BAB II LANDASAN TEORI
A. Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) 1. Definisi Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) merupakan kelompok swadaya masyarakat
sebagai
lembaga
ekonomi
rakyat
yang
berupaya
mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dengan sistem bagi hasil untuk meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil dalam upaya pengentasan kemiskinan.1 Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan baitul tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit, seperti zakat, infaq dan shodaqoh. Sedangkan baitul tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Dari pengertian tersebut dapatlah ditarik suatu pengertian yang menyeluruh bahwa BMT merupakan juga organisasi bisnis yang juga berperan sosial.2 Sebagai lembaga bisnis, BMT lebih mengembangkan usahanya pada sektor keuangan, yakni simpan pinjam. Pada dataran hukum di Indonesia, badan hukum yang paling mungkin untuk BMT adalah koperasi. 1
A. Rasyid, Saifuddin. Konsep Dasar BMT.http:www.republika.co.org. diakses pada tanggal 5 Oktober 2015. Pukul 11.15 WIB. 2 Ridwan, Muhammad. Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), (Yogyakarta: UII Press 2004), hlm. 14.
18
19
2. Produk-Produk Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Di Indonesia, yang mayoritas penduduknya beragama islam, merupakan potensi yang luar biasa sebagai tempat tumbuh kembangnya kegiatan ekonomi yang berbasis syariah. Potensi dalam hal ini dipandang dari sumber daya dan aktivitas perekonomian suatu wilayah serta pola sikap dari perilaku ekonomi terhadap produk dan jasa bank Syariah. Produk adalah segala sesuatu
yang dapat ditawarkan untuk
memuaskan suatu kebutuhan dan keinginan. Pengembangan produkproduk bank tidak bisa dilepaskan dari metode operasi bank yang pendekatannya dapat dilakukan dengan cara mempelajari ketentuan metode ekonomi Islam. Berbagai upaya selalu dilakukan oleh pihak manajemen untuk menarik nasabah diantaranya, dengan menarik atributatribut produk ini menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi nasabah dalam mengambil keputusan menggunakan produk/jasa bank tertentu.3 Pemahaman dan sosialisasi terhadap masyarakat tentang produk dan sistem perbankan syariah di Indonesia masih sangat terbatas. Meskipun mayoritas penduduk Indonesia adalah kaum muslim, tetapi pengembangan produk syariah berjalan lambat. Upaya pengembangan bank syariah tidak cukup hanya berlandaskan kepada aspek-aspek legal dan peraturan perundang-undangan tetapi juga harus berorientasi kepada pasar atau masyarakat sebagai pengguna jasa (konsumen) lembaga perbankan. 3
Zainul Arifin, Memhami Bank Syariah: Lingkup, Peluang, Tantangan, dan Prospek, (Jakarta: Alfabet, 1999), hlm. 198.
20
Karakteristik produk terdiri dari bagi hasil, pelayanan dan tangible (fasilitas). Bagi hasil perlu diketahui karena adanya keyakinan yang kuat dikalangan masyarakat muslim bahwa bank konvensional itu mengandung riba yang dilarang islam dan kerinduan umat Islam Indonesia yang ingin melepaskan diri dari persoalan riba. Secara garis besar, pengembangan produk lembaga keuangan syari’ah
dikelompokkan
menjadi
tiga
kelompok,
yaitu:
Produk
Penghimpunan Dana, Produk Penyaluran Dana dan Produk Jasa. a. Produk Penghimpun Dana Penghimpun dana atau yang sering disebut dengan sumber dana pada bank syariah terdiri dari beberapa sumber antara lain, yaitu wadiah (modal), titipan, investasi dan investasi khusus. 1) Prinsip Wadi’ah yaitu perjanjian antara pemilik barang (termasuk uang) dengan peyimpan dimana pihak penyimpan bersedia untuk menyimpan dan menjaga keselamatan barang dan atau uang yang dititipkan kepadanya.4 Implikasi hukumnya sama denga qardh, dimana nasabah bertindak sebagai yang meminjamkan uang dan bank bertindak sebagai peminjam. Prinsip wadiah dalam produk lembaga keuangan syariah dapat dikembangkan menjadi dua jenis, yaitu
4
Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam & Lembaga Terkait, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 31
21
wadi’ah yad amanah dan wadi’ah yad dhamanah.5 Primsip ini dikembangkan dalam bentuk giro dan tabungan berjangka. 2) Prinsip Mudharabah Prinsip Mudharabah yaitu perjanjian antara pemilik modal (uang atau barang) dengan pengusaha, di mana pemilik modal bersedia membiayai sepenuhnya suatu usaha dan pengusaha setuju untuk mengelola usaha tersebut dengan pembagian bagi hasil yang sesuai dengan perjanjian.6 Dalam hal ini deposan atau penyimpan bertindak sebagai pemilik modal (shahibul maal) dan lembaga keungan syari’ah sebagai pengelola (mudharib). Dana tersebut digunakan untuk melakukan pembiayaan akad jual beli maupun syirkah. Jika terjadi kerugaian maka yang bertanggung jawab atas kerugian tersebut adalah pihak lembaga keuangan
syariah.
Aplikasi prinsip mudarabah dalam produk lembaga keuangan syariah yaitu deposito berjangka, tabungan berjangka maupun giro. b. Produk Penyaluran Dana 1) Prinsip Jual Beli a) Murabahah Murabahah merupakan jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati antara pihak lembaga keuangan syari’ah dan pihak nasabah. Dalam hal ini lembaga keuangan syari’ah sebagai penjual dan nasabah 5
Muhammad, Pengantar Akuntansi Syari’ah Edisi 2, (Jakarta: PT Salemba Emban Patria, 2005), hlm 178. 6 Warkum Sumitro, Op.Cit., hlm 34.
22
sebagai pembelinya. Lembaga keuangan syariah membiayai pembelian barang yang dibutuhkan oleh nasabahnyadengan membeli barang itu dari pemasok, kemudian menjualnya kepada nasabah dengan harga yang ditambah keuntungan.7 Aplikasi prinsip murabahah yaitu sering digunakan untuk pembelian barang-barang konsumtif seperti barang elektronik, kendaraan bermotor dan lainya. b) Salam Dalam hal ini BMT bertindak sebagai pembeli sedangkan nasabah bertindak sebagai penjual. Pembayaranya dilakukan secara tunai dan barang diserahkan secara tangguh . dalam transaksi ini sudah ada kepastian tentang kuantitas, kualitas, harga dan waktu penyerahan.8 c) Istishna Merupakan kontrak penjualan antara penjual akhir (almustasni) dan pemasok (al-shani) dimana al-shani berdasarkan suatu pesanan dari al-mustasni berusaha membuat sendiri atau menerima pihak lain untuk mebuat atau membeli al-masnu (pokok) kontrak, menurut spesifikasi yang disyaratkan dan menjualnya kepada al-mustasni dengan harga yang sesuai dengan kesepakatan serta dengan metode penyelesaian di muka melalui cicilan atau ditangguhkan sampai suatu waktu di masa 7
Rifqi Muhammad, Akuntansi Keuangan Syari’ah Konsep dan Implementasi PSAK Syari’ah, (Yogyakarta: P3EI Press, 2008), hlm. 49 8 Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, (Yogyakarta: AMP YKPN, 2002), hlm. 91
23
yang akan datang.9Istisna diterapkan pada pembiayaan manufaktur dan kontruksi. d) Prinsip Sewa (Ijarah) Ijarah dalam konteks perbankan islam, dimana lembaga keungan
syari’ah
menyewakan
peralatan/
asset
yang
sebelumnya telah dibeli oleh lembaga keuangan syari’ah kepada salah satu nasabahnya berdasarkan pembebanan biaya yang sudah ditentukan secara pasti sebelumnya (disetujui dimuka), yang pada akhir perjanjian barang sewaan tersebut kembali kepada pihak yang menyewakan barang,10 yaitu lembaga keuangan syari’ah. Transaksi ijarah dilandasi adanya pemindahan manfaat. Transaksi ini sama dengan prinsip jual beli, perbedaanya yaitu terletak pada objek transaksinya. Dimana pada prinsip jual beli transaksinya adalah barang, maka pada ijarah transaksinya adalah berupa jasa. 2) Prinsip Bagi Hasil (Syirkah) a) Musyarakah Keikutsertaan dua pihak atau lebih dalam suatu usaha tertentu
dengan
menyertakan
sejumlah
modal
dengan
pembagian keuntungan sesuai kesepakatan bersama. Apabila
9
Heri Sudarsono dan Hendi Yogi Prabowo, Istilah-Istilah Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, (Yogyakarta: UII Press, 2004), hlm. 59-59 10 Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukanya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, (Jakarta Pustaka Utama Grafiti, 2005), hlm. 70-71.
24
terjadi kerugian maka masing-masing pihak hanya menaggung resiko kerugian sebatas modal yang ditanamkan.11 Teknik musyarakah dipergunakan dalam kontrak invesatasi jangka panjang. Lembaga keuangan syari’ah dering berpartisipasi dalam pelaksanaan proyek yang telah disetujui, kadang-kadang deangan memberikan keahlian manajerial.12 b) Mudharabah Merupakan akad kerjasama modal dari pemilik dana (shahibul maal) dengan pengelola dana (mudharib) atas dasar bagi hasil.
13
pemilik modal bersedia membiayai sepenuhnya
suatu usaha dan pengusaha setuju untuk mengelola proyek/ usaha tersebut dengan pembagian hasil sesuai dengan perjanjian.
Apabila
terjadi
kerugaian,
maka
yang
menanggungnya adalah pemilik modal selama kerugian tersebut timbul buka karena kesengajaan dari pihak pengelola. Kontrak mudharabah kebanyakan digunakan untuk tujuan perdagangan jangka pendek dan jenis usaha tertentu. Kontrak tersebut memberikan wewenang terhadap segala macam yang menyangkut pembelian dan penjualan barang
11
Hertanti Widodo, Panduan Praktis Operasional Baitul Mal Wat Tamwil, (Bandung: Mizan, 1999), hlm. 52 12 Mervyn K. Lewis & Latifa M. Algaond, Perbankan Syari’ah Prinsip, Praktik, dan Prospek, (Jakarta: PT Serambi Ilmu semesta, 2007, hlm. 71 13 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil, (Yogyakarta: UII Press, 2004), hlm. 152
25
yang diindikasinya untuk merealiasikan tujuan utama dari perdagangan yang didasarkan pada kontrak.14 c. Produk Jasa Dalam pengembangan produk jasa, bank syariah menggunakan pola:15 1) Prinsip Al Hiwalah (Alih Utang Piutang) Transaksi pengalihan utang piutang ini lazimnya digunakan untuk membantu pemasok mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya. Lembaga keuangan syariah mendapat ganti biaya atas jasa pemindahan piutang. 2) Ar-Rahn (Gadai) Menjadikan barang yang mempunyai nilai harta menurut ajaran islam sebagai jaminan utang, hingga orang yang bersangkutan (kreditur) dapat mengambil sebagian (manfaat) barang itu.16 3) Al –Qardh (Pinjaman Kebaikan) Akad pinjaman dari bank (muqridh) kepada pihak tertentu (muqtaridh) yang wajib dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai pinjaman.17 Dalam hal ini dana yang digunakan oleh
14
Abdullah Saeed, Bank Islam dan Bunga Studi Kritis dan Interprestasi Kontemporer tentang Riba dan Bunga, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 99-100 15 Muhammad, Pengantar Akuntansi Syariah Edisi 2, (Jakarta: PT Salemba Emban Patria, 2005), hlm. 188 16 Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam & Lembaga Terkait, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 46 17 Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2003), hlm.36
26
lembaga keuangan syariah berasal dari zakat, infaq dan shadaqah. Aplikasi produk ini yaitu untuk membantu usaha kecil dan keperluan sosial. 4) Al-Wakalah (Perwalian) Wakalah adalah akad pemberian kuasa muwakil (pemberi kuasa atau nasabah) kepada wakil (penerima kuasa atau bank) untuk melaksanakan suatu tawkil (tugas) atas nama pemberi kuasa.18 Misalnya yaitu pada transaksi transfer dan sebagainya. 5) Al-Kafalah (Garansi Bank) Merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam arti lain kafalah yaitu mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin.19 B. Konsep Mudharabah 1. Pengertian Mudharabah Secara etimologi, mudharabah berasal dari kata “dharb” yang berarti memukul atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya
adalah
proses
seseorang
memukulkan
kakinya
dalam
menjalankan usaha.20 Kata mudharabah mempunyai banyak sinonim, orang Irak menyebutnya dengan Mudharabah. Sedangkan orang Madinah 18
Heri Sudarsono dan Hendi Yogi Prabowo, Istilah-istilah Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: UII Press, 2004), hlm. 158 19 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001), hlm.123 20 Ibid, hlm. 95
27
(Penduduk Hijaz) menyebut
mudharabah dengan kata Muqaradhah,
dimana perkataan ini diambil dari kata qardh yang berarti menyerahkan (dalam hal ini pemilik modal akan menyerahkan hak atas pengelolaan modal kepada pengelola atau mudarib).21 Definisi mudharabah menurut Wahbah Al Zuhaili adalah pemilik harga (Shahib al-maal) memberikan kepada mudarib (orang yang bekerja atau pengusaha) sutu harta supaya dia mengelola dalam bisnis dan keuntungan dibagi antara mereka berdua mengikuti syarat yang mereka buat.
22
Adapun definisi mudarabah dalam fiqih muamalah yang
diungkapkan secara bermacam-macam oleh beberapa ulama madzhab. Diantaranya menurut madzhab Hanafi, yaitu akad atas suatu syarikat dalam keuntungan dengan modal harta dari satu pihak dan dengan pekerjaan (usaha) dari pihak yang lain, sedangkan menurut madzhab Maliki menamainya sebagai suatu pemberian mandat (tawkil) untuk berdagang dengan mata uang tunai yang diserahkan (kepada pengelolanya) dengan mendapatkan sebagian dari keuntungannya, jika diketahui jumlah dan keuntungan. Madzhab Syafi’i mendefinisikan sebagai suatu akad yang memuat penyerahan modal kepada orang lain untuk mengusahakannya dan keuntungannya dibagi antara mereka berdua. Sementara menurut madzab Hambali adalah penyerahan suatu
21
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan Sistem Operasional, (Jakarta: Gema Insani, 2004), hlm. 329-330 22 Ibid, hlm, 329
28
modal tertentu dan jelas jumlahnya atau semaknannya kepada orang yang mengusahakannya dengan mendapatkan bagian dari keuntungan.23 Dari beberapa uraian definisi tersebut diatas dapat dilihat bahwa masing-masing definisi secara global sesungguhnya dapat dipahami, namun secara terinci definisi tersebut mempunyai kekurangan masingmasing yang masih belum terjelaskan . Definisi Hanafi, misalnya tidak secara detail menjelaskan tentang cara pembagian keuntungan antara kedua orang yang bersyarikat tersebut. Dalam mazhab Maliki, penekanan akad kerjasamanya justru tidak nampak jelas, mereka mengatakan sebagai sebuah pemberian kuasa (tawkil) kepada seseorang wakil atau bawahannya. Seakan-akan mudarabah bukan sebuah kerjasama tetapi sebuah permintaan pertolongan dari satu pihak yang mempunyai modal atau barang untuk dikelola dalam sebuah usaha. Jelas hal ini membawa implikasi yang berbeda, pihak kedua tentu saja bukanlah seorang mitra kerja yang sejajar, tetapi ia adalah seorang agen (wakil) yang mewakili pertama. Dalam hal pembagian keuntungan juga berbeda dimana seorang mitra kerja yang sejajar dalam mudarabah akan mendapatkan keuntungan jika usaha yang dikelolanya mendatangkan hasil sementara dalam hal perwakilan (wakalah) keuntungan yang diberikan sebagai sebuah gaji tetap yang diterima oleh seorang wakil walaupun usaha yang dilakukannya mendatangkan keuntungan24 .
23
Muhammad, Konstruksi Mudarabah dalam Bisnis Syariah, (Yogyakarta: BPFE, 2005),
24
Muhammad, Etika Bisnis Islam, (Yogyakrta:UPP-AMP YKPN, 2004), hlm. 83
hlm. 43
29
Sementara definisi yang diungkapkan madzab Syafi’i dan Hambali tidak menyebutkan sebagai sebuah akad atau sebuah tawkil. Keduanya mendefinisikan mudarabah sebagai sebuah penyerahan atau pemberian. Makna penyerahan ini sesungguhnya mengacu pada sebuah pemberian yang luas dan tidak terikat.25 Padahal menurut penulis, mudharabah itu sebuah kerjasama yang diikat oleh akad. Karena akad inilah kedua belah pihak mempunyai konsekuensi-konsekuensi yang harus ditaati. Oleh karena itu sebagai definisi yang dapat mewakili pengertian mudharabah adalah, suatu akad (kontrak) yang memuat penyerahan modal khusus atau semaknanya tertentu dalam jumlah, jenis dan karakternya (sifatnya) dari orang yang diperbolehkan mengelola harta (jaiz al-tashrruf) kepada orang lain yang aqil, mumayyiz dan bijaksana, yang ia pergunakan untuk berdagang dengan mendapatkan bagian tertentu dari keuntungan menurut nisbah pembagian dalam kesepakatan.26 2. Dasar Hukum Mudharabah Secara umum, landasan dasar syariah al-mudharabah lebih mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal itu tampak dalam ayat-ayat dan hadits, serta ijma’ dan qiyas. a. Al-Qur’an
...َو َوآ ُر َوو َو ْر ِرُر َوو ِر ْراَوْر ِر َوَيْرَوَي ُر َوو ِر ْر َو ْر ِر الَّل ِرو 25 26
Ibid, hlm. 83 Muhammad, Konstruksi Mudarabah dalam Bisnis Syrariah, Op. Cit, hlm.45
30
“...dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah” (Al-Muzammil : 20)27
Yang menjadi argumen surat Al-Muzammil ayat 20 adalah adanya kata yadhribun yang sama dengan akar kata mudharabah yakni al-qath’u yang berarti berjalan atau bepergian.
۟ ِر َو ْر ِر ٱالَّل ِرو
ِر َوِرإذَو قُر ِر ي ِر ت َّل ۟ ِرِف ْرٱاَوْر ِر َوٱ ْرَيَوَي ُر َو ٱاصلَو ٰ ةُر َوٱنَوش ُر َوٱذْر ُرك ُر ۟ ٱالَّلوَو َوكِر ًري اَّل َولَّل ُر ْر َيُر ْر لِر ُر َوو
“apabila telah ditunaikan sholat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah SWT” (Al-Jumu’ah : 10)28
۟ ٌ س َوعلَوْري ُر ْر ُرجنَو اح أَوو َوَيْرَوَي ُر َو ْر ًري ِّم َّلِّم ُر ْر اَوْري َو
“tidak dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu” (Al- Baqarah : 198)29
Surat Al-Jumu’ah : 10 dan Al-Baqarah : 198 sama-sama mendorong kaum muslimin untuk melakukan upaya perjalanan usaha. b. Al-Hadist Berikut ini beberapa hadist yang berkenaan dengan almudharabah: 1) Hadist dimana Ibnu Majah meriwayatkan dari Suhaib ra. bahwa Nabi Muhammad bersabda :
ِر ثَو َو ٌ ِر ااش ِر ِر اِرْرل َيي ِر . ت َواِرْرلَوَيْري ِر َواْرَوَيْري َو َو َو َوج ٍل َو اْر ُر َو ا َو َو ةُر َو َوآ ْرل ُر اْرُرَيِّم ِر َّل ْر َو ْر: ث ْري ِره َّل اْرَوَيَوَوكةُر )اجو ع صهيب 27
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005),
hlm. 135 28 29
( ه
Muhammad Syafi’i Antonio, Loc. Cit., hlm. 95. Ibid., hlm. 96.
31
Artinya: “Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual” (HR.Ibnu Majah dari Suhaib) .30 2) Hadist riwayat Thabrani yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, ia berkata :
َوع ِر ْر ِر َوعَّل ٍل اا ِر َوعْر ِرد ملطَّللِرب َو الّرو اا َو ِر َو الّروُر َوعْرنَي ُره َو ا أَونَّلوُر قَو َو َوك َو:اا او ا َوّر ُر عنو ِر َوذ َو ا ًري ا ةًري ْراَوَي َو علل ص ِر ااِر ِرو أ ْرَوو َو َو ْر لُر َو ِرِرو َوْر ًري َو َو َيَوْرن ِرزَوا ِرِرو َو َو َو ُر َو َوَو َو َو َو َو ِر ِر ا َوكِر ٍلد َو ٍلة َوِرإ ْرو َوَي َو َو َوَي ُره َو َوا ِر ٌ َوَي ُرِر َو َوا ْر َووُر ِر َو َو ُرس ِرا َو اًري َو َو َو ْرش َوِر ِرو َوذ َو ِر َوج َوااهُر الّرو ص َو َو Artinya: “Diriwayakan dari Ibnu Abbas bahwa Abbas bin Abdul Muthālib jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudhārabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli ternak. Jika menyalahi persyaratan tersebut yang bersangkutan bertanggung jawab menanggung atas dana tersebut, maka disampaikan syarat itu kepada Rasulullah SAW dan beliau pun membolehkannya”.31 3) Ijma’ Di antara ijma’ dalam mudharabah adanya riwayat yang menyatakan bahwa jama’ah dari sahabat menggunakan harta anak yatim untuk mudharabah. Perbuatan tersebut tidak ditentang oleh sahabat lainnya. 4) Qiyas Mudharabah diqiyaskan kepada al-musyaqah (menyuruh seseorang untuk mengelola kebun). Selain diantara manusia, ada yang miskin dan ada yang kaya. Di satu sisi, banyak orang kaya 30 31
Amir Syariifudin, Garis-Garis Besar Fiqih, (Jakarta: Kencana, 2003), hlm. 245. Muhammad Syafi’i Antonio, Loc. Cit., hlm. 225.
32
yang tidak dapat mengusahakan hartanya. Di sisi lain, tidak sedikit orang miskin yang mau bekerja, tetapi tidak memiliki modal. Dengan demikian, adanya mudharabah ditujukan antara lain untuk memenuhi kebutuhan kedua golongan tersebut, yakni untuk kemaslahatan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka.32 3. Rukun dan Syarat Mudharabah Rukun mudharabah akan sempurna jika memenuhi rukun-rukun sebagai berikut: a. Ada mudarib (pelaksana usaha) Mudarib pada hakikatnya memegang 4 (empat) jabatan fungsioner : 1) Mudharabah adalah orang yang melakukan dharb, perjalanan dan pengelolaan usaha, dan dharb ini merupakan saham penyertaan dari padanya. 2) Wakil, manakala berusaha atas nama pengkongsian yang dibiayai oleh shahibul maal. 3) Syarik yaitu partner penyertaan, karena dia berhak untuk menyertai shahibul maal dalam keuntungan usaha. 4) Pemegang amanat yaitu dana mudarabah dari shahibul maal, dimana
pengelola
dituntut
untuk
menjaganya
dan
mengusahakannya dalam investasi sesuai dengan ketentuan-
32
Ibid., hlm. 226.
33
ketentuan
yang
telah
disepakati
bersama,
termasuk
mengembalikannya manakala usaha sudah usai.33 b. Ada pemilik dana c. Ada usaha yang dihasilkan d. Ada nisbah (keuntungan) e. Ada ijab qabul34 Adapun syarat yang harus dipenuhi dalam mudharabah adalah sebagai berikut: a. Pemodal dan pengelola Dalam mudarabah ada dua pihak berkontrak, yaitu penyedia dana (shahibul maal) dan pengelola (mudarib). Keduanya ini harus memiliki syarat. Diantaranya : 1) Pemodal dan pengelola harus mampu melakukan transaksi dan sah secara hukum. 2) Keduanya harus mampu bertindak sebagai wakil dan kafil dari kedua masing-masing pihak. b. Sight (ijab dan qabul) Ucapan sighat yaitu penawaran dan penerimaan (ijab dan qabul) harus diucapkan oleh kedua pihak guna menunjukkan kemauan mereka untuk menyempurnakan kontrak.
33
Muhammad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah, (Yogyakarta: UII Press, 2000), hlm. 17. 34 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah Life and General: Konsep dan Sistem Operasional, (Jakarta: Gema Insani, 2004), hlm. 334.
34
c. Modal (maal) 35 Syarat-syarat modal antara lain : 1) Modal harus berbentuk uang tidak boleh barang 2) Modal harus jelas dan diketahui jumlahnya. 3) Modal harus tunai bukan utang. 4) Modal harus diserahkan kepada mitra kerja. d. Keuntungan Dalam keuntungan disyaratkan bahwa pembagian keuntungan harus jelas dan bagian masing-masing diambil dari keuntungan dagang itu, seperti setengah, sepertiga dan seperempat. 4. Jenis-Jenis Mudharabah Akad Mudharabah dibagi menjadi dua, yaitu: a.
Mudharabah muqaidah/muqayyadah (investasi terikat) yaitu pemilik dana membatasi/memberi syarat kepada mudharib dalam pengelolaan dana seperti misalnya hanya untuk melakukan mudharabah bidang tertentu, cara, waktu, dan tempat tertentu saja.
b. Mudharabah muthlaqah (investasi tidak terikat) yaitu pihak pengusaha diberi kuasa penuh untuk menjalankan proyek tanpa larangan/gangguan apapun urusan yang berkaitan dengan proyek itu dan tidak terikat dengan waktu, tempat, jenis, perusahaan, dan pelanggan. Investasi ini diaplikasikan pada produk:
35
Nasron Harun, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratam, 2007), hlm. 178.
35
c.
Simpanan/tabungan mudharabah adalah dana yang disimpan nasabah yang akan dikelola bank untuk memperoleh keuntungan dengan sistem bagi hasil sesuai dengan kesepakatan bersama. Motif nasabah pengguna simpanan ini adalah untuk investasi, maka tabungan ini tidak dapat ditarik setiap saat. Contoh tabungan mudharabah adalah tabungan Haji yang hanya dapat ditarik pada saat penabung akan menunaikan ibadah haji, tabungan Qurban yang hanya dapat ditarik pada saat hari raya qurban, tabungan Pendidikan yang hanya dapat ditarik pada saat penabung membayar uang pendidikan, tabungan Walimah yang hanya dapat ditarik pada saat akan menunaikan akad nikah, dan tabungan lain sejenisnya.
d. Deposito mudharabah adalah dana simpanan nasabah yang hanya bisa ditarik berdasarkan jangka waktu yang telah ditentukan.36 Nama lain dari
deposito
mudharabah
ini
adalah
simpanan
berjangka
mudharabah, yakni simpanan mudharabah yang penyetorannya dilakukan satu kali dengan jumlah yang disepakati dan penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian.37 Dalam bukunya Yeni Salma Barlinti, menjelaskan Fatwa DSN No. 2/DSN_MUI/IV/2000 tentang ketentuan umum Tabungan mudharabah, dan Fatwa DSN No. 3/DSN_MUI/IV/2000 tentang ketentuan umum Deposito mudharabah sebagai berikut:
7
Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat (Sebuah Pengenalan ), Edisi 1, Cet. Ke-1 (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 72. 8 Hartanto Widodo, PAS (Panduan Akuntansi Syari’ah) Panduan Praktis Operasional Baitul Mal Wat Tamwil(BMT), Cet. Ke-1 (Bandung: Penerbit Mizan, 2009), hlm. 99.
36
a.
Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana dan BMT bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.
b. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening c.
Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya
d. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.38 Pada produk simpanan/tabungan dan deposito mudharabah terdapat nisbah yang harus disepakati pada awal akad. Yang dimaksud nisbah adalah perbandingan berupa persentase yang disepakati diawal akad berkaitan dengan pembagian keuntungan dari suatu kegiatan usaha.39 Masing-masing jenis simpanan tersebut memiliki jangka waktu yang berbeda, sehingga nisbah bagi hasilnya pun sangat berbeda. Prinsipnya semakin panjang jangka waktunya, semakin luas kesempatan yang dimiliki BMT untuk memanfaatkan dana tersebut. Hal inilah yang membedakan tingkat nisbahnya. Deposito biasanya memiliki nisbah bagi hasil yang lebih tinggi dibanding tabungan, karena deposito merupakan sumber dana yang terkendali. Artinya BMT mengetahui secara pasti
38
Yeni Salma Barlinti, Kedudukan Fatwa DSN dalam Sistem Hukum Nasional di Indonesia, Cet. Ke 1 (Jakarta: Badan Litbang&Diklat Kementrian Agama RI, 2010), hlm. 234235. 39 Abdul Ghofur Anshori, Tanya Jawab Perbankan Syariah, (Yogyakarta: UII Press, 2008), hlm. 50.
37
jangka waktu mengendapnya dana. Atas dasar ini BMT tentu saja akan memanfaatkan dana tersebut sesuai dengan jangka waktunya.40
C. Minat Nasabah 1. Pengertian Minat Nasabah Minat berasal dari bahasa latin “movere” yang berarti dorongan atau menggerakan. Pentingnya minat karena minat adalah hal
yang
menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku nasabah. Minat semakin penting agar konsumen mendapatkan tujuan yang diinginkanya secara optimum. Perilaku yang termotivasi diprekarsai oleh pengaktifan kebutuhan atau pengenalan kebutuhan. Kebutuhan atau motif diaktifkan ketika ada ketidak cocokan yang mamadai antara keadaan , aktual, dengan keadaan yang diinginkan atau disukai, semakin kuat dorongan maka semakin besar pula urgensi respon yang dirasakan. Dalam
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia,
minat
adalah
kecenderungan, keinginan hati yang tinggi terhadap sesuatu. 41 Menurut Whitherington, minat adalah kesadaran seseorang, bahwa suatu obyek seseorang, suatu soal atau suatu situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya.42 Menurut Bima Walgito, minat yaitu suatu keadaan dimana
40
Muhammad Ridwan, Op. Cit., hlm. 156. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), hlm. 744. 42 Whitherington, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2001), Cet.Ke 6, hlm. 135. 41
38
seseorang mempunyai perhatian sesuatu dan disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut.43 Pengertian minat secara istilah telah banyak dikemukakan oleh para ahli, di antaranya yang dikemukakan oleh Hilgard menyatakan” Interest is persisting tendency topay attention to end enjoy some activity and content”, yang memiliki arti, minat adalah kecenderungan yang gigih untuk memperhatikan, mengakhiri, menikmati, beberapa inti kegiatan tersebut.44 Sedangkan menurut Swastha dan Irawan mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi minat berhubungan dengan perasaan dan emosi, bila seseorang merasa senang dan puas dalam membeli barang atau jasa maka hal itu akan memperkuat minat.45 Dalam bank nasabah disebut sebagai nasabah, nasabah adalah setiap orang yang datang ke bank untuk bertransaksi, mendapatkan informasi dan melakukan kegiatan lainya. Pepatah mengatakan nasabah adalah raja, maka nasabah wajib dilayani dengan tulus dan ikhlas.46 Dari penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwa minat nasabah adalah rangsangan atau kesadaran seseorang yang menyakut aktifitas yang dirangsang untuk kegiatan atau aktifitas itu sendiri oleh pengguna jasa lembaga keuangan.
43
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hlm. 38. Ibid, hlm. 227 45 Basu Swasta, Menajemen Pemasaran, Analisis Perilaku Nasabah, (Yogyakarta: BPFE, 2000, hlm. 89. 46 Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, (Yogyakarta: AMP YKPN,2005), hlm. 225.. 44
39
2. Proses Timbulnya Minat Nasabah Kebutuhan yang di rasakan dapat di aktifkan dengan cara yang berbeda yang salah satunya sepenuhnya bersifat fisologis, rasa haus atau lapar merupakan contohnya manusia juga memiliki kapasitas untuk berpikir tentang atau objek yang tidak hadir dalam waktu dekat atau membayangkan konsekuensi yang di inginkan dari tindakan tertentu. Agar pemberian motivasi berjalan dengan lancar maka harus ada proses minat yang jelas. Proses minat tersebut terdiri dari : a. Tujuan. Perusahaan harus bisa menentukan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai, baru kemudian nasabah dimotivasi ke arah itu. b. Mengetahui kepentingan. Perusahaan harus bisa mengetahui keinginan nasabah tidak hanya dilihat dari kepentingan perusahaan semata. c. Komunikasi efektif. Melakukan komunikasi dengan baik terhadap nasabah agar nasabah dapat mengetahui apa yang harus mereka lakukan dan apa yang bisa mereka dapatkan. d. Integrasi tujuan. Proses minat perlu untuk menyatukan tujuan perusahaan dan tujuan kepentingan nasabah. Tujuan perusahaan adalah untuk mencari laba serta perluasan pasar. Tujuan individu konsumen adalah pemenuhan kebutuhan dan kepuasan.kedua kepentingan di atas harus disatukan dan untuk itu penting adanya penyesuaian minat.
40
e. Fasilitas. Perusahaan memberikan fasilitas agar nasabah mudah mendapatkan barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. 47 3. Tujuan Minat Nasabah Beberapa kebutuhan bersifat biogenik, kebutuhan ini timbul dari suatu keadaan fisiologis tertentu, seperti rasa lapar, rasa haus, rasa tidak nyaman. Sedangkan kebutuhan-kebutuhan lain bersifat psikogentik, yaitu kebutuhan yang timbul dari kedaan fisioligis tertentu, seperti kebutuhan untuk diakui, kebutuhan harga diri atau kebutuhan diterima. Motivasi nasabah bertujuan: a. Meningkatkan kepuasan b. Mempertahankan loyalitas c. Efisiensi d. Efektifitas e. Menciptakan suatu hubungan yang harmonis antara produsen atau penjual dengan pembeli atau nasabah. Motivasi muncul karena adanya kebutuhan yang dirasakan oleh nasabah kebutuhan sendiri muncul karena nasabah merasakan ketidak nyamanan (state of tension) antara yang seharusnya dirasakan dan yang sesungguhnya dirasakan. Kebutuhan yang dirasakan (felt needs) sering kali dibedakan berdasarkan kepada manfaat yang di harapkan dari pembelian dan penggunaan produk. Perilaku (tindakan) adalah perorientasi tujuan (goal oriented behavior). Artinya, untuk memenuhi kebutuhanya, 47
Nugroho J. Stiadi, Perilaku Nasabah Konsep dan Implikasi Penelitian Pemasaran (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup 2008), hlm 94.
41
seorang konsemen harus memiliki tujuan akan tindakanya. Tujuan adalah suatu cara untuk memenuhi kebutuhan.48 4. Aspek-Aspek Minat Nasabah Selain itu Lucas dan Britt Natalia juga mengemukakan bahwa aspek-aspek yang terdapat dalam minat antara lain: 49 a. Ketertarikan (interest) yang menunjukkan adanya pemusatan perhatian dan perasaan senang. b. Keinginan (desire) ditunjukkan dengan adanya dorongan untuk ingin memiliki. c. Keyakinan (conviction) ditunjukkan dengan adanya perasaan percaya diri individu terhadap kualitas, daya guna dan keuntungan dari produk. yang akan dibeli. Minat nasabah potensial atas suatu produk yang ditawarkan di pasar, pada dasarnya terbagi atas tiga tahapan, yaitu tahap mengetahui, terpengaruh, dan bertindak untuk melakukan pembelian. Model-model yang pada umumnya di pakai untuk melihat tahapan-tahapan ini pada umumnya adalah model AIDCA, akan dipaparkan sebagai berikut.50 1. Attention Pada tahap ini iklan yang ditayangkan harus dapat menarik perhatian terhadap sasaran. Jika tahap ini tidak berhasil, maka tahap selanjutnya
48
Ibid., hlm. 35. http://eqkawamasi.blogspot.com/2012/11/studi-tentang-motivasi-nasabah-dalam.html, Diakses tanggal 3 Oktober 2015, pukul 10.27 WIB. 50 Pangkalan Ide, Gaya Hidup Penghambat (Jakarta: PT. Elex Komputindo, 2008), hlm. 10. 49
42
menjadi tidak berguna. Dengan mengetahui hasil pada perusahaan sudah dapat mengevaluasi progam periklanan yang dilaksanakan. 2. Interest Jika perhatian khalayak sasaran berhasil direbut, iklan yang ditayangkan hendaknya dapat membuat nasabah bermotivasi untuk mengetahui lebih lanjut mengenai produk yang diiklankan. Untuk itu nasabah harus dirangsang agar mau mnegikuti pesan-pesan iklan tersebut. 3. Desire Iklan harus dapat menggerakan keinginan nasabah untuk memiliki atau menikmatai produk tersebut. Kebutuhan atau keinginan mereka untuk memiliki, memakai, atau melakukan, sesuatu sebagai kelanjutan tahap inters. 4. Convitiction Sampai tahap ini tujuan perusahaan melalui iklan berhasil menciptakan kebutuhan goyah dan emosinya mulai tersentuh, tetapi masih timbul keraguan.
Dalam
kondisi
ini
hendaknya
iklan
harus
dapat
menyakinkan atau menimbulkan rasa percaya diri calon pembeli. 5. Action Pada tahap ini hendaknya calon pembeli sudah dapat mengambil keputusan, membeli atau tidak, tetapi belum sungguh-sungguh berusaha untuk membeli, mungkin keinginan untuk membeli sudah diputuskan tetapi pembelian belum juga dilakukan karena ada kendala.
43
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Nasabah Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya minat dalam diri nasabah adalah sebagai berikut: a. Faktor Budaya Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginann dan tingkah laku seseorang. Budaya merupakan nilai- nilai dasar, presepsi, keinginan, dan tingkah laku yang di pelajari oleh seseorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya. Setiap kelompok atau masyarakat mempunyai suatu budaya pada tingkah laku membeli bervariasi amat besar dari negara ke negara. Kegagalan menyesuaikan perbedaan ini dapat menghasilkan pemasaran yang tidak efektif atau kesalahan yang memalukan. Pemasar selalu mencoba menemukan pergeseran budaya agar dapat mengetahui produk baru yang mungkin di inginkan. Setiap budaya terdiri dari beberapa subbudaya yang lebih kecil, atau kelompok orang yang memiliki sistim nilai sama berdasarkan pada pengalaman hidup dan situasi. Subbudaya dapat dibedakan menjadi empat jenis: kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras, area geografis. Banyak subbudaya membentuk segmen pasar penting dan pemasar sering kali merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan nasabah. Kelas-kelas sosial adalah masyarakat yang relatif permanen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan
44
perilaku yang serupa. Kelas sosial bukan ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur dari kombinasi pendapatan, pekerjaan, pendidikan, kekayaan dan variabel lain. b. Faktor Sosial Perilaku nasabah juga dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti kelompok kecil, keluarga serta peranan dan status sosial nasabah. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak kelompok kecil. Kelompok yang mempunyai pengaruh langsung. Definisi kelompok adalah dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai sasaran individu atau bersama. Keluarga dapat mempengaruhi perilaku pembelian Keluarga adalah organisasi pembelian nasabah yang paling penting dalam masyarakat. Dan telah di teliti secara mendalam peran dan pengaruh suami, istri dan anak-anak pada berbagai produk dan jasa. Keputusan pembelian keluarga, tergantung pada produk, iklan dan situasi. Seseorang umumnya berpartisipasi dalam kelompok selama hidupnya, keluarga, klub, organisasi. Posisi seseorang dalam setiap kelompok dapat diidentifikasikan dalam peran dan status. Setiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan yang diberikan oleh masyarakat. c. Faktor Pribadi Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahapan daur hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli. .
45
Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga. Beberapa penelitian terakhir telah mengidentifikasi tahapan-tahapan dalam siklus hidup psikologis. Orang-orang dewasa biasanya mengalami perubahan atau transformasi tertentu pada saat mereka menjalani hidupnya. Pekerjaan mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompokkelompok pekerja yang memiliki minat di atas rata-rata terhadap produk
dan
jasa
tertentu.
Situasi
ekonomi
seseorang
akan
mempengaruhi pemilihan produk. Situasi ekonomi seseorang terdiri dari pendapatan yang dapat dibelanjakan (tingkatnya, stabilitasnya, dan polanya), tabungan dan hartanya (termasuk presentase yang mudah dijadikan uang ). Gaya hidup seseorang adalah pola hidup di dunia yang diekspresikan oleh kegiatan, minat dan pendapat seseorang. Gaya hidup menggambarkan “seseorang secara keseluruhan” yang berinteraksi dengan lingkungan. Gaya hidup juga mencerminkan sesuatu dibalik kelas sosial seseorang. Kepribadian adalah karakteristik psikologis yang berada dari setiap orang yang memandang responnya terhadap lingkungan yang relatif konsisten. Kepribadian dapat merupakan suatu variabel yang sangat berguna dalam menganalisa perilaku nasabah. Bila jenis- jenis kepribadian dapat diklasifikasikan dan memiliki korelasi yang kuat antara jenis-jenis kepribadian tersebut dengan berbagai pilihan produk atau merek.
46
d. Faktor Psikologis Pemilihan
barang
yang
dibeli
seseorang
lebih
lanjut
dipengaruhi oleh empat faktor psikologis, yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan serta keyakinan dan sikap. Motivasi merupakan kebutuhan yang cukup menekan untuk mengarahkan seseorang mencari cara untuk memuaskan kebutuhan tersebut. Beberapa kebutuhan bersifat biogenik, kebutuhan ini timbul dari suatu keadaan fisiologis tertentu, seperti rasa lapar, rasa haus, rasa tidak nyaman. Sedangkan kebutuhan-kebutuhan lain bersifat psikogenik yaitu kebutuhan yang timbul dari keadaan fisologis tertentu, seperti kebutuhan untuk diakui, kebutuhan harga diri atau kebutuhan diterima. Persepsi didefinisikan sebagai proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan,
mengartikan
masukan
informasi
untuk
menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia ini. Orang dapat memiliki persepsi yang berbeda-beda dari objek yang sama karena adanya tiga proses persepsi: 1) Perhatian yang selektif 2) Gangguan yang selektif 3) Mengingat kembali yang selektif Faktor–faktor persepsi ini yaitu perhatian gangguan dan mengingat kembali yang selektif berarti bahwa para pemasar harus berkerja keras agar peran yang di sampaikan di terima.51 Keyakinan
51
Nugroho J. Setiadi, Op.Cit., hlm 118
47
dan sikap adalah pemikiran deskriptif yang di miliki seseorang tentang sesuatu. Pemasar tertarik pada keyakinan bahwa orang yang merumuskan mengenai produk dan jasa spesifik, karena meyakini ini menyusun citra produk dan merek yang mempengaruhi tingkah laku nasabah. Sikap menguraikan evaluasi, perasaan dan kecenderungan dari seseorang terhadap suatu objek atau ide yang relatif konsisten. 52 Dari pengertian perilaku nasabah tersebut di atas, ada dua penting yaitu elemen proses pengambilan keputusan dan elemen kegiatan secara fisik. Kedua elemen tersebut melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan serta menggunakan barang dan jasa. Nasabah membeli barang dan jasa adalah untuk mendapatkan manfaat dari barang dan jasa tersebut. Jadi perilaku nasabah tidak hanya mempelajari apa yang dibeli atau dikonsumsi oleh nasabah saja, tetapi juga dimana, bagaimana kebiasaan dan dalam kondisi macam apa produk dan jasa yang dibeli. Berdasarkan
landasan
teori,
ada
dua
faktor
dasar
yang
mempengaruhi perilaku nasabah yaitu faktor eksternal dan faktor internal, penjelasannya sebagai berikut53: 1) Faktor Eksternal Faktor eksternal merupakan faktor yang meliputi pengaruh keluarga, kelas sosial, kebudayaan, marketing strategy, dan kelompok
52
Ratih Hurriyati, Bauran pemasaran dan Loyalitas Nasabah (Bandung: CV. Alvabeta 2008), hlm 102. 53 Muh. Syafi’i Antonio, Bank Syariah Wacana Ulama Dan Cendekiawan (Jakarta: Tazkia Institut 2001), hlm 142.
48
referensi. Kelompok referensi merupakan kelompok yang memiliki pengaruh langsung maupun tidak langsung pada sikap dan prilaku nasabah. Kelompok referensi mempengaruhi perilaku seseorang dalam pembelian dan sering dijadikan pedoman oleh nasabah dalam bertingkah laku. 2) Faktor Internal Faktor-faktor yang termasuk ke dalam faktor internal adalah motivasi, persepsi, sikap, gaya hidup, kepribadian dan belajar. Belajar menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang individu yang bersumber dari pengalaman. Seringkali perilaku manusia diperoleh dari mempelajari sesuatu.54 Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat mengenai BMT
relatif
tinggi, namun
pemahaman mengenai bagaimana perbedaan sitem produk atau jasa pada lembaga keuangan syariah secara umum masih rendah. Analisis faktorfaktor yang memotivasi masyarakat untuk menggunakan jasa BMT ternyata untuk masyarakat lebih dominan terhadap produk-produk apa saja yang ditawarkan sehingga dapat menarik nasabah untuk memilihnya.
54
Ahmad Manaf, Materi Kuliah Ekonomi , http://materikuliah.edublogs.Org /2010 /08 /17 /perilaku-nasabah/, diunduh dan diakses pada 1 Oktober 2015, pukul 14.15 WIB.