BAB II LANDASAN TEORI
A. Buku Pelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Buku Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Dalam literatur asing buku pelajaran diistilahkan dengan texbook. Buku pelajaran adalah buku yang dijadikan pegangan siswa pada jenjang tertentu sebagai media pembelajaran (instruksional) yang berkaitan dengan bidang studi.1 Hal senada juga dikemukakan oleh Mungin Eddy Wibowo bahwa buku pelajaran adalah buku yang dijadikan pegangan siswa sebagai sumber dan media pembelajaran (instruksional).2 Dari uraian buku pelajaran di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan buku pelajaran PAI adalah buku yang dijadikan pegangan siswa pada jenjang tertentu sebagai media pembelajaran (instruksional) yang berkaitan dengan bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI). Buku-buku yang biasa digunakan di sekolah-sekolah (SD, SMP, SMU) di Indonesia terdiri atas 4 jenis, yaitu: 1) Buku pelajaran atau buku teks, 2) Buku bacaan, 3) Buku sumber, 4) Buku pegangan guru yang biasa mendampingi buku teks.3 Adapun buku pelajaran atau buku teks terdiri atas buku pelajaran pokok dan buku pelajaaran pelengkap. Buku pelajaran pokok disediakan oleh pemerintah atau Departemen Penididkan Nasional. Sedangkan buku pelajaran pelengkap adalah buku-buku terbitan swasta yang dibeli oleh
1
Tatat Hartati, Potensi Buku Anak-anak, http//www.pikiranrakyat.com/ cetak/0504/17/ 0801.htm., hlm. 1-2. 2 Mungin Eddy Wibowo, Hati-hati Menggunakan Buku Pelajaran, http//www. mailarchive.com/
[email protected]/msy26683.htm, hlm.1. 3 Dedi Supriadi, Anatomi Buku Sekolah di Indonesia; Problematika Penilaian, Penyebaran, dan Penggunaan Buku Pelajaran, Buku Bacaan dan Buku Sumber, (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2000), hlm. 1.
20
21 sekolah atau siswa berdasarkan pilihan setempat. Pengertian “setempat” di sini bisa sekolah atau daerah.4 2. Peranan dan Manfaat Buku Pelajaran a. Peranan Buku Pelajaran Di negara-negara miskin, dengan guru yang terbatas, buku pelajaran/buku teks menajdi sangat penting sekali, dan merupakan satu-satunya saarana untuk kurikulum. Tanpa buku pelajaran, ketrampilan, konsep dan bahan yang diperlukan kurikulum tidak dapat diajarkan. Tidak adanya sumber informasi lain yang lebih luas, menjadikan buku pelajaran atau buku teks lain sebagai sumber bahan dan informasi yang amat sangat penting sekali dan sering buku pelajaran dijadikan satu-satunya sumber bahan dan informasi pengajaran bagi guru. Lebih-lebih, baik guru maupun murid tidak mempunyai akses pada bahan ajar dan sumber belajar alternatif, buku pelajaran dijadikan satu-satunya dasaar untuk pengujian dan penilaian.5 Oleh karena itu, buku pelajaran dan bahan ajar lain mempunyai dampak langsung pada apa yang diajarkan di sekolah dan bagaimana bahan itu diajarkan, maka pengembangan dan materi kurikulum merupakan hal yang peka secara politis sangat penting. Jadi, adanya mekanisme untuk meninjau kembali dan mengawasi kualitas bahan ajar yang dipakai di kelas dalam kaitannya dengan relevansi, muatan, pendekatan pendidikan dan efektivitas, juga untuk memastikan penyediaan bahan ajar mencerminkan kebijakan pemerintah.6 b. Manfaat Buku Pelajaran Manfaat buku pelajaran antara lain: 1) Buku pelajaran membantu guru melaksanakan kuriulum karena disusun berdasarkan kurikulum yang berlaku. 4
Ibid., hlm. 2. Pernille Askerud, “Penerbitan Untuk Pendidikan dan Pengadaan Buku”, dalam Philiph G. Albach dan Damtew Teferra eds., P. Soemitro, terj. Bunga Rampai Penerbitan dan Pembangunan, (Jakarta: Grasindo, 2000), hlm. 134. 6 Ibid., hlm. 134-135. 5
22 2) Buku pelajaran juga merupakan pegangan dalam menentukan metode pengajaran. 3) Buku pelajaran memberi kesempatan bagi siswa untuk mengulangi pelajaran atau mempelajari pelajaran baru. 4) Buku pelajaran dapat digunakan untuk tahun-tahun berikutnya dan bila direvisi dapat bertahan dalam waktu yang lama. 5) Buku pelajaran memberikan kontinuitas pelajaran di kelas yang berurutan, sekalipun guru berganti. 6) Buku pelajaran yang uniform memberi kesamaan mengenai bahanbahan standar pengajaran. 7) Buku pelajaran memberi pengetahuan dan metode mengajar yang lebih mantap bila guru menggunakannya dari tahun ke tahun.7 3. Standar Penilaian Buku Pelajaran Berbagai hasil studi menunjukkan bahwa buku pelajaran sangat berperan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Agar keberadaan buku pelajaran yang digunakan di sekolah dapat efektif untuk menunjang pencapaian kompetensi dan bermakna terhadap prestasi belajar, maka buku-buku pelajaran harus memenuhi standar mutu.8 Menurut Depdiknas, bahwa standar penilaian buku pelajaran, meliputi materi, penyajian, bahasa dan keterbacaan dan grafika, sedangkan aspek isi atau materi harus memperhatikan empat aspek, yaitu relevansi, adequasi, keakuratan dan proporsionalitas.9 Pendapat yang sama dikemukakan Maman Suryana, Tim Pengembang Bahasa Indonesia UNY menjelaskan penilaian kwalitas buku pelajaran meliputi 4 aspek yaitu isi atau materi pelajaran, penyajian materi, bahasa dan keterbacaan dan format buku atau grafika. Maman menegaskan, dalam hal isi atau materi pelajaran ada 4 hal yang perlu diperhatikan: kesesuian (relevansi), ketercukupan
(adequasi),
ketepatan
(akurasi)
dan
keberimbangan
10
(proporsionalitas). 7
Nasution, Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), hlm. 103. Ibid. 9 Depdiknas, Standar Penilaian Buku Pelajaran, (Jakarta: Pusbuk, 2003), hlm. 10. 10 Maman Suryaman dalam Suara Merdeka, Menyelamatkan Anak dari Buku Tidak Bermutu, http//www.suaramerdeka.com/harian/0401/29/kha 5.htm. hlm. 1. 8
23 Sementara itu, menurut Mungin Eddy Wibowo, bahwa penilaian kwalitas buku pelajaran meliputi: isi materi, penyajian materi, bahasa dan keterbacaan, serta grafika. Dalam aspek isi materi pelajaran yang disajikan harus memperhatikan:a) relevansi dalam arti buku pelajaran harus relevan dengan kurikulum yang berlaku, kompetensi yang harus dimiliki oleh lulusan pada tingkat tertentu dan relevan dengan tingkat perkembangan dan karakteristik siswa; b) kecukupan mengandung arti bahwa muatan materi harus memadai dalam rangka mencapai kompetensi; c) keakuratan dimaksudkan bahwa isi materi yang disajikan harus benar-benar secara keilmuan, mutakhir, bermanfaat bagi kahidupan, pengemasan sesuai dengan pengetahuan; d) proporsionalitas dimaksudkan bahwa uraian materinya kedalaman,
memenuhi dan
keseimbangan
seimbang
antara
kelengkapan,
materi
pokok
keseimbangan dengan
materi
11
pendukungnya.
Dedi Supriadi mengemukakan bahwa penilaian kwalitas buku pelajaran pelengkap meliputi:aspek isi atau substansi, bahasa, grafika dan keamanan nasional. Aspek isi atau materi harus memperhatikan: a) mendukung isi pokok bahasan yang meliputi kesesuaian dengan kurikulum; b) kebenaran dan kelengkapan materi yang meliputi konsep, isi pokok bahasan, istilah, lambang dan notasi, contoh atau ilustrasi; c) organisasi atau sistematika; d) penyajian menarik dari sederhana ke kompleks, mudah dipahami serta mendorong keaktifan siswa untuk berfikir dan belajar; e) tata krama penulisan dan kepustakaan.12 Aspek bahasa yang harus diperhatikan meliputi paragraph, bentuk dan pilihan kata, penggunaan istilah, struktur kalimat dan ejaan. Adapun aspek grafika yang harus diperhatikan adalah:tipografi (jenis huruf, korp, spasi, lebar susunan, bentuk susunan atau kolom aksentuasi); tata letak (pola atau margin, keseimbangan dan kesesuian); kwalitas cetak (kerataan tinta, kerapatan cetak dan cetakan tembus); kwalitas penyelesaian (pengeleman, jahitan, pelipatan dan pemotongan); ilustrasi (jenis, daya
11 12
Mungin Eddy Wibowo, op. cit., hlm. 2. Dedi Supriadi, op. cit., hlm. 176-177.
24 tarik, anatomi); perwajahan sampul (daya tarik, tipografi dan ilustrasi); ukuran buku; kesesuaian jenis kertas dan kesesuaian jenis kertas sampul. Dari aspek keamanan nasional yang harus diperhatikan adalah isi buku pelajaran tidak bertentangan dengan:a) tidak bertentangan dengan pancasila; b) tidak bertentangan dengan UUD 1945; c) tidak bertentangan dengan GBHN; d) tidak bertentangan dengan hukum, peraturan yang berlaku dan etika masyarakat; e)tidak mempertentangkan SARA.13 Dalam penelitian ini, penulis lebih mendasarkan pada pendapat Dedi Supriadi. Karena menurut Dedi Supriadi, bahwa buku pelajaran dikategorikan menjadi dua, yaitu buku pelajaran pokok dan buku pelajaran pelengkap. Dari masing-masing buku tersebut memiliki standar penilian tersendiri. Sedangkan buku pelajaran yang penulis teliti termasuk dalam kategori buku pelengkap, yang penilaianya mengacu pada lima kriteria kwalitas buku pelajaran, yaitu: mendukung isi pokok bahasan, kebenaran dan kelengkapan materi, organisasi atau sistematika, penyajian, tata krama penulisan dan kepustakaan. 4. Pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI) Telah disebutkan dalam penegasan istilah bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan.14 Depdiknas menyatakan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertakwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran Islam dari sumber utamanya kitab suci al-Qur’an dan al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. dan dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain, dalam hubunganya
13
Ibid. hlm. 178-180. Departemen Agama RI, Pedoman Umum: Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum dan Sekolah Luar Biasa, (Jakarta: Direktorat Madrasah dan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum, 2003), hlm. 2. 14
25 dengan antar umat beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan negara.15 5. Landasan Pendidikan Agama Islam Pelaksanaan
Pendidikan
Agama
Islam
(PAI)
di
sekolah
mempunyai dasar landasan yang kuat. Dasar tersebut dapat ditinjau dari beberapa segi: a. Landasan Yuridis Semangat keagamaan setelah bangsa Indonesia merdeka dari penjajahan, tercermin dalam batang tubuh UUD 1945, dalam alinea ketiga dan keempat. Dan sila pertama falsafah Negara Republik Indonesia (Pancasila), yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.16 Berdasarkan konstitusional terdapat dalam UUD 1945 Bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2. Sedangkan berdasarkan operasionalnya terdapat dalam Tap MPR No.IV/MPR/1973 yang kemudian dikokohkan dalam Tap MPR No.IV/MPR1978, juga ketetapan MPR Np. II/MPR/1983, diperkuat oleh Tap. MPR No. II/MPR/1988 dan Tap. MPR No. II/MPR 1993 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara yang pada intinya bahwa pelaksanaan Pendidikan Agama Islam secara langsung masuk dalam kurikulum sekolah-sekolah formal, mulai dari Sekolah Dasar hingga perguruan tinggi.17 b. Landasan religius Al-Qur'an dan al-Hadits adalah sumber dan dasar ajaran Islam yang orisinil. Banyak ayat-ayat al-Qur'an dan al-Hadits secara langsung maupun tidak langsung yang berbicara tentang kewajiban umat Islam melaksanakan pendidikan, khususnya pendidikan agama, sebagaimana Firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 104:
15
Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Umum Standar Kompetensi Mata Pelajaran PAI SMP dan Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: Puskur, 2003), hlm. 7. 16 PBM-PAI di Sekolah, Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah bekerja sama dengan Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 59. 17 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 132-133.
26
ﻋ ِﻦ ﻮ ﹶﻥ ﻬ ﻨ ﻳﻭ ﻑ ِ ﻭﻌﺮ ﻤ ﻭ ﹶﻥ ﺑِﺎﹾﻟﻣﺮ ﻳ ﹾﺄﻭ ﻴ ِﺮ ﺨ ﻋﻮ ﹶﻥ ِﺇﻟﹶﻰ ﺍﹾﻟ ﺪ ﻳ ﻣﺔﹲ ﻢ ﹸﺃ ﻨ ﹸﻜ ﻦ ِﻣ ﺘ ﹸﻜﻭﹾﻟ (104 :ﺤﻮ ﹶﻥ )ﺍﻝ ﻋﻤﺮﺍﻥ ﻤ ﹾﻔ ِﻠ ﻢ ﺍﹾﻟ ﻫ ﻚ ﻭﺃﹸﻭﹶﻟِﺌ ﻨ ﹶﻜ ِﺮ ﻤ ﺍﹾﻟ "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung". (QS. Ali Imran: 104)18 Hadits nabi Muhammad saw.:
ﻢ ﻓﺈﻥ ﺍﻭﻻﺩﻛﻢ ﻫﺪﻳﺔ ﺍﻟﻴﻜﻢ )ﺭﻭﺍﻩﺍﻛﺮﻣﻮﺍ ﺍﻭﻻﺩﻛﻢ ﻭﺃﺣﺴﻨﻮﺍ ﺍﺩﺍ 19
(ﺍﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ
"Hormatilah anak-anakmu dan perbaikilah pendidikannya, karena anak-anakmu karunia Allah bagimu". (HR. Ibnu Majah) c. Landasan Psikologi Sejarah perkembangan manusia dari zaman purbakala, primitif hingga sampai sekarang yang sering disebut era globalisasi dan era informasi, akan didapati bahwa manusia dari generasi ke generasi selanjutnya mempunyai sesuatu yang dianggapnya berkuasa, bahkan mencari sesuatu yang dianggapnya paling berkuasa yaitu Tuhan. Bermacam-macam benda dianggap sebagai Tuhan Yang Maha Esa seperti matahari, bulan, bintang, angin, patung, api dan sebagainya. Hingga akhirnya manusia menemukan kepercayaan bahwa Tuhan itu bukanlah benda yang dapat dilihat dan diraba oleh panca indera, melainkan hanya dapat dirasa dalam hati dan jiwa manusia serta dapat diterima oleh fikiran.20 6. Fungsi Pendidikan Agama Islam
18
Soenarjo, dkk., Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra, 1989), hlm. 93. Abi Abdillah Muhammad bin Yazid at-Tazwini, Sunan Ibnu Majah, Juz II, (Semarang: Toha Putra, 1994), hlm. 1211. 20 Zakiah Daradjat, Pendidikan dalam Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), hlm. 12. 19
27 Fungsi Pendidikan Agama Islam di sekolah umum (SMP) sebagai berikut: a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah SWT. yang telah ditanamkan dalam keluarga. Pada dasarnya dan yang pertama kewajiban menanamkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik menjadi tanggung jawab setiap orang dalam keluarga. Sekolah berfungsi menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran, dan pelatihan, agar keimanan dan ketaqwaan peserta didik dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya. b. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan di dunia dan akhirat. c. Penyesuaian mental, untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik fisik maupun sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam. d. Perbaikan,
yaitu
untuk
memperbaiki
kesalahan,
kekurangan,
kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman, pengalaman ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. e. Pencegahan, yaitu untuk mencegah hal-hal yang negatif dari lingkungan atau budaya asing yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya. f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan non nyata), sistem dan fungsionalnya. g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan peserta didik yang memiliki bakat di bidang keagamaan agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal, sehingga bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain.21
7. Tujuan Pendidikan Agama Islam 21
Abdul Majid dan Dian Andayani, op. cit., hlm. 134-135. Lihat juga dalam Departemen Agama RI, op. cit.. hlm. 4-5. Dan Departemen Pendidikan Nasional, op. cit., hlm. 8.
28 Tujuan Pendidikan Agama Islam di SMP bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam keimanannya dan ketaqwaannya kepada Allah SWT. serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi.22 Dari tujuan tersebut, dapat ditarik dari beberapa yang hendak ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam, yaitu: a) dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam; b) dimensi pengetahuan (intelektual) serta keilmuan peserta didik terhadap ajaran Islam; c) dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan peserta didik dalam menjalankan ajaran agama Islam; d) dimensi pengamalan, dalam arti bagaimana ajaran Islam yang telah diimani, dipahami, dan dihayati atau diinternalisasi peserta didik mampu memotivasi dirinya untuk mengamalkan dan menaati ajaran dan nilai-nilai agama
dalam
kehidupan
pribadi,
serta
mengaktualisasikan
dsn
merealisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sebagai manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.23
B. Kurikulum Berbasis Kompetensi 1. Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi
22
Departemen Pendidikan Nasional, op. cit., hlm. 8. Lihat juga Depatemen Agama RI, op. cit. hlm. 4. Secara lebih luas menurut Quraish Shihab bahwa tujuan pendidikan (al-Qur'an) Islam adalah untuk membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba dan khalifah Allah, guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang telah ditetapkan oleh Allah. Sedangkan Widagdo Supriono menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah membentuk dan memperkembangkan manusia beriman, bertakqwa, berilmu, bekerja dan berakhlak mulia di sepanjang hayatnya menurut tuntunan Islam. (Widagdo Supriono, “Ilmu Pendidikan Islam Teoritis dan Praktis”, dalam buku Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pelajar Pustaka, 2001), hlm. 41). 23 Muhaimin, dkk., op. cit., hlm. 78.
29 Ada banyak definisi tentang kurikulum. Pada waktu akhir-akhir ini Saylor dan Alexander memberikan definisi dalam diskusi tentang kriteria dalam pengembangan kurikulum, bahwa semua kurikulum berisi unsur-unsur tertentu yakni rumusan tujuan dan tujuan khusus, seleksi dan organisasi isi, pola-pola belajar dan pembelajaran termasuk program evaluasi mengenai hasil belajar.24 Definisi yang disampaikan oleh Saylor dan Alexander sejajar dengan pendapat Hilda Taba bahwa "a curriculum is a plan for learning". Sedangkan B. Othanel Smith, W.O. Stanley, dan J. Harlan Shores memandang kurikulum sebagai "a sequence of potential experiences is set up in the school for the purpose of disciplining children and youth in group ways of thinking and acting".25 B. Othanel Smith dkk. melihat kurikulum sebagai sejumlah pengalaman secara potensial dapat diberikan kepada anak dan remaja, agar mereka dapat berfikir dan berbuat sesuai dengan masyarakatnya. Depdiknas menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.26 Kompetensi
merupakan
perpaduan
dari
pengetahuan,
ketrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.27 Uraian mengenai definisi kompetensi banyak sekali di antaranya adalah “Competency is knowledge, skill, ability or characteristic associated with high performance on a job. Some 24
Max Darsono, Konsep Pendidikan Berorientasi Ketrampilan Hidup dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi, makalah disajikan pada Seminar Nasional di Semarang tanggal 27-2-2002, dalam rangka Dies ke-37 UNNES, hlm. 2. 25 F. Michael Connelly dan D. Jean Clandinin, Teacher as Curriculum Planners, (Amsterdam Vanue: Teacher College Press, 1988), hlm. 5. 26 Departemen Pendidikan Nasional, Kerangka Dasar Kurikulum 2004, (Jakarta: Depdiknas, 2004), hlm. 2. Lebih jelas baca buku-buku yang berbicara masalah kurikulum di antaranya bukunya Mohammad Ali yang berjudul Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung: Sinar Baru, 1985); bukunya S. Nasution yang berjudul Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001) dan sebagainya. 27 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan Implementasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 37-38.
30 definitions of competency include motives, beliefs and values”. Dalam hal ini, kompetensi diartikan sebagai perpaduan pengetahuan, ketrampilan, kemampuan atau sifat-sifat yang lain dalam melakukan seluruh pekerjaan/tugas. Beberapa definisi kompetensi mencakup motivasi, kepercayaan dan nilai.28 Berdasarkan pengertian kurikulum dan kompetensi di atas, kurikulum berbasis kompetensi dapat diartikan suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.29
2. Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi Depdiknas mengemukakan bahwa kurikulum berbasis kompetensi memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal. b. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman. c. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi. d. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainya yang memenuhi unsur edukatif. e. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.30 Lebih lanjut, dari berbagai sumber sedikitnya dapat diidentifikasi enam karakteristik kurikulum berbasis kompetensi, yaitu:
28
Richard J. Mirable, “Everything You Wanted to Know about Competency Modeling”, http:/www.umich.edu/~hraa/hra/glossary.htm, hlm. 73-77. Lihat juga dalam Michael A. Hoge et.al., The Fundamentals of Workforce Competency; Implications for Behavioral Helath, http://www.anapoliscoalition.org/pdfs/competency-foundations_4_12_04, pdf, hlm. 12-14. 29 E. Mulyasa, op. cit., hlm. 38-39. 30 Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas, 2002), hlm. 2.
31 a. Sistem belajar dengan modul Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara sistematis, operasional dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik dan sebagai pedoman untuk guru. Sedangkan tujuan utama sistem modul adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran di sekolah, baik waktu, dana, fasilitas maupun tenaga guna mencapai tujuan secara optimal. Pembelajaran dengan modul memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Setiap modul harus memberikan informasi dan petunjuk pelaksanaan secara jelas; 2) Modul merupakan pembelajaran individual; 3) pengalaman dalam modul disediakan untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif, efisien dan aktif peserta didik; 4) Materi pembelajaran disajikan secara logis dan sistematis; 5) Setiap modul memiliki mekanisme untuk mengukur pencapaian tujuan dan feed back peserta didik.31 b. Menggunakan keseluruhan sumber belajar Tidak ada satu sumber belajarpun yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan pembelajaran, maka dalam proses belajar diperlukan kesiapan mental dan kemauan, serta kemampuan untuk menjelajahi aneka ragam sumber belajar yang ada dan mungkin ada. c. Pengalaman lapangan Kurikulum berbasis kompetensi lebih menekankan pada pengalaman lapangan untuk mengakrabkan hubungan guru dengan peserta didik. Hal ini didasari untuk memudahkan guru mengikuti perkembangan
yang
terjadi
selama
pembelajaran. d. Strategi belajar individual personal
31
E. Mulyasa, op. cit., hlm. 43-44.
peserta
didik
mengikuti
32 Belajar
individual
personal
adalah
interaksi
edukatif
berdasarkan keunikan peserta didik, yakni bakat, minat dan kemampuan.
e. Kemudahan belajar Kemudahan belajar dalam KBK diberikan melalui kombinasi antara pembelajaran individual personal dengan pengalaman lapangan dan pembelajaran secara tim (team teaching). f. Belajar tuntas Belajar tuntas dilandasi oleh dua asumsi. Pertama, adanya korelasi antara tingkat keberhasilan dengan kemampuan potensial (bakat). Kedua, apabila pelajaran dilaksanakan secara sistematis, maka semua peserta didik akan mampu menguasai bahan yang disajikan.32
3. Prinsip-Prinsip Kurikulum Berbasis Kompetensi Sesuai dengan kondisi negara, kebutuhan masyarakat dan berbagai perkembangan serta perubahan yang berlangsung dewasa ini, maka dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: a. Keimanan, Nilai dan Budi Pekerti Luhur Keimanan, nilai dan budi pekerti luhur yang dianut dan dijunjung tinggi oleh masyarakat sangat berpengaruh terhadap sikap dan arti kehidupannya. Oleh karena itu, hal tersebut perlu digali, dipahami dan diamalkan oleh peserta didik melalui pengembangan KBK. b. Penguatan Pengembangan
KBK
harus
memperhatikan
penguatan
integritas nasional, melalui pendidikan yang memberikan pemahaman
32
Ibid., hlm. 47-54.
33 tentang masyarakat Indonesia yang majmuk dan kemajuan peradaban dalam tatanan kehidupan dunia yang multi kultural dan multi bahasa. c. Keseimbangan etika, logika, estetika dan kinestika Pengembangan KBK perlu memperhatikan keseimbangan pengalaman belajar peserta didik antara etika, logika, estetika dan kinestika. d. Kesamaan memperoleh kesempatan Seluruh peserta didik dari berbagai kelompok seperti kelompok yang kurang beruntung secara ekonomi dan sosial, yang memerlukan bantuan khusus, berbakat dan unggul berhak mendapat pendidikan yang tepat sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya. e. Perkembangan pengetahuan dan teknologi informasi KBK perlu mengembangkan kemampuan berfikir dan belajar dengan mengakses, memilih dan menilai pengetahuan untuk mengatasi situasi yang cepat berubah dan penuh ketidakpastian merupakan kompetensi penting dalam menghadapi abad ilmu pengetahuan dan teknologi informasi. f. Pengembangan ketrampilan hidup KBK perlu memasukkan unsur ketrampilan, sikap dan perilaku adaptif, kooperatif, kolaboratif dan kompetesi dalam menghadapi tantangan dan tuntutan kehidupan sehari-hari secara efektif. Kurikulum perlu mengintegrasikan unsur-unsur penting dalam menunjang kemampuan untuk bertahan hidup. g. Belajar sepanjang hayat Pendidikan
berlanjut
sepanjang
hayat
manusia
untuk
mengembangkan menambah kesadaran dan selalu belajar memahami dunia yang selalu berubah dalam berbagai bidang. Kemampuan belajar sepanjang hayat dapat dilakukan melalui pendidikan formal dan non formal, serta pendidikan alternatif yang diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun swasta. h. Berpusat pada anak
34 Pengembangan KBK seyogyanya mampu mendirikan peserta didik untuk belajar, bekerja sama dan menilai dirinya sendiri agar membangun pemahaman dan pengetahuan. Penilaian berkelanjutan dan komprehensif menjadi sangat penting dalam rangka pencapaian upaya tersebut.
i. Pendekatan menyeluruh dan kemitraan Semua pengalaman belajar dirancang secara berkesinambungan mulai dari tingkat dasar sampai tingkat tinggi. Pendekatan dalam mengorganisasikan pengalaman belajar berfokus pada kebutuhan siswa yang bervariasi dan mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu keberhasilan pencapaian pengalaman belajar menuntut kemitraan dan tanggung jawab bersama dari siswa, guru, sekolah, orang tua, perguruan tinggi, dunia usaha dan industri serta masyarakat.33
C. Kurikulum Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi 1. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (SMP) Setiap mata pelajaran memiliki ciri khas atau kerakteristik tertentu yang dapat membedakannya dengan mata pelajaran lainnya. Begitu juga dengan mata pelajaran PAI di SMP memiliki karakteristik sebagai berikut: a. PAI merupakan mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran dasar agama Islam. b. Ditinjau dari segi muatan pendidikannya, PAI merupakan mata pelajaran pokok yang menjadi satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dengan mata pelajaran lain yang bertujuan untuk pembentukan moral dan kepribadian peserta didik yang baik. Oleh karena itu, semua mata pelajaran memiliki tujuan tersebut harus seiring dan sejalan dengan tujuan yang akan dicapai oleh mata pelajaran PAI. c. Tujuan diberikannya mata pelajaran PAI, khususnya di SMP adalah untuk membentuk peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada 33
Abdul Majid dan Dian Andayani, op. cit., hlm. 63-65.
35 Allah SWT, berbudi pekerti luhur, berpengetahuan yang cukup tentang Islam, terutama sumber ajaran dan sendi-sendi Islam lainya, sehingga dapat dijadikan bekal untuk menerima berbagai ilmu atau mata pelajaran tanpa harus terbawa oleh pengaruh hal-hal negatif yang mungkin ditimbulkan oleh ilmu mata pelajaran tersebut. d. PAI sebagai mata pelajaran tidak semata-mata mengantarkan peserta didik menguasai berbagai kajian keislaman, tetapi lebih menekankan bagaimana pserta didik mampu menguasai kajian keislaman sekaligus mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian tidak hanya menekankan pada aspek kognitif, tetapi lebih menekankan aspek afektif dan psikomotorik. e. Mata pelajaran PAI berdasarkan dua sumber pokok, yaitu al-Qur'an dan hadits (dalil naqli). Dengan melalui metode ijtihad (dalil aqli) para Ulama’ mengembangkan prinsip-prinsip PAI lebih rinci dan mendetail. f. Prinsip-prinsip PAI tertuang dalam tiga kerangka dasar ajaran Islam, yaitu akidah, syari'ah dan akhlak. Akidah merupakan penjabaran dari konsep iman, syari'ah merupakan penjabaran dari konsep Islam dan akhlak merupakan penjabaran dari konsep ikhsan. g. Tujuan akhir mata pelajaran PAI di SMP adalah terbentuk peserta didik yang memiliki akhlak mulia. Sebagaimana misi utama diutusnya nabi Muhammad saw. h. PAI merupakan mata pelajaran wajib yang harus diikuti oleh setiap peserta didik, terutama yang beragama Islam, atau yang beragama lain yang didasari dengan kesadaran yang tulus dalam mengikutinya.34
2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PAI di SMP a. Pengertian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar kompetensi adalah kemampuan yang dapat dilakukan atau ditampilkan untuk satu mata pelajaran, kompetensi dalam mata 34
Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi SMP Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2003), hlm. 3-4..
36 pelajaran tertentu yang harus dimiliki oleh siswa atau kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan dalam suatu mata pelajaran. Kompetensi merupakan kebulatan pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang dapat didemonstrasikan, ditunjukkan atau ditampilkan oleh peserta didik sebagai hasil belajar. Sesuai dengan pengertian tersebut, maka standar kompetensi PAI adalah standar kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik sebagai hasil dari belajar PAI. Setiap standar kompetensi dapat dijabarkan menjadi beberapa kompetensi dasar. Kompetensi dasar adalah kemampuan minimal dalam mata pelajaran yang harus dimiliki oleh lulusan atau kemampuan minimal yang harus dapat ditampilkan oleh peserta didik dari standar kompetensi untuk satu mata pelajaran. Dengan kata lain, kompetensi dasar merupakan perincian lebih lanjut dari standar kompetensi. 35 b. Pengurutan standar kompetensi Penyebaran standar kompetensi PAI dipilih dari tema-tema pokok dan esensial dalam kajian-kajian keislaman secara umum dan menyeluruh. Selanjutnya tema-tema tersebut diurutkan dari yang paling mendasar, misalnya dari pemahaman terhadap al-Qur’an, kemudian akidah islam, akhlak karimah, kemudian tentang syari’ah (hukum islam), dan pada akhiranya tema tentang sejarah peradaban islam.36
35
Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman KhususPengembangan Silabus Berbasis Kompetensi SMP Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2003), hlm. 10. Disebutkan dalam Pedoman Umum Pengembangan Silabus SMP (2003: 20-21) bahwa lngkah-langkah merinci dan mengurutkan beberapa standar kompetensi mencakup: 1) Melaksanakan analisis standar kompetensi. Menganalisis berarti merinci, suatu standar kompetensi dapat dirinci menjadi beberapa sub kompetensi atau kompetensi dasar; 2) Mengurutkan rincian standar kompetensi. Dick dan Carey membedakan 2 pendekatan pokok dalam analisis dan urutan standar kompetensi di samping pendekatan ketiga yakni gabungan antara kedua pendekatan tersebut. Dua pendekatan tersebut yaitu: 1) Pendekatan prosedural (procedural approach) dipakai bila standar kompetensi yang diajarkan berupa serangkaian langkah-langkah secara urut dalam mengerjakan suatu tugas pembelajaran; 2) Pedekatan hierarkis menunjukkan hubungan yang bersifat subordinatif atu berjenjang antara beberapa standar kompetensi yang ingin dicapai. 36 Ibid. hlm. 16.
37 c. Standar kompetensi PAI di SMP Standar kompetensi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) berisi sekumpulan kemampuan minimal yang harus dikuasai oleh peserta didik selama menempuh Pendidikan Agama Islam di SMP. Untuk PAI di SMP 5 standar kompetensi sebagai berikut: 1) Mengamalkan ajaran al-Qur'an dan Hadits dalam kehidupan seharihari. 2) Menerapkan aqidah Islam dalam kehidupan sehari-hari. 3) Menerapkan akhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. 4) Menerapkan syari'ah (hukum) Islam dalam kehidupan sehari-hari. 5) Mengambil manfaat dari sejarah perkembangan Islam dalam kehidupan sehari-hari.37 d. Penjabaran standar kompetensi menjadi kompetensi dasar Telah dijelaskan di atas, bahwa standar kompetensi dapat dirinci menjadi beberapa kompentesi dasar. Hal ini perlu dilakukan dilakukan analisis kompetensi dengan menggunakan pertanyaan sebagai berikut: kemampuan atau sub kompetensi apa saja yang harus dikuasai siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi? Jawaban atas pertanyaan tersebut berupa daftar lengkap pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang harus dikuasai siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi. Setelah diperoleh daftar rincian, kemudian diurutkan dengan pendekatan prosedural, hirarkis, dari mudah kesukar, kongkrit ke abstrak, tematis atau terpadu. Untuk PAI bisa digunakan pendekatan holistic atau integrasi. e. Penentuan kompetensi dasar Kompetensi dasar merupakan perincian atau penjabaran dari standar kompetensi. Dalam hal ini kompetensi dasar dikelompokkan ke dalam kemampuan, yaitu:
37
Ibid., hlm. 13.
38 1) Kemampuan dasar umum yang harus dicapai di SMP meliputi: a) Beriman kepada Allah SWT dan lima rukun iman yang lain dengan mengetahui fungsi serta terefleksi dalam sikap, perilaku akhlak peserta didik baik secara vertikal maupun secara horisontal; b) mampu membaca al-Qur'an surat-surat pilihan sesuai dengan tajwidnya, menyalin dan mengartikannya; c) mampu beribadah dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan syari'ah Islam baik ibadah wajib maupun sunnah; d) dapat meneladani sifat, sikap dan kepribadian Rasulullah serta Khulafaur Rasyidin; e) mampu mengambil manfaat dari sejarah peradaban Islam.38 2) Kemampuan dasar tiap kelas sebagaimana tercantum dalam standar nasional. Adapun kemampuan dasar pada mata pelajaran PAI kelas VII (1 SMP) sebagai berikut: a) Al-Qur'an atau Hadits meliputi: membaca, mengartikan dan menyalin surat-surat dan hadits-hadits pilihan; menerapkan hukum bacaan alif lam syamsiyah dan alif lam qamariyah, nun mati atau tanwin dan mim mati. b) Keimanan meliputi: beriman kepada Allah
dan memahami
sifat-sifatnya; meneladani Allah melalui Asma-Nya (Asma’ul Husna);beriman kepada Malaikat Allah dan memahami tugastugasnya.. c) Akhlak meliputi: berhati lembut, setia, kerja keras, tekun dan lembut; berprilaku sabar dan tawakal; menghindari sifat hasad, suuzan, khianat dan jubun. d) Fikih atau Ibadah meliputi: melakukan thaharah (bersuci); melakukan
shalat
wajib;
melakukan
salat
berjama’ah;
melakukan macam-macam sujud; melakukan shalat Jum'at; melakukan shalat jama' dan qasar; melakukan macam-macam shalat sunnah.
38
Departemen Pendidikan Nasional, op. cit., hlm. 11.
39 e) Tarikh meliputi: mengambil manfaat dari perkembangan masyarakat makkah sebelum dan sesudah Islam datang. 39 f. Penjabaran kompetensi dasar menjadi materi pokok Materi
pokok
merupakan
penjabaran
lebih
rinci
dari
kompetensi dasar. Kompetensi dasar hanya membuat kemampuan utama yang ingin dicapai, sedang materi pokok berisi tentang materi pelajaran apa yang harus dipelajari siswa untuk mencapai kompetensi dasar. Jadi materi pokok berisi butir-butir pokok bahasan atau sub pokok bahasan bahan ajar sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai. 1) Pengertian materi pokok Materi pokok adalah jabaran dari kompetensi dasar yang berisi tentang materi yang akan diajarkan atau bahan ajar. Materi pokok berisi butir-butir pokok bahasan atau sub pokok bahasan bahan ajar yang sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai. Dengan demikian, materi pokok PAI adalah materi yang harus dipelajari siswa, sebagai sarana untuk mencapai kompetensi dasar atau tujuan pembelajaran PAI. Bila kompetensi dasar dan standar kompetensi dalam bentuk kata kerja, maka materi pokok juga dapat dirumuskan dalam bentuk kata kerja; kata kerja yang dibendakan atau dalam bentuk tema-tema. Uraian ini diperlukan dalam rangka memberikan gambaran secara jelas mengenai materi-materi yang harus dipelajari guna mencapai kompetensi dasar yang sudah ditetapkan. 2) Klasifikasi materi pokok Materi pokok PAI dapat diklasifikasi menjadi 5 aspek kajian, yaitu: a) Aspek al-Qur'an dan hadits, yang menjelaskan beberapa ayat dalam al-Qur'an sekaligus menjelaskan beberapa hukum bacaannya yang terkait dengan ilmu tajwid dan juga menjelaskan beberapa hadits nabi Muhammad saw; b) Aspek 39
Departemen Pendidikan Nasional, op. cit., hlm. 5-18.
40 keimanan (akidah Islam), yang menjelaskan berbagai konsep keimanan yang meliputi: rukun iman dalam Islam; c) Aspek akhlak, yang menjelaskan berbagai sifat terpuji yang harus diikuti dan sifat tercela yang harus dihindari; d) Aspek hukum Islam (syari'ah), yang menjelaskan berbagai konsep keagamaan yang terkait dengan masalah ibadah dan muamalah; dan e). Aspek tarikh, yang menjelaskan sejarah peradaban Islam yang bisa diambil manfaatnya.40 Setelah materi pokok ditetapkan, perlu dirinci atau diuraikan kemudian diurutkan untuk memudahkan kegiatan pembelajaran. Dalam menguraikan materi pokok menjadi uraian materi dalam bentuk materi pembelajaran, hal ini dipandang perlu untuk menentukan jenis materi pembelajaran. Ada 2 jenis klasifikasi materi pembelajaran, yaitu: klasifikasi materi pembelajaran menjadi pengetahuan deklaratif dan prosedural; dan klasifikasi materi pembelajaran menjadi 4 jenis yaitu: fakta, konsep, prinsip dan prosedur. a) Klasifikasi pertama, pembagian jenis materi pembelajaran menjadi pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan deklaratif berisi informasi, konsep, generalisasi, fakta
dan
sebagainya.
Pengetahuan
prosedural
berisi
ketrampilan proses. Dalam rangka pengembangan silabus, isi atau materi pembelajaran perlu dirumuskan dalam istilah standar. Dalam istilah standar, 2 jenis pengetahuan tersebut dapat
dirinci
sebagai
berikut:
1)
Standar
deklaratif:
Pengetahuan deklaratif bersifat hirarkis; pengetahuan deklaratif paling dasar adalah pembendaharaan kata dan yang paling umum adalah konsep; fakta; urutan waktu; urutan sebab akibat; episode; generlisasi; konsep dan prinsip. 2) Standar prosedural: algoritma, strategi dan makroprosesor. 40
Ibid.. hlm. 37.
41 b) Klasifikasi kedua, jenis materi pembelajaran dibedakan menjadi 4 jenis yaitu: fakta, konsep, prinsip dan prosedur. Materi jenis fakta adalah materi yang berupa nama-nama objek, nama tempat, nama orang, lambang, peristiwa sejarah, nama bagian atau komponen suatu benda dan sebagainya. Materi konsep berupa pengertian, definisi, hakikat dan inti isi. Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus, postulat adagium dan paradigma. Materi jenis prosedur berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut. Materi yang harus disajikan dan harus dikuasai siswa perlu diidentifikasi apakah termasuk fakta, konsep, prinsip, prosedur atau gabungan lebih dari satu jenis materi pembelajaran adalah mengacu pada kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Dengan mengacu pada kompetensi dasar, kita akan mengetahui apakah materi yang dipelajari berupa fakta, konsep, prinsip atau prosedur.41 3) Penyusunan materi pokok dan penentuan materi pembelajaran Pada bagian ini dibahas penyusunan materi pokok setelah kopetensi dasarnya dirumuskan, beberapa prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam penentuan pokok sebagai berikut: a) Relevansi: keselarasan antara materi pokok dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai. b) Konsistensi: keajegan antara materi pokok dengan kompetensi dasar dan standar kompetensi. c) Adequasi
(kecukupan):
lengkapnya
cakupan
materi
pembelajaran yang diberikan untuk mencapai kemampuan yang telah ditentukan. Contoh: standar kompetensinya adalah menerapkan akhlak yang mulia dan menghindari akhlak yang tercela dalam kehidupan sehari-hari. Dari standar kompetensi: 41
Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Umum Pengembangan Silabus SMP, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2003), hlm. 30-32.
42 berhati lembut, setia, kerja keras dan ulet; hasad, suuzhan, khianat dan jubun.42 Dalam menentukan uraian materi pembelajaran harus diperhatikan apakah materinya berupa fakta, konsep, prinsip atau prosedur. Selain memperhatikan jenis uraian materi juga harus memperhatikan prinsip-prinsip yang perlu digunakan dalam
menentukan
uraian
materi
pembelajaran,
yaitu
menyangkut keluasan cakupan dan kedalaman materinya. Keluasan cakuapan materi berarti menggambarkanberapa banyak
materi-materi
yang
dimasukkan
dalam
materi
pembelajaran, sedangakan kedalaman materi menyangkut sebarapa detail konsep-konsep yang terkandung di dalamnya harus dipelajari atau dikuasai oleh siswa. Kecakupan (adequacy) atau memadainya materi juga perlu diperhatikan dalam pengertian bahwa memadainya cakupan aspek materi dari suatu materi pembelajaran akan sangat membantu tercapainya penguasaan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Jadi cakupan atau ruang lingkup materi perlu ditentukan untuk mengetahui apakah materi yang akan diajarkan terlalu banyak, terlalu sedikit atau telah memadahi sehingga sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai.43 4) Urutan materi pokok Dalam menentukan urutan materi pokok atau uraian materi
pembelajaran
dapat
menggunakan
pendekatan:
prosedural yaitu materi yang dipelajari bersifat prosedur seperti langkah-langkah
mengerjakan
sesuatu;
hierarkis
yaitu
berjenjang, dalam arti materi pembelajaran harus dipelajari terlebih dahulu sebelum materi pembelajaran lainya;dari yang mudah ke yang sukar; dari yang kongkrit ke abstrak; spiral 42 43
Ibid. Departemen Pendidikan Nasional, op. cit., hlm. 38.
43 yaitu materi pembelajaran diberikan berulang-ulang, semakin luas dan semakin mendalam; pendekatan webbed (terjala) merupakan salah satu bentuk pendekatan terpadu atau tematis. Dalam menyajikan materi pembelajaran, topik dari beberapa mata pelajaran yang relevan disajikan secara terpadu atau integrasi dengan menggunakan suatu tema sebagai titik sentral. 5) Pengembangan materi pokok Guru diberi kebebasan untuk menentukan materi pokok yang sesuai dengan karakteristik daerahnya. Terkait dengan penerapan prinsip belajar dan mengajar kontekstual (contextual teaching and learning), merupakan bentuk implementasi penentuan materi pokok yang sesuai dengan daerahnya. Adapun prinsip belajar mengajar kontekstual sebagai berikut: menekankan pada pemecahan masalah; kegiatan mengajar terjadi pada berbagai konteks; mengajar siswa untuk mampu dan mengarahkan belajarnya sehingga menjadi pelajar yang aktif dan terkendali; menekankan pengajaran dalam konteks kehidupan siswa; mendorong siswa belajar dari satu dengan lainya dan belajar bersama-sama; dan menggunakan penilaian autentik.44 6) Materi pokok PAI kelas VII (SMP) Materi pokok Pendidikan Agama Islam kelas VII (SMP) berdasarkan standar nasional, mencakup 5 aspek sebagai berikut: a) Al Qur’an dan al Hadits meliputi: Surat Adh-Dhuha; Surat al-Adiyat; hukum bacaan Alif Lam Syamsiyah dan Alif Lam Qamariyah; hukum bacaan nun mati atau tanwin dan mim mati; Hadits tentang rukun islam.
44
Ibid. hlm. 24-25.
44 b) Akidah Islam meliputi: Iman kepada Allah; lima Asma’ul Husna (al-Aziz, al-Wahhab, al-Fattah, al-Qayyum dan alHadi); iman kepada malaikat Allah. c) Akhlak meliputi: Berhati lembut, setia, kerja keras, tekun dan ulet; sabar dan tawakal; hasad, suuzhan, khianat dan jubun. d) Hukum Islam meliputi: Thaharah (bersuci); shalat wajib; shalat berjama’ah; macam-macam sujud;shalat jum’at; shalat jama’ dan qashar; shalat sunah rawatib dan idain. e) Tarikh
meliputi: Masyarakat Makkah sebelum islam
datang dan masyarakat Makkah sesudah Islam datang. g. Penjabaran kompetensi dasar menjadi indikator Indikator adalah kompetensi dasar secara spesifik yang dapat dijadikan ukuran untuk mengetahui ketercapaian hasil pembelajaran. Setiap kompetensi dasar dapat dikembangkan menjadi 3-6 butir indikator atau lebih. Indikator adalah karakteristik, ciri-ciri, tandatanda, perbuatan atau respon yang harus ditampilkan oleh siswa untuk menujukkan bahwa siswa telah memiliki kompetensi dasar. Indikator menggunakan kata kerja yang operasional seperti bisa diukur dan dibuat soal ujiannya. Kata kerja yang digunakan pada indikator pencapaian bisa sama dengan kata kerja pada kompetensi dasar namun cakupan materinya lebih sempit. Adapun indikator-indikator yang dapat dijadikan ukuran untuk mengetahui ketercapaian hasil pembelajaran PAI kelas VII (1 SMP) sebagai berikut: 1) Al-Qur’an dan Hadits meliputi: membaca, mengartikan dan menyalin Surat adh-Dhuha dan Surat al-Adiyat; menjelaskan pengertian dan mempraktekkan bacaan alif lam syamsiyah dan alif lam qamariyah pada ayat-ayat pilihan; menjelaskan pengertian dan hukum
bacaan
nun
mati
atau
tanwin
dan
mim
mati;
mempraktekkan nun mati atau tanwin dan mim mati pada ayat-ayat
45 pilihan; membaca, mengartikan dan menyalin hadits tentang rukun Islam. 2) Akidah Islam meliputi: menjelaskan pengertian iman kepada Allah serta sifat-sifat wajib dan mustahil bagi Allah; membaca dalil naqli dan aqli tentang sifat-sifat Allah; menjelaskan arti al-Aziz, alFattah, al-Qayyum dan al-Hadi; membaca dalil naqli dan bersikap sesuai lima AsmaNya; menjelaskan iman kepada malaikat Allah; menyebutkan nama-nama malaikat Allah dan tugas-tugasnya; menjelaskan sifat-sifat malaikat; membaca dalil naqli tentang sifatsifat Allah; menjelaskan malaikat dan makhluk ghaib lainnya. 3) Akhlak
meliputi:
menjelaskan
pengertian,
membaca
dan
mengartikan dalil naqli tentang sifat lembut, setia, kerja keras, tekun dan ulet; menjelaskan manfaat berhati lembut, setia, kerja keras, tekun dan ulet; menunjukkan semangat kerja keras, keuletan, ketekunan dalam berusaha; hasil kerja yang baik; menjelaskan pengertian, membaca dan mengartikan dalil naqli tentang sabar dan tawakal; menjelaskan fungsi sabar dan tawakal dalam kehidupan; menjelaskan pengertian, membaca dan mengartikan dalil naqli tentang hasad, suuzhan, khianat dan jubun; menjelaskan akibat negatif dari hasad, suuzhan, khianat dan jubun. 4) Hukum Islam (Syari’at) meliputi: menjelaskan macam-macam najis dan hadats serta cara mensucikanya; menjelaskan pengertian wudlu dan hal-hal yang membatalkannya; menjelaskan pengertian tayamum dan hal-hal yang membatalkannya; menjelaskan mandi besar dan cara-caranya; menunjukkan dalil naqli dan aqli tentang wudlu dan tayamum serta mempraktekkannya; mejelaskan pengertian, hokum, syarat wajib, syarat sah dan rukun shalat serta hal-hal yang membatalkanya; mempraktekkan shalat wajib, dzikir dan do’a setelah shalat; menunjukkan dalil naqli dan aqli tentang shalat wajib; menjelaskan fungsi shalat wajib dalam kehidupan; menjelaskan pengertian, hukum dan syarat-syarat berjama’ah;
46 membaca dan mengartikan dalil naqli dan aqli tentang shalat berjam’ah.
mempraktekkan
dan
menjelaskan
fungsi
shalat
berjama’ah dalam kehidupan; menjelaskan pengertian, hukum dan sebab-sebab sujud sahwi, tilawah dan syukur; membaca dan mengartikan dalil naqli tentang sujud sahwi, tilawah dan sukur serta mempraktekkanya; menjelaskan pengertian, hukum, syarat wajib, syarat sah mendirikan shalat jum’at serta sunah-sunahnya dan hal-hal yang menghalangi shalat jum’at; menunujukkan dalil naqli dan aqli tentang shalat jum’at serta menunujukkan fungsi shalat jum’at dalam kehidupan; menjelaskan pengertian shalat jama’ dan qashar serta sebab-sebabnya; membaca dan mengartikan dalil naqli tentang shalat jama’ dan qashar; menjelaskan jama’ takdim dan takhir serta shalat-shalat yang boleh di qashar dan dijama’ dan mempraktekkannya; menjelaskan pengertian shalat sunah rawatib; membaca dan mengartikan dalil naqli tentang shalat sunah rawatib; menjelaskan macam dan waktu shalat sunah rawatib dan idain serta mempraktekkannya. 5) Tarikh meliputi: Menjelaskan keberagamaan masyarakat Makkah sebelum Islam datang; menjelaskan kebudayaan dan mengambil manfaat dari perkembangan masyarakat Makkah sebelum islam datang;menjelaskan
reaksi
masyarakat
Makkah
terhadap
kedatangan Islam; menjelaskan cara-cara dakwah rasulullah SAW; menyebutkan orang-orang pertama kali masuk Islam; mengambil manfaat dari dakwah Rasulullah. h. Penjabaran indikator menjadi butir soal Setiap indikator dapat dikembangkan menjadi 3 butir soal atau lebih. Misalnya untuk indikator-indikator di atas dapat diberikan contoh soalnya sebagai berikut: Contoh Pengembangan Indikator Menjadi Butir Soal: indikator: membaca, mengartiakan dan menyalin Surat adh-Dhuha.
47 Butir soal: Bacalah Surat adh-Dhuha dengan benar; hafalkan Surat adh-Dhuha; salinlah Surat adh-dhuha dengan benar lengkap dengan syakalnya dan tulislah dengan tulisan yang indah; terjemahkan surat adh-Dhuha dengan lengkap dan benar; terjemahkan surat adh-Dhuha dengan menunjukkan kata perkata.45
45
Ibid., hlm. 10-16.