BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Setiap negara di dunia ini sudah lama menjadikan pertumbuhan ekonomi sebagai target ekonomi. Pertumbuhan ekonomi selalu menjadi faktor yang paling penting dalam keberhasilan perekonomian suatu negara untuk jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi sangat dibutuhkan dan dianggap sebagai sumber peningkatan standar hidup (standard of living) penduduk yang jumlahnya terus meningkat. (Boediono)
Istilah pertumbuhan ekonomi sering dicampurbaurkan dengan perkembangan ekonomi, dan pemakaiannya selalu berganti-ganti, sehingga kelihatan pengertian antara keduanya dianggap sama. Perkembangan ekonomi mengacu kepada masalah-masalah negara terbelakang, sedangkan pertumbuhan ekonomi mengacu kepada masalah-masalah negara maju. Negaranegara maju kenaikan dalam tingkat pendapatan biasanya disebut pertumbuhan ekonomi, sedang di negara miskin ia disebut perkembangan ekonomi. Namun ada juga pakar ekonomi lainnya yang beranggapan bahwa antara pertumbuhan ekonomi dengan perkembangan ekonomi merupakan sinonim. Terlepas dari semua perbedaan di atas, maka menarik untuk disimak saat ini adalah mengenai ciri-ciri dari pertumbuhan ekonomi modern mengacu kepada perkembangan negara-negara maju Eropa Barat, Amerika Serikat, Kanada, Australia dan Jepang. Secara ringkas ciri-ciri tersebut dapat disampaikan sebagai berikut. (Boediono)
1. Laju pertumbuhan penduduk dan produk perkapita Pertumbuhan ekonomi modern, sebagaimana terungkap dari pengalaman negara maju sejak akhir abad ke-18 atau awal abad ke-19, ditandai dengan laju kenaikan produk perkapita yang tinggi (paling sedikit sebesar sepuluh kali) dan dibarengi dengan laju pertumbuhan penduduk yang cepat (paling sedikit sebesar lima kali). 2. Peningkatan produktifitas Pertumbuhan ekonomi modern terlihat dari semakin meningkatnya laju produk perkapita terutama sebagai akibat adanya perbaikan kualitas input yang meningkatkan efisiensi atau
produktifitas per unit input. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya efisiensi penggunaan tenaga kerja dan kapital. 3. Laju perubahan struktural yang tinggi Perubahan struktural dalam pertumbuhan ekonomi modern mencakup peralihan dari kegiatan pertanian ke nonpertanian, dari industri ke jasa, perubahan dalam skala unit-unit produktif dan peralihan perusahaan perseorangan menjadi perusahaan berbadan hukum, atau perubahan status kerja buruh. 4. Urbanisasi Pertumbuhan ekonomi modern ditandai pula dengan semakin banyaknya penduduk di negara maju yang berpindah dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan, atau yang disebut urbanisasi. Akibat urbanisasi, tingkat dan struktur konsumsi masyarakat berubah melalui tiga cara. Pertama, urbanisasi menghasilkan pembagian kerja dan spesialisasi. Kedua, urbanisasi menyebabkan biaya pemenuhan sejumlah kebutuhan menjadi mahal. Ketiga, demonstration effect kehidupan kota mendorong kelompok urbanisasi meniru pola konsumsi orang kota sehingga menyebabkan meningkatnya pengeluaran konsumsi. 5. Ekspansi negara maju Pertumbuhan negara maju kebanyakan tidak sama. Pada beberapa negara, pertumbuhan ekonomi modern terjadi lebih awal dari pada negara lain. Hal ini disebabkan karena perbedaan latar belakang sejarah dan masa lalu, ketika ilmu dan teknologi modern mulai berkembang. 6. Arus barang, kapital, dan migrasi Pertumbuhan ekonomi modern selalu ditandai dengan mobilitas barang, kapital, dan penduduk antar negara yang sangat tinggi. Adanya perkembangan teknologi transportasi yang modern menyebabkan perpindahan penduduk antar negara, lalu lintas kapital dan barang, berjalan sangat cepat dan tinggi. Keenam ciri pertumbuhan ekonomi modern di atas saling kait mengait. Keenamnya terjalin dalam urutan sebab akibat. Dengan rasio yang stabil antara tenaga kerja terhadap total penduduk, laju kenaikan produk perkapita menjadi tinggi. Ini berarti produktifitas tenaga kerja menjadi meningkat. Hal ini sebaliknya, menyebabkan kenaikan yang tinggi dalam produk perkapita dan konsumsi per kapita. Akan tetapi hal terakhir itu bisa juga karena merupakan hasil dari kemajuan teknologi dan perubahan skala produksi perusahaan. Perusahaan ini tidak hanya memproduksi untuk pasar domestik tetapi juga untuk pasar internasional. Begitulah urutan-urutan dari pertumbuhan ekonomi modern.
Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Tanpa bermaksud mengabaikan beberapa definisi mengenai pertumbuhan ekonomi yang sudah disampaikan sebelumnya, untuk lebih menyederhanakan pembahasan, pertumbuhan ekonomi yang dimaksud dalam bahasan ini adalah merupakan perkembangan atau kenaikan GNP suatu negara. Pertumbuhan ekonomi bisa bersumber dari perubahan atau kenaikan pada sisi aggregate demand dan sisi aggregat supply. Seperti yang terlihat pada Gambar di bawah. Apabila pada periode awal (t=0) output (GNP) adalah Y0, maka yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah apabila pada periode berikutnya output-nya adalah Y1. (mie.unja.ac.id/pustaka/teoriperumbuhan)
Gambar 2.1 Kurva Penawaran Agregat dan Permintaan Agregat
Melalui gambar 2.1 dapat dilihat bahwa pertumbuhan tersebut dapat disebabkan oleh pergeseran kurva penawaran agregat (AS), perhatikan bagian [a], atau pergeseran kurva permintaan agregat (AD), lihat bagian [b]. Proses pertumbuhan ekonomi secara garis besarnya dipengaruhi oleh dua macam faktor, yakni faktor ekonomi dan non ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat tergantung pada sumber alamnya, sumber daya manusia, kapital, usaha, teknologi, dan sebagainya. Semua itu merupakan faktor-faktor ekonomi. Tetapi pertumbuhan ekonomi tidak mungkin bisa terjadi selama lembaga sosial dan budaya, kondisi politik dan keamanan, serta
nilai-nilai moral dalam suatu bangsa tidak menunjang. Dengan kata lain tanpa adanya dukungan faktor-faktor non ekonomi semacam itu secara baik, maka pertumbuhan ekonomi kemungkinan tidak terwujud. Adapun untuk menghitung laju pertumbuhan ekonomi pada suatu negara berdasarkan konsep GNP caranya sebagai berikut :
ππ‘ =
πΊπππ‘ β πΊπππ‘β1 π₯ 100% πΊπππ‘β1
Keterangan: gt
= pertumbuhan ekonomi pada tahun t.
GNPt
= besarnya Gross National Product pada tahun ke t.
GNPt-1 = besarnya Gross National Product pada tahun ke t-1.
Teknik perhitungan laju pertumbuhan ekonomi semacam inilah yang paling banyak digunakan oleh setiap instansi-instansi, lembaga-lembaga, badan-badan resmi pemerintah maupun swasta. (mie.unja.ac.id/pustaka/teoriperumbuhan)
2.2 Ekonomi Kewilayahan Pengertian lokasi suatu benda atau suatu gejala dalam ruang dapat menjelaskan dan dapat memberikan kejelasan pada benda atau gejala geografi yang bersangkutan secara lebih jauh lagi. Masalah atau persoalan yang berkenaan dengan asosiasi gejala dengan gejala lain, dengan ditunjukkan lokasinya, sudah memberikan prespektif sebelum analisis lebih lanjut. Lokasi dalam ruang dapat dibedakan antara lokasi absolut dengan lokasi relatif. Lokasi absolut suatu tempat atau suatu wilayah, yaitu lokasi yang berkenaan dengan posisinya menurut garis lintang dan garis bujur atau berdasarkan atau berdasarkan jaring-jaring derajat. Lokasi absolut suatu tempat atau suatu wilayah dapat dibaca pada peta. Lokasi relatif suatu tempat memberikan gambaran tentang keterbelakangan, perkembangan, dan kemajuan wilayah yang bersangkutan bila dibandingkan dengan wilayah lain yang ada di sekitarnya, dan dapat mengungkapkan pula mengapa kondisinya demikian. (Kuncoro, M)
Selanjutnya lokasi ini dapat pula ditinjau dari situasi dan sitenya yang dimaksud dengan site adalah semua sifat atau karakter internal dari suatu daerah tertentu. Kota yang berlokasi di dataran tinggi, sifat dataran tinggi atau dataran tinggi itu sendiri adalah site dari kota yang bersangkutan. Sedangkan yang dimaksud dengan situasi adalah lokasi relatif dari tempat atau wilayah yang bersangkutan. (Kuncoro, M)
Contoh Lokasi: Jakarta merupakan wilayah dataran rendah, dari segi unsure tanah jakarta merupakan daerah yang tidak cocok untuk tanaman pertanian hanya tanaman pertanian tertentu saja, jakarta merupakan daerah nodal yaitu pusat kota sebagai daerah pemasaran dari penampung hasil produksi hasil-hasil pertanian. Jakarta merupakan daerah cosmopolitan dimana kemajuan wilayah yang sangat pesat yaitu pusat pemerintahan Negara RI, pusat pemasaran, kependudukan yang padat. Hasil-hasil produksi pertanian diperoleh dari daerah pheri-pheri yaitu daerah penyangga yang ada di sekitar Jakarta contohnya: Bogor, Cibubur, Parung, Depok dan lain-lain. Semakin dekat dengan pusat kota maka maka keuntungan semakin meningkat dan sebaliknya. Dilihat dari segi transportasi, permintaan konsumen, kuyalitas dan kuantitas dan lain-lain.
Spasial/ruang adalah tiga dimensi tak terbatas sejauh di mana objek dan kejadian terjadi dan memiliki posisi relatif dan arah. Ruang fisik sering disebut dalam tiga linear dimensi, walaupun fisikawan modern biasanya mempertimbangkan hal itu, dengan waktu, untuk menjadi bagian dari kontinum empat-dimensi tak terbatas yang dikenal sebagai ruang-waktu. Dalam matematika kita memeriksa 'ruang' dengan jumlah yang berbeda dimensi dan dengan struktur yang mendasari yang berbeda. Konsep ruang dianggap penting fundamental bagi pemahaman tentang fisik alam semesta meskipun ketidaksepakatan terus antara filsuf atas apakah itu sendiri merupakan entitas, hubungan antara badan, atau bagian dari kerangka kerja konseptual.
Contoh Spasial: Dalam mendirikan sebuah perusahaan, kita harus memikirkan aspek kondisi geografis (tinggi/rendahnya tempat), aspek yang berkaitan dengan iklim, humidity (kelembapan, unsure hara, tekstur tanah, dll). Contohnya daerah Subang yang dijadikan tempat produksi sayur-
sayuran. Dari aspek kondisi geografis dan humidity, Subang merupakan dataran tinggi yang cocok untuk tanaman pertanian seperti: sayur-sayuran
dan
buah-buahan. Dalam
pengembangan wilayah subang harus memperhatikan multi aspek yang berbasis sistemik, tidak hanya dalam memperoduksi tetapi pengaruhnnya terhadap lingkungan, pariwisata, pasar, pendidikan, transportasi, dan lain-lain. Begitu juga dengan aspek pasar untuk komoditi sayur-sayuran, di subang dekat dengan lokasi pengolahan. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa Subang sangat cocok untuk pengembangan wilayah ditinjau dari aspek spasial. Dalam batasan wilayah, negara, provinsi, kabupaten, kecamatan, dan keluarahan. Ketika suatu wilayah dikatakan sebagai wilayah politik maka tekanan pembangunan disamping mengupayakan tujuan-tujuan optimalisasi pemanfaatan ruang (memaksimalkan produktifitas pemanfaatan ruangan).
2.2.1 Perbedaan Spasial dengan Lokasi Atas adanya informasi persamaan dan perbedaan, atau pola spasial obyek di permukaan bumi, biasanya dalam memanfaatkan informasi permukaan bumi melalui peta atau data spasial; terutama untuk dasar pengambilan keputusan, seringkali dibutuhkan lebih dari sekedar gambaran fakta saja. Hal ini bisa difahami karena sebagai sebuah sistem alam, obyek-obyek spasial yang dipetakan secara GIS juga sangat terkait dengan faktor lain di luar itu, sebagai contoh faktor penggunaan lahan atau penutupan lahan suatu lokasi sangat berhubungan dengan aktifitas manusia di lokasi tersebut. Begitu juga misalkan suatu kejadian bencana alam longsor, juga biasanya terkait dengan tingkat curah hujan, jenis tanah, penutupan lahan, dan faktor lain nya yang ada di lokasi tersebut. (Kuncoro, M)
Land rent adalah penyewaan tanah berdasarkan perjanjian seseorang atau suatu badan yang memberi wewenang kepada seseorang yang mempunyai hak untuk mempergunakan atau mengambil manfaat atas tanah tersebut. Hak tersebut bersifat sementara karena pada suatu saat nanti sifatnya akan dihapuskan.
Location rent adalah rent atau surplus yang ditimbul sebagai akibat lokasi/jarak suatu lahan relative terhadap suatu kegiatan tertentu (konsep Charles Trobout). Jika locational rent, maka
kesesuaian pengunaan lahan tidak hanya dilihat/ditentukan oleh ricardian rent tetapi juga oleh locational rent-nya yang ditentukan oleh lima faktor: 1. Biaya transportasi (intrinsic, volume, sifat berat jenis, perishability dan kebahayaannya). 2. Jarak. 3. Kemudahan transportasi.
Contoh Land Rent: Pemanfaatan sumberdaya lahan tambak pesisir Kabupaten Indragiri Hilir yang dimanfaatkan sebagai sarana produksi dalam kegiatan produksi budidaya udang. Lalu pada kurun waktu tertentu dilakukan pengembalian ekonomi dari lahan yang dapat bertambah atau akan berkurang akibat penggunaannya dalam proses produksi. Nilai land rent tersebut menggambarkan harga atau Nilai land rent tersebut menggambarkan harga atau nilai ekonomi lahan yang didapat sebagai hasil dari investasi, dimana lahandipandang sebagai faktor produksi dalam kegiatan perikanan tambak.
Ekonomi spasial adalah kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan alokasi sumber daya yang tidak dapat diperbaharui atas ruang dan lokasi kegiatan ekonomi. Tergantung pada bagaimana definisi dibaca, bidang ekonomi spasial mungkin akan sangat luas pengertiannya atau lebih sempit.
Di satu sisi, kegiatan ekonomi telah terjadi di suatu tempat sehingga ekonomi spasial mungkin khawatir dengan ekonomi yang memprihatinkan. Di sisi lain, analisis lokasi berfokus terutama pada satu pertanyaan ekonomi, yaitu, pilihan lokasi. Ini hanya satukeputusan di antara sejumlah besar keputusan ekonomi.
Ilmu ekonomi regional adalah cabang ilmu ekonomi yang memasukkan unsur lokasi dalam bahasan ilmu ekonomi tradisional, memiliki kekhususan dalam menjawab pertanyaan where, yaitu tentang di mana lokasi dari suatu kegiatan yang seharusnya, namun tidak menunjuk pada lokasi konkret, bermanfaat untuk membantu perencana wilayah menghemat waktu dan biaya dalam memilih lokasi. Ilmu ekonomi regional dapat berperan dalam penentuan
kebijakan awal, seperti menyarankan komoditi atau kegiatan apa yang perlu dijadikan unggulan dan di wilayah mana komoditi itu dapat dikembangkan.
2.2.2 Ekonomi Regional (Ilmu Pembangunan Wilayah) Secara sederhana, ilmu ekonomi regional dapat didefenisikan sebagai cabang ilmu ekonomi yang menekankan analisisnya pada pengaruh aspek ruang ke dalam analisa ekonomi. Dengan demikian terlihat bahwa ilmu ekonomi regional sebenarnya merupakan pengembangan ilmu ekonomi tradisional kepada aspek tertentu, yaitu aspek lokasi dan tata ruang, yang sebegitu jauh masih belum banyak dibahas. Karena aspek ruang ini dibahas secara khusus dalam Teori Lokasi, maka ilmu ekonomi regional pada dasarnya merupakan gabungan antara ilmu ekonomi tradisional dengan teori lokasi sedangkan cakupan analisa dapat bersifat mikro maupun makro. Empat pilar penopang Ekonomi Regional : 1. geografi 2. perencanaan kota 3. Ekonomi 4. Teori lokasi Kekurangannya : aspek biogeofisik, aspek sosial budaya Enam pilar penopang Ekonomi Regional : 1. analisa geofisik 2. analisa kelembagaan 3. analisa ekonomi 4. analisa sosial budaya 5. analisa lingkungan 6. analisa lokasi 7. analisa lahan 8. analisa urbanisasi
2.3 Sektor-Sektor Ekonomi Ekonomi biasanya dibagi menjadi beberapa sektor. Pada prinsipnya ada tiga sektor penting yaitu sektor utama, sektor kedua, dan sektor ketiga. Pembagian ini dibuat mengikuti kesesuaian dan kemudahan dalam menganalisis.
a. Sektor utama atau pertama meliputi sektor pertanian, perhutanan, dan pertambangan. Ketiga kegiatan ini menghasilkan apa yang dikatakan sebagai barang utama atau komoditi utama. b. Sektor kedua biasanya meliputi sektor-sektor pembuatan dan pembinaan. Kita perhatikan bahwa sektor-sektor ini melibatkan penghasilan barang atau bangunan. c. Sektor
ketiga
meliputi
semua
industri
yang
menghasilkan
perkhidmatan.
Sektor-sektor yang terkandung di dalamnya ialah sektor utiliti (air, listrik), bank dan asuransi, pemerintahan, dan dinas pekerjaan umum. Ekonomi juga dapat dibagi ke dalam tiga kategori berdasarkan siapa yang menjalankannya, yaitu, pemerintah, swasta, dan wirausahawan.
2.4 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah total nilai produki barang dan jasa yang diproduksi di wilayah (regional) tertentu dalam kurun waktu tertentu (satu tahun). Kegiatan ekonomi yang dimaksud adalah kegiatan pertanian, pertambangan, industri pengolahan, sampai dengan jasa. Disebutkan bahwa besaran PDRB dapat dihitung melalui pengukuran arus sirkulasi (circular flow), dan pengukurannya dapat dibedakan menjadi tiga cara yaitu: metode total keluaran (total-output method); metode pengeluaran atar keluaran(spending-onoutput method); dan metode pendapatan dari produksi (income from-production method). Atau secara sederhananya PDRB adalah keseluruhan dari nilai tambah dari sektor-sektor ekonomi yang ada di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu.
Dalam penghitungannya, untuk menghindari hitung ganda, nilai output bersih diberi nama secara spesifik, yaitu nilai tambah (value added). Demikian juga, harga yang digunakan dalam perhitungan ini adalah harga produsen. Penilaian pada harga konsumen akan menghilangkan PDRB subsektor perdagangan dan sebagian subsektor pengangkutan.
2.4.1 Metode Penghitungan PDRB Ada dua metode yang dapat dipakai untuk menghitung PDRB, yaitu metode langsung dan metode tidak langsung.
a. Metode langsung Penghitungan didasarkan sepenuhnya pada data daerah, hasil penghitungannya mencakup seluruh produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh daerah tersebut. Pemakaian metode ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan. 1. Pendekatan Produksi PDRB merupakan jumlah Nilai Tambah Bruto (NTB) atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di suatu wilayah dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Sedangkan NTB adalah Nilai Produksi Bruto (NPB/output) dari barang dan jasa tersebut dikurangi seluruh biaya antara yang digunakan dalam proses produksi. 2. Pendekatan Pendapatan PDRB adalah jumlah seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. Berdasarkan pengertian tersebut, maka NTB adalah jumlah dari upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam pengertian PDRB ini termasuk pula komponen penyusutan dan pajak tak langsung neto. 3. Pendekatan Pengeluaran PDRB adalah jumlah seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk pengeluaran konsumsi rumahtangga dan lembaga swasta nirlaba, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan inventori dan ekspor neto (ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor), di dalam suatu wilayah dalam periode tertentu, biasanya satu tahun. Dengan metode ini, penghitungan NTB bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi.
b. Metode Tidak Langsung Menghitung nilai tambah suatu kelompok ekonomi dengan mengalokasikan nilai tambah nasional ke dalam masing-masing kelompok kegiatan ekonomi pada tingkat regional. Sebagai alokator digunakan indikator yang paling besar pengaruhnya atau erat kaitannya dengan produktivitas kegiatan ekonomi tersebut. Pemakaian masing-masing metode pendekatan sangat tergantung pada data yang tersedia. Pada kenyataannya, pemakaian kedua metode tersebut akan saling menunjang satu sama lain,
karena metode langsung akan mendorong peningkatan kualitas data daerah, sedangkan metode tidak langsung akan merupakan koreksi dalam pembanding bagi data daerah.
2.4.2 Klasifikasi Lapangan Usaha Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh NTB yang dihasilkan oleh setiap kegiatan/lapangan
usaha.
Dalam
penghitungan
PDRB,
seluruh
lapangan
usaha
dikelompokkan menjadi sembilan sektor ekonomi. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk Domestik Bruto (PDB) ditingkat nasional. Pembagian ini sesuai dengan System of National Accounts (SNA). Hal ini juga memudahkan para analis untuk membandingkan PDRB antar provinsi dan antara PDRB dengan PDB. Dengan demikian dalam penyajian buku ini kegiatan ekonomi/lapangan usaha dirinci menjadi: 1). Pertanian, 2). Pertambangan dan Penggalian, 3). Industri Pengolahan, 4). Listrik, Gas dan Air Minum, 5). Konstruksi, 6). Perdagangan, Restoran dan Hotel, 7). Pengangkutan dan Komunikasi, 8). Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 9). Jasa-jasa termasuk jasa pelayanan
2.4.3 Penghitungan Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Hasil penghitungan PDRB disajikan atas harga berlaku dan harga konstan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada keterangan di bawah ini.
1. Penghitungan Atas Dasar Harga Berlaku PDRB atas dasar harga berlaku merupakan jumlah seluruh NTB atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun, yang dinilai dengan harga tahun yang bersangkutan.
NTB atas dasar harga berlaku yang didapat dari pengurangan NPB dengan biaya antara masing-masing dinilai atas dasar harga berlaku. NTB menggambarkan perubahan volume produksi yang dihasilkan dan tingkat perubahan harga dari masing-masing kegiatan, subsektor, dan sektor. Mengingat sifat barang dan jasa yang dihasilkan oleh setiap sektor, maka penilaian NPB dilakukan sebagai berikut :
1. Untuk sektor primer yang produksinya bisa diperoleh secara langsung dari alam seperti pertanian, pertambangan dan penggalian, pertama kali dicari kuantum produksi dengan satuan standar yang biasa digunakan. Setelah itu ditentukan kualitas dari jenis barang yang dihasilkan. Satuan dan kualitas yang dipergunakan tidak selalu sama antara satu kabupaten/ kota dengan kabupaten/kota lainnya. Selain itu diperlukan juga data harga per unit/satuan dari barang yang dihasilkan. Harga yang dipergunakan adalah harga produsen, yaitu harga yang diterima oleh produsen atau harga yang terjadi pada transaksi pertama antara produsen dengan pembeli/konsumen. NPB/Output atas dasar harga berlaku merupakan perkalian antara kuantum produksi dengan harga masing-masing komoditi pada tahun yang bersangkutan. Selain menghitung nilai produksi utama, dihitung pula nilai produksi ikutan yang dihasilkan dengan anggapan mempunyai nilai ekonomi. Produksi ikutan yang dimaksudkan adalah produksi ikutan yang benar-benar dihasilkan sehubungan dengan proses produksi utamanya. 2. Untuk sektor sekunder yang terdiri dari sektor industri pengolahan, listrik, gas dan air minum, dan sektor konstruksi, penghitungannya sama dengan sektor primer. Data yang diperlukan adalah kuantum produksi yang dihasilkan serta harga produsen masing-masing kegiatan, subsektor dan sektor yang bersangkutan. NPB/Output atas dasar harga berlaku merupakan perkalian antara kuantum produksi dengan harga masing-masing komoditi pada tahun yang bersangkutan. Selain itu dihitung juga produksi jasa yang digunakan sebagai pelengkap dan tergabung menjadi satu kesatuan usaha dengan produksi utamanya. 3. Untuk sektor-sektor yang secara umum produksinya berupa jasa seperti sektor perdagangan,restoran dan hotel; pengangkutan dan komunikasi; bank dan lembaga keuangan lainnya; sewa rumah dan jasa perusahaan; serta pemerintah dan jasa -jasa, untuk penghitungan kuantum produksinya dilakukan dengan mencari indikator produksi yang sesuai dengan masing-masing kegiatan, subsektor, dan sektor. Pemilihan indikator produksi didasarkan pada karakteristik jasa yang dihasilkan serta disesuaikan dengan data penunjang lainnya yang tersedia. Selain itu diperlukan juga indikator harga dari masingmasing kegiatan, subsektor dan sektor yang bersangkutan. NPB/Output atas dasar harga berlaku merupakan perkalian antar indikator harga masing-masing komoditi/jasa pada tahun yang bersangkutan.
b. Penghitungan Atas Dasar Harga Konstan Penghitungan atas dasar harga konstan pengertiannya sama dengan atas dasar harga berlaku, tetapi penilaiannya dilakukan dengan harga suatu tahun dasar tertentu. NTB atas dasar harga konstan menggambarkan perubahan volume/kuantum produksi saja. Pengaruh perubahan harga telah dihilangkan dengan cara menilai dengan harga suatu tahun dasar tertentu. Penghitungan atas dasar konstan berguna untuk melihat pertumbuhan ekonomi secara kesuluruhan atau sektoral. Juga untuk melihat perubahan struktur perekonomian suatu daerah dari tahun ke tahun.
Pada dasarnya dikenal empat cara penghitungan nilai tambah atas dasar harga konstan. Masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Revaluasi Dilakukan dengan cara menilai produksi dan biaya antara masing-masing tahun dengan harga pada tahun dasar. Hasilnya merupakan output dan biaya antara atas dasar harga konstan. Selanjutnya nilai tambah atas dasar harga konstan, diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara atas dasar harga konstan. Dalam praktek, sangat sulit melakukan revaluasi terhadap biaya antara yang digunakan, karena mencakup komponen input yang sangat banyak disamping itu data harga yang tersedia tidak dapat memenuhi semua keperluan tersebut. Oleh karena itu biaya antara atas dasar harga konstan biasanya diperoleh dari perkalian antara output atas dasar harga konstan masingmasing tahun dengan ratio tetap biaya antara terhadap output pada tahun dasar. 2. Ekstrapolasi Nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar dengan indeks produksi. Indeks produksi sebagai ekstrapolator dapat merupakan indeks dari masing-masing produksi yang dihasilkan ataupun indeks dari berbagai indikator produksi seperti tenaga kerja, jumlah perusahaan dan lainnya, yang dianggap cocok dengan jenis kegiatan subsektor, dan sektor yang dihitung. Ekstrapolasi juga dapat dilakukan terhadap output atas dasar harga konstan, kemudian dengan menggunakan rasio tetap nilai tambah terhadap output akan diperoleh perkiraan nilai tambah atas dasar harga konstan.
3. Deflasi Nilai tambah atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga berlaku masing-masing tahun dengan indeks harga. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga konsumen (IHK), indeks harga perdagangan besar (IHPB) dan sebagainya, tergantung mana yang lebih cocok. Indeks harga di atas dapat pula dipakai sebagai inflator, dalam keadaan dimana nilai tambah atas harga berlaku justru diperoleh dengan mengalikan nilai tambah atas dasar harga konstan dengan indeks harga tersebut. 4. Deflasi Berganda Dalam deflasi berganda yang dideflasi adalah output dan biaya antaranya, sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara hasil deflasi tersebut. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator untuk perhitungan output atas dasar harga konstan adalah IHK atau IHPB sesuai cakupan komoditinya, sedangkan indeks harga untuk biaya antara adalah indeks harga dari komponen input terbesar. Dalam kenyataannya sangat sulit melakukan deflasi terhadap biaya antara, disamping karena komponennya terlalu banyak juga karena indeks harganya belum tersedia secara baik. Oleh karena itu dalam penghitungan harga konstan deflasi berganda belum banyak dipakai.
2.5 Industri Pengolahan (Manufacture) Kata manufaktur berasal dari bahasa Latin manus factus yang berarti dibuat dengan tangan. Kata manufacture muncul pertama kali tahun 1576, dan kata manufacturing muncul tahun 1683. Manufaktur, dalam arti yang paling luas, adalah proses merubah bahan baku menjadi produk. Proses ini meliputi (1) perancangan produk, (2) pemilihan material, dan (3) tahaptahap proses dimana produk tersebut dibuat. Pada konteks yang lebih modern, manufaktur melibatkan pembuatan produk dari bahan baku melalui bermacam-macam proses, mesin dan operasi, mengikuti perencanaan yang terorganisasi dengan baik untuk setiap aktifitas yang diperlukan. Mengikuti definisi ini, manufaktur pada umumnya adalah suatu aktifitas yang kompleks yang melibatkan berbagai variasi sumberdaya dan aktifitas sebagai berikut: ο· Perancangan produk
ο· Manufacturing
ο· Pembelian
ο· Penjualan
ο· Pemasaran
ο· Perancangan proses
ο· Mesin dan perkakas
ο· Production control
ο· Pengiriman ο· Material ο· Suppport service ο· Costumer service
UNIVERSITAS WIDYATAMA
20
Untuk di wilayah Jawa Barat sendiri memiliki tingkat konsentrasi yang tinggi untuk manufaktur termasuk diantaranya elektronik, industri kulit, pengolahan makanan, tekstil, furnitur dan industri pesawat. Juga panas bumi, minyak dan gas, serta industri petrokimia menjadi andalan Jawa Barat. Penyumbang terbesar terhadap GRDP (Gross Regional Domestic Products) Jawa Barat adalah sektor pengolahan (36,72%), hotel, perdagangan dan pertanian (14,45%), totalnya sebesar 51,17%. Terlepas dari adanya krisis, Jawa Barat masih menjadi pusat dari industri tekstil modern dan garmen nasional, berbeda dengan daerah lain yang menjadi pusat dari industri tekstil tradisional. Jawa Barat menymbangkan hampir seperempat dari nilai total hasil produksi Indonesia di sektor non Migas. Ekspor utama tekstil, sekitar 55,45% dari total ekspor Jawa Barat, yang lainnya adalah besi baja, alas kaki, furnitur, rotan, elektronika, komponen pesawat dan lainnya.
2.6 Location Quotient (LQ) Untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah, salah satu teknik yang lazim digunakan adalah kuosien lokasi (Loqation Quotient, LQ). LQ, digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor-sektor basis atau unggulan (leading sectors). Dalam teknik LQ berbagai peubah (faktor) dapat digunakan sebagai indikator pertumbuhan wilayah, misalnya kesempatan kerja (tenaga kerja) dan produk domestik regional bruto (PDRB) suatu wilayah.
Analisis Loqation Quotient (LQ) merupakan suatu alat yang dapat digunakan dengan mudah, cepat dan tepat. Karena kesederhanaannya, teknik LQ dapat dihitung berulang kali dengan menggunakan berbagai perubah acuan dan periode waktu. LQ merupakan rasio antara jumlah tenaga kerja pada sektor tertentu (misalnya industri) atau PDRB terhadap total jumlah tenaga kerja sektor tertentu (industri) atau total nilai PDRB di suatu daerah (kabupaten) dibandingkan dengan rasio tenaga kerja dan sektor yang sama di provinsi dimana kabupaten tersebut berada dalam lingkupnya. Perhitungan LQ dapat dilakukan pula untuk membandingkan indikator di tingkat provinsi dengan di tingkat nasional.
66
Analisis LQ dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan merumuskan komposisi dan pergeseran sektor-sektor basis suatu wilayah dengan menggunakan PDRB sebgai indikator pertumbuhan wilayah.
Formulasi matematisnya, yakni: πππ
/π π
πΏπ = π π ππ /π Dimana: πππ
= Jumlah PDRB suatu sektor kabupaten/kota. π π
= Jumlah PDRB seluruh sektor kabupaten/kota. πππ = Jumlah PDRB suatu sektor tingkat provinsi. π π = Jumlah PDRB seluruh sektor tingkat provinsi.
Berdasarkan hasil perhitungan LQ dapat dianalisis dan disimpulkan sebagai berikut: a. LQ > 1, mempunyai arti komoditas tersebut merupakan sektor basis. Produksi komoditas yang bersangkutan sudah melebihi kebutuhan konsumsi di daerah dimana komoditas tersebut dihasilkan dan kelebihannya dapat dijual ke luar daerah. b. LQ < 1, mempunyai arti produksi komoditas tersebut belum mencukupi kebutuhan konsumsi di daerah yang bersangkutan dan pemenuhannya didatangkan dari daerah lain. c. LQ = 1, mempunyai arti produksi komoditas yang bersangkutan hanya cukup untuk kebutuhan daerah setempat.
Ini berarti secara tidak langsung LQ bisa memberikan petunjuk apakah suatu sektor tertentu di daerah tertentu memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage) atau tidak, dibanding sektor tersebut di wilayah yang membawahi daerah tersebut.
Asumsi yang mendasari metoda LQ sangat melemahkan daya andalnya karena beranggapan bahwa permintaan di setiap daerah adalah identik dengan pola permintaan nasional, bahwa produktivitas setiap tenaga kerja di setiap daerah sektor regional adalah sama dengan produktivitas tiap tenaga kerja dalam industri nasional, dan bahwa perekonomian nasional
merupakan suatu perekonomian tertutup. Kelemahan dari metoda LQ tersebut hendaknya tidak terlalu ditonjolkan karena meoda LQ memiliki pula kelebihan penting, yaitu memperhitungkan ekspor tidak langsung dan ekspor langsung. Misalnya, suatu pabrik baja menjual sebagian besar dari outputnya kepada suatu pabrik mobil lokal yang mengekspor kendaraan mobil, output baja memang dijual secara lokal, tetapi secara tidak langsung telah dikaitkan dengan ekspor.
Manfaat Analisa LQ : 1. Mengetahui apa saja yang terdapat dan yang tidak terdapat di daerah tersebut. 2. Mengetahui besar suatu industri. 3. Mengetahui banyaknya impor barang di daerah tersebut. 4. Melihat output industri/ekspor dari daerah tersebut.
2.7 Metoda Peramalan dengan Moving Average (Pergerakan Rata-Rata) Moving average (MA) diperoleh dengan merata-rata permintaan berdasarkan beberapa data masa lalu yang terbaru. Tujuan utama dari penggunaan teknik peramalan ini adalah untuk mengurangi atau menghilangkan variasi acak permintaan dalam hubungannya dengan waktu. Tujuan ini dicapai dengan merata-ratakan beberapa nilai data secara bersama-sama, dan menggunakan nilai rata-rata tersebut sebagai ramalan permintaan untuk periode yang akan datang. Disebut rata-rata bergerak karena begitu setiap data aktual permintaan baruderet waktu tersedia maka data aktual permintaan yang paling terdahulu akan dikeluarkan dari perhitungan kemudian suatu nilai rata-rata baru akan dihitung.
Secara matematis, maka moving average (MA) akan dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:
Dimana : At = Permintaan aktual pada periode ke-t N = jumlah data permintaan yang dilibatkan dalam perhitungan MA
Karena data aktual yang dipakai untuk perhitungan MA berikutnya selalu dihitung dengan mengeluarkan data yang paling terdahulu, maka:
Tujuan penggunaan metoda Moving Average dalam studi dinamika industri pengolahan ini adalah sebagai alat untuk mengetahui bagaimana kira-kira pertumbuhan industri pengolahan di Jawa Barat untuk periode atau tahun 2010 ataupun 2011 karena dalam penelitian ini pembatasan masalah hanya sampai tahun 2009 saja. Dalam penelitian ini metoda Moving Average yang digunakan yaitu Moving Average tiga periode, yang artinya apabila kita ingin mencari peramalan pertumbuhan industri pengolahan untuk tahun 2010 adalah dengan menjumlahkan indeks LQ pada tahun 2007, 2008, dan 2009 dan dibagi 3 (jumlah tahun yang dipakai). (Purnomo, H)