BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan diuraikan tentang landasan teori yang sesuai dengan masalah yang terkait dengan penelitian tentang dampak sertifikasi dalam peningkatan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga. Landasan teori akan menjelaskan tentang tinjauan pustaka yang akan diuraikan dalam penjelasan dibawah ini : 2.1.SERTIFIKASI 2.1.1.Pengertian Sertifikasi Proses sertifikasi dipandang sebagai bagian yang esensial dalam upaya memperoleh sertifikat pendidik. Pelaksanaan sertifikasi mencakupi adanya uji kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.Uji kompetensi yang dilakukan dalam sertifikasi bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai keprofesionalan guru yang diukur dari ketercapaian standar kompetensi guru. Menurut Mulyasa (2007:34) Sertifikasi merupakan proses uji kompetensi bagi calon guru atau guru yang ingin memperoleh pengakuan dan atau meningkatkan kompetensi sesuai yang dipilihnya. Mulyasa (2007:33) Pengertian sertifikasi dalam Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, mengemukakan bahwa Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga professional. Sedangkan Kunandar (2009:79) mengemukakan sertisikasi guru sebagai upayah peningkatan mutu guru dibarengi dengan peningkatan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan Indonesia secara berkelanjutan. Berdasarkan pengertian yang telah diungkapkan tersebut maka yang dimaksud dengan sertifikasi dalam penelitian ini adalah suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu,setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi yang dibuktikan dengan sertifikasi pendidik. 2.1.2.Dasar Hukum,Tujuan dan Manfaat Sertifikasi guru
Dasar hukum yang digunakan sebagai acuan pelaksanaan sertifikasi guru menurut Dr.Marselus R.Payong,M.Pd (2011:84-85) dapat ditelusuri dari amanat Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 42 ayat 1 yang berbunyi bahwa pendidikan guru harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar,sehat jasmani dan rohani,serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Amanat ini kemudian dipertegas melalui Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tetang Guru dan Dosen (UUGD) yang disahkan pada tanggal 30 Desember 2005. Pasal yang menyatakannya yaitu tercantum dalam pasal 8 yang berbunyi guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untukmewujudkan tujuan pendidikan nasional selanjutnya Mentri Pendidikan Nasional meminta Fatwa kepada Mentri Hukum dan Ham dan dikeluarkanlah Fatwa No.IUM.01.02-253 tanggal 23 Maret 2007 tentang Fatwa hukum berdasarkan Fatwa hukum menteri Pendidikan Nasional menetapkan Peraturan mentri Pendidikan Nasional No.18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru dalam jabatan, Pasal 2 ayat 1 dan 2 berbunyi”Sertifikasi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji kompetensi untuk memperoleh serifikat pendidik dan pasal 2 ayat 4 dan 5 berbunyi bagi guru dalam jabatan yang lulus penilaian Portofolio maka langsung mendapatka sertifikasi pendidik,sementara guru yang belum lulus Portopolio diharuskan mengikuti pendidikan dan pelatihan profesi guru (PLPG) yang dilaksanakan oleh perguruan tinggi penyelenggaraan sertifikasi guru. Tujuan sertifikasi
guru menurut Dr.Marselus R.Payong M.Pd. (2011:76-77)
adalah sebagai berikut: 1.Sertifikasi dilakukan untuk menentukan kelayakkan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dalam rangka mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional 2.Sertifikasi juga dilakukan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan. 3. Sertifikasi untuk meningkatkan martabat guru. 4.Sertifikasi untuk meningkatkan profesionalisme guru. Tujuan sertifikasi yang telah diungkapkan pada dasarnya sertifikasi bertujuan untuk meningkatkan atau menstimuluskan agar kompetensi guru meningkat atau
mencapai standar yang telah ditetapkan sehingga dengan meningkatnya kompetensi guru maka akan berdampak terhadap kualitas pendidikan. Berkenaan dengan manfaat sertifikasi guru menurut Dr.Marselus R.Payong M.Pd. (2011:77) dalam Undang-Undang No.14 sebagai berikut: 1.Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten yang dapat merusak citra guru. 2.Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan tidak profesional. 3.Meningkatkan kesejahteraan guru. Selanjunya manfaat sertifikasi menurut Mulyasa (2007:35-36) mengungkapkan bahwa sertifikasi memiliki dua manfaat secara umum 1.Pengawasan Mutu a.Lembaga sertifikasi yang telah mengidentifikasi dan menentukan seperangkat kompetensi yang bersifat unik b.Untuk setiap jenis profesi dpat mengarahkan para praktisi untuk mengembangkan tingkat kompetensinya secara berkelanjutan. c.Peningkatan profesionalisme melalui mekanisme seleksi, baik pad waktu awal masuk organisasi profesi maupun pengembangan karir selanjutnya. d.Proses seleksi yang baik program pelatihan yang lebih bermutu maupun usaha belajar secara memadai untuk mencapai peningkatan profesionalisme. 2.Penjamin Mutu a.Adanya proses pengembangan profesionalisme dan evaluasi terhadap kinerja praktisi akan menimbulkan presepsi masyarakat dan pemerintah menjadi lebih baik terhadap organisasi profesi beserta anggotanya. b.Sertifikasi jaminan informasi yang berharga bagi para pelanggan atau pengguna yang ingin memperkerjakan orang dalam bidang keahlian dan ketrampilan tertentu.
2.2. Pelaksanaan Sertifikasi Berdasarkan pelaksanaanya sertifikasi menurut Dr.Marselus R.Payong M.Pd. (2011:95101) dilaksanakan melalui Portofolio dan Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG). Adapun penjelasan kedua cara tersebut ialah sebagai berikut: a.Sertifikasi Melalui Penilaian Portofolio
Para guru dalam jabatan mengumpulkan
yang akan mengikuti sertifikasi diharuskan
dokumen-dokumen
Portofolio
yang
mencakup
pencapaian,prestasi,pengalaman kerja atau pendidikan dan pelatihan yang telah diikuti sebelumnya. Portofolio adalah dokumen atau bukti-bukti fisik yang memperlihatkan prestasi dan kemampuan serta pengalaman yang dimiliki guru dalam menjalankan tugas profesinya sebagai guru. Terdapat sepuluh komponen yang dinilai dalam rangka uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik melalui jalur portofolio yakni meliputi:(1) Kualifikasi akademik (2)Pendidikan dan pelatihan (3)Pengalaman Mengajar (4)Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran (5)Penilaian dari atas dan pengawasan (6)Prestasi akademik (7)Karya pengembangan profesi (8) Keikutsertaan dalam forum ilmiah (9) Pengalaman organisasi dengan bidang pendidikan dan (10) Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan. b.Sertifikasi Melalui Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) Penyelenggaraan PLPG adalah LPTK penyelenggaraan sertifikasi guru dalam jabatan yang telah ditetapkan pemerintah. PLPG dilaksanakan selama sekurangkurangnya 9 hari dengan bobot jam pertemuan (JP) 90 jam dengan alokasi 30 jam teori dan 60 jam praktik (satu jam setara dengan 50 menit). Sertifikasi melalui jalur pendidikan diorientasikan bagi guru yunior. Struktur kurikulum dibuat berdasarkan standar-standar kompetensi yang telah ditetapkan Ditjen Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional (2010:13-26) yaitu (1)Permendiknas No.16/2007 tentang Standr Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru(2) permendiknas No.12/2007 tentang Standar Pengawasan Sekolah/Madrasah dan (3)Permendiknas No.27/2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi konselor. Program sertifikasi guru melalui jalur PLPG dilaksanakan sekurang-kurangnya dua semester dan diakhiri dengan asesmen. Hasil assesmen digunakan untuk menentukan kelayakkan peserta mengikuti ujian kompetensi yang diselenggarakan oleh LPTK penyelenggara . Uji kompetensi terdiri dari uji tertulis dan uji kinerja. 2.3.Standar Kompetensi Kompetensi yang yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru sebenarnya menurut Prof.Dr.Slameto (2013:3) menjelaskan tentang kompetensi diartikan
spesifikasi dari pengetahuan,ketrampilan dan sikap yang dimiliki seseorang serta penerapannya didalam pekerjaan, sesuai standar kinerja yang dibutuhkan oleh lapangan. Guru yang berkompeten dapat menghasilkan lulusan yang berkompetan pula. Kompetensi dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 (2007:4) Tentang Guru dan Dosen ialah Seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalnya. Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2006:146) kompetensi ialah penampilan atau unjuk kerja yang dapat dipertanggungjawabkan (rasional) dalam upaya mencapai tujuan. Berdasarkan pengertian yang telah diungkapkan tersebut maka yang dimaksud dengan kompetensi dalam penelitian ini adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas atau kerja dalam upaya mencapai suatu tujuan. Guru professional harus memahami standar kompetensi guru yang menjadi dasar pelaksanaan kompetensi dalam pembelajaran dan sertifikasi guru.Kompetensi merupakan komponen utama dari standar profesi disamping kode etik sebagai regulasi perilaku profesi yang ditetapkan dalam prosedur dan sistem pengawasan tertentu. Kompetensi guru dapat di pahami dari penjelasan Mulyasa (2007:26) kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme. Kompetensi dasar harus memiliki standar –standar kompetensi supaya pendidik semakin berkompeten. Prof.Dr.Slameto.M.Pd.(2013:3) menjelaskan standar kompetensi adalah suatu pernyataan tentang criteria yang dipersyaratkan,ditetapkan dan disepakati bersama dalam bentuk penguasaan,pengetahuan,ketrampilan dan sikap bagi seorang pendidik sehingga layak disebut kompeten. Pendidik semakin berkompeten maka secara tidak langsung akan mengakibatkan meningkatnya kualitas dalam pembelajaran dan akhirnya dapat meningkatkan mutu pembelajaran. Menurut Prof.Dr.Slameto,M.Pd (2013:3) tujuan standar kompetensi jaminan dikuasainya tingkat kompetensi minimal oleh guru sehingga yang bersangkutan dapat melakukan tugasnya secara profesional,dapat dibina secara efektif dan efisien serta
dapat melayani pihak yang berkepetingan terhadap proses pembelajaran dengan sebaikbaiknya sesuai bidang tugasnya. Standar kompetensi guru dimanfaatkan sebagai acuan pelaksanaan uji kompetensi, penyelenggaraan diklat dan pembinaan selain itu juga sebagai acuan bagi pihak yang berkepentingan untuk melakukan evaluasi, pengembangan bahan ajar bagi pendidik.
2.4.1.Kompetensi Pedagogik Kompetensi Pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik. Menurut Mulyasa (2007:28) guru dikatakan telah menguasai kompetensi pedagogik jika guru menguasai (1)Kemampuan mengelola pembelajaran (2)Pemahaman terhadap peserta didik (3)Pengembangan kurikulum atau silabus (4)Perancangan pembelajaran (5)Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis (6)Pemanfaatan teknologi pembelajaran (7)Evaluasi pembelajaran (EHB) (8)Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Penjabaran lebih lanjut tentang indikator- indikator standar kompetensi Pedagogik guru sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang No.14 tahun 2005, tentang guru dan dosen diatur melalui peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No.16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi dan kompetensi guru kemudian dikutip oleh Dr.Marselus R.Payong,M.Pd.(2011:28-43) terdapat 12 indikator kompetensi pedagogik yaitu: 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional dan intelektual 2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.Tugas guru Menguasai teori belajar dan bagaimana teori tersebut diaplikasikan dalam pembelajaran . Menurut Dr.Marselus R.Payong,M.Pd.(2011:32-33) terdapat tiga teori belajar yang berpengaruh sampai sekarang yaitu teori behaviour, teori kongnitivisme dan teori humanistik-konstruktivis.
Teori pembelajaran behaviour adalah teori awal dalam pembelajaran yang menekankan pentingnya stimulus-stimulus dari luar untuk mempengaruhi siswa bisa belajar sehingga peserta didik adalah subyek pasif selanjutnya teori kongnitif merupakan proses pengelolahan informasi yang tidak dapat diamatiterjadi ketika mendapatkan informasi melalui panca indranya dan
yang terakhir teori
kongnitivisme menempatkan peserta didik menjadi subyek yang aktif. Menurut T.Raka Joni
dalam yang dikutip Dr.Marselus R.Payong,M.Pd.
(2011:33) menjelaskan pembelajaran yang mendidik adalah pembelajaran yang tidak hanya berupa penerusan informasi melainkan pembelajaran yang lebih banyak memberikan peluang bagi peserta didik untuk membentuk kecerdasan, pemerolehan pengetahuan dan ketrampilan. 3.
Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu.Guru diberi peluang untuk mengembangkan silabus dan RPP secara mandiri baik individual maupun wadah Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran ( MGMP) untuk menunjang proses pembelajaran yang optimal .
4.
Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.Pembelajaran yang mendidik adalah pembelajaran yang memotivasi peserta didik untuk belajar, tidak hanya belajar mentransfer pengetahuan dan ketrampilan karena itu kemasan pembelajaran yang dibuat guru hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip motivasional yang baik sehingga dapat mempengaruhi kemampuan belajar peserta didik. Menurut Dr.Marselus R.Payong,M.Pd.(2011:34) yang menjelaskan bahwa Salah satu pendekatan pembelajaran yang mendukung karakter pembelajaran yang mendidik adalah pendekatan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). 5.Memanfaatkan
teknologi
informasi
dan
komunikasi
untuk
kepentingan
pembelajaran. Menurut Mulyasa (2007:106)
pemanfaatan teknologi pembelajaran
penggunaan Teknologi dalam pendidikan dan pembelajaran (e-learning) dimaksud untuk memudahkan
atau mengefektifkan kegiatan pembelajaran.
6.Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki artinya guru harus bisa memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi
untuk memudahkan pembelajaran atau mengemas
pesan-pesan pembelajaran secara menarik sehingga dapat menggugah minat dan motivasi belajar peserta didik. 7. Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik artinya kegiatan pembelajaran adalah suatu bentuk komunikasi guru harus bisa berkomunikasi
secara
efektif
dengan
peserta
didik
supaya
pesan-pesan
pembelajaran dapat dipahami diamalkan lalu guru harus berkomunikasi secara empatik maksudnya guru mampu memahami kebutuhan peserta didik sehingga dapat menyesuaikan pelayannya secara tepat. Menurut Thomas Gordon yang dikutip Dr.Marselus R.Payong,M.Pd. (2011:39) hubungan guru dan peserta didik yang baik ditandai dengan beberapa ciri berikut: (1)Adanya keterbukaan dan tranparan sehingga memungkinkan keterusterangan dan kejujuran
satu
sama
lain
(2)Adanya
saling
perhatian
(3)Adanya
saling
ketergantungan satu sama lain (4)Adanya keterpisahan antara guru dan peserta didik untuk mengembangkan kreativitas
dan individualitas masing-masing (5)Adanya
pemenuhan kebutuhan bersama. 8.Menyelenggarakan penilaian dan evakuasi
proses dan hasil belajar. Dan
memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.Guru harus bisa mengembangkan alat penilaian yang tepat dan sahih untuk dapat mengukur kemajuan belajar dan hasil belajar peserta didik.penilaian hasil dimaksud untuk mengukur tercapainya tujuan-tujuan pembelajaran pada akhir dari satu unit pembelajaran tertentu. Dr.Marselus R.Payong,M.Pd. (2011:41) Hasil-hasil penilaian dimanfaatkan untuk melakukan perbaikkan,mendiagnosis kelemahan-kelemahan atau kesulitan yang dialami peserta didik atau menjadi bahan refleksi bagi guru atau sekolah untuk meningkatkan kinerja pelayanannya. Untuk melakukan penilaian yang baik guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut: (1)Penilaian hendaknya dilakukan secara objektif yakni menilai apa yang seharusnya dinilai serta terfokus pada kompetensi atau tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
(2)Penilaian hendaknya dilakukan secara menyeluruh dan komprehensif yakni mencakup
semua
aspek
kemampuan
atau
kompetensi
peserta
didik
(kongnitif,afektif dan perilaku). (3)Penilaian
hendaknya
menggunakan
alat-alat
ukur
yang
tepat
dengan
mempertimbangkan validitas dan rentabilitasnya (4)Penilaian hendaknnya bersifat mendidik artinya menjadi alat motivasi bagi peserta didik untuk belajar. (5)Penilaian hendaknya dilakukan secara berkesinambungan dan memperhatikan perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu 5. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.Tindakkan reflektif untuk melihat kembali efektivitas penggunaan metode yang sudah diterapkannya sehingga mengetahui kekurangan dan kelebihannya. Dr.Marselus R.Payong,M.Pd. (2011:42-43) menjelaskan melakukan tindakan reflektif guru mencatat secara teratur pengalaman-
pengalaman pembelajarannya
seusainya pembelajaran secara terus menerus sehingga guru dapat memperoleh pemahaman yang luas, meningkatkan tanggung jawab dan menemukan kekurangan dan kelebihannya. Guru melalui kompetensi pedagogik diharapkan dapat membimbing dan mengarahkan pembelajaran secara efektif sehingga meningkatkan mutu pembelajaran. 2.4.2.Kompetensi Kepribadian Kompetensi kepribadian guru adalah panutan dan contoh bagi siswa-siswanya, secara tidak langsung siswa akan mengikuti apa yang dilakukan oleh guru, maka berkepribadian baik adalah wajib bagi seorang guru. Menurut Mulyasa (2007:117) berdasarkan Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Kompetensi kepribadian sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadi peserta didik. Pribadi guru juga berperan dalam keberhasilan pendidikan, khususnya dalam pembelajaran dan pribadi guru berperan membentuk kepribadian peserta didik karena
manusia merupakan makhluk yang suka mencontoh termasuk mencontoh pribadi gurunya dalam membentuk pribadinya maka dari itu kompetensi kepribadian sangat dibutuhkan peserta didik. Penjabaran lebih lanjut tentang indikator- indikator standar kompetensi Kepribadian guru sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang No.14 tahun 2005, tentang guru dan dosen diatur melalui peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No.16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi dan kompetensi guru kemudian dikutip oleh Dr.Marselus R.Payong,M.Pd.(2011:51-61) terdapat 5 indikator Kompetensi Kepribadian yaitu: 1.Bertindak sesuai norma Agama,Hukum,Sosial dan Kebudayaan Nasional Indonesia. 2.Pribadi yang jujur,Berakhlak Mulia dan teladan bagi peserta dan masyarakat. 3.Pribadi yang mantap,Stabil,Dewasa,Arif dan Berwibawa. 4.Menunjukan Etos kerja,Tanggung jawab,Rasa bangga menjadi gur dan rasa percaya diri 5.Menjunjung Tinggi Kode etik guru Menurut Hermawan dalam buku Dr.Marselus R.Payong,M.Pd.(2011:59-60) menjelaskan bahwa, kode etik profesi apa saja pada umumnya memiliki beberapa tujuan yaitu (1) Untuk menjunjung tinggi martabat profesi (2)Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya (3)Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesinya (4)Untuk meningkatkan Mutu profesinya (5)Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi. Guru profesional terikat dengan kode etik profesionalnya karena
sudah
menjadi kewajiban bagi guru untuk menjunjung tinggi dan melaksanakan kode etik profesional itu secara konsisten Menurut Mulyasa (2007:119) kompetensi kepribadian ini memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM) serta mansejahterakan masyarakat,kemajuan negara dan bangsa pada umumnya. Berkaitan dengan hal tersebut, guru dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai,bahkan kompetensi ini akan melandasi atau Kompetensi kepribadian
akan menjadi landasan bagi kompetensi-kompetensi lainnya maka dari itu guru dituntut untuk memiliki kompetensi ini. Guru harus memiliki kompetensi kepribadian yang baik untuk memperkuat tiga kompetensi dasar lain yang harus dikuasai oleh guru.
2.4.3. Kompetensi Sosial Menurut Mulyasa (2007:173) Berdasarkan standar nasional pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir d dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Sekolah merupakan kesatuan yang terdiri dari pengajar, pengurus sekolah dan siswa. Sekolah tidak dapat berjalan jika tidak ada peserta didik, demikian juga peserta didik tidak dapat belajar tanpa adanya guru, hal ini menjelaskan begitu pentingnya interaksi sosial antara guru dan murid. Penjabaran lebih lanjut tentang indikator- indikator standar kompetensi Sosial guru sebagaimana yang diterapkan oleh Undang-Undang No.14 tahun 2005 tentang guru
dan
dosen
diatur
melalui
peraturan
Menteri
Pendidikan
Nasional(Permendiknas) No.16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi dan kompetensi guru kemudian dikutip oleh Dr.Marselus R.Payong,M.Pd. (2011:61-65) terdapat 4 indikator kompetensi sosial yaitu: 1.Guru harus memiliki standar kualitas terdapat tujuh kompetensi sosial agar dapat berkomunikasi dan bergaul secara efektif, baik disekolah maupun dimasyarakat . 2. Berkomunikasi secara efektif,empatik dan santun. Menurut Dr.Marselus R.Payong,M.Pd (2011:63-64) menjelaskan pengetahuan multikulturalisme bagi guru sangatlah penting karena menjadi dasar bagi guru untuk memupuk kemampuan komunikasinya dengan oranglain yang berasal dari latar belakang yang berbeda-beda sehingga mutu pembelajaran tercapai dengan baik. Komunikasi secara efektif komunikasi yang menarik, membangkitkan minat dan dapat
dipahami
orang
lain
sedangkan
komunikasi
secara
empatik
merupakankomunikasi yang memungkinkan komunitor dapat merasakan apa yang dirasakan oleh penerima pesan,berempati merupakan merasakan
apa yang
dirasakan seseorang dan kesesuaian dengan adat istiadat atau komunikasi secara santun 3.Beradaptasi ditempat tugas diseluruh Wilayah RI 4.Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain Menurut Dr.Marselus R.Payong,M.Pd.(2011:66) menjelaskan komunikasi dengan sejawat seprofesi maupun profesi lain,juga dapat dilakukan melalui penyajian hasil penelitian atau pemikiran dalam forum-forum ilmiah sebagai upayah untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Berkaitan dengan hal tersebut, guru dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai,bahkan kompetensi ini akan melandasi guru untuk berkomunikasi dan bergaul dimasyarakat.
2.4.4. Kompetensi Professional Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya,serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya. Setiap
subkompetensi tersebut memiliki
indikator esensial sebagai berikut: 1) Menguasai substansi keilmuan memiliki indikator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar; memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan menerapkan keilmuan dalam kehidupan sehari-hari. 2) Subkompetensi menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator esensial: menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan / materi bidang studi. Menurut Mulyasa1(2007:35) berdasarkan Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi professional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing pesrta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan. Kompetensi professional menurut Mulyasa (2007:136) secara umum dapat diidentifikasikan dan disarikan sebagai berikut: a) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainya. b) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik. c) Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya. d) Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi e) Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan sumber belajar yang relevan. f) Mampu mengoorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran g) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik h) Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.
Penjabaran lebih lanjut tentang indikator- indikator standar kompetensi Profesional guru sebagaimana yang diterapkan oleh Undang-Undang No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen diatur melalui peraturan Menteri Pendidikan Nasional(Permendiknas) No.16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi dan kompetensi guru kemudian dikutip oleh Dr.Marselus R.Payong,M.Pd.(2011:43-50) terdapat 12 indikator kompetensi profesional yaitu: 1.Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.Penguasaan terhadap materi menjadi salah satu prasyarat melaksanakan pembelajaran secara efektif . Menurut Dr.Marselus R.Payong,M.Pd. (2011:44) menjelaskan kesalahan atau ketidakmampuan menguasai konsep-konsep dalam mata pelajaran dapat berakibat fatal bagi para peserta didik,terlebih apabila konsep-konsep yang salah diajarkan kepada para peserta didik.
2.Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu.Penguasaan terhadap standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi prasyarat bagi guru untuk mengembangkan kurikulum ditingkat satuan pendidiknya.Melalui penguasaan tersebut guru dapat menjabarkan,menganalisis dan mengembangkan indikator-indikator pencapaian disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah serta kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dilayani.Kemampuan
ini
dapat
dilihat
pada
bagaimana
guru
dapat
mengembangkan rencana pembelajarannya (Silabus dan RPP). 3.Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.Dalam pengembangan materi pembelajaran ,guru dapat menggunakan model-model pengembangan sebagaimana yang telah dikuasai dalam teori-teori pembelajaran. Menurut Mulyasa (2007:139-140) dalam mengembangkan materi,guru perlu memperhatikan
prinsip-prinsip
sebagai
berikut:(1)validitas
artinya
ketepatan materi terkait dengan konsep keilmuannya (2)keberartian artinya signifikansi dari materi tersebut terhadap kebutuhan peserta didik (3)Relevan artinya bahwa materi yang dikembangkan harus sesuai juga dengan kemampuan siswa untuk menerimanya. (4) Kemenarikkan artinya hendaknya materi juga dapat mendorong siswa untuk mendalami lebih jauh atau menimbulkan rasa ingin tahu. (5)Kepuasan artinya materi yang diberikan dapat menimbulkan perasaan senang dan puas dalam diri siswa karena kebutuhan atau keinginannya terpenuhi. 4.Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. Menurut Dr.Marselus R.Payong, M.Pd.(2011:48) kegiatan pengembangan profesional berkelanjutan dilakukan melalui kegiatan pelatihan dalam jabaran yang dilaksanakan sekolah/dalam wadah kelompok guru (KKG atau MGMP), penelitian kolaboratif, penelitian tindakkan kelas, mengikuti workshop atau pelatihan-pelatihan fungsional lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Berkaitan dengan hal tersebut prinsip utama penguasaan kompetensi ini adalah agar materi pembelajaran yang akan dipelajari oleh peserta didik menjadi
bermakna bagi mereka sehingga tidak hanya diketahui tetapi dapat dihayati dan diamalkan oleh peserta didik. Menurut David Hustler dkk., yang dikutip Dr.Marselus R.Payong, M.Pd.(2011:47) menunjukkan bahwa (1)Pengembangan Profesional dilihat dari sebagai hal yang penting dan bermanfaat bagi sebagian besar guru karena sebagai alat untuk memperbaharui pengetahuan dan ketrampilan mereka demi siswa yang dilayani (2)Kegiatan pengembangan profesional berkelanjutan dapat memberikan manfaat yang lebih baik,jika dilaksanakan secara terstuktur dan terfokus serta kaitannya langsung dengan rencana pengembangan sekolah dan disajikan (3) Pengembangan profesional juga dapat dilihat sebagai faktor yang membatasi peluang-peluang guru untuk berkembang (4) Dukungan bagi guru dalam kegiatan pengemabangan profesional berkelanjutan dirasakan penting khususnya dalam hal dukungan pendanaan dan fasilitas yang dibutuhkan. Selanjutnya menurut Bolam yang dikuti Sugue kemudian dikutip oleh Dr.Marselus
R.Payong,M.Pd.
(2011:48)
menjelaskan
tujuan
akhir
dari
pengembangan profesional berkelanjutan adalah disisi untuk meningkatkan kinerja belajar siswa dan disisi lain untuk meningkatkan mutu pelayanan sekolah secara menyeluruh. Berkaitan dengan hal tersebut guru dituntut untuk melakukan melakukan pengembangan tindakkan refleksi supaya tercapai tujuan meningkatkan mutu. 5.Memanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri. Menurut Dr.Marselus R.Payong,M.Pd. (2011:48) pemanfaatan teknologi informasi bagi guru diperuntukkan bagi pengembangan diri atau berkomunikasi dengan kolega atau sejawat. Berkaitan hal tersebut membuat guru dapat mengembangkan dirinya melalui internet dan memudahkan untuk bertukar pikiran dengan kolega sehingga pemanfaatan teknologi dan informasi sehingga tercapai tujuan pembelajaran dengan baik. Standar kompetensi guru yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 16 Tahun 2007 yang dikutip Dr.Marselus R.Payong,M.Pd. (2011:43-65) tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
Tabel 2.1. Standar Kompetensi Guru Mata Pelajaran di SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan SMK/MAK No. 1.
Kompetensi Kompetensi Pedagogik
2.
Kompetensi Kepribadian
Kompetensi Inti Guru 1.Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional dan intelektual 2.Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik 3.Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu. 4.Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. 5.Memanfaatkan teknilogi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran. 6.Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. 7.Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik. 8.Menyelenggarakan penilaian dan evakuasi proses dan hasil belajar. 9.Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran. 10.Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. 1.Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional Indonesia. 2.Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat. 3.Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa. 4.Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru dan rasa percaya diri. 5.Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
3.
Kompetensi Sosial
1.Bersikap inklusif, bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga dan status sosial ekonomi. 2.Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat. 3.Beradaptasi di tempat bertugas diseluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya. 4.Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
4.
Kompetensi Profesional
1.Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. 2.Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu. 3.Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif 4.Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. 5.Memanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri.
Dua puluh empat kompetensi inti guru ini merupakan penjabaran dari standar kompetensi guru. Penjabaran ini juga dipergunakan untuk mengarahkan guru dalam mengartikan standar kompetensi guru yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri.
2.4.Mutu pembelajaran 2.4.1.Konsep Mutu Mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan oleh pelanggan Mutu atau kualitas menitikberatkan fokusnya pada kepuasan pelanggan (konsumen). Barang atau jasa yang dihasilkan diupayakan agar sesuai dengan keinginan pelanggan. Engkoswara (2010:304) mengemukakan bahwa mutu bukanlah konsep yang mudah untuk didefinisikan apalagi untuk mutu jasa yang dapat dipersepsi secara beragam. Mutu dapat didefinisikan beragam berdasarkan kriterianya sendiri seperti:
1) Melebihi dari yang dibayangkan dan diingnkan 2) Kesesuaian antara keinginan dan keyataan 3) Sangat cocok dengan pemakaian 4) Selalu ada perbaikan dna penyempurnaan 5) Dari awal tidak ada kesalahan 6) Membahagiaan pelanggan 7) Tidak ada cacat atau rusak Menurut Edward Deming yang dikutip Engkoswara (2010:306) menjelaskan meskipun mutu mencakup kesesuaian atribut produk dengan tuntutan konsumen, namun mutu harus lebih dari itu terdapat empatbelas poin penting yang dapat membawa/membantu manager mencapai perbaikan dalam kualitas yaitu : 1) Menciptakan kepastian tujuan perbaikan produk dan jasa 2) Mengadopsi filosofi baru dimana cacat tidak bisa diterima 3) Berhenti tergantung pada inspeksi missal 4) Berhenti melaksanakan bisnis atas dasar harga saja 5) Tetap dan continue memperbaiki system produksi dan jasa 6) Melembagakan metode pelatihan kerja modern 7) Melembagakan kepemimpinan 8) Menghilangkan rintangan antar departemen 9) Hilangkan ketakutan 10) Hilangkan/kurangi tujuan-tujuan jumlah pada pekerja 11) Hilangkan managemen berdasarkan sasaran 12) Hilangkan rintangan yang merendahkan pekerja jam-jaman 13) Melembagakan program pendidikan dan pelatihan yang cermat 14)Menciptakan struktur dalam managemen puncak yang dapat melaksanakan transformasi. 2.4.2.Konsep Pembelajaran Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama ,menurut Surya (2003:7) memaparkan bahwa
pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Variasi model pembelajaran harus dikuasai oleh guru dan tentu saja disesuaikan dengan materi pelajarannya. Surya (2003:7-10) memaparkan prinsip-prinsip pembelajaran sebagai berikut: 1)Pembelajaran sebagai usaha memeperoleh perubahan perilaku. Prinsip ini mengandung makna bahwa ciri utama proses pemeblajaran ialah adanya perubahan perilaku dalam diri individu. Perubahan perilaku tersebut mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a) Perubahan yang disadari. b) Perubahan yang bersipat kontinu. c) Perubahan ynag bersipat fungsional. d) Perubahan yang bersipat positif. e) Perubahan yang bersipat aktif. f) Perubahan yang bersipat permanen. g) Perubahan yang bersipat terarah. 2)Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secar keseluruhan. Prinsip ini mengandung makna bahwa perubahan perilaku sebagai hasil pemeblajaran adlah meliputi semua aspek perilaku dna bukan hanya satu atau dua aspek saja. Perubahan ini meliputi aspek-aspek perilaku kogkitif, konatif, afektif, dan motorik. 3)Pembelajaran merupakan suatu proses. Prinsip ini mengandung makna bahwa pembelajaran merupakan aktivitas yang berkesinambungan. Di dlam aktivitas itu ada tahapan-tahapan aktivitas ynag sistematis dan terarah. Pembelajaran merupakan suatu rangkaian aktivitas yang dinamis dna saling berkaitan. Pembelajaran tidak dapat dilepaskan dari interaksi dengan lingungan, jadi selama proses pemeblajaran itu berlangsung , individu akan senantiasa berada dalm berbagai aktivitas yang tida terlepas drai lngkungannya.
4) Proses pembelajaran terjadi karena danya sesuatu tujuan yang kan dicapai. Prinsip ini menandung makna bahwa aktivitas pembelajaran terjadi karena adanya kebutuhan yang harus dipuaskan, dan adanya tujuan yang hendak dicapai. Pembelajarna kan terjadi apabila individu merasakan adanya kebutuhan yang mendorong dan ada sesuatu yang peru dicapi untuk memenuhi kebutuhanya. 5) Pembelajaran merupakan bentu pengalaman. Pengalaman pada dasranya adalah kehidupa melalu situasi ang nyata. Dengan tujuan tertentu. Pembelajran merupakn interaksi individidu dengan lingkungannya sehingga banyak memberikan pengalaman yang nyata. Perubaha perilaku dalam pembelajaran pada dasarnya merupkan pengalaman. Proses interaksi antara pendidik dan peserta didik menjadi sangat penting dalam pembelajaran karena tanpa adanya interaksi edukatif poses pembelajaran tidak akan efektif. Hal ini karena komunikasi yang dihasilkan hanya satu arah yaitu dari pendidik kepada peserta didik. Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasonal Pembelajaran adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU No. 20/2003, Bab I Pasal Ayat 20). Proses interaksi siswa dapat dibina dan merupakan bagian dari proses pembelajaran, seperti yang dikemukan oleh Corey dalam Syaiful Sagala (2003:61)
dikatakan bahwa
Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi- kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu. Selanjutnya Syaiful Sagala (2003:63) menyatakan bahwa pembelajaran mempunyai dua karakteristik yaitu Pertama,dalam proses pembelajaran melibatkan proses berfikir.kedua,dalam proses pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses Tanya jawab menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa,yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri. Berkaitan dengan hal tersebut,proses pembelajaran yang baik dapat dilakukan oleh siswa baik didalam maupun diluar kelas dan dengan karakteristik yang dimiliki
oleh siswa diharapkan mereka mampu berinteraksi dan bersosialisasi dengan temantemannya secara baik dan bijak. Pembelajaran bukan hanya berati transfer informasi tetapi bagaimana membuat peserta didik agar bisa belajar secara maksimal. Peran guru tentu saja bukan hanya sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pembimbing dan pelayan siswa. Pembelajaran merupakan upaya guru untuk membangkitkan yang berarti menyebabkan atau mendorong seseorang (siswa) belajar. Sedangkan
menurut Sa’ud (2010:124) mengemukakan bahwa pembelajaran
merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Pembelajaran sebagai suatu proses harus dirancang, dikembangkan dan dikelola secara kreatif, dinamis, dengan menerapkan pendekatan multi untuk menciptakan suasana dan proses pembelajaran yang kondusif bagi siswa. Dalam hal ini guru dituntut untuk kreatif dalam menyususn rencana pembelajaran yang akan diaplikasikannya dlam proses pembelajaran. 2.4.3 Mutu Pembelajaran Mutu sekolah ditentukan oleh tiga variabel, yakni kultur sekolah, proses belajar mengajar, dan realitas sekolah. Kultur sekolah merupakan nilai-nilai, kebiasaankebiasaan, upacara-upacara, slogan-slogan, dan berbagai perilaku yang telah lama terbentuk di sekolah dan diteruskan dari satu angkatan ke angkatan berikutnya, baik secara sadar maupun tidak. Kultur ini diyakini mempengaruhi perilaku seluruh komponen sekolah, yaitu guru, kepala sekolah, staf administrasi, siswa, dan juga orang tua siswa. Kultur yang kondusif bagi peningkatan mutu akan mendorong perilaku warga kearah peningkatan mutu sekolah, sebaliknya kultur yang tidak kondusif akan menghambat upaya menuju peningkatan mutu sekolah. Mutu pembelajaran dapat dikatakan sebagai gambaran mengenai baik-buruknya hasil yang dicapai oleh peserta didik dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Sekolah dianggap bermutu bila berhasil mengubah sikap, perilaku dan keterampilan peserta didik dikaitkan dengan tujuan pendidikannya. Mutu pendidikan sebagai sistem selanjutnya tergantung pada mutu komponen yang membentuk sistem, serta proses
pembelajaran yang berlangsung hingga membuahkan hasil.Mutu pembelajaran merupakan hal pokok yang harus dibenahi dalam rangka peningkatan mutu pendidikan dalam hal ini guru menjadi titik fokusnya. Berkenaan dengan ini Suhadan (2010:67) mengemukakan pembelajaran pada dasarnya merupakan kegiatan akademik yang berupa interaksi komunikasi anatara pendidik dan peserta didik proses ini merupakan sebuah tindakan professional yang bertumpu pada kaidah-kaidah ilmiah. Aktivitas ini merupakan kegiatan guru dalam mengaktifkan proses belajar peserta didik dengan menggunakan berbagai metode belajar. Berkaitan dengan pembelajaran yang bermutu, Pudji Muljono (2006:29) menyebutkan bahwa konsep mutu pembelajaran mengandung lima rujukan, yaitu (1)Kesesuaian meliputi indikator sebagai berikut: sepadan dengan karakteristik peserta didik, serasi dengan aspirasi masyarakat maupun perorangan, cocok dengan kebutuhan masyarakat, sesuai dengan kondisi lingkungan, selaras dengan tuntutan zaman, dan sesuai dengan teori, prinsip, dan / atau nilai baru dalam pendidikan.(2)Pembelajaran yang bermutu juga harus mempunyai daya tarik yang kuat, indikatornya meliputi: kesempatan belajar yang tersebar dan karena itu mudah dicapai dan diikuti, isi pendidikan yang mudah dicerna karena telah diolah sedemikian rupa, kesempatan yang tersedia yang dapat diperoleh siapa saja pada setiap saat diperlukan, pesan yang diberikan pada saat dan peristiwa yang tepat, keterandalan yang tinggi, terutama karena kinerja lembaga clan lulusannya yang menonjol, keanekaragaman sumber baik yang dengan sengaja dikembangkan maupun yang sudah tersedia dan dapat dipilih serta dimanfaatkan untuk kepentingan belajar, clan suasana yang akrab hangat dan merangsang pembentukan kepribadian peserta didik.(3)Efektivitas pembelajaran sering kali diukur dengan tercapainya tujuan, atau dapat pula diartikan sebagai ketepatan dalam mengelola suatu situasi, atau “doing the right things”. Pengertian ini mengandung ciri: bersistem (sistematik), yaitu dilakukan secara teratur, konsisten atau berurutan melalui tahap perencanaan, pengembangan, pelaksanaan, penilaian dan penyempurnaan, sensitif terhadap kebutuhan akan tugas belajar dan kebutuhan pernbelajar, kejelasan akan tujuan dan karena itu dapat dihimpun usaha untuk mencapainya, bertolak dari kemampuan atau kekuatan mereka yang bersangkutan (peserta didik, pendidik,
masyarakat dan pemerintah).(4)Efisiensi pembelajaran dapat diartikan sebagai kesepadanan antara waktu, biaya, dan tenaga yang digunakan dengan hasil yang diperoleh atau dapat dikatakan sebagai mengerjakan sesuatu dengan benar. Ciri yang terkandung meliputi: merancang kegiatan pembelajaran berdasarkan model mengacu pada kepentingan, kebutuhan kondisi peserta didik pengorganisasian kegiatan belajar dan pembelajaran yang rapi, misalnya lingkungan atau latar belakang diperhatikan, pemanfaatan berbagai sumber daya dengan pembagian tugas seimbang, serta pengembangan dan pemanfaatan aneka sumber belajar sesuai keperluan, pemanfaatan sumber belajar bersama, usaha inovatif yang merupakan penghematan, seperti misalnya pembelajaran jarak jauh dan pembelajaran terbuka yang tidak mengharuskan pembangunan gedung dan mengangkat tenaga pendidik yang digaji secara tetap. Inti dari efisiensi adalah mengembangkan berbagai faktor internal maupun eksternal (sistemik) untuk menyusun alternatif tindakan dan kemudian memilih tindakan yang paling menguntungkan.(5) Produktivitas pada dasarnya adalah keadaan atau proses yang memungkinkan diperolehnya hasil yang lebih baik dan lebih banyak. Produktivitas pembelajaran dapat mengandung arti: perubahan proses pembelajaran (dari menghafal dan mengingat ke menganalisis dan mencipta), penambahan masukan dalam proses pembelajaran (dengan menggunakan berbagai macam sumber belajar), peningkatan intensitas interaksi peserta didik dengan sumber belajar, atau gabungan ketiganya dalam kegiatan belajar-pembelajaran sehingga menghasilkan mutu yang lebih baik, keikutsertaan dalam pendidikan yang lebih luas, lulusan lebih banyak, lulusan yang lebih dihargai oleh masyarakat, dan berkurangnya angka putus sekolah. Pembelajaran yang bermutu akan bermuara pada kemampuan guru dalam proses pembelajaran. Secara sederhana kemampuan yang harus dimiliki oleh guru yaitu kemampuan merencanakan pembelajaran, Proses pembelajaran, serta evaluasi pembelajaran. Mutu pembelajaran adalah ukuran yang menunjukkan seberapa tinggi mutu interaksi guru dengan siswa dalam proses pembelajaran dalam rangka pencapaian
tujuan
tertentu.
Proses interaksi ini dimungkinkan karena manusia
merupakan mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam kehiduannya. Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan dalam suasana tertentu dengan dukungan sarana dan prasarana pembelajaran tertentu tertentu pula oleh karena itu, keberhasilan
proses pembelajaran sangat tergantung pada: guru, siswa, sarana pembelajaran, lingkungan kelas, dan
budaya kelas. Semua indikator tersebut harus saling
mendukung dalam sebuah system kegiatan pembelajaran yang bermutu. Dalam
berbagai
input
pembelajaran seperti: siswa (kognitif,afektif atau psikomotorik), bahan
ajar,
metodologi
proses
pembelajaran
yang
bermutu
terlibat
(bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan
administrasi dan sarana prasarana dan sumber
daya
lainnya
serta
penciptaan
suasana yang kondusif. Mutu proses pembelajaran ditentukan dengan metode, input, suasana, dan kemampuan melaksan akan manajemen proses pembelaaran itu sendiri. Mutu proses pembelajaran akan ditentukan dengan seberapa besar mempuan memberdayakan sumberdaya yang ada untuk siswa belajar secara produktif.
Manajemen
sekolah,
dukungan
kelas
berfungsi
mensinkronkan
berbagai input tersebut atau mensinergik an semua komponen dalam interaksi (proses) belajar mengajar baik antara guru, siswa dan sarana pendukung di kelas maupun di luar kelas; baik konteks kurikuler maupun ekstra-kurikuler, baik dalam lingkup subtansi yang akademis maupun yang non-akademis dalam suasana yang mendukung proses pembelajaran. Mengacu pada PP No. 19 tahun 2005, standar proses pembelajaran yang sedang dikembangkan, maka lingkup kegiatan untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran. Pembelajaran yang bermutu dihasilkan oleh guru yang bermutu pula. Kecakapan guru dalam mengelola proses pembelajaran menjadi inti persoalannya. Tahapantahapan dalam proses pembelajaran menurut W.Surakhmad (1986:45-46) sebagai berikut: 1) Menetapkan tujuan pembelajaran yang kan dicapai. 2) Memilih dan melaksanakan metode yang tepat dan sesuai materi pelajaran serta memperhitungkan kewajaran metode tersebut dengan metode-metode yang lain. 3)Memilih dan mempergunakan alat bantu atau media guna membantu tercapainya tujuan.
4)Melakukan penilaian atau evaluasi pembelajaran. Pembelajaran yang bermutu adalah pembelajaran yang efektif yang pada intinya adalah menyangkut kemampuan guru dalam proses pembelajaran di kelas. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru akan sangat menentukan mutu hasil pembelajaran yang akan diperoleh siswa. Berdasarkan pengertian yang telah diungkapkan tersebut maka yang dimaksud dengan mutu pembelajaran dalam penelitian ini adalah baik-buruknya hasil yang dicapai oleh peserta didik dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Adanya sertifikasi guru sekolah seharusnya semakin meningkat mutu pembelajaran, Sekolah dianggap bermutu bila berhasil mengubah sikap, perilaku dan keterampilan peserta didik dikaitkan dengan tujuan pendidikannya. 2.5.Kerangka Pemikiran Kompetensi guru sesuai dengan standar kompetensi dalam undang-undang Nomor 14 tahun 2005 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial. Pemerintah memotivasi guru untuk meningkatkan kompetensinya agar menjadi guru yang profesional dengan mengeluarkan kebijakkan sertifikasi guru. Kebijakkan ini dikeluarkan sesuai dengan amanat dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 pasal 6 bahwa “guru wajib memiliki kualifikasi akademik,kompetensi,sertifikat pendidik,sehat jasani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.” Dalam setiap kegiatan mempunyai urutan langkah-langkah dari awal dan sampai selesai, Penelitian ini memiliki urutan langkah-langkah penyelesaian. GURU
Kompetensi Pedagogik
Kompetensi Kepribadia n
Kompetensi Sosial
Guru Sertifikasi
Kompetensi Pedagogik
Meningkatkan Mutu Pembelajaran Penelitian ini pada mulanya guru harus memiliki empat kompetensi kemudian akan di uji kompetensi untuk mendapatkan sertifikasi guru. Sertifikasi itu sendiri merupakan suatu proses untuk memberikan penghargaan kepada guru dengan menyerahkan sertifikasi sebagai bukti fisik guru tersebut memenuhi kompetensi,sebagai tenaga ahli dan proses mensejahterahkan guru . Guru yang memiliki sertifikasi dimata masyarakat sudah dianggap ahli dan dapat dipercaya oleh teman, sesama pendidik atau tenaga kependidikan sebagai orang yang mampu mengemban tanggung jawab yang besar dalam hal pendidikan sehingga memicu guru untuk memperbaiki kompetensinya dan bertindak sesuai dengan profesi dan memacu guru untuk memperbaiki kompetensinya dan bertindak sesuai kode etik. Secara tidak langsung guru sertifikasi kualitas dalam mengajar akan semakin meningkat dan selanjutnya akan meningkatkan mutu pembelajaran secara keseluruhan dan berkelanjutan, jika hal ini tercapai maka tujuan dari sertifikasi guru terpenuhi.
2.6.Penelitian Terdahulu Bachtiar Dwi Kurniawan (Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta). 2011. Judul skripsi Implementasi kebijakan sertifikasi guru dalam rangka meningkatkan profesionalitas guru di kota Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan bertujuan (1) untuk mengetahui implementasi kebijakan sertifikasi guru dalam jabatan khususnya jalur portofolio dalam rangka meningkatkan profesionalime guru.(2) Penelitian ini dimaksud kan untuk melihat dampak dari kebijakan sertifikasi guru terhadap profesionalitas guru di dalam melakukan proses belajar mengajar. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Berdasarkan dari analisa data yang ada, penelitian ini menemukan beberapa hal, diantaranya adalah: (1) Bagaimana pelaksanaan kebijakan sertifikasi guru? (2) dampak kebijakan, sertifikasi belum ada peningkatan profesionalitas guru secara signifikan. Sikap para guru dalam menjalankan sertifikasi terlihat hanya mengejar kesejahteraan semata, sementara mutu pengajaran kurang mendapat perhatian.
Hasil penelitian ini (1) Pelaksanaan kebijakan sertifikasi guru sertifikasi di Kota Yogyakarta menunjukkan performa yang sangat baik. Proses pelaksanaan berjalan dengan lancar dan bisa dikatakan sukses. Sejak 2006 sampai 2009 tingkat partisipasi guru mengikuti sertifikasisangat tinggi, tingkat kelulusan peserta sertifikasi guru melalui jalur portofolio SDN di Kota Yogyakarta sejak 2006 sampai dengan 2009 rata-rata mencapai 98,65%. Sebuah capaian angka prosentase yang sangat tinggi sehingga dari segi ouput kebijakan bisa dikatakan berhasil.(2) Dari segi dampak (impact), kebijakan sertifikasi guru khususnya guru Sekolah Dasar Negeri di Kota Yogyakarta, terjadi perubahan peningkatan performa kinerja profesionalitas guru tetapi belum signifikan. Sertifikasi belum memberikan dorongan yang berarti terhadap perubahan profesionalisme para guru dalam proses belajar mengajar. Pelaksanaan sertifikasi yang terjadi pada fase awal ini adalah baru sebatas pada perubahan kesejahteraan yang dalam hal ini adalah peningkatan pendapatan para guru lantaran adanya tambahan 1 kali gaji pokok bagi guru yang sudah tersertifikasi.