BAB II LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Belajar dan Pembelajaran a. Belajar Berbicara tentang belajar adalah berbicara tentang sesuatu yang tak akan pernah berakhir sejak manusia ada dan berkembang di bumi sampai akhir zaman nanti. Belajar adalah suatu proses dan aktivitas yang selalu dilakukan dan dialami manusia sejak manusia di dalam kandungan, buaian, tumbuh berkembang dari anak-anak, remaja hingga menjadi dewasa, sampai ke liang lahat sesuai dengan prinsip pembelaran sepanjang hayat. Dengan kata lain belajar adalah internalisasi hal-hal baru dalam hidup manusia. Dengan belajar manusia dapat mengetahui hal yang sebelumnya ia tidak diketahui. Belajar merupakan suatu kebutuhan hidup yang self generating yang mengupayakan diri sendiri, karena sejak lahir manusia mempunyai dorogan melangsungkan hidup untuk mencapai suatu tujuan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sadiman dkk (Waluyo 2013: 12) yang menyatakan, “belajar (learning) adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup sejak ia masih bayi sampai ke liang lahat.” Belajar merupakan suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian. Dalam konteks memperoleh pengetahuan, menurut pemahaman sains konvensional kontak manusia dengan alam diistilahkan atau diebut dengan pengalaman (experience). Pengalaman yang terjadi berulang kali melahirkan pengetahuan (knowledge) atau body of knowledge. Hal ini sejalan dengan pendapat ahli yaitu Pidarta (Waluyo 2013:12) yang menyebutkan bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang
6
7
relatif
permanen sebagai hasil pengalaman. Hasil tersebut bukan hasil
perkembangan, pengaruh obat atau kecelakaan melainkan dari proses apa yang telah dilewati. Dengan kata lainhasil dari perubahan perilaku tersebut dapat dikaitkan dengan pengetahuan lain serta mampu mengomunikasikannya pada orang lain. Ahli lain juga mengemukakan hal yang sama tentang arti belajar. Gagne (Dimyati dan Mudjiono 2013: 10) menyatakan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar tersebut berupa kapabilitas. Karenanya, setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Dari pemaknaan tersebut belajar merujuk pada kepada suatu proses perubahan perilaku atau pribadi atau perubahan struktur kognitif seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu, hasil interaksi aktifnya dengan lingkungan atau sumber-sumber pembelajaran yang ada di sekitarnya. Belajar dimaknai sebagai suatu proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungannya. Dengan interaksi, manusia dapat mendapatkan hal baru dari lawan interaksi baik dari sesama manusia maupun dari lingkungan dengan cara mengamati, melakukan, mencoba serta menyaksikan sesuatu proses, tidak sekedar reseptif dan pasif. Berkaitan dengan hal tersebut B.F Skinner (Sagala 2011:14) berpendapat, “belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.” Dari pendapat ahli-ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang membawa perubahan. Belajar adalah proses menghasilkan dan atau meningkatkan kemampuan keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai yang berlangsung seumur hidup melalui interaksi aktif dengan lingkungan ataupun sumber pembelajaran di sekitarnya.
8
b. Pembelajaran Pembelajaran (instruction) adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan yang terpogram
untuk membelajarkan
peserta didik. Di dalam pembelajaran terjadi proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sikdinas pasal 1 ayat 20 (Waluyo 2013:18) menyatakan “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran tetapi pada dasarnya kedua hal ini mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan guru mengajar agar peserta didik belajar dan menguasai isi pelajaran sehingga mencapai sesuatu yang obyektif yang ditentukan (aspek kogniitf), juga dapat mempengaruhi aspek sikap (sikap afektif) serta aspek keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik namun proses pengajaran ini memberikan kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak yaitu pekerjaan pengajar. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik. Pembelajaran
juga
dapat
diartikan
sebagai
proses
yang
diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan dan sikap (Dimyati dan Mudjiono, 2013:157). Sedangakan hikmah pembelajaran didefinisikan sebagai pengetahuan atau pemahaman yang diperoleh melalui pengalaman. Hal tersebut sesuai dengan definisi dari komunitas evaluasi UNEP (United Nation Environment Programme) yang mengartikan hikmah pembelajaran sebagai simpulan umum yang berpangkal dari evaluasi terhadap pengalaman-pengalaman dalam proyek, program, atau kebijakan yang diabstraksikan dari suatu kondisi spesifik menuju kondisi yang lebih luas (Suyono dan Haryanto, 2014:15).
9
Beberapa pendapat ahli diatas menerangkan bahwa dalam proses pembelajaran terjadi interaksi yang di dalamnya berlangsung proses belajar. Menurut Minarso (Waluyo, 2013:18) ada 5 interaksi yang dapat berlangsung dalam proses belajar dan pembelajaran, yaitu : 1) 2) 3) 4) 5)
Interaksi antara pendidik dan peserta didik. Interaksi antarsesama peserta didik atau antar sejawat. Interaksi peserta didik dengan narasumber. Interaksi peserta didik bersama pendidik dengan sumber belajar yang sengaja dikembangkan. Interaksi pesserta didik bersama pendidik dengan lingkungan sosial dan alam.
Sedangkan menurut Rink ada empat faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar pendidikan jasmani, yaitu : (a) motivasi belajar siswa, (b) kemampuan siswa, (c) kemampuan guru, dan (d) fasilitas pembelajaran (Rosdiani, 2013 : 122). Dengan demikian pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu peserta didik mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahapan rancangan, pelaksanaan dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar. Dalam proses pembelajaran itu dikembangkan pola pembelajaran yang menggambarkan kedudukan serta peran pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Guru sebagai sumber belajar, penentu metode belajar dan juga penilai kemajuan belajar meminta para pendidik untuk menjadikan pembelajaran lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri. c. Komponen Pembelajaran Menurut Rahyubi (2012 :234) dalam pembelajaran terdapat beberapa komponen yang penting yaitu : 1) Tujuan Pembelajaran
10
Tujuan pembelajaran adalah hal yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran meliputi aspek kognitif, aspek kognitif dan aspek psikomotor. 2) Kurikulum Kurikulum adalah sejumlah pengetahuan yang harus diselesaikan siswa guna mencapai suatu tingkatan atau ijazah. Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. 3) Guru Peranan guru tidak hanya sebatas sebagai pengajar tetapi juga pembimbing, pengembang dan pengelola kegiatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 4) Siswa Siswa atau peserta didik adalah seseorang yang mengikuti suatu program pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan di bawah bimbingan seorang guru, pelatih atau instruktur. Siswa adalah subjek dalam pendidikan. 5) Metode Metode pembelajaran adalah suatu model atau cara yag digunakan untuk melaksanakan suatu aktivitas pembelajaran. 6) Materi Pembelajaran Materi pembelajaran menentukan kegiatan pembelajaran itu sendiri. Materi pembelajaran yang menarik memungkinkan partisipasi siswa menjadi tinggi dan sebaliknya, materi yang tidak menarik akan membuat tingkat partisipasi siswa rendah. 7) Alat Pembelajaran (Media)
11
Media adalah salah satu komponen pembelajaran yang sangat penting karena pembelajaran akan berjalan lebih efektif jika didukung dengan media, alat pembelajaran atau fasilitas yang sesuai dengan materi yang diajarkan. 8) Evaluasi Evaluasi dalam pembelajaran adalah kegiatan mengumpulkan data seluasluasnya yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa guna mengetahui hasil belajar siswa. Bentuk evaluasi di sekolah adalah tes tertulis, tes lisan dan tes praktik. 2. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hasil proses belajar dan pembelajaran. Dengan demikian pelaku akif dalam belajar adalah siswa sedangkan pelaku aktif dalam pembelajaran adalah guru. Dimyati dan Mudjiono (2013:250) memandang hasil belajar dari dua sisi. Pertama, dari sisi siswa hasil belajar merupakan
tingkat
perkembangan
mental
(ranah
koginitif,
afektif,
psikomotor) yang lebik bila dibandingkan pada saat pra-belajar. Kedua dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Sementara pendapat dari ahli lain Sudjana (1995:22) menyatakan “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Bloom (Sudjana 1995:22) mengklasifikasikan hasil belajar ke dalam tiga ranah, yaitu : 1)
2)
Ranah kognitif yaitu berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif yaitu berkenaan dengan sikap yang teridiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi.
12
3)
Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerak dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil usaha yang diperoleh siswa melalui proses belajar berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan, yang diukur melalui tes. Hasil belajar dinilai dengan ukuran-ukuran guru, tingkat sekolah dan tingkat nasional. Dengan ukuran-ukuran tersebut, seorang siswa yang keluar dapat digolongkan lulus atau tidak lulus. Kelulusannya dengan memperoleh nilai rendah, sedang atau tinggi dan bagi yang tidak lulus berarti harus mengulang atau tinggal kelas. Dari segi proses belajar, hasil belajar dipengaruhi oleh proses pembelajaran itu sendiri. Kedua pelaku aktif, guru dan siswa sama-sama saling mempengaruhi dalam menentukan hasil belajar. Hasil belajar yang baik dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang berhasil. Sementara hasil belajar yang kurang baik menandakan bahwa proses pembelajaran tidak berhasil. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Hasil belajar siswa menjadi salah satu pilar utama terhadap penentuan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) pada suatu satuan pendidikan.Selain hasil belajar (intake), KKM juga dipengaruhi oleh kompleksitas pembelajaran dan daya dukung seperti sarana dan prasarana yang tersedia. Semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh maka KKM akan semakin tinggi yang berarti semakin tingginya kualitas suatu pembelajaran dalam suatu satuan pendidikan. Menurut Siti Rahayu Haditono (Dimyati dan Mudjiono, 2013:246) di Indonesia ditemukan banyak siswa yang memperoleh angka hasil belajar rendah. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor : 1) Kurangnya fasilitas belajar di sekolah dan rumah.
13
2) Siswa makin dihadapkan oleh berbagai pilihan dan mereka merasa ragu dan takut gagal. 3) Kurangnya dorongan mental dari orangtua tidak memahami apa yang dipelajari oleh anaknya di sekolah. 4) Keadaan gizi yang rendah sehingga siswa tidak mampu belajar yang lebih baik serta gabungan dari factor-faktor yang ada. 3. Pembelajaran Penjasorkes a. Pengertian Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan (Rosdiani 2013:139). Inti pengertiannya adalah mendidik anak.yang membedaknnya dengan mata pelajaran lain adalah alat yang digunakan adalah gerak insani, manusia yang bergerak secara sadar. Gerak itu dirancang secara sadar oleh gurunya dan diberikan dalam situasi yang tepat agar dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak didik. b. Tujuan Tujuan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan adalah untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional (Rosdiani 2013:142). c. Hakikat Pendidikan Jasmani Pada hakikatnya pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang melibatkan interaksi antara peserta didik dengan lingkungan yang dikelola melalui aktivitas jasmani secara sistematik melalui pembentukan manusia seutuhnya. Aktivitas jasmani dalam definisi di atas diartikan sebagai kegiatan
14
peserta didik untuk meningkatkan keterampilan motorik dan nilai-nilai fungsional yang mencakup kognitif, afektif dan sosial. (Cholik dan Lutan 2001:25). d. Peranan Pendidikan Jasmani 1)
Memenuhi kebutuhan anak akan gerak Pendidikan jasmani memang merupakan dunia anak-anak dan sesuai dengan kebutuhan anak-anak. Di dalamnya anak-anak dapat belajar sambil bergembira melalui penyaluran hasratnya untuk bergerak. Semakin
terpenuhi
pertumbuhannya,
kebutuhan
kian
besar
akan
gerak
dalam
kemashalatannya
masa-masa
bagi
kualitas
pertumbuhannya itu sendiri (Rosdiani 2013 : 170). 2)
Mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi dirinya. Dengan bermain dan bergerak anak benar-benar belajar tentang potensinya dalam kegiatan ini anak-anak mencoba mengnali lingkungan sekitarnya. Para ahli sepaham bahwa pengalaman ini penting untuk merangsang pertumbuhan intelektual dan hubungan sosialnya dan bahkan perkembangan harga diri yang menjadi dasar kepribadiannya kelak (Rosdiani 2013 : 170).
3)
Menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna. Peranan pendidikan jasmani di Sekolah dasar cukup unik karena turut mengembangkan dasar-dasar keterampilan yang diperlukan anak untuk mengawasi berbagai keterampilan dalam kehidupan di kemudian hari. Karena pada usia SD tingkat pertumbuhan sedang lambat-lambatnya maka pada usia-usia inilah kesempatan anak untuk mempelajari keterampilan gerak sedang tiba pada masa kritisnya. Konsekuensinya, keterampilan gerak sedang tiba pada masa ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak pada masa berikutnya (Rosdiani 2013 : 170).
15
4)
Menyalurkan energi yang berlebihan. Anak adalah makhluk yang sedang berada dalam masa kelebihan energi.Kelebihan energi ini perlu disalurkan agar tidak menggangggu keseimbangan perilaku dan mental anak. Segera setelah kelebihan energi tersalurkan, anak akan memperoleh kembali keseimbangan dirinya, karena setelah istirahat, anak akan kembali memeperbaharui dan memulihkan eneerginya secara optimum (Rosdiani 2013 : 170).
5)
Merupaka proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental maupun emosional. Pendidikan jasmani yang benar akan memberikan sumbangan yang sangat berarti terhadap pendidikan anak secara keseluruhan. Hasil nyata yang diperoleh dari pedidikan jasmani adalah perkembangan yang lengkap, meliputi aspek fisik, mental, emosi, sosial dan moral. Tidak salah jika para ahli percaya bahwa pendidikan jasmani merupakan wahana yang paling tepat untuk membentuk manusia seutuhnya (Rosdiani 2013 : 170).
4. Permainan Bolavoli Mini a. Pengertian Bolavoli mini adalah modifikasi dari permainan bolavoli yang dikhususkan untuk anak-anak usia 9-13 tahun. Lapangan yang terlalu besar, peraturan yang rumit dan ketinggian net menjadi masalah bagi anak-anak yang
ingin
memainkan
permainan
bolavoli
sehingga
dilakukanlah
penyederhanaan karakteristik permainan bolavoli. Bolavoli mini adalah permainan bolavoli yang dimainkan di atas lapangan kecil dengan empat orang pemain tiap timnya dan menggunakan permainan sederhana di lapangan degan panjang 12 meter dan lebar lapangan 5,5 meter (Kristiyanto 2010:68).
16
Memvoli bola dalam permainan bolavoli mini berarti memantulkan atau memainkan bola dengan tujuan menjatuhkan bola ke lapangan lawan. Dalam permainan bolavoli mini perkenaan bola adalah seluruh bagian badan atau dengan kata lain seluruh badan dapat memainkan bola dengan syarat pantulan bola saat perkenaan bola bersih dan sempurna sesuai peraturan. Tujuan dari permainan bolavoli adalah melewatkan bola diatas net agar dapat jatuh menyentuh lantai lapangan lawan untuk mencegah usaha yang sama dari lawan. Setiap tim dapat memainkan tiga pantulan untuk mengembalikan bola (diluar perkenaan block). Bola dinyatakan dalam permainan setelah bola dipukul oleh pelaku servis melewati atas net kearah lawan. Permainan dilanjutkan hingga bola menyentuh lantai, bola “keluar” atau satu tim gagal mengembalikan bola (diluar perkenaan block). Dalam permainan bolavoli, tim yang memenangkan sebuah reli memperoleh satu angka (rally poin system). Apabila tim yang sedang menerima servis, serta para pemainnya melakukan pergeseran satu posisi searah jarum jam. b. Fasilitas, Alat dan Perlengkapan Fasilitas adalah segala sesuatu yang mendukung dan digunakan dalam suatu kegiatan. Fasilitas yang digunakan dalam permainan bolavoli mini terdiri dari sarana dan prasarana. Fasilitas, alat serta kelengkapan yang diperlukan dalam bolavoli mini menurut Kristiyanto (2010: 69) adalah : Lapangan bolavoli mini berukuran panjang 12 meter dan lebar 5,5 meter. Tinggi net untuk putra 2,1 meter dan tinggi net putri untuk putri 2,0 meter. Panjang net keseluruhan 7 meter dan lebar 90 centimeter.Sementara bola yang digunakan adalah bola dengan Nomor 4, berat 230-250 gram. Perlengkapan yang lain berkenaan dengan perlengkapan standar pakaian olahraga yaitu : kaos bernomor, celana pendek dan sepatu olahraga (Kristiyanto 2010:69). c. Peraturan Permainan Bolavoli Mini
17
Peraturan permainan bolavoli mini sudah banyak dikembangkan oleh FIVB sendiri dan juga bisa dimodifikasi sesuai keinginan dan kondisi situasi di tempat pelaksanaan. Peraturan permainan bolavoli mini menurut Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia (2009: 94) adalah : Bola, bola dalam permainan bolavoli mini ini menggunakan bola bernomor 4, garis tengah bola 22-24 cm, dan berat 220-240 gram. Jarring atau net, tinggi net standart untuk putra 2,10 meter dan putri 2,00 meter. Pemain, pemain utama dalam permainan ini adalah 4 orang dan pemain cadangan 2 orang. Umur maksimal 12 tahun. Lapangan, luas lapangan bolavoli mini adalah, panjang 12 m x 6 m, tidak menggunakan garis serang, daerah sajian atau servis adalah seluruh daerah di belakang garis akhir lapangan, tebal garis 5 cm. cara bermain, semua pemain dapat melakukan segala macam cara memainkan bola asal dengan pantulan yang sah. Rotasi atau perput `aran pemain sama seperti permainan bolavoli. Pergantian pemain, pergantian pemain mengacu pada system internasional, satu set hanya dapat dilakukan 4 kali, lama pertandingan two winning set/dua kali kemenangan atau “best of three games”.
Gambar 2.1. Lapangan Bolavoli Mini Sumber :http://www.mikirbae.com/ Secara garis besar peraturan dalam permainan bolavoli mini adalah hampir sama dengan permainan bolavoli pada umumnya. Salah satunya
18
adalah seperti yang dikutip dari Federation Internationale de Volleyball (2012:27) : “A hit is any contact with the ball by a player in play. The team is entitled to amaximum of three hits (in addition to blocking) for returning the ball if more are used the team commits the fault of “FOUR HITS”……a player may not hit the ball two times consecutively…” d. Prinsip Pengenalan Bola Pengenalan bola merupakan sebuah cara yang efektif untuk menanamkan kecintaan anak pada permainan bolavoli. Pengenalan harus dilakukan pada awal latihan. Pada anak-anak, kesan pertama merupakan pengalaman yang sangat menentukan. Kesan pertama yang kurang menyenangkan akan menghilangkan minat pada anak. Dan sebaliknya, kesan pertama yang baik akan menumbuhkan minat anak pada permianan tersebut. Menurut Kristiyanto (2010:70) ada beberapa prinsip pengenalan bola yang perlu digaris bawahi, yaitu : 1) 2) 3) 4)
Pengenalan bola harus menantang. Pengenalan bola harus menyenangkan. Memberikan kesempatan yang cukup secara kuantitas. Pemberian reinforcement dan punishment.
e. Contoh Sederhana Latihan Pengenalan Bola Pada Anak menurut Kristyanto (2010:72) : 1) 2) 3) 4) 5)
6)
Bola dilambung-lambungkan di tempatnya sendiri. Bola dilambungkan dan dipindahkan dari tangan kanan ke tangan kiri. Pada posisi berdiri bola dijatuhkan dan pantulan bola di tangkap dalam posisi jongkok. Posisi anak berlutut bola diletakkan d lantai kemudian diputar mengelilingi badan. Sambil mengangkat paha, anak memantulkan bola di bawah paha dengan menggunakan tangan kanan dan kiri secara bergantian. Berpasangan, melakukan lempar tangkap bola dalam posisi tengkurap berhadapan.
19
7)
8)
Berpasangan melakukan lempar tangkap satu pihak melempar dari bawah kemudian pasangannya menangkap dari atas dan mengembaliknnya dengan cara melempar dari depan dada. Berpasangan saling membelakangi kemudian memberikan bola dari arah samping.
f. Keterampilan dalam Bermain Pada Bolavoli Mini Bermain pada bolavoli mini secara esensial menggunakan teknik standar permainan bolavoli pada umumnya. Siapapun yang akan bermain harus menguasasi teknik-teknik dasar bermain yang meliputi : 1) service, 2) pass atas dan pass bawah, 3) spike atau smash, 4) block atau bendungan (Kristiyanto, Agus 2010:76). Penyederhanaan permainan bukan dengan cara menghilangkan teknk dasar tetapi dengan melakukan modifikasi baik dari ukuran lapangan, bola, jumlah pemain maupun ketinggian net. Namun demikian tidak semua jenis teknik dasar harus terkuasai oleh anak-anak yang akan bermain. Pada awalnya setelah pengenalan bola, langkah berikutnya adalah mengenalkan cara belajar service dan passing yang diperlukan untuk memulai dan menciptakan permainan dalam rally. Keterampilan dasar service bawah yang benar menurut Sunardi dan Kardiyanto (2015: 15) : a) Pemain berdiri menghadap net, kaki kiri di depan kaki kanan, lengan kiri dijulurkan ke depan dan memegang bola(ini untuk pemain tangan kanan) bagi pemain tangan kiri sebaliknya. b) Bola dilempar rendah ke atas, berat badan bertumpu pada kaki sebelah belakang, lengan yang bebas digerakkan ke belakang dan diayunkan ke depan dan memukul bola. c) Sementara berat badan dipindahkan ke kaki sebelah depan. d) Bola dipukul dengan telapak tangan terbuka, pergelangan tangan kaku dan kuat.
20
e) Gerakan terakhir adalah memindahkan kaki yang di belakang ke depan. Sedangkan keterampilan passing bawah yang benar menurut Kokasih dalam (Sunardi dan Kardiyanto, 2015: 24) adalah badan dalam sikap setimbang labil, lengan diulurkan ke depan bawah, siku tidak ditekuk (sudut antara lengan dengan badan kira-kira 45 derajat). Perkenan bola dengan bagian sebelah atas pergelangan tangan kea rah ibu jari (bagian proksimal pergelangan tangan). Keterampilan dasar smash atau spike pada anak diawali dengan kemampuan memanipulasi bola atas dengan cara melompat ke atas untuk menyeberangkan bola di atas net ke daerah lawan. Manipulasi bola yang dilakukan juga belum berbentuk pukulan keras akan tetapi hanya sebuah sentuhan lunak atau dorongan. Gerakan smash yang dibrikan untuk anak-anak adalah jenis smash normal yaitu smash yang lintasan bolanya umpan tinggi melambung parabola dengana lintasan yang mudah diprediksi. Sehingga mereka dapat merespon gerakan smash secara lebih mudah. Membendung (blocking) pada umumnya belum banyak dilakukan oleh anak-anak. Namun kekuatan otot tungkai yang berkembang dan tinggi badan yang semakin berkembang akan memotivasi anak-anak untuk melakukan bendungan erhadap serangan yang diberikan lawan. Pada dasarnya, semua jenis teknik dan gerakan dalam permainan bolavoli mini diawali dengan gerakan dasar memukul bola yang harus dikuasai terlebih dahulu oleh siswa sekolah dasar. 5. Modifikasi Pembelajaran a. Latar Belakang Modifikasi Minimnya fasilitas dan perlengkapan pendidikan jasmani yang dimiliki sekolah menuntut guru pendidikan jasmani untuk lebih kreatif dalam mengoptimalkan penggunaan fasilitas dan perlengkapan yang ada sesuai
21
dengan kondisi siswa dan sekolahnya. Tidak sedikit siswa yang yang merasa kurang menyukai materi pembelajaran yang diberikan oleh guru karena kemampuan guru dalam menyampaikan materi yang diberikan, baik dalam penggunaan alat yang digunakan, penyajian materi, dalam mengoptimalkan lingkungan pembelajaran maupun dalm mengevaluasi hasil pembelajaran. Guru pendidikan jasmani harus mampu menggugah partispasi sisw agar tercipta pembelajaran yang optimal. Upaya tersebut tidak terlepas dari kemampuan guru untuk memodifikasi segala sesuatu yang berkaitan dengan proses pembelajaran dengan jalan mengurangi atau menambah tingkat kesulitan yang dihadapi siswa baik dalam dalam hal alat bantu dan perlengkapan, karakteristik materi yang disesuaikan, lingkungan pembelajaran serta cara evaluasi yang diberikan. Kristiyanto (2010: 130) menyebutkan bahwa : Suatu alat pembelajaran dikatakan baik apabila mempunyai tujuan pendidikan untuk mengubah pengetahuan, pengertian, pendapat dan konsep-konsep, mengubah sikap dan persepsi, menanamkan tingkah laku/kebiasaan yang baru. Selain itu alat bantu harus efisien dalam penggunaannya, dalam waktu yang singkat dapat mencakup isi yang luas dan tempat yang diperlukan tidak terlalu luas. Penempatan alat bantu perlu diperhatikan ketepatannya agar dapat diamati dengan baik oleh siswa. Efektif artinya memberikan hasil yang tinggi ditinjau dari segi pesannya dan kepentingan siswa yang sedang belajar sedangkan yang dimaksud dengan komunikatif ialah bahwa media tersebut mudah untuk dimengerti maksudnya, sehingga membuat siswa menjadi lebih mudah dalam menerima pembelajaran yang diberikan oleh guru. Guru yang kreatif akan mampu menciptakan sesuatu yang baru atau memodifikasi yang sudah ada untuk disajikan dengan cara yang menarik sehingga siswa senang mengikuti pembelajaran. Esensi modifikasi adalah menganalisis
sekaligus
mengembangkan
materi
pelajaran
dengan
meruntukkannya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial sehingga dapat memperlancar siswa dalam belajarnya. Cara ini dimaksudkan untuk
22
menuntun, mengarahkan dan membelajarkan siswa yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, yang tadinmya kurang terampil menjadi terampil. b. Tujuan Modifikasi Menurut Lutan (1988), modifikasi dalam mata pelajaran pendidikan jasmani diperlukan dengan tujuan : 1) Siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran. 2) Meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi. 3) Siswa dapat melakukan pola gerak secara benar. Sedangkan menurut Ausisie (1996), pengembangan modifikasi didasarkan pada pertimbangan : 1) Anak-anak belum memiliki kematangan fisik dan emosional seperti orang dewasa. 2) Berolahraga dengan peralatan dan peraturan yang dimodifikasi akan mengurangi cedera pada anak. 3) Olahraga yang dimodifikasi akan mampu mengembangkan keterampilan anak lebih cepat dibanding dengan peralatan standart untuk orang dewasa. 4) Olahraga yang dimodifikasi menumbuhkan kegembiraan dan kesenangan pada anak-anak dalam situasi kompetitif. c. Aspek Analisis Modifikasi Menurut Yoyo Bahagia, aspek pembelajaran yang dimodifikasi dibagi menjadi : 1) Tujuan 2) Karakteristik materi 3) Kondisi lingkungan 4) Evaluasi. d. Modifikasi Lingkungan Pembelajaran Yoyo
Bahagia
mengklasifikasikan
pembelajaran menjadi tiga, yaitu : 1) Peralatan
modifikasi
lingkungan
23
Peralatan yang dimiliki oleh sekolah kurang memadai baik secara kualitas maupun
kuantitas.
Guru
dapat
menambah/mengurangi
tingkat
kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara memodifikasi peralatan yang
digunakan
untuk
aktivitas
pendidikan
jasmani.
Misalnya
memodifikasi berat ringannya, besar kecilnya, panjang pendeknya maupun menggantinya dengan peralatan lain sehingga dapat digunakan dalam kegiatan penjas. Hal tersebut sesuai dengan Rosdiani (2013:57) yang mengatakan bahwa memodifikasi peralatan berarti guru dapat mengubah berat-ringan, besar-kecil, tinggi rendah atau panjang-pendek alat yang digunakan. 2) Penataan ruang gerak Guru dapat mengurangi atau menambah tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara menata ruang gerak siswa dalam kegiatannya. 3) Jumlah siswa yang terlibat Guru dapat mengurangi atau menambah tingkat kesulitan dengan cara mengurangi atau menambah jumlah siswa yang terlibat dalam tugas ajar. Menurut Aussie (1996) komponen penting yang dapat dimodifikasi berkaitan dengan lingkungan pembelajaran, meliputi : 1) 2) 3) 4) 5)
Ukuran, berat atau bentuk peralatan yang digunakan. Lapangan permainan. Waktu bermain dan lamanya permainan. Peraturan permainan. Jumlah pemain.
Sedangkan secara operasional Ateng (1992) mengemukakan modifikasi permainan sebagai berikut : 1) 2) 3) 4) 5)
Kurangi jumlah pemain tiap regu. Ukuran lapangan diperkecil. Waktu bermain diperpendek. Sesuaikan kesulitan dengan tingkat karakteristik anak. Sederhanakan alat yang digunakan.
24
6) Ubahlah peraturan menjadi sederhana sesuai dengan kebutuhan agar permainan berjalan lancar. 6. Modifikasi Alat Pembelajaran dan Peraturan dalam Permainan Bolavoli Mini a. Bola Bolavoli mini standart Nomor 4, berat 230-250 gram dimodifikasi menggunakan bola spon dengan berat kurang dari 100 gram. Bertujuan untuk memperbanyak kesempatan anak mencoba bermain permainan bolavoli mini menggunakan bola. Dengan penggunaan bola plastik yang lebih ringan, dapat mempermudah anak menguasai berbagai gerakan dalam permainan bolavoli mini.
Gambar 2.2 Modifikasi bola Sumber :https://sportvolleyballclub.wordpress.com
b. Net a. Net standart dalam permainan bolavoli mini dimodifikasi dengan menggunakan raffia. Hal ini bertujuan agar dengan menggunakan raffia sebagai modifikasi dari net, maka dapat dilaksanakan pembelajaran permainan bolavoli mini di lebih dari satu lapangan. Dengan begitu pembelajaran dapat efisin baik waktu dan tempat.
25
Kekurangan : Perakitan net yang kurang maksimal dari raffia, membuat bola yang dimainkan dapat menerobos net modifikasi yang dibuat.
Net voli standart
net modifikasi dari rafia
Gambar 2.3. Modifikasi Net Sumber : id.aliexpress.com/popular/nets-volleyball.html
b. Panjang dan lebar net Panjang net standart adalah 7 meter. Dimodifikasi menjadi 17 meter untuk digunakan pada empat lapangan permainan sekaligus. Sedangkan untuk lebar net saama seperti ukuran net standart yaitu 90 cm. Kelebihan : Dengan memperpanjang net menjadi 17 meter maka dapat memaksimalkan penggunaan lapangan/tempat. Kekurangan : Memodifikasi panjang net harus memperhatikan lapangan permainan. 7m 17m 90 cm
Ukuran net standart
Ukuran net modifikasi
26
Gambar 2.4. Modifikasi Panjang dan Lebar Net Sumber : id.aliexpress.com/popular/nets-volleyball.html
c. Tinggi net standart yaitu 2 meter diubah menjadi 1,8 meter. Tujuan dari perubahan tinggi net dimaksudkan agar siswa mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk menyeberangkan bola ke daerah permainan lawan. Kelebihan : Siswa mempunyai motivasi lebih ketika mengetahui tinggi net yang direndahkan. Kekurangan : Pengurangan ketinggian net harus memperhatikan ukuran lapangan
yang
dimodifikasi.
Pengurangan
ketinggian
net
harus
menyesuaikan dengan perbandingan pengurangan ukuran lapangan (jika ukuran lapangan dimodifikasi).
2m
1,8 m
Ukuran net standart
Ukuran net modifikasi
Gambar 2.5. Modifikasi Tinggi Net Sumber : id.aliexpress.com/popular/nets-volleyball.html
c. Lapangan Permainan Ukuran lapangan permainan dimodifikasi dari 12 x 5,5 meter diubah menjadi 8 x 4 meter. Karena dengan begitu, lapangan permainan yang digunakan bisa dibagi menjadi 4 lapangan. Tujuannya adalah dengan mengurangi ukuran lapangan permainan yang digunakan, maka jumlah dari lapangan yang bisa
27
dibuat akan semakin banyak. Dengan begitu jumlah siswa yang memiliki kesempatan untuk mencoba melakukan permainan bolavoli mini juga semakin bertambah. Kesempatan berlatih semakin tinggi.Selain itu pengurangan ukuran lapangan dapat meningkatkan efektifitas gerak anak dalam memukul dan mengembalikan bola. Kekurangan : Karena lapangan yang bersebelahan dan hanya dipisah dengan garis lapangan yang sama, anak sering masuk ke lapangan permainan lain.
Gambar 2.6. Modifikasi lapangan
d. Pemain a. Jumlah pemain dimodifikasi dari empat orang menjadi tiga orang setiap timnya. b. Setiap tim hanya terdiri dari tiga pemain inti tanpa ada pemain cadangan. c. Karena ditiadakannya pemain cadangan, maka otomatis pergantian pemain ditiadakan. d. Perubahan jumlah poemain menjadi 3 dikarenakan dengen membaginya menjadi 3 pemain setiap tim, semua anak akan bermain secara bersamaan pada saat pembelajaran. Tidak ada anak yang menganggur.
28
e. Pembagian bisa berdasarkan jumlah dari siswa itu sendiri, atau berdasarkan
jumlah
lapangan
permainan
yang
tersedia
setelah
dimodifikasi. e. Menyentuh dan memukul bola a. Peraturan bahwa menyentuh bola hanya dapat dilakukan sekali dimodifikasi menjadi dua kali. Dengan begitu siswa dapat meningkatkan kematangan gerakan memukul bola. Jika diperkenankan sebanyak lebih dari dua kali, siswa akan asik bermain sendiri dengan bolanya dan tidak segera mengumpan. b. Peraturan bahwa pengembalian bola harus dilakukan setelah melakukan maksimal dalam tiga kali sentuhan dimodifikasi menjadi lima kali sentuhan. Hal ini bertujuan agar kesempatan siswa menyentuh bola lebih banyak. f. Skor Jumlah skor kemenangan 25 dalam satu set dimodifikasi menjadi 15. Hal ini bertujuan untuk menyesuaikan kondisi siswa dengan waktu dan energi yang dibutuhkan dalam permainan. g. Kemenangan Peraturan memperoleh kemenangan yang disebutkan harus memenangkan dua set dimodifikasi menyesuaikan waktu dalam pembelajaran. 7. Pembelajaranan Bolavoli Mini Menggunakan Alat dan peraturan yang Dimodifikasi di Sekolah Dasar. Pelaksanaan metode pembelajaran dengan menggunakan modifikasi alat dan peraturan pada permainan bolavoli mini ini dimulai dengan memodifikasi hampir semua alat pembelajaran permainan bolavoli mini menggunakan alat modifikasi. Pelaksanaan metode ini diterapkan pada permainan bolavoli mini yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran. Penerapan modifikasi langsung dilasksanakan pada pertemuan pertama. Pertama, dimulai dari mengganti bola
29
standart voli menggunakan bola spon saat pembelajaran berlangsung. Kedua, yaitu saat pembelajaran tidak menggunakan lapangan ukuran standart melainkan menggunakan lapangan yang sudah dimodifikasi ukurannya sehingga menjadi lebih sempit. Ketiga, saat permbelajaran berlangsung menggunakan net dari raffia yang sudah dimodifikasi ukurannya menjadi lebih panjang serta tinggi net pun diperpendek. Keempat, peraturan yang dimainkan dalam pembelajaran permainan bolavoli mini disederhanakan.
Gambar 2.7.Pembelajaran permainan bolavoli mini menggunakan alat dan peraturan yang dimodifikasi.
8. Kelebihan dan Kekurangan Menggunakan Alat dan peraturan yang Dimodifikasi Berdasarkan pelaksanaan metode pembelajaran permainan bolavoli mini menggunakan alat dan peraturan yang dimodifikasi, pembelajaran ini dapat diidentifikasikan kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan metode pembelajaran permainan bolavoli mini menggunakan alat dan peraturan yang dimodifikasi ini antara lain :
30
a. Pembelajaran ini tidak begitu memberatkan fisik dan psikologis siswa karena bola, ukuran lapangan, dan net yang digunakan tidak standart serta peraturan yang digunakan sangat sederhana. b. Tingkat kegagalan dalam melakukan gerakan semakin kecil karena bola yang digunakan lebih ringan. c. Siswa tidak merasa berat dalam melakukan pembelajaran sehingga akan termotivasi dalam melakukan gerakan yang berakibat pada naiknya motivasi di dalam pembelajaran. Kelemahan metode pembelajaran permainan boalvoli mini menggunakan alat dan peraturan yang dimodifikasi antara lain : a. Kebenaran gerakan menjadi terabaikan karena adanya bola modifikasi. b. Harus diperlukan alat modifikasi dalam jumlah yang banyak karena alat-alat yang modifikasi membuat minat siswa sekolah dasar meningkat. c. Pemodifikasi ukuran baik net maupun panjang dan lebar lapangan harus memperhatikan perbandingan antara keduanya, karena keduanya saling mempengaruhi.
31
B. KERANGKA BERPIKIR PENETAPAN FOKUS MASALAH Penerapan metode pembelajaran menggunakan alat dan peraturan yang dimodifikasi untuk meningkatkan hasil belajar permainan bolavoli mini. Perencanaan 1. Menyususn rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) 2. Menyusun lembar observasi 3. Menyiapkan media/alat yang digunakan dalam proses pembelajaran. 4. Menyusun instrument tes (GPAI) permainan bolavoli mini. Refleksi Menganalisis hasil observasi dan mengemukakan hasil pada perlakuan pertama, yang memerlukan perbaikan pada siklus berikutnya. Perencanaan
Pelaksanaan Guru dan peneliti memberikan penjelasan mengenai permainan bolavoli menggunakan alat dan peraturan yang dimodifikasi serta menerapkannya dalam pembelajaran sesuai dengan RPP. Bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar permainan bolavoli mini.
Siklus I
Pengamatan
Pengamatan dilakukan dengan cara mencatat semua kejadian yang terjadi pada siklus I saat proses pembelajaran PJOK pada lembar observasi.
1. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) permainan bolavoli mini menggunakan alat dan peraturan yang dimodifikasi. 2. Menyusun lembar observasi. 3. Menyiapkan media/alat untuk pembelajaran. 4. Menyusun instrument GPAI permainan bolavoli mini. Pelaksanaan
Refleksi Menganalisis hasil observasi dan mengemukakan hasil pada pelaksanaan kedua. Indikator tercapai, penelitian bisa diakhiri. Indicator belum tercapai, perlu diadakan siklus III
Upaya perbaikan tindakan dari siklus I dengan lebih menekankan pada permainan bolavoli mini menggunakan alat dan peraturan yang dimodifikasi sehingga meningkatkan hasil belajar permainan bolavoli mini. Siklus II
Pengamatan
Pengamatan dilakukan dengan mencata semua kejadian yang terjadi pada siklus II pada lembar observasi Gambar 2.8 Kerangka Berpikir
32
C. HIPOTESIS Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : “Penggunaan alat dan peraturan yang dimodifikasi dapat meningkatkan hasil belajar permainan bolavoli mini Majasem
3
Kab.
pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri
Ngawi
Tahun
ajaran
2015/2016.”
6