6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Bank Syariah Dalam bank syariah, hubungan antara bank dengan nasabahnya bukan hubungan debitur dengan kreditur, melainkan hubungan kemitraan antara penyandang dana dengan pengelola dana. Oleh karena itu, tingkat laba bank syariah tidak saja berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil untuk para pemegang saham tetapi juga berpengaruh terhadap bagi hasil yang dapat diberikan kepada nasabah penyimpan dana. Hubungan kemitraan ini merpakan bagian dari proses berjalannya mekanisme bank syariah. 1. Pengertian Bank Syariah Bank syariah adalah suatu lembaga keuangan bank yang dalam operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada prinsip syariah Islam, dan tata cara operasinya mengacu kepada ketentuan Alqur’an dan Hadist. Didalam perkembangan perbankan syariah hingga lebih kurang 30 tahun lalu masih berupa wacana dan bahan diskusi oleh individu-individu, hingga saat itu belum ada langkah nyata yang memungkinkan untuk implementasi praktisnya, meskipun telah ada beberapa bank syariah dan munculnya suatu kesadaran bahwa Bank syariah merupakan solusi masalah ekonomi untuk menghasilkan kesejahteraan sosial khususnya di negara-negara Islam. Faktor-faktor penyebab munculnya kondisi di atas
6
7
diantaranya adalah ; sistem perbankan konvensional yang sudah begitu kuat sehingga menimbulkan ketergantungan yang kuat terhadap sistem tersebut. Terjadinya perang dunia yang menimbulkan dominasi yang kuat oleh Barat termasuk sistem perekonomiannya. Negara-negara muslim umumnya
merupakan
negara-negara
yang
masih
tertinggal
perekonomiaannya, terutama sebelum era minyak di tahun 70-an. Serta tenaga terdidik muslim yang menguasai ekonomi Islam jumlahnya masih terbatas. Terdapat 3 (tiga) negara yang sepenuhnya menerapkan ekonomi Islam termasuk penerapan sistem perbankannya yakni Iran, Pakistan dan Sudan. Namun pertumbuhan Bank Syariah di Indoensia masih relatif kecil tahun 2001 sebesar 0,25%, saat ini Bank Syariah umumnya masih menfokuskan target pasarnya pada nasabah yang fanatik, sehingga akan membatasi pertumbuhannya. Perbankan syariah adalah salah satu bank yang mampu bertahan dalam era globalisasi dan tahan pada goncangan badai krisis yang melanda Indonesia ditahun 1997-1998. Bank syariah mempunyai berbagai kreteria yang berbeda dengan peraturan Ikatan Akuntansi Indonesia, hal ini karena pada laporan keuangan bank syariah didasarkan pada syariah Islam yang berlaku yaitu : 1. Bank yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada prinsip syariah Islam. 2. Bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan Al Qur’an dan Hadits bank Syari’ah..
8
Bank Syari’ah : menjalankan aktivitasnya sesuai dengan cara-cara bermu’amalah secara Islami tidak mengandung unsur : MAisir, GHarar, RIBa.
2. Perbedaan Bank Konvensional dengan Bank Syariah Dari berbagai ulasan di atas, kita telah mengetahui perbedaanperbedaan yang diametral antara paradigma yang mendasari banki konvensional dengan paradigma yang mendasari bank syariah. Keduanya tidak mungkin dan tidak akan pernah mungkin untuk dikompromikan, karena
masing-masingnya
didasarkan
atas
pandangan
dunia
(weltanschauung) yang berbeda. Bank konvensional melihat ilmu sebagai sesuatu yang sekuler (berorientasi hanya pada kehidupan duniawi) dan sama sekali tidak memasukkan Tuhan serta tanggung jawab manusia kepada Tuhan di akhirat dalam bangun pemikirannya. Karena itu, bank konvensional menjadi bebas nilai (positivistik). Sementara itu, bank syariah justru dibangun atas prinsip relijius (berorientasi pada kehidupan dunia kini dan akhirat). Meskipun dalam penerapannya masih harus dikaji kembali.
9
Tabel 2.1 Perbedaan Bank Konvensional Dengan Bank Syariah
1. 2. 3.
Bank Konvensional Menggunakan perangkat bunga.
1. 2. 3.
4.
Profit oriented. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan Debitur-Kreditur. Creator of money supply
5.
Investasi yang halal dan haram.
5.
6.
Tidak terdapat Dewan Pengawas 6. Syari’ah.
4.
Bank Syari’ah Berdasarkan margin keuntungan dan bagi hasil. Profit dan falls oriented Hubungan dengan nasabah dalam bentuk kemitraan (partnership). Users of real funds Melakukan investasi yang halal saja. Pengerahan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syari’ah
Sumber : Muhammad Syafi’i Antonio, 2001
B. Konsep Bagi Hasil Sistem bagi hasil merupakan sistem di mana dilakukannya perjanjian atau ikatan bersama di dalam melakukan kegiatan usaha. Di dalam usaha tersebut diperjanjikan adanya pembagian hasil atas keuntungan yang akan di dapat antara kedua belah pihak atau lebih. Bagi hasil dalam sistem perbankan syari’ah merupakan ciri khusus yang ditawarkan kapada masyarakat, dan di dalam aturan syari’ah yang berkaitan dengan pembagian hasil usaha harus ditentukan terlebih dahulu pada awal terjadinya kontrak (akad). Besarnya penentuan porsi bagi hasil antara kedua belah pihak ditentukan sesuai kesepakatan bersama, dan harus terjadi dengan adanya kerelaan (An-Tarodhin) di masing-masing pihak tanpa adanya unsur paksaan.
10
Mekanisme perhitungan bagi hasil yang diterapkan di dalam perbankan syari’ah terdiri dari dua sistem, yaitu: a. Profit Sharing b. Revenue Sharing
1. Profit Sharing Profit sharing menurut etimologi Indonesia adalah bagi keuntungan. Dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba. Profit secara istilah adalah perbedaan yang timbul ketika total pendapatan (total revenue) suatu perusahaan lebih besar dari biaya total (total cost). Di dalam istilah lain profit sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada hasil bersih dari total pendapatan setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Pada perbankan syariah istilah yang sering dipakai adalah profit and loss sharing, di mana hal ini dapat diartikan sebagai pembagian antara untung dan rugi dari pendapatan yang diterima atas hasil usaha yang telah dilakukan. Sistem profit and loss sharing
dalam pelaksanaannya
merupakan bentuk dari perjanjian kerjasama antara pemodal (Investor) dan pengelola modal (enterpreneur) dalam menjalankan kegiatan usaha ekonomi, dimana di antara keduanya akan terikat kontrak bahwa di dalam usaha tersebut jika mendapat keuntungan akan dibagi kedua
11
pihak sesuai nisbah kesepakatan di awal perjanjian, dan begitu pula bila usaha mengalami kerugian akan ditanggung bersama sesuai porsi masing-masing. Kerugian bagi pemodal tidak mendapatkan kembali modal investasinya secara utuh ataupun keseluruhan, dan bagi pengelola modal tidak mendapatkan upah/hasil dari jerih payahnya atas kerja yang telah dilakukannya. Keuntungan yang didapat dari hasil usaha tersebut akan dilakukan pembagian setelah dilakukan perhitungan terlebih dahulu atas biaya-biaya yang telah dikeluarkan selama proses usaha. Keuntungan usaha dalam dunia bisnis bisa negatif, artinya usaha merugi, positif berarti ada angka lebih sisa dari pendapatan dikurangi biaya-biaya, dan nol artinya antara pendapatan dan biaya menjadi balance. Keuntungan yang dibagikan adalah keuntungan bersih (net profit) yang merupakan lebihan dari selisih atas pengurangan total cost terhadap total revenue.
2. Revenue Sharing Revenue Sharing berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari dua kata yaitu, revenue yang berarti; hasil, penghasilan, pendapatan. Sharing adalah bentuk kata kerja dari share yang berarti bagi atau bagian. Revenue sharing berarti pembagian hasil, penghasilan atau pendapatan.
12
Revenue (pendapatan) dalam kamus ekonomi adalah hasil uang yang diterima oleh suatu perusahaan dari penjualan barang-barang (goods) dan jasa-jasa (services) yang dihasilkannya dari pendapatan penjualan (sales revenue. Dalam arti lain revenue merupakan besaran yang mengacu pada perkalian antara jumlah out put yang dihasilkan dari kagiatan produksi dikalikan dengan harga barang atau jasa dari suatu produksi tersebut. Di dalam revenue terdapat unsur-unsur yang terdiri dari total biaya (total cost) dan laba (profit). Laba bersih (net profit) merupakan laba kotor (gross profit) dikurangi biaya distribusi penjualan, administrasi dan keuangan. Berdasarkan devinisi di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa arti revenue pada prinsip ekonomi dapat diartikan sebagai total penerimaan dari hasil usaha dalam kegiatan produksi, yang merupakan jumlah dari total pengeluaran atas barang ataupun jasa dikalikan dengan harga barang tersebut. Unsur yang terdapat di dalam revenue meliputi total harga pokok penjualan ditambah dengan total selisih dari hasil pendapatan penjualan tersebut. Tentunya di dalamnya meliputi modal (capital) ditambah dengan keuntungannya (profit). Berbeda dengan revenue di dalam arti perbankan. Yang dimaksud dengan revenue bagi bank adalah jumlah dari penghasilan
13
bunga bank yang diterima dari penyaluran dananya atau jasa atas pinjaman maupun titipan yang diberikan oleh bank. Revenue pada perbankan Syari'ah adalah hasil yang diterima oleh bank dari penyaluran dana (investasi) ke dalam bentuk aktiva produktif, yaitu penempatan dana bank pada pihak lain. Hal ini merupakan selisih atau angka lebih dari aktiva produktif dengan hasil penerimaan bank. Perbankan Syari'ah memperkenalkan sistem pada masyarakat dengan istilah Revenue Sharing, yaitu sistem bagi hasil yang dihitung dari total pendapatan pengelolaan dana tanpa dikurangi dengan biaya pengelolaan dana. Lebih jelasnya Revenue sharing dalam arti perbankan adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada total seluruh pendapatan yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Sistem revenue sharing berlaku pada pendapatan bank yang akan dibagikan dihitung berdasarkan pendapatan kotor (gross sales), yang digunakan dalam menghitung bagi hasil untuk produk pendanaan bank.
1. Perbedaan Antara Bunga dan Bagi Hasil Sekali lagi, Islam mengharamkan riba dan bunga bank serta mendorong praktek bagi hasil. Keduanya sama-sama memberi keuntungan bagi pemilik dana, namun keduanya mempunyai perbedaan yang sangat nyata.
14
Tabel 2.2 Perbedaan antara bunga dengan bagi hasil
a.
b.
c.
Bunga Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi selalu untung
Besarnya persentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan. Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi.
d.
a.
b.
c.
Bagi Hasil Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi. Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh. Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak. Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan.
Jumlah pembayaran bunga d. tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang “booming” e. Eksistensi bunga diragukan e. Tidak ada yang meragukan (kalau tidak dikecam) oleh keabsahan sistem bagi hasil. semua agama termasuk Islam. Sumber : Muhammad Syafi’i Antonio, 2001
2. Perhitungan bagi hasil Dalam menghitung bagi hasil dari setiap transaksi perbankan syariah, kita harus menghitung dana yang diterima dari pihak ketiga, sehingga pendistribusian hasil dari transaksi tersebut terlihat jelas sesuai dengan prinsip syariah yang tidak mengandung riba. Oleh karena itu, perlu dibuat tabel perhitungan pendistribusian pendapatan sebagai berikut :
15
Tabel 2.3 Perhitungan Distribusi Pendapatan Dana pihak ke-3
jenis simpanan
giro wadiah Tabungan Mudharabah deposito mudharabah 1 bulan 3 bulan 6 bulan 12 bulan
saldo ratarata harian A
distribus i bagi hasil
Nasabah
B
Nisba h C
a1
b1
Bonus
bonus/bagi hasil d (bxc) d1
a2
b2
c2%
d2
a3 a4 a5 a6
b3 b4 b5 b6
c3% c4% c5% c6%
d3 d4 d5 d6
Return % (d/ax365/harix100)
Rumus perhitungan SRRH : TD SRRH = JH Dimana: SRRH
: saldo rata-rata harian
TD
: total dana dalam periode berjalan
JH
: jumlah hari dalam periode berjalan
Setelah SRRH dihitung maka selanjutnya mengitung distribusi pendapatan dengan rumus sebagai berikut :
16
SR
X TP
DP = TR Dimana : DP
: distribusi pendapatan
SR
: saldo rata-rata tertimbang per klasifikasi
TR
: total rata-rata tertimbang per klasifikasi
TP
: total pendapatan yang diterima periode berjalan oleh bank syariah
C. Pembiayaan Mudharabah Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No. 5/9/PBI/2003 (2003:3) pengertian mudharabah yaitu : Mudharabah adalah perjanjian antara penanam dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. Pengertian yang dikutip dari modul ibu syafira selaku dosen mata kuliah akuntansi bank syariah Universitas Mercu Buana adalah akad kerja sama usaha antara sahibul maal (pemilik dana) dan mudharib (pengelola dana) dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan dimuka,jika usaha mengalami kerugianmaka seluruh kerugian ditanggung oleh pemilik dana, kecuali jika ditemukan adanya kelalaian atau kesalahan oleh pengelola dana, seperti penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan dana.
17
Sedangkan dalam Pernyataan Standar Akuntanssi Keuangan (PSAK) No 105 Paragraf 4, memberikan pengertian mudharabah yaitu: Mudharabah adalah akad kerjasama antara bank sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan nasabah sebagai pengolah dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha dengan nisbah pembagian hasil (keuntungan atau kerugian) menurut kesepakatan dimuka. Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembiayaan mudharabah merupakan suatu pembiayaan atau pemberian dana oleh pemilik dana (Bank Syariah) kepada pengelola dana (nasabah), dimana si pemilik dana memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada pengelola dana untuk mngelola dana tersebut, dimana keuntungan atau nisbah bagi hasil menurut kesepakatan di muka, jika usaha mengalami kerugian maka seluruh kerugian ditanggung oleh pemilik dana, kecuali ditemukan adanya kelalaian atau kesalahan oleh pengelola dana, seperti penyelewengan, kecurangan dan penyalah gunaan dana. 1. Karakteristik Mudharabah Mudharabah terdiri dari tiga jenis yaitu : mudharabah mutlaqoh (investasi tidak terikat), mudharabah muqayyadah (investasi terikat), dan mudharabah musytarakah. Adapun karakteristik mudharabah menurut psak no.105 adalah : a. Bank sebagai mudharib (pengelola dana) dibahas dalam pos investasi tidak terikat.
18
b. Bank sebagai agen investasi (channeling) dalam mudharabah muqayyadah dibahas dalam laporan perubahan investasi di off balance sheet, sedangkan bank sebagai pihak yang ikut menanggung resiko (axecuting) dalam mudharabah muqayyadah di bahas dalam pos kewajiban investasi terikat. c. Pembiayaan mudharabah dapat diberikan dalam bentuk kas dan atau non kas yang dilakukan secara bertahap/sekaligus. d. Pengembalian pembiayaan mudharabah dapat dilakukan bersamaan dengan distribusi bagi hasil atau pada saat diakhirinya akad mudharabah. e. Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu bagi hasil laba (profit sharing) maupun bagi hasil pendapatan (revenue sharing). f. Pada prinsipnya dalam pembiayaan mudharabah tidak dipersyaratkan adanya jaminan, namun agar tidak terjadi moral hazard berupaya penyimpangan oleh pengelola dana, pemilik dana dapat meminta jaminan dari pengelola dana atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila pengelola dana terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad. g. Pengakuan laba rugi mudharabah dalam praktek dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil dari pengelola dana yang diterima oleh bank secara berkala sesuai dengan kesepakatan. 2. Jenis-Jenis dan Manfaat Mudharabah
19
Mudharabah terdiri dari tiga jenis yaitu : a. Mudharabah mutlaqoh (investasi tidak terikat) adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya. b. Mudharabah muqayyadah (investasi terikat) adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan batasan kepada pengelola dana, antara lain mengenai tempat, cara atau objek investasi. c. Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah diman pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam kerjasama investasi. Manfaat mudharabah terdiri atas : a. Bank akan menikmati peningkatan hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat b. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan/hasil usaha bank sehingga bank tidak mengalami negative spread. c. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow sehingga tidak memberatkan nasabah. d. Bank akan lebih selektif dan hati-hati mencari usaha yang bukan hanya sesuai dengan syariah, namun juga mempunyai prospek yang baik.
3. Akuntansi Untuk Pemilik Dana
20
Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai investasi mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas kepada pengelola dana. Adpun pengukuran investasi mudharabah sebagai berikut : a. Mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan b. Investasi mudharabah dalam bentuk aset non kas diukur sebesar nilai wajar aset nonkas pada saat penyerahan : 1) Jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya diakui, maka selisihnya dikui sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka waktu akad mudharabah. 2) Jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, maka selisih diakui sebagai kerugian. Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebabkan rusak, hilang atau faktor lain yang bukan kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana, maka penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan mengrangi saldo investasi mudharabah.
4. Rukun dan Syarat Mudharabah Ada beberapa rukun dan syarat dalam pembiayaan mudharabah yaitu menurut Zulfi Chairi (2000:12) a.
Adanya shahibul maal (pemilik dana)
b.
Danya mudharib (pengelola dana)
c.
Adanya amal usaha (usaha atau pekerjaan)
21
d.
Adanya hasil (bagi hasil atau keuntungan)
e.
Adanya ijab qabul (perjanjian atau akad) Syarat objek mudharabah yaitu :
a.
Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya (mata uang)
b.
Modal harus tunai
c.
Persetujuan kedua belah pihak (ijab-qabul)
d.
Nisbah keuntungan
5. Pengakuan Laba Rugi Mudharabah Apabila pembiayaan mudharabah melewati satu periode pelaporan: a. Apabila pembiayaan mudharabah diakui terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang disepakati. b. Rugi yang terjadi diakui dalam periode terjadinya rugi tersebut dan mengurangi saldo pembiayaan mudharabah. Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.105 Paragraf 22, yaitu : Pengakuan penghasilan mudharabah dalam praktek dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi penghasilan usaha dari pengelola dana. Tidak diperkenankan mengakui pendaapatan dari proyeksi hasil usaha. Berdasarkan pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 105 Paragraf 11, yaitu :
22
Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan prinsip bagi hasil atau bagi laba. Dalam prinsip bagi hasil usaha berdasarkan bagi hasil, dasar pembagian hasil adalah laba bruto (gross profit) bukan total pendapatan usaha (omset).sedangkan prinsip bagi laba, dasar pembagian adalah laba bersih yaitu laba bruto dikurangi beban yang berkaitan pengelolaan modal mudharabah.
6.
Pengukuran Investasi Mudharabah Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai investasi mudhaarabah pada saat pembayaran kas atau penyertaan aset nonkas kepada pengelola dana. Pengukuran investasi mudharabah adalah sebagai berikut : a.
Investasi mudharabah dalam, bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan.
b.
Investasi mudharabah dalam bentuk non kas diukur sebesar nilai wajar aset non kas pada saat penyerahan : 1) Jika nilai wajar lebih tinggi dari pada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka waktu akad mudharabah. 2) Jika nilai wajar lebih rendah dari pada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui sebagai kerugian
c.
Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai, disebabkan investasi mudharabah rusak, hilang atau faktor lain yang
23
bukan kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana, maka penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi mudharabah. d.
Jika sebagian investasi mudharabah sebagian hilang maka setelah dimulainya usaha tanpaa adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian tersebut diperhitungkan pada saat bagi hasil.
e.
Dalam investasi mudharabah yang diberikan dalam bentuk aset non kas dan aset non kas tersebut mengalami penurunan nilai pada saat atau setelah barang dipergunakan secara efektifdalam kegiatan usaha mudharabah, maka kerugian tersebut tidak langsung mengurangi jumlah investasi, namun diperhitungkan pada saat pembagian bagi hasil.
f.
Jika akad mudharabah beakhir sebelum atau saat akad jatuh tempo dan belum dibayar oleh pengelola dana, maka investasi mudharabah diakui sebagai piutang.
7.
Penghasilan Usaha a.
Jika
investasi
mudharabah
melebihi
satu
periode
pelaporan
penghasilan usaha diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang disepakati. b.
Kerugian
yang
terjadi
dalam
satu
periode
sebelum
akad
mudharabahberakhir diakui sebagai kerugian dan bentuk penyisihan kerugian investasi.
24
c.
Pada saat mudharabah selisih antara : 1) Investasi mudharabah setelah dikurangi penyisihan kerugian investasi, dan 2) Pengembalian investasi mudharabah diakui sebagai keutungan atau kerugian.
d.
Pengakuan penghasilan usaha mudharabah dalam praktik dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi penghasilan usaha dari pengelola dana. Tidak diperkenankan mengakui pendapatan dari proyeksi hasil usaha.
e.
Kerugian akibat kelalaian kesalahan pengelola dana dibebankan pada pengelola dana dan tidak mengurangi investasi mudharabah.
f.
Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai piutang.
8.
Pengungkapan dan Penyajian a. Pengungkapan 1) Entitas / bank syariah sebagai pemilik dana mengungkapkan hal – hal terkait transaksi mudharabah tetapi tidak terbatas pada : a) Rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya ; b) Penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan c) Pengungkapan yang diperlukan sesuai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No 101.
25
2) Pengelola dana mengungkapkan hal – hal terkait transaksi mudharabah, tetapi tidak terbatas pada : a) Dana syirkah temporer yang diterima berdasarkan jenisnya ; dan b) Penyaluran dana yang berasal dari mudharabah muqayadah. b. Penyajian 1) Bank syariah sebagai pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporan keuangan sebesar nilai tercatat. 2) Bank
syariah
sebagai
pengelola
dana
menyajikan
transaksi
mudharabah dalam laporan keuangan, tetapi tidak terbatas, pada : a) Dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebesar nilai nominalnya untuk setiap jenis mudharabah. b) Bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan dan telah jatuh tempo tetapi belum diserahkan kepada pemilik dana disajika kewajiban. c) Bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi belum jatuh tempo disajikan dalam pos bagi hasil yang belum dibagikan.
9.
Penerapan Mudharabah Dalam Bank Syariah Jiwa dasar Mudharabah adalah prinsip bagi hasil yang dalam perbankan syariah disebut-sebut sebagai model utama pengelolaan yang membedakan antara bank konvensional dangan perbankan Islam.
26
Lazimnya, kontrak Mudharabah dalam bank syariah adalah sebagai berikut : nasabah bertindak sebagai mudharib yang mendapat pembiayaan usaha atas modal kontrak Mudharabah. Mudharib mendapat dukungan dana dari bank, yang dengan dana tersebut mudharib dapat memulai menjalankan usaha dengan membelanjakan dalam bentuk barang dagangan untuk dijual kembali kepada pembeli, denagn tujuan agar memperoleh keuntungan (profit). Adapun bentuk-bentuk yang dilakukan dalam perbankan syariah dari penghimpunan dan pengumpulan dana adalah : a. Tabungan
Mudharabah.
Yaitu
simpanan
pihak
ketiga
yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat atau beberapa kali sesuai perjanjian. b. Deposito Mudharabah. Yaitu merupakan investasi melalui simpanan pihak ketiga ( perseorangan atau badan hukum ) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu ( jatuh tempo ) dengan imbalan bagi hasil. c. Investasi Mudharabah Antar Bank ( IMA ). Yaitu sarana kegiatan investasi jangka pendek dalam rupiah antar pasar uang dan bank syariah berdasarkan prinsip Mudharabah dimana keuntungan akan dibagikan kepada kedua belah pihak ( pembeli dan penjual sertifikat IMA ) berdasarkan rasio profit sharing yang telah disepakati sebelumnya.
27
Mekanisme operasional mudharabah dapat di gambarkan pada gambar dibawah ini:
Perjanjian Bagi Hasil Nasabah (Mudharib)
Bank Syariah (Shahibul maal) Keahlian
Modal 100%
Proyek/Usaha
Pengembalian Modal Pokok
Keuntungan
Nisbah Y%
Bagi hasil sesuai dengan nisbah
Nisbah Y%
Modal
Gambar 2.1 Skema Kerja Prinsip Mudharabah
Sumber : Muhammad (2005: 100).
28
D. Pembiayaan Musyarakah Pengertian musyarakah menurut muhammad Syafii Antonio (2001:90) adalah: Musyarakah adalah akad kerja sama diantara pencampuran antara dua pihak atau lebih untuk melakukan suatu usaha tertentu yang halal dan produktif dengan kesepakatan bahwa keuntungan akan dibagikan sesuai dengan nisbah yang disepakati dan resiko akan ditanggung sesuai dengan porsi kerja sama. Pengertian musyarakah yang dikutip dari tim pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia (2001 : 180) adalah sebagai berikut : Musyarakah atau syirkah dari etomologi berarti percampuran yaitu mencampur satu modal dengan modal lain sehingga tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Pengertian musyarakah berdasarkan PSAK No. 106 yaitu : Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keunntungan di bagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana. Dana tersebut meliputi kas atau aset non kas yang diperkenankan oleh syariah. Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan musyarakah merupakan semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih dimana mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang wujud maupun yang tidak berwujud.
29
1.
Karakteristik Musyarakah Musyarakah terdiri dari dua jenis yaitu musyarakah menurun dan musyarakah permanen. Karakteristik musyarakah menurut PSAK no.106 yaitu : a.
Para mitra (syarik) bersama-sama menyediakan dana untuk menandai suatu usaha tertentu dalam musyarakah, baik usaha yang sudah berjalan maupun yang baru.
b.
Investasi musyarakah dapat diberikan dalam bentuk kas, setara kas, atau aset non kas.
c.
Setiap mitra tiidak menjamin dana mitra lainya, maka setiap mitra dapat meminta mitra lainya untuk mmenyediakan jaminan atas kelalaian atau kesaalahan yang disengaja. Adapun beberapa hal yang menunjukan adanya kesalaahan yang disengaja adalah : 1) Pelanggaran terhadap akad, antara lain penyalagunaan dana investasi, manipulasi biaya dan pendapatan operasional ; atau 2) Pelaksanaan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah
d.
Jika tidak terdapat kesepakatan antara pihak yang bersengketa maka kesalahan yang disengaja harus dibuktikan berdasarkan keputusan institusi yang berwenang.
e.
Keuntungan usaha musyarakah dibagi diantara para mitra secara proporsional sesuai dengan dana yang disetorkan (baik berupa kas maupun aset nonkas) atau sesuai nisbah yang disepakati oleh para
30
nisbah. Sedangkan kerugian dibebankan secara proporsional sesuai dengan dana yang disetorkan. f.
Jika salah satu mitra memberikan kontribusi atau nilai lebih dari mitra lainya dalam akad musyarakah maka mitra tersebut mendapat memperoleh keuntungan lebih besar untuk dirinya.
g. Porsi jumlah bagi hasil untuk para mitra diitetukan berdasarkan nisbah yang disepakati dari hasil usaha yang diperoleh selama periode akad, bukan dari jumlah investasi yang disalurkan. h. Pengelola musyarakah mengadministrasikan transaksi usaha yang berkaitan dengan investasi musyarakah yang dikelola daalam catatan akuntansi tersendiri.
2.
Jenis-Jenis dan Manfaat Musyarakah Menurut PSAK No. 106, jenis-jenis musyarakah yaitu : a.
Musyarakah menurun (musyarakah mutanaqisha) adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana salah satu mitra akan dialihkan secara bertahap kepada mitra lainya sehingga bagian dananya akan menurundan pada akhir masa akad mitra lain tersebut akan menjadi pemilik penuh usaha tersebut.
b. Musyarakah permanen adalah musyarakah dengan ketentuan bagian danasetiap mitra ditentukan sesuai akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad.
31
Beberapa manfaat yang bisa dipetik dari model musyarakah antara lain : a.
Bank akan menikmati peningkatan dalam jumlah tertentu pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat.
b.
Bank tidak berkewajiban membayar dalam jumlah tertentu pada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha bank, sehingga bank tidak akan mengalami negative spread.
c.
Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow ( arus kas ) usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah.
d.
Prinsip bagi hasil musyarakah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap dim ana bank akan menagih penerima pembiayaan ( nasabah ) satu jumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.
3. Akuntansi Untuk Mitra Aktif a. Pada Saat Akad 1) Investasi musyarakah diakui pada saat penyerahan kas atau aset non kas untuk usaha musyarakah. 2) Pengukuran investasi musyarakah : a) Dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang disisihkan; dan b) Dalam bentuk aset nonkas dinilai sebesar nilai wajar dan jika terdapat selisih antara nilai wajar dan nilai buku aset nonkas, maka selisih tersebut diakui sebagai selisih penilaian aset
32
musyarakah dalam ekuitas. Selisih penilaian musyarakah tersebut diamortisasi selama masa akad musyarakah. 3) Selisih kenaikan aset musyarakah diamortisasi selama masa akad musyarakah. Aset tetap musyarakah yang telah dinilai sebesar nilai wajar disusutkan dengan jumlah penyusutan yang mencerminkan: a) Penyusutan yang dihitung dengan historical cost model;
ditambah dengan b) Penyusutan atas kenaikan nilai aset karena penilaian kembali
saat penyisihan aset nonkas untuk usaha musyarakah. 4) Apabila proses penilaian pada nilai wajar menghasilkan penurunan nilai aset, penurunan nilai ini langsung diakui sebagai kerugian. Aset tetap musyarakah yang telah dinilai sebesar nilai wajar disusutkan berdasarkan nilai wajar yang baru. 5) Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah (misalnya, biaya studi kelayakan) tidak dapat diakui sebagai bagian investasi musyarakah kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra musyarakah. 6) Penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif (misalnya dari bank syariah) diakui sebagai investasi musyarakah dan di sisi lain sebagai dana syirkah temporer sebesar: a) dana dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang diterima; dan b) dana dalam bentuk aset nonkas dinilai sebesar nilai wajar dan disusutkan selama masa akad atau selama umur ekonomis
33
apabila aset tersebut tidak akan dikembalikan kepada mitra pasif. b. Selama Akad Bagian mitra aktif atas invesyasi musyarakah dengan pengembalian dana mitra pasif di akhir akad dinilai sebesar : 1) Jumlah kas yang diserahkan untuk usaha musyarakah pada awal akad dikurangi dengan kerugian (jika ada) ; atau 2) Nilai wajar aset musyarakah non kas pada saat penyeerahan untuk usaha musyarakah setelah dikurangi penyusutan dan kerugian (jika ada). Bagian mitra aktif atas investasi musyarakah menurun (dengan pengembalian dana mitra pasif secara bertahap) dinilai sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang diserahkan untuk usaha musyarakah pada awal akad ditambah dengan jumlah dana syirkah temporer yang telah dikembalikan kepada mitra pasif, dan dikurangi kerugian (jika ada).
c.
Akhir Akad Pada saat akad diakhiri, investasi musyarakah yang belum dikembalikankepada mitra pasif diakui sebagai kewajiban.
34
4. Akuntansi Mitra Pasif a. Pada Saat Akad Investasi musyarakah diakui pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset non kas kepada mitra aktif musyarakah. Pengukuran investasi musyarakah antara lain : 1) Dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang dibayarkan; dan 2) Dalam bentuk aset non kas dinilai sebesar nilai wajar dan jika terdapat selisih antara nilai wajar dan nilai tercatat aset non kas, maka selisih tersebut diakui sebagai : a) Keuntungan tangguhan dan diamortisasi selama masa akad; atau b) Kerugian pada saat terjadinya. 3) Investasi musyarakah nonkas yang diukur dengan nilai wajar aset yang diserahkan akan berkurang nilainya sebesar beban penyusutan atas aset yang diserahkan, dikurangi dengan amortisasi keuntungan tangguhan ( jika ada ). 4) Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah (mialnya, biaya studi kelayakan) tidak dapat diakui sebagai bagian investasi musyarakah kecuali ada persetujuam dari seluruh mitra.
b. Selama Akad Bagian
mitra pasif
atas investasi musyarakah dengan
pengembalian dana mitra pasif diakhir akad dinilai sebesar :
35
1) Jumlah kas yang dibayarkan untuk usaha musyarakah pada awal akad dikurangi dengan kerugian (jika ada) ; atau 2) Nilai wajar aset musyarakah non kas pada saat penyerahan untuk usaha musyarakah setelah dikurangi penyusutan dan kerugian (jika ada). Bagian mitra pasif atas investasi musyarakah menurun (dengan pengembalian dana mitra pasif secara bertahap) dinilai sebesar jumlah kas yang dibayarkan untuk usaha musyarakah pada awal akad dikurangi jumlah pengembalian dari mitra aktif dan kerugian (jika ada).
c. Akhir Akad Pada saat akhir akad diakhiri, investasi musyarakah yang belum dikembalikan oleh mitra aktif diakui sebagai piutang.
5. Pengakuan Hasil Usaha Pengertian pengakuan hasil usaha berdasarkan PSAK No. 106 paragraf 23 yaitu : Pendapatan usaha musyarakah yang terjadi hak mitra aktif diakui sebesar haknya sesuai dengan kesepakatan atas pendapatan usaha musyarakah. Sedangkan pendapatan usaha untuk mitra pasif diakui sebagai hak pihak mitra pasif atas bagi hasil dan kewajiban.
Pengertian pengakuan hasil usaha berdasarkan PSAK No. 106 paragraf 24 yaitu :
36
Kerugian investasi musyarakah diakui sesuai dengan porsi dana masing-masing mitra dan mengurangi nilai aset musyarakah. Pengertian pengakuan hasil usaha berdasarkan PSAK No. 106 paragraf 25 yaitu : Jika kerugian akibat kelalaian atau kesalahan mitra aktif atau pengelola usaha, maka kerugian tersebut ditanggung oleh mitra aktif atau pengelola usaha musyarakah. Pengakuan pendapatan usaha musyarakah dalam praktik dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi pendapatan usaha dari catatan akuntansi mitra aktif atau pengelola usaha yang dilakukan secaara terpisah.
6. Rukun dan Syarat Musyarakah a. Rukun Musyarakah 1) Sighat (ucapan) ijab dan qabul (penawaran dan penerimaan) Tidak ada bentuk khusus dari kontrak musyarakah. Ia dapat berbentuk pengucapan yang menunjukan tujuan, misalnya : “saya mengadakan perseroan dengan anda dalam masalah ini”, kemudian pihak lain menjawab: “Saya terima”, akad dianggap sah jika diucapkan secara lisan atau tulisan. 2) Pihak yang berkontrak Pihak yang berkontrak harus cakaap hukum,berakal, dan mampu bertransaksi. 3) Objek kesepakatan Objek kesepakatan harus jelas, yaitu yang terdiri dari modal dan kerja.
37
b. Syarat Musyarakah 1) Akad dianggap sah
apabila diucapkan secara lisan atau
dengandsaksikan oleh para saksi. 2) Di isyaratkan bahwa mitra adalah orang yang berkopeten dalam memberikan atau diberikan kekuatan perwakilan. 3) Modal, modal yang diberikan haruslah emas, perak, tunai atau yang bernilai sama. Modal dapat terdiri dari aset perdagangan seperti barang-barang dan properti. Jika modal masih berbentuk aset harus telebih dahulu dinilai dengan tunai dan disepakati oleh para mitra. 4) Kerja, keikutsertaan para mitra dalam pekerjaan musyarakah adalah sebuah dasar hukum dasar-dasar kerja sama tersebut. Akan tetapi kesamaan porsi kerja bukanlah merupaakan syarat. Seorang mitra boleh melaksanakan kedudukan masing-masing dalam orgaanisasi kerja harus dijelaskan dalam kontrak.
7. Pengungkapan dan Penyajian a. Pengungkapan Mitra mengungkapkan hal – hal yang terkait transaksi musyarakah, tetapi tidak terbatas, pada : 1) Isi kesepakatan utama usaha musyarakah, seperti porsi penyertaan, pembagian hasil usaha, aktivitas usaha musyrakah, dan lain-lain ; 2) Pengelola usaha, jika tidak ada mitra aktif ; dan
38
3) Pengungkapan
yang
diperlukan
sesuai
Pernyataan
Standar
Akuntansi Keuangan No 101 tentang Laporan Keuangan Syariah. b. Penyajian 1) Mitra aktif menyajikan hal – hal yang berkaitan dengan usaha musyarakah dalam laporan keuangan sebagai berikut : a) Aset musyarakah untuk kas atau atau aset non kas yang disisihkan dana yang diterima dari mitra pasif. b) Dana musyarakah yang disajikan sebagai unsur dana syirkah temporer untuk aset musyarakah yang diterima dari mitra pasif. c) Selisih penilaian aset musyarakah, bila ada, disajikan sebagai unsur ekuitas. 2) Mitra pasif menyajikan hal – hal yang terkait dengan usaha musyarakah dalam laporan keuangan sebagai berikut : a) Investasi musyarakah untuk kas atau asaet non kas yang diserahkan kepada mitra aktif. b) Keuntungan tangguhan dari selisih penilaian aset nonkas yang yang diserahkan pada nilai wajar disajikan sebagai pos lawan (contra account) dari investasi musyarakah.
8. Penerapan Musyarakah Dalam Bank Syariah Musyarakah biasanya diterapkan untuk pembiayaan proyek dimana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. Setelah proyek itu selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut
39
barsama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank.Selain itu, musyarakah juga bisa diterapkan dengan mengacu pada model ventura di lembaga keuangan khusus yang dibolehkan melakukan investasi dalam kepemilikan perusahaan. Penanaman modal dilakukan untuk jangka waktu tertentu dan setelah itu, bank melakukan divestasi ( menjual bagian sahamnya ), baik secara singkat maupun bertahap. Menurut Slamet Wiyono (2005:132), musyarakah dapat bersifat musyarakah permanen dan musyarakah menurun. Dalam musyarakah permanen, bagian modal bagian judul setiap mitra ditentukan sesuai akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad, dan musyarakah menurun yaitu, bagian modal bank dialihkan secara bertahap kepada mitra, sehingga bagian modal bank akan menurun dan pada akhir masa akad mitra akan menjadi pemilik usaha tersebut. Laba musyarakah dibagi diantara para mitra, baik secara proporsional sesuai dengan modal yang disetorkan (baik berupa kas maupun aktiva lainya) atau sesuai dengan nisbah yang disepakati oleh semua mitra. Sedangkan rugi dibebankan secara proporsional sesuai dengan modal yang disetorkan baik berupa kas maupun berupa aktiva lainya.
40
Gambar 2.2 Skema Pembiayaan Musyarakah Sumber : Heri Sudarsono (2008:76)
E. Profitabilitas 1. Pengertian Profitabilitas Tujuan mendasar suatu usaha adalah menghasilkan laba. Profitabilitas adalah kemampuan suatu satuan usaha atau perusahaan untuk dapat memperoleh laba atau keuntungan dalam hubunganya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri, baik yang berasal dari kegiatan operasional maupun non operasional. Dengan demikian, rasio yang mengukur profitabilitas memainkan perasan yang sangat besar dalam pengambilan keputusan.
41
Tingkat keuntungan yang diperoleh bank dikenal dengan istilah profitabilitas (profitability) atau rentabilitas, yang merupakan pengukuran mengenai kemampuan bank untuk menghasilkan laba dari aset yang digunakan. Menurut Weston dan Brigham (1998: 304) dalam buku yang berjudul Dasar-dasar Manajemen Keuangan menjelaskan bahwa : “Profitabilitas adalah hasil bersih yang diperoleh dari serangkaian kebijakan dan keputusan, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk mengevaluasi kinerja bank”.
Menurut Erich A. Helfert (1995: 66) di dalam buku yang berjudul Analisis Laporan Keuangan menerangkan bahwa : “Profitabilitas
berarti
hasil
yang diperoleh
melalui
usaha
manajemen terhadap dana yang di investasikan pemilik”.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan profitabilitas adalah penghasilan yang diperoleh suatu unit usaha dari kegiatan usahanya, dimana profitabilitas juga dipakai sebagai alat untuk mengevaluasi kinerjanya.
2. Perhitungan Tingkat Profitabilitas Bank Untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu bank, umumnya digunakan rasio profitabilitas atau lebih dikenal dengan sebutan rasio rentabilitas. Dalam perhitungan rasio rentabilitas ini biasanya dicari hubungan timbal balik antarpos yang terdapat pada laporan laba rugi bank
42
ataupun hubungan timbal balik antarpos yang terdapat pada laporan laba rugi bank dengan pos-pos pada neraca bank guna memperoleh berbagai indikasi yang bermanfaat dalam mengukur tingkat efisiensi dan profitabilitas bank yang bersangkutan. Adapun rasio-rasio yang umum digunakan dalam melakukan analisis rasio rentabilitas suatu bank antara lain: a. Gross Profit Margin Operating Income – Operating Expense Ratio =
x 100% Operating Income
Rasio ini di gunakan untuk mengetahui kemapuan bank dalam menghasilkan laba dari operasi usaha yang murni. b. Net Profit Margin Net profit margin adalah rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Net Income Ratio =
x 100% Operating Income
c. Return on Equity Capital Return on Equity Capital adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan modal sendiri. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
43
Net Income Ratio =
x 100% Equity Capital
Rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham bank serta para investor di pasar modal yang ingin membeli saham bank yang bersangkutan. Dalam praktiknya, para investor di pasar modal mempunyai beberapa motif atau tujuan dalam membeli saham bank yang telah melakukan emisi sahamnya. Motif-motif tersebut adalah sebagai berikut: 1. Memperoleh dividen berdasarkan keputusan RUPS 2. Mengejar capital gain jika bermain di bursa efek 3. Menguasai perusahaan melalui pencapaian mayoritas saham. Dengan demikian rasio ROE ini merupakan indikator yang amat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran dividen. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan. Selanjutnya, kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham bank. d. Return On Total Assets Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar Return on total assets suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi
44
bank tersebut dari segi penggunaan aset. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Operating Income Ratio =
x 100% Total Assets
e. Net Income Total Assets Net Income Ratio =
X 100% Total Assets
Rasio sering juga di sebut return on total aseet yaitu untuk mengetahui kemampuan suatu bank di dalam mengelolah assetnya untuk menghasilkan laba bersih.
3. Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Manajemen adalah faktor utama yang mempengaruhi profitabilitas bank, besar kecilnya bank dan lokasi bank bukan merupakan faktor yang paling menentukan. Manajemen yang baik yang ditunjang oleh faktor modal dan lokasi merupakan kombinasi ideal untuk keberhasilan bank. Dari segi manajemen ada tiga aspek yang penting diperhatikan yaitu: 1. Balance sheet management, meliputi asset dan liability management, artinya pengaturan harta dan utang secara bersama-sama. 2. Operating management, merupakan manajemen bank yang berperan dalam menaikkan profitabilitas dengan cara menekan biaya.
45
3. Financial management, aspek ini meliputi hal-hal berikut: a. Perencanaan modal, penggunaan senior capital yang dapat menekan cost of money, merencanakan struktur modal yang paling efisien bagi bank. b. Pengaturan dan pengurusan hal ikhwal yang berhubungan dengan perpajakan.