BAB II LANDASAN TEORI 2.1
Bank Bank termasuk dalam kelompok industri jasa karena produknya hanya
memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat. Pelayanan tersebut berupa penyimpanan uang dalam bentuk tabungan, pemberian pinjaman dalam bentuk kredit dan juga memberikan pelayanan jasa bank lainnya.
2.1.1 Pengertian Bank Masyarakat pada umumnya telah mengetahui bahwa bank itu adalah tempat menabung, menyimpan uang ataupun meminjam uang bagi masyarakat yang membutuhkan. Berikut akan disampaikan definisi bank, sebagai berikut: Menurut Kasmir (2003 : 11) pengertian bank adalah : “Bank diartikan lembaga keuangan yang bagian utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.“ Sedangkan pengertian bank menurut Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 yaitu : “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk – bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.“ Dari sini dapat disimpulkan bahwa kegiatan bank ada tiga yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana (uang) dengan cara membeli dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito. Jenis simpanan yang dapat dipilih oleh masyarakat
9
adalah simpanan giro, tabungan, dan deposito. Kegiatan menghimpun dana ini sering disebut dengan istilah funding. Selanjutnya pengertian menyalurkan dana adalah melemparkan kembali dana yang diperoleh dari masyarakat ke masyarakat dalam bentuk pinjaman (kredit). Kegiatan penyaluran dana ini juga dikenal dalam perbankan dengan istilah lending. Dalam pemberian kredit disamping dikenakan bunga, bank juga mengenakan jasa pinjaman kepada penerima kredit (debitur) dalam bentuk biaya administrasi serta biaya provisi dan komisi. Menurut Kasmir (2003 : 12) pengertian jasa lainnya merupakan jasa pendukung atau pelengkap kegiatan perbankan. Jasa – jasa ini diberikan terutama untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana. Jasa perbankan lainnya antara lain adalah jasa pengiriman uang (Transfer), jasa penagihan (Inkaso), jasa kliring (Clearing), jasa letter of credit (L/C).
2.1.2 Asas, Fungsi, dan Tujuan Perbankan Indonesia Seperti yang telah kita ketahui bahwa kepercayaan merupakan faktor yang sangat penting bagi bank dalam melakukan kegiatannya. Suatu bank akan berkembang apabila bank tersebut dapat menarik kepercayaan dari masyarakat. Kepercayaan itu dapat tercipta apabila bank telah menjalankan asas, fungsi, dan tujuan dari perbankan sesuai dengan undang – undang yang berlaku. Bank mempunyai asas, fungsi, dan tujuan yang tercantum dalam Undang – Undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, yaitu : 1. Asas Perbankan Indonesia dalam melaksanakan kegiatan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati – hatian. Dalam melaksanakan asas demokrasi ekonomi ini bank harus menghidarkan dari ciri – cirri negatif yang dinyatakan dalam GBHN, yaitu: a. Sistem free fight liberalism yang menumbuhakan eksploitasi terhadap manusia dan bangsa lain.
10
b. Sistem etatisme di mana Negara dan aparatur ekonomi Negara bersifat dominan serta mematikan potensi dan daya kreasi unit – unit ekonomi swasta. c. Pemusatan kekuatan industri perbankan pada satu kelompok yang merugikan masyarakat. 2. Fungsi Fungsi utama perbankan adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Sesuai dengan isi UU No. 7 Tahun 1992, pelaksanaan prinsip kehati – hatian perbankan didasarkan pada fungsi utama perbankan sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. 3. Tujuan Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan rakyat banyak. Sebagai lembaga kepercayaan, bank dituntut untuk selalu memperhatikan kepentingan masyarakat di samping kepentingan bank itu sendiri dalam mengembangkan usahanya. Bank juga harus bermanfaat bagi pembangunan ekonomi nasional sesuai dengan fungsinya sebagai Agent of Development dalam rangka mewujudkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas.
2.1.3 Usaha Pokok Bank Bank adalah badan usaha di bidang keuangan yang menarik uang dari masyarakat dan menyalurkannya kembali ke masyarakat, terutama dengan cara memberikan kredit dan jasa – jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang (Lembaga Perkembangan Perbankan Indonesia – LPPI). Menurut Hasibuan (2004 : 5) bank pada dasarnya merupakan perantara antara Surplus Spending Unit (SSU) dengan Defisit Spending Unit (DSU), usaha pokok bank didasarkan atas empat hal pokok, yaitu :
11
1. Denomination Divisibility (Pembagi Dana) Artinya bank menghimpun dana dari SSU yang masing – masing nilainya relatif kecil, tetapi secara keseluruhan jumlahnya sangat besar. Dengan demikian, bank dapat memenuhi permintaan DSU yang membutuhkan dana tersebut dalam bentuk kredit. 2. Maturity Flexibility (Kemudahan Jangka Waktu) Artinya bank dalam menghimpun dana menyelenggarakan bentuk – bentuk simpanan bervariasi jangka waktu dan penarikannya, seperti rekening giro, rekening koran, deposito berjangka, sertifikat deposito, buku tabungan, dan sebagainya. Penarikan simpanan yang dilakukan SSU juga bervarisi sehingga ada dana yang mengendap. Dana yang mengendap inilah yang dipinjam DSU dari bank yang bersangkuatan. 3. Liquidity Transformation (Perubahan Likuiditas) Artinya dana yang disimpan oleh para penabung (SSU) kepada bank umumnya
bersifat
likuid.
Karena
itu,
SSU
dapat
dengan
mudah
mencairkannya sesuai dengan bentuk tabungannya. Untuk menjaga likuiditas, bank diharuskan menjaga dan mengendalikan posisi likuiditas/giro wajib minimumnya. Giro wajib minimum ini tetap ditetapkan oleh Bank Indonesia dengan memperhitungkan jumlah uang beredar (JUB) agar seimbang dengan volume pedagangan. Dengan seimbangnya JUB, diharapkan nilai tukar uang relatif stabil. 4. Risk Diversification (Diversifikasi Resiko) Artinya bank dalam menyalurkan kredit kepada banyak pihak atau debitur dan sektor – sektor ekonomi yang beraneka macam, sehingga risiko yang dihadapi bank dengan cara menyebarkan kredit semakin kecil. Berdasarkan keempat usaha pokok bank di atas, bank disebut juga lembaga kepercayaan.
12
2.1.4 Jenis – Jenis Bank Perusahaan terbagi dalam beberapa jenis sesuai dengan tujuan pembentukannya, sama halnya dengan bank. Jenis – jenis bank disesuaikan dengan pelayanan yang akan diberikannya. Menurut Kasmir (2003 : 20) jenis – jenis bank terbagi dilihat dari berbagai segi, yaitu : 1. Dilihat dari Segi Fugsinya Menurut Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 bahwa jenis perbankan terbagi menjadi dua jenis bank yaitu : a. Bank Umum Pengertian Bank Umum sesuai dengan Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan diseluruh wilayah. Bank umum sering disebut bank komersial (Commercial Bank). b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Pengertian BPR menurut Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan BPR hanya meliputi kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana saja, bahkan dalam menghimpun dana BPR dilarang untuk menerima simpanan giro. Begitu pula dalam hal jangkauan wilayah operasi, BPR hanya dibatasi dalam wilayah – wilayah tertentu saja. Larangan lainnya adalah tidak diperkenankan untuk ikut kliring serta transaksi valuta asing.
13
2. Dilihat Dari Segi Kepemilikan Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja yang memiliki bank tersebut. Kepemilikan ini dapat dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank bersangkutan. Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan sebagai berikut : a. Bank Milik Pemerintah Dimana baik akte pendirian dan modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Contohnya adalah Bank Negara Indonesia 46 (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Tabungan Negara (BTN) dan Bank Mandiri. b. Bank Milik Swasta Nasional Merupakan bank yang seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya dimiliki oleh swasta. Contohnya adalah Bank Bumi Putra, Bank Bukopin, Bank Central Asia, Bank Danamon dan bank asing swasta lainnya. Dalam bank swasta milik nasional termasuk pula bank – bank yang dimiliki oleh badan usaha yang berbentuk koperasi. c. Bank Milik Asing Bank milik asing merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing maupun pemerintah asing suatu negara. Contohnya adalah ABN AMRO Bank, American Expres Bank, Bank of Tokyo dan bank asing lainnya. 3. Bank Dilihat Dari Segi Cara Menentukan Harga Ditinjau dari segi menentukan harga dapat pula diartikan sebagai cara penentuan keuntungan yang akan diperoleh. Jenis bank dilihat dari segi cara menentukan harga sebagai berikut : a. Bank Yang Berdasarkan Prinsip Konvensional Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada nasabahnya, bank yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua metode yaitu : 14
1) Menetapkan bunga sebagai harga beli, baik untuk produk simpanan giro, tabungan maupun deposito. Demikian juga harga jual untuk produk pinjamannya (kredit) juga ditentukan berdasarkan dengan tingkat suku bunga tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan istilah spread based. 2) Untuk jasa – jasa bank lainnya pihak perbankan konvensional menggunakan atau menerapkan berbagai biaya – biaya dalam nominal atau persentase tertentu seperti biaya administrasi, biaya provisi, sewa, iuran, dan biaya – biaya lainnya. Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based. b. Bank Yang Berdasarkan Prinsip Syariah Penentuan harga bank ini berbeda dengan bank berdasarkan prinsip konvensional. Bank syariah menetapkan aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain baik dalam hal untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya. Penentuan harganya adalah dengan cara : 1) Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah). 2) Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah). 3) Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah). 4) Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah). 5) Atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina). Sedangkan penentuan biaya – biaya jasa bank lainnya sesuai dengan Syariah Islam. Kemudian sumber penentuan harga atau pelaksanaan kegiatan bank ini dasar hukumnya adalah Al-quran dan Sunah Rasul. Bank berdasarkan prinsip syariah mengharamkan penggunaan harga produknya dengan bunga tertentu.
15
2.1.5 Keuntungan Bank Dalam melakukan suatu bisnis atau usaha tentu mempunyai harapan dan tujuan untuk memperoleh keuntungan (profit), begitu juga halnya dengan bank. Bank juga dalam melakukan kegiatannya berharap memperoleh keuntungan yang maksimal dari kegiatannya tersebut. Kentungan bank tersebut diperolehnya dari bunga yang telah ditentukan. Menurut Kasmir (2003 : 37) pengertian bunga bank adalah : “ Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank kepada nasabah yang membeli atau yang menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman). “ Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bunga bank terbagi menjadi dua macam, yaitu bunga simpanan dan bunga pinjaman. Bunga simpanan merupakan balas jasa kepada nasabah yang menyimpan uangnya di bank, seperti jasa giro, bunga
tabungan serta bunga deposito dan harga ini bagi bank
merupakan harga beli. Bunga pinjaman adalah bunga yang diberikan bank kepada peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank, seperti bunga kredit dan harga ini bagi bank merupakan harga jual. Bunga simpanan dan bunga pinjaman merupakan komponen utama faktor biaya dan pendapatan bagi bank. Bunga simpanan merupakan biaya yang harus dikeluarkan bank kepada nasabah sedangkan bunga pinjaman merupakan pendapatan yang diperoleh bank dari nasabah. Kedua bunga ini akan saling mempengaruhi. Apabila bunga simpanan naik maka bunga pinjaman naik, sebaliknya apabila bunga pinjaman turun maka bunga simpanan akan turun pula. Keuntungan bank akan diperoleh apabila pendapatan lebih besar dari biaya. Selisih positif antara pendapatan dan pinjaman akan menghasilkan keuntungan atau laba (profit). Sehingga dengan demikian untuk memperoleh keuntungan maka salah satu cara yang harus dilakukan bank adalah dengan meningkatkan pendapatan bunga pinjaman. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kredit merupakan kegiatan utama bank.
16
2.2
Sumber – Sumber Dana Bank Dalam melakukan kegiatan usahanya, bank membutuhkan dana untuk
membiayai kegiatannya tersebut. Untuk itu bank memerlukan sumber – sumber untuk menghasilkan dana tersebut. Sumber – sumber dana tersebut dapat berasal dari dalam maupun luar bank itu sendiri.
2.2.1 Pengertian Dana Bank Bank dapat melakukan operasionalnya apabila dananya telah ada. Bank berusaha mendapatkan dana sebesar mungkin agar dapat melakukan semua kegiatan perbankannya guna mencapai tujuannya. Oleh karena itu, bank berusaha memperoleh dana sebesar mungkin dengan biaya yang dikeluarkannya seefisien mungkin. Pengertian dana bank menurut Hasibuan (2004 : 56) yaitu : “ Dana bank atau loanable fund adalah sejumlah uang yang dimiliki dan dikuasai suatu bank dalam kegiatan operasionalnya. “ Dana bank terdiri dari dana sendiri dan dana asing. Dana bank ini digolongkan atas : 1. Loanable Funds, yaitu dana – dana yang selain digunakan untuk kredit juga digunakan sebagai secondary reserve dan surat – surat berharga. 2. Unloanable Funds, yaitu dana – dana yang semata – mata hanya dapat digunakan sebagai primary reserve. 3. Equity Funds, yaitu dana – dana yang dapat dialokasikan terhadap aktiva tetap, inventaris, dan penyertaan. Dana bank itu hanya berasal dari dua sumber saja, yaitu dana sendiri dan dana asing. Dana sendiri (dana intern) yaitu dana yang berasal dari dalam bank, seperti setoran modal/penjualan saham, pemupukan cadangan, laba yang ditahan, dan lain – lain. Dana sendiri bersifat tetap. Sedangkan dana asing (dana ekstern)
17
yaitu dana yang bersumber dari pihak ketiga, seperti deposito, giro, call money, dan lain – lain. Dana ini sifatnya sementara atau harus dikembalikan.
2.2.2 Pengertian Sumber Dana Bank Dalam bisnis keuangan terjadi pula kegiatan membeli dan menjual barang layaknya bisinis lainnya, hanya bedanya yang dijual dan dibeli adalah jasa keuangan. Sebelum dilakukan penjualan jasa keuangan, bank haruslah terlebih dahulu membeli jasa keuangan yang tersedia di masyarakat dan membeli jasa keuangan dapat diperoleh dari berbagai sumber dana yang ada, terutama sumber dana dari masyarakat luas. Menurut Kasmir (2003 : 45) sumber dana bank yaitu : “Sumber dana bank adalah usaha bank dalam menghimpun dana dari masyarakat. Perolehan dana ini tergantung dari bank itu sendiri, apakah dari simpanan masyarakat atau dari lembaga lainnya.“ Kemudian untuk membiayai operasinya, dana dapat diperoleh dari modal sendiri, yaitu dengan mengeluarkan atau menjual saham. Perolehan dana disesuaikan pula dengan tujuan penggunaan dana tersebut. Pemilihan sumber dana bank dapat diperoleh dari bank itu sendiri, dari masyarakat luas, dan dari lembaga lainnya.
2.2.3 Jenis – Jenis Sumber Dana Bank Sebagai lembaga keuangan, maka dana merupkan persoalan yang paling utama. Tanpa dana, bank tidak dapat berbuat apa – apa, artinya tidak berfungsi sama sekali. Untuk itulah, bank memerlukan dana untuk dapat melaksanakan semua kegiatan operasionalnya. Sumber dana bank tersebut dapat diperoleh dari : 1. Dana Yang Berasal Dari Bank Itu Sendiri Dana yang berasal dari bank itu sendiri disebut juga dana dari modal sendiri. Menurut Sinungan (2000 : 85) pengertian dana dari modal sendiri yaitu :
18
”Dana dari modal sendiri adalah dana yang berasal dari para pemegang saham bank, yakni pemilik bank.” Sedangkan menurut Hasibuan (2004 : 61) dana dari modal sendiri yaitu : ”Modal sendiri bank adalah sejumlah uang tunai yang telah disetorkan pemilik dan sumber – sumber lainnya yang berasal dari dalam bank itu sendiri.” Dari sini dapat disimpulkan bahwa perolehan dana dari sumber bank itu sendiri (modal sendiri) maksudnya adalah dana yang diperoleh dari dalam bank. Perolehan dana ini biasanya digunakan bank apabila bank kesulitan untuk memperoleh dana dari luar, kemudian dana ini dapat pula dicari sesuai dengan tujuan bank. Misalnya apabila bank hendak melakukan perluasan usaha atau mengganti berbagai sarana dan prasarana lama dengan yang baru. Adapun pencarian dana yang bersumber dari bank itu sendiri menurut Kasmir (2003 : 47) terdiri dari : a. Setoran modal dari pemegang saham, yaitu merupakan modal dari para pemegang saham lama atau pemegang saham baru. b. Cadangan laba, yaitu merupakan laba yang setiap tahun dicadangkan oleh bank dari sementara waktu belum digunakan. c. Laba bank yang belum dibagi, yaitu merupakan laba tahun berjalan tapi belum dibagikan kepada para pemegang saham. 2. Dana Yang Berasal Dari Masyarakat Luas Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan opersai bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini. Pencarian dana dari sumber ini relatif paling mudah jika dibandingkan dengan sumber lainnya dan pencarian dana dari sumber dana ini paling dominan, asalkan bank dapat memberikan bunga dan fasilitas menarik lainnya. Akan tetapi pencarian sumber dana dari sumber ini relatif lebih mahal jika dibandingkan dari dana sendiri. Menurut Kasmir (2003 : 48) dana yang berasal dari masyarakat luas yaitu :
19
”Sumber dana dari masyarakat luas merupakan dana dalam bentuk simpanan giro, simpanan tabungan, dan simpanan deposito.” Sedangkan menurut Sinungan (2000 : 88) dana yang berasal dari masyarakat luas yaitu : ”Dana dari masyarakat luas adalah merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan bank dan terdiri dari 3 jenis, yaitu : giro, deposito, dan tabungan.” Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa dana yang berasal dari masyarakat luas terdiri dari : a. Giro Giro adalah simpanan pihak ketiga bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, surat perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan. b. Deposito Deposito adalah simpanan pihak ketiga bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara pihak ketiga dan bank yang bersangkutan. c. Tabungan Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat – syarat tertentu. 3. Dana Yang Berasal Dari Lembaga Lainnya Sumber dana ini merupakan tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam pencarian sumber dana pertama dan kedua di atas. Pencarian dari sumber dana ini relaitif labih mahal dan sifatnya hanya sementara waktu saja. Kemudian dana yang diperoleh dari sumber ini digunakan untuk membiayai atau membayar transaksi - transaksi tertentu. Menurut Sinungan (2000 : 86) pengertian dana yang berasal dari lembaga lainnya yaitu : ”Dana dari lembaga lainnya, yaitu pihak yang memberikan pinjaman dana (uang) pada bank.” 20
Perolehan dana dari sumber menurut Kasmir (2003 : 49) ini antara lain dapat diperoleh dari : a. Kredit likuiditas dari Bank Indonesia, merupakan kredit yang diberikan bank Indonesia kepada bank - bank yang mengalami kesulitan likuiditasnya. Kredit likuiditas ini juga diberikan kepada pembiayaan sektor - sektor tertentu. b. Pinjaman antar bank (call money) biasanya pinjaman ini diberikan kepada bank - bank yang mengalami kalah kliring di dalam lembaga kliring. Pinjaman ini bersifat jangka pendek dengan bunga yang relatif tinggi. c. Pinjaman dari bank - bank luar negeri. Merupakan pinjaman yang diperoleh oleh perbankkan dari pihak luar negeri. d. Surat berharga pasar uang (SBPU). Dalam hal ini pihak perbankan menerbitkan SBPU kemudian diperjualkan kepada pihak yang berminat, baik perusahaan keuangan maupun nonkeuangan.
2.3
Kredit Peranan bank sebagai lembaga keuangan tidak pernah lepas dari masalah
kredit. Kredit merupakan kegiatan utama bank. Besarnya kredit yang disalurkan akan menentukan perolehan keuntungan bank. Jika kredit yang disalurkan sedikit sedangkan dana yang terhimpun dari masyarakat banyak maka bank akan mengalami kerugian, karena bank harus membayar bunga simpanan kepada nasabah sementara pendapatan bank kurang.
2.3.1 Pengertian Kredit Pengertian kredit mempunyai dimensi yang beraneka ragam, dimulai kata kredit yang berasal dari bahasa Yunani “credere” yang berarti kepercayaan. Menurut Hasibuan (2004 : 87) kepercayaan dibedakan atas : 1. Kepercayaan murni adalah jika kreditur memberikan kredit kepada debiturnya hanya atas kepercayaan saja, tanpa ada jaminan lainnya.
21
2. Kepercayaan reserve diartikan kreditur menyalurkan kredit/pinjaman kepada debitur atas kepercayaan, tetapi kurang yakin sehingga bank selalu meminta agunan berupa materi (seperti BPKB, dan lain – lain). Masih menurut Hasibuan (2004 : 87) pengertian kredit yaitu : “Kredit adalah semua jenis pinjaman yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.“ Kemudian menurut Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah : “ Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setalah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. “ Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kredit dapat berupa barang atau tagihan yang nilainya dapat diukur dengan uang. Kemudian adanya kesepakatan antara bank (kreditur) dengan nasabah penerima kredit (debitur), dengan perjanjian yang telah dibuatnya. Dalam perjanjian tersebut tersirat hak dan kewajiban antara keduanya serta besarnya bunga yang disepakati. Jika salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannnya, maka pihak tersebut dapat dikenakan sangsi yang telah ditentukan bersama.
2.3.2 Tujuan dan Fungsi Kredit Setiap usaha dalam suatu system ekonomi tidak pernah lepas dari tujuan mencari keuntungan, demikian juga dalam pemberian kredit. Namun karena di dalam kredit terdapat unsur resiko, maka usaha mencari keuntungan tersebut harus memperhatikan prinsip kehati – hatian, karena dana yang diberikan dalam bentuk kredit adalah dana simpanan masyarakat. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan kredit adalah untuk memperoleh keuntungan yang aman, sehingga pada saatnya masyarakat peminjam dana di bank dapat memperoleh kembali simpanannya berikut bunga tanpa kuatir oleh adanya kredit yang macet.
22
Tujuan penyaluran kredit menurut Hasibuan (2004 : 88) adalah : 1. Memperoleh pendapatan bank dari bunga kredit 2. Memanfaatkan dan memproduktifkan dana – dana yang ada 3. Melaksanakan kegiatan operasional bank 4. Memenuhi permintaan kredit dari masyarakat 5. Memperlancar lalu lintas pembayaran 6. Menambah modal kerja perusahaan 7. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat Fungsi kredit antara lain sebagai berikut : 1. Menjadi motivator dan dinamisator peningkatan kegiatan perdagangan dan perekonomian 2. Memperluas lapangan pekerjaan bagi masyarakat 3. Memperlancar arus uang dan arus barang 4. Meningkatkan hubungan internasional (L/C dan lainnya) 5. Meningkatkan produktivitas dana yang ada 6. Meningkatkan daya guna (utility) barang 7. Meningkatkan kegairahan berusaha masyarakat 8. Memperbesar modal kerja perusahaan 9. Meningkatkan income per capita (IPC) masyarakat 10. Mengubah cara berpikir/bertindak masyarakat untuk lebih ekonomis
2.3.3 Jenis – Jenis Kredit Pada prinsipnya, kredit itu cuma satu macam saja, yaitu uang bank yang dipinjamkan kepada nasabah dan akan dikembalikan pada suatu waktu tertentu dimasa mendatang, disertai dengan suatu kontra prestasi berupa bunga. Tetapi berdasarkan berbagai keperluan usaha serta berbagai unsur ekonomi yang mempengaruhi bidang usaha para nasabah, maka jenis kredit menjadi terbagi – bagi sesuai dengan kredit yang akan dilayaninya.
23
Menurut Kasmir (2003 : 76) beragamnya jenis kegiatan usaha mengakibatkan beragam pula kabutuhan akan jenis kreditnya. Secara umum jenis – jenis kredit yang disalurkan oleh bank dan dilihat dari berbagai segi adalah : 1. Dilihat Dari Segi Kegunaan a. Kredit Investasi Yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru dimana masa pemakainnya untuk suatu periode yang relatif lebih lama dan biasanya kegunaan kredit ini adalah kegiatan utama suatu perusahaan. b. Kredit Modal Kerja Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. 2. Dilihat Dari Segi Tujuan Kredit a. Kredit Produktif Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. b. Kredit Konsumtif Merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara pribadi. c. Kredit Perdagangan Merupakan kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. 3. Dilihat Dari Segi Jangka Waktu a. Kredit Jangka Pendek Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. b. Kredit Jangka Menengah Jangka waktunya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun, kredit ini dapat diberikan untuk modal kerja. 24
c. Kredit Jangka Panjang Kredit yang masa pengembaliannya paling panjang diatas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit ini digunakan untuk investasi jangka panjang. 4. Dilihat Dari Segi Jaminan a. Kredit Dengan Jaminan Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud. b. Kredit Tanpa Jaminan Yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas si calon debitur selama berhubungan dengan bank yang bersangkutan.
2.3.4 Kebijaksanaan Perkreditan Bank Dalam pemberian
kreditnya
bank
harus
memiliki kebijaksanaan
perkreditan. Hal ini dimaksudkan agar bank memberikan kredit pada orang yang tepat. Dengan demikian bank dapat mengurangi resiko kredit macet yang dapat merugikan bank itu sendiri. Kebijaksanaan perkreditan bank harus diprogram dengan benar. Menurut Hasibuan (2004 : 92) program perkreditan harus didasarkan pada asas : 1. Yuridis, artinya program perkreditan harus sesuai dengan undang - undang perbankan dan ketetapan Bank Indonesia. 2. Ekonomis, artinya menetapkan rentabilitas yang ingin dicapai dan tingkat bunga kredit yang disalurkan. 3. Kehati – hatian, artinya besar plafond kredit (legal lending limit = BMPK) harus ditetapkan atas hasil analisis yang baik dan objektif berdasarkan asas 5C, 7P, dan 3R dari setiap calon peminjam. 4. Kebijaksanaan (policy) adalah suatu pedoman yang menyeluruh, baik lisan maupun tulisan yang memberikan suatu batas umum dan arah tempat management action akan dilakukan.
25
Kebijaksanaan perkreditan antara lain : 1. Bankable, artinya kredit yang akan dibiayai hendaknya memenuhi kriteria: a. Safety, yaitu dapat diyakini kepastian pembayaran kembali kredit sesuai jadwal dan jangka waktu kredit. b. Effectiveness, artinya kredit yang diberikan benar – benar digunakan untuk pembiayaan, sebagaimana dicantumkan dalam proposal kreditnya. 2. Kebijaksanaan investasi merupakan penempatan dana yang selalu dikaitkan dengan sumber dana bersangkutan. Investasi dana tersebut disalurkan dalam bentuk investasi primer dan sekunder. a. Investasi primer yaitu investasi yang dilakukan untuk pembelian sarana dan prasarana bank seperti pembelian kantor, mesin, dan ATK. Dana investasi primer harus dari dana sendiri karena sifatnya tidak produktif dan jangka waktunya panjang. Investasi primer ini mutlak harus dilakukan karena merupakan motor kegiatan operasional bank. b. Investasi sekunder yaitu investasi yang dilakukan dengan menyalurkan kredit kepada masyarakat (debitur). Investasi ini sifatnya produktif (menghasilkan). Jangka waktu penyaluran kredit harus disesuaikan dengan lamanya tabungan agar likuiditas bank tetap terjamin. 3. Kebijaksanaan
resiko,
maksudnya
dalam
memberikan
kredit
harus
memperhitungkan secara cermat indikator yang dapat menyebabkan resiko macetnya kredit dan menetapkan cara – cara penyelesaiannya. 4. Kebijaksanaan penyebaran kredit, maksudnya kredit harus disalurkan kepada beraneka ragam sektor ekonomi, semua golongan ekonomi, dan dengan jumlah peminjam yang banyak. 5. Kebijaksanaan tingkat bunga, maksudnya dalam pemberian kredit harus memperhitungkan situasi moneter, kondisi perekonomian, persaingan antar bank, dan tingkat inflasi untuk menetapkan besarnya suku bunga kredit.
26
2.4
Profitabilitas Bank Setiap perusahaan tidak lepas dari tujuannya dalam memperoleh
keuntungan, demikian juga dengan bank. Agar bank dapat dipercaya oleh masyarakat, maka keuntungan bank harus dapat diukur. Hal tersebut dapat diukur dengan profitabilitasnya.
2.4.1 Pengertian Profitabilitas Profitabilitas
diartikan
sebagai
kemampuan
perusahan
dalam
menghasilkan laba (profit). Kemampuan ini diukur mealui pendapatan yang diperolehnya yang juga dikaitkan dengan jumlah dana yang diinvestasikan serta berapa besar biaya yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Menurut Agus Sartono (2001 : 122) pengertian profitabilitas sebagai berikut : “Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, aktiva maupun modal sendiri, pemberian jasa, atau kegiatan lain yang merupakan utama atau pusat dari satuan usaha yang berkesinambungan.“ Sedangkan menurut Agnes Sawir (2005 : 17) pengertian profitabilitas yaitu : “Kemampulabaan (profitabilitas) merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen.” Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa profitabilitas merupakan alat ukur untuk mengetahui besarnya kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Dari profitabilitas inilah bank dapat dinilai layak atau tidaknya untuk dipercaya oleh nasabah. Menurut Hasibuan (2004 : 100) bahwa Bank Indonesia menilai kondisi rentabilitas perbankan di Indonesia (bank umum dan BPR) didasarkan pada dua indikator : 1. Return on Asset (ROA) atau tingkat pengembalian asset 2. Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan opersional (BOPO)
27
2.4.2 ROA Profitabilitas dapat diukur salah satunya dengan ROA. Menurut Hasibuan (2004 : 100) pengertian ROA yaitu : “ROA adalah perbandingan (rasio) laba sebelum pajak (Earning before tax/EBT) selama 12 bulan terakhir terhadap rata – rata volume usaha yang sama.” ROA dapat dihitung dengan rumus :
Dalam kerangka penilain kesehatan bank, BI akan mendapatkan skor maksimum apabila bank memiliki ROA sebesar 1,50%. ROA juga dapat dihitung melalui perkalian antara profit margin (PM) dengan asset utilization (AU) yang dapat dirumuskan :
Sesuai dengan kerangka di atas, penurunan profitabilitas perbankan dapat terjadi karena dipengaruhi meningkatnya cadangan penghapusan kredit (provision for loan asset) dan pembayaran bunga (interest expense) pada sisi profit margin dan menurunnya pendapatan bunga (interest income) pada sisi asset utilization.
28
2.5
Peranan Kredit Terhadap Profitabilitas Kredit berarti kepercayaan, dan kepercayaan bank kepada dibitur akan
nyata apabila kredit itu telah dilunasi atau dikembalikan lagi sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Apabila debitur mengembalikan dana yang dipinjamnya sesuai dengan kesepakatan, maka bank akan memperoleh keuntugan (profit). Namun apabila sebaliknya, debitur ingkar maka bank akan mengalami kerugian. Inilah resiko yang harus bank terima dalam pemberian kreditnya. Sehingga bank hati – hati dalam pemberian kreditnya. Sinungan (2000 : 262) menegaskan bahwa : “Tujuan pelepasan kredit adalah untuk menciptakan keuntungan atau profitabilitas dan yang pada akhirnya dapat meningkatkan modal bank.” Teori ini juga telah sesuai dengan hasil penelitian Bayu Aji Megananda (2001) yaitu : “Portofolio kredit rupiah yang diberikan baik itu yang ada hubungan dengan perusahaan maupun pemberian kredit umum berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas (ROA dan ROE).“ Akan tetapi bank juga harus benar – benar meyakini bahwa prestasi atau fasilitas yang diberikannya itu akan kembali lagi pada masa yang ditentukan. Artinya selama kredit berjalan bank merasa uangnya aman. Jadi dengan melihat profitabilitas dan kredit, juga tidak diabaikan segi safety kredit tersebut, sehingga kompleksitas tentang profitability dan safety berjalan bersama – sama. Dengan demikian kebijaksanaan kredit harus berpedoman pada segi pencapaian profitabiitas tanpa mengabaikan segi keamanan kredit itu sendiri. Keharusan pemikiran tesebut dilandasi oleh pengertian bahwa uang yang dilepas dalam bentuk kredit ini berasal dari dana pihak ketiga dimana atas dana tersebut tersangkut kewajiban – kewajiban bank. Semakin banyak kredit yang dikeluarkan maka akan meningkatkan profitabilitas.
29
Dari uraian diatas, disimpulkan bahwa kredit berperan dalam menunjang profitabilitas bank. Hal ini diperkuat dengan paparan Rachmat Firdaus (2004 : 7) yang memaparkan salah satu manfaat kredit bank adalah untuk memperoleh pendapatan berupa bunga yang dapat meningkatkan profitabilitas bank yang tercermin dalam perolehan laba yang meningkat.
30