6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian dan Klasifikasi Biaya 1. Pengertian Biaya Seperti yang telah disebutkan pada bab sebelumnya bahwa untuk menghadapi persaingan dalam harga jual atau sumbangan penyelenggaraan pendidikan
manajemen
unit
usaha
pendidikan
memerlukan
sebuah
perencanaan yang baik, terutama dalam hal anggaran, yang mana akan lebih bermanfaat apabila disertai dengan teknik-teknik perencanaan atau analisa lain, misalnya dengan analisa biaya volume dan laba. Untuk mengetahui besarnya biaya volume laba perlu untuk dianalisa terhadap hubungan antar biaya, volume, harga jual, dan laba. Berkaitan dengan hal tersebut maka ada beberapa variabel yang perlu diperhatikan dalam penghitungan biaya volume laba dan diantara variabel tersebut adalah biaya. Biaya adalah : kas atau setara kas yang dikorbankan untuk memproduksi atau memperoleh barang atau jasa yang diharapkan akan memperoleh manfaat atau keuntungan di masa mendatang (Darsono dan Ari Purwanto, 2009: 19)
Sedangkan menurut (Horngren, Datar dan Foster, 2008: 34, yang diterjemahkan oleh : Gina Gania dan Danti Pujiati ) biaya didefinisikan sebagai “sumber daya yang dikorbankan untuk mencapai suatu sasaran atau tujuan tertentu”.
7
Jadi biaya secara umum dapat diartikan berupa pengorbanan sumber ekonomi menjadi tujuan tertentu, tidak dapat dihindari teteapi dapat diduga sebelumnya (tidak dapat dihindari maksudnya adalah wajib untuk dibayar). Istilah biaya (cost) seringkali digunakan dalam arti yang sama dengan istilah beban (expense). Namun beban dapat didefinisikan sebagai arus keluar barang dan jasa yang akan dibebankan atau ditandingkan (matched) dengan pendapatan (revenue) untuk menentukan laba (income), atau harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka untuk memperoleh penghaislan dan akan dipakai sebagai pengurang penghasilan. 2. Klasifikasi Biaya Teknik penyajian informasi biaya berpedoman pada konsep “different classification of cost for different purposes”, yang artinya untuk tujuan pengguanan informasi biaya yang berbeda diperlukan klasifikasi biaya yang berbeda pula. Menurut Mulyadi (2009, 13), sesuai dengan kebutuhan pemakai biaya dapat diklasifikasikan berdasarkan : 1. Fungsi kegiatan utama perusahaan 2. Pengaruh perubahan volume kegiatan terhadap biaya 3. Penentuan-penentuan biaya 4. Pengaruh pengambilan keputusan terhadap biaya 5. Periode pembebanan biaya terhadap pendapatan 6. Dapat atau tidaknya biaya diidentifikasikan terhadap objek biaya 7. Dapat atau tidaknya biaya dikendalikan .
8
Dikarenakan yang dibahas dalam penyusunan skripsi ini adalah mengenai analisa biaya volume dan laba, maka penulis hanya akan menjelaskan tentang klasifikasi biaya berdasarkan pengaruh perubahan volume kegiatan terhadap biaya, sebab hanya biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok tersebut saja yang berhubungan dengan perhitungan breakeven point. Berdasarkan pengaruh perubahan volume kegiatan (volume penjualan) terhadap biaya, biaya dapat diklasifikasikan : 1. Biaya tetap Biaya tetap didefinisikan sebagai “biaya yang secara total tidak berubah ketika aktivitas bisnis meningkat atau menurun” (Carter, 2012, 68, yang diterjemahkan oleh Krista ) Sedangkan pengertian biaya yang lain adalah “biaya yang selalu tetap secara keseluruhan tanpa terpengaruh oleh tingkat aktivitas” (Garrison, 2008, 67, yang diterjemahkan oleh A. Totok Budisantoso). Menurut Darsono dan Ari Purwanti (2008: 54) biaya tetap adalah : “biaya yang lahir karena menunjang kegiatan operasi pada suatu kapasitas tertentu bagi kegiatan-kegiatan (produksi, pemasaran, administrasi”). Biaya tetap per satuan berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan. Sejauh perubahan volume tidak melampaui jarak kapasitas, total biaya tetap tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan. Jarak kapasitas merupakan serangkaian volume kegiatan yang dapat dicapai tanpa menambah kapasitas. Jika perubahan volume kegiatan melampaui jarak kapasitas, maka biaya tetap total akan bertambah sesuai dengan tambahan kapasitas. Besaran biaya tetap
9
dipengaruhi oleh kondisi perusahaan jangka panjang, teknologi, dan metode serta strategi manajemen. Contoh biaya tetap adalah penyusutan aktiva tetap, gaji karyawan kantor yang dibayar secara periodic (mingguan atau bulanan) 2. Biaya Variabel Biaya variabel didefinisikan sebagai “biaya yang totalnya meningkat secara proporsional terhadap peningkatan dalam aktivitas dan menurun secara proporsional terhadap penurunan dalam aktivitas”. (Carter, 2012, 69, yang diterjemahkan oleh Krista). Menurut pengertian lain, biaya variabel adalah “biaya yang berubah secara proporsional dengan perubahan aktivitas” (Garrison, 2008, 66, yang diterjemahkan oleh A. Totok Budisantoso ) Menurut Mulyadi (2009: 15) “biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan kegiatan”. Contoh biaya variabel antara lain biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya penyusutan aktiva tetap yang dihitung berdasarkan total unit produksi, biaya komisi yang ditentukan berdasarkan persentase tertentu dari volume penjualan. Pengertian biaya variabel tersebut di atas ditinjau dari segi total biaya. Jika ditinjau dari segi per unit maka pengertian biaya variabel adalah biaya per unit yang jumlahnya tetap meskipun terjadi perubahan volume kegiatan. 3. Biaya semi variabel
10
Biaya semi variabel didefinisikan sebagai “biaya yang memperlihatkan baik karakteristik dari biaya tetap maupun biaya variabel” (Carter, 2012, 70, yang diterjemahkan oleh Krista). biaya semi variabel adalah biaya yang memiliki unsur tetap dan variabel di dalamnya. Unsur biaya yang tetap merupakan jumlah biaya minimum untuk menyedian jasa sedangkan unsur variabel merupakan bagian dari biaya semi variabel yang dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan (Mulyadi, 2009: 15) Contoh dari biaya variabel adalah biaya listrik, air, gas, batu bara, asuransi jiwa kelompok untuk karyawan, biaya pensiun, pajak penghasilan, biaya perjalanan dinas, biaya representasi, biaya perawatan dan pemeliharaan. B. Pengertian Analisis Biaya Volume dan Laba Analisis biaya volume laba merupakan suatu metode untuk mengalisis bagaimana keputusan operasi atau keputusan pemasaran mempengaruhi laba bersih, berdasarkan pemahaman tentang hubungan antara biaya variabel, biaya tetap, harga jual per unit dan tingkat output (Blocher, Stout, dan Cokins, 2012:354, yang diterjemahkan oleh : David Wijaya) Analisis impas memberikan informasi tingkat penjualan minimum yang harus dicapai suatu usaha agar tidak mengalami kerugian. Dari analisa tersebut juga dapat diketahui sampai seberapa jauh volume penjualan yang direncanakan boleh turun, agar perusahaan tidak menderita kerugian. Analisis impas menyajikan informasi untuk perencanaan volume penjualan. Analisis impas merupakan salah satu bentuk analisis biaya volume laba karena unutk mengetahui impas maupun margin of safety, perlu dilakukan analisis terhadap hubungan antara biaya, volume dan laba.
11
Dalam buku “Manajemen Biaya” karangan Blocher, Stout, dan Cokins, (2012, yang diterjemahkan oleh : David Wijaya), analisis biaya volume laba dapat diterapkan dalam banyak hal yaitu untuk : 1. Menentukan harga jual produk atau jasa 2. Memperkenalkan produk atau jasa baru 3. Mengganti peralatan 4. Memutuskan apakah produk atau jasa yang ada seharusnya dibuat di dalam perusahaan atau membeli dari luar perusahaan 5. Melakukan analisis apa yang dilakukan. Jika dalam analisis diletakkan pada penaksiran tingkat penjualan minimum yang menghasilkan laba sama dengan nol, maka dalam analisis volume laba ini titik berat analisis diletakkan pada sampai seberapa besar perubahan biaya, volume dan harga jual berdampak terhadap laba perusahaan. 1. Model analisis biaya volume laba analisis biaya volume laba adalah metode dasar untuk menganalisis bagaimana hubungan antara tiga faktor yaitu biaya, pendapatan dan laba. Dan bagaimana mereka merubah volume berdasarkan perubahan aktivitas. Model biaya volume laba adalah : Laba = pendapatan – Total Biaya
Total biaya meliputi elemen biaya tetap dan biaya variabel Pendapatan = Biaya tetap + Biaya variabel + laba
Kita dapat mengganti jumlah pendapatan dengan jumlah unit yang terjual dikalikan dengan biaya tetap dan mengganti biaya variabel dengan biaya
12
variabel per unit dikalikan dengan jumlah yang dijual sehingga model biaya volume laba menjadi : Unit harga terjual x harga = Biaya tetap + penjualan per unit x biaya variabel per unit + laba Untuk lebih mudah digunakan , model biasanya ditunjukkan dengan bentuk simbolik, dimana Q = Penjualan per unit. V = biaya variabel per unit F = total biaya tetap P = biaya tetap per unit N = Laba operasi model biaya volume laba dalam bentuk simbolik :
PXQ=f+vXQ+N
2. Margin kontribusi, Rasio, dan Laporan Laba Rugi Penggunaan yang efektif dari model biaya volume BVI, memerlukan pemahaman tentang konsep tambahan -
Margin kontribusi (contribution margin) Definisi margin kontribusi adalah “selisih antara pendapat penjualan dengan semua biaya variabel” (Carter dan Usry : 2005: 255, yang diterjemahkan oleh Krista). Margin kontribusi dihitung dengan cara mengurangkan biaya variabel, baik langsung, margin kontribusi dapat dihitung secara total untuk perusahaan secara keseluruhan, atau terpisah untuk masing-masing lini produk, teritori penjualan, divisi penjualan, dan lain-lain. Alternatifnya, margin kontribusi dapat
13
dihitung dengan dasar per unit. Total laba ditemukan dengan cara mengurangkan total biaya tetap dari total margin kontribusi. Keputusan-keputusan atau masalah-masalah yang dapat diselesaikan dengan cara memperhatikan margin kontribusi, antara lain sebagai berikut : 1. Menutup atau meneruskan segmen atau bagian tertentu. Dengan melihat margin kontribusi saja dapat diambil keputusan pertama, margin kontribusi yang positif akan menguntungkan perusahaan secara keseluruhan, jika biaya tetapnya tanggungan bersama. 2. Jika alternatif penutupan suatu segmen atau bagian itu dilakukan dan dilakukan alternatif lain, maka keputusannya pun hanya membandingkan margin kontribusi saja 3. Tidak memerlukan perhitungan-perhitungan yang rumit dan lebih efisien terutama dalam analisa BEP Margin kontribusi meliputi konsep per unit dan konsep total. Margin kontribusi per unit adalah perbedaan antara harga jual per unit dengan biaya variabel per unit, margin kontribusi per unit mengukur kenaikan pada laba untuk kenaikan setiap unit yang dijual. Margin kontribusi total adalah margin kontribusi unit/per unit dikalikan dengan jumlah unit yang terjual. CM total = CM unit x Q terjual
-
Rasio margin kontribusi (contribution margin ratio)
14
Konsep lainnya adalah rasio margin kontribusi yang merupakan rasio antara margin kontribusi terhadap harga jual per unit.
(P-v)/P Rasio margin juga mengungkapkan jumlah peningkatan atau penurunan laba disebabkan oleh peningkatan atau penurunan pada penjualan. -
Laporan laba rugi Salah satu cara yang berguna untuk menunjukkan informasi yang dikembangkan dalam analisis biaya volume laba adalah menggunakan laporan laba rugi kontribusi. Laporan laba rugi kontribusi memisahkan biaya variabel dan biaya tetap, yang berlawanan dengan laporan laba rugi konvensional. Laporan laba rugi kontribusi mencakup margin kontribusi total dengan mengurangi semua biaya variabel (baik produk maupun non produk) dari penjualan. Biaya tetap kemudian dikurangi dari margin kontribusi. Laporan laba rugi kontribusi lebih berguna daripada laporan laba rugi konvensional untuk analisis biaya volume laba karena pemisahan biaya variabel dan biaya tetap, biaya variabel berubah secara langsung terhadap volume, sedangkan biaya tetap tidak.
4. Peran strategi dari analisis biaya volume laba Analisis biaya volume laba memiliki peran penting bagi manajemen strategi dalam suatu perusahaan. Analisis biaya volume laba penting untuk digunakan dalam life cycle costing maupun target costing.
15
Life cycle costing menurut Blocher, Stout, dan Cokins (2012, 175, yang diterjemahkan oleh : David Wijaya) merupakan rangkaian kegiatan di dalam perusahaan yang diawali dengan penelitian dan pengembangan, kemudian diikuti dengan desain, produksi (atau penyediaan jasa), pemasaran/distribusi, dan pelayanan kepada pelanggan. Menurut Mulyadi (2001: 36), life cycle costing adalah “waktu suatu produk mampu memenuhi kebutuhan customer sejak lahir sampai diputuskan dihentikan pemasarannya”. Sedangkan target costing adalah “perbedaan antara harga jual produk atau jasa yang diperlukan untuk mencapai pangsa pasar (market share)”. (Mulyadi, 2001: 35) Pada life cycle costing analisis biaya volume laba digunakan pada tahap awal dari product life cycle untuk membantu apakah produk mungkin mencapai laba yang diinginkan. Biaya volume laba dapat membantu dalam target costing pada tahap awal dengan menunjukkan dampak laba dari alternatif desain-desain produk pada tingkat penjualan yang diharapkan. Analisis biaya volume laba juga dapat digunakan pada fase-fase lebih lanjut dalam siklus hidup suatu produk, selama perencanaan produksi, untuk menentukan proses pemanufakturan yang meliputi kapan mesin harus diganti, mesin jenis apa yang harus dibeli, kapan seharusnya melakukan otomatisasi proses, dan kapan melakukan subkontrak kepada pihak luar atau diproduksi sendiri. Analisis biaya volume laba juga digunakan pada tahap akhir cost life cycle untuk membantu menentukan sistem pemasaran dan distribusi yang baik. Sebagai
16
contoh analisis biaya volume laba dapat digunakan untuk menentukan mana yang lebih efektif, mempunyai tenaga pemasaran berdasarkan gaji pokok atau berdasarkan komisi. Serupa dengan hal itu, analisis biaya volume laba juga bisa membantu untuk memilih mana yang lebih menarik, program potongan harga atau rencana promosi. Analisis biaya volume laba juga memiliki peran dalam strategic positioning. Perusahan yang telah memilih bersaing berdasarkan biaya perlu analisis biaya volume laba, terutama pada tahap produksi cost life cycle. Peran analisis biaya volume laba untuk mengidentifikasi tingkat aktifitas yang direncanakan dan metode-metode produksi dengna biaya yang paling efektif, termasuk otomatisasi, outsourcing dan manajemen kualitas total. Sebaliknya, suatu perusahaan yang menggunakan strategi diferensiasi memerlukan analisis biaya volume laba pada fase pertama unutk menaksir laba produk baru dari cost life cycle produk yang dikeluarkan. C. Analisis Biaya Volume dan Laba Untuk Perencanaan Titik Impas 1. Analisis biaya volume dan laba (cost, volume and profit) Menurut Garrison (2008:158) yang diterjemahkan oleh A. Totok Budisantoso, analisis biaya volume laba adalah “satu dari beberapa alat yang sangat berguna bagi manajer dalam memberikan perintah”. Alat ini membantu memahami hubungan timbal balik antara biaya, volume, dan laba dalam organisasi dengan memfokuskan pada interakasi 5 (lima) elemen :
17
a. Harga produk b. Volume atau tingkat aktivitas c. Total biaya tetap d. Bauran produk yang dijual. 2. Pengertian analisa breakeven point Menurut Horngren, Datar dan Foster (2008 ; 75; yang diterjemahkan oleh : Gina Gania dan Danti Pujiati), Breakeven point (titik impas) adalah “jumlah penjualan output akan menyamakan pendapatan total dengan biaya total – yaitu, jumlah penjualan output yang akan menghasilkan laba operasi nol”. Menurut Blocher, Stout, dan Cokins (2010: 510, yang diterjemahkan oleh : David Wijaya) “breakeven point (titik impas) adalah titik dimana pendapatan sama dengan biaya total dan laba sama dengan no”l. Sedangkan menurut Mulyadi (2009:232) breakeven point (titik impas) adalah “keadaan suatu usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi”. Analisa breakeven point adalah suatu pendekatan atau konsep untuk mempelajari pengaruh penjualan, biaya dan laba bersih. Menurut L.M Samryn (2009:168) dalam bukunya yang berjudul “Akuntansi Manajerial” Analisis breakeven adalah: “ Titik Impas adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya atau sebagai titik dimana total margin kontribusi sama dengan total biaya tetap”.
18
Dalam melakukan analisa breakeven point, maka unsur yang dibutuhkan adalah biaya, dalama kaitannya dengan ini maka 2 unsur biaya yaitu biaya tetap dan biaya variabel sangatlah penting dalam analisa ini. Dari beberapa uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa analisis breakeven point adalah suatu cara atau alat atau teknik yang digunakan untuk mengetahui volume kegiatan produksi (usaha) dimana dari volume produksi tersebut perusahaan tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita rugi. Dengan mengetahui titik impasnya (breakeven point), manajer suatu perusahaan dapat mengindikasikan tingkat penjualan yang disyaratkan agar terhindar dari kerugian, dan diharapkan dapat mengambil langkahlangkah yang tepat untuk masa yang akan datang. Dengan mengetahui titik impas ini, manajer juga dapat mengetahui sasaran volume penjualan minimal yang harus diraih oleh perusahaan yang dipimpinnya. 3. Asumsi-asumsi dalam Analisis Breakeven Ada beberapa asumsi dalam analisis breakeven yang tercermin dalam anggaran perusahaan masa yang akan datang. Menurut Henry Simamora (2008:160) dalam bukunya “Akuntansi Manajemen” asumsi-asumsi penting tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: a. Seluruh jenis biaya dapat diklasifikasikan menjadi biaya tetap atau biaya variabel. Apabila ada biaya campuran, maka biaya tersebut harus dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel.
19
b. Fungsi biaya total terbentuk garis lurus. Sudah pasti asumsi ini menganggap hanya benar apabila perusahaan berproduksi dalam kisar relevan (relevant range). c. Fungsi pendapatan total juga berbentuk garis lurus. Garis ini diharapkan bahwa harga jual per unit adalah konstan untuk seluruh volume penjualan yang mungkin. d. Analisis terbatas pada satu jenis produk. Apabila perusahaan menjual lebih dari satu produk maka dianggap bahwa kombinasi penjualan adalah konstan. e. Persediaan awal sama dengan persediaan akhir. Asumsi ini berarti bahwa seluruh pengeluaran ditahun tertentu untuk memperoleh atau memproduksi barang dilaporkan sebagai biaya yang ditandingkan dengan pendapatan di laporan rugi-laba tahun tersebut. 4. Cara Menghitung Tingkat Breakeven Analisis breakeven adalah analisis yang digunakan untuk mengukur tingkat keseimbangan antara biaya, volume dan penjualan agar perusahaan tidak mengalami untung maupun rugi. Alat analisis yang dapat digunakan dalam mencari tingkat breakeven menurut Blocher, Stout, dan Cokins, (2011:510, yang diterjemahkan oleh : David Wijaya) adalah: 1. Metode Persamaan a. Perhitungan breakeven atas dasar unit dapat dilakukan dengan menghitung rumus:
20
P X (BEP)Q = f + v X (BEP)Q + N Dimana: BEP (Q) = Breakeven point atas dasar unit FC = Biaya Tetap P = Harga jual per unit V = Biaya variabel per unit 2. Metode Margin Kontribusi Adalah metode yang menggunakan persamaan bentu aljabar yang sepadan (diturunkan dengan cara memecahkan model Q dan berasumsi bahwa titik impas N=laba=0) Secara grafik titik breakeven ditentukan oleh persilangan antara garis total revenue dan garis total cost. GAMBAR 2.1
GRAFIK BREAKEVEN
21
Graphical approach ini didasarkan pada pendekatan linier. Dimana: TC = FC + VC TR = P.Q BEP = 0 = TR – TC
Keterangan : TC = Total Cost FC = Fixed Cost VC = Variable Cost TR = Total Revenue P = Harga Q = Kuantitas BEP = Breakeven Point 5.
Perubahan - Perubahan yang Mempengaruhi Breakeven Dalam analisa breakeven, biaya-biaya dan harga jual haruslah konstan, karena naik turunnya biaya dan harga jual akan mempengaruhi titik breakeven. Syafaruddin Alwi (2006:274) menyatakan dalam bukunya “Alat-Alat Analisa Dalam Pembelanjaan” beberapa hal penting yang dapat mempengaruhi perubahan breakeven, yaitu: 1. Perubahan dalam Fixed Cost (Biaya Tetap) Perubahan ini dapat terjadi sebagai akibat bertambahnya kapasitas produksi. Perubahan fixed cost dalam grafik dapat ditandai dengan naik atau turunnya garis total cost, tetapi perubahan ini tidak mempengaruhi miringnya garis tersebut. Bila fixed cost naik, maka BEP akan bergeser ke atas dan sebaliknya bila fixed cost naik, maka BEP akan bergeser ke atas dan sebaliknya bila fixed cost turun maka BEP akan bergeser ke bawah.
22
Keadaan ini dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut ; GAMBAR 2.2 GRAFIK PERUBAHAN BIAYA TETAP
6.
Perubahan pada variable cost ratio atau variabel cost per unit Perubahan ini akan menentukan bagaimana miringnya garis total cost. Naiknya biaya variabel per unit akan menggeser BEP keatas. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut ini : GAMBAR 2. 3
GRAFIK PERUBAHAN BIAYA VARIABEL
23
7.
Terjadinya perubahan dalam sales mix, apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk, maka komposisi atau perbandingan antara satu produk dengan produk yang lain (sales mix) haruslah tetap. GAMBAR 2.4
Grafik Perubahan Harga Jual
8.
Perencanaan Laba Tujuan utama perusahaan adalah memperoleh laba yang semaksimal mungkin, dengan pengeluaran biaya sekecil mungkin. Untuk mencapai laba yang direncanakan, perusahaan perlu merencanakan berapa tingkat laba yang akan dicapai oleh penjualan produknya. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui agar perusahaan bisa mengambil keputusan tentang perencanaan laba.
24
9.
Tingkat Keamanan ( Margin of safety) Dalam mengevaluasi risiko dalam pengoperasian suatu usaha, para manajer dapat memakai beberapa indikator. Salah satu indikator yang paling penting adalah margin pengamanan penjualan. Margin pengamanan penjualan adalah kelebihan penjualan yang dianggarkan atas volume penjualan impas. Dengan ini maka perusahaan dapat menentukan seberapa banyak penjualan boleh diturunkan agar perusahaan tidak menderita kerugian. Rumus yang digunakan adalah : Marjin Pengamanan Penjualan = Total Penjualan - Penjualan Impas Dimana: Total Penjualan : jumlah penjualan yang telah didapat oleh perusahaan dalam periode tertentu Penjualan impas : jumlah penjualan yang harus tercapai dimana dalam kondisi ini perusahaan tidak mengalami untung maupun rugi.
10. Operating Leverage Adalah “suatu ukuran tentang seberapa sensitif laba bersih terhadap perubahan dalam penjualan”
(Garrison, 2008, 343, yang
diterjemahkan oleh A. Totok Budisantoso ) Operating leverage bertindak sebagai pengganda (multiplier), jika operating leverage tinggi, peningkatan persentase yang kecil dalam penjualan dapat menghasilkan peningkatan laba bersih dalam persentase yang jauh lebih besar.
25
Rumus Operating Leverage : Tingkat Operating Leverage
= Margin Kontribusi Laba bersih
D. Pengertian Harga Jual dan Metode Penetapan Harga 1. Pengertian Harga Jual Harga jual adalah sejumlah kompensasi (uang ataupun barang) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi barang atau jasa. Perusahaan selalu menetapkan harga produknya dengan harapan produk tersebut laku terjual dan boleh memperoleh laba yang maksimal. Hansen dan Mowen (2009:633, yang diterjemahkan oleh A. Hermawan ) mendefinisikan “harga jual adalah jumlah moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang dijual atau diserahkan”. Menurut Mulyadi (2009:346) : pada prinsipnya harga jual harus dapat menutup biaya penuh yang bersangkutan dengan produk atau jasa dan menghasilkan laba yang dikehendaki. Harga jual sama dengan biaya produksi ditambah mark up. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa harga jual adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi suatu barang atau jasa ditambah dengan persentase laba yang diinginkan perusahaan, karena itu untuk mencapai laba yang diinginkan oleh perusahaan salah satu cara yang dilakukan untuk menarik minat konsumen adalah dengan cara menentukan harga yang tepat untuk produk yang terjual. Harga yang tepat adalah harga
26
yang sesuai dengan kualitas produk suatu barang dan harga tersebut dapat memberikan kepuasan kepada konsumen. 2. Metode Penetapan Harga Menurut Herman (2006:175) ada beberapa metode penetapan harga (methods of price determination) yang dapat dilakukan budgeter dalam perusahaan, yaitu: 1) Metode taksiran (judgemental method) 2) Metode berbasis pasar (market-based pricing) a) Harga pasar saat ini (current market price) b) Harga pesaing (competitor price) c) Harga pasar yang disesuaikan (adjusted current marker price) 3) Metode berbasis biaya (cost-based pricing) a) Biaya penuh plus tambahan tertentu (full cost plus mark-up) b) Biaya variabel plus tambahan tertentu (variable cost plus mark-up) 1) Metode Taksiran (Judgemental Method) Perusahaan yang baru saja berdiri biasanya memakai metode ini. Penetapan harga dilakukan dengan menggunakan insting saja walaupun market survey telah dilakukan. Biasanya metode ini digunakn oleh para pengusaha yang tidak terbiasa dengan data statistik. Penggunaan metode ini sangat murah karena perusahaan tidak memerlukan konsultan untuk surveyor. Akan tetapi tingkat kekuatan prediksi sangat rendah karena ditetapkan oleh insting. 2) Metode Berbasis Pasar (Market-Based Pricing)
27
a) Harga pasar saat ini (current market price) Metode ini dipakai apabila perusahaan mengeluarkan produk baru, yaitu hasil modifikasi dari produk yang lama. Perusahaan akan menetapkan produk baru tersebut seharga dengan produk yang lama. Penggunaan metode ini murah dan cepat. Akan tetapi pangsa pasar yang didapat pada tahun pertama relatif kecil karena konsumen belum mengetahui profil produk baru perusahaan tersebut, seperti kualitas, rasa, dan sebagainya. b) Harga pesaing (competitor price) Metode ini hampir sama dengan metode harga pasar saat ini. Perbedaannya menetapkan harga produknya dengan mereplikasi langsung harga produk perusahaan saingannya untuk produk yang sama atau berkaitan. Dengan metode perusahaan berpotensi mengalami kehilangan pangsa pasar karena dianggap sebagai pemalsu. Ini dapat terjadi apabila produk perusahaan tidak mampu menyaingi produk pesaing dalam hal kualitas, ketahanan, rasa, dan sebagainya. c) Harga pasar yang disesuaikan (adjusted current market price) Penyesuaian dapat dilakukan berdasarkan pada faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal tersebut dapat berupa antisipasi terhadap inflasi, nilai tukar mata uang, suku bunga perbankan, tingkat keuntungan yang diharapkan (required rate of return), tingkat pertumbuhan ekonomi nasional atau internasional, perubahan dalam trend consumer spendling, siklus dalam trendi dan model, perubahan cuaca, dan sebagainya. Faktor internalnya yaitu kemungkinan kenaikan gaji dan upah, peningkatan
28
efisiensi produk atau operasi, peluncuran produk baru, penarikan produk lama dari pasar, dan sebagainya. Dengan metode ini, perusahaan mengidentifikasi harga pasar yang berlaku pada saat penyiapan anggaran dengan melakukan survey pasar atau memperoleh data sekunder. Harga yang berlaku tersebut dikalikan dengan penyesuaian (price adjustment) setelah mempertimbangkan faktor internal dan eksternal yang ditetapkan dalam angka indeks (persentase). Indeks 87 berarti 87/100. 3) Metode Berbasis Biaya (Cost-Based Pricing) a) Biaya penuh plus tambahan tertentu (full cost plus mark-up) Dalam metode ini budgeter harus mengetahui berapa proyeksi full cost untuk produk tertentu. Full cost adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dan atau dibebankan sejak bahan baku mulai diproses sampai produk jadi siap untuk dijual. Hasil penjumlahan antara
full cost
dengan tingkat
keuntungan yang diharapkan (required profit margin) yang ditentukan oleh direktur pemasaran atau personalia yang diberikan wewenang dalam penetapan harga, akan membentuk proyeksi harga untuk produk itu pada tahun anggaran mendatang. Required profit margin dapat juga ditetapkan dalam persentase. Untuk menetapkan profit, budgeter harus mengalikan full cost dengan persentase required profit margin. Penjumlahan antara profit dengan full cost akan menghasilkan proyeksi harga. b) Biaya variabel plus tambahan tertentu (variable cost plus mark-up)
29
Dengan metode ini budgeter menggunakan basis variblel cost. Proyeksi harga diperoleh dengan menambahkan
mark-up laba yang diinginkan.
Mark-up yang diinginkan pada metode ini lebih tinggi dari mark-up dengan basis full cost. Hal ini disebabkan biaya variabel selalu lebih rendah daripada full cost