BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengungkapan Diri 1.
Defenisi pengungkapan diri Wrightsman (dalam Dayakisni, 2009) menyatakan pengungkapan diri
merupakan suatu proses menghadirkan diri yang diwujudkan dalam kegiatan membagi perasaan dan informasi dengan orang lain. Selain itu Morton (dalam Dayakisni, 2009)
juga menyatakan bahwa pengungkapan diri merupakan
kegiatan membagi perasaan dan informasi yang akrab dengan orang lain. Informasi di dalam pengungkapan diri ini bersifat deskriptif atau evaluatif. Deskriptif artinya individu melukiskan berbagai fakta mengenai diri sendiri yang mungkin belum diketahui oleh pendengar seperti, jenis pekerjaan, alamat dan usia. Sedangkan evaluatif artinya individu mengemukakan pendapat atau perasaan pribadinya seperti tipe orang yang kita sukai atau hal-hal yang kita sukai atau kita benci. Canary (dalam Taylor,dkk, 2009) mengungkapkan pengungkapan diri sebagai suatu percakapan dimana kita berbagai informasi dan perasaan pribadi dengan orang lain. Sedangkan Gardner (2002) menyatakan pengungkapan diri sebagai suatu bentuk tindakan bertukar informasi dengan orang lain mengenai diri yang mencakup keadaan pribadi, disposisi, pengalaman masa lalu dan rencana masa depan
Universitas Sumatera Utara
Menurut Devito(1986) pengungkapan diri merupakan sebuah
bentuk
komunikasi dimana informasi mengenai diri kita yang biasanya kita sembunyikan kita beritahukan kepada orang lain. Devito (1985) juga menyatakan beberapa aspek yang terkandung dalam defenisi ini, yang mencakup : a. Pengungkapan diri merupakan suatu bentuk komunikasi b. Pengungkapan
diri
adalah
informasi,
dimana
informasi
yang
dimaksudkan sebagai sesuatu hal yang belum diketahui sebelumnya oleh si pendengar, dengan kata lain informasi tersebut adalah pengetahuan baru. c. Pengungkapan diri adalah informasi mengenai seseorang, yang meliputi isi pikiran, perasaan dan perilaku seseorang atau mengenai orang lain yang dekat dengan kita yang memiliki hubungan ketergantungan signifikan dengan kita. d. Pengungkapan
diri
mencakup
informasi
yang
normalnya
disembunyikan. Hal ini bukan hanya sekedar informasi yang belum diungkapkan sebelumnya, namun mengenai informasi yang sebelumnya tidak kita ungkapkan dan berusaha untuk menyimpan rahasia tersebut. e. Pengungkapan diri melibatkan sedikitnya satu orang lain. Dalam melakukan pengungkapan diri, komunikasi yang dilakukan sedikitnya diantara dua orang, karena pengungkapan diri bukan merupakan komunikasi intrapersonal. Oleh
karena
beragamnya
pendapat
para
ahli
akan
pengertian
pengungkapan diri, maka dapat disimpulkan bahwa pengungkapan diri adalah
Universitas Sumatera Utara
sebuah bentuk tindakan dimana kita memberitahukan mengenai informasi pribadi kita kepada orang lain,seperti keadaan pribadi, perasaan, pendapat, pengalaman masa lalu dan juga harapan di masa depan.
2. Dimensi-dimensi pengungkapan diri Pengungkapan diri berbeda-beda pada setiap individu dalam lima dimensi pengungkapan diri sebagai berikut (Devito, 1986): a.
Jumlah Jumlah dari pengungkapan diri dapat diukur dengan mengetahui frekuensi pengungkapan diri yang dilakukan individu dan durasi waktu yang diperlukan untuk megutarakan pernyataan pengungkapan diri tersebut kepada orang lain. Pengungkapan diri yang baik ditandai dengan frekuensi yang banyak dan hanya membutuhkan sedikit waktu untuk dapat mengutarakan suatu pernyataan yang diinginkan.
b.
Valensi Valensi merupakan hal-hal positif atau negatif yang dinyatakan dalam pengungkapan diri. Individu dapat mengungkapkan diri mengenai hal-hal yang menyenangkan atau tidak menyenangkan, memuji atau menjelekkan hal-hal yang ada dalam dirinya. Pengungkapan diri yang baik melibatkan pernyataan hal-hal yang menyenangkan maupun hal-hal yang tidak menyenangkan oleh individu.
c.
Ketepatan dan kejujuran
Universitas Sumatera Utara
Ketepatan
pengungkapan
diri
individu
dipengaruhi
oleh
tingkat
pengetahuan individu tentang dirinya. Individu yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi tentang dirinya akan dapat mengungkapkan diri dengan lebih tepat. Pengungkapan diri dapat bervariasi jika dilihat dari segi kejujurannya. Individu dapat mengungkapkan hal yang sebenarnya atau cenderung melebih-lebihkan, mengabaikan hal yang penting, atau berbohong. Pengungkapan diri yang baik adalah ketika individu dapat memberikan pernyataan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya tanpa melebih-lebihkan atau mengurangi informasi sehingga orang lain dapat mengetahui situasi yang akurat. d.
Keluasan Kemampuan individu untuk mengungkapkan diri sesuai dengan keluasan yang diinginkan, seberapa besar kemampuan individu dalam mengontrol informasi yang akan diungkapkan kepada orang lain. Pengungkapan diri yang baik ditandai dengan kemampuan individu untuk mengungkapkan diri sesuai dengan seberapa luas informasi yang ingin diungkapkan. Semakin akrab suatu hubungan ditandai dengan semakin luasnya informasi yang diungkapkan.
e.
Kedalaman Seberapa besar kedalaman individu dalam mengungkapkan dirinya, apakah individu hanya mengungkapkan diri yang bersifat permukaan atau juga mengungkapkan hal-hal yang bersifat sangat pribadi atau intim. Pengungkapan diri yang baik bagi suatu hubungan akrab adalah individu
Universitas Sumatera Utara
mampu mengungkapkan hal-hal yang bersifat sangat pribadi dan khusus tentang dirinya.
3. Tahapan pengungkapan diri Dalam proses hubungan interpersonal terdapat tahap-tahap yang berbeda dalam pengungkapan diri. Menurut John Powell (dalam Beebe, 2008), pengungkapan yang kita lakukan mengenai informasi diri kita berkembang berdasarkan tahapan berikut ini: a. Level 5 : Cliché communication. Pada tahapan ini, pertama kali kita membangun kontak verbal dengan orang lain dengan mengucapkan sesuatu yang memberitahukan kepada orang tersebut bahwa kita menerima kehadirannya. Biasanya dengan mengucapkan kata “Halo” atau “Apa kabar?” merupakan pertanda untuk memulai suatu hubungan, walaupun singkat dan bersifat mendasar. b. Level 4: Facts and biographical information. Setelah menggunakan frase cliché dan memberikan respon untuk membangun interaksi, biasanya kita melanjutkan dengan mengungkapkan informasi mengenai diri kita yang sifatnya tidak mengancam, misalnya nama kita, tempat tinggal, atau usia. c. Level 3 : Attitudes and personal ideas. Setelah kita menyebutkan nama dan informasi dasar lainnya, biasanya kita mulai untuk membicarakan mengenai informasi pribadi kita, misalnya sikap kita mengenai pekerjaan atau sekolah atau topik yang bersifat aman
Universitas Sumatera Utara
lainnya. Pada tahapan ini, informasi yang diungkapkan tidak terlalu terbuka dan tidak terlalu mengancam, namun kita mulai untuk mengatakan mengenai hal-hal yang kita sukai atau tidak sukai atau pendapat kita mengenai topik-topik yang tidak bersifat kontroversial. d. Level 2 : Personal feelings. Pada tahapan ini, kita mendiskusikan topik-topik dan hal-hal yang sifatnya lebih pribadi. Setelah kita membina rapport dengan seseorang, kemudian kita memberitahukan mengenai ketakutan kita, rahasia-rahasia, dan sikap kita. Secara bertahap semakin meningkat, dan kita mengambil resiko ketika kita memberitahukan informasi ini kepada orang lain, dan dalam tahapan ini dibutuhkan adanya rasa percaya untuk memberitahukan perasaan-perasaan pribadi ini. e. Level 1 : Peak communication Powell juga menyebut tahap ini dengan sebutan “gut level” yang dianggap sebagai tahapan akhir dari pengungkapan diri, dan tahapan ini jarang sekali dicapai. Hanya dengan teman yang sangat dekat saja kita akan mengungkapkan beberapa informasi pribadi kita. Powell juga menyatakan bahwa terdapat kemungkinan dimana kita tidak mencapai tahapan kedekatan ini dengan pasangan hidup, keluarga, atau anak kita. Tahapan ini jarang terjadi karena membutuhkan kepercayaan dan melibatkan resiko ketika kita terlalu terbuka.
Universitas Sumatera Utara
4.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan diri Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dalam
melakukan pengungkapan diri (Devito, 1986): a. Pengungkapan diri yang dilakukan orang lain : efek dyad Secara umum, pengungkapan diri bersifat resiprok, yang memiliki makna bahwa pengungkapan diri cenderung terjadi ketika oranglain telah melakukan pengungkapan diri sebelumnya. Hal ini merupakan efek dyad, ketika individu melakukan pengungkapan diri, maka orang lain akan melakukan pengungkapan diri sebagai respon dari pengungkapan diri yang dilakukan sebelumnya. Pengungkapan diri pasangan menyatakan secara tidak langsung bahwa dalam proses pengungkapan diri terdapat efek spiral (saling berhubungan) dimana setiap pengungkapan diri individu diterima sebagai stimulus untuk penambahan pengungkapan diri orang lain. Pengungkapan diri diantara kedua individu akan semakin baik jika orang yang mendengarkan bersikap positif dan menguatkan. b. Jumlah pendengar Sejumlah ketakutan yang dimiliki individu dalam mengungkapkan diri membuat pengungkapan diri akan lebih efektif jika dilakukan dalam jumlah pendengar yang sedikit. Lebih mudah bagi individu untuk menghadapi reaksi satu orang daripada reaksi kelompok yang terdiri dari empat atau lima orang. Satu pendengar, akan memudahkan individu untuk mengontrol apakah pengungkapan diri individu harus dilanjutkan atau dihentikan dibandingkan sejumlah pendengar yang memiliki sejumlah
Universitas Sumatera Utara
respon. Jumlah pendengar lebih dari satu akan menghasilkan variasi respon dan apa yang diungkapkan individu akan dianggap sebagai hal yang umum karena banyak orang yang tahu. c. Topik Sidney M. Jourard menyatakan bahwa pengungkapan diri mengenai uang, kepribadian, dan fisik lebih jarang dibicarakan daripada tentang minat, sikap, dan pendapat serta pekerjaan. d. Nilai Nilai yaitu hal-hal positif atau negatif yang diungkapkan. Pengungkapan diri tentang hal-hal yang positif akan lebih disukai daripada pengungkapan diri tentang hal-hal yang negatif. Hal ini dikuatkan oleh penelitian yang menunjukkan bahwa individu akan mengembangkan ketertarikan pada individu yang mengungkapkan infromasi diri yang bersifat positif. e. Jenis kelamin Banyak penelitian yang mengindikasikan bahwa perempuan lebih terbuka daripada laki-laki, namun tidak ada perbedaan antara perempuan dan lakilaki dalam jumlah atau kualitas pengungkapan diri individu menikah. f. Ras, kebangsaan, dan umur Individu kulit hitam lebih jarang mengungkapkan diri dibandingkan individu kulit putih. Individu di negara Amerika lebih mengungkapkan diri daripada individu di Jerman, Inggris, atau Timur Tengah. Selain itu pengungkapan diri mengingkat pada usia 17-50 tahun dan menurun setelah usia tersebut.
Universitas Sumatera Utara
g. Hubungan yang dijalin dengan orang lain Hubungan
yang dijalin dengan orang
lain
akan mempengaruhi
kemungkinan dan frekuensi pengungkapan diri yang dilakukan. Selain itu individu cenderung melakukan pengungkapkan diri kepada orang yang bersifat hangat, penuh pemahaman, memberi dukungan, dan mampu menerima individu apa adanya. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa individu lebih sering melakukan pengungkapan diri dengan orang yang dekat dengan kita, misalnya pasangan (suami/istri), keluarga, atau teman dekat.
5.
Fungsi pengungkapan diri Menurut Derlega dan Grzelak (dalam Dayakisni, 2009) terdapat lima fungsi
pengungkapan diri, yaitu : a. Ekspresi (Expression) Terkadang kita mengalami suatu kekecewaan atau kekesalan dalam menjalani kehidupan, baik itu yang menyangkut pekerjaan ataupun yang lainnya. Untuk membuang semua kekesalan itu biasanya kita akan merasa senang bila bercerita pada seorang teman yang sudah kita percaya. Dengan pengungkapan diri kita mendapat kesempatan untuk mengekspresikan perasaan kita. b. Penjernihan Diri (Self-Clarification) Dengan saling berbagi rasa serta menceritakan perasaan dan masalah yang sedang kita hadapi kepada orang lain, kita berharap agar dapat
Universitas Sumatera Utara
memperoleh penjelasan dan pemahaman orang lain akan masalah yang kita hadapi sehingga pikiran kita akan menjadi lebih jernih dan kita dapat melihat duduk persoalannya dengan lebih baik. c. Keabsahan Sosial (Social Validation) Setelah kita selesai membicarakan masalah yang sedang kita hadapi, biasanya pendengar
kita akan
memberikan
tanggapan
mengenai
permasalahan tersebut. Sehingga dengan demikian, kita akan mendapatkan suatu informasi yang bermanfaat tentang kebenaran akan pandangan kita., dan kita berharap dapat memperoleh dukungan sosial atau sebaliknya. d. Kendali Sosial (Social Control) Seseorang dapat
mengemukakan atau menyembunyikan informasi
mengenai keadaan dirinya yang dimaksudkan untuk mengadakan kontrol sosial. e. Perkembangan Hubungan (Relationship Development) Saling berbagi rasa dan informasi mengenai diri kita kepada orang lain serta saling mempercayai merupakan saran yang paling penting dalam usaha merintis suatu hubungan sehingga akan semakin meningkatkan derajat keakraban.
6. Dampak negatif pengungkapan diri Pengungkapan diri dapat memperkuat rasa suka dan mengembangkan suatu hubungan, namun pengungkapan diri juga mengandung resiko (Derlega,
Universitas Sumatera Utara
dalam Taylor, 2009). Taylor (2009) menyatakan beberapa resiko yang terjadi saat mengungkapkan diri, meliputi : a. Pengabaian Ketika mengawali suatu hubungan, kita mungkin berbagi sedikit informasi dengan orang lain. Ketika pengungkapan diri yang kita lakukan dibalas oleh pengungkapan diri oleh orang lain, maka hubungan pun berkembang. Namun terkadang juga ada orang lain yang tidak peduli atau mengabaikan dengan pengungkapan diri yang kita lakukan dan sama sekali tidak tertarik untuk mengenal kita. b. Penolakan Informasi diri yang kita ungkapkan mungkin menimbulkan penolakan sosial. Misalnya, seorang mahasiswa mungkin tidak akan mengatakan kepada teman sekamarnya bahwa ia menderita epilepsi, karena ia khawatir jika ia mengungkapkan informasi ini maka ia akan mengalami penolakan dari teman-temannya. c. Hilangnya kontrol Terdapat kemungkinan dimana informasi mengenai diri kita yang kita ungkapkan kepada orang lain dimanfaatkan untuk menyakiti kita atau mengontrol perilaku kita. d. Pengkhianatan Ketika kita mengungkapkan informasi personal kepada seseorang, kita sering berasumsi, atau bahkan secara tegas meminta, agar informasi
Universitas Sumatera Utara
tersebut dirahasiakan. Namun, ada kalanya orang tersebut berkhianat dan memberitahukan informasi personal kita kepada orang lain.
B. Teman Sejak masa kanak-kanak, sebagian besar orang mulai membangun hubungan pertemanan dengan teman-teman sebaya yang memiliki minat yang sama. Hubungan pertemanan ini cenderung terdiri dari rasa saling suka yang didasarkan pada afek positif. Secara umum, memiliki teman merupakan hal yang positif, sebab teman dapat mendorong self-esteem dan menolong dalam mengatasi stress, tetapi teman juga dapat memberikan efek negative jika teman bersifat antisosial, menarik diri, tidak suportif, argumentative, atau tidak stabil (Hartup & Stevens dalam Baron, 2005). Ketika suatu hubungan akrab sudah terbentuk, maka akan membuat individu menghabiskan waktu untuk bersama lebih banyak, berinteraksi satu sama lain pada situasi yang lebih bervariasi, menjadi self-disclosing, saling memberikan dukungan emosional, dan membedakan antara teman dekat dengan teman yang lain (Kenney & Kashy, dkk dalam Baron, 2005).
1.
Definisi teman Menurut Yager (2006) teman adalah seseorang yang kita sukai dan
menyukai kita, dan orang tersebut memiliki hubungan yang hangat dengan kita.
Universitas Sumatera Utara
2.
Pertemanan Devito (1986) menyatakan pertemanan adalah salah satu bentuk hubungan
interpersonal diantara adua individu yang bersifat produktif, yang dibentuk dan dipertahankan melalui suatu pilihan yang bebas, dan dikarakteristikkan dengan hubungan yang saling menghargai. Menurut Ahmadi (2007) pertemanan merupakan suatu hubungan antarpribadi yang akrab atau intim yang melibatkan individu sebagai suatu kesatuan.
3.
Tipe-tipe pertemanan John M. Reisman(dalam Devito, 1986) menyatakan bahwa terdapat 3 tipe
pertemanan, yaitu: a. Reciprocity Devito (2008) menyatakan bahwa tipe pertemanan reciprocity ini merupakan tipe pertemanan yang ideal yang memiliki karakteristik kesetiaan, pengorbanan yang meliputi kasih sayang dan murah hati. Pertemanan yang tercipta berdasarkan pada keseimbangan, dimana tiap individu berbagi secara adil dalam hal memberi dan menerima keuntungan yang ada dalam sebuah hubungan. b. Receptivity Pada tipe pertemanan yang kedua yaitu receptivity, adalah pertemanan yang dikaraktreristikkan dengan adanya ketidak seimbangan yang terjadi dalam hal memberi dan menerima dalam sebuah hubungan yang terjadi, karena dalam pertemanan ini salah satu pihak menjadi pemberi primer dan pihak lain sebagai
Universitas Sumatera Utara
penerima primer. Ketidakseimbangan yang terjadi bersifat positif, karena setiap pihak memeproleh suatu hal dari hubungan yang tercipta. c. Association Pada tipe pertemanan yang ketiga yaitu association, adalah sebuah hubungan yang digambarkan sebagai sebuah hubungan yang bersahabat namun bukan sebuah hubungan pertemanan yang sesungguhnya. Tidak terdapat rasa percaya, memberi atau menerima yang cukup besar dalam tipe pertemanan ini, terdapat keramahan tetapi tidak intens.
4.
Karakteristik pertemaman Keith Davis(dalam Devito, 1986) menyatakan terdapat 8 karakteristik hal
penting dalam sutau pertemanan, yaitu : 1. Enjoyment Teman menikmati kebersamaan yang terjalin 2. Acceptance Teman menerima satu sama lain apa adanya, seorang teman tidak memiliki kecenderungan untuk mengubah temannya menjadi orang lain. 3. Trust Teman saling percaya satu sama lain dalam melakukan hal yang disukainya. 4. Respect Teman saling menghargai satu sama lain. 5. Mutual assistance
Universitas Sumatera Utara
Teman dapat menjadi pendamping dan memberikan satu sama lain. 6. Confiding Teman saling membagi perasaan dan pengalaman. 7. Understanding Teman mengerti hal apa yang penting dan mengerti alasannya temannya berperilaku tertentu. Seorang teman merupakan prediktor yang baik dalam menentukan perilaku dan perasaan temannya. 8. Spontaneity Seorang teman tidak melakukan dalam self-monitoring, seorang teman dapat mengekspresikan perasaannya secara spontan, tanpa khawatir bahwa hal tersebut akan menyebabkan hambatan dalam pertemanannya.
5.
Faktor yang mempengaruhi keputusan membina pertemanan Huyck (dalam Kail & Cavanaugh, 2000) mengatakan bahwa ada empat
faktor yang dapat mempengaruhi dua orang untuk memutuskan membina suatu pertemanan, yaitu : 1. Kedekatan mereka satu sama lain 2. Kesamaan akan kesukaan mereka terhadap sesuatu dan perilaku mereka 3. Penghargaan terhadap kepribadian yang mereka miliki 4. Daya tarik fisik diantara mereka
Universitas Sumatera Utara
C. Acquitance Menurut Pogrebin (1987) aquitance adalah orang-orang yang kita kenali nama atau wajahnya, orang asing yang familiar (familiar stranger) yang kita temui dan saling bertukar senyum ketika bertemu di jalan, ataupun orang-orang yang berurusan dengan kita ketika kita berada di tempat-tempat umum: misalnya tukang pos, pengantar koran, dan lain-lain. Pada interaksi dengan orang-orang ini kita biasanya mulai merespon dengan lebih terbuka dan dengan lebih ekspresif dibandingkan dengan orangorang yang pertama kali baru kita temui, namun masih berhati-hati dalam melakukan interaksi. Komunikasi yang terbentuk masih bersifat tidak pribadi. Terdapat kecenderungan yang rendah untuk membicarakan masalah pribadi, fantasi, harapan yang tidak tercapai, masalah keluarga, ataupun kondisi keuangan. Empati dan rasa kebersamaan pun sulit untuk terbentuk, dikarenakan terbatasnya pengetahuan yang kita miliki mengenai orang tersebut (Devito, 1986). Maka dapat disimpulkan bahwa aquitance adalah orang-orang yang hanya kita kenali nama atau wajahnya saja yang merupakan orang asing yang familiar (familiar stranger) yang sering kita temui namun tidak ada komunikasi yang intens yang terjadi dan tidak saling mengenal lebih jauh.
D. Facebook Facebook merupakan sebuah situs jaringan sosial yang terbentuk pada Februari 2004 oleh seorang mahasiswa Harvard, Mark Zuckerberg. Awalnya facebook diperuntukkan khusus bagi mahasiswa Universitas Harvard, namun
Universitas Sumatera Utara
kemudian telah dapat digunakan oleh seluruh masyarakat dunia (Anonimous, 2009). Aplikasi yang terdapat dalam facebook memungkinkan setiap orang yang memiliki account untuk menampilkan informasi personal, seperti hobi, musik favorit, kampung halaman, tempat tinggal begitu juga dengan foto atau gambar pribadi. Selain itu, pengguna juga dapat mengirimkan pesan yang setara dengan fasilitas pesan elektronik lainnya, dan facebook juga menampilkan dan menyediakan informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan situs jaringan sosial online lainnya (Stutzman dalam Limperos dkk, 2008). Sheldon (2009) menyatakan bahwa perkembangan facebook begitu pesat, dan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh compete.com pada Januari 2009, facebook mendapat peringkat pertama sebagai situs jaringan sosial yang paling banyak digunakan di dunia setiap bulan oleh para pengguna aktifnya. Begitu juga di Indonesia, jumlah pengguna aktif facebook terus meningkat, hingga Mei 2010 jumlah pengguna aktif facebook di Indonesia telah mencapai angka 28.000.000 orang.
E. Hubungan Antara Tipe Pertemanan Reciprocity, Receptivity Dan Association Dengan Pengungkapan Diri Pengungkapan diri memainkan peran penting dalam perkembangan sebuah hubungan interpersonal (Sheldon, 2009). Altman & Taylor (Limperos dkk, 2008) menyatakan bahwa proses pengungkapan diri merupakan hal yang penting dalam membangun sebuah hubungan interpersonal yang kemudian diikuti dengan
Universitas Sumatera Utara
beberapa proses dimana individu mengungkapkan informasi yang sederhana seperti pendapat (kuantitas) pada interaksi awal dan kemudian informasi yang mendalam (kualitas) ketika hubungan terus berlanjut. Devito (1986) menyatakan bahwa pengungkapan diri berbeda-beda pada setiap individu yang terbagi dalam lima dimensi pengungkapan diri, meliputi jumlah, valensi, ketepatan dan kejujuran, keluasan, dan kedalamannya. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah hubungan yang dijalin dengan orang lain. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gilbert (dalam Kito, 2005), dimana hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkatan pengungkapan diri yang dilakukan terhadap pasangan dan teman. Menurut Devito teman adalah sebuah hubungan interpersonal diantara adua individu yang bersifat produktif, yang dibentuk dan dipertahankan melalui suatu pilihan yang bebas, dan dikarakteristikkan dengan hubungan yang saling menghargai. John M. Reisman(dalam Devito, 1986) menyatakan bahwa terdapat 3 tipe hubungan pertemanan yang mewakili suatu kualitas hubungan pertemanan, yaitu reciprocity, receptivity, dan association. Devito (2008) menyatakan bahwa tipe pertemanan reciprocity merupakan tipe pertemanan yang ideal yang memiliki karakteristik kesetiaan, pengorbanan yang meliputi kasih sayang dan murah hati. Pertemanan yang tercipta berdasarkan pada keseimbangan, dimana tiap individu berbagi secara adil dalam hal memberi dan menerima keuntungan yang ada dalam sebuah hubungan.
Universitas Sumatera Utara
Pada tipe receptivity, pertemanan dikaraktreristikkan dengan adanya ketidakseimbangan yang terjadi dalam hal memberi dan menerima dalam sebuah hubungan yang terjadi, karena dalam pertemanan ini salah satu pihak menjadi pemberi primer dan pihak lain sebagai penerima primer. Ketidakseimbangan yang terjadi bersifat positif, karena setiap pihak memeproleh suatu hal dari hubungan yang tercipta (Devito, 1986). Pada tipe association, pertemanan yang digambarkan sebagai sebuah hubungan yang bersahabat namun bukan sebuah pertemanan yang sesungguhnya. Tidak terdapat rasa percaya, memberi atau menerima yang cukup besar dalam tipe pertemanan ini, terdapat keramahan tetapi tidak intens (Devito, 1986). Penelitian menyatakan bahwa seseorang
lebih
sering
melakukan
pengungkapan diri kepada orang yang dekat dengan kita, misalnya dengan pasangan, keluarga, atau teman dekat kita. Selain itu beberapa penelitian lain juga menemukan bahwa kita akan terbuka dan melakukan pengungkapan diri dengan orang yang kita sukai dan sebaliknya kita tidak akan terbuka dan melakukan pengungkapan diri dengan orang yang kita sukai. Individu juga cenderung mengungkapkan diri pada orang yang bersifat hangat, penuh pemahaman, memberi dukungan, dan mampu menerima individu apa adanya (Devito, 1986). Devito (1986) menyatakan bahwa hubungan yang terbentuk antara individu dengan orang lain mempengaruhi frekuensi dan kecenderungan kita untuk mengungkapkan diri dengan orang tersebut. Hal ini berkaitan dengan dimensi jumlah dalam dimensi pengungkapan diri yang menekankan pada frekuensi pengungkapan diri.
Universitas Sumatera Utara
Sejalan dengan Beebe dkk (2008) yang menyatakan semakin intim hubungan kita yang terbentuk dengan orang lain, maka semakin intim sifatnya informasi yang kita ungkapkan dengan orang tersebut.
F. Hipotesis Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara tipe pertemanan reciprocity,receptivity dan association dengan pengungkapan diri pada pengguna facebook. Makna dari adanya hubungan ini adalah jika pengguna facebook memiliki tipe pertemanan reciprocity, receotivity dan association maka tingkat pengungkapan dirinya tinggi.
Universitas Sumatera Utara