BAB II LANDASAN TEORI Setelah di Bab 1 dijelaskan mengenai latar belakang, tujuan penelitian, rumusan masalah, batasan penelitian dan definisi operasional, maka di Bab 2 ini akan dijelaskan mengenai kerangka teori yang akan digunakan peneliti dalam melakukan penelitian. Dalam penelitian ini, program Reportase Investigasi menggunakan jenis media televisi sebagai media yang digunakan untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat. Yang diteliti oleh peneliti adalah bagaimana perubahan perilaku yang terjadi pada masyarakat setelah melihat tayangan Reportase Investigasi di Trans TV yang meliputi perubahan pada aspek kognitif, afektif dan konatif. Untuk memperjelas dalam suatu penelitian maka dibutuhkan landasan teori. Landasan teori merupakan bagian dari penelitian yang memuat konsep-konsep teoritis yang menjadi landasan untuk memperoleh perspektif ilmiah dalam perumusan hipotesis atau jawaban yang sedang dilaksanakan (Ruslan 2006: 266).
2.1 Kajian Hasil Penelitian Terkait
N o 1.
Nama Maria Fransiska Hadinata (Fiskom, UKSW)
Judul Skripsi Jurnalisme Investigasi pada Media Televisi (Program Acara Sigi 30 Menit di SCTV)
Tujuan
Metode Penelitian 1.Menggambar Kualitatif, kan aplikasi jenis jurnalisme penelitian investigasi deskriptif dalam program acara Sigi 30 Menit.
Hasil Tayangan Sigi 30 menit telah berhasil mengaplikasik an jurnalisme investigasi dalam setiap tayangannya.
2.Mempengaru hi faktor-faktor yang mempengaruhi aplikasi jurnalisme investigasi 9
2.
3.
pada pembuatan Sigi 30 Menit Windy Hubungan Menentukan Grahita antara hubungan (Universit Terpaan antara as tayangan reportase Padjadjara Reportase investigasi n) Investigasi trans tv dengan TRANS TV persepsi ibu dengan rumah tangga persepsi tentang tindak Penonton kejahatan dan pada Tindak penipuan. Kejahatan dan Penipuan
Aini Juniati (Universit as Riau)
Pengaruh Program reportase Investigasi Trans TV terhadap Kecemasan Orang tua.
Kuantitatif ,jenis penelitian deskriptif
Untuk Kuantitatif mengetahui adanya hubungan menonton tayangan reportase investigasi di Trans TV dengan kecemasan orang tua di Kelurahan Simpang Tiga, Pekanbaru
Ada hubungan antara terpaan tayangan reportase investigasi dengan persepsi ibuibu rumah tangga pada tindak kejahtan dan penipuan. Semakin jelas informasi yang diberikan tentang kejahatan dan penipuan, maka semakin kuat persepsi ibu-ibu rumah tangga pada tindak kejahatan dan penipuan. Hasilnya bahwa pengaruh Program reportaase Investigasi terhadap kecemasan orang tua di Kelurahan Simpang Tiga Pekanbaru tidak begitu besar, yaitu hanya 8,8% berpengaruh terhadap 10
4.
5.
Universits Pembangu nan Veteran Nasional
Stephani Gunawan (Universit as petra)
Pengaruh Tayangan Reportase Investigasi Trans TV terhadap kewaspadaan ibu-ibu
1.Untuk Kuantitatif mengetahui Korelasion adanya al hubungan menonton tayangan reportase investigasi di Trans TV dengan kewaspadaan di kalangan ibu-ibu.
2.Untuk mengetahui seberapa erat hubungan antara menonton tayangan reportase investigasi di Trans TV dengan kewaspadaan dikalangan ibu-ibu. Hubungan Mengetahui Kuantitatif terpaan hubungan eksplanasi program terpaan reportase program investigasi reportase Trans TV investigasi dengan Trans TV pengetahuan dengan pemirsa di pengetahuan
perilaku remaja sedangkan sisanya 91,2% lagi dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian ini. Ada hubungan antara tayangan reportase investigasi dengan tingkat kewaspadaan ibu-ibu.
Hubungan terpaan program reportase investigasi Trans TV dengan pengetahuan pemirsa di 11
6.
Robin (Universit as Bina Nusantara )
7.
Meyti Karmira Maha (Universit as Sumatera Utara)
Surabya terhadap tindak kriminalitas
pemirsa di Surabaya tentang tindak kriminalitas.
Pengaruh Program reportase Investigasi di Trans TV terhadap pesrepsi mahasiswa Binus University (studi tentang Episode SiomayBatagor berbalut Pemicu kanker) Tayangan kriminal Reportase Investigasi terhadap tingkat kewaspadaan masyarakat (studi korelasional antara tayangan
Mengetahui Kuantitatif pengaruh dari program reportase investigasi di Trans TV terhadap persepsi mahasiswa universitas Bina Nusantara khususnya pada episode siomay-batagor berbalut pemicu kanker. Mengetahui tingkat kewaspadaan masyarakat Permunas Mandala Kelurahan Kenangan Baru terhadap tingkat kriminal pemalsuan
Kuantitatif , korelasion al
Surabaya tentang tindak kriminalitas adalah positif, artinya semakin tinggi terpaan program reportase investigasi makin tinggi pula tingkat pengetahuan pemirsa di Surabaya tentang tindak kriminalitas. Terdapat hubungan antara menonton program acara reportase investigasi terhadap perubahan persepsi dari mahasiswa yang menonton.
Tingkat kewaspadaan masyarakat Perumnas Mandala Kelurahan Kenangan Baru meningkat setelah menonton tayangan 12
8.
Intan Kusuma Wardani (UKSW)
kriminal reportase Investigasi di Trans TV terhadap tingkat Kewaspadaa n masyarakat di Permunas mandala Kelurahan Kenangan Baru, Medan. Dampak Tayangan Reportase Investigasi Trans TV terhadap Perubahan Perilaku Masyarakat (studi kasus ibu-ibu PKK desa Delik, Tuntang)
produk-produk setelah menonton tayangan kriminal reportase Investigasi.
Untuk mengukur besarnya dampak tayangan Reportase Investigasi terhadap perubahan perilaku (kognitif, afektif, konatif) ibuibu PKK desa Delik.
reportase investigasi di Trans TV.
Kuantitatif eksplanatif
?
13
1.2
Komunikasi Massa Komunikasi merupakan salah satu hal yang paling penting dalam segala
aspek kehidupan manusia, karena setiap saat kita selalu menggunakan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Manusia sebagai mahkluk individu maupun makhluk sosial memiliki dorongan untuk bisa mengenal satu dengan lainnya, maka salah satu sarananya adalah dengan melakukan komunikasi. Oleh sebab itu, komunikasi merupakan kebutuhan yang mutlak bagi kehidupan manusia (Widjaja, 2002: 4). Secara etimologi, kata komunikasi berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”, communico, communication, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama (Mulyana, 2007: 46). “Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, figur, grafik dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi” (Mulyana, 2007: 68). Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui media tertentu, (Effendy, 1990: 9). Berkomunikasi
bukan
hanya
sekedar
berbicara,
namun
terdapat
komponen-komponen yang harus dipenuhi sehingga bisa dikatakan sedang melakukan berkomunikasi. Komponen-komponen itu disebut sebagai unsur komunikasi, yang terdiri dari (Mulyana, 2007: 69) : 1. Komunikator atau sumber yaitu pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi, atau disebut juga sebagai orang yang menyampaikan pesan. 2. Pesan yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. 3. Media atau saluran yaitu alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesan kepada penerima. 4. Komunikan atau penerima yaitu orang yang menerima pesan dari sumber. 14
5. Efek yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah menerima pesan.
Dalam melakukan komunikasi ada berbagai macam bentuk yang dilakukan oleh orang ketika melakukan komunikasi (Mulyana 2007: 80) yaitu : 1. Komunikasi Intrapribadi Adalah komunikasi yang dilakukan dengan diri sendiri atau tidak kita sadari. Contohnya : berfikir, merenung. 2. Komunikasi Interpribadi Adalah pertukaran informasi yang dilakukan oleh dua orang. 3. Komunikasi kelompok Adalah komunikasi antara seseorang dengan sekelompok orang dalam situasi tatap muka. 4. Komunikasi publik Adalah komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang yang tidak bisa dikenali satu per satu. Contohnya : pidato 5. Komunikasi media masa Adalah komunikasi yang menggunakan media massa, seperti majalah, televisi, radio dan surat kabar.
Dalam penelitian ini, yang menjadi fokus peneliti adalah komunikasi media massa, karena obyek penelitiannya merupakan bentuk penyajian program berita melalui media televisi. Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi) berbiaya relatif mahal, yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang tersebar dibanyak tempat kepada sejumlah besar orang yang tersebar dibanyak tempat, anonim dan heterogen (Mulyana, 2000: 83). Komunikasi massa adalah studi ilmiah tentang media massa beserta pesan yang dihasilkan, pembaca atau pendengar atau penonton yang akan coba diraihnya dan efeknya terhadap mereka ( Nurudin, 2007: 2 )
15
Adapun ciri-ciri komunikasi massa menurut (Nurudin, 2004: 16) antara lain: 1. Komunikasi massa berlangsung satu arah, ini berarti tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada komunikator. Dengan komunikasi yang bersifat satu arah akan membuat umpan balik (feedback) menjadi tertunda atau tidak langsung (delayed feedback ). 2. Komunikator dalam komunikasi massa melembaga. Artinya gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. 3. Pesannya bersifat umum. Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu, melainkan pesannya ditujukan kepada masyarakat plural. 4. Komunikan bersifat heterogen. Artinya penonton televisi beragam dari segi
pendidikan, jenis
kelamin,
status
sosial, ekonomi, agama,
kepercayaan yang berbeda-beda. 5. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan. Maksudnya keserempakan adalah proses penyebaran pesan-pesannya dimana khalayak bisa menikmati media massa dengan waktu yang bersamaan.
2.2.1 Efek Komunikasi Efek merupakan salah satu unsur dalam proses komunikasi. Efek adalah apa yang terjadi pada penerima setelah menerima pesan dari komukator (Laswell dalam Mulyana, 2007: 71). Contoh dari efek ini yaitu penambahan pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu, terhibur, perubahan sikap dari tidak setuju menjadi setuju, perubahan keyakinan, perubahan perilaku dari tidak bersedia membeli barang menjadi membelinya. Perubahan-perubahan itu adalah efek yang terjadi setelah menerima pesan dari komunikator. Sebuah komunikasi dikatakan efektif dan berhasil apabila menghasilkan efek-efek atau perubahan yang sebagaimana diinginkan oleh komunikator. Bisa dikatakan efek komunikasi menjadi indikator atau tolak ukur keberhasilan sebuah komunikasi (Effendy, 2000: 319), dimana efek komunikasi terdiri dari : 16
1. Efek kognitif yaitu efek yang berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan atau informasi. Dengan kata lain, khalayak yang semula tidak tahu menjadi tahu. Dalam efek kognitif membantu khalayak
untuk
mempelajari
informasi
yang
bermanfaat
dan
mengembangkan keterampilan kognitifnya. 2. Efek afektif yaitu efek ini mengarah pada perasaan setelah mengkonsumsi media. Dalam kaitannya dengan penelitian ini yaitu setelah melihat tayangan reportase investigasi. Efek ini berhubungan dengan emosi, sikap atau nilai. 3. Efek konatif (behavioural), yiatu bersangkutan dengan niat, tekad, upaya atau usaha yang merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati. Efek ini baru muncul setelah efek kognitif dan afektif terjadi dalam diri khalayak. 1.3
Media Televisi Televisi merupakan salah satu bentuk dari media massa elektronik.
Televisi bisa
diartikan dengan televisi siaran yang dapat dilakukan melalui
transmisi atau pancaran dan dapat juga disalurkan melalui kabel (televisi kabel). Televisi adalah salah satu bentuk media massa yang selain mempunyai daya tarik yang kuat, disebabkan unsur- unsur kata, musik dan sound efek, juga memiliki keunggulan yang lain yaitu unsur visual berupa gambar hidup yang menimbulkan pesan yang mendalam bagi pemirsanya (Effendy, 2004: 192). Televisi merupakan salah satu produk dari kemajuan tekhnologi yang telah berkembang dengan pesat. Dengan adanya televisi, masyarakat sudah dimudahkan untuk mendapatkan informasi. Namun dalam perkembangannya saat ini, televisi sebagai media penyiaran harus mampu bersaing dengan media lainnya, apalagi sekarang sudah muncul internet, sehingga seorang yang bekerja di lembaga televisi dituntut untuk memiliki kreatifitas atau skill yang bagus sehingga mampu menghadirkan program-program yang menghibur serta mendidik bagi masyarakat, agar masyarakat tetap menggunakan televisi sebagai media untuk memperoleh informasi.
17
Pemilihan televisi sebagai media yang dijadikan obyek penelitian bukanlah tanpa alasan. Melihat banyaknya kelebihan televisi dibandingkan dengan media lainnya, dimana kehadiran televisi sebagai sebuah jarum suntik atau jarum Hipodermik yang mempunyai peranan penting dalam mengubah perilaku masyarakat secara luas dalam satu waktu penayangan. Sifatnya yang audio visual menjadikan televisi lebih mudah dipilih oleh masyarakat karena dengan adanya gambar yang bergerak akan mempermudah dalam menyampaikan pesan kepada masyarakat. Di Indonesia, jumlah kepemilikan televisi mencapai 71,6% dari total jumlah penduduk di Indonesia (data yang dirilis International Telecomunication Union (ITU) pada Juni 2012).1 Ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia sebagian besar mempunyai media televisi. Kehadiran televisi sebagai media elektronik memiliki beberapa fungsi (Mulyana, 2000:35), diantaranya: 1.
Menghibur ( to entertaint)
2.
Mendidik ( to educate )
3.
Member informasi ( to inform )
4.
Sebagai kontrol social ( social control )
Televisi sebagai media setidaknya bisa memenuhi salah satu fungsi diatas. Televisi sebagai media informasi, mempunyai kekuatan yang ampuh dalam menyampaikan pesan atau memberikan informasi, karena melalui televisi kita mengetahui peristiwa yang terjadi tanpa terkendala jarak ruang dan waktu. Salah satunya melalui tayangan berita. Berita adalah laporan tentang suatu kejadian yang terbaru atau keterangan yang baru tentang suatu peristiwa. Menurut Iskandar (dalam Iswara, 2003: 40), berita dikategorikan menjadi tiga bagian, yaitu : 1. Hard News yaitu berita yang berisi peristiwa yang dianggap penting bagi masyarakat baik secara individu, organisasi maupun kelompok.
1
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&ved=0CHEQFjAH&ur l=http%3A%2F%2Fwww.fpptijatim.or.id%2Fpublic%2Fimages%2Fstories%2Fuwm1012%2Fwir atna.pdf&ei=wqxTUd_QMcTJrAfrmIGoCQ&usg=AFQjCNFORqte17P_trL_yYn8dfRP0KZGsQ &bvm=bv.44342787,d.bmk, diunduh tanggal 25 Maret 2013, pukul 10.22 wib.
18
2. Soft News atau feature yaitu berita yang sifatnya ringan, dimana dalam penyampainnya tidak segera, namun memeiliki daya tarik bag penonton. 3. Investigasi Report atau laporan penyelidikan yaitu jenis berita yang eksklusif, dimana datangnya tidak bisa diperoleh dipermukaan, tetapi harus didasarkan pada penyelidikan. Dalam menyajikan berita, juga dituntut kreatifitas karena persaingan media televisi yang semakin ketat dalam menyajikan program berita. Tanpa kreatifitas siaran televisi akan monoton dan sangat menjemukan penontonnya (Wahyudi, 1986:49-51). Terkadang orang malas untuk melihat berita, karena formatnya yang monoton dan informasi yang disampaikan antara stasiun televisi yang satu dengan lainnya kurang lebih hampir sama. Ini dijadikan sebuah tantangan baru bagi stasiun televisi untuk membuat berita dengan format yang lebih menarik, salah satunya berita dengan investigasi Report. Berita ini menyajikan sebuah informasi, dengan melakukan penyelidikan terhadap sebuah kasus berdasarkan fakta. Televisi telah memberikan banyak pengaruh pada kehidupan manusia, baik disadarai maupun tidak. Pengaruh itu bisa berupa pengaruh sosial, politik, ekonomi, budaya dan pertahanan suatu keamanan negara (Kuswandi, 1996:6). Maksudnya melalui pesan yang disampaikan, televisi telah mampu memberikan perubahan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Dalam sebuah acara televisi, ada 3 dampak yang ditimbulkan dari acara tersebut terhadap pemirsa menurut (Kuswandi, 1996: 99), yaitu: 1. Dampak kognitif yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televsi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa. Artinya seseorang akan terpengaruh dari segi pemikirannya. 2. Dampak peniruan yaitu pemirsa diharapkan pada trend aktual yang ditayangkan televisi. Artinya seseorang akan meniru apa yang ditampilkan di televisi, contohnya pakaian.
19
3. Dampak perilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Artinya seseorang meniru dalam hal perilaku seperti yang dilihat di televisi. 2.4
Jurnalisme Investigasi Reportase Investigasi merupakan salah satu karya jurnaslitik yang
melakukan peliputan berdasarkan berita atau informasi yang dikembangkan berdasarkan penelitian atau penyelidikan dari berbagai sumber. Reportase investigasi merupakan salah satu jenis berita dengan kategori Investigasi Report atau laporan penyelidikan yaitu jenis berita yang eksklusif, dimana datangnya tidak bisa diperoleh dipermukaan, tetapi harus didasarkan pada penyelidikan (Iswara, 2003:40 ). Istilah investigasi dalam jurnalisme pertama kali digunakan oleh Nellie Bly ketika menjadi reporter di Pittsburgh Dispatch tahun 1980 untuk menyelidiki kehidupan buruh dibawah umur (anak-anak) yang dipekerjakan dalam kondisi yang buruk. Laporan dari hasil jurnalisme investigasi ini merupakan sebuah kisah yang menguak sesuatu yang ditutupi, bukan hanya sekedar in-dept reporting, straight news maupun features news, sehingga dalam melaksanakan sebuah investigasi diperlukan penyelidikan yang mendalam dengan mengumpulkan berbagai fakta dan bukti yang mendukung suatu penyelidikan sehingga akan terkuak kasus yang disembunyikan. Ciri-ciri Jurnalisme Investigasi (Santana 2009: 240) yaitu: 1. Komponen moral Maksudnya bahwa tujuan dari kegiatan jurnalisme investigasi ini adalah memberitahu kepada masyarakat adanya pihak-pihak yang telah berbohong dan menutup-nutupi kebenaran. Menurut Mencher 2 komponen moral merupakan unsur penting didalam peliputan investigasi. Wartawan mengumpulkan segala bukti yang menguatkan fakta yang hendak disampaikan kepada masyarakat adalah di dorong oleh motivasi moral : 2
Melvin Mencher, 1997, New Reporting and Writing seventh Edison, Madison, WI: Brown&Benchmark Publisher, halm.263.
20
the desire to correct an injustice, to right or wrong, persuade the public to alter the situation. 2. Dangerous Project Jurnalisme investigasi merupakan kegiatan memproduksi pembuktian konklusif dan melaporkannya secara jelas dan simpel. Kegiatan ini harus didukung dengan fakta-fakta yang jelas, dimana untuk mengungkapkan suatu fakta bukanlah hal yang mudah karena fakta itu seringkali ditutuptutupi 3. Area tersembunyi Dalam invetigasi, ada kemungkinan narasumber melakukan corrupt, memanipulasi keterangan, sehingga data dan keterangan yang diperoleh oleh wartawan perlu dianalisis secara kritis. Tidak semua narasumber akan membeberkan semua informasi, sehingga diperlukan kejelian dari wartawan untuk menggali secara dalam. 4. Paper and people trails Paper trails yaitu melakukan penelusuran materi yang bersifat dokumentatif, sedangkan people trails yaitu kegiatan mencari dan mewawancarai narasumber. Tujuan jurnalisme investigasi adalah memberi tahu kepada masyarakat adanya pihak-pihak yang telah berbohong dan menutupi kebenaran. Masyarakat diharapkan menjadi lebih waspada terhadap pelanggaran yang dilakukan berbagai pihak, setelah mendapatakan bukti-bukti yang dilaporkan. Bukti-bukti ditemukan melalui pencarian dari berbagai sumber dan tipe informasi, penelaahan terhadap dokumen-dokumen yang signifikan dan pemahaman terhadap data statistik (Santana, 2009: 240 ). Menurut Wina (Santana, 2004: 12) bahwa laporan investigasi di Indonesia belum menjadi suatu tradisi yang melembaga di tubuh pers. Laporan investigasi belum memiliki dampak yang luas dan menonjol. Ia mengungkapkan sebab yang menghambat kegiatan peliputan investigative yaitu pers Indonesia masih menilai bahwa laporan investigatif adalah laporan yang memakai biaya tinggi. Proses liputannya menghabiskan waktu yang amat panjang. Hasil akhir (output) yang 21
tidak pasti memberikan halangan juga kepada gairah wartawan. Ditambah lagi resiko besar yang bisa timbul akibat peliputannya. Dan persyaratan modal kuat, keuletan, dan kesabaran yang harus dimiliki wartawan investigatif Indonesia, belum mendapat tempat di kalangan pers saat ini.
2.5
Terpaan Media Rosengren mengemukakan bahwa terpaan tayangan diartikan sebagai
penggunaan media oleh khalayak yang meliputi jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media, jenis media, jenis isi media, media yang dikonsumsi dan berbagai hubungan antara khalayak dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan (Rakhmat,2004:66). Dalam penelitian ini, jenis media yang digunakan adalah televisi dimana jenis isi media berupa berita karena Reportase Investigasi merupakan jurnalisme investigasi dimana jurnalisme investigasi merupakan salah satu bagian dari berita (Iskandar dalam Iswara, 2003: 40). Terpaan media berusaha mencari data khalayak tentang penggunaan media baik jenis media, frekuensi penggunaan maupun durasi penggunaan atau longevity. Frekuensi penggunaan media yaitu mengumpulkan data khalayak tentang berapa kali sehari seorang menggunakan media dalam satu minggu (untuk meneliti program harian), berapa kali seminggu seseorang menggunakan media dalam satu bulan (untuk program mingguan) serta berapa kali sebulan seseorang menggunakan media dalam satu tahun (untuk program bulanan. Untuk pengukuran variable durasi penggunaan media menghitung berapa lama khalayak bergabung dengan suatu media (berapa jam sehari) atau berapa lama (menit) khalayak mengikuti suatu program ( Ardianto & Erdinaya, 2004 :164 ). Hubungan antara khalayak dengan isi media meliputi attention atau perhatian. Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah (Rakhmat, 2000: 52).
22
2.6
Perilaku Perilaku atau tindakan yaitu sesuatu yang dilakukan atau perbuatan.
Tindakan juga bisa diartikan ketika seseorang setelah menerima stimulus, kemudian mengadakan penelitian atau pendapat terhadap apa yang telah diketahui untuk dipraktikkan. Dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh makhluk hidup (Notoatmodjo, 1987:1). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud di gerakan (sikap), tidak saja badan atau ucapan. Dalam kaitannya dengan ilmu komunikasi, perubahan perilaku yang dimaksud adalah adanya efek dari terpaan media, dalam hal ini tayangan reportase investigasi di Trans TV. Perubahan perilaku ini meliputi tiga aspek yaitu : 1. Efek kognitif yaitu efek yang berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan atau informasi. Dengan kata lain, khalayak yang semula tidak tahu menjadi tahu. 2. Efek afektif yaitu efek ini mengarah pada perasaan setelah mengkonsumsi media.dalam kaitannya dengan penelitian ini yaitu setelah melihat tayangan reportase investigasi. Efek ini berhubungan dengan emosi, sikap atau nilai 3. Efek konatif (behavioural), yiatu bersangkutan dengan niat, tekad, upaya usaha yang merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati. Efek ini baru muncul setelah efek kognitif dan afektif terjadi dalam diri khalayak. 2.7
Teori Kultivasi Penelitian tentang teori efek media masa kepada khalayak selalu
mengalami perkembangan. Berbagai pandangan dan temuan dari para ilmuwan digunakan untuk melengkapi dan memajukan teori efek dari media massa. Berbicara tentang media massa berarti berbicara tentang bagaimana isi pesan pada media dapat mengubah khalayak baik secara pola pikir, sikap maupun tindakan. Baik disengaja maupun tidak, suatu media akan memberikan efek, hanya saja ada tingkatan seberapa besar efek itu berpengaruh terhadap khalayak. McLuhan mengatakan bahwa televisi sebagai kekuatan dominan dapat membentuk
23
masyarakat. Hal ini juga disetujui oleh Gerbner. McLuhan memandang bahwa the medium is the message, sedangkan Gerbner percaya bahwa kekuatan televisi berasal dari muatan simbolis drama kehidupan masyarakat. Teori kultivasi adalah salah satu cara yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh televisi terhadap khalayak. Beberapa riset komunikasi massa menunjukkan dampak media massa terhadap masyarakat salah satunya televisi adalah dengan menggunakan teori kultivasi yang menjelaskan tentang dampak menyaksikan televisi pada persepsi, sikap dan nilai-nilai orang (Nurudin, 2007: 167). Teori ini berasal dari program riset jangka panjang dan ekstensi yang dilakukan oleh Gebrner dan para koleganya di Annberg School of Communication di University of Pennsylvania. Asumsi awal penelitian ini adalah bahwa televisi telah menjadi “tangan budaya” utama di masyarakat Amerika. Riset pertama yang dilakukan oleh Gerbner yaitu pada awal tahun 1960‐an tentang Proyek Indikator Budaya yaitu untuk mempelajari pengaruh menonton televisi. Ia ingin mengetahui dunia nyata seperti yang dibayangkan, dipersepsikan oleh penonton televisi (Nurudin, 2007: 167). Kajiannya adalah tradisi pengaruh media dalam jangka waktu panjang dan efek yang tidak langsung, dengan argumentasi awal, “televisi telah menjadi anggota keluarga yang penting”. Televisi tidak sekadar memberikan pengetahuan, informasi, atau melaporkan realitas peristiwa. Lebih dari itu, televisi berhasil menanamkan realitas bentukannya ke benak pemirsa. Apa yang dilihat di televisi merupakan realitas yang memang terjadi di masyarakat. Teori kultivasi merupakan teori sosial yang meneliti efek jangka panjang dari media televisi. Teori ini lebih memusatkan perhatiannya pada pengaruh dari media komunikasi, yaitu televisi terhadap khalayak. Analisis teori kultivasi menurut Gerbner bahwa televisi merupakan sistem pesan yang menanamkan atau menciptakan pandangan terhadap dunia, yang walaupun kemungkinan tidak akurat, tetapi menjadi realitas hanya karena kita sebagai manusia percaya bahwa hal tersebut adalah realitas dan mendasarkan penilaian kita terhadap dunia seharihari kepada realitas tersebut. Konsep awal analisis kultivasi adalah bagaimana 24
penonton berat akan mengkultivasi persepsi akan realitas berdasarkan apa yang disajikan oleh program televisi. Pada awalnya teori kultivasi lebih memfokuskan kajiannya pada studi televisi dan audiens, khususnya pada tema-tema kekerasan di televisi. Namun dalam perkembangannya, teori ini bisa digunakan untuk kajian diluar kekerasan, misalnya seorang mahasiswa di sebuah Universitas pernah mengadakan pengamatan tentang pecandu opera sabun (heavy soup opera) mereka lebih memungkinkan melakukan affairs, bercerai, dan menggugurkan kandungkan dari pada mereka yang bukan termasuk kecanduan opera sabun (Dominick, 1990). Ini artinya khalayak yang mengkonsumsi televisi dalam jangka waktu yang lama (heavy viewer) akan menganggap bahwa apa yang terjadi di televisi itulah dunia senyatanya atau sesungguhnya. Fenomena lain yang ditemukan oleh Gerbner adalah fakta bahwa sering menyaksikan televisi menimbulkan hasil-hasil yang berbeda bagi kelompok sosial yang berbeda. Mainstreaming dikatakan terjadi apabila sering menyaksikan televisi
yang
menyebabkan
pemusatan
pandangan
seluruh
kelompok.
Mainstreaming ini maksudnya adalah bahwa pemirsa berat dari berbagai kelompok yang berbeda mengembangkan pandangan yang serupa, perbedaanperbedaan yang muncul karena faktor budaya dan sosial seakan berkurang. Resonansi terjadi ketika dampak kultivasi ditingkatkan untuk sekelompok tertentu dalam populasi. Dengan kata lain resonansi adalah sebuah situasi dimana pengalaman responden sesuai dengan gambaran televisi, sehingga memperbesar efek kultivasi. Bila tayangan televisi ternyata sesuai dengan pengalaman pribadi pemirsa, maka daya penanaman ideologi televisi akan semakin kuat ( Severin 2007: 332). Menurut teori kultivasi, televisi menjadi media atau alat utama dimana para penonton televisi belajar tentang masyarakat dan kultur lingkungannya. Bisa dikatakan bahwa persepsi apa yang terbangun di benak penonton tentang masyarakat dan budaya sangat ditentukan oleh televisi. Artinya melalui kontak penonton dengan televisi maka secara otomatis penonton belajar tentang dunianya, masyarakatnya, nilai-nilainya serta adat kebiasaannya. (Nurudin, 2007). 25
Kaitannya dengan penelitian ini bahwa teori kultivasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari menonton tayangan reportase investigasi kepada masyarakat. Masyarakat ini dibagi menjadi dua kategori yaitu penonton berat (heavy viewer) dan penonton ringan (light viewer). Penonton ringan cenderung menggunakan jenis media dan sumber informasi yang lebih bervariatif (baik komunikasi bermedia maupun sumber personal), sementara penonton berat cenderung mengandalkan televisi sebagai sumber informasi mereka. Semakin banyak orang menghabsikan waktu untuk menonton
televisi,
maka
semakin
kuat
kecenderungan
orang
tersebut
menyamakan relalitas televisi dengan realitas sosial. penonton akan mempersepsi apapun yang ada didunia televisi dengan dunia sesungguhnya (hal ini dalam teori kultivasi lebih berlaku kepada penonton berat). Hasil pengamatan dan pengumpulan data yang dilakukan oleh Gerbner dan kawan-kawan bahkan menyatakan bahwa penonton berat mempersepsi dunia ini sebagai tempat yang kejam dan menakutkan daripada kenyataan sesungguhnya (Wood, 2004:249). Akan ada perbedaan dalam menanggapi suatu kasus ditelevisi antara penonton berat dan penonton ringan. Seperti yang sudah dikemukakan diatas oleh Gebrner. Hal ini akan dilihat oleh peneliti pada tayangan Reportase Investigasi di Trans TV. Dengan teori kultivasi, akan terlihat bagaimana perubahan perilaku yang terjadi antara penonton berat dan penonton ringan. Teori kultivasi melihat media massa dari penonton televisi yang mempercayai apa yang ditampilkan oleh televisi berdasarkan seberapa banyak mereka menonton televisi.
2.8
Teori S-O-R Teori S-O-R yaitu Stimulus-Organisme-Response. Teori ini semula berasal
dari psikologi, yang kemudian menjadi teori dalam komunikasi. Hal ini merupakan hal yang wajar karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponenkomponen: sikap, opini, perilaku, kognisi, afektif, dan konasi (Effendy, 2003: 225).
26
Teori ini merupakan perkembangan dasar dari model Stimulus – Response (S-R) dengan asumsi dasar bahwa media massa menimbulkan efek yang terarah, segera dan langsung terhadap komunikan. Model ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses aksi dan reaksi. Teori ini mengasumsikan bahwa suatu stimulus (kata-kata verbal, isyarat non verbal, simbol-simbol) tertentu akan merangsang orang lain memberikan respon dengan cara tertentu juga. Menurut teori S-O-R, stimulus tertentu akan menghasilkan respon tertentu pula. Unsur-unsur dalam model teori S-O-R ini terdiri dari : 1. Pesan atau stimulus ( S ) 2. Komunikan atau organisme ( O ) 3. Efek atau respons ( R ) (Effendy, 1993: 254) Dalam proses perubahan perilaku, bisa dilihat bahwa perilaku dapat berubah hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi dari apa yang didalamnya. (Effendy, 1993: 225) teori S-O-R dapat dirumuskan sebagai berikut: Stimulus: Pesan
Organisme : Pengetahuan Penerimaan
Respon : perubahan sikap
Tindakan
Dari gambar diatas, bisa dijelaskan bahwa suatu stimulus atau pesan bisa memberikan perubahan perilaku kepada khalayak tergantung kepada individunya. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian yang diberikan kepada komunikan, sehingga komunikan mengerti maksud dari pesan tersebut, hingga akhirnya tumbuh kesadaran dari komunikan untuk mengubah sikap. Kaitannya dengan penelitan ini yaitu mengenai pengaruh tayangan reportase investigasi terhadap perubahan perilaku khalayak, maka dapat ditentukan sebagai berikut: S (stimulus)
: tayangan reportase investigasi
O(organisme)
: komunikan artinya masyarakat yang melihat tayanganReportase Investigasi
R ( respon)
: perubahan perilaku yang terjadi.
27
Stimulus dalam penelitian ini adalah tayangan Reportase Investigasi karena tayangan ini memberikan pesan yang dapat memepengaruhi maupun tidak memberikan pengaruh terhadap komunikan. Organisme adalah komunikan yaitu orang yang akan memberikan respon terhadap tayangan ini. Respon yang telah diterima oleh komunikan kemudian akan memberikan perubahan perilaku sesuai dengan apa yang dimaknai dari setiap individu terhadap pesan tersbut. Semakin kuat isi pesan yang disampaikan oleh stimulus (tayangan reportase investigasi), maka respon komunikan akan semakin meningkat. Teori S-O-R menjelaskan pengaruh yang terjadi pada pihak pertama penerima sebagai akibat dari komunikasi. Besar kecilnya pengaruh dalam bentuk apa pengaruh itu terjadi, tergantung pada isi penyajian oleh stimulus. Setiap orang akan mengalami perubahan yang berbeda-beda, tergantung bagaimana komunikan menerima stimulus yang diberikan oleh media
2.9
Kaitan antara Tayangan Reportase Investigasi terhadap Perubahan Perilaku Dari hasil penelitian-penelitian yang sudah ada, bisa dikatakan bahwa
hubungan antara menonton televisi dengan tingkat perubahan perilaku masyarakat selalu ada. Hal ini bisa dilihat di hasil penetian terkait. Asumsi penulis bahwa ketika penonton melihat tayangan televisi dalam hal ini tayangan Reportase Investigasi, secara tidak langsung penonton akan merasa percaya dengan apa yang ditayangkan dalam Reportase Investigasi. Kemungkinan akan ada perasaan cemas, takut atau memberikan pengetahuan baru bagi penonton. Apalagi tayangan ini adalah sebuah tayangan yang mengungkapkan sebuah fakta, yang tidak diduga oleh penonton. Hal inilah yang menjadi daya tarik dari tayangan ini. Dengan melihat tayangan ini, perubahan perilaku seperti apa yang nampak pada penonton dalam menggunakan produk-produk yang dikupas.
28
2.10 Kerangka Pikir Variable X Tayangan
Variable Y
reportase
Perubahan perilaku
invetigasi
Indikator
Indikator
tayangan
perubahan
perilaku
reportase investigasi
Efek kognitif
1. frekuensi menonton
Efek afektif
2. Durasi menonton
Efek konatif
3. Atensi 4. Frekuensi tayangan Karakteristik responden
Ada atau tidak perubahan
5. Isi pesan
Usia
perilaku
6. Nilai berita
Pendidikan
tayangan ini?
7. Kemasan acara
Pekerjaan
setelah
melihat
Penghasilan Jumlah tanggungan Status dalam keluarga
2.11 Hipotesis Adalah dugaan sementara atau jawaban sementara atas permasalahan penelitian dimana memerlukan data untuk menguji kebenaran dari dugaan tersebut. Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara menonton tayangan Reportase Investigasi di Trans TV terhadap perubahan perilaku (kognitif, afektif, konatif) masyarakat di Desa Delik, Tuntang. H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara menonton tayangan Reportase Investigasi di Trans TV terhadap perubahan perilaku (kognitif, afektif, konatif) masyarakat di Desa Delik, Tuntang. 29