BAB II LANDASAN TEORI
A.
Pengertian
A.1.
Laporan Keuangan Menurut Baridwan (1997) laporan keuangan merupakan ringkasan
dari proses pencatatan, yang merupakan ringkasan dari transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan ini dibuat oleh pihak manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas yang dibebankan kepadanya oleh pemilik perusahaan. Laporan keuangan yang lengkap terdiri atas komponen-komponen berikut ini: (1) Neraca; (2) laporan laba rugi; (3) laporan perubahan ekuitas; (4) laporan arus kas; dan (5) catatan atas laporan keuangan. Perusahaan dianjurkan
untuk
menyajikan
laporan
keuangan
yang
menjelaskan
karakteristik utama yang mempengaruhi kinerja keuangan, posisi keuangan perusahaan dan kondisi ketidakpastian (IAI, 2007). Menurut PSAK No. 1 (IAI, 2007) tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumbersumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai 9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
perusahaan yang meliputi: (1) aset; (2) kewajiban; (3) ekuitas; (4) pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian; dan (5) arus kas. Accounting Principles Board Statement No. 4 (dalam Belkaoui, 2006,h.212) mengklasifikasi
tujuan laporan keuangan
menjadi tujuan
khusus, tujuan umum, dan tujuan kualitatif, serta menempatkan mereka di bawah suatu kumpulan pembahasan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diringkas sebagai berikut: 1.
Tujuan khusus dari laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, posisi keuangan, hasil operasi, dan perubahan-perubahan lainnya dalam posisi keuangan.
2.
Tujuan umum dari laporan keuangan adalah sebagai berikut: a) Untuk memberikan informasi yang dapat diandalkan mengenai sumber daya ekonomi dan kewajiban dari perusahaan bisnis agar dapat: (1) Mengevaluasi kelebihan dan kekurangannya; (2)
Menunjukkan
pendanaan
dan
investasinya;
(3)
Mengevaluasi kemampuan dalam memenuhi komitmenkomitmennya; (4) Menunjukkan berbagai dasar sumber daya bagi pertumbuhannya. b) Untuk memberikan informasi yang dapat diandalkan mengenai perubahan dalam sumber daya bersih dari aktivitas perusahaan bisnis yang diarahkan untuk memperoleh laba agar dapat: (1) Menyajikan ekspektasi pengembangan dividen kepada para 10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
investor; (2) Menunjukkan kemampuan operasi perusahaan dalam
membayar
kreditor
dan
pemasok,
memberikan
pekerjaan bagi karyawankaryawannya, membayar pajak, dan menghasilkan dana untuk perluasan usaha; (3) Memberikan informasi untuk perencanaan dan pengendalian kepada manajemen; (4) Menyajikan profitabilitas jangka panjang. c) Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat digunakan untuk mengestimasi potensi penghasilan bagi perusahaan. d) Untuk memberikan informasi lain yang dibutuhkan mengenai perubahan dalam sumber daya ekonomi dan kewajiban. e) Untuk mengungkapkan informasi lain yang relevan terhadap kebutuhan pengguna laporan 3.
Tujuan kualitatif dari laporan keuangan adalah sebagai berikut: a) Relevansi, yang artinya pemilihan informasi yang memiliki kemungkinan paling besar untuk memberikan bantuan kepada para pengguna dalam keputusan ekonomi mereka. b) Dapat dimengerti, yang artinya tidak hanya informasi tersebut jelas, tetapi para pengguna juga harus dapat memahaminya. c) Dapat diverifikasi, yang artinya hasil akuntansi dapat didukung oleh
pengukuran-pengukuran
yang
independen,
dengan
menggunakan metode pengukuran yang sama. d) Netralitas, yang artinya informasi akuntansi ditujukan kepada kebutuhan umum dari pengguna, bukannya kebutuhan11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
kebutuhan tertentu dari pengguna-pengguna yang spesifik. e) Ketepatan waktu, yang artinya komunikasi informasi secara lebih awal, untuk menghindari adanya keterlambatan atau penundaan dalam pengambilan keputusan ekonomi. f) Komparabilitas (daya banding), yang secara tidak langsung berarti perbedaan-perbedaan yang terjadi seharusnya bukan diakibatkan oleh perbedaan perlakuan akuntansi keuangan yang diterapkan. g) Kelengkapan, yang artinya adalah telah dilaporkannya seluruh informasi yang secara wajar memenuhi persyaratan dari tujuan kualitatif yang lain
A.2.
Pelaporan Keuangan Financial Accounting Standards Board (Hendriksen dan Van Breda,
2000, h.136) meringkaskan bahwa tujuan-tujuan pelaporan keuangan adalah sebagai berikut: a.
Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi mengenai sumber daya ekonomi dari satuan usaha, tuntutan terhadap sumber daya tersebut (kewajiban satuan usaha itu untuk mentransfer sumber daya ke satuan usaha lain dan modal pemilik), dan pengaruh transaksi, kejadian, dan situasi yang mengubah sumber daya dan tuntutannya pada sumber daya tersebut.
b.
Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi yang berguna 12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
bagi investor dan kreditor dan pemakai lain yang sekarang dan yang potensial mengambil keputusan rasional untuk investasi, kredit dan yang serupa. c.
Pelaporan
keuangan
harus
menyediakan
informasi
guna
membantu investor dan kreditor dan pemakai lain yang sekarang dan yang potensial dalam menetapkan jumlah, waktu, dan ketidakpastian penerimaan kas prospektif dari deviden atau bunga dan hasil dari penjualan, penarikan, atau jatuh tempo surat berharga atau pinjaman. Pelaporan keuangan diharapkan memberi informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan selama suatu periode dan bagaimana manajemen dari sebuah perusahaan menggunakan tanggung jawab pengurusannya kepada pemilik. A.3.
Audit
A.3.1. Pengertian Audit Menurut Soekrisno Agoes (2004:3) audit adalah proses pemeriksaan yang secara sistematis dan kritis dilakukan oleh pihak yang independen , terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan opini mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. A.3.2. Tujuan Audit Menurut Soekrrisno Agoes (2004:9), laporan keuangan yang merupakan tanggung jawab manajemen perlu diaudit oleh KAP yang merupakan pihak ketiga 13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
yang independen, karena: a.
Jika tidak diaudit ada kemungkinan laporan keuangan tersebut mengandung kesalahan baik disengaja maupun tidak disengaja.
b.
Jika laporan keuangan yang sudah diaudit mendapat opini Unqualified (wajar tanpa pengecualian) dari KAP, berarti pengguna laporan keuangan bisa yakin bahwa laporan keuangan tersebut bebas dari salah saji yang material dan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi umum yang berlaku di Indonesia.
A.3.3. Standar Auditing Standar auditing merupakan ukuran pelaksanaan tindakan yang menjadi pedoman umum bagi auditor dalam melaksanakan audit (Mulyadi, 2002). IAI (2001) telah menetapkan standar auditing sebagai berikut: a.
Dalam pelaksanaan audit dan penyusuna laporan keuangan, auditor wajib menggunakan kecakapan profesionalnya dengan cermat dan teliti.
b.
Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi harus dperhatikan oleh auditor.
c.
Audit dilakukan oleh seorang atau lebih yang berkeahlian cukup sebagai auditor.
14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
A.3.4. Audit Delay Audit Delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku, hingga tanggal diselesaikannya laporan audit independen (Wiwik Utami, 2006:4). Menurut Dyer & McHugh (1975:206 dalam Wiwik Utami, 2006:4) “Auditors’ report lag is the open interval of number of days from the year end to the date recorded as the opinion signature date in the auditor’ report”. Menurut Lawrence dan Briyan (1988) dalam Yugo Trianto (2006:31) Audit Delay adalah lamanya hari yang dibutuhkan auditor untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya, yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan keuangan audit. Perusahaan yang sudah go public harus menyerahkan laporan keuangan tahunannya disertai dengan opini auditor kepada Bapepam. Peraturan Bapepam tersebut diatur dalam Undang-Undang No.8 tahun 1995 tentang publikasi laporan keuangan tahunan auditan yang bersifat wajib dengan batas waktu 120 hari dari akhir tahun fiskal sampai tanggal diserahkannya laporan keuangan yang telah diaudit ke BAPEPAM. Namun, Sejak 30 September 2003, peraturan ini diganti dengan peraturan baru dengan Nomor X.K.2 tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan ke Bapepam menjadi 90 hari. Ketepatwaktuan merupakan kualitas yang berkaitan dengan ketersediaan informasi pada saat dibutuhkan. Waktu antara tanggal laporan keuangan dan laporan audit (Audit Delay) mencerminkan ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan. Informasi yang sebenarnya bernilai tinggi dapat menjadi tidak relevan 15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
kalau tidak tersedia pada saat dibutuhan. Ketepatwaktuan informasi mengandung pengertian bahwa informasi tersedia sebelum kehilangan kemampuannya untuk mempengaruhi atau membuat perbedaaan dalam keputusan. Informasi harus disampaikan sedini mungkin untuk dapat digunakan sebagai dasar membantu dalam pengambilan keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut (Zaki Baridwan, 2001:5). A.3.5. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay 1. Ukuran Perusahaan Ukuran Perusahaan dapat diartikan sebagai suatu skala di mana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan dengan berbagai cara antara lain dinyatakan dalam total aktiva, nilai pasar saham, dan lain-lain. Keputusan ketua Bapepam No. Kep. 11/PM/1997 menyebutkan perusahaan kecil dan menengah berdasarkan aktiva (kekayaan) adalah badan hukum yang memiliki total aktiva tidak lebih dari seratus milyar, sedangkan perusahaan besar adalah badan hukum yang total aktivanya diatas seratus milyar. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi pada tiga kategori, yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium size), dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan perusahaan ini didasarkan pada total asset perusahaan (Llangnp1035Masud Machfoedz, 1994). Kategori Ukuran Perusahaan yaitu: a. Perusahaan Besar Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki penjualan lebih dari Rp 50 Milyar/tahun. 16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
b. Perusahaan Menengah Perusahaan menengah adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih Rp 1-10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki hasil penjualan lebih besar dari Rp 1 Milyar dan kurang dari Rp 50 Milyar . c. Perusahaan Kecil Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan dan memiliki hasil penjualan minimal Rp 1 Milyar/tahun. Menurut Ashton, dkk (1989) perusahaa besar melaporkan lebih cepat di bandingkan dengan perusahaan kecil. Sebaliknya, boynton dan kell (1996) dalam halim (2000) menyebutkan audit delay akan semakin lama apabila ukuran perusahaan yang di audit semakin besar. Hal ini berkaitan dengan semakin banyaknya jumlah sampel yang harus di ambil dan semakin luas dan prosedur audit yang harus di tempuh. Namun logika yang mendasari hasil penelitian Ashton dapat dijelaskan oleh dyer dan MacHugh (1975, dalam halim,2000) . Manajemen perusahaan berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay di karenakan perusahaan-perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan, dan pemerintah. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan bersakala besar cenderung mengalami tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan laporan audit lebih awal.
17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2. Opini Auditor Laporan audit adalah alat formal yang digunakan auditor dalam mengkomunikasikan kesimpulan tentang laporan keuangan yang diaudit kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pendapat auditor sangatlah penting bagi perusahaan ataupun pihak-pihak lain yang membutuhkan hasil dari laporan keuangan auditan. Ada lima tipe pendapat laporan audit yang diterbitkan oleh auditor (Mulyadi, 2002:20-22): 1) Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion) Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan terdapat pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi penerapan prinsip akuntansi berterima umum tersebut, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan. 2) Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (Unqualified Opinion report with Explanatory Language) Pendapat ini diberikan apabila audit telah dilaksanakan atau telah sesuai standar auditing. Penyajian laporan keuangan sesuai prinsip akuntansi yang diterima umum, tetapi
terdapat
keadaan
tertentu
yang
mengharuskan
auditor
menambahkan suatu paragraf penjelasan (penjelasan lain) laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan.
18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3) Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion) Auditor memberikan pendapat wajar dengan pengecualian dalam laporan audit apabila lingkup audit dibatasi klien, auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada diluar kekuasaan klien maupun auditor, laporan keuangan tidak disusun dengan prinsip akuntansi yang berterima umum digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak ditetapkan secara konsisten. 4) Pendapat tidak wajar (adverse Opinion) Pendapat tidak wajar merupakan kebalikan pendapat wajar tanpa pengecualian. Akuntan memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan klien. 5) Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer of Opinion) Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditor, maka laporan audit ini disebut dengan laporan tanpa pendapat (no opinion report).
Kondisi
yang
menyebabkan
auditor
menyatakan
tidak
memberikan pendapat adalah: a. Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkungan audit. b. Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya Sebagai pemeriksa laporan keuangan auditor akan memberikan opini atas laporan keuangan yang diauditnya. 19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Carslaw dan kaplan (1991) menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara opinin auditor dengan audit delay. Perusahaan yang tidak menerima jenis pendapat akuntan wajar tanpa pengecualian akan menunjukan audit delay lebih panjang di banding perusahaan yang menerima opini wajar tanpa pengecualian. Hal ini terjadi karna proses pemberian pendapat selain wajar tanpa pengecualian melibatkan negosiasi dengan klien, konsultasi dengan partner audit yang lebih senior atau staf teknis lainnya dan perluasan lingkup audit (Elliot 1982 dalam Halim 2000) Selain itu, perusahaan yang menerima opini selain wajar tanpa pengecualian dianggap sebagai badnews sehingga penyampaian laporan keuangan akan diperlambat (wirakusuma 2004). 3. Ukuran Kantor Akuntan Publik Menurut SK. Menkeu No.43/KMK.017/1997 tertanggal 27 Januari 1997 sebagaimana telah diubah dengan SK. Menkeu No. 470/KMK.017/1999 tertanggal 4 Oktober 1999 dalam Haryono Jusup (2001:19), Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah lembaga yang memiliki izin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi Akuntan Publik dalam menjalakan pekerjaannya. Jumlah kantor akuntan publik di Indonesia dari tahun ke tahun semakin bertambah sejalan dengan perkembangan perekonomian dan bisnis. Kantor akuntan publik yang tergolong besar hanya sedikit jumlahnya dan umumnya bekerjasama dengan kantor-kantor akuntan besar yang berskala internasional. Sebagian besar terdiri dari kantor-kantor akuntan publik kecil dengan wilayah operasi yang terbatas
20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
(Haryono Jusup, 2001:19). Bentuk usaha Kantor Akuntan Publik yang dikenal menurut hukum Indonesia ada dua macam yaitu (Haryono Jusup, 2001:20) : a. Kantor Akuntan Publik dalam bentuk Usaha Sendiri. Kantor Akuntan Publik bentuk ini menggunakan nama akuntan publik yang bersangkutan. b. Kantor Akuntan Publik dalam bentuk Usaha Kerjasama. Kantor Akuntan Publik bentuk ini menggunakan nama sebanyak-banyaknya tiga nama akuntan publik yang menjadi rekan/partner dalam Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan. Auditor Empat Besar (The Big Four Auditors) adalah kelompok empat firma jasa profesional dan akuntansi internasional terbesar, yang menangani mayoritas pekerjaan audit untuk perusahaan publik maupun perusahaan tertutup. Menurut Yuliana dan Aloysia (2004:115) Kantor Akuntan Publik di Indonesia dibagi menjadi KAP the big four dan Kantor Akuntan Publik non the big four. Kantor Akuntan Publik yang masuk kategori KAP the big four di Indonesia adalah: a. Kantor Akuntan Publik Price Water House Cooper, yang bekerja sama dengan Kantor Akuntan Publik Drs. Hadi Susanto dan rekan. b. Kantor Akuntan Publik KPMG (Klynfeld Peat Marwick Goedelar), yang bekerjasama dengan Kantor Akuntan Publik Sidharta dan Wijaya. c. Kantor Akuntan Publik Ernst dan Young, yang bekerja sama dengan Kantor Akuntan Publik Drs. Sarwoko dan Sanjoyo. d. Kantor Akuntan Publik Delloite Tauche Thomatshu, yang bekerja sama dengan Kantor Akuntan Publik Drs. Hans Tuanokata. 21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Menurut Supriyati Yuliastri Rolinda (2007:114) Kantor Akuntan Publik internasional atau yang di kenal dengan the Big Four dianggap dapat melaksanakan auditnya secara efisien dan memiliki jadwal waktu yang lebih tinggi untuk menyelesaikan audit tepat pada waktunya. Waktu audit yang lebih cepat adalah cara bagi kantor akuntan publik besar untuk mempertahankan reputasinya, karena jika tidak menyelesaikan audit dengan cepat maka untuk tahun yang akan datang mereka akan kehilangan kliennya. Penyelesaian waktu audit secara tepat waktu kemungkinan dapat meningkatkan reputasi kantor akuntan publik dan menjaga kepercayaan klien untuk memakai jasanya kembali untuk waktu yang akan datang. Dengan demikian, besar kecilnya kantor akuntan publik kemungkinan dapat mempengaruhi waktu penyelesaian audit laporan keuangan 4. Solvabilitas Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajiban-kewajibannya baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang utang totalnya lebih besar dibandingkan total asetnya (Hanafi dan Halim, 1996). Kemampuan operasi perusahaan dicerminkan dari aset-aset yang dimiliki oleh perusahaan. Supranoto (1990:198) disebutkan bahwa solvabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo. Analisis solvabilitas difokuskan terutama pada reaksi dalam neraca yang menunjukan kemampuan untuk melunasi utang lancar dan utang tidak lancar. 22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Berdasarkan definisi di atas, maka dalam penelitian ini yang menjadi tolak ukur Solvabilitas diukur dengan rasio total debt to total asset ratio (DER) yang membandingkan jumlah aktiva (total asset) dengan jumlah utang (baik jangka pendek ataupun jangka panjang). Perhitungan solvabilitas dengan rasio total debt to total asset (DER) sendiri di hitung dengan rumus: Rasio total debt to total asset =
Total Hutang x 100% Total Aktiva
Wirakusuma (2004), konsisten dengan penemuan carslaw dan koplan (1991) memperoleh hubungan yang signifikan antara solvabilitas dengan audit delay perusahaan. Semakin tinggi rasio hutang terhadap total aktiva, semakin lama rentang waktu yang di butuhkan untuk penyelesaian audit laporan keuangan. 5. Profitabilitas Menurut Hanafi dan Halim (1996) Profitabilitas adalah ukuran mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan selama periode tertentu. Dalam Supranoto (1990) Profitabilitas adalah kemampuan suatu kesatuan usaha (entity) untuk memperoleh laba. Semakin besar rasio profitabilitas perusahaan, maka akan semakin baik perusahaan dalam menghasilkan laba. Perusahaan yang mengalami laba, cenderung melaporkan laporan keuangannya lebih cepat daripada yang tingkat profitabilitasnya rendah. Penelitian ini melakukan perhitungan Profitabilitas dengan Return On Asset Rasio (ROA), rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan tingkat asset tertentu. Berdasarkan definisi di atas, maka dalam penelitian ini yang menjadi tolak ukur tingkat profitabilitas yaitu Return On Asset
23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Rasio (ROA) yang diproleh dengan persamaan berikut (Martono dan Agus Harjito, 2005): ROA =
EBIT x100% Total Asset
Penelitian Naim (1998) memperlihatkan bahwa tingkat profitabilitas yang lebih rendah memacu kemunduran publikasi laporan keuangan. Demikian pula Carslaw kan Kaplan (1991) memaparkan perusahaan yang melaporkan kerugian mungkin akan meminta auditor untuk mengatur waktu audit yang lebih lama ketimbang biasanya. Dikemukakan oleh Owusu-Ansah (2000), perusahaan yang memiliki hasil gemilang (good news) akan melaporkan lebih tepat waktu di bandigkan dengan perusahaan yang mengalami kerugian (bad news). Ungkapan senada di kemukakan dalam penelitian Annisa (2004), perusahaan dengan hasil yang baik akan melaporkan lebih cepat dari perusahaan yang gagal operasi atau merugi. Berlawanan dengan pemaparan di atas, Ashton (1987) menebutkan profitabilitas bukanlah faktor yang signifikan mempengaruhi audit delay.
24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
B.
Siklus Hidup Perusahaan (Life Cycle Organisation) Kreitner dan Kinicki (1998) dalam Juniarti dan Limanjaya (2005)
mengungkapkan tentang teori siklus hidup perusahaan (Life Cycle Organisation) sebagai berikut: “ Seperti manusia yang merancang suatu organisasi, organisasi itu sendiri memiliki siklus hidupnya. Suatu perusahaan yang lahir, jika bisa bertahan dari segala ancaman dan tantangan di tahap awal ini maka akan mengalami pertumbuhan, kemudian masuk ke dalam tahap dewasa dan jika tidak bisa bertahan lagi perusahaan itu akan mati.” Beberapa organisasi lenyap setelah mencapai kesuksesan yang gemilang, organisasi lainnya mungkin mengalami kebangkrutan yang prematur yaitu tidak lama setelah organisasi dibentuk, tetapi teori organisasi juga menyatakan bahwa organisasi dapat hidup kekal (immortal) seperti sebagian besar universitas dan gereja (Juniarti dan Limanjaya, 2005). Oleh sebab itu, hidup organisasi sulit untuk diprediksi namun kesulitan ini dapat teratasi dengan membentuk suatu tahap perkembangan organisasi, yang dikenal dengan sebutan life cycle ( siklus hidup). Gup dan Aggrawal (1996) dalam Tatang Ary Gumanti dan Novi Puspitasari, menyatakan bahwa setiap perusahaan pasti mengalami siklus kehidupan dimana siklus ini identik dengan siklus hidup perusahaan dan dijelaskan bahwa tahap siklus hidup perusahaan terdiri dari tahap pendirian (establishment or start-up), tahap ekspansi (expansion), tahap kedewasaan (maturity) dan penurunan (declining). Black (1998) menyebut tahap expansion sebagai tahap growth dan tahap pioneering sebagai tahap start-up.
25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Untuk menilai pada tingkat dan tahap apakah kondisi perusahaan, setiap tahapan siklus hidup memiliki karakter tersendiri. Dalam tahap start-up, dimana volume pendapatan rendah, menderita kerugian akibat adanya start-up costs dan tingkat likuiditasnya rendah. Sebagian besar dana adalah dana pinjaman dan tidak membagikan deviden. Pada tahap growth, perusahaan mengalami peningkatan pendapatan, keuntungan, likuiditas dan peningkatan rasio ekuitas terhadap utang, serta mulai membayar deviden. Pada tahap maturity, perusahaan mengalami puncak tingkat pendapatan namun mengalami penurunan laba akibat kompetisi, tetapi tingkat likuiditas tinggi. Untuk tahap decline, pendapatan akan mengalami penurunan yang paling drastis pada tahap ini (Pashley dan Philippatos, 1990,dalam Bagus Sutarno).
C.
Hasil Penelitian Terdahulu Halim (2000) yang mengambil sampel penelitian tahun 1997 menguji
tujuh faktor yang mempengaruhi audit delay pada perusahaan-perusahaan terdaftar di BEI. Sejalan dengan penelitian ashton dkk. (1987), ketujuh faktor tersebit meliputi ukuran perusahaan, jenis industri, tahun buku yang berakhir 31 desember, opini auditor, tingkat profitabilitas, pengumuman rugi, dan lamanya menjadi klien KAP. Ditemukan bahwa rata-rata audit delay pada perusahaanperusahaan publik d BEI adalah 84,5 hari. Berdasar penelitian univariate Halim (2000) mengungkapkan bahwa faktor pengumuman rugi, tahun buku yang berakhir 31 desember, dan lamanya menjadi klien KAP mengakibatkan jangka waktu audit delay lebih panjang. Di sisi lain, hasil penelitian multi variate 26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
menunjukan bahwa ketujuh faktor tersebut secara serentak berpengaruh terhadap audit delay, namun yang berpengaruh kuat hanya pengumuman rugi dan tahun buku.
Wirakusuma (2004) melakukan penelitian tentang rentang waktu penyajian laporan keuangan ke publik pada tahun 1999-2001 dengan sampel 132 perusahaan yang terdaftar di BEI. Menggunakan
variabel dependen rentang
waktu penyelesaian audit laporan keuangan serta variabel independen ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, keberadaan internal audit, reputasi auditor, dan jenis opini, Wirakusuma memakai dua tahap analisis. Tahap pertama menunjukan bahwasanya rentang waktu penyeleseian audit laporan keuangan dipengaruhi jenis opini, solvabilitas, keberadaan internal auditor, dan ukuran perusahaan. Tahap kedua memperlihatkan, rentangwaktu penyelesaian audi laporan keuangan bersama-sama dengan variabel solvabilitas dan opini auditor mempengaruhi rentang waktu pengumuman laporan keuangan auditan ke publik. Rerata audit delay pada penelitian ini sebesar 99,92 hari. Berikutnya, subekti dan Widiyanti (2004) menggunakan sampel 72 perushaan manufaktur dan finansial yang terdaftar di BEI pada tahun 2001. Dari kelima faktor tersebut yang diuji, yakni meliputi profitabilitas perusahaan, ukuran perusahaan, sektor industi perusahaan, jenis pendapat akuntan publik, dan ukuran KAP, tampak bahwa kelima faktor tersebut berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Rata-rata audit delay yang terjadi adalah 98,38 hari. D.
Kerangka Penelitian Teoritis dan Empiris 27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Audit delay berpengaruh terhadap tingkat relevansi informasi dalam laporan keuangan, dan pada akhirnya berdampak pula pada tingkat kepastian keputusan yang didasarkan pada informasi tersebut Hal ini dikarenakan jangka waktu penyelesaian audit dapat mempengaruhi ketepatwaktuan penyampaian informasi dalam laporan keuangan perusahaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay dengan variabel bebas yakni ukuran perusahaan,profitabilitas perusahaan, solvabilitas, kualitas auditor, dan opini auditor. Berdasarkan gambaran tersebut, hubungan antar variabel akan diperlihatkan dalam model penelitian berikut:
28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.1 : Kerangka Penelitian Teoritis dan Empiris
X1 Ukuran Perusahaan
H1
X2 Opini Auditor
H2
X3 Kualitas KAP
H3
Y: Audit Delay
H4 X4 Solvabilitas H5 X5 Profitabilitas H6
29
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Keterangan: H1
: Ukuran Perusahaan (SIZE)
H2
: Opini Auditor (Aud O)
H3
: Kualitas KAP (KAP)
H4
: Solvabilitas (SOLV)
H5
: Profitabilitas (PROF)
H6
: Ukuran perusahaan (SIZE), Opini Auditor (Aud O), Kualitas KAP (KAP), Solvabilitas (SOLV), Profitabilitas (PROFT)
30
http://digilib.mercubuana.ac.id/