BAB II LANDASAN TEORI 2.1
Pengertian Persediaan Persediaan harus dimiliki sebuah perusahaan karena merupakan produk perusahaan yang harus dijual sebagai sumber pendapatan perusahaan. Persediaan merupakan salah satu aktiva perusahaan yang penting sekali, karena berpengaruh secara langsung terhadap kemampuan perusahaan memperoleh pendapatan. Persediaan harus dikelola dengan baik, agar perusahaan dapat menjual produknya dan memperoleh pendapatan sehingga tujuan perusahaan tercapai. Menurut Dwi Martani (2012 : 245) Persediaan adalah salah satu aset yang sangat penting bagi suatu entitas baik bagi perusahaan ritel, manufaktur, jasa maupun entitas lainnya. Menurut Kieso (2011 : 408) Inventories are asset items that a company holds for sale in the ordinary course of business, or goods that it will use or consume in the production of goods to be sold. persediaan adalah aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual dalam operasi bisnis normal, atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam memproduksi barang yang akan dijual.
9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Menurut Rudianto (2009 : 236) persediaan adalah sejumlah barang jadi, bahan baku, barang dalam proses yang dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk dijual atau diproses lebih lanjut. Menurut Achmad Tjahjono (2009 : 56) persediaan adalah barang barang yang dimiliki untuk dijual kembali atau digunakan untuk memproduksi barang barang yang akan dijual. Menurut Herry (2008 : 224) persediaan barang dagang adalah barang dagangan yang dimiliki oleh perusahaan dan sudah langsung dalam bentuk siap untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal perusahaan seharihari. 2.2
Klasifikasi Persediaan Klasifikasi persediaan menurut Kieso
(2011 : 408) memiliki 3 jenis
persediaan, yaitu : 1. Persediaan bahan baku (raw materials inventory) A company reports the cost assigned to goods and materials on hand but not yet placed into production. Biaya yang dibebankan ke barang dan bahan baku yang ada ditangan tetapi belum dialihkan ke produksi. Jenis jenis bahan baku dapat di golongkan menjadi bahan baku langsung dan bahan baku pembantu. Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang merupakan bagian daripada barang jadi yang dihasilkan. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku langsung ini mempunyai hubungan yang erat dan 10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
sebanding dengan jumlah barang jadi yang dihasilkan. Bahan baku pembantu adalah bahan baku yang ikut berperan dalam proses produksi, tetapi tidak secara langsung tampak pada barang jadi yang dihasilkan. 2. Persediaan barang dalam proses (work in process inventory) At any point in a continous production process some units are only partially processed. The cost of the raw material for these unfinished units. Plus the direct labor cost applied specifically to this material and a ratable share of manufacturing overhead cost. Barang dalam proses adalah
persediaan barang barang yang
merupakan keluaran dari tiap tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah dioalah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi. Pada setiap titik dalam proses produksi yang berkelanjutan, ada sejumlah unit yang belum selesai di proses sepenuhnya. Biaya bahan baku untuk produk yang telah dibuat tetapi belum selesai, ditambah biaya tenaga kerja langsung yang diaplikasikan secara khusus ke bahan baku ini dan biaya overhead yang dialokasikan merupakan persediaan barang dalam proses. 3. Persediaan barang jadi (finished goods inventory) Companies report the costs identified with the completed but unsold units on hand at the end of the fiscal period. Barang jadi adalah persediaan barang barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam bentuk produk dan siap untuk dijual dikirim kepada pelanggan. Biaya yang berkaitan dengan produk yang telah selesai 11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
tetapi belum terjual pada akhir periode fiskal dilaporkan sebagai persediaan barang jadi. 2.3
Sistem Pencatatan Persediaan Menurut Achmad Tjahjono dan Sulastiningsih (2009 : 59) sistem pencatatan persediaan dibagi menjadi dua, yaitu Sistem Persediaan Periodik (Periodic Inventory System) dan Sistem Persediaan Perpetual (Perpetual Inventory System).
2.3.1 Sistem Persediaan Periodik (Periodic Inventory System) Pada sistem periodik, persediaan barang dagangan tidak diikuti mutasi masuk keluarnya barang, sehingga besarnya persediaan barang dapat diketahui dengan cara penghitungan secara fisik barang di gudang. Oleh karena itu, sistem periodik sering disebut dengan sistem fisik. Pendapatan dari penjualan barang dagangan dicatat pada waktu penjualan dilakukan, tetapi biaya pokok atas barang yang terjual tidak dicatat pada saat yang sama. Biaya pokok barang yang terjual dihitung pada akhir tahun, setelah diketahui besarnya persediaan barang digudang.apabila perusahaan memberikan potongan tunai akan dicata secara terpisah dalam akun potongan penjualan. Demikian juga apabila ada pengembalian barang yang telah terjual, juga dicatat di akun yang terpisah yang disebut retur penjualan.akun potongan penjualan dan retur penjualan merupakan pengurang akun penjualan sehingga keduanya disebut sebagai akun kontra penjualan.
12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.3.2 Sistem Persediaan Perpetual (Perpetual Inventory System) Dalam sistem perpetual, baik jumlah penjualan maupun biaya pokok penjualan akan dicatat pada setiap penjualan. Cara demikian dapat dilakukan karena informasi tentang persediaan diikuti mutasi masuknya keluarnya, dalam sebuah buku pembantu persediaan. Sehingga harga pokok barang yang terjual dapat diketahui setiap saat. Sama seperti sistem periodik, potongan tunai yang diberikan perusahaan akan dicatat pada akun terpisah, yaitu akun potongan penjualan. Apabila terjadi pengembalian barang, selain mencatat adanya retur penjualan, juga mencatat pengurangan harga pokok penjualan dan barang dagangan yang diterima kembali. 2.4 Metode Penilaian Persediaan Metode penilaian persediaan menurut Herry (2008 : 231) dibedakan menjadi : 2.4.1 Metode FIFO (first-in, first-out) Dengan menggunakan metode FIFO, harga pokok dari barang yang pertama kali dibeli adalah yang akan diakui pertama kali sebagai harga pokok penjualan. Dalam hal ini, tidak berarti bahwa unit atau barang yang pertama kali dibeli adalah unit atau barang yang pertama kali akan dijual. Jadi, penekanannya di sini bukan bukan kepada unit atau fisik barangnya,
melainkan
lebih kepada
harga pokoknya.
Dengan
menggunakan metode FIFO, yang akan menjadi nilai persediaan akhir adalah harga pokok dari unit atau barang yang terakhir kali dibeli. 13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.4.2 Metode LIFO (last-in, first-out) Dengan menggunakan metode LIFO, harga pokok dari barang yang terakhir kali dibeli adalah yang diakui pertama kali sebagainharga pokok penjualan. Dalam hal ini, tidak berarti bahwa unit atau barang yang terakhir dibeli adalah unit atau barang yang pertama kali akan dijual. Sama seperti metode LIFO, penekanannya bukan kepada unit atau
fisik
barangnya,
melainkan
harga
pokoknya.
Dengan
menggunakan metode LIFO, yang akan menjadi nilai persediaan akhir adalah harga pokok dari unit atau barang yang pertama kali dibeli.
2.4.3 Metode rata-rata (average cost method) Dengan metode rata-rata harga pokok penjualan per unit dihitung berdasarkan rata rata harga perolehan per unit dari barang yang tersedia untuk dijual. Jika harga pokok dari barang yang dibeli adalah tetap sama (stabil), maka dapat dipastikan bahwa ketiga metode penilaian di atas masing masing akan menghasilkan besarnya nilai persediaan akhir yang sama, sehingga pengaruhnya terhadap besarnya harga pokok penjualan, laba kotor, serta laba bersih juga akan sama. Namun, begitu harga pokok atas barang yang dibeli berubah, maka masing masing dari ketiga metode penilaian tersebut di atas pada umumnya akan menghasilkan
14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
besarnya nilai persediaan akhir., harga pokok penjualan, laba kotor, dan laba bersih yang berbeda. 2.5
Sistem Penilaian Persediaan dengan Asumsi Arus Biaya Menurut Dwi Martani (2012 : 251) Terdapat tiga alternatif yang dapat dipertimbangkan oleh suatu entitas terkait dengan asumsi arus biaya :
2.5.1 Metode Identifikasi Khusus Identifikasi khusus biaya artinya biaya-biaya tertentu yang diatribusikan ke unit persediaan tertentu. Berdasarkan metode ini maka suatu entitas harus mengidentifikasikan barang yang dijual dengan tiap jenis persediaan secara spesifik. Metode ini pada dasarnya merupakan metode yang paling ideal karena terdapat kecocokan antara biaya dan pendapatan, tetapi karena dibutuhkan pengidentifikasian barang persediaan secara satu persatu, maka biasanya metode ini hanya diterapkan pada suatu entitas yang memiliki persediaan sedikit, nilainya tinggi, dan dapat dibedakan satu sama lain, seperti galeri lukisan. Dengan menggunakan metode identifikasi khusus maka perhitungan persediaan menggunakan sistem periodik. Hal ini karena dengan sistem identifikasi khusus nilai persediaan dikaitkan secara spesifik terhadap unit barang tertentu. Contoh dari entitas yang menggunakan metode ini adalah perusahaan yang menjual permata/perhiasan, barang antik atau barang seni, mobil mewah, dan lain sebagainya.
15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.5.2 Metode Biaya Masuk Pertama Keluar Pertama Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP) atau First In First Out (FIFO) mengasumsikan unit persediaan yang pertama dibeli akan dijual atau digunakan terlebih dahulu sehingga unit yang tertinggal dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian. Metode ini merupakan metode yang relatif konsisten dengan arus fisik dari persediaan terutama untuk industri yang memiliki perputaran persediaan tinggi. Salah satu kelebihan dari metode ini adalah dari sisi relevansi nilai persediaan yang disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan perusahaan. Hal ini dikarenakan nilai persediaan yang disajikan merupakan nilai yang didasarkan pada harga yang paling kini. Penggunaan metode ini menghasilkan Laporan Posisi Keuangan yang sesuai dengan nilai kini perusahaan. Sedangkan kelemahan dari penggunaan metode ini adalah tidak merefleksikan nilai laba yang paling akurat karena metode ini kurang cocok antara biaya dengan pendapatan. Dalam metode ini, biaya persediaan mengacu pada harga pembelian yang lebih dulu, sehingga biaya tersebut tidak cocok dengan pendapatan
yang
diperoleh
perusahaan.
Signifikansi
dari
ketidakcocokan ini akan bergantung pada tingginya perputaran persediaan perusahaan yang cepatnya perubahan harga barang. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan dan harga barang mengalami inflasi tinggi dalam waktu yang cepat, maka laba yang dicatat
16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
perusahaan dapat menjadi kebih besar dari yang sesungguhnya (overstated). 2.5.3 Metode Rata-RataTertimbang Metode rata rata tertimbang digunakan dengan menghitung biaya setiap unit berdasarkan biaya rata rata tertimbang dari unit yang serupa pada awal periode dan biaya unit serupa yang dibeli atau diproduksi selama suatu periode. Perusahaan dapat menghitung rata rata biaya secara berkala atau pada saat penerimaan kiriman. Untuk menghitung biaya persediaan dengan menggunakan metode rata rata tertimbang ini terlebih dahulu harus dihitung biaya rata rata per unit yaitu dengan membagi biaya barang yang tersedia untuk dijual dengan unit yang tersedia untuk dijual. Persediaan akhir dan beban pokok penjualan dihitung dengan harga rata rata tersebut.
17
http://digilib.mercubuana.ac.id/