BAB II LANDASAN TEORI
A.
Laporan Keuangan Menurut PSAK tahun 2011, laporan keuangan merupakan salah satu media
utama yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan informasi keuangannya kepada pihak luar. Laporan ini juga merekam peristiwa kejadian bisnis dalam bentuk unit moneter. Tujuan dengan disediakannya laporan keuangan maka keadaan ekonomi perusahan (yang dituangkan ke dalam bentuk angka – angka moneter) tercermin dalam laporan keuangan tersebut. Untuk menganalisis laporan keuangan perusahaan, tentu saja diperlukan komponen – komponen laporan keuangan yang lengkap. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Menurut PSAK tahun 2011, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi: 1. 2. 3. 4. 5.
Laporan posisi keuangan pada akhir periode Laporan laba rugi komprehensif selama periode Laporan perubahan ekuitas selama periode Laporan arus kas selama periode Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lain; dan 6. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara restrospektif atau membuat penyajian kembali pos – pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos – pos dalam laporan keuangannya. 5
6
Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan, membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa depan dan, khususnya dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.
Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan mencakup seluruh aspek perusahaan yang diwakili oleh angka – angka keuangan. Angka dalam laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan akibat transaksi dan peristiwa lain yang dilakukan perusahaan. Laporan keuangan diklasifikasikan lagi ke dalam beberapa kelompok besar yang disebut unsur laporan keuangan. Aktiva, kewajiban, dan ekuitas merupakan unsur yang berkaitan langsung dengan pengukuran posisi keuangan, sedangkan pendapatan (penghasilan) dan beban adalah unsur yang terkait langsung untuk mengukur kinerja.
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) menetapkan suatu kriteria yang harus dimiliki informasi akuntansi agar dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan, yaitu relevant dan reliable. Kriteria relevant dipenuhi ketika informasi akuntansi dapat mempengaruhi keputusan dengan menguatkan atau mengubah pengharapan para pengambil keputusan. Kriteria reliable dipenuhi ketika informasi tersebut dapat dipercaya dan menyebabkan pemakai informasi tergantung
dengan
informasi
tersebut.
Laporan
keuangan
harus
dapat
menyediakan informasi untuk membantu investor sekarang, investor potensial, kreditor, dan pengguna lainnya (Statements of Financial Accounting Concepts No.1 dalam Thiono [2006]).
7
Peranan laporan keuangan dalam pengambilan keputusan terkait dengan informasi yang terkandung di dalamnya. Pertanggungjawaban manajemen (stewardship) atas penggunaan dan pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya menjadi salah satu informasi yang terkandung di dalam laporan keuangan (PSAK, 2011). Pengguna laporan keuangan memanfaatkan informasi tersebut sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi. Keputusan ekonomi dapat berupa keputusan untuk menahan atau menjual investasi dalam perusahaan atau keputusan penggantian manajemen baru. Informasi keuangan yang disampaikan perusahaan dapat mengurangi asimetri informasi antara perusahaan dan pihak eksternal perusahaan (Wolk et. al. [2001] dalam Thiono [2006]). Penelitian yang bertujuan mengukur relevansi nilai akuntansi dalam laporan keuangan telah berkembang sejak dulu. Studi empiris tersebut menguji hubungan antar unsur laporan keuangan yang dapat memberikan informasi dalam pengambilan keputusan. B.
Leverage
1.
Pengertian Leverage Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya sehari-hari
pasti membutuhkan modal. Modal tersebut berasal dari modal sendiri maupun modal yang berasal dari pinjaman. Perusahaan yang menggunakan sumber dana dari luar untuk membiayai operasional perusahaan baik yang merupakan sumber pembiayaan jangka pendek maupun jangka panjang merupakan penerapan dari kebijakan leverage.
8
Dengan memperbesar tingkat Leverage maka hal ini akan berarti bahwa tingkat ketidakpastian (Uncertainty) dari return yang akan diperoleh akan semakin tinggi pula, tetapi pada saat yang sama hal tersebut juga akan memperbesar jumlah return yang akan diperoleh. Tingkat Leverage ini bisa saja berbeda-beda antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya, atau dari satu periode ke periode lainnya di dalam satu perusahaan, tetapi yang jelas semakin tinggi tingkat Leverage akan semakin tinggi tingkat resiko yang di hadapi serta semakin besar tingkat return atau penghasilan yang diharapkan. Istilah resiko (risk)
disini
dimaksudkan
dengan
ketidakpastian
(Uncertainty)
dalam
hubungannya dengan kemampuan perusahaan membayar kewajiban-kewajiban tetapnya (fixed payment obligation). Menurut Lukman Syamsuddin (2001:89) leverage adalah :“Kemampuan perusahaan untuk mengunakan aktiva atau dana yang mempunyai beban tetap (fixed cost assets or funds) untuk memperbesar tingkat penghasilan (return) bagi pemilik perusahaan”. Jadi kebijakan leverage timbul jika perusahaan dalam membiayai kegiatan operasionalnya menggunakan dana pinjaman atau dana yang mempunyai beban tetap seperti beban bunga. Tujuan perushaan mengambil kebijakan leverage yaitu dalam rangka meningkatkan dan memaksimalkan kekayaan dari pemilik perusaan itu sendiri. Ada tiga jenis Leverage yaitu : Operating Leverage , Financial Leverage dan Total Leverage atau Kombinasi Leverage. Perusahaan menggunakan OperatingLeverage dan Financial Leverage dengan tujuan agar keuntungan yang
9
diperoleh lebih besar dari pada biaya-biaya asset dan sumber dananya, dengan demikian akan meningkatkan keuntungan pemegang saham. Sebaliknya Leverage juga meningkatkan Variabilitas (resiko) keuntungan, karena jika perusahaan ternyata mendapat keuntungan yang lebih rendah dari pada biaya tetapnya maka penggunaan Leverage akan menurunkan keuntungan pemegang saham. 2.
Jenis-Jenis Leverage
a.
Operating Leverage Definisi Operating Leverage adalah Kemampuan perusahaan di dalam
menggunakan fixed operating cost untuk memperbesar pengaruh dari perubahan volume penjualan terhadap earning before interest and taxes (Lukman Syamsuddin,2010:107). Dengan menggunakan operating leverage peusahaan mengharapkan bahwa perubahan penjualan akan mengakibatkan perubahan laba sebelum bunga dan pajak yang lebih besar. Menurut Mamduh M. Hanafi (2004:327) menjelaskan” Operating Leverage diartikan sebagai seberapa besar perusahaan menggunakan beban tetap operasional”. Beban tetap operasional tersebut biasanya berasal dari biaya depresiasi, biaya produksi dan pemasaran yang bersifat tetap ( misal gaji karyawan ). Sebagai kebalikannya adalah beban variabel operasional.Contoh biaya variabel adalah biaya tenaga kerja yang dibayar berdasarkan produk yang dihasilkan. Menurut Dermawan Sjahrial (2006:93) menjelaskan “operating leverage adalah Prosentase perubahan dalam laba operasi yang berasal dari perubahan dalam satuan yang dijual”.
10
Adapun pengertian lain dari Operating Leverage menurut Ahmad Rodoni dan Herli Ali (2010:141) adalah “Penggunaan aktiva dimana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menutup biaya tetap”. Dari pengertian yang dikemukakan para ahli diatas kita melihat bahwa unsur-unsur yang melingkupi Operating Leverage adalah laba sebelum bunga dan pajak serta perubahan tingkat penjualan. Laba sebelum bunga dan pajak sama dengan revenue dikurangi biaya variabel lebih besar dari pada biaya tetapnya. Kondisi ini dikatakan perusahaan memiliki Operating Leverage yang favorable. Sebaliknya Operating Leverage dikatakan unfavorable bila revenue dikurangi dengan biaya variabel belum dapat menutup beban tetapnya. Tujuan perusahaan menggunakan operating leverage agar keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya assets dan sumber dananya, dengan demikian akan meningkatkan keuangan pemegang saham. Sebaliknya leverage juga menigkatkan variabilitas (risiko) keuntungan, karena jika perusahaan ternyata mendapatkan keuntungan yang lebih rendah dari biaya tetapnya maka penggunaan leverage akan menurunkan keuntungan pemegang saham. Ukuran leverage operasi adalah degree of operating leverage (DOL). Semakin tinggi DOL, perusahaan semakin berisiko, karena harus menanggung biaya tetap semakin besar (Sutrisno,2009:199). Untuk menghitung besarnya degree of operating leverage bisa digunakan rumus:
% perubahan EBIT DOL = % perubahan penjulan
11
b.
Financial Leverage Definisi
menggunakan
financial
leverage
adalah
kewajiban-kewajiban
kemampuan
finansial
yang
perusahaan
sifatnya
tetap
dalam untuk
memperbesar pengaruh perubahan EBIT terhadap pendapatan per lembar saham biasa (Lukman Syamsuddin,2010:113). Didalam analisis Financial Leverage diasumsikan bahwa deviden untuk pemegang saham preferen selalu dibayar dalam setiap periode, asumsi ini diperlukan karena tujuan utama dari Financial Leverage adalah untuk mengetahui seberapa jauh uang yang sesungguhnya tersedia bagi pemegang saham biasa setelah bunga dan deviden untuk saham preferen dibayarkan. Menurut Ahmad Rodoni dan Herli Ali (2010:142)“Financial Leverage adalah penggunaan modal pinjaman disamping modal sendiri dan untuk itu perusahaan harus membayar beban tetap berupa bunga”. Kebijakan perusahaan mendapatkan modal pinjaman dari luar ditinjau dari bidang manajemen keuangan, merupakan penerapan Financial Leverage dimana perusahaan membiayai kegiatannya dengan menggunakan modal pinjaman serta menanggung suatu beban tetap yang bertujuan untuk meningkatkan laba per lembar saham Financial Leverage timbul karena adanya kewajiban-kewajiban finansial yang sifatnya tetap (fixed financial charges) yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Kewajiban-kewajiban finansial yang tetap ini tidaklah berubah dengan adanya perubahan tingkat EBIT dan harus di bayar tanpa melihat sebesar apa pun tingkat EBIT yang dicapai perusahaan.
12
Tujuan perusahaan menggunakan financial leverage agar keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya assets dan sumber dananya, dengan demikian akan meningkatkan keuangan pemegang saham. Penggunaan financial leverage dengan harapan agar terjadi perubahan laba per lembar saham (EPS) yang lebih besar daripada perubahan laba sebelum bunga dan pajak (EBIT). Kalau perusahaan dengan menggunakan dana dengan beban tetap itu menghasilkan efek yang menguntungkan bagi pemegang saham biasa (pemilk modal sendiri) yaitu : dalam bentuknya memperbesar earning per share (EPS) nya dikatakan perusahaan itu menjalankan trading in equity. Leverage Keuangan menunjukkan penggunaan beban tetap bunga pada struktur biaya perusahaan sehingga mempengaruhi tingkat laba bersih (EAT) yang diterima oleh pemilik. Apabila perusahaan menggunakan rencana 100% modal sendiri untuk membelanjakan usahanya, maka nilai DFL adalah satu untuk seluruh rencana laba operasi, nilai DFL yamg besar menunjukan bahwa perubahan tingkat EBIT akan menghasilkan perubahan yang besar pada laba bersih (EAT) atau pendapatan per lembar saham (EPS). Beban tetap bunga ini pada kenyataannya dapat berupa beban seluruh utang atau obligasi yang ada dan biaya deviden untuk saham preferen yang mempunyai beban pembayaran tetap setelah perhitungan sebelum pajak. Kepekaan perubahan ini di ukur dengan derajat Financial Leverage (degree of financial leverage / DFL) yaitu persentase perubahan pendapatan per lembar saham (EPS) dibagi dengan persentase perubahan EBIT (Sutrisno 2009,198). Secara aljabar ditulis sebagai berikut :
13
% Perubahan EPS DFL = % Perubahan EBIT c.
Kombinasi Leverage Definisi kombinasi leverage atau total leverage adalah kemampuan
perusahan dalam menggunakan biaya tetap, baik biaya-biaya tetap operasi maupun biaya-biaya tetap finansial untuk memperbesar pengaruh perubahan volume penjualan terhadap pendapatan per lembar saham biasa (Lukman syamsuddin,2001:121). Kombinasi Leverage terjadi apabila perusahaan memiliki baik Leverage Operasi maupun Leverage Keuangan dalam usahanya untuk meningkatkan keuntungan bagi pemegang saham. Leverage Operasi menyebabkan kenaikan atau penurunan yang besar pada laba operasi (EBIT) disebabkan pada perubahan pada tingkat penjualan Financial Leverage menyebabkan kenaikan atau penurunan yang besar pada laba bersih setelah bunga dan pajak (EAT) atau pendapatan per lembar saham (EPS) karena perubahan tingkat penjualan. Kepekaan perubahan ini diukur dengan derajat kombinasi Leverage (degree of combinet leverage / DCL) yaitu : persentase perubahan pendapatan perlembar saham dibagi dengan persentase perubahan tingkat penjualan. Pengetahuan tentang pengukuran leverage akan membantu manajemen keuangan dalam menentukan tingkat resiko total yang tepat untuk diasumsikan. Apabila derajat resiko usaha yang dihadapi perusahaan tinggi akan dihubungkan degan aktifitas usaha yang dijalankan. Maka suatu tingkat resiko keuangan yang
14
rendah dapat meminimalisasi fluktuasi pendapatan yang disebabkan perubahan tingkat penjualan.
C.
Return Saham
1.
Pengertian Saham Husnan (2003: 275) mengatakan bahwa “ saham menunjukkan bukti
kepemilikan atas suatu perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas “. Kasmir (2004: 195) menjelaskan bahwa “ Saham merupakan surat berharga yang bersifat kepemilikan yang artinya si pemilik saham merupakan pemilik perusahaan. Semakain besar saham yang dimilikinya, maka semakin besar pula kekuasaan di perusahaan”. Berdasarkan pengertian dari para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa saham merupakan suatu surat bukti yang berharga atas kepemilikan dari bagian modal perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas. Semakin besar kepemilikan saham, maka semakin besar pula kekuasaan di perusahaan. 2.
Jenis – jenis Saham Saham menurut Riyanto (2001: 238) dibagi menjadi dua jenis yaitu : a. Saham biasa adalah saham yang pemegang sahamnya akan mendapatkan deviden pada akhir tahun jika perusahaan tersebut mendapatkan keuntungan. b. Saham preferen adalah saham yang pemegang sahamnya memiliki preferensi tertentu diatas pemegang saham biasa terutama dalam hal pembagian deviden dan pembagian keuntungan. Siamat (2004) membedakan saham biasa dan saham preferen dalam beberapa karakteristik, yaitu :
15
a. Saham Biasa (Common stock) Karakteristik dari saham biasa adalah deviden dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba, memiliki hak suara, mempunyai hak untuk memperoleh kekayaan perusahaan apabila perusahaan bangkrut yang dilakukan setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi. b. Saham Preferen (Preffered stock) Karakteristik saham preferen adalah memiliki hak paling dahulu dalam mendapatkan deviden, tidak memiliki hak suara, dapat mempengaruhi manajemen perusahaan, memiliki hak pembayaran maksimum sebesar nilai nominal saham lebih dahulu setelah kreditor apabila perusahaan dilikuidasi dan kemungkinan memperoleh tambahan dari pembagian laba perusahaan disamping penghasilan yang diterima secara tetap. Dari beberapa pernyataan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pada umumnya saham dibedakan menjadi dua jenis yaitu saham biasa dan saham preferen. Dalam hal ini yang membedakan keduanya adalah adanya preferensi (didahulukan) pada saham preferen yang tidak dimilki oleh saham biasa dalam hal pembagian deviden dan keuntungan. Jenis – jenis saham preferen menurut jogiyanto (2003) adalah sebagai berikut : a. Convertible Preffered Stock, yaitu saham yang dapat ditukar dengan saham biasa dengan rasio penukaran yang telah ditentukan. b. Callable Preffered Stock, yaitu saham yang memberikan hak kepada perusahaan yang mengeluarkan untuk memebeli kembali saham ini dari pemegang saham pada tanggal tertentu dimasa mendatang dengan nilai tertentu. c. Floating atau Adjustable – rate Preffered Stock (ARP), yaitu saham yang tidak membayarkan dividen secara tetap tetapi tingkat dividen yang dibayar tergantung dari tingkat return dari sekuritas t – bill (treasury bill). Sedangkan menurut Siamat (2004) saham biasa (common stock) dapat dibagi menjadi berbagai jenis, anatara lain : a. Saham unggul (Bluechip), yaitu saham yang diterbitkan oleh perusahaan besar dan dikenal memperlihatkan kemampuan memperoleh keuntungan dan pembayaran dividen.
16
b. Growth stock, yaitu saham yang dikeluarkan oleh perusahaan yang penjualannya, perolehan laba dan pangsa pasarnya mengalami perkembangan yang sangat cepat dari rata – rata industry. c. Emerging growth stock, yaitu saham yang dikeluarkan oleh perusahaan yang relative lebih kecil dan memiliki daya tahan yang kuat meskippun kondisi ekonomi yang kurang mendukung. d. Income stock, yaitu saham yang membayar dividen melebihi jumlah rata – rata pendapatan. e. Cyclical stock, yaitu saham perusahaan yang keuntungannya berfluktuasi dan sangat dipengaruhi oleh siklus usaha. f. Defensive stock, yaitu saham perusahaan yang dapat bertahan dan tetap stabil dari suatu kondisi yang tidak menentu dan resesi. g. Speculative stock, yaitu saham yang tidak mempunyai kepastian bahwa dana yang diterima pada saat menjual saham tersebut akan bertambah atau berkurang atau juga sama dengan jumlah dana yang telah dibayarkan. Selain saham biasa dan saham preferen, menurut Jogianto (2003), saham treasury juga termasuk dalam penggolongan saham. Saham treasuri menurut Jogiyanto (2003: 76) : Saham treasuri adalah saham milik perusahaan yang sudah pernah dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk tidak dipensiunkan tetapi disimpan sebagai treasuri yang nantinya dijual kembali. Jadi, saham treasuri adalah saham perusahaan yang telah beredar dan dikeluarkan kembali oleh perusahaan yang nantinya akan disimpan sebagai terasuri dan akan dijual kembali.
3.
Pengertian Return Saham Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return yang tinggi
memberikan gambaran bahwa kompensasi yang diterima besar, demikian pula sebaliknya return yang rendah memberikan gambaran bahwa kompensasi yang diterima kecil. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return
17
ekspektasi yang belum terjadi tetapi diharapkan akan terjadi di masa mendatang (Jogiyanto, 2003 : 109). Menurut Sjahrial (2009) tingkat pengembalian (rate of return) merupakan total keuntungan atau kerugian yang dialami investor dalam suatu periode tertentu. Secara umum dinyatakan sebagai perubahan nilai atau pengeluaran / investasi sejumlah uang tertentu yang dinyatakan dalam persentase dari investasi awal. Pengembalian
(return) saham merupakan imbalan yang diperoleh dari
investasi atas kepemilikan saham investor pada suatu perusahaan. Pengembalian ini dibedakan menjadi dua, yaitu pengembalian yang telah terjadi (actual return) yang dihitung berdasarkan data historis dan pengembalian yang diharapkan (expected return) yang akan diperoleh investor di masa depan (Abdul Halim, 2005: 34). Komponen pengembalian menurut Abdul Halim (2005: 34) meliputi : a. Untung/rugi modal (capital gain/loss) yaitu keuntungan atau kerugian investor yang didapat dari kelebihan harga jual (harga beli) di atas harga beli (harga jual) yang keduanya terjadi di pasar sekunder. b. Imbal hasil (yield) yaitu pendapatan atau aliran kas yang diterima investor secara periodik, misalnya berupa dividen atau bunga. Yield dinyatakan dalam persentase dari modal yang ditanamkan. Return saham yang diterima investor dinyatakan sebagai berikut Halim Abdul (2005): Pi,t – Pi (t-1) Ri,t =
X 100 % Pi(t-1)
Keterangan : Ri,t
=
tingkat keuntungan saham i pada periode t
18
D.
Pi,(t+1) =
harga saham i pada periode t+1
Pi (t)
harga saham i pada periode
=
Pasar Modal Pasar Modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau
sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities maupun perusahaan swasta (Husnan, 1994). Dana-dana jangka panjang yang merupakan utang biasanya berbentuk obligasi, sedangkan dana jangka panjang yang merupakan dana modal sendiri biasanya berbentuk saham. Pasar modal mempunyai peran dan manfaat penting dalam perekonomian suatu negara karena menciptakan fasilitas bagi keperluan industri atau investor dalam memenuhi permintaan dan penawaran moda. Kunci utama untuk mengukur pasar modal yang efisien adalah hubungan antara harga sekuritas dengan informasi. Ada tiga macam bentuk utama dari efisiensi pasar modal berdasarkan ketiga macam bentuk dari informasi, yaitu informasi masa lalu, informasi sekarang yang sedang dipublikasikan dan informasi privat, sebagai berikut (Jogiyanto, 2003) :
1. Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form) Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga-harga dari sekuritas tercermin secara penuh (fully reflect) informasi masa lalu. Informasi masa lalu ini merupakan informasi yang sudah terjadi. Jika pasar
19
efisien dalam bentuk lemah, maka investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk mendapatkan keuntungan yang tidak normal. 2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semi strong form) Pasar dikatakan efisien setengah kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang dipublikasikan (all publicly available information) termasuk informasi yang berada di laporan-laporan keuangan perusahaan emiten. Jika pasar efisien dalam bentuk setengah kuat, maka tidak ada investor atau group dari investor yang dapat menggunakan informasi yang dipublikasikan untuk mendapatkan keuntungan tidak normal. 3. Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form) Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang tersedia termasuk informasi yang privat. Jika pasar efisien dalam bentuk ini, maka tidak ada individual investor atau group dari investor yang dapat memperoleh keuntungan tidak normal (abnormal return) karena mempunyai informasi privat.
E.
Hubungan Degree of Operating Leverage (DOL), dan Degree of Financial Leverage (DFL) dengan Return Saham
1.
Degree of Operating Leverage (DOL) Degree of Operating Leverage (DOL) merupakan kinerja perusahaan yang
mengukur tingkat risiko dari sisi operasional perusahaan dengan membandingkan
20
EBIT (earning before interest and tax) dengan penjualan selama periode tertentu. Perusahaan menanggung beban tetap (beban gaji, beban penyusutan, dan lainnya) yang harus dibayarkan dan harus digunakan semaksimal mungkin untuk menciptakan efisiensi dalam proses produksi. Semakin besar DOL maka risiko operasional perusahaan juga semakin besar sehingga akan direspon oleh investor pada umumnya dengan menjual saham yang dimilikinya.
2.
Degree of Financial Leverage (DFL) Degree of Financial Leverage (DFL) merupakan kinerja perusahaan yang
mengukur tingkat risiko dari sisi keuangan perusahaan dengan membandingkan EPS (Earning per Share) dengan EBIT selama periode tertentu. Dalam trade off theory semakin tinggi hutang maka semakin tinggi beban kebangkrutan yang ditanggung perusahaan, sehingga akan direspon oleh investor pada umumnya dengan menjual saham yang dimilikinya. Penambahan hutang akan meningkatkan tingkat risiko atas arus pendapatan perusahaan. Semakin besar hutang, semakin besar pula kemungkinan terjadinya perusahaan tidak mampu membayar kewajiban tetap berupa bunga dan pokoknya.
F.
Kerangka Pemikiran Dan Model Konseptual
1.
Kerangka Pemikiran Informasi akuntansi dalam bentuk laporan keuangan banyak memberikan
manfaat kepada pengguna terutama para investor sebagai bahan pertimbangan dan membuat keputusan investasi. Faktor yang menjadi pertimbangan investor adalah
21
kemampuan emiten dalam menghasilkan laba. Investor dalam melakukan investasi saham akan memilih perusahaan yang memiliki tingkat return saham yang tinggi. Perusahaan yang memiliki return saham yang tinggi dianggap perusahaan yang mempunyai kinerja yang bagus. Untuk menganalisis kinerja keuangan suatu perusahaan diperlukan ukuran – ukuran tertentu. Analisis kinerja perusahaan antara lain dapat diamati melalui serangkaian analisis terhadap laporan keuangan, yaitu dengan menggunaka rasio keuangan. Rasio yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Degree of Operating Leverage (DOL) dan Degree of Financial Leverage (DFL). Degree of Financial Leverage (DFL) merupakan kebijakan perusahaan mendapatkan modal pinjaman dari luar ditinjau dari bidang manajemen keuangan, merupakan penerapan Financial Leverage dimana perusahaan membiayai kegiatannya dengan menggunakan modal pinjaman serta menanggung suatu beban tetap yang bertujuan untuk meningkatkan laba per lembar saham. Semakin besar tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan per lembar saham bagi pemiliknya, maka hal ini akan mempengaruhi return saham perusahaan, demikian pula sebaiknya. Dengan demikian Degree of Financial Leverage (DFL) akan berpengaruh positif terhadap return saham. Perusahaan diharapkan mempercepat pertumbuhan rata – rata, sementara di lain pihak dapat membagikan laba dalam prororsi yang besar. Pertumbuhan dan pembagian laba akan menumbuhkan minat para investor untuk membeli saham tersebut sehingga akan menaikkan permintaan saham dan akhirnya akan menaikkan harga saham.
22
2.
Model Konseptual Berikut Model Variabel Penelitian : X1 = DOL Y = Return Saham X2 = DFL
G.
Penelitian Sebelumnya Beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan laporan keuangan
dan harga saham, yaitu : No
Penulis
Tahun
Judul
1
Rena Tri
2006
Analisis Pengaruh Operating
Oktaviani
Leverage dan Financial Leverage terhadap Risiko Saham
2
Sonny Arif
2010
DOL & DFL tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap risiko saham.
Analisis pengaruh Operating Menyatakan bahwa ketiga
Firmada
Leverage, Financial Leverage variabel dependen bersama-
Sarjono
dan Asset Growth terhadap sama tidak berpengaruh Beta Saham
3
Keterangan
Agustira Adhita
2010
secara signifikan.
Pengaruh leverage, aktivitas
Adanya pengaruh secara
dan profitabilitas terhadap
bersama- sama (simultan)
return saham pada perusahan
antara ketiga variabel
otomotif dan komponennya
terhadap return saham sebesar 10% dan sisanya 90
23
% dijelaskan oleh faktorfaktor di luar variabel penelitian. 4
Yulianti
2010
Pengaruh Operating Leverage
Operating leverage dan
dan Financial Leverage
financial leverage tidak
terhadap Return On Equity
berpengaruh secara
pada perusahaan manufaktur di signifikan terhadap return BEI. 5
Akromul Ibad
2011
Paulus
Pengaruh Economic Value
on equity. EVA, DFL, DCL
added, Degree of Operating
berpengaruh negatif dan
Leverage, Degree of Financial
tidak signifikan terhadap
Leverage, dan Degree of
return saham , sedangkan
Combined Leverage terhadap
DOL berpengaruh positif
Return Saham LQ 45
dan tidak signifikan terhadap return saham.
6
Syahyunan
2011
Analisis Pengaruh Financial Leverage Terhadap Return on Equity pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Financial Leverage berpengaruh signifikan terhadap Return on Equity. Hasil uji secara parsial menunjukkan bahwa financial leverage tidak berpengaruh terhadap Return on Equity.
24