BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan salah satu hal yang penting dalam sebuah penelitian, karena di dalam kajian pustaka akan dijelaskan mengenai variable-variabel yang akan diteliti berkaitan dengan masalah yang akan dikaji dalam sebuah penelitian. Teori-teori tentang variable-variabel yang relevan berkaitan dengan masalah yang akan diteliti yang telah dirumuskan dalam sebuah penelitian harus disertai dengan dasar berupa kajian pustaka yang terpercaya. Beberapa teori yang relevan akan digunakan sebagai dasar dari penelitian ini adalah tentang komunikasi guru, sumber belajar, dan minat belajar.
1. Kajian Tentang Kompetensi Guru a. Pengertian Kompetensi Menurut Adriyanto (2011: 10) “kompetensi guru merupakan perilaku rasional guru mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan”. Menurut UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1, 10, disebutkan “Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dan dosen dalam melakanakan tugas keprofesionalan” (dalam Sagala, 2009: 23) Kompetensi dapat diartikan sebagai orang yang memiliki kemampuan kekuasaan, kewenangan, keterampilan, pengetahuan yang diperlukan untuk melakukan suatu tugas tertentu (Djamas ed dalam Suparlan, 2006: 85). Pokok dari kemampuan-kemampuan di atas kompetensi dapat dimiliki dengan melalui pendidikan dan pelatihan.
9
10
Pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi adalah perilaku rasional guru dan dosen untuk mencapai tujuan dengan cara melalui pendidikan dan pelatihan agar memiliki kemampuan dalam kekuasaan, kewenangan, keterampilan, dan pengetahuan.
b. Pengertian Guru Menurut Adriyanto (2011: 11) “Guru adalah profesi yang ditandai dengan dimilkinya suatu kompetensi”. Selanjutnya, Adriyanto (2011: 12) menyatakan bahwa: “Guru harus mengusai cara belajar yang efektif, membuat model satuan pelajaran, memahami kurikulum, mengajar di kelas, menjadi model di kelas bagi siswa, memberikan nasihat dan petunjuk, mengusai teknik bimbingan penyuluhan, menyusun dan melaksanakan prosedur penilaian belajar dan sebagainya” Pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan guru adalah sesorang yang berprofesi dengan memiliki kompetensi, kompetensi yang harus dimiliki seorang guru dengan menguasai cara belajar, menguasai materi pelajaran, menjadi contoh di kelas bagi peserta didiknya, dapat melakukan bimbingan serta mampu melaksanakan prosedur penilaian kepada peserta didiknya.
c. Pengertian Kompetensi Guru Guru yang memiliki kompetensi selalu dibutuhkan dalam system pendidikan di Inndonesia. Guru yang terampil mengajar tentu harus memiliki kompetensi baik dalam bidang pedagogis, profesional, kepribadian, dan sosial kemasyarakatan (Hamalik, 2006: 34) Guru bertanggung jawab melaksanakan kegiatan pendidikan sedemikian hingga guru bertugas dalam memberikan bimbingan dan pengajaran kepada peserta didik. Tanggung jawab ini direalisasikan dalam bentuk melaksanakan pembinaan kurikulum, menuntun peserta didik belajar, membina pribadi, watak,
11
dan jasmaniah siswa, menganalisa kesulitan belajar, serta menilai kemajuan belajar para peserta didik (Hamalik, 2006: 40). Guru yang berkompeten pasti akan memiliki pengaruh baik bagi siswa dan lingkungan dimana dia berada, karena komptensi yang harus dimiliki guru adalah segala keterampilan yang harus dikuasai oleh guru saat berhadapan dengan siswa dan lingkungannya (Styono dan Sudjadi, 2011). Kompetensi guru merupakan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh guru sebagai pendidik untuk menuntun peserta didik, membina pribadi peserta didik, dan memfasilitasi belajar peserta didik menjadi generasi terpelajar dengan cara selalu meningkatkan kompetensinya baik dalam bidang pedagogisnya, profesionalnya, kepribadian, dan sosialnya. 1) Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik meliputi: (1) pemahaman wawasan guru akan landasan dan filsafat pendidikan, (2) guru memahami potensi dan keberagaman peserta didik sehingga dapat disesain strategi pelayanan belajar sesuai
keunikan
masing-masing
peserta
didik,
(3)
guru
mampu
mengembangkan kurikulum/silabus dalam bentuk dokumen maupun implementasi dalam pengalaman belajar,(4) guru mampu menyusun rencana dan strategi pembelajaran berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, (5) mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik dengan suasana dialogis dan interaktif, (6) mampu melakukan evaluasi hasil belajar dengan memenuhi prosedur dan standar yang dipersyaratkan, dan (7) mampu mengembangkanbakat minat peserta didik melalui kegiatan intrakulikuler dan ekstrakulikuler untuk mengakulturasikan berbagai potensi yang dimilikinya. (Sagala, 2009: 32). Guru yang mampu mengemas pembelajaran dengan kreatif dan inovatif akan menimbulkan minat belajar yang lebih dari siswa yang dia ajar karena siswa tersebut tidak merasa bosan dengan pembelajaran dan pembelajaran
12
yang dia lakukan terasa menyenangkan (Yulistiati, Risyidi, dan Ariyanto 2012). Terdapat 10 indikator keberhasilan guru dalam bidang pedagogis yaitu (lampiran Permendiknas No. 6 Tahun 2007) sebagai berikut. a) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. b) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaranyang mendidik. c) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu. d) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran. f) Mefasilitasi
pengembangan
potensi
peserta
didik
untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. g) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan asntun dengan peserta didik. h) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. i) Memanfaatkan
hasil
penilaian dan
evaluasi
untk
kepentingan
pembelajaran. j) Melakukan tindakan refleksi untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
2) Kompetensi Kepribadian Dilihat
dari
aspek
psikologi
kompetensi
guru
menunjukkan
kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian: (1) mantap dan satabil, yaitu memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai norma hukum, norma sosial, dan etika yang berlaku, (2) dewasa yang berarti mempunyai kemandirian untuk bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru, (3)arif dan bijaksana, yaitu tampilannya manfaat bagi peserta didik, sekolah, dan masyarakat dengan menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak, (4) berwibawa, yaitu perilaku guru yang disegani
13
sehingga berpengaruh positif terhadap peserta didik, dan (5) memiliki akhlak mulia dan memiliki perilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik, bertindak sesuai norma religious, jujur, dan suka menolong (Sagala, 2009: 33). Ada 5 indikator yang menunjukkan keberhasilan guru dalam bidang kompetensi kepribadian sebagai berikut. a) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia. b) Menampilkan diri sebaga pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat. c) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa. d) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru dan rasa percaya diri. e) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru (Adriyanto, 2011: 13) Kompetensi kepribadian menggambarkan etika profesi yang terdiri dari sub-kompetensi, yaitu: a) Memahami, menghayati, dan melaksanakan kode etik guru. b) Memberikan layanan pendidikan sepenuh hati, professional, dan ekspetasi yang tinggi terhadap peserta didiknya. c) Menghargai perbedaan latar belakang peserta didiknya dan berkomitmen tinggi untuk meningkatkan prestasi beajarnya. d) Menunjukkan dan mempromosikan nilai-nilai, norma-norma, sikap, dan perilaku positif dari peserta didiknya. e) Memberikan kontribusi terhadap pengembangansekolah umumnya dan pembelajaran khususnya. f) Menjadikan dirinya sebagai bagian integral dari sekolah. g) Bertanggung jawab terhadap prestasinya.
14
h) Melaksanakan tugasnya dalam koridor peraturan perundang-undangan yang berlaku dan tata pemerintahan yang baik. i) Mengembangkan profesionalisme diri melalui evaluasi diri, refleksi, dan pemutakhiran berbagai hal terkait dengan tugasnya. j) Memahami,
menghayati,
dan
melaksanakan
landasan-landasan
pendidikan, yuridi, filosofis, dan ilmiah (Slamet PH, dalam Sagala, 2009:36)
3) Kompetensi Profesional Professional berarti melakukan sesuatu sebagai pekerjaan pokok sebagai profesi dan bukan sebagai pengisi waktu luang atas sebagai hoby belaka. Profesi berarti menyatakan secara public dan dalam Bahasa latin di sebut “profession” yang digunakan untuk menunjukkan pernyataan public yang dibuat oleh seseorang yang bermaksud menduduki jabatan public. Dalam UU No. 14 tahun 2007 pasal 7 ayat (1) menyatakan profesi guru dan profesi dosenmerupakan bidang pekerjaan
khusus yang dilaksanakan
berdasarkan prinsip memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; memiliki komitmen mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru (Sagala. 2009: 40) Kemampuan guru dalam menguasai materi ajar yang dia sampaikan akan sangat berpengaruh pada respon siswa terhadapa pembelajaran. Guru yang menguasai pembelajaran dengan baik akan lebih diperhatiakn oleh
15
siswanya, sehingga timbul minat ingin lebih mendalami pelajaran tersebut (Mustafa, 2013). Keberhasilan guru dalam melaksanakan pendidikan dan pembelajaran tidak lepas dari kompetensi yang dimilikinya. Betapapun semangat dan motivasi yang dimiliki oleh guru, maka kinerja guru tidak dapat maksimal jika tidak diimbangi dengan penguasaan kompetensi professional yang dipersyaratkan. Kompetensi professional mencakup sub kompetensi yang meliputi menguasai subtansi keilmuanyang terkait dengan bidang studi, menguasai konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari hari, dan menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritisuntuk menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan atau materi bidang studi (Wahyudi, 2010) Kompetensi professional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas
dan mendalam
yang memungkinkannya
membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Terdapat 5 indikator guru yang memiliki kompetensi professional sebagai berikut. a) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuwan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. b) Mengusai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu. c) Mengembangkan materi pelajaran kreatif. d) Mengembangkan
keprofesionalan
secara
berkelanjutan
dengan
melakukan tindakan reflektif. e) Memanfaatkan
teknologi
informasi
mengembangkan diri (Adriyanto, 2011: 15).
dan
komunikasi
untuk
16
4) Kompetensi Sosial Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga pendidik, orang tua atau wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.ada 4 indikator yang menunjukkan keberhasilan guru dalam bidang sosial yaitu sebagai berikut. a) Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi. b) Berkomunikasi secara efektif, empati, dan satun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat. c) Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesi yang memiliki keragaman sosial budaya. d) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pada Pasal 4 ayat 1, menyatakan “pendidikan diselenggarakan secara demikratis dan berkeadilan sera tidak diskriminatif dengan menjungjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa”. Hal itu berarti kompetensi sosial terkait dengan kemampuan guru sebagai makhluk soial dalam berinteraksi dengan orang lain. Sebagai makhluk sosial guru berperilaku santun, mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif dan menarik mempunyai ras empati terhadap[ orang lain. Kompetensi sosial terdari dari sub-kompetensi sebagai berikut. a) Memahami dan menghargai perbedaan (respek) serta memiliki kemampuan mengelola konflik dan benturan. b) Melaksanakan kerjasama secara harmonis dengan kawa sejawat, kepala sekolah dam wakil kepala sekolah, dan pihak-pihak terkait lainnya. c) Membangun kerja tim yang kompak, cerdas, dinamis, dan ilmiah.
17
d) Melaksanakan komunikasi (oral, tertulis, tergambar) secara efektif dan menyenangkan dengan seluruh warga sekolah, orang tua, peserta didik, dan kesadaran sepenuhnya bahwa masing-masing memiliki peran dan tanggung jawab terhadap kemajuan pembelajaran. e) Memiliki kemampuan mendudukkan dirinya dalam system niali yang berlaku di masyarakat sekitarnya. f) Melaksanakan prinsip-prinsip tata kelola yang baik (Slamet PH, dalam Sagala, 2009: 38) Berdasar uraian di atas. Indikator yan membahas tentang kompetensi guru adalah sebagai berikut: 1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. 2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. 3) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu. 4) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. 5) Memanfaatkan teknologi informasidan komunikas iuntuk kepentingan pembelajaran. 6) Mefasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. 7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. 8) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. 9) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran. 10) Melakukan tindakan refleksi untuk peningkatan kualitas pembelajaran. 11) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia. 12) Menampilkan diri sebaga pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
18
13) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa. 14) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru dan rasa percaya diri. 15) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru. 16) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuwan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. 17) Mengusai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu. 18) Mengembangkan materi pelajaran kreatif. 19) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. 20) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri. 21) Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi. 22) Berkomunikasi secara efektif, empati, dan satun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tuan, dan masyarakat. 23) Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya. 24) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
2. Kajian Tentang Sumber Belajar a. Pengertian Sumber Belajar Sudjana dan Rifai (2001: 76) mengatakan “Sumber belajar dalam arti sempit adalah buku-buku atau bahan tercetak lainnya”. Rohani (2004: 161) mengatakan
19
“Sumber belajar dalam pengertian yang sederhana adalah guru dan bahan-bahan pelajaran seperti buku bacaan dan semacamnya”. Pengertian yang sederhana (hingga dewasa ini dunia pengajaran praktis masih berpandangan) sumber belajar (learning resources) adalah guru dan bahan-bahan pengajaran/bahan pengajaran baik buku-buku bacaan atau semacamnya. Dalam desain pengajaran yang biasa disusun guru terdapat salah satu komponen pengajaran yang dirancang berupa sumber belajar/pengajaran yang umumnya diisi dengan buku-buku rujukan (buku bacaan wajib/anjuran). Pengertian sumber belajar sesungguhnya tidak sesempit atau sesederhana itu (Rohani, 2010: 185). Sumber belajar dalam pengajaran adalah segala apa (daya, lingkungan, pengalaman yang dapat digunakan dan dapat memudahkan pencapaian tujuan pengajaran/belajar, yang tersedia atau sengaja dipersiapkan, baik yang langsung maupun yang tidak langsung, baik yang kongrit maupun yang abstrak (rohani, 2004: 164) Pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sumber belajar tidak hanya diperoleh dari buku, tetapi segala sesuatu yang mendatangkan manfaat untuk menuju perubahan kepada hal yang lebih baik baik berupa buku, alat, manusia, dan lingkungan yang dapat mempermudah siswa dalam memperoleh pengetahuan yang lebih dapat dikategorikan sebagai sumber belajar. Menurut Nurdin (2013), sumber belajar yang baik bagi siswa akan mendatangkan minat baca yang baik pula bagi siswa, siswa yang sudah memiliki minat baca yang baik berarti siswa tersebut sudah memiliki minat belajar yang baik pula pada pelajaran tersesebut.
b. Klasifikasi Sumber Belajar The Association for Education Communication and Technology (AECT) mengklasifikasikan sumber belajar menjadi 6 macam, yaitu: message (pesan), people (orang), material (bahan), device (alat), technic (teknik), dan setting (lingkungan) (Rohani, 2004: 164).
20
1) Message (pesan), yaitu informasi/ajaran yang diteruskan oleh komponen lain dalam bentuk gagasan, fakta, arti, dan data. Termasuk dalam kelompok pesan adalah semua bidang studi/mata kuliah atau bahan pengajaran yang diajarkan kepada peserta didik, dan sebagainya. 2) People (orang), yakni manusia yang bertindak sebagai penyimpanan, pengolah, dan penyaji pesan. Termasuk kelompok ini misalnya, guru/dosen, tutor, peserta didik, dan sebagainya. 3) Materials (bahan), yaitu perangkat lunak yang mengandung pesan untuk disajikan melalui penggunaaan alat atau perangkat keras ataupun oleh dirinya sendiri. Berbagai program media termasuk kategori material, seperti transportasi, slide, film, audio, video, modul, majalah, buku, dan sebagaimya. 4) Device (alat), yakni sesuatu (perangkat keras)yang digunakan untuk menyampaikan pesanmyang tersimpan dalam bahan. Misalnya, overhead proyector, slide, video tape/recorder, pesawat radio atau TV, dan sebagainya. 5) Technique (teknik), yaitu prosedur atau acuan yang dipesiapkan untuk penggunaan bahan, peralatan, orang, lingkungan untuk menyampaikan pesan. Misalnya, pengajaran berprogram/modul, simulasi, demonstrasi, tanya jawab, CBSA, dan sebagainya. 6) Setting (lingkungan), yaitu situasi atau suasana sekitar di mana pesan disampaikan. Baik lingkungan fisik, ruang kelas, gedung sekolah, perpustakaan, labolatorium, taman, lapangan, dan sebagainya. Juga lingkungan nonfisik; misalnya suasana belajar itu sendiri, tenang, ramai, lelah, dan sebagainya (Rohani, 2010: 188). Pengklasifikasian tersebut tidak terpisah, tetapi saling berkorelasi. Dalam kenyataan malah
sulit dipisahkan secara parsial, misalnya; pada saat guru
menerangkan (proses pengajaran) cara penggunaan suatu alat dan memperagakan penggunaan alat yang dimaksud; setidaknya, guru menggunakan 4 macam sumber belajar yang berperan di sana; guru, alatnya, topik atau pesan atau
21
informasi yang dijelaskan tentang cara penggunaan alat tersebut, dan teknik penyajiannya yakni dengan peragaan (Rohani, 2010: 189).
c. Penggunaan Sumber Belajar Dalam rangka memanfaatkan sumber belajar secara lebih luas, hendaknya seorang guru memahami lebih dahulu beberapa kualifikasi yang dapat menunjuk pada sesuatu untuk dipergunakan sebagai sumber belajar dalam proses pengajaran (Rohani, 2010: 190) Secara umum, guru sebelum mengambil keputusan terhadap penentuan sumber belajar; ia perlu mempertimbangkan segi-segi berikut ini. 1) Ekonomis atau ketersediaan biaya, apakah ada biaya untuk penggunaan suatu sumber belajar yang memerlukan biaya. Misalnya, overhead (OHP) beserta transparasinya, video tape/TV beserta cassete-nya dan sebagainya. 2) Teknisi (tenaga), yaitu entah guru atau pihak lain yang mengoperasikan suatu alat tertentu yang dijadikan sumber belajar. Adakah tersedia teknisi khusus/pembantu atau guru-guru itu sendiri, apakah dapat mengoperasikanna? Misalnya, cara mengoperasikan slide, video tape/TV, laboratorium, dan sebagainya. 3) Bersifat praktis, dan sederhana, yaitu mudah dijangkau, mudah dilaksanakan, dan tidak sulit/langka. 4) Bersifat fleksibel, maksudnya, sesuatuyang dimanfaatkan sebagai sumber belajar jangan bersifat kaku atau paten, tapi harus mudah dikembangkan, bisa dimanfaatkan untuk mencapai tujuan pengajaran, tidak mudah dipengaruhi oleh faktor lain. 5) Relevan dengan tujuan pengajaran dan komponen-komponen pengajaran lainnya. 6) Dapat membantu efisien dan kemudian pencapaian tujuan pengjaran/belajar. 7) Memiliki nilai positif bagi proses/aktivitas pengajaran khususnya peserta didik. 8) Sesuai dengan interaksi dan strategi pengajaran yang telah dirancang atau sedang dilaksanakan (Rohani, 2010: 190-191) Kemudian, dari segi nilai kegunaan sumber belajar untuk mencapai tujuan pengajaran, maka guru perlu memahami jenis-jenis sumber belajar yang mana yang dibutuhkan bag pengajaran misalnya;
22
1) Penggunaan sumber belajar dalam rangka memotivasi, khususnya untuk meningkatkan motivasi peserta didik yang rendah semangat; belajar dan sebagainya. 2) Pengguanaan sumber belajar dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran, menjadi daya dukung kegiatan pengajaran, misalnya dengan cara memperluas atau memperjelas pelajaran (bahan pengajaran dengan sesuatu sumber belajar yang relevan. 3) Penggunaan sumber belajar dalam rangka mendukung program pengajaran yang melibatkan aktivitas penyelidikan misalnya, suatu sumber belajar yang dapat diobservasi, dianalisis, diidentifikasi, didata, dan sebagainya. 4) Penggunaan sumber belajar yang dapat membantu pemecahan suatu masalah. 5) Penggunaan sumber belajar untuk mendukung pengajaran presentasi, misalnya pengguanaan alat, pendekatan dan metode, strategi pengajaran, dan sebagainya (Rohani, 2010: 191-192). Uraian di atas dapat diambil indikator yang membahas mengenai sumber belajar. Indikator tersebut sebagai berikut: 1) Ekonomis atau ketersediaan biaya, apakah ada biaya untuk penggunaan suatu sumber belajar yang memerlukan biaya. 2) Teknisi (tenaga), yaitu entah guru atau pihak lain yang mengoperasikan suatu alat tertentu yang dijadikan sumber belajar. 3) Bersifat praktis, dan sederhana, yaitu mudah dijangkau, mudah dilaksanakan, dan tidak sulit atau langka. 4) Bersifat fleksibel, maksudnya, sesuatu yang dimanfaatkan sebagai sumber belajar jangan bersifat kaku atau paten, tapi harus mudah dikembangkan, bisa dimanfaatkan untuk mencapai tujuan pengajaran, tidak mudah dipengaruhi oleh faktor lain. 5) Relevan dengan tujuan pengajaran dan komponen-komponen pengajaran lainnya. 6) Dapat membantu efisien dan kemudian pencapaian tujuan pengajaran/belajar. 7) Memiliki nilai positif bagi proses atai aktivitas pengajaran khususnya peserta didik.
23
8) Sesuai dengan interaksi dan strategi pengajaran yang telah dirancang atau sedang dilaksanakan
3. Kajian Tentang Minat Belajar a. Pengertian Minat Minat diartikan sebagai kecenderungan yang menetap, untuk mearasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi tersebut. Siswa yang berperasaan senang akan mudah berkonsentrasi dalam belajar. Pada dasarnya konsentrasi merupakan akibat dari perhatian yang sifatnya spontan dan ditimbulkan oleh minat terhadap suatu hal. Jika siswa berminat terhadap suatu pelajaran tertentu, maka ia akan berkonsentrasi terhadap pelajaran itu (Winkel, 1996: 188). Pengertian di atas diperkuat dengan pengertian lain. Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh (Slameto, 2003: 180). Minat dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut: 1) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan. 2) Menghubungkan dangan persoalan pengalaman lampau. 3) Memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik. 4) Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar (Sardiman, 2001: 180) Menurut Carl dalam Muhibbin (2006: 61) mendefinisikan minat sebagai suatu keadaan mental yang menghasilkan respon terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberi kepuasan padanya. Minat menentukan sukses dan gagalnya kegiatan seseorang. Kurangnya minat menyebabkan kurangnya perhatian dan usaha belajar, sehingga menghambat studinya (Hamalik, 1992: 13). Minat merupakan pemutusan tenaga psikis yang tertuju pada sebuah objek, yang menentukan banyaksedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktivitas yang dilakukan (Hamalik, 1983: 13).
24
b. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap (Winkel, 1996: 53). Belajar adalah tahap perubahan tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dari interaksi denagn lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Muhibbin, 2005: 68). Pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang mempengaruhi mental seseorang dalam berinteraksi di lingkungannya yang akan merubah seseorang tersebut dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikapnya karena hasil dari pengalaman yang melibatkan proses kognitif, jika dikaji dengan lebih mendalam, minat belajar yang baik juga akan mempengaruhi prestasi belajar dan sikap siswa tersebut, yaitu menjadi lebih baik (Wulandari dan Sumarsih, 2013).
c. Prinsip-prinsip Belajar Prinsip-prinsip belajar antara lain. 1) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan utuk belajar. a) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional. b) Belajar harus menimbulkan reinforecement dan motivasi yang kuat untuk siswa mencapai tujuan intruksional. c) Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif.
25
d) Belajar perlu adanya interaksi siswa dengan lingkungannya. 2) Sesuai hakekat belajar. a) Belajar itu proses kontinyu, harus tahap demi tahap menurut perkembangannya. b) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi, dan discovery. c) Belajar adalah proses kontingitas (korelasi antara pengertian yang diharapkan dengan pengertian yang lain) sehungga mendapatkan pengertian yang diharapkan. 3) Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari a) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur penyajian yang sederhana,
sehingga siswa mampu menangkap
pengertiannya. b) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang dicapai. 4) Syarat keberhasilan belajar a) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang. b) Repetisi, dalam proses pembelajaran perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/keterampilan/sikap itu mendalap pada siswa (Slameto, 2003: 27)
d. Perwujudan Perilaku Belajar Perwujudan perilaku belajar biasanya akan lebih sering tampak pada perubahan pada hal-hal sebagai berikut: 1) Kebiasaan Menurut Burghardt dalam Muhibbin (2005: 118), kebiasaan ini timbul karena proses penyusunan kecenderungan respons dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang. Contoh: siswa yang belajar berhitung berkalikali melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal dengan prosedur yang
26
keliru tetapi menghasilkan jawaban yang benar di-akhir jawaban, akhirnya akan terbiasa melakukan kesalahan tersebut jika diabaikan pada prosedur yang salah. 2) Ketrampilan Menurut Reber dalam Muhibbin (2005: 118), ketrampilan adalah kemampuan melakaukan pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu. 3) Pengamatan Pengamatan
adalah
proses
penerimaan
informasi
dari
indra
pengelihatan dan indra pendengaran sehingga diproses oleh otak dan menghasilkan suatu perilaku atau tindakan. 4) Berfikir asosiatif dan daya ingat Berfikir asosiatif adalah proses pembentukan antara rangsangan dan respon, berfikir asosiatif terbentuk dari tingkat pemahaman siswa yang diperoleh saat belajar. 5) Berfikir rasional dan kritis Befikir rasional ini siswa akan berfikir tentang bagaiman strategi menguji kebenaran dari suatu penjelasan yang telah dia terima pada saat pembelajaran. 6) Sikap Menurut Bruno dalam Muhibbin (2005: 119), sikap adalah kecenderungan yang relative menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu. 7) Inhibisi Inhibisi adalah kemampuan siswa untuk meninggalkan kebiasaan yang tidak perlu dilakukan dan mengganti dengan kebiasaan yang lebih baik saat dia berinteraksi di lingkungannya.
27
8) Apresiasi Apresiasi adalah penghargaan yang diberikan kepada seseorang karena telah melakukan hal yang baik dan bergunba bagi orang lain. 9) Tingkah laku afektif Tingkah laku afektif adalah tingkah laku yang timbul karena perasaan takut, senang, sedih, marah, dan lain sebagainya. Kesimpulan dari minat belajar adalah suatu keinginan untuk mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran dengan niat yang ikhlas tanpa ada paksaan dari siapapun untuk selalu memperhatikan dan selalu mengingat pelajaran yang disenangi secara terus menerus dan disertai untuk memperoleh ilmu yang lebih pada pelajaran yang dia senangi. e. Indikator Minat Belajar Menurut Safari (2003) dikutip oleh Herlina (2010: 20) indikator minat belajar meliputi: 1) Perasaan Senang Setiap aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik akan diliputi oleh perasaan, berupa perasaan senang maupun tidak senang. Perasaan umumnya bersangkutan dengan fungsi mengenal, yang berarti perasaan dapat timbul karena mengamati, merasakan, dan memikirkan. Seorang peserta didik yang mengadakan suatu pengamatan dari kegiatan belajarnyta di sekolah dan dia menilai positif kegiatan tersebut maka dia akan merasakan suatu kebahagiaan atau timbul perasaan senang. Perasaan senang tersebut akan menimbulkan minat. Peserta didik yang merasa senang terhadap pembelajaran akan terus mempelajari dan selalu ingin mendalami pelajaran tersebut. 2) Ketertarikan Siswa Tertarik adalah perasaan menaruh rasa senang dan berminat pada sesuatu. Terterik berarti awal dari individu menaruh minat, sehingga seseorang
28
yang berminat akan didahului dengan ketertarikan kepada sesuatu. Ketertarikan disini adalah ketertarikan kepada pembelajaran. 3) Perhatian Peserta Didik Perhatian
adalah suatu aktifitas yang melibatkan pengamatan dan
perhatian kepada sesuatu dengan menabaikan hal yang lain. Peserta didik yang berminat kepada suatu pembelajaran pasti akan memperhatikan pelajaran tersebut. Pembelajaran yang lebih mendapatkan perhatian dari peserta didi pasti akan menghasilkan hasil yang baik pula. Maka dari itu seorang guru harus mampu menarik perhatian dari peserta didiknya agar peserta didiknya mampu untuk mempelajari pembelajaran dengan lebih baik. 4) Keterlibatan Siswa Ketertarikn perserta didik terhadap suatu pembelajaran akan lebih membuat peserta didik terlibat dalam proses pembelajaran. Peserta didik akan lebih antusias dalam mendalami pembelajaran yang dia minati tersebut. Peserta didik yang melibatkan diri dalam pembelajaran akan selalu berusaha ikut andil dalam segala sesuatu di dalam pembelajaran tersebut karena dia merasa tertarik dan berminat sehingga dia selalu ingin ikut andil dalam pembelajaran supaya mendapatkan hasil yang maksimal. Uraian-uraian di atas akan dapat diambil indikatornya dalam membahas menganai minat belajar siswa. Indikator tersebut sebagai berikut: 1) Perasaan senang dalam mengikuti pembelajaran. 2) Tertarik dalam setiap materi yang disampaikan oleh guru. 3) Memberikan perhatian yang lebih terhadap pembelajaran. 4) Keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran.
29
B. Kerangka Berpikir Berdasar kajian teori yang telah dikemukakan di atas, dapat diketahui bahwa terdapat korelasi antara kompetensi guru dan sumber belajar dengan minat belajar siswa. Kompetensi guru yang baik dan ketersedian sumber belajar yang memadai akan menciptakan minat belajar siswa, siswa akan merasa lebih tertarik dan lebih menunjukkan minat belajarnya jika keprofesionalan seorang guru dan fasilitas belajar di kelas yaitu kompetensi guru dan ketersediaan sumber belajar memadai. Korelasi antara kompetensi guru dan ketersediaan sumber belajar ini jika telah memadai akan menimbulkan minat belajar siswa yang terwujud dalam dalam hal-hal anatara lain: 1. Menumbuhkan semangat belajar pada pelajaran yang bersangkutan yang lebih tinggi. 2. Meningkatkan rasa keingintahuan yang lebih mendalam pada pelajaran yang bersangkutan. 3. Membantu siswa untuk lebih mudah memahami mata pelajaran yang bersangkutan. 4. Meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran yang bersangkutan.
30
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti gambar berikut : Kompetensi Guru (Pedagogik, Profesional, kepribadian, sosial) Minat Belajar Kompetensi Kejuruan Mengelola Surat dan Dokumen
Sumber Belajar
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir
C. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara yang dapat dibuktikan dan masih harus dibuktikan kebenarannya melalui penelitian. Hipotesis penelitian didapat dari hasil kajian teori dan menghubung-hubungkan dari semua variable yang ada pada kerangkan berpikir dengan sejumlah data yang ada. Hipotesis yang dapat diajukan dari kajian teori dan kerangka berpikir ini adalah: 1. Ada korelasi antara kompetensi guru dengan minat belajar siswa kelas X Administrasi perkantora
SMK Muhammadiyah 1 Sragen pada Kompetensi
Kejuruan Menangani Surat dan Dokumen. 2. Ada korelasi antara ketersediaan sumber belajar dengan minat belajar siswa kelas X Administrasi perkantora SMK Muhammadiyah 1 Sragen pada Kompetensi Kejuruan Menangani Surat dan Dokumen. 3. Ada korelasi antara kompetensi guru dan ketersediaan sumber belajar dengan minat belajar siswa kelas X Administrasi perkantora SMK Muhammadiyah 1 Sragen pada Kompetensi Kejuruan Menangani Surat dan Dokumen
31
Kompetensi Guru (Pedagogik, Profesional, kepribadian, sosial) (X1)
X3
Sumber Belajar (X2)
Gambar 2.2 Skema Hipotesis Peneliti
Minat Belajar Kompetensi Kejuruan Mengelola Surat dan Dokumen (Y)