus ditransmisikan sebagaiana yang digambarkan pada gambar di bawah ini. Bisa dikatakan bahwa proses pengiriman mengerakan suatu blok data dan meneruskannya ke TCP. TCP memecah blok data ini menjadi menjadi bagia – bagian kecil agar lebih mudah disusun. Untuk setiap bagian – bagian kecil ini, TCP melampirkan control information yang disebut sebagai TCP header, membentuk suatu segmen TCP. Control information dipergunakan oleh peer entity protocol TCP pada host tujuan. Contoh dari item – item yang termasuk dalam headerini adalah sebagai berikut:
16
Destination Port Saat entity TCP pada node tujuanmenerima segmen, harus diketahui kepada siapa data dikirimkan.
Sequense Number Segmen number TCP dikirimkan ke port tujuan khusus secara bertahap, sehinggal bila paket – paket dating tidak sesuai dengan yang diperintahkan entity TCP pada node tujuan dapat memerintah paket – paket tersebut kembali. Checksum Pengirim TCP mencakup suatu node yang merupakan suatu fungsi yang berisi penyimpan segmen. Penerima TCP menampilkan kalkulasi yang sama dan membandingkan hasilnya dengan node yang dating. Terjadi ketidaksesuaian hasil bila terjadi error pada transmisi. Berikutnya TCP menyerahkan masing – masing segmen kepada IP, dengan instruksi untuk menstransmisikannya ke tujuan. Segmen – segmen ini harus ditransmisikan melalui satu jaringan atau lebih dan disampaikan lewat satu atau lebih router perantara. Operasi ini juga memerlukan penggunaan control informasi. Jadi IP menampilkan suatu header control informasi kepada setiap segmen untuk membentuk suatu datagram IP. Contoh dari item yang disimpan dalam header IP adalah alamat host tujuan. Tahap terakhir yaitu masing – masing datagram IP ditampilkan ke lapisan network access untuk ditransmisikan melewati jaringan pertama pada perjalanannya menuju tujuan. Lapisan network access melampirkan headernya, membentuk sebuah paket atau frame.
17 Paket ditransmisikan sepanjang jaringan menuju router. Paket header berisikan informasi yang diperlukan jaringan untuk mentransfer data sepanjang jaringan tersebut, contoh dari item yang berisikan header inimeliputi: -
Destination network address jaringan harus mengetahui informasi kemana paket perlengkapan terpasang mesti dikirim
-
Fasilities request atau permintaan fasilitas: network access protocol kemungkinan meminta penggunaan fasilitas – fasilitas jaringan misalnya sepeti prioritas
2.3
Metro Ethernet Jaringan Metro Ethernet umumnya didefinisikan sebagai bridge dari suatu jaringan
atau menghubungkan wilayah yang terpisah bisa juga menghubungkan LAN dengan WAN atau backbone network yang umumnya dimiliki oleh service provider (Prashant Gandhi and Bob Klessig, 2003). Jaringan Metro Ethernet menyediakan layanan-layanan menggunakan Ethernet sebagai core protocol dan aplikasi broadband. Metro Ethernet sebenarnya sama dengan Ethernet atau Fast Ethernet pada LAN (Local Area Network) tetapi perbedaannya adalah LAN hanya pada satu gedung sedangkan Metro Ethernet ini adalah untuk menghubungkan dua LAN pada gedung yang berbeda. Sehingga Metro Ethernet dapat digabungkan menjadi kelompok WAN walaupun pada mulanya adalah teknologi LAN. Metro Ethernet menggunakan rotpokol atau teknologi yang sama persis dengan Ethernet/Fast Ethernet pada LAN tetapi ada penambahan beberapa fungsi sehingga dapat digunakan untuk menghubungkan dua lokasi ( dua LAN) dengan jarak yang puluhan bahkan ratusan kilometer. Sebenarnya Metro Ethrnet adalah jenis Broadband Wired (Kabel Broadband) karena speed/kecepatan/bandwidth-nya sudah besar yaitu 10/100 Mbps, bahkan ada yang 1/10 Gigabps.
18
Dalam membangun suatu koneksi data antara sebuah komputer dengan yang lainnya, atau antara sebuah terminal dengan komputer ada dua buah konsep dalam jaringannya. Konsep itu adalah : a) Circuit Switched, yaitu model komunikasi yang jalur komunikasi tujuan untuk pengiriman paket-paket data/informasi sudah dibangun antara dua host b) Packet Switched Network, yaitu metode komunikasi jaringan digital bahwa kelompok semua data yang ditransmisikan, terlepas dari isi, jenis, atau struktur ke blok berukuran yang sesuai, yang disebut paket.
Dalam koneksi internet, dibedakan berbagai macam koneksi. Adapun perbedaan ini berdasarkan luasnya daerah kerja yang digunakan pada internet tersebut. Adapun penggolongan ini adalah : a) WAN (Wide Area Network) b) MAN (Metropolitan Area Network) c) LAN (Local Area Network)
2.3.1 Alasan Penggunaan Metro Ethernet Pelayanan Metro Ethernet sekarang menawarkan dengan cakupan (jarak) jauh dari penyedia jasa. Beberapa penyedia jasa telah memperluas pelayanan Ethernet melebihi area metropolitan dan melintasi area yang luas. Seribu pelanggan telah siap menggunakan pelayanan Ethernet dan jumlah mereka meningkat dengan cepat. Pelanggan ini telah tertarik oleh keuntungan dari pelayanan Ethernet, termasuk: 1) Efisiensi harga (hemat biaya)
19 Pelayanan Ethernet dapat mengurangi pengeluaran modal pelanggan dan mengurangi biaya operasi dalam dua cara: a) pertama, dalam kaitan dengan pemakaian yang lebar nya dalam hampir semua produk jaringan, interface ethernet itu sendiri tidaklah terlalu mahal b) kedua, banyak pelayanan Ethernet mengijinkan pelanggan untuk menambah bandwith lebih incremental, dalam 1 Mbps, ini mengijinkan pelanggan untuk menambah bandwith seperti kebutuhan sehingga mereka membayar untuk yang mereka butuhkan saja.
2) Fleksibel (lentur/elastis) Banyak pelayanan Ethernet mengijinkan pelanggan untuk jaringan bisnis mereka dengan cara mereka sehingga akan lebih sulit (rumit) atau tidak mungkin dengan pelayanan alternatif. Sebagai contoh, pelayanan interface Ethernet tunggal dapat menyambung beberapa lokasi perusahaan untuk internet mereka (VPNs) dan menyediakan sebuah sambungan internet berkecepatan tinggi kepada penyedia jasa internet. Dengan mengatur pelayanan Ethernet, pelanggan juga dapat untuk menambah atau mengubah bandwidth dalam menit malahan dalam hari atau mingguan ketika menggunakan akses pelayanan jaringan. Biasanya perubahan ini tidak memerlukan / membutuhkan pelanggan untuk pembelian peralatan baru dan menyelaraskan kunjungan dengan teknisi jasa pelayanan. kebutuhan sehingga mereka membayar untuk yang mereka butuhkan saja.
2.4
VLAN
2.4.1 Pengertian dan Konsep VLAN VLAN (Virtual Local Area Network) merupakan suatu model jaringan yang tidak terbatas pada lokasi fisik seperti LAN , hal ini mengakibatkan suatu network dapat
20 dikonfigurasi secara virtual tanpa harus menuruti lokasi fisik peralatan. Penggunaan VLAN akan membuat pengaturan jaringan menjadi sangat fleksibel dimana dapat dibuat segmen yang bergantung pada organisasi atau departemen, tanpa bergantung pada lokasi workstation seperti pada gambar dibawah ini
Gambar 2.5 Jaringan VLAN
2.4.2 BAGAIMANA VLAN BEKERJA VLAN
diklasifikasikan
berdasarkan
metode (tipe)
yang
digunakan
untuk
mengklasifikasikannya, baik menggunakan port, MAC addresses dsb. Semua informasi yang mengandung penandaan/pengalamatan suatu vlan (tagging) di simpan dalam suatu tabel, jika penandaannya berdasarkan port yang digunakan maka database harus mengindikasikan portport
yang digunakan oleh VLAN. Untuk mengaturnya maka biasanya digunakan
switch/bridge yang bisa di atur. Switch/bridge inilah yang bertanggung jawab menyimpan semua informasi dan konfigurasi suatu VLAN dan dipastikan semua switch/bridge memiliki informasi yang sama. Switch akan menentukan kemana data-data akan diteruskan dan sebagainya. atau dapat pula digunakan suatu software pengalamatan (bridging software) yang berfungsi mencatat/menandai suatu VLAN beserta workstation yang didalamnya.untuk menghubungkan antar VLAN dibutuhkan router.
21 2.4.3 TIPE-TIPE VLAN Keanggotaan dalam suatu VLAN dapat di klasifikasikan berdasarkan port yang di gunakan , MAC address, tipe protokol. a) Berdasarkan Port Keanggotaan pada suatu VLAN dapat di dasarkan pada port yang di gunakan oleh VLAN tersebut. Sebagai contoh, pada bridge/switch dengan 4 port, port 1, 2, dan 4 merupakan VLAN 1 sedang port 3 dimiliki oleh VLAN 2, lihat tabel: Tabel 2.2 Konsep VLAN berdasarkan Port Tabel Port dan VLAN Port
1 2 3 4
VLAN
2 2 1 2
Kelemahannya adalah user tidak bisa untuk berpindah pindah, apabila harus berpindah maka Network administrator harus mengkonfigurasikan ulang. b) Berdasarkan MAC Address Keanggotaan suatu VLAN didasarkan pada MAC address dari setiap workstation /komputer yang dimiliki oleh user. Switch mendeteksi/mencatat semua MAC address yang dimiliki oleh setiap Virtual LAN. MAC address merupakan suatu bagian yang dimiliki oleh NIC (Network Interface Card) di setiap workstation. Kelebihannya apabila user berpindah pindah maka dia akan tetap terkonfigurasi sebagai anggota dari VLAN tersebut. Sedangkan kekurangannya bahwa setiap mesin harus di konfigurasikan secara manual , dan untuk jaringan yang memiliki ratusan workstation maka tipe ini kurang efisien untuk dilakukan.
22 Tabel 2.3 Konsep VLAN berdasarkan MAC Address T Tabel MAC Address dan VLAN MAC Address VLAN
163920379 2
1263726372 1
1627362712 2
7776542567
26377766544
2
1
c) Berdasarkan tipe protokol yang digunakan. Keanggotaan VLAN juga bisa berdasarkan protokol yang digunakan, lihat table. Tabel 2.4 Konsep VLAN berdasarkan tipe protokol Tabel Protokol dan VLAN Protokol
IP
IPX
VLAN
1
2
d) Berdasarkan Alamat Subnet IP Subnet IP address pada suatu jaringan juga dapat digunakan untuk mengklasifikasi suatu VLAN. Konfigurasi ini tidak berhubungan dengan routing pada jaringan dan juga tidak mempermasalahkan fungsi router .IP address digunakanuntuk memetakan keanggotaan VLAN.Keuntungannya seorang user tidak perlu mengkonfigurasikan ulang alamatnya di jaringan apabila berpindah tempat, hanya saja karena bekerja di layer yang lebih tinggi maka akan sedikit lebih lambat untuk meneruskan paket di banding menggunakan MAC addresses. e) Berdasarkan aplikasi atau kombinasi lain
23 Sangat dimungkinkan untuk menentukan suatu VLAN berdasarkan aplikasi yang dijalankan, atau kombinasi dari semua tipe di atas untuk diterapkan pada suatu jaringan. Misalkan: aplikasi FTP (file transfer protocol) hanya bisa digunakan oleh VLAN 1 dan Telnet hanya bisa digunakan pada VLAN 2.
2.5
Node-B dan Transmisi Radio PDH dan SDH
2.5.1 Node-B NODE B 3G adalah perangkat yang berisikan perangkat-perangkat atau modul yang berfungsi sebagai sentral atau BTS(Base Terminal Station) 3G yang mencakup wilayah dalam jarak 7 km dalam jaringan 3G. a) Perangkat Indoor Perangkat dari BTS 3G yang biasanya terletak di bawah (pendingin) dan terlindungi dari gangguan cuaca yang dapat menyebabkan kerusakan perangkat.
Gambar 2.6 Node-B
24
Gambar 2.7 Gambar Node-B 3G Indoor
Tabel 2.5 Penjelasan bagian – bagian Node B
b) Perangkat Outdoor
25 Adalah sebuah perangkat yang berada di luar BTS, karena faktor-faktor yang mengharuskan menaruh perangkat ini diluar seperti, tahan panas, kedap air, atau memang harus berada diluar seperti antenna. 1) ASC, WTMA, RETU ASC adalah unit dengan fungsi high gain ddTMA ganda dan RET, tersedia untuk band 2,1 GHz. ASC dletakkan di tower dekat antenna. ASC menempat 2 cabang TX/RX, dalam contohnya hanya dibutuhkan satu ASC per satu sector. Tenaga ASC disuplai da diawasi dari RUW di RBS, melalui feeder RF. WTMA adalah high gain dual ddTMA yang digunakan untuk band 2,1 GHz.WTMA diletakkan digunakan untuk jalur penerimaan dengan tujuan untuk mengurangi keseluruhan noise figure penerima. Double Dual Duplex TMA-nya termasuk dua filter duplex tiap cabang yang memungkinkan untuk digunakan pada feeder yang sama untuk menerima dan mengirimkan sinyal.WTMA menempati 2 cabang TX/RX, dalam contoh hanya dibutuhkan satu WTMA per sector. Tenaga WTMA disuplai dan diawasi dari RUW di RBS, melalui feeder RF. RETU ( Remote Electrical Tilt Unit ) mempunyai fungsi diantaranya adalah meminimalkan interferensi sehingga bias meningkatkan kapasitas dalam tuning jaringan dan mengoftimalkan area soft handover. RET dapat diintegrasikan dalam antenna dan memperbolehkan pengaturan melalui remote dari sudut vertical tilt lobe antena
26
Gambar 2.8 ASC, dWTMA, RETU
2) Kabel Feeder Coaxial Cable(Feeder) adalah interface yang menghubungkan antara cabinet(Node B) dengan antenna. Di dalam jaringan 3G INDOSAT kabel coaxial(feeder)yang digunakan ada dua ukuran yaitu: a) Coaxial 7/8
Gambar 2.9 Kabel Coaxial/feeder 7/8
b) Coaxial 1 5/8
27 Gambar 2.10 Stadarisasi kabel Coalxial untuk ukuran 1 5/8”
3) Antenna Perangkat yang berfungsi memancarkan sinyal dari Node-B dan menerima dan mengolah sinyal yang diterima pelanggan telekomunikasi
Gambar 2.11 Antenna BTS 3G
4) Diplexer / Triplexer Perangkat yang berfungsi mengkombinasikan sinyal dari system yang berbeda baik GSM 900/1800/1900 maupun WCDMA.
Gambar 2.12 Diplexer/Triplexer
28
2.5.2 Transmisi Radio SDH dan PDH a) Transmisi Radio SDH Secara garis besar definisinya adalah bahwa SDH merupakan standar yang digunakan dalam memultiplekskan berbagai sinyal kecepatan tinggi dengan kapasitas yang berbeda secara efisien dengan menggunakan jaringan transmisi sinkron
SDH muncul
karena meningkatnya kebutuhan dari operator jaringan dan
pelanggan untuk fitur-fitur yang tidak tersedia dalam sistem transmisi yang ada dan digunakan sebagai transmisi jarak jauh (10-40 km) dan sebagai backbone (tulang punggung jaringan) Standar yang muncul pertama adalah SONET dimana draftnya disusun oleh Bellcore dan baru kemudian disesuaikan dengan standar SDH. SONET adalah standar ANSI yang membawa payload PDH Amerika utara 1.5/6/34 dan ditambah 2 Mbps (E1). Sedang SDH eropa standar ETSI membawa pesat bit 2/45/140 Mbps.
Standar SDH International adalah 1.5/2/6/34/45/140 Mbps dalam pesat transmisi 155.52 Mbps (1 STM) dan dapat diupgrade ke 2 STM.
Sinyal SDH mempunyai karakteristik :
1. Jaringan transmisi sinkron dengan adanya clock acuan 2. Adanya standar international untuk laju di atas 140 Mbps sehingga bisa diterapkan pada perangkat dari pabrik yang berbeda.
29 3. Struktur modular dari laju data dasar 155.52 Mbps dapat disusun tingkatan multiplekser yang lebih tinggi dengan kecepatan data STM1. 4. Pengaksesan kanal tertentu dari sinyal multipleks secara langsung dengan menggunakan pointer. Hal ini dimungkinkan karena adanya DXC (Digital Cross Connect) dan ADM (Add Drop Multiplekser). 5. Adanya bit-bit overhead untuk keperluan supervisi, pengendalian dan manajemen. 6. Dimungkinkan mengirimkan sinyal PDH melalui teknik SDH. 7.
b) Transmisi Radio PDH Sesuai namanya, jaringan PDH tidak melakukan sinkronisasi secara sempurna akan tetapi hanya menggunakan clock yang cukup akurat akan tetapi tidak persis sama di setiap simpulnya (switching node). Terdapat slip yang nilainya sangat kecil serta masih dapat ditolerir (misalnya plus/minus 50 bit atau 5×10-5 untuk jaringan/kanal 2,048 atau 1,544 Mbps). Mode operasi seperti ini barangkali memang merupakan suatu
implementasi
yang
paling
sederhana
karena
bersifat
menghindari
pendistribusian pewaktuan di seluruh jaringan. PDH (Plesionchronous Digital Hierarchy) memiliki sifat-sifat sebagai berikut : 1) Berdasarkan ANSI (USA) bit rate dasar adalah 1,5 Mbps 2) Berdasarkan CEPT (Eropa) bit rate dasar adalah 2 Mbps 3) Setiap sinyal memiliki struktur frame yang terpisah
30 4) Multiplexing bit-by-bit 5) Sinyal plesionchronous: Sinyal data memiliki nominal transmission rate sama tetapi berasal dari sumber yang berbeda akan selalu memiliki nilai yang sedikit lebih besar atau lebih kecil dari nominal bit rate. 6) Digunakan untuk transmisi jarak dekat (range 1-4 km), dengan kapasitas satuan E1 / T1 Meskipun PDH merupakan terobosan dalam system transmisi digital, PDH mempunyai beberapa kekurangan, yaitu: 1) Tidak ada standar internasional dalam format digital (terdapat ketidakcocokan pada tiga standar regional, yaitu Eropa, Amerika Utara, dan Jepang) 2) Tidak ada standar untuk interface-interface optik 3) Struktur pemultipleksan asinkron yang kaku 4) Kemampuan manajemen yang terbatas The Plesiochronous Digital Hierarchy (PDH) adalah suatu teknologi yang digunakan dalam jaringan telekomunikasi untuk transportasi jumlah besar data melalui transportasi peralatan digital seperti serat optik dan microwave radio sistem. 5) Istilah plesiochronous berasal dari Yunani plesio, yang berarti dekat, dan chronos, waktu, dan merujuk kepada kenyataan bahwa jaringan PDH berjalan di negara bagian yang berbeda di mana jaringan yang hampir, tetapi tidak cukup sempurna, disinkronisasikan PDH memungkinkan transmisi data stream yang berjalan pada nominal yang sama menilai,
31 tetapi yang memungkinkan beberapa variasi pada kecepatan sekitar nilai nominal. Dengan analogi, setiap dua jam yang berjalan pada nominal yang sama menilai, clocking sampai 60 detik setiap menit. Namun, tidak ada hubungan antara jam untuk menjamin mereka berjalan di tingkat yang sama, dan sangat mungkin salah satu yang sedang berjalan sedikit lebih cepat dari yang lain. Eropa dan Amerika versi dari sistem PDH sedikit berbeda dalam rincian kerja mereka, tetapi prinsip yang sama. Eropa E-operator sistem yang dijelaskan di bawah ini. Dasar menilai transfer data adalah data stream dari 2048 kbps Untuk bicara transmisi, hal ini akan dirobohkan ke dalam tiga puluh 64 kbps plus dua saluran 64 kbps digunakan untuk saluran isyarat dan sinkronisasi. Atau, seluruh 2 Mbps dapat digunakan untuk keperluan non bicara, misalnya, data
2.6
Parameter Performansi Sistem Native IP pada Jaringan 3G HSDPA Sistem native ip merupakan teknologi yang diharapkan mampu meningkatkan
jaringan 3G khususnya di sisi layanan data. Kemampuan meningkatkan layanan data secara prinsip berkaitan dengan kemampuan jaringan dalam menyediakan quality of service yang tinggi baik dari sisi efisiensi jaringan maupun parameter performansi. Parameter performansi dikenal juga dengan Quality of Service yaitu kemampuan suatu jaringan untuk menyediakan layanan yang lebih baik pada trafik data tertentu dalam berbagai jenis platform teknologi QOS tidak diperoleh langsung dari infrastruktur yang ada, melainkan diperoleh dengan mengimplementasikannya pada jaringan yang bersangkutan. QoS pada HSDPA adalah parameter- parameter yang menunjukkan kualitas paket data jaringan. Aplikasi dari layanan HSDPA ada 2 yaitu aplikasi real time dan aplikasi non real time. Untuk aplikasi real time, contohnya video call, video streaming, VOIP, Video on Demand, tidak dapat mentolerir delay dan packet loss.
32 Konsep Performansi merupakan sebuah framework yang diperuntukkan guna memberikan petunjuk umum terhadap faktor-faktor yang berkontribusi secara kolektif terhadap QoS secara keseluruhan yang dapat diterima oleh pengguna layanan telekomunikasi. Aspek terpenting dari evaluasi global dari suatu layanan adalah opini dari user terhadap layanan tersebut, atau tingkat kepuasan dari user. 2.6.1 Parameter Trafik (Bandwidth Profile Parameters) Pada dasarnya manajemen trafik di jaringan 3,5 HSDPA merupakan parameter yang menjamin bandwidth yang disediakan oleh provider ke pelanggan. Parameter trafik native ip pada jaringan 3,5 HSDPA adalah : a) CIR (Committed Information Rate), merupakan throughput minimum yang harus dijamin oleh jaringan pada kondisi operasi normal. CIR ini dapat di set di setiap VLAN pada satu jaringan RNC/Metro Ethernet. b) CBS (Commited Burst Size), jumlah bit maksimum yang dapat ditransfer selama interval waktu T c) EIR (Excess Information Rate), bandwidth total yang diberikan ke pelanggan (bandwidth yang disewa) d) EBS (Excess Burst Size), jumlah bit maksimum yang ditransfer jika kondisi jaringan kongesti
Secara praktis rumus untuk melakukan pengukuran performansi trafik data sulit untuk dilakukan secara pasti karena berhubungan dengan tingkah laku konsumen pengguna data 3G secara langsung, sehingga sampai saat ini monitoring performansi yang dapat dilakukan adalah melakukan monitoring utilisasi traffic dan test download-upload di area BTS 3G tersebut.