perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1.
Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Belajar Pada dasarnya belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Di dalam
belajar, pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap, tingkah laku dan semua perbuatan manusia terbentuk, disesuaikan dan dikembangkan. Menurut Jerome Brunner (dalam Trianto 2012:15) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses aktif dimana siswa membangun pengetahuan baru berdasarkan pada pengetahuan yang sudah dimiliki.
Senada dengan pendapat Suparno dalam Thobroni dan Arif
(2011:107) seorang yang belajar berarti membentuk pengertian atau pengetahuan secara aktif dan terus menerus. Di sisi lain Baharuddin dan Nur (2007:11) mengemukakan bahwa belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan dan sikap. Sedangkan menurut kaum konstruktivisme dalam Thobroni (2011:136) belajar adalah proses mengonstruksi pengetahuan dengan cara mengabstraksi pengalaman sebagai hasil interaksi antara siswa dan realita, baik realita pribadi, alam, maupun realitas sosial. Seperti pendapat ahli dalam teori belajar konstruktivisme, pandangan konstruktivisme tentang belajar yang menyatakan bahwa “siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai” (Trianto,2007:13). Menurut teori ini berarti guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam pikirannya. Seorang guru dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan ide-ide mereka sendiri dan membelajarkan siswa agar secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita itu adalah kontruksi (bentukan) kita sendiri. user Sardiman (2005:35), menegaskancommit bahwa“topengetahuan bukanlah suatu tiruan dari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
kenyataan, pengetahuan bukan gambaran dari dunia kenyataan yang ada, tetapi pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu kontruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang”. Seseorang membentuk skema, kategori, konsep dan struktur pengetahuan yang diperlukan untuk pengetahuan. ”Proses pembentukan pengetahuan itu terjadi apabila seseorang mengubah atau mengembangkan skema yang telah dimiliki dalam berhadapan dengan tantangan, rangsangan, atau persoalan dengan proses asimilasi dan akomodasi”(Suparno. 2000: 123) Pembentukan pengetahuan itu pertama-tama ditentukan oleh kegiatan atau keaktifan siswa itu sendiri dalam berhadapan dengan persoalan, bahan pelajaran, atau lingkungan baru. Siswa itu sendirilah yang membentuk pengetahuannya. Dari definisi belajar tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa belajar diartikan sebagai suatu proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, ketrampilan dan sikap dengan mengembangkan sendiri pengetahuan yang dimilikinya, memahami, memecahkan masalah, dan berusaha menemukan atau menerapkan pengetahuannya. Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun tidak disengaja dan berlangsung sepanjang waktu, menuju pada suatu perubahan pada diri siswa dan untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan dan sikap. b. Prestasi Belajar Menurut arti bahasa, prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dalam belajar. Winkel (1996:56) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai seseorang. Mulyasa (2005:189) mendefinisikan bahwa prestasi belajar merupakan suatu gambaran dan penugasan kemampuan para siswa sebagaimana telah ditetapkan untuk suatu pelajaran tertentu. Menurut Lanawati (dalam Reni, A. – Hawadi.2006:168) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan intruksional yang menyangkut isi pelajaran dan perilaku yang diharapkan dari siswa. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil maksimum penilaian pendidik terhadap proses belajar tentang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
kecakapan atau keberhasilan yang diperoleh seseorang setelah melakukan sebuah kegiatan dan proses belajar. c. Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan pengertian belajar dan prestasi belajar tersebut, prestasi belajar matematika adalah hasil yang telah dicapai siswa setelah mengikuti pelajaran matematika baik berupa perubahan perilaku maupun kecakapan yang dinyatakan dengan simbol, angka maupun huruf. Menurut Gagne dan Winkel (1996:482) kemampuan-kemampuan itu digolongkan atas kemampuan dalam hal informasi verbal, kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, kemampuan motorik, dan sikap. Kemampuankemampuan tesebut merupakan kemampuan internal yang harus dinyatakan dalam suatu prestasi. Menurut Poerwadarminto (2005) “prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan guru”. Dari beberapa pendapat tentang prestasi belajar, maka dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar matematika adalah hasil yang dicapai siswa selama proses pembelajaran, atau tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti proses pembelajaran matematika yang diperoleh melalui nilai tes yang diberikan oleh guru dan hasil tes tersebut merupakan penghargaan dari perubahan tersebut. Pada penelitian ini dibatasi pada ranah kognitif, karena materi trigonometri cenderung mengedepankan proses berpikir abstrak. Penilaian ranah kognitif siswa sebagai alat evaluasi dilakukan melalui tes. Tes prestasi belajar berupa sekumpulan soal-soal dari materi pelajaran Matematika dengan pokok pembahasan Trigonometri. Mutu informasi yang diperoleh dari hasil pengukuran ditentukan oleh mutu setiap soal yang digunakan. Soal yang digunakan harus diuji kualitasnya agar dapat memberikan hasil yang akurat. 2.
Model Pembelajaran a.
Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Joyce (dalam trianto, 2012: 22) model pembelajaran adalah commit to user suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku. Menurut rusman (2011:133) model pembelajaran dapat disajikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. Senada dengan pendapat Eggen and Kauchak (2012:35), guru dapat menentukan model mengajar yang paling baik untuk memenuhi kebutuhan siswa. Dari pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial yang berfungsi bagi para perancang pembelajaran atau para pengajar dalam merencanakan aktifitas belajar. Selain itu dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan. b. Model Penemuan Terbimbing (MPT) Model penemuan terbimbing adalah satu model mengajar dimana guru memberi siswa contoh-contoh topik spesifik dan memandu siswa untuk memahami topik tersebut (Eggen and Kauchak, 2012:177). Lebih lanjut Eggen menambahkan, model ini efektif untuk mendorong keterlibatan dan memotivasi siswa seraya membantu mereka mendapatkan pemahaman mendalam tentang topik-topik yang jelas. Menurut Gulo dalam Trianto (2007:135) model penemuan terbimbing adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Berdasarkan uraian tersebut maka model penemuan terbimbing dalam pembelajaran matematika adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa dan melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran matematika baik dalam memahami konsep matematika secara mendalam dan kemampuan siswa untuk menemukan/merumuskan hasil penemuannya. Guru memandu siswa dalam to user tersebut. Menurut Eggen and menemukan dan merumuskan commit permasalahan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
Kauchak (2012: 190) langkah-langkah dari model penemuan terbimbing dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Sintaks Model Penemuan Terbimbing Fase Fase 1 Pendahuluan Fase 2 Fase Terbuka Fase 3 Fase Konvergen Fase 4 Penutup dan Penerapan
Perilaku Guru Guru berusaha menarik perhatian siswa dan menetapkan fokus pelajaran. Guru memberi siswa contoh dan meminta siswa untuk mengamati dan membandingkan contoh-contoh. Guru menanyakan pertanyaan-pertanyaan lebih spesifik yang dirancang untuk membimbing siswa mencapai pemahaman tentang konsep atau generalisasi. Guru membimbing siswa memahami definisi suatu konsep atau pernyataan generalisasi dan siswa menerapkan pemahaman mereka ke dalam konteks baru
Berdasarkan Tabel 2.1, langkah-langkah model penemuan terbimbing dapat ditunjukkan seperti berikut. 1). Kegiatan Pendahuluan Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada materi yang akan dibahas, menjelaskan tentang model penemuan terbimbing pada siswa dan memberikan motivasi pada siswa agar siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. 2). Kegiatan Inti a) Mengorganisasikan siswa yaitu membagi siswa kedalam beberapa kelompok, maksimum 4 orang dalam setiap kelompok dengan kemampuan yang heterogen. b) Siswa diberikan contoh-contoh dan diminta membandingkan contohcontoh dengan yang bukan contoh. c) Siswa diberikan contoh masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan materi yang diberikan. d) Siswa mendiskusikan masalah itu dalam kelompok dan menyelesaikan masalah itu dengan bimbingan guru. e) Siswa memaparkan beberapa dari pengamatan mereka dan menuliskan observasi itu didepan. f)
Siswa dan guru membahas hasil penyelesaian masalah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
g) Siswa dibimbing guru memahami definisi/pengertian konsep dengan menyimpulkan contoh-contoh itu mencakup tema kehidupan sehari-hari. h) Siswa dipandu guru mendapatkan kesimpulan materi yang dipelajari. i)
Guru memberi umpan balik dan memberikan soal sebagai penguatan.
3). Kegiatan Penutup Siswa diminta guru untuk menerapkan pemahaman mereka dengan menciptakan contoh-contoh dari mereka sendiri setelah mempelajari materi. Model penemuan terbimbing mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Menurut hasil penelitian Yoppy, Tangkas dan Asrul (2011) kelebihan dari model penemuan terbimbing seperti berikut. a). Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran b). Pemahaman konsep tentang materi lebih tertanam pada siswa dan tidak tergantung dengan hafalan rumus. c). Meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. d). Menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa. e). Mampu meningkatkan motivasi termasuk motivasi intrinsik siswa. f). Siswa semakin kreatif. g). Meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. h). Memberikan kebebasan pada siswa untuk menyelidiki, menerka, mencoba-coba, dan menarik kesimpulan. Sedangkan kelemahan dari model penemuan terbimbing seperti berikut. a). Siswa yang berkemampuan rendah kesulitan untuk menemukan sendiri pemahaman konsep, sehingga membutuhkan banyak bimbingan. b). Pada proses pembimbingan membutuhkan banyak waktu. c). Tidak semua materi pelajaran bisa diterapkan dengan model temuan terbimbing. c.
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (MPBM) Model pembelajaran berbasis masalah adalah seperangkat model
mengajar yang menggunakan masalah sebagai fokus untuk mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah, masalah, materi, dan pengaturan diri (Hmelo user Silver; Serafino & Cicchelli dalamcommit Eggen,to2012:307).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
Menurut Arends dalam Trianto (2007:68) pengajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan ketrampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Melalui proses ini, dikatakan Sanjaya dalam Rusmono (2012:74) sedikit demi sedikit siswa akan berkembang secara utuh, baik pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Artinya setiap siswa memperoleh kebebasan dalam menyelesaikan program pembelajarannya. Disisi lain Baron dalam Rusmono (2012:74) mengatakan dalam pembelajaran berbasis masalah siswa diharapkan untuk terlibat dalam proses penelitian
yang
mengharuskannya
untuk
mengidentifikasi
permasalahan,
mengumpulkan data, dan menggunakan data tersebut untuk pemecahan masalah. Seperti kutipan Visser (Smith dan Ragan dalam Rusmono (2012:74) pembelajaran berbasis masalah merupakan usaha untuk membentuk suatu proses pemahaman isi suatu mata pelajaran pada suatu kurikulum. Menurut Baron dalam Rusmono (2012:74) ada empat ciri pembelajaran berbasis masalah yaitu menggunakan permasalahan dalam dunia nyata, pembelajaran dipusatkan pada penyelesaian masalah, tujuan pembelajaran ditentukan oleh siswa, dan guru berperan sebagai fasilitator. Berdasarkan
uraian
tersebut,
dapat
disimpulkan
bahwa
model
pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran matematika adalah suatu model
pembelajaran
yang
dirancang
untuk
membantu
siswa
dalam
mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan ketrampilan intelektual secara mandiri sehingga siswa dapat memahami konsep matematika dan memecahkan permasalahan yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Nur dalam Rusmono (2012: 81), langkah-langkah dari model pembelajaran berbasis masalah pada Tabel 2.2.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
Tabel 2.2 Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah Fase Fase 1 Mengorganisasikan siswa kepada masalah Fase 2 Mengorganisasi siswa untuk belajar Fase 3 Membantu menyelidikan mandiri atau kelompok Fase 4 Mengembangakan dan menyajikan hasil karya serta pameran Fase 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Perilaku Guru Guru menginformasikan tujuan pembelajaran, Mendeskripsikan kebutuhan logistik penting Memotivasi siswa agar terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah yang mereka pilih sendiri. Guru membantu siswa dalam menemukan dan mengatur tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah itu Guru mendorong mengumpulakan informasi yang sesuai, melakukan eksperimen, mencari penjelasan dan solusi Membimbing siswa dalam merencanakan dan menyiapkan hasil karya yang sesuai seperti laporan, rekaman vidio dan model serta membantu mereka berbagi karya mereka Guru membantu siswa melakukan refleksi atas penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan.
Berdasarkan Tabel 2.2, langkah-langkah model pembelajaran berbasis masalah dapat ditunjukkan seperti berikut. 1). Kegiatan Pendahuluan Guru membuka pelajaran dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada materi yang akan dibahas, menjelaskan tentang model pembelajaran berbasis masalah pada siswa dan memberikan motivasi pada siswa agar siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. 2). Kegiatan Inti a)
Mengorganisasikan siswa yaitu membagi siswa kedalam beberapa kelompok, maksimum 4 orang dalam setiap kelompok dengan kemampuan dengan heterogen
b)
Siswa diberikan masalah berkaitan dengan kehidupan sehari-hari sesuai materi yang akan dipelajari.
c) d)
Siswa diberi kesempatan untuk mencari jawaban permasalahan tersebut. Siswa mencoba menyelesaikan permasalahan yang telah diberikan dari guru secara kelompok.
e)
Siswa dibantu untuk menentukan dan mengatur tugas yang dibagikan commit to user sesuai dengan materi yang akan dipelajari..
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
f)
Siswa berdiskusi, mengumpulkan data, dan mencari referensi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
g)
Siswa dibimbing dan dimotivasi dalam memahami materi pelajaran yang dipelajari.
h) Siswa membuat laporan dan mempresentasikan hasil jawabannya. i)
Siswa dibimbing dan dimotivasi dalam memahami materi pelajaran yang dipelajari.
j)
Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok sedangkan kelompok lain menanggapinya dan mengevaluasi hasil kerja kelompok.
k) Guru
memberikan
klasifikasi
dari
penyajian
tersebut
untuk
menyempurnakan jawabannya. l)
Guru memeriksa penguasaan siswa dalam memahami materi tersebut.
m) Guru memberikan umpan balik yang mengacu pada materi yang diberikan. 3). Kegiatan Penutup Guru bersama siswa menyimpulkan materi dari hasil diskusi siswa yang telah dipelajari. Guru memberikan penilaian serta memberi tugas rumah sebagai tugas mandiri untuk mengetahui penguasaan materi yang telah dipelajari siswa. Model pembelajaran berbasis masalah mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Menurut Sitiatava (2013: 82) kelebihan dari model pembelajaran berbasis masalah seperti berikut. a). Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan, lantaran ia yang menemukan konsep tersebut. b). Melibatkan siswa secara aktif dalam memecahkan masalah dan menuntut ketrampilan berpikir siswa yang lebih tinggi. c).
Pengetahuan tertanam berdasarkan skema yang dimiliki oleh siswa, sehingga pembelajaran lebih bermakna.
d).
Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran, karena masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
e).
Menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain, serta menanamkan sikap sosial yang positif dengan siswa yang lain.
f).
Pengondisian siswa dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap pembelajaran dan temannya, sehingga pencapaian ketuntasan belajar siswa dapat diharapkan.
g). Dapat menumbuhkembangkan kemampuan kreativitas siswa, baik secara individual maupun kelompok. Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran berbasis masalah seperti berikut. a). Bagi siswa yang malas, tujuan dari model pembelajaran berbasis masalah tidak dapat tercapai. b). Membutuhkan banyak waktu dan dana. c). Tidak semua mata pelajaran bisa diterapkan dengan model pembelajaran berbasis masalah. d. Model Pembelajaran Langsung (MPL) Santrock (2011:151) mengemukakan bahwa model pembelajaran langsung adalah suatu model pembelajaran tersruktur dan berpusat pada guru yang digolongkan berdasarkan arahan dan pengendalian guru, harapan guru yang tinggi untuk kemajuan para siswa, waktu maksimum yang dihabiskan oleh para siswa untuk menyelesaikan tugas akademis serta upaya-upaya dari guru untuk meminimalisasi pengaruh negatif. Menurut Kuhn dalam Eggen dan Kauchak (2012:363)
model
pembelajaran langsung adalah satu model yang menggunakan peragaan dan penjelasan guru digabungkan dengan latihan dan umpan balik siswa untuk membantu mereka mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan nyata yang dibutuhkan untuk pembelajaran lebih jauh. Sedangkan Arends dalam Trianto (2007:29) mengatakan bahwa model pembelajaran langsung adalah salah satu model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Pembelajaran langsung dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktek. Pembelajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa (Kardi dalam Trianto (2007: 30). Penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus seefisien mungkin, sehingga guru dapat merancang dengan tepat waktu yang digunakan. Berdasarkan
uraian
tersebut,
dapat
disimpulkan
bahwa
model
pembelajaran langsung adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada guru yang dirancang untuk mengajarkan ketrampilan prosedural dan mengembangkan penguasaan pengetahuan proses belajar siswa dalam menyelesaikan tugas guna menuntaskan hasil belajar mereka. Tindakan dan keputusan yang jelas dari guru setiap mengajar sangat diperlukan baik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan waktu penilaian hasil pembelajaran. Seperti halnya model pembelajaran yang lain, ciri khusus langkah-langkah model pembelajaran langsung, menurut Kardi dan Nur dalam Trianto, 2007: 31 dapat dilihat pada Tabel 2.3. Tabel 2.3 Sintaks Model Pembelajaran Langsung Fase-fase Fase 1 Menyampaikan kompetensi dan tujuan pembelajaran serta mempersiapkan siswa. Fase 2 Mendemonstrasikan pengetahuan/keterampilan. Fase 3 Membimbing pelatihan. Fase 4 Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik. Fase 5 Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan.
Perilaku Guru Guru menjelaskan kompetensi dan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar. Guru mendemonstrasikan pengatahuan /keterampilan yang benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap. Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberikan umpan balik. Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih komplek dalam kehidupan seharihari.
Berdasarkan Tabel 2.3, langkah-langkah model pembelajaran langsung dapat ditunjukkan seperti berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
1). Kegiatan Pendahuluan Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi siswa untuk belajar lebih giat lagi. Langkah apresiasi dalam penelitian ini dilakukan melalui tanya jawab untuk menarik perhatian dan memusatkan perhatian siswa agar fokus terhadap materi yang akan dipelajari. 2). Kegiatan Inti Guru
mempresentasikan
materi
pembelajaran
kepada
siswa,
guru
memberikan kesempatan siswa untuk bertanya jawab, guru memberikan pelatihan terbimbing berupa latihan soal, memantau siswa bekerja serta memberikan bantuan jika dibutuhkan siswa, menunjuk satu atau dua orang untuk mempresentasikan hasil kerjanya dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan tanggapan. 3). Kegiatan Penutup Guru membuat kesimpulan serta guru memberikan tugas rumah. Tugas ini merupakan kelanjutan dari pembelajaran berikutnya. Model pembelajaran langsung dalam pembelajaran memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan . Menurut Wina (2007) kelebihan model pembelajaran langsung seperti berikut. a. Dengan pembelajaran langsung guru dapat mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, sehingga dapat mengetahui sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran. b. Pembelajaran langsung dianggap sangat efektif digunakan apabila materi pelajaran cukup luas sementara waktu belajar yang tersedia terbatas. c. Melalui pembelajaran langsung peserta didik dapat memperoleh materi melalui mendengarkan, juga dapat mengamati pelaksanaan demonstrasi. d. Pembelajaran langsung bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar. Sedangkan kekurangan model pembelajaran langsung seperti berikut. a. Pembelajaran langsung lebih cocok dilakukan terhadap peserta didik yang memiliki kemampuan mendengarkan dan menyimak dengan baik. to user perbedaan setiap individu, baik b. Pembelajaran langsung tidak commit dapat melayani
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
perbedaan kemampuan, pengetahuan, minat, bakat dan gaya belajar. c. Karena pembelajaran langsung lebih banyak diberikan melalui ceramah (satu arah dari guru kepada peserta didik), maka akan sulit mengembangkan sosialisasi, hubungan interpersonal, dan kemampuan berpikir kritis. d. Pembelajaran langsung sangat tergantung pada apa yang dimiliki guru, diantaranya persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, kemampuan berkomunikasi dan kemampuan pengelolaan kelas. e. Karena komunikasi dan transfer pengetahuan yang satu arah, mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki peserta didik terbatas pada apa yang diberikan guru. 3. Kreativitas Kreativitas
didefinisikan
secara
berbeda-beda
oleh
para
pakar
berdasarkan sudut pandang masing-masing. Barron dalam Alpha dkk. (2013: 44) mendefinisikan kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Clark dalam Munandar (2009: 18) menyatakan bahwa kreativitas adalah pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain. Torrence dalam Alpha, dkk (2013: 46) mendefinisikan kreativitas itu sebagai proses kemampuan memahami kesenjangan-kesenjangan atau hambatanhambatan
dalam
hidupnya,
merumuskan
hipotesis-hipotesis
baru,
dan
mengomunikasikan hasil-hasilnya, serta sedapat mungkin memodifikasi dan menguji hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan. Dipihak lain Solso, dkk (2008:444) mendefinisikan kreativitas adalah suatu aktivitas kognitif yang menghasilkan suatu pandangan yang baru mengenai suatu bentuk permasalahan dan tidak dibatasi pada hasil yang fragmatis (selalu dipandang menurut kegunaannya). Ini berarti proses kreativitas bukan hanya sebatas menghasilkan sesuatu yang bermanfaat saja (meskipun sebagian besar orang yang kreatif hampir selalu menhasilkan penemuan, tulisan, maupun teori yang bermanfaat). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
Menurut Munandar dalam Trianto (2007: 136), kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir
divergen) adalah kemampuan berdasarkan data atau
informasi yang tersedia menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap sesuatu masalah di mana penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan beragam jawaban. Makin banyak kemungkinan jawaban yang dapat diberikan terhadap suatu masalah makin tinggi kreativitas seseorang, tentu saja jawaban itu harus sesuai dengan masalahnya. Lebih lanjut Munandar menambahkan kreativitas pada anak perlu dikembangkan karena, dengan berkreasi anak dapat mewujudkan dirinya, sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, memberikan kepuasan kepada individu, dan memungkinkan meningkatkan kualitas hidupnya. Kreativitas dapat dipengaruhi oleh model pembelajaran, sehingga penggunaan model pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar harus tepat dan menarik. Dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat, diharapkan seorang guru bukan sekedar menyelesaikan sejumlah materi tetapi guru harus mampu menanamkan konsep materi dengan baik kepada siswa. Siswa bisa di tingkatkan kualitasnya, apabila guru memahami karakteristik siswa dengan baik termasuk kreativitas mereka. Informasi tentang siswa tersebut menjadi bahan pertimbangan bagi guru dalam memilih metode, teknik mengajar dan materi ajar yang sesuai dengan keberagaman kreativitas siswa. Sund dalam Slameto (2003:147) menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut : 1) hasrat keingintahuan yang cukup besar. 2) bersikap terbuka terhadap pengalaman baru. 3) panjang akal. 4) keinginan untuk menemukan dan meneliti. 5) cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit. 6) cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan. 7) memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas. 8) berpikir fleksibel. 9) menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban lebih banyak. 10) kemampuan membuat analisis dan sintesis. 11) memiliki semangat bertanya serta meneliti. 12) memiliki daya abstraksi yang cukup baik. 13) memiliki latar belakang membaca commit to user yang cukup luas.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
Menurut kelompok pakar psikologi dalam Munandar (2009: 37), mengatakan bahwa ada 10 ciri-ciri pribadi kreatif yaitu : 1) imajinatif,
2)
mempunyai prakarsa, 3) mempunyai minat luas, 4) mandiri dalam berpikir, 5) Melit, 6) senang berpetualang, 7) penuh energi, 8) percaya diri, 9) bersedia mengambil resiko dan 10) berani dalam pendirian dan keyakinan. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan individu dalam mengembangkan pemikiran baru atau memperbarui yang dikenali melalui ciri-ciri pribadi kreatif. Sedangkan, ciri-ciri pribadi kreatif yang dipakai dalam penelitian ini adalah mempunyai imajinasi, mempunyai prakarsa, mempunyai minat yang luas, mandiri dalam berpikir, mempunyai sifat ingin tahu, senang berpetualang, penuh energi, percaya diri, berani mengambil resiko, berani dalam pendirian dan yakin. B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini dilakukan oleh Nurcholis (2013) tentang Implementasi metode penemuan terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada penarikan kesimpulan Logika Matematika. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa implementasi metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi penarikan kesimpulan logika matematika di kelas X A SMA Negeri 9 Palu. Kelebihan dari penelitian ini adalah hasil belajar siswa meningkat dengan metode penemuan terbimbing dan siswa mampu menganalisis data serta menarik kesimpulan. Sedangkan kelemahan dari penelitian ini yaitu siswa masih tergantung bantuan dan bimbingan dari guru. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Tangkas (2012) tentang Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep dan Ketrampilan Proses Sains Siswa Kelas X SMAN 3 Amlapura dan Adhar (2012) tentang Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Presentasi dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP.
Berdasarkan penelitian tersebut
diperoleh kesimpulan bahwa Siswa yang mengikuti pembelajaran model commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
inkuiri/penemuan terbimbing lebih baik daripada siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung. Senada dengan penelitian Adhar, dilakukan oleh Yoppy (2011) tentang Keefektifan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing dan Cooperative Learning pada Pembelajaran Matematika. Hasil penelitian Yoppy diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan model penemuan terbimbing memberikan hasil yang lebih baik daripada pembelajaran dengan model konvensional. Pada model penemuan terbimbing kreativitas tinggi, sedang dan rendah memberikan hasil lebih baik daripada model konvensional. Kelebihan dari penelitian ini adalah hasil belajar siswa dan kreativitas siswa menjadi lebih baik, serta siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. sedangkan kelemahan dari penelitian ini yaitu siswa dengan kemampuan rendah dengan pembelajaran penemuan membutuhkan lebih banyak bimbingan. Pada penelitian model penemuan terbimbing memberikan hasil yang lebih baik daripada model konvensional. Perbedaan dari penelitian adalah subjek dan tempat penelitian serta kemampuan yang ingin diteliti. Bahm (2009) juga melakukan penelitian tentang Efek dari Discovery Learning pada kesuksesan siswa dan ketrampilan pembelajaran. Hasil penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa model penemuan terbimbing membuat siswa aktif dan dipercaya meningkatkan kesuksesan siswa serta kemampuan belajar. Penelitian yang berkaitan dengan model pembelajaran berbasis masalah dilakukan oleh Padmavathy dan Mareesh (2013) tentang Efektivitas Problem Based Learning dalam Matematika. Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa PBL lebih efektif dalam mempelajari matematika, dan strategi PBL memberikan efek pada isi pengetahuan yang menyediakan kesempatan lebih besar pada siswa untuk mempelajari isi dengan lebih memahami dan meningkatkan siswa untuk lebih aktif, termotivasi dan perhatian terhadap siswa lain. Penelitian lain juga yang dilakukan oleh MacMath, et al. ( 2009) tentang commit to user Problem Based Learning (PBL) dalam Matematika sebagai alat untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
meningkatkan pengetahuan konseptual siswa. Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa ini memberi penekanan nilai dari problem based learning untuk mengembangkan cara berpikir dan kreativitas siswa. Orhan dan Ruhan (2007) dalam penelitiannya tentang The Effect of Problem –Based Active Learning in Science Education on Students’ Academic Achievement, Attitude and Concept Learning menyampaikan bahwa model pembelajaran berbasis masalah membuat siswa lebih aktif, lebih berhasil, bersikap positif , dan lebih meminimalisir kesalahan konsep pada siswa. Kelebihan model pembelajaran berbasis masalah adalah dengan PBL prestasi siswa meningkat dan siswa lebih aktif serta kreatif.
Sedangkan
perbedaannya adalah materi yang digunakan dalam penelitian, tinjauan yang dipakai, dan subjek yang diambil. C. Kerangka Berpikir Berdasarkan kajian teori, kerangka berpikir pada penelitian ini seperti berikut. 1.
Kaitan Model Pembelajaran dengan Prestasi Belajar Matematika. Prestasi belajar matematika adalah hasil yang telah dicapai siswa setelah
mengikuti pelajaran matematika baik berupa perubahan perilaku maupun kecakapan yang dinyatakan dengan
simbol, angka maupun huruf. Supaya
siswa memperoleh prestasi belajar matematika yang optimal, hendaknya guru mampu memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Hal ini untuk melihat keberhasilan siswa dalam pembelajaran sehingga berdampak positif terhadap prestasi belajar matematika pada siswa. Dengan model pembelajaran yang digunakan, maka sistematika pembelajaran akan lebih terstruktur dan terkonsep. Salah satunya model penemuan terbimbing di dalam pembelajaran matematika yaitu suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa dan melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran matematika baik dalam memahami konsep matematika secara mendalam dan kemampuan siswa untuk menemukan / merumuskan commit to user hasil penemuannya. Guru memandu siswa dalam menemukan dan merumuskan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
permasalahan tersebut. Dengan adanya interaksi antara siswa dengan lingkungannya siswa untuk menyelesaikan masalah yang akan meningkatkan ketrampilan sosial siswa serta siswa akan lebih mudah memahami konsep dan memperoleh kesimpulan. Model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran matematika adalah suatu model pembelajaran yang dirancang untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan ketrampilan intelektual secara mandiri sehingga siswa dapat memahami konsep matematika dan memecahkan permasalahan yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan model pembelajaran langsung dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktek. Model pembelajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa. Pembelajaran yang didominasi oleh guru sebagai sumber informasi. Akibatnya siswa cenderung pasif dan mudah jenuh dengan hanya memperhatikan guru, menghafal rumus tertentu dan mengaplikasikan ke dalam bentuk soal untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan demikian, prestasi belajar matematika siswa yang diberi tindakan model penemuan terbimbing dimungkinkan lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang diberi tindakan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran langsung, serta prestasi belajar matematika siswa yang diberi tindakan model pembelajaran berbasis masalah dimungkinkan lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang diberi tindakan model pembelajaran langsung. 2.
Kaitan Masing-masing Kategori Kreativitas Siswa dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa. Kreativitas siswa adalah kemampuan siswa untuk mengembangkan
sesuatu yang baru yang merupakan hasil dari interaksi dengan lingkungannya setelah mengalami hambatan dan menyelesaikan. Kategori kreativitas siswa sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar commit to user siswa. Siswa dengan kreativitas tinggi mampu merumuskan, memecahkan,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
memahami permasalahan dengan berbagai cara, dan mengungkapkan gagasan baru dalam mencapai tujuan pembelajaran sehingga siswa tersebut tidak akan kesulitan pada saat menyelesaikan suatu permasalahan. Siswa dengan kreativitas sedang masih mampu mengungkapkan ide untuk menyelesaikan permasalahan dengan memerlukan sedikit bimbingan dari teman ataupun guru. Sedangkan
siswa
dengan
kreativitas
rendah
akan
kesukaran
dalam
mengungkapkan ide untuk menyelesaikan permasalahan sehingga mereka memerlukan bimbingan yang lebih dari teman ataupun guru. Siswa dengan kreativitas tinggi dimungkinkan mempunyai prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan kreativitas sedang dan rendah, serta prestasi belajar matematika siswa dengan kreativitas sedang dimungkinkan lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa dengan kreativitas rendah. 3.
Kaitan Masing-Masing Kategori Kreativitas pada Masing-Masing Kategori Model Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar Matematika siswa. Siswa dengan kreativitas tinggi memiliki kemampuan lebih dan mampu
untuk menciptakan sesuatu yang baru setelah berinteraksi dengan lingkungan. Prestasi belajar matematika siswa yang diberi tindakan model penemuan terbimbing dimungkinkan lebih baik daripada model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran langsung. Prestasi belajar matematika siswa yang diberi tindakan model pembelajaran berbasis masalah dimungkinkan lebih baik daripada model pembelajaran langsung. Siswa dengan kreativitas sedang memiliki kemampuan kurang optimal dalam menciptakan sesuatu yang baru setelah berinteraksi dengan lingkungan. Prestasi belajar matematika siswa yang diberi model penemuan terbimbing dan model pembelajaran berbasis masalah dimungkinkan sama baiknya. Prestasi belajar matematika siswa yang diberi model penemuan terbimbing dan model pembelajaran berbasis masalah dimungkinkan lebih baik daripada model pembelajaran langsung. Siswa dengan kreativitas rendah memiliki kemampuan commit user rendah sehingga siswa kesulitan dalamtomenciptakan sesuatu yang baru setelah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
berinteraksi dengan lingkungan, sehingga prestasi belajar matematika siswa yang diberi ketiga model pembelajaran tersebut dimungkinkan mempunyai efek yang sama. 4.
Kaitan Masing-Masing Kategori Model Pembelajaran pada Kategori Kreativitas Siswa terhadap Prestasi Belajar Matematika siswa. Model penemuan terbimbing adalah model pembelajaran yang berpusat
pada siswa dalam menemukan konsep / informasi dari contoh dan bukan contoh yang diberikan guru, sehingga siswa mampu memahami definisi suatu konsep dan menerapkan pemahaman yang diperoleh dalam konteks baru. Guru membimbing siswa dalam menemukan pemahaman konsep tersebut. Pada model ini prestasi belajar matematika siswa dengan kreativitas tinggi dimungkinkan lebih baik daripada siswa dengan kreativitas sedang dan rendah, serta
prestasi
belajar
matematika
siswa
dengan
kreativitas
sedang
dimungkinkan lebih baik daripada siswa dengan kreativitas rendah. Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang dipusatkan pada masalah yang dipilih sehingga siswa tidak hanya mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah dalam menyelesaikan masalah tersebut. Pada model pembelajaran ini siswa dihadapkan pada permasalahan matematika yang nyata dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa termotivasi/tertantang untuk menyelesaikan masalah nyata dan menguasai konsep matematika melalui pengalamannya setelah menempuh suatu pembelajaran. Dalam hal ini metode pembelajaran yang digunakan oleh guru sebaiknya dititik beratkan pada media agar langsung dapat melihat obyek yang berkaitan dengan pelajaran. Siswa yang kreatif mempunyai ciri mampu mengembangkan dan menumbuhkan ide/gagasan baru atau mengombinasikan gagasan yang sudah ada, mampu berpikir, serta mampu memecahkan masalah melalui bakat yg dimilikinya. Pada model pembelajaran berbasis masalah prestasi belajar matematika siswa dengan kreativitas tinggi dan sedang dimungkinkan sama baiknya, dan prestasi belajar matematika siswa dengan kreativitas tinggi lebih baik daripada to user belajar matematika siswa dengan siswa dengan kreaivitas rendah,commit serta prestasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
kreativitas sedang dimungkinkan lebih baik daripada siswa dengan kreativitas rendah. Peran siswa dalam model pembelajaran langsung hanya mendengarkan baik dalam bentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktek. Pembelajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa. Pembelajaran yang didominasi oleh guru sebagai sumber informasi. Akibatnya siswa cenderung pasif dan mudah jenuh dengan
hanya memperhatikan
mengaplikasikan
ke
dalam
guru,
bentuk
menghafal soal
untuk
rumus
tertentu
menyelesaikan
dan suatu
permasalahan. Oleh karena itu, kreativitas siswa tidak mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa. Model pembelajaran yang
diterapkan oleh guru tidak semua cocok
dengan kreativitas siswa. Oleh karena itu, seorang guru harus tepat dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teori, kerangka berpikir dan permasalahan yang diajukan, dapat dirumuskan hipotesis penelitian seperti berikut. 1. Siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan model penemuan terbimbing mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik daripada siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan model pembelajaran berbasis masalah dan model pengajaran langsung pada pokok bahasan trigonometri. Siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan model pembelajaran berbasis masalah mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik daripada siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan model pembelajaran langsung pada pokok bahasan trigonometri. 2. Siswa dengan kreativitas tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa dengan kreativitas yang sedang dan rendah. Sedangkan siswa dengan kreativitas yang sedang lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa dengan kreativitas yang rendah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
3. Siswa dengan kreativitas tinggi, prestasi belajar matematika siswa dengan pembelajaran model penemuan terbimbing lebih baik daripada siswa dengan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran langsung. Prestasi belajar matematika siswa dengan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada siswa dengan model pembelajaran langsung. Siswa
dengan
kreativitas
sedang,
prestasi
belajar
siswa
dengan
pembelajaran model penemuan terbimbing dan model pembelajaran berbasis masalah memberikan hasil yang sama, dan prestasi belajar siswa dengan pembelajaran model penemuan terbimbing dan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran langsung. Sedangkan siswa dengan kreativitas rendah, model penemuan terbimbing, model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran langsung memberikan hasil yang sama dalam prestasi belajarnya. 4. Pada model penemuan terbimbing, prestasi belajar matematika siswa dengan kreativitas tinggi lebih baik daripada siswa dengan kreativitas sedang dan rendah. Prestasi belajar matematika siswa dengan kreativitas sedang lebih baik daripada siswa dengan kreativitas rendah. Pada model pembelajaran berbasis masalah, prestasi belajar matematika siswa dengan kreativitas tinggi dan sedang memberikan hasil yang sama dan siswa dengan kreativitas sedang lebih baik daripada siswa dengan kreativitas rendah. Pada model pembelajaran langsung, prestasi belajar matematika siswa memberikan hasil yang sama untuk siswa dengan kreativitas tinggi, kreativitas sedang, dan kreativitas rendah.
commit to user